laporan perencanaan sektor perikanan kab. takalar

37
A. LATAR BELAKANG Pembangunan subsektor perikanan tangkap diharapkan dapat meningkatkan produksi, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan nelayan dan meningkatkan perekonomian daerah. Satu daerah yang potensial untuk upaya pembangunan subsektor perikanan tangkap adalah Kabupaten Takalar. Kabupaten Takalar adalah salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki luas yakni 566,51 km2 dengan rincian wilayah yakni berada di lintang selatan 5,30o-5,38o dan bujur timur 119,22o-199,39o. takalar berbatasan dengan kota Makassar dan Kabupaten Gowa sebelah timur, laut Flores pada sebelah selatan dan selat Makassar berada disebelah baratnya (Dinas Perikanan Kabupaten Takalar,2005). Sebagian dari wilayah Kabupaten Takalar merupakan daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang 74 Km meliputi Kecamatan Mangarabombang, Kecamatan Mappakasunggu, Kecamatan SandraBone, Kecamatan Galesong Selatan, Kecamatan Galesong Kota dan Kecamatan Galesong Utara. Kondisi perekonomian suatu daerah dapat tercermin dari total produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi. Hal ini tergambar dalam besaran nilai PDRB-nya. Berdasarkan data BPS Kabupaten Takalar (20011), kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Takalar adalah besar, yaitu sebesar Rp 250.464.830,00 atau sebesar 25,62% dari total nilai PDRB Kabupaten Takalar sebesar Rp 977.443.890,00. Dimana kabupaten ini memiliki jumlah produksi sekitar 2,18 % dari jumlah produksi total Provinsi Sulawesi Selatan dan jens ikan yang memiliki kontribusi yang lumayan besar dalam jumlah produksi Provinsi Sulawesi Selatan adalah ikan tuna sebesar 6,6%, ikan sotong sebesar 11,32%, ikan layur sebesar 14,62% sedangkan telur ikan terbang sebesar 100% (berdasarkan Data Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Perikanan Provinsi Sulawesi 1

Upload: tiqa-resky-hado

Post on 26-Dec-2015

480 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tugas Mata Kuliah Studio Perencanaan Wilayah in 5 term.

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan subsektor perikanan tangkap diharapkan dapat meningkatkan produksi,

memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta dapat memberikan

kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan nelayan dan meningkatkan perekonomian

daerah. Satu daerah yang potensial untuk upaya pembangunan subsektor perikanan

tangkap adalah Kabupaten Takalar. Kabupaten Takalar adalah salah satu kabupaten dalam

wilayah Propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki luas yakni 566,51 km2 dengan rincian

wilayah yakni berada di lintang selatan 5,30o-5,38o dan bujur timur 119,22o-199,39o.

takalar berbatasan dengan kota Makassar dan Kabupaten Gowa sebelah timur, laut Flores

pada sebelah selatan dan selat Makassar berada disebelah baratnya (Dinas Perikanan

Kabupaten Takalar,2005). Sebagian dari wilayah Kabupaten Takalar merupakan daerah

pesisir pantai, yaitu sepanjang 74 Km meliputi Kecamatan Mangarabombang, Kecamatan

Mappakasunggu, Kecamatan SandraBone, Kecamatan Galesong Selatan, Kecamatan

Galesong Kota dan Kecamatan Galesong Utara.

Kondisi perekonomian suatu daerah dapat tercermin dari total produksi barang dan jasa

yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi. Hal ini tergambar dalam besaran nilai PDRB-nya.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Takalar (20011), kontribusi sektor perikanan terhadap

PDRB Kabupaten Takalar adalah besar, yaitu sebesar Rp 250.464.830,00 atau sebesar

25,62% dari total nilai PDRB Kabupaten Takalar sebesar Rp 977.443.890,00.

Dimana kabupaten ini memiliki jumlah produksi sekitar 2,18 % dari jumlah produksi total

Provinsi Sulawesi Selatan dan jens ikan yang memiliki kontribusi yang lumayan besar dalam

jumlah produksi Provinsi Sulawesi Selatan adalah ikan tuna sebesar 6,6%, ikan sotong

sebesar 11,32%, ikan layur sebesar 14,62% sedangkan telur ikan terbang sebesar 100%

(berdasarkan Data Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas

Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan). Hal tersebut dapat menjadi dasar untuk

mengembangkan subsektor perikanan tangkap agar dapat memberikan kontribusi yang

lebih baik lagi terhadap pembangunan Kabupaten Takalar. Namun bila dibandingkan

dengan sub-sektor perikanan darat jumlah dan nilai produksi di sub-sekor perikanan tangkap

ini masih dibawah jumlah yang dihasilkan oleh sub-sektor perikanan darat. Berdasarkan

uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis penentuan simpul perikanan di

subsektor perikanan tangkap dalam rangka menjadikan sub-sektor ini menjadi salah satu

leading sector di kabupaten Takalar. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran kepada pemerintah setempat dalam merumuskan strategi pengembangan yang

tepat bagi subsektor perikanan tangkap dalam berkontribusi terhadap pembangunan

Kabupaten Takalar.

1

Page 2: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

B. TUJUAN PERENCANAAN

TUJUAN : Menjadikan Sektor Perikanan sebagai leading sector di Kabupaten

Takalar sebagai upaya peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di

Kabupaten Takalar.

1. Mengidentifikasi potensi sektor perikanan unggulan di Kabupaten Takalar

Mengidentifikasi perkembangan sektor perikanan di Kabupaten Takalar.

2. Melakukan analisis spasial dan kajian literatur terhadap produksi, pengolahan,

sampai kepada pola distribusi hasil perikanan.

3. Menyusun Konsep Rencana titik simpul sektor perikanan sebagai sektor utama

(leading sector).

JUDUL TUJUAN PENELITIAN JENIS DATA"PERENCANAAN SIMPUL SEKTOR PERIKANAN KABUPATEN TAKALAR DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT NELAYAN"

Mengidentifikasi potensi sektor perikanan tangkap di Kabupaten Takalar

Produk Domestik Regional Bruto di Sulawesi Selatan

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Takalar di Kabupaten Takalar

Perkembangan potensi perikanan budidaya dan perikanan tangkap

Jumlah Produksi dan nilai produksi perikanan

Perkembangan jumlah tenaga kerja sektor perikanan

Kondisi pelabuhan perikanan tangkap

Kondisi armada perikanan tangkap

Melakukan analisis spasial dan kajian literatur terhadap produksi, pengolahan, sampai kepada pola distribusi hasil perikanan

Jumlah Produksi dan Pengolahan Perikanan terkait Pola Distribusi (Sektor Perdagangan dan Sektor Moda & Transportasi)

Lokasi distribusi lokal/regional

Menyusun Konsep Rencana titik simpul sektor perikanan sebagai sektor utama (leading sector)

RTRW Kabupaten Takalar

2

Page 3: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

C. DASAR PERENCANAAN

Pembangunan subsektor perikanan tangkap diharapkan dapat meningkatkan

produksi, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta dapat

memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan nelayan dan meningkatkan

perekonomian daerah. Satu daerah yang potensial untuk upaya pembangunan subsektor

perikanan tangkap adalah Kabupaten Takalar. Kabupaten Takalar yang beribukota di

Pattallassang terletak antara 5PoP3’ – 5PoP38’ Lintang Selatan dan 119PoP22’ –

119PoP39’ Bujur Timur. Di sebelah timur secara administrasi berbatasan dengan Kabupaten

Gowa dan Jeneponto. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa. Sedangkan di

sebelah barat dan selatan dibatasi oleh Selat Makassar dan Laut Flores. Luas Wilayah

Kabupaten Takalar tercatat 566,51 kmP2P terdiri dari 9 kecamatan dan 93 wilayah

desa/kelurahan. Jarak ibukota Kabupaten Takalar dengan ibukota Propinsi Sulawesi Selatan

mencapai 45 km yang melalui Kabupaten Gowa.. Di Kabupaten Takalar terdapat sebuah

Pelabuhan Rakyat yang merupakan pusat dari kegiatan perikanan tangkap (BPS

Pekalongan 2012).

Jenis unit penangkapan ikan yang banyak di Kabupaten Takalar pada tahun 2011

adalah jaring insang, berjumlah 12280 unit dengan hasil tangkapan sebesar 92% dari total

produksi ikan di Kabupaten Takalar.

Kondisi perekonomian suatu daerah dapat tercermin dari total produksi barang dan

jasa yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi. Hal ini tergambar dalam besaran nilai PDRB-

nya. Berdasarkan data BPS Kabupaten Takalar (2011), kontribusi sektor perikanan terhadap

PDRB Kabupaten Takalar adalah besar, yaitu sebesar Rp250.454.083,00 dari total nilai

PDRB Kabupaten Takalar sebesar Rp997.443.889,00.

Berdasarkan data selama lima tahun terakhir, tahun 2007-2011, rata-rata produksi

perikanan per tahun sebesar 57.409.699 kg atau 27,45% dari rata-rata total produksi

provinsi sebesar 4244 ton. Rata-rata nilai produksi perikanan per tahun sebesar

Rp198.020.460,00 atau 25,93. Hal tersebut dapat menjadi dasar untuk mengembangkan

subsektor perikanan tangkap agar dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi

terhadap pembangunan daerah Kabupaten Takalar. Di Kabupaten Takalar juga terdapat

komoditas hasil tangkapan unggulan yang dapat dijadikan komoditas kunci untuk

pengembangan perikanan tangkap dan perekonomian Kabupaten Takalar. Nilai jual yang

besar dari komoditas unggulan dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan kontribusi

pada perekonomian Kabupaten Takalar. Berdasarkan uraian tersebut, maka perencna

tertarik untuk mengetahui peran subsektor perikanan tangkap terhadap pembangunan

daerah dan komoditas hasil tangkapan unggulan yang ada di Kabupaten Takalar.

Selanjutnya, dapat dilihat besar kontribusi dan peran subsektor perikanan tangkap terhadap

perekonomian di Kabupaten Takalar dan jenis komoditas hasil tangkapan unggulan yang

3

Page 4: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai komoditas basis pada subsektor perikanan

tangkap di Kabupaten Takalar. Perencanaan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran

kepada pemerintah setempat dalam merumuskan strategi pengembangan yang tepat bagi

subsektor perikanan tangkap dalam berkontribusi terhadap pembangunan Kabupaten

Takalar.

Namun sayangnya potensi perikanan di Kabupaten Takalar yag sangat besar tidak

ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai sehingga kesajahteraan nelayan di

kabupaten ini sangat minim. Untuk meningkatkan sektor ini diperlukan perancanaan simpul

pemasaran dan produksi sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatann

nelayan melalui investasi yang dilakukan para investor.

D. LANDASAN TEORI

D.1 Pembangunan Wilayah

Wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang membutuhkan organisasi dan

pengaturan ruang dan waktu dalam pemanfaatan segala kekayaannya (Budiharsono

2005). Ilmu pembangunan wilayah merupakan disiplin ilmu yang mencakup berbagai

teori dan ilmu terapan, misalnya geografi, ekonomi, sosiologi, matematika, statistika,

ilmu politik, perencanaan daerah dan ilmu lingkungan. Pembangunan wilayah bukan

hanya merupakan pendisagregasian pembangunan nasional, karena pembangunan

wilayah mempunyai filsafat, peranan dan tujuan yang berbeda. Dalam

perkembangannya, wilayah lebih mendekati ilmu ekonomi. Perbedaan pokok antara ilmu

ekonomi dengan ilmu pembangunan wilayah terletak pada perlakuan terhadap dimensi

spasial (Budiharsono 2005).

Pentingnya ilmu pembangunan wilayah dalam konteks pembangunan di Indonesia

pada umumnya, di wilayah pesisir dan lautan pada khususnya, menurut Budiharsono

(2005) dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Indonesia merupakan negara kepulauan, pembangunannya terkonsentrasi di Pulau

Jawa, Sumatera, Sulawesi dan sebagian Kalimantan. Konsentrasi pembangunan

yang ada akan menimbulkan berbagai masalah yang berdimensi wilayah;

2) Pembangunan masa lalu lebih menitikberatkan pada eksploitasi daratan daripada

lautan;

3) Letak geografis Indonesia dipengaruhi oleh perbedaan faktor geologis dan ekologis,

ini menyebabkan keanekaragaman lingkungan yang lebih mempengaruhi

sumberdaya alam dari aspek kuantitas maupun kualitasnya;

4) Keanekaragaman atau keragaman cultural;

5) Sifat pembangunan politik di Indonesia;

4

Page 5: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

6) Adanya kebijakan otonomi daerah, diharapkan pemerintah daerah dapat

membangun sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sendiri; dan

7) Pembangunan Indonesia masih bersifat sektoral.

Pembangunan wilayah dalam perkembangannya mendekati ilmu ekonomi. Ruang

menjadi perbedaaan yang mendasar antara pembangunan wilayah dan ilmu ekonomi.

Pembangunan wilayah menjelaskan tentang aktivitas produksi yang dilaksanakan. Oleh

karena itu, penggunaan analisis ekonomi lebih tepat apabila ditempatkan pada suatu

wilayah (Budiharsono 2005).

Arus pendapatan yang masuk ke dalam suatu wilayah akan menyebabkan kenaikan

konsumsi maupun kenaikan investasi dalam wilayah, yang dapat meningkatkan

pendapatan dan kesempatan kerja (Kadariah 1985). Daya dukung dan kelestarian

lingkungan laut mempunyai pengaruh yang penting, di samping pendayagunaan potensi

kelautan dan pemeliharaan kelestarian. Fungsi mutu lingkungan semakin tumbuh dan

berkembang. Subsektor perikanan tangkap memiliki nilai tambah dan nilai tukar yang

cukup tinggi jika dibandingkan dengan subsektor lainnya. Hal tersebut yang mendorong

Bappeda Pekalongan untuk lebih memusatkan pembangunan perikanan dalam

perencanaan daerah di setiap tahunnya.

D.2 Teori Growth Pole

Sebagaimana diketahui bahwa potensi dan kemampuan masing-masing wilayah

berbeda-beda satu sama lainnya, juga masalah pokok yang dihadapinya tidak sama

sehingga usaha-usaha pembangunan sektoral yang akan dilaksanakan harus

disinkronisasikan dengan usaha-usaha pembangunan regional. Teori lokasi klasik

ternyata tidak berlaku secara sempurna karena beranggapan bahwa semua kegiatan

berlangsung diatas permukaan (surface) yang sama, perbedaan geografis dianggap

tidak ada, fasilitas transportasi terdapat ke segala jurusan, bahan mentah (baku)

industri, pengetahuan teknis dan kesempatan produksi adalah seragam di seluruh

wilayah. Sebagai akibat dari ketidaksempurnaan pendekatan klasik tersebut kemudian

timbullah permikiran baru yaitu teori kutub pertumbuhan (growth pole). Teori Francois

Perroux ini menyatakan bahwa pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi di semua

wilayah akan tetapi terbatas hanya pada beberapa tempat tertentu dengan variabel

yang berbeda-beda intensitasnya. Mengikuti pendapat Perroux tersebut, Hirschman

mengatakan bahwa untuk mencapai tingkat pendapatan yang lebih tinggi harus

dibangun sebuah atau beberapa buah pusat kekuatan ekonomi dalam wilayah suatu

negara atau yang disebut sebagai pusatpusat pertumbuhan (growth point atau growth

pole). Menurut Perroux terdapat elemen yang sangat menentukan dalam konsep kutub

pertumbuhan yaitu pengaruh yang tidak dapat dielakkan dari suatu unit ekonomi

terhadap unit-unit ekonomi lainnya. Pengaruh tersebut semata-mata adalah

5

Page 6: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

dominasi ekonomi yang terlepas dari pengaruh tata ruang geografis dan dimensi tata

ruang. Perusahaan-perusahaan yang menguasai dominasi ekonomi tersebut pada

umumnya adalah industri besar yang mempunyai kedudukan oligopolistis dan

mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap kegiatan para langganannya.

Pandangan Perroux mengenai proses pertumbuhan adalah konsisten dengan teori

tata ruang ekonomi (economic space theory), dimana industri pendorong dianggap

sebagai titik awal dan merupakan elemen esensial untuk pembangunan selanjutnya.

Disini Perroux lebih menekankan pada aspek pemusatan pertumbuhan. Meskipun ada

beberapa perbedaan penekanan arti industri pendorong akan tetapi ada tiga ciri dasar

yang dapat disebutkan yaitu :

1. Industri pendorong harus relatif besar kapasitasnya agar mempunyai pengaruh kuat

baik langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Industri pendorong harus merupakan sektor yang berkembang dengan cepat.

3. Jumlah dan intensitas hubungannya dengan sektor-sektor lainnya harus penting

sehingga besarnya pengaruh yang ditimbulkan dapat diterapkan kepada unit-unit

ekonomi lainnya.

Dari sisi tata ruang geografis, industri-industri pendorong dan industri-industri yang

dominan mendorong terjadinya aglomerasi-aglormerasi pada kutub-kutub pertumbuhan

dimana mereka berada. Jelaslah bahwa industri pendorong mempunyai peranan

penting dalam proses pertumbuhan ekonomi.

Teori Growth Pole atau Teori Kutub Pertumbuhan yang diformulasikan oleh Perroux

menggambarkan pusat-pusat pertumbuhan yang bersifat keruangan abstrak, sebagai

tempat kekuatan sentrifugal dan sentripetal yang hanya terdapat di suatu tempat kegiatan

ekonomi yang dinamis yang tercipta di dalam dan di antara sektor-sektor ekonomi.

Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri, yaitu adanya hubungan intern antara berbagai

macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, adanya multiplier effect (unsur pengganda),

adanya konsentrasi geografis, dan bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya

(Tarigan, 2005 : 162).

Kutub Pertumbuhan dapat dilihat dengan dua cara yaitu:

1. Secara Fungsional

Suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang sifat

hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi

kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (daerah belakangnya).

2. Secara Gografis

Suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat

daya tarik ( pole of attraction ) yaang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik

6

Page 7: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

untuk berlokasi disitu dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang

ada dikota.

Inti teori Perroux

1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan yang merupakan

industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Keterkaitan

industri sangat erat , maka perkembangan indsutri unggulan akan

mempengaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan dengan industri

unggulan.

2. Pemusatan industri pada satu daerah akan mempercepat pertumbuhan

perekonomian karena akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar

daerah.

3. Perekonomian merupakan gabungan dari system industri yang relative aktif

(unggulan) dengan industri yang relative pasif atau industri yang tergantung

industri unggulan.

D.3 Konsep Basis Ekonomi

Menurut Glasson (1977), perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor,

yaitu kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis (basic activities) adalah

kegiatan yang mengekspor barang dan jasa ke tempat di luar batas-batas perekonomian

masyarakat yang bersangkutan, atau yang memasarkan barang dan jasanya kepada

orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

Kegiatan bukan basis (non-basic activities) adalah kegiatan yang menyediakan barang-

barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas

perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan ini tidak mengekspor barang

jadi, luas lingkup produksi dan daerah pasar terutama bersifat lokal.

Budiharsono (2005) mengatakan bahwa terdapat dua metode pengukuran yang

dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau

non basis, yaitu (1) metode pengukuran langsung dan (2) metode pengukuran tidak

langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan survei langsung untuk

mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini dapat

menentukan sektor basis dengan tepat. Namun, metode ini memerlukan biaya, waktu

dan tenaga kerja yang banyak.

Mengingat hal tersebut, maka sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan

metode pengukuran tidak langsung. Beberapa metode pengukuran tidak langsung,

yaitu ; (1) metode melalui pendekatan asumsi ; (2) metode location quotient ; (3)

metode kombinasi (1) dan (2); dan (4) metode kebutuhan minimum. Dari keempat

metode di atas, yang lebih baik digunakan dalam menentukan apakah sektor tersebut

basis atau tidak, adalah menggunakan metode Location Quotient (Budiharsono 2005).

7

Page 8: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

D.4 Analisis Shift Share

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sektor perikanan terhadap

PDRB (Swasono dan Endang diacu dalam Mulyani, 1997). Sumbangan sektor

perikanan terhadap PDRB setiap tahun. Adapun rumus dari shift share ini adalah:

Keterangan :

Pi : Besarnya kontribusi pada tahun i

Si : PDRB sektor perikanan pada tahun i

Ti : Total PDRB pada Tahun i

D.5 Analisis LQ

Metode Location Quotient Dirumuskan sebagai berikut :

Kriteria pengukuran LQ menurut Bendavid Val, (1991:74, Kuncoro, 2002) yaitu bila

LQ >1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih besar dari sektor

yang sama ditingkat nasional. Bila LQ < 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di

tingkat daerah lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat nasional, dan bila LQ = 1 :

berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat daerah sama dengan sektor yang

sama pada tingkat nasional.

Bila nilai LQ > 1 berarti subsektor tersebut merupakan sub sektor unggulan di daerah

dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Apabila

8

Pi = Si/Ti X 100%

Page 9: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

LQ < 1 berarti subsektor tersebut bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang

potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah.

E. DATA DAN ANALISIS

E.1 DATA

E.1.1.Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

Kabupaten Takalar Tahun 2007-2010 (Juta Rupiah)

Berdasarkan data selama lima tahun terakhir, tahun 2007-2011, rata-rata

produksi perikanan per tahun sebesar 57.409.699 kg atau 27,45% dari rata-rata

total produksi provinsi sebesar 4244 ton. Rata-rata nilai produksi perikanan per

9

Page 10: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

tahun sebesar Rp198.020.460,00 atau 25,93. Hal tersebut dapat menjadi dasar

untuk mengembangkan subsektor perikanan tangkap agar dapat memberikan

kontribusi yang lebih baik lagi terhadap pembangunan daerah Kabupaten Takalar.

E.1.2.Jumlah Produksi Sektor Perikanan di Kabupaten Takalar

Tabel Jumlah Produksi Sektor Perikanan di Kabupaten Takalar

NO KECAMATAN

JUMLAH PRODUKSI PERIKANAN MENURUT JENIS PERAIRAN (TON) JUMLAH

DARAT LAUT1 MANGARABOMBANG 158.675 637 159.3122 MAPPAKASUNGGU 150.507 509 151.0163 SANROBONE 127.000 424 127.424

4POLONGBANGKENG SELATAN

00 0

5 PATTALLASSANG 473 0 473

6POLONGBANGKENG UTARA

00 0

7 GALESONG SELATAN 822 467 1.2898 GALESONG 779 934 1.7139 GALESONG UTARA 46.131 1.273 47.404

JUMLAH 484.387 4.244 488.631

Sumber : Data Dinas Perikanan Kabupaten Takalar Tahun 2012

KET.

-Perairan Darat meliputi Seluruh Hasil Tambak dan Budidaya Rumput Laut

-Perairan Laut meliputi Seluruh Hasil Tangkap di Laut

Jumlah produksi perikanan paling banyak di Kabupaten Takalar terdapat di

Kecamatan Mangarabombang yaitu sebanyak 159.018 ton dengan jumlah

produksi perairan darat yang mendominasi (158.675 ton) dengan produksi yang

paling banyak yaitu Bandeng dan Rumput Laut.

Untuk basis Perairan Laut terdapat di Kecamatan Galesong Utara (1.273

ton) dengan menghasilkan ikan kembung sebagai jumlah produksi terbanyak (139

ton). Sedangkan ada tiga Kecamatan yang sama sekali tidak menghasilkan di

perairan laut ini yaitu Kecamatan Palongbangkeng Selatan, Patalassang, dan

Polongbangkeng Utara.

Kecamatan Patalassang menjadi daerah yang paling sedikit mempunyai hasil

produksi perikanan yaitu 473 yang berasal dari perikanan darat.

10

Page 11: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

E.1.3.Jumlah Produksi Sektor Perikanan menurut Jenis Tangkapan di

Kabupaten Takalar

E.1.4.Pola Distribusi Perikanan Tangkap di Kabupaten Takalar

SKEMA Pola distribusi Perikanan Tangkap Kabupaten TakalarKecamatan Mappakasunggu, Mangarabombang

Kecamatan Galesong

Kecamatan Galesong Utara

Sumber: Berdasarkan Hasil Wawancara: Kepala Dinas Perikanan Dan Kelautan

Bagian Perikanan Tangkap dan Nelayan Setempat, November 2013

11

Nelayan

Pengumpul

Dijual melalui pasar skala kecil

Pengumpul Skala lebih Besar

Industri Pegolahan

Pedagang maupun konsumen di dalam

Wilayah Kab. Takalar

Nelayan Pengumpul

Pengumpul Skala lebih Besar

Industri Pegolahan

Nelayan Dijual melalui kegiatan

pelelangan Pedagang yang berasal dari

berbagai Wilayah seperti Kota Makassar,

Kab.Gowa dan Kab. Takalar.

Pengumpul

Industri Pengolahan

Pengumpul Skala lebih

Besar

Konsumen Kota Makassar

Konsumen Kabupaten

Gowa

Konsumen Kabupaten

Takalar

Page 12: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

E.1.5.Perhitungan Loqation Quitent (LQ) di Kabupaten Takalar

12

Peperek Bambangan Kerapu Lencang Kurisi Gulama Cucut Pari Layang Selar KuweIkan

TerbangBelanak Teri Japuh Tembang

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 171 0,995 1,001 0,997 1,000 0,998 0,995 1,000 0,997 1,000 0,999 1,000 1,001 1,012 1,000 1,016 1,0002 0,995 0,996 1,000 0,996 1,001 1,013 0,998 0,993 1,000 1,003 1,000 0,992 1,005 1,000 1,016 1,0003 0,992 0,996 1,003 1,007 1,003 0,994 1,000 1,005 1,001 1,006 1,000 0,991 0,982 1,000 0,976 1,0004 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0005 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0006 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0007 0,998 1,002 1,001 0,996 1,002 1,005 1,006 0,998 1,001 1,004 1,000 1,004 1,015 0,999 0,998 1,0008 1,017 1,002 1,001 1,000 0,998 1,004 0,998 0,998 0,999 0,995 1,000 1,004 0,994 1,000 0,998 1,0009 0,995 1,000 1,000 1,000 1,001 0,995 1,000 1,005 1,000 0,999 1,000 1,001 0,997 1,000 0,996 1,000

KECAMATAN

1,000MANGARABOMBANGMAPPAKASUNGGU

GALESONG GALESONG UTARA

SANROBONEPOLONGBANGKENG SELATANPATTALLASSANGPOLONGBANGKENG UTARAGALESONG SELATAN

Lamuru Kembung CakalangUdang PutihCumi-Cumi Tenggiri Udang LainTelur Ikan TerbangGerot-GerotManyung Layur Ikan Lainnya Sotong Kakap Banyara Baronang18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

1 0,999 1,001 1,000 0,999 1,001 0,999 1,001 1,002 1,022 0,995 1,009 1,001 1,000 0,999 1,000 0,9982 0,999 1,000 1,001 1,012 1,005 0,999 1,012 1,012 0,973 1,013 0,981 1,001 1,005 1,001 1,001 1,0023 0,999 0,999 0,998 1,012 0,992 1,011 0,990 0,983 1,022 0,994 1,008 1,001 1,000 1,000 1,000 1,0034 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0005 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0006 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0007 0,999 1,000 1,000 0,994 0,999 0,987 0,988 0,998 0,995 1,005 0,993 1,001 0,989 0,998 1,000 0,9998 0,998 1,000 1,000 0,993 0,999 1,004 1,002 0,998 0,995 1,004 0,993 0,999 1,002 1,000 1,000 0,9999 1,003 1,000 1,000 0,999 1,001 0,999 1,001 1,002 0,998 0,995 1,008 0,999 1,000 1,001 1,000 1,001

GALESONG

1

GALESONG UTARA

SANROBONEPOLONGBANGKENG SELATANPATTALLASSANGPOLONGBANGKENG UTARAGALESONG SELATAN

KECAMATAN

MANGARABOMBANGMAPPAKASUNGGU

Ikan Merah

Tuna Tongkol34 35 36

1 1,000 1,000 1,0002 0,999 1,000 0,9963 1,000 1,000 1,0034 0,000 0,000 0,0005 0,000 0,000 0,0006 0,000 0,000 0,0007 1,003 1,000 1,0048 0,999 1,000 0,9999 1,000 1,000 1,000

POLONGBANGKENG UTARAGALESONG SELATANGALESONG GALESONG UTARA

MANGARABOMBANGMAPPAKASUNGGUSANROBONEPOLONGBANGKENG SELATANPATTALLASSANG

KECAMATAN1 Analisis LQ pada tabel berikut menunjukkan komoditas unggulan di perikanan

tangkap Kabupaten Takalar. Kecamatan Galesong Utara memiliki 23 jenis komoditi

unggulan di sektor perikanan tangkap dengan jumlah 23 jenis ikan dan disusul oleh

Kecamatan Mappakasunggu dengan 22 jenis ikan, Kecamatan Mangarabombang

dengan 21 jenis ikan, Kecamatan Sanrabone dan Galesong Selatan dengan 17

jenis ikan, dan Kecamatan Galesong dengan 22 jenis ikan yang menjadi komoditas

unggulan.

Tabel Analisis Loqation Quotient (LQ) di Kabupaten Takalar

Sumber: data diolah menggunakan analisis LQ oleh perencana pada November 2013.

Page 13: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

E.1.6.Banyaknya Alat Penangkap Ikan menurut Jenisnya

Tabel Jenis Alat Penangkap Ikan di Kabupaten Takalar Menurut Kecamatan

Sumber: Data BPS dan Dinas Perikanan Kabupaten Takalar

Pada data tersebut ditemukan bahwa Jenis Alat Penangkap menggunakan Jaring Insang (Gilnnet) yang paling banyak digunakan

oleh para nelayan di Kabupaten Takalar dengan daerah Kecamatan Galesong Utara sebagai pengguna terbanyak sebesar 3.684

buah dan total keseluruhan jaring insang yang digunakan di seluruh kabupaten adalah 12.280 buah.

Di samping ini adalah dua macam teknik

penggunaan Gillnet yang kerap digunakan

oleh Nelayan di Kabupaten Takalar yaitu

Drift Gillnet dan Bottom Gillnet

13

PAYANG PUKAT CINCIN

JARING KLITIK

JARING LINGKAR

PUKAT PANTAI

JARING INSANG

RAWAI TETAP

PANCING LAIN

BAGAN TANCAP

SEROJARING INSANG HANYUT

DERMALALAT

TANGKAP LAIN

BUBU/ PAKKAJA

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 151 72 32 60 60 85 1228 371 392 15 115 146 85 970 5852 36 32 30 60 14 1228 371 392 14 114 98 85 1940 5853 18 32 15 60 14 1228 371 392 98 28 970 2934567 54 32 45 60 57 2456 741 784 244 28 1940 14638 72 64 60 120 28 2456 741 784 244 28 1940 14639 108 128 90 240 85 3684 1112 1176 146 28 1940 1463

2012 360 320 300 600 283 12280 3707 3920 29 229 976 282 9700 585220112010

KABUPATEN TAKALAR

POLONGBANGKENG SELATANPATTALLASSANGPOLONGBANGKENG UTARAGALESONG SELATANGALESONG GALESONG UTARA

KECAMATAN

1MANGARABOMBANGMAPPAKASUNGGUSANROBONE

Page 14: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

E.1.7.Banyaknya Nelayan Di Kabupaten Takalar

Tabel Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap

KECAMATAN JUMLAH NELAYAN

1 2

1 MANGARABOMBANG 5132 MAPPAKASUNGGU 6413 SANROBONE 108

4 POLONGBANGKENG SELATAN

5 PATTALLASSANG 6 POLONGBANGKENG UTARA 7 GALESONG SELATAN 12018 GALESONG 8769 GALESONG UTARA 1873

KABUPATEN TAKALAR

2012 5212

2011 170802010 17080

Jumlah nelayan di Kabupaten Takalar pada Tahun 2012 sebanyak 5.212

orang. Mengalami penurunan sebesar 11.868 pada Tahun 2012. Menurut

Data BPS Perikanan Takalar jumlah nelayan yang paling banyak bertempat

tinggal di Galesong Selatan yaitu sebanyak 1.201 orang.

E.1.8.Jumlah dan Jenis Perahu Yang Digunakan Nelayan di Kabupaten

Takalar

Tabel Jumlah dan Jenis Perahu Yang Digunakan Nelayan di Kabupaten Takalar

PERAHU TANPA MOTOR

MOTOR TEMPEL

KAPAL MOTOR

JUMLAH

2 3 4 51 161 243 149 553 2 120 243 149 512 3 40 162 74 276 4 - - -5 - - -6 - - -7 20 243 298 561 8 20 243 298 561 9 40 486 521 1.047

2012 401 1.620 1.489 3.510 20112010

KABUPATEN TAKALAR

POLONGBANGKENG SELATANPATTALLASSANGPOLONGBANGKENG UTARAGALESONG SELATANGALESONGGALESONG UTARA

KECAMATAN

1MANGARABOMBANGMAPPAKASUNGGUSANROBONE

14

Sumber: Data BPS dan Dinas

Perikanan Kabupaten Takalar

Sumber: Data BPS dan Dinas Perikanan Kabupaten Takalar

Page 15: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

E.1.9.Hirarki Pusat Kota Kabupaten Takalar Sesuai Dengan Peran Fungsi

Utama

Tabel Hirarki Pusat Kota Kabupaten Takalar Sesuai Dengan Peran Fungsi Utama

HIRARKI/ORDEPUSAT KOTA

PERAN FUNGSIUTAMA

PERAN FUNGSIPENUNJANG

ISTRERAT

A

ORDE PERTAMAPatallasang/PATTALASSANG

PP1

Sub Pusat Pengembangan Sulbar

Pusat Pemerintahan Regional

Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi

Pusat Pelayanan Kepelabuhanan

Pusat Industri Perikanan

Perdagangan Regional

Sistem Transportasi Regional

Perikanan Terpadu

Industri Jasa Kemaritiman

Jasa Kepariwisataan

Permukiman Jasa

Kepelabuhanan Agroindustri dan

Agrobisnis Hasil Pertanian

1.300

ORDE KEDUA1) Galesong

Kota/Galesong2) Cilallang/

Mapakkasungu

PP2

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pusat Pelayanan Sosial

dan Ekonomi kecamatan Pusat

Pelayanan Kepelabuhan-Pariwisata

Perdagangan Lokal

Transportasi Lokal

Jasa Kepariwisataan

Perikanan Laut Jasa

Kepelabuhanan Permukiman Hasil Pertanian

300

ORDE KETIGA1) Mengadu/

MANGARABOMBANG2) Palleko/

POLOMBANGKENG UTARA

3) Bonto Kassi/POLOMBANGKENG SELATAN

4) Sonro Bone/SANRBONE

5) Bonto Lebang/GALESONG UTARA

6) Bonto Kassi/GALESONG SELATAN

PP3

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pusat Pelayanan Sosial

dan Ekonomi kecamatan Pusat Industri

Rakyat

Industri Kecil Rakyat

Hasil-hasil Pertanian

Hasil-Hasil Perkebunan

Jasa Kepariwisataan

Permukiman Perikanan darat

dan laut

250250

Sumber: RTRW Kabupaten Takalar 2013

15

Page 16: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

E.2 ANALISIS

E.2.1. Analisis Shift share

Analisis shift share diperoleh dari rasio antara PDRB sektor pada tahun i

dengan total PDRB sektor pada tahun yang sama dikalikan seratus persen. Tabel

dibawah memperlihatkan kontribusi sektor dalam perekonomian Kabupaten

Takalar dari tahun 2007-2011.

Struktur perekonomian Kabupaten Takalar pada tahun 2007 merupakan

stuktur yang didominasi oleh sektor pertanian 47,50%; Jasa-jasa 15,18%; dan

Prdagangan, Hotel dan Restoran 10,91%.

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa sektor perikanan memiliki

kontribusi yang cukup besar yaitu sekitar 21,45% sampai 25,74% hal ini

disebabkan Kabupaten Takalar dalam hal perikanan tidak hanya mengacu pada

perikanan darat tetapi juga perikanan laut. Nilai kontribusi perikanan dikabupaten

ini juga terus mengalami peningkatan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

peningkatan kontibusi bertambah sekitar 14,17%.

Tabel. Kontribusi Sekor Dalam Perekonomian Kabupaten Takalar Tahun 2007-2011 (%)

Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 20111. Pertanian 47,50 47,36 47,19 51,45 47,85 1.1 Pertanian Tanaman Pangan 19,96 19,68 19,39 19,52 16,70 1.2 Perkebunan 4,09 3,99 3,87 4,06 3,61 1.3 Peternakan 1,99 1,92 1,86 2,11 1,90 1.4 Kehutanan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 1.5 Perikanan 21,45 21,75 22,04 25,74 25,622. Pertambangan dan Penggalian 0,72 0,67 0,65 0,69 0,623. Industri Pengolahan 8,57 8,35 8,03 0,05 7,444. Listik Gas dan Air Bersih 1,11 1,15 1,18 1,35 1,315. Konstruksi 5,23 5,21 5,18 5,53 5,026. Perdagangan, Hotel & Restoran 10,91 11,03 11,16 12,15 11,277. Pengangkutan dan Komunikasi 4,77 4,68 4,69 4,98 4,528. Keuangan, Persewaan dan Jasa 6,01 6,06 6,12 6,66 6,189. Jasa-jasa 15,18 15,50 15,80 17,14 15,81

E.2.2. Analisis Location Quentient Perikanan Tangkap berdasarkan

Jumlah Produksi Kabupaten Takalar

Komoditas unggulan dapat ditentukan dengan melakukan perhitungan

terhadap volume produksi dari subsektor perikanan tangkap. Perhitungan

dilakukan dengan menggunakan metode analisis Location Quentient (LQ).

Analisis dalam penentuan hasil tangkapan unggulan yaitu dengan cara

16

Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Takalar, Tahun 2007-2011, diolah

Page 17: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

membandingkan hasil (jumlah produksi) tangkapan di Kabupaten Takalar

dengan hasil tangkapan kecamatan-kecamatan yang berada di kabupaten

tersebut.

Dari hasil perhitungan LQ tersebut diketahui kecamatan Galesong Utara

memiliki komoditas unggulan perikanan tangkap terbanyak yaitu sebanyak 23

komoditi dengan nilai LQ>1, komoditi unggulan tersebut ialah paperek,

bambangan, kerapu, lencang, kurisi, cucut dan ikan lainnya (Lihat Peta Potensi

Perikanan Tangkap). Sedangkan Kecamatan Mappakasunggu memiliki 22

komoditi unggulan, Kecamatan Mangarabombang memiliki 21 komoditi

unggulan, Kecamatan Sanrobone memiliki 17 komoditi unggulan dan Kecamatan

Galesong memiliki 12 komoditi unggulan. Nilai LQ>1 menunjukkan sektor

perikanan unggulan yang dapat dikembangkan di kecamatan-kecamatan

tersebut.

E.2.3. Analisis LQ Sektor Berdasarkan Indikator Tenaga Kerja

Nilai LQ tenaga kerja dihitung dengan membandingkan antara kontribusi

penyerapan tenaga pada sektor perikanan di kecamatan-kecamatan yang

berada di Kabupaten Takalar dengan kontribusi penyerapan tenaga kerja pada

sektor perikanan Kabupaten Takalar. Nilai LQ lebih atau kurang dari satu

menunjukkan bahwa suatu sektor dapat menyerap tenaga kerja dan membuka

lapangan pekerjaan baru atau tidak di bidang perikanan.

Untuk perikanan laut yang memiliki nilai LQ>1 adalah kecamatan Galesong

Utara, Galesong Selatan dan Galesong (Lihat: Tabel Analisis LQ atau Peta

Potensi Perikanan Tangkap). Sedangkan untuk perikanan tambak adalah

kecamatan Pattalassang, kecamatan Mappakasunggu, kecamatan Sanrobone

dan kecamatan Mangarabombang. Untuk budidaya rumput laut yang memiliki

nilai LQ>1 adalah kecamatan Mangarabombang, kecamatan Galesong dan

kecamatan Sanrbone. Nilai LQ>1 menunjukkan bahwa kecamatan-keecamatan

tersebut merupakan sektor basis dalam penyediaan kesempatan kerja. Hal ini

mengindikasikan bahwa sektor prikanan dapat menciptakan kesempatan kerja di

Kabupaten Takalar.

17

Page 18: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

Tabel. Nilai Location Quitent (LQ) sektor perikanan menurut indikator

jumlah tenaga kerja

KECAMATANLQ

LAUT

1 MANGARABOMBANG 0,45

2 MAPPAKASUNGGU 0,48

3 SANROBONE 0,17

4POLONGBANGKENG

SELATAN 0

5 PATTALLASSANG 0

6 POLONGBANGKENG UTARA 0

7 GALESONG SELATAN 1,95

8 GALESONG 1,05

9 GALESONG UTARA 2,99

E.2.4. Keterkaitan Teori Basis Ekspor dengan Perikanan di Kabupaten

Takalar

Teori pertumbuhan regional berbasis ekspor menerangkan bahwa beberapa

aktivitas di suatu daerah adalah basis dalam arti bahwa pertumbuhannya

menimbulkan dan menentukan pembangunan menyeluruh daerah itu,

sedangkan aktivitas-aktivitas lain (non basic) merupakan konsekuensi dari

pembangunan menyeluruh tersebut. Sektor perikanan di Kabupaten Takalar

merupakan faktor yang paling berkembang baik dari kontribusi ke PDRB

Kabupaten Takalar maupun dari jumlah produksi yang dihasilkan oleh sektor ini.

Di kabupaten ini memiliki sekitar 22 komoditi unggulan dari sektor perikanan

tangkap atara lain paperek, bambangan, kerapu, lencang, kurisi, cucut dan jenis

ikan lainnya.

Dimana kabupaten ini memiliki jumlah produksi sekitar 2,18 % dari jumlah

produksi total Provinsi Sulawesi Selatan dan jens ikan yang memiliki kontribusi

yang lumayan besar dalam jumlah produksi Provinsi Sulawesi Selatan adalah

ikan tuna sebesar 6,6%, ikan sotong sebesar 11,32%, ikan layur sebesar

14,62% sedangkan telur ikan terbang sebesar 100% (berdasarkan Data Jumlah

Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Perikanan

Provinsi Sulawesi Selatan). Sehingga kabupaten ini memiliki peluang yang

18

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar, Tahun 2013, diolah

Page 19: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

sangat besar untuk mengadakan kegiatan ekspor baik merupakan skala regional

maupun skala antar pulau.Menurut teori basis ekonomi menyatakan bahwa

faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan

langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.

Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk

tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan

daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) sehingga dapat

meningkatkan pendapatan daerah di Kabupaten Takalar.

E.2.5. Keterkaitan Teori Growth Pole dengan Perikanan di Kabupaten

Takalar

Teori Growth Pole atau Teori Kutub Pertumbuhan yang diformulasikan oleh

Perroux menggambarkan pusat-pusat pertumbuhan yang bersifat keruangan

abstrak, sebagai tempat kekuatan sentrifugal dan sentripetal yang hanya

terdapat di suatu tempat kegiatan ekonomi yang dinamis yang tercipta di dalam

dan di antara sektor-sektor ekonomi.

Teori Kutub Pertumbuhan juga telah menyetuh salah satu Sektor Basis yang

ada di Kabupaten Takalar yaitu Sektor Perikanan. Fenomena ini dapat dilihat

dari dua kutub pertumbuhan di Kabupaten Takalar.Pelelangan ikan di Desa

Beba, Kecamatan Galesong Utara dimana di lokasi tersebut merupakan lokasi

konsentrasi dari pelangan ikan di Kabupaten Takalar yang memiliki unsur

kedinamisan sehingga dapat menstimulasi kehidupan ekonomi di kawasan

tersebut. Adanya pusat pelelangan ikan ini menyebabkan adanya pole of

attraction sehingga menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk

berlokasi disitu termasuk kegiatan industri. Jumlah industri perikanan di

kecamatan ini merupakan jumlah industri terbanyak yaitu sekitar 66 perusahaan.

E.2.6. Keterkaitan Teori Lokasi dengan Perikanan di Kabupaten Takalar.

Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada totalbiaya

transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum.

Tempat dimana total biaya transprtasi dan tenaga kerja minimum adalah identik

dengan keuntungan maksimum.

Menurut Weber lokasi yang paling baik yaitu dekat dengan bahan baku.

Industri pengolahan perikanan tangkap terbanyak berada di Kecamatan

Galesong Utara dengan 66 perusahan, banyaknya industri yang berkembang di

kecamatan ini karena kecamatan ini berbatasan dengan laut sehingga

memudahkan dalam pendistribusian bahan baku. Jumlah tenaga kerja di

19

Page 20: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

kecamatan ini juga memiliki jumlah tenaga kerja sub-sektor perikanan tangkap

terbanyak yaitu sekitar 1.873 orang.

E.2.7. Analisis Variabel Penentuan Simpul

Berdasarkan analisis teori diatas maka dapat ditentukan Variabel dan Indikator

dalam menentukan simpul pengembangan sektor perikanan budidaya maupun tangkap.

Variabel IndikatorGeografis Jarak Simpul dengan Wilayah Lainnya

Hirarki Pusat Pelayanan Potensi Perikanan Tangkap Jumlah Produksi

Potensi IndustriKetenagakerjaan

Sarana dan Prasarana Armada Penangkapan IkanHirarki JalanKondisi PasarKondisi Pelabuhan

Tabel Variabel dan Indikator penentuan simpul sektor perikanan Kabupaten Takalar

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Variabel dan Indikator diatas, dapat

ditentukan Kecamatan Galesng Utara sebagai lokasi penempatan simpul

pengembangan sektor perikanan tangkap kabupaten Takalar, melalui pertimbangan

sebagai berikut:

1. Geografis

a. Jarak Simpul dengan Wilayah Lainnya

Kecamatan Galesong Utara merupakan kecamatan yang berbatasan

langsung dengan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa. Sehingga memudahkan

dalam kegiatan distribusi hasil perikanan tangkap. (Lihat Peta Analisis dan

Perencanaan)

b. Hirarki Pusat Pelayanan

Menurut Pembagian Strutktur Ruang - RTRW Kabupaten Takalar, Pusat

Pelayanan terbagi atas tiga hirarki, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Berdasarkan tabel Hirarki Pusat Kota Kabupaten Takalar Sesuai Dengan

Peran Fungsi Utama pada halaman 15 dapat dilihat bahwa Kecamatan

Galesong Utara termasuk dalam Wilayah Pengembangan 3 (PP3), yang memiliki

peran fungsi utama sebagai Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi, dimana

memungkinkan untuk terjadinya pengembangan pasar/pelelangan ikan. Salah

satu peran fungsi penunjang adalah Pengembangan Industri Kecil Perikanan

Laut bagi para nelayan sehingga dapat mengangkat kesejahteraan untuk para

nelayan.

20

Page 21: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

2. Potensi Perikanan Tangkap

a. Jumlah Produksi

Jumlah produksi perikanan tangkap terbanyak berada di Kecamatan

Galesong Utara dengan jumlah tangkapan sebesar 1.273 ton disusul Kecamatan

Galesong dengan jumlah tangkapan sebesar 934 ton.

Kecamatan Galesong Utara memiliki jumlah jenis komoditas unggulan

terbanyak yaitu sebesar 23 jenis komoditi disusul Kecamatan Mappakasunggu

dengan 22 komoditi unguulan dan Kecamatan Mangarabombang dengan 21

komoditi ungulan. Jenis komoditas unggulan didapatkan melalui perhitungan

terhadap volume produksi dari subsektor perikanan tangkap. Perhitungan

dilakukan dengan menggunakan metode analisis Location Quentient (LQ).

b. Potensi Industri

Dalam strategi pengembangan kegiatan dalam Revisi Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kabupaten Takalar Tahun 2008-2028 disebutkan bahwa

pengembangan industri hasil-hasil perikanan darat dan perikanan laut akan

diselenggarakan di Kecamatan Galesong Utara dan Selatan, Kecamatan

Mappakasunggu.

Industri pengolahan perikanan tangkap terbanyak berada di Kecamatan

Galesong Utara dengan 66 perusahan yang terdiri dari 42 perusahaan

pembuatan pindang ikan, industri pengolahan/pengeringan ikan sebanyak 21

perusahaan dan perusahaan pegolahan telur ikan terbang sebanyak 3

perusahaan. Di kecamatan ini juga terdapat 11 perusahaan pembuatan pukat

dan 1 perusahaan pembuatan es balok. Jadi kecamatan ini sangat potensial

untuk dikembangkan karena adanya kedekatan perindustian dengan bahan baku

sehingga dapat meminimalkan biaya transportasi.

c. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan memiliki peran strategis dan menduduki posisi sentral dalam

meningkatkan produktivitas dan kinerja suatu sektor terutama sektor prikanan

tangkap. Ketenagakerjaan merupakan aset yang paling berharga dan terpenting,

mengingat peran dan fungsinya sebagai value creating, yang mampu

menghasilkan produk yang mengikuti dinamika perubahan permintaan pasar.

Jumlah tenaga kerja sub-sektor perikanan tangkap yang terbesar berada di

Kecamatan Galesong Utara yaitu sebesar 1.873 orang, kemudian di Kecamatan

21

Page 22: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

Galesong Selatan terdapat 1.201 orang. Banyaknya jumlah nelayan dapat

mengindikasikan banyaknya produksi yang dapat dihasilkan dari sub sektor ini.

3. Sarana dan Prasarana

a. Jumlah Armada Penangkapan Ikan

Armada penangkapan ikan juga merupakan salah satu indikator untuk

meningkatkan jumlah produksi perikanan. Jumlah armada penangkapan ikan

terbanyak berada di Kecamatan Galesong Utara yaitu sebanyak 1.047 unit yag

terdiri dari 40 perahu tanpa motor, motor tempel sebesar 486 unit dan kapal

motor sebesar 521 unit. Kecamatan ini juga memiliki 12 jenis alat penangkapan

dengan jumlah terbanyak diantara semua kecamatann yaitu sekitar 10.200 unit.

Dalam RTRW moda transportasi laut untuk kegiatan perikanan di Kabupaten

Takalar ditunjang oleh beberapa pelabuhan rakyat dan pelabuhan pendaratan

ikan (PPI). Salah satu pelabuhan pelabuhan pendaratan ikan yang direncanakan

oleh pemerintah Kabupaten Takalar adalah di Dusun Beba Desa Tamasaju

Kecamatan Galesong Utara.

b. Hirarki Jalan

Kabupaten Takalar memiliki tiga jenis klasifikasi jalan yaitu jalan kolektor

primer, kolektor sekunder dan jalan lokal. Kecamatan Galesong Utara memiliki

dua jenis jaringan jalan yaitu jaringan jalan Kolektor dan jaringan jalan kolektor

sekunder dan jarigan jalan lokal. Jalan kolektor sekunder di kecamatan ini

memiliki lebar sekitar 5 meter. Jalan ini sebenarnya tidak dapat dikatakan jalan

kolektor sekunder karena jalan kolektor sekunder memiliki lebar badan jalan

minimal 9 meter. Namun dalam RTRW diketahui bahwa akan ada pembangunan

dan peningkatan jalan kolektor yang merupakan penghubung antara jalan poros

Takalar dengan Trans Sulawesi koridor Barat untuk mendukung sektor-sektor

produksi, guna meningkatkan produktivitas sektor unggulan.

c. Kondisi Pasar

Terdapat tiga Tempat Pendaratan Ikan (TPI) di Kabupaten Takalar yaitu di

Kecamata Galesong, Galesong Utara dan Kecamatan Mangarabombang.

Tempat Pendaratan Ikan (TPI) di boddia yang berada di Kecamatan Galesong

yang sangat sepi. Padahal TPI ini telah dilengkapi dengan kantor dan beberapa

fasilitas pelayanan untuk nelayan. Terdapat depot BBM, kios bagi nelayan.

Sudah bertahun-tahun area ini jadi andalan promosi pemerintah kabupaten

hingga pusat sebagai sentra perikanan. Namun dapat dilihat jumlah pengunjung,

22

Page 23: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

jumlah perahu dan nelayan yang datang ke tempat ini sangat sedikit. Hal

berbeda dapat dilihat di Tempat Pelelangan Ikan Beba yang terdapat di

Kecamatan Galesong Utara TPI Beba merupakan TPI paling sibuk dalam

wilayah Kabupaten Takalar. Puluhan bahkan ratusan perahu silih berganti

datang pusat pelelangan ikan ini. Para pembeli berasal dari Kabupaten Gowa,

Kabupaten Takalar hingga Kota Makassar. Padahal fasilitas yang ada masih

sangat terbatas.

Gambar Kondisi Pelelangan Ikan di Desa Beba pada pagi hari yang diramaikan oleh

aktivitas jual beli Nelayan dan Calon Konsumen, diambil pada Oktober 2013.

d. Kondisi Pelabuhan

Kondisi pelabuhan penangakapan ikan masih minim sarana dan prsarananya.

Oleh karena itu pemerintah kabupaten Takalar akan membangun pelabuhan

penangkapan ikan di Pelabuhan Galesong di Kecamatan Galesong. Konsep

pengembangan pelabuhan PPI mempertimbangkan aksesibilitas terhadap

infrastruktur penunjangnya seperti cold storage, pabrik es, dan industri

pengawetan dan pengalengan ikan

23

Page 24: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

GGambar Kondisi Pelabuhan Ikan di Desa Beba pada pagi hari yang tidak terawat,

diambil pada Oktober 2013.

24

Page 25: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

F. PERENCANAAN

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) sangat penting diketahui oleh nelayan

sebelum melakukan operasi penangkapan ikan, hal ini bertujuan agar operasi penangkapan

ikan dapat berjalan dengan efektif. Pengetahuan daerah penagkapan ikan dapat meliputi

kelimpahan stok, sifat fisik lingkungan perairan, serta distribusi jenis ikan. Penentuan daerah

penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan umumnya berdasarkan hasil tangkapan

sebelumnya, hal ini pada trip sebelumnya nelayan akan memperoleh hasil tangkapan yang

banyak maka pada trip selanjutnya nelayan akan kembali kedaerah penangkapan yang

sama.

Umumnya nelayan yang ada di Kota Kabupaten Takalar memiliki daerah yang hampir

sama, yaitu perairan pantai Selat Makassar serta Perairan dan Pesisir Kabupaten Takalar

namun tempat pendaratan ikan yang berbeda-beda ini tergantung dari harga ikan di

pelelangan/pasar atau dari tempat pada masing-masing nelayan.

Nelayan melakukam aktifitas penangkapan dengan menggunakan perahu tanpa motor

biasanya daerah penangkapan yang dituju hanya sekitar perairan pantai dengan jarak 1-3

mil, nelayan yang menggunanakan perahu yang dilengkapi mesin penggerak (motor tempel)

daerah penangkapannya sekitar 3-5 mil dan nelayan yang menggunakan kapal motor

biasanya daerah penangkapannya sekitar 6-10 mil atau tergantung di mana nelayan

melakukan operasi penangkapan.

Pangkalan pendaratan ikan beserta dengan prasarananya pada hakekatnya

dibangun sebagai prasarana ekonomi dengan tugas pokok adalah memberikan

pelayanan dan kemudahan kepada para pemakai khususnya nelayan. Sesuai

dengan fungsi dan peranan PPI maka pihak pengelola PPI dituntut selain mampu

mengoptimalkan pengelolaan terhadap fasilitas yang tersedia untuk kepentingan

kelangsungan kegiatan perikanan juga harus mampu menyesuaikan kapasitas

fasilitas yang ada dengan perkembangan produksi perikanan, dengan jasa dan

pelayanan yang diberikan PPI diharapkan terjadi peningkatan berbagai segi usaha

kegiatan perikanan, baik yang dilakukan oleh para nelayan maupun pengelolaan

ikan.

Jenis usaha yang dilakukan koperasi dalam membantu nelayan yaitu usaha

simpan pinjam, pertokoan dan peralatan perikanan, menjual bahan bakar, penjualan

es, air pam dan pengelolaan sarana PPI seperti keranjang dan cool box.

(LIHAT PETA PERENCANAAN SIMPUL)

25

Page 26: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

G. REFERENSI

1. Budiharsono, Sugeng Dr. Ir. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Lautan. Jakarta: PT Pradnya Paramita

2. Burhan, Dr. 1989. Perencanaan Stratejik. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo

3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

4. Gaspersz, Vincent. 2006. Sistem Manajemen Kerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

5. Handayaningrat, Drs. Soewarno. 1984. Admnistrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: PT Gunung Agung

6. Husein,Umar. 2005. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

7. Juliantara, Dadang. 2004. Maritim, Partnership, dan Pembaruan. Yogyakarta: Pustaka Jogja Mandiri.

8. Kurniawan, Fitri Lukiastuti, SE, MM dan Muliawan Hamdani, SE. 2008. Manajemen Stratejik Dalam Organisasi. Yogyakarta: Medpress (IKAPI)

9. Lembaga Administrasi Negara, 2008. Kajian Manajemen Stratejik. Jakarta: Kedeputian Bidang Diklat SPIMNAS

10. Miles, B dan Michael Huberman, A. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press

11. Nazir, Moh Ph.D. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

12. Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta

13. Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

14. Riggs, Fred W. 1986. Administrasi Pembangunan: Batas-Batas, Strategi Pembangunan dan Pembaharuan Administrasi. Jakarta: Rajawali

26

Page 27: Laporan Perencanaan Sektor Perikanan Kab. Takalar

27