laporan perencanaan struktur rumah puri gading
DESCRIPTION
Laporan Struktur Rumah TinggalTRANSCRIPT
1. PENDAHULUAN
DATA UMUM
Nama proyek : Rumah tinggal Puri Gading
Lokasi proyek : Jimbaran-Bali
DATA STRUKTUR
Fungsi bangunan : Rumah tinggal
Sistem struktur : Struktur beton bertulang
Mutu beton : f’c = 20 Mpa
Mutu tulangan : BJTD 40 fy = 400 MPa
: BJTP 24 fy = 240 MPa
Jenis pondasi : Pondasi telapak
Jumlah dan fungsi lantai: - Lantai 1 : Hunian
- Lantai 2 : Hunian
- Lantai 3 : Hunian
Tinggi Bangunan : - lantai 1 – lantai 2 = 2.7 meter
- lantai 2 – lantai 3 = 3.3 meter
- Lantai 3 – ring balok = 2.85 meter
PERATURAN PERENCANAAN
1. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-2847-2002
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-1726-
2012
3. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983)
PEMBEBANAN
Struktur dibebani dengan beban akibat berat sendiri struktur, beban mati tambahan, beban
hidup dan beban gempa. Beban mati tambahan meliputi dan beban finishing lantai serta
beban genteng. Beban hidup meliputi beban hidup lantai dan beban
1
akibat air hujan. Beban yang digunakan dalam perencanaan struktur meliputi:
1. Beban mati (D) : berat sendiri struktur + beban mati tambahan + beban genteng
2. Beban hidup (L) : beban hidup pada lantai dan beban hidup atap
3. Beban gempa (E)
Kombinasi beban yang digunakan yaitu:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6 L
3. 1D + 1L +1E
4. 1D + 1L - 1E
5. 1,2D + L + E
6. 1,2D + L – E
7. 0,9 D + E
8. 0,9D – E
Beban-beban yang bekerja pada struktur:
A. Beban mati
1. Beban mati finishing lantai
Adukan per cm tebal : 21 kg/m2 (PPIUG 1983)
Penutup lantai per cm tebal : 24 kg/m2 (PPIUG 1983)
Plafond : 18 kg/m2 (PPIUG 1983)
Beban MEP : 30 kg/m2
2. Beban genteng : 50 kg/m2 (PPIUG 1983)
B. Beban hidup
1. Beban hidup lantai : 250 kg/m2 (PPIUG 1983)
2. Beban hidup pada atap gedung
Pada atap dan/atau bagian atap serta pada struktur tudung (canopy) yang dapat dicapai
dan dibebani oleh orang, harus diambil 100 kg/m2 bidang datar.
Pada atap dan/atau bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani oleh orang, harus
diambil yang paling menentukan diantara kedua macam beban berikut:
a. Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari air hujan sebesar (40-0,8α) kg/m2.
Dimana α adalah sudut kemiringan atap dalam derajat, dengan ketentuan beban
tersebut tidak perlu diambil > 20 kg/m2 dan tidak perlu ditinjau bila α > 50o.
b. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran
dengan peralatannya sebesar 100 kg.
2
C. Beban gempa
Perhitungan beban gempa pada SAP 2000 menggunakan fitur pembebanan gempa
otomatis yaitu fitur Auto load berdasarkan IBC 2009 yang disesuaikan dengan SNI
Gempa tahun 2012. Penggunaan IBC 2009 ini disesuaikan dengan Peta Zonasi gempa
terbaru tahun 2012 terbitan PU (Gambar 1). Parameter-parameter yang disesuaikan
tersebut antara lain :
1. Spektral percepatan, Ss : 0,979
2. Spektral percepatan, S1 : 0,354
3. Faktor Respon Modifikasi (R) : 8
4. Faktor Sistem Perkuatan (Ss) : 3
5. Faktor Deflection Amplication (Cd) : 5,5
6. Faktor Keutamaan Gedung (I) : 1
7. Kelas Tanah : C (Keras)
8. Kategori desain seismik (KDS) : D ( High Seismic Risk)
- Fa : 1,008
- Fv : 1,446
- SDS : 0.658 g
- SD1 : 0,341 g
3
Gambar.1. Grafik Peta Zonasi Gempa Indonesia
1. PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR
PEMODELAN STRUKTUR
Struktur Rumah lantai 3 dimodel sebagai Struktur Rangka Open Frame. Untuk
menganalisa dan mendisain struktur, telah dibuat sebuah model struktur dengan
menggunakan program SAP 2000.
Pembebanan pada model struktur diberikan sesuai dengan perhitungan beban rencana yang
telah dibahas sebelumnya.
Data-data elemen struktur:
1. Balok
TB1 150/250 mm
B1 200/700 mm
B2 150/550 mm
B3 150/400 mm
B4 150/250 mm
2. Kolom
C1 450/1000 mm
C2 150/900 mm
C3 150/450 mm
C4 150/200 mm
3. Pelat
Pelat lantai dasar : 100 mm
Pelat lantai : 150 mm
Pelat atap : 120 mm
4
Gambar 3. Gambar Model Struktur 3D
5
ANALISIS STRUKTUR
Analisis struktur dilakukan menggunakan program SAP 2000 dengan faktor beban
merujuk pada peraturan perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung SNI 03-2847-
2002. Dari hasil analisa struktur, diperoleh gaya-gaya dalam masing-masing struktur
portal.
a. Diagram Momen
Gambar 4. Diagram Momen portal 5 akibat Berat Mati (KNm)
6
Gambar 5. Diagram Momen portal O akibat Beban Mati (KNm)
7
Gambar 6. Diagram Momen portal 5 akibat Beban Hidup (KNm)
8
Gambar 7. Diagram Momen portal O akibat Beban Hidup (KNm)
9
Gambar 8. Diagram Momen portal 5 akibat Beban Gempa-X (KNm)
10
Gambar 9. Diagram Momen portal O akibat Beban Gempa-X (KNm)
11
Gambar 10. Diagram Momen portal 5 akibat Beban Gempa-Y (KNm)
12
Gambar 11. Diagram Momen portal O akibat Beban Gempa-Y (KNm)
13
b. Diagram Geser
Gambar 12. Diagram Geser portal 5 akibat Beban Mati (KN)
14
Gambar 13. Diagram Geser portal O akibat Beban Mati (KN)
15
Gambar 14. Diagram Geser portal 5 akibat Beban Hidup (KN)
16
Gambar 15. Diagram Geser portal O akibat Beban Hidup (KN)
17
Gambar 16. Diagram Geser portal 5 akibat Beban Gempa-X (KN)
18
Gambar 17. Diagram Geser portal O akibat Beban Gempa-X (KN)
19
Gambar 18. Diagram Geser portal 5 akibat Beban Gempa-Y (KN)
20
Gambar 19. Diagram Geser portal O akibat Beban Gempa-Y (KN)
21
c. Diagram Aksial
Gambar 20. Diagram Aksial portal 5 akibat Beban Mati (KN)
22
Gambar 21. Diagram Aksial portal O akibat Beban Mati (KN)
23
Gambar 22. Diagram Aksial portal 5 akibat Beban Hidup (KN)
24
Gambar 23. Diagram Aksial portal O akibat Beban Hidup (KN)
25
Gambar 24. Diagram Aksial portal 5 akibat Beban Gempa-X (KN)
26
Gambar 25. Diagram Aksial portal O akibat Beban Gempa-X (KN)
27
Gambar 26. Diagram Aksial portal 5 akibat Beban Gempa-Y (KN)
28
Gambar 27. Diagram Aksial portal O akibat Beban Gempa-Y (KN)
29
PENULANGAN ELEMEN STRUKTUR
Masing-masing elemen struktur seperti balok, kolom dan pelat didesain untuk menahan
gaya-gaya dalam yang terjadi, dengan asumsi mutu beton f’c 20 MPa setara dengan beton
K225, dan mutu baja fy 400 MPa. Dalam perencanaan struktur Rumah Puri Gading Lantai
3 ini, data tulangan direncanakan berdasarkan hasil desain SAP 2000 menggunakan
peraturan ACI 318-05/IBC 2003. Berikut ini ditampilkan kebutuhan tulangan perlu untuk
elemen balok dan kolom yang merupakan hasil desain SAP 2000.
Penulangan Pelat
Penulangan Pelat Lantai 2 dan 3 (150 mm)
Dalam perencanaan tulangan pelat lantai menggunakan analisis tulangan tunggal. Dari
hasil analisis struktur menggunakan SAP 2000, diperoleh keluaran momen maksimum
yang terjadi pada tumpuan dan lapangan pelat lantai 2 dan 3 adalah sebagai berikut untuk
arah x.
Momen maksimum pada tumpuan yaitu, -12,77 KNm
Momen maksimum pada lapangan yaitu, 5,98 KNm
Lebar pelat (b)= 1000 mm
Tebal pelat (h)= 150 mm
Mutu beton (f’c) = 20 MPa
Mutu tulangan tarik dan tekan (fy) = 400 Mpa
ρ min 1 = 1,4/fy = 1,4/400 = 0,0035
ρ min 2 =
√ f ' c4 ( fy )
= √204 (400 )
=0,00279
diambil ρ min=0.0035
ρ maks = 0,75 ρb
ρb=0 , 85 f ' cfy
x0 , 85(600600+fy )= 0 ,85(20)
400x0 ,85(600
600+400 )=0 , 021675
ρ maks = 0,75(0,021675) = 0,0162
Penutup beton (p) = 25 mm
Diameter tulangan rencana = 10 mm
30
Tinggi efektif pelat (d) = 120 mm
-Penulangan pelat lantai pada daerah lapangan arah x:
Mu = 5,98 KNm =5980000 Nmm
Mn = Mu/Ø = 5980000/0,8 = 7475000 Nmm
Rn = Mn/(b*d2) = 0,52 MPa
m = fy/0,85f’c = 23,52
ρ= 1m (1−√1−2 mRn
fy )= 0,00131
Karena nilai ρ hasil analisis < ρ min, untuk selanjutnya digunakan nilai ρ = ρ min = 0.0035
As = ρ*b*d = 0,0035*1000*120 = 420 mm2
Direncanakan menggunakan tulangan dengan ϕ 10 mm
N =
As14⋅π⋅d2
=
42014⋅π⋅102
= 5 buah tulangan
S =
10005 = 200 mm
Jadi untuk tulangan lapangan dipasang ϕ 10 – 200 mm
-Penulangan pelat lantai pada daerah tumpuan arah x:
Mu = 12,77 KNm = 12770000 Nmm
Mn = Mu/Ø = 12770000/0,8 = 15962500 Nmm
Rn = Mn/(b*d2) = 1,10 MPa
m = fy/0,85f’c = 23,52
ρ= 1
m (1−√1−2 mRnfy )
= 0,0028
Karena nilai ρ hasil analisis < ρ min, untuk selanjutnya digunakan nilai ρ = 0,0035.
As = ρ*b*d = 0,0035*1000*120 = 420 mm2
Direncanakan menggunakan tulangan dengan ϕ 10 mm
N =
As14⋅π⋅d2
=
42014⋅π⋅102
= 5 buah tulangan
S =
10005 = 200 mm
Jadi untuk tulangan lapangan dipasang ϕ 10 – 200 mm
31
Penulangan Pelat Atap (120 mm)
Dari hasil analisis struktur menggunakan SAP 2000, diperoleh keluaran momen
maksimum yang terjadi pada tumpuan dan lapangan pelat lantai adalah sebagai berikut.
Momen maksimum pada tumpuan -4,65 KNm
Momen maksimum pada lapangan 5,98 KNm
Lebar pelat (b)= 1000 mm
Tebal pelat (h)= 120 mm
Mutu beton (f’c) = 20 MPa
Mutu tulangan tarik dan tekan (fy) = 400 Mpa
ρ min 1 = 1,4/fy = 1,4/400 = 0,0035
ρ min 2 =
√ f ' c4 ( fy )
= √204 (400 )
=0.00279
diambil ρ min=0.0035
ρ maks = 0,75 ρb
ρb=0 , 85 f ' cfy
x0 , 85(600600+fy )= 0 ,85(20)
400x0 ,85(600
600+400 )=0 ,021675
ρ maks = 0,75(0,0162) = 0,01215
Penutup beton (p) = 25 mm
Diameter tulangan rencana = 10 mm
Tinggi efektif pelat (d) = 90 mm
Penulangan pelat lantai pada daerah tumpuan arah x:
Mu = 4,65 KNm = 4650000 Nmm
Mn = Mu/Ø = 4650000/0,8 = 5812500 Nmm
Rn = Mn/(b*d2) = 0,717 MPa
m = fy/0,85f’c = 23,52
ρ= 1m (1−√1−2 mRn
fy )= 0,00183
Digunakan nilai ρ min = 0,0035.
As = ρ*b*d = 0,0035*1000*90 = 315 mm2
32
Direncanakan menggunakan tulangan dengan ϕ 10 mm
N =
As14⋅π⋅d2
=
31514⋅π⋅102
= 5 buah tulangan
S =
10005 = 200 mm
Jadi untuk tulangan lapangan dipasang ϕ 10 – 200 mm
Penulangan pelat lantai pada daerah lapangan arah x:
Mu = 5,98 KNm = 5980000 Nmm
Mn = Mu/Ø = 5980000/0,8 = 7475000 Nmm
Rn = Mn/(b*d2) = 0,90 MPa
m = fy/0,85f’c = 23,52
ρ= 1
m (1−√1−2 mRnfy )
= 0,0023
Digunakan nilai ρ = 0,0035
As = ρ*b*d = 0,0035*1000*90 = 315 mm2
Direncanakan menggunakan tulangan dengan ϕ 10 mm
N =
As14⋅π⋅d2
=
31514⋅π⋅102
= 5 buah tulangan
S =
10005 = 200 mm
Jadi untuk tulangan lapangan dipasang ϕ 10 – 200 mm
Penulangan Pelat Lantai Dasar (100 mm)
Dari hasil analisis struktur menggunakan SAP 2000, diperoleh keluaran momen
maksimum yang terjadi pada tumpuan dan lapangan pelat lantai adalah sebagai berikut.
Momen maksimum pada tumpuan -3,32 KNm
Momen maksimum pada lapangan 1,33 KNm
Lebar pelat (b)= 1000 mm
33
Tebal pelat (h)= 100 mm
Mutu beton (f’c) = 20 MPa
Mutu tulangan tarik dan tekan (fy) = 400 Mpa
ρ min 1 = 1,4/fy = 1,4/400 = 0,0035
ρ min 2 =
√ f ' c4 ( fy )
= √204 (400 )
=0.00279
diambil ρ min=0.0035
ρ maks = 0,75 ρb
ρb=0 , 85 f ' cfy
x0 , 85(600600+fy )= 0 ,85(20)
400x0 ,85(600
600+400 )=0 ,021675
ρ maks = 0,75(0,0162) = 0,01215
Penutup beton (p) = 25 mm
Diameter tulangan rencana = 10 mm
Tinggi efektif pelat (d) = 90 mm
Penulangan pelat lantai pada daerah tumpuan arah x:
Mu = 3,32 KNm = 3320000 Nmm
Mn = Mu/Ø = 3320000/0,8 = 4150000 Nmm
Rn = Mn/(b*d2) = 0,84 MPa
m = fy/0,85f’c = 23,52
ρ= 1m (1−√1−2 mRn
fy )= 0,002173
Digunakan nilai ρ min = 0,0035.
As = ρ*b*d = 0,0035*1000*70 = 245 mm2
Jika digunakan wiremesh M7 sebagai tulangan pelat,
As M7 = ((1000/150)+1)*(1/4)*π*(72)
= 256,563 mm2
As M7 > As analisis, sehingga penggunaan wiremesh M7 dapat digunakan.
Penulangan pelat lantai pada daerah lapangan arah x:
Mu = 1,33 KNm = 1330000 Nmm
Mn = Mu/Ø = 1330000/0,8 = 1662500 Nmm
Rn = Mn/(b*d2) = 0,34 MPa
34
m = fy/0,85f’c = 23,52
ρ= 1
m (1−√1−2 mRnfy )
= 0,000857
Digunakan nilai ρ = 0,0035
As = ρ*b*d = 0,0035*1000*70 = 245 mm2
Jika digunakan wiremesh M7 sebagai tulangan pelat,
As M7 = ((1000/150)+1)*(1/4)*π*(72)
= 256,563 mm2
As M7 > As analisis, sehingga penggunaan wiremesh M7 dapat digunakan.
Penulangan Balok Dan Kolom
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan perlu
pada balok. Dengan fasilitas offset dalam SAP 2000 didapat gaya-gaya dalam yang
digunakan dalam perhitungan adalah gaya-gaya dalam yang terjadi di muka kolom,
sehingga bisa didapat luas tulangan perlu yang lebih sedikit.
Penulangan Balok Sloof TB1 150/250
Gambar. 28 Kebutuhan Tulangan Lentur Sloof TB1 150/250 Berdasarkan SAP 2000
Dari Gambar 28 tulangan perlu pada balok dengan ukuran 150/250 mm
Pada tumpuan atas (tulangan tarik) As perlu = 156 mm2 2D13(As = 265,33 mm2)
Pada tumpuan bawah (tulangan tekan) As perlu = 53 mm2 2D13(As = 265,33 mm2)
Pada lapangan atas (tulangan tekan) As perlu = 50 mm2 2D13 (As = 265,33 mm2)
Pada lapangan bawah (tulangan tarik) As perlu = 50 mm2 2D13 (As = 265,33 mm2)
Penulangan Geser
35
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan geser
perlu pada balok. Diambil contoh salah satu penulangan geser balok dari hasil keluaran
SAP 2000 seperti diperlihatkan pada Gambar 29.
Gambar 29. Kebutuhan Tulangan Geser Sloof TB1 150/250
Dari Gambar 29 tulangan geser perlu pada balok dengan ukuran 150x250 mm. Pada
tumpuan diperoleh rasio tulangan geser maksimum (Av/s ) = 0,215 mm/mm2 dan pada
lapangan 0,215 mm/mm2. Tulangan sengkang menggunakan Ø8, maka jarak tulangan (s)
dihitung sebagai berikut :
Tumpuan.
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π82) : 0,215
s = 467,35 mm,
Lapangan
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π82) : 0,215
s = 467,35 mm,
Dipasang tulangan sengkang tumpuan Ø8-100 mm dan sengkang lapangan Ø8-100
Penulangan Balok B1 200/700
Gambar. 30 Kebutuhan Tulangan Lentur B1 200/700 Berdasarkan SAP 2000
Dari Gambar 30 tulangan perlu pada balok dengan ukuran 200x700 mm
36
Pada tumpuan atas (tulangan tarik) As perlu = 168 mm2 3D16(As = 397,995mm2)
Pada tumpuan bawah (tulangan tekan) As perlu = 84 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
Pada lapangan atas (tulangan tekan) As perlu = 42 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
Pada lapangan bawah (tulangan tarik) As perlu = 102 mm2 3D16(As = 397,995mm2)
Penulangan Geser
Gambar 31. Kebutuhan Tulangan Geser B1 200/700
Dari Gambar 31 tulangan geser perlu pada balok B1 200x700 mm. Pada tumpuan
diperoleh rasio tulangan geser maksimum = 0,431
Tumpuan.
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π82) : 0,431
s = 233,25 mm, smaks = d/2 = (700-20-8-16/2)/2 = 332 mm
Lapangan
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π82) : 0,119
s = 844.8 mm, smaks = d/2 = (700-20-8-16/2)/2 = 332 mm
Jadi, dipasang tulangan sengkang tumpuan Ø8-100 mm dan sengkang lapangan Ø8-150
mm.
Penulangan Balok B2 150/550
Gambar. 32 Kebutuhan Tulangan Lentur B2 150/550 Berdasarkan SAP 2000
Dari Gambar 32 tulangan perlu pada balok dengan ukuran 150x550 mm
Pada tumpuan atas (tulangan tarik) As perlu = 184 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
Pada tumpuan bawah (tulangan tekan) As perlu = 92 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
37
Pada lapangan atas (tulangan tekan) As perlu = 46 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
Pada lapangan bawah (tulangan tarik) As perlu = 62 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
Penulangan Geser
Gambar 33. Kebutuhan Tulangan Geser B2 150/550
Dari Gambar 33 tulangan geser perlu pada balok B2 150x550 mm. Pada tumpuan
diperoleh rasio tulangan geser maksimum = 0,431
Tumpuan.
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π82) : 0,431
s = 233,25 mm, smaks = d/2 = (550-20-8-16/2)/2 = 257 mm
Lapangan
Tumpuan.
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π82) : 0,431
s = 233,25 mm, smaks = d/2 = (550-20-8-16/2)/2 = 257 mm
Jadi, dipasang tulangan sengkang tumpuan Ø8-100 mm dan sengkang lapangan Ø8-150
mm.
Penulangan Balok B3 150/400
Gambar. 34 Kebutuhan Tulangan Lentur B3 150/400 Berdasarkan SAP 2000
Dari Gambar 34 tulangan perlu pada balok dengan ukuran 150x4000 mm
Pada tumpuan atas (tulangan tarik) As perlu = 151 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
38
Pada tumpuan bawah (tulangan tekan) As perlu = 75 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
Pada lapangan atas (tulangan tekan) As perlu = 100 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
Pada lapangan bawah (tulangan tarik) As perlu = 37 mm2 2D16 (As = 265,33 mm2)
Penulangan Geser
Gambar 35. Kebutuhan Tulangan Geser B3 150/400
Dari Gambar 35 tulangan geser perlu pada balok B200x300 mm. Pada tumpuan diperoleh
rasio tulangan geser maksimum = 0,783
Tumpuan.
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π82) : 0,783
s = 128,4 mm, smaks = d/2 = (400-20-8-16/2)/2 = 182 mm
Lapangan
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π82) : 0,687
s = 146,33 mm, smaks = d/2 = (400-25-6-16/2)/2 = 182 mm
Dipasang tulangan sengkang tumpuan Ø8-100 mm dan sengkang lapangan Ø8-150.
Penulangan Balok B4 150/250
Gambar. 36 Kebutuhan Tulangan Lentur B4 150/250 Berdasarkan SAP 2000
Dari Gambar 34 tulangan perlu pada balok dengan ukuran 150x250 mm
Pada tumpuan atas (tulangan tarik) As perlu = 71 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
Pada tumpuan bawah (tulangan tekan) As perlu = 35 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
Pada lapangan atas (tulangan tekan) As perlu = 24 mm2 2D16(As = 265,33 mm2)
Pada lapangan bawah (tulangan tarik) As perlu = 19 mm2 2D16 (As = 265,33 mm2)
39
Penulangan Geser
Gambar 37. Kebutuhan Tulangan Geser B4 150/250
Dari Gambar 35 tulangan geser perlu pada balok B200x300 mm. Pada tumpuan diperoleh
rasio tulangan geser maksimum = 0,287
Tumpuan.
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π82) : 0,287
s = 350,28 mm, smaks = d/2 = (250-20-8-16/2)/2 = 107 mm
Lapangan
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π82) : 0,287
s = 350,28 mm, smaks = d/2 = (250-20-8-16/2)/2 = 107 mm
Dipasang tulangan sengkang tumpuan Ø8-100 mm dan sengkang lapangan Ø8-100.
Penulangan Kolom C1 450/1000
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan perlu
pada kolom. Diambil contoh salah satu kolom dari hasil keluaran SAP 2000 seperti
diperlihatkan pada Gambar 38.
40
Gambar 38. Kebutuhan Tulangan Lentur K150/300 Berdasarkan SAP 2000
Dari Gambar 38 tulangan perlu pada kolom C1 450 x1000 mm
As perlu = 4500 mm2
Dipasang tulangan 16 D 19 , As = 4536,46 mm2
Penulangan Geser
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan geser
perlu pada kolom Diambil contoh salah satu kolom dari hasil keluaran SAP 2000 seperti
diperlihatkan pada Gambar 39.
41
Gambar 40. Disain Kebutuhan Tulangan Geser K150 x300
Berdasarkan SAP 2000.
Dari gambar 40 rasio tulangan geser perlu terbesar pada kolom yang ditinjau adalah 0,646.
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π102) : 0,646
s = 157,07 mm, smaks = d/2 = (1000-20-10-19/2)/2 = 480.75 mm
Dipasang tulangan sengkang tumpuan Ø10-100 mm.
Penulangan Kolom C2 150/900
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan perlu
pada kolom C2 150x900 mm.
42
Gambar 41. Kebutuhan Tulangan Lentur C2 150/900 Berdasarkan SAP 2000
Dari Gambar 41 tulangan perlu pada kolom C2 150 x 900 mm
As perlu = 1350 mm2
Dipasang tulangan 10 D 16 , As = 2010,62 mm2
Penulangan Geser
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan geser
perlu pada kolom Diambil contoh salah satu kolom dari hasil keluaran SAP 2000 seperti
diperlihatkan pada Gambar 41.
43
Gambar 42. Disain Kebutuhan Tulangan Geser C2 150 x 900
Berdasarkan SAP 2000.
Dari gambar 42 rasio tulangan geser perlu terbesar pada kolom yang ditinjau adalah 1,293.
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π102) : 1,293
s = 121,48 mm, smaks = d/2 = (900-20-10-16/2)/2 = 431 mm
Dipasang tulangan sengkang tumpuan Ø10-100 mm.
Penulangan Kolom C3 150/450
44
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan perlu
pada kolom C3 150x450 mm.
Gambar 43. Kebutuhan Tulangan Lentur C3 150/450 Berdasarkan SAP 2000
Dari Gambar 43 tulangan perlu pada kolom C3 150 x 450 mm
As perlu = 1608 mm2
Dipasang tulangan 8 D 16 , As = 1608 mm2
Penulangan Geser
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan geser
perlu pada kolom Diambil contoh salah satu kolom dari hasil keluaran SAP 2000 seperti
diperlihatkan pada Gambar 44.
45
Gambar 44. Disain Kebutuhan Tulangan Geser C2 150 x 450
Berdasarkan SAP 2000.
Dari gambar 44 rasio tulangan geser perlu terbesar pada kolom yang ditinjau adalah 0,646.
s = 2As : Av/s
s = 2(1/4π102) : 0,646
s = 243,15 mm, smaks = d/2 = (450-20-10-16/2)/2 = 206 mm
46
Dipasang tulangan sengkang tumpuan Ø10-100 mm.
Penulangan Kolom C4 150/250
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan perlu
pada kolom C4 150x250 mm.
Gambar 45. Kebutuhan Tulangan Lentur C4 150/250 Berdasarkan SAP 2000
Dari Gambar 45 tulangan perlu pada kolom C4 150 x 250 mm
As perlu = 375 mm2
Dipasang tulangan 6 D 16 , As = 1206 mm2
Penulangan Geser
47
Dari hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh keluaran jumlah tulangan geser
perlu pada kolom Diambil contoh salah satu kolom dari hasil keluaran SAP 2000 seperti
diperlihatkan pada Gambar 46.
Gambar 46. Disain Kebutuhan Tulangan Geser C4 150 x 250
Berdasarkan SAP 2000.
Dari gambar 46 rasio tulangan geser perlu terbesar pada kolom yang ditinjau adalah 0,376.
s = 2As : Av/s
48
s = 2(1/4π102) : 0,376
s = 417,76 mm, smaks = d/2 = (250-20-10-16/2)/2 = 106 mm
Dipasang tulangan sengkang tumpuan Ø10-100 mm.
PERENCANAAN PONDASI
Pondasi telapak diletakkan di atas lantai kerja lime stone yang dipadatkan dengan
ketebalan minimum 600 mm.
Data perencanaan.
Dari data sondir pada lokasi titik S.12 diperoleh data
qc : 80 kg/cm2
Tegangan ijin tanah (σt) : qc/30 = 80/30 = 2,67 kg/cm2 = 26,7 t/m2
Beban aksial Kolom grid N7 : 65,504ton
Lebar pondasi, B= √ Pσ t
=√ 65,50426,67
= 1,5 m.
Di gunakan ukuran pondasi 2 m x 1,5 m
Kontrol geser:
Dimensi kolom = 1000x450 mm
Lebar pondasi arah x = 1500 mm
d = 450 mm – 75 mm – 16/2 = 367 mm
Pu = 655,04 kN (kombinasi 1,2D+1,6L).
Tegangan yang terjadi pada dasar pondasi (qx)
qx=Pu
A =
655,042x 1,5
= 218,34 kN/m2
L’ = ½ lebar pondasi – ½ lebar kolom –d
= 0,5x2- 0,5x0,45 - 0,367= 0,408 m
Gaya geser terfaktor yang bekerja pada penampang kritis
49
Vu = qxbw L’
= 218,34 x 2 x 0,408 = 178,1 kN
Kuat geser beton
Vc =
√ f ' c bwd6 =
√20 x 2x 3676 = 547,10 kN
фVc = 410,325 kN
Syarat Vu < фVc
178,1 kN < 410,325 kN ...........................OK
Penulangan pelat pondasi
Data perencanaan:
o Pu : 655,04 kN
o Panjang pondasi (L) : 2000 mm
o Lebar pondasi (B) : 1500 mm
o Dicoba tebal pondasi (h) : 500 mm
o Penutup beton (p) : 75 mm
o Diameter tulangan pondasi : 16 mm
o Mutu beton (f’c) : 20 Mpa
o Mutu tulangan tarik (fy) : 400 Mpa
o Tinggi efektif pelat (d) = 367 mm
o β (untuk f’c< 30 Mpa) = 1
50
Gambar 47. Gambar Diagram Momen Pada Pondasi.
q= PuB
=655,041,5
=436,7 kN/m2
M=12
q l2 =
12
436,7 (2)2= 873,4 kNm
Rn = Mn/(b*d2) = 873400000/(2000x3672) = 3,24 MPa
m = fy/0,85f’c = 23,529
ρ= 1m (1−√1−2 mRn
fy )= 0,009
ρ min = 1,4/fy = 0,0035
Karena nilai ρ hasil analisis > ρ min, untuk selanjutnya digunakan nilai ρmin = 0,0035.
Asperlu = ρ*b*d = 0,0035*2000*367= 2569 mm2
Digunakan tulangan D16, As = 201,06 mm2
n = Asperlu/As = 2569/201,06 = 13
s = 2000/(n-1) = 2000/(13-1) = 166,67 mm
Digunakan diameter tulangan D16-150 mm.
51
LAMPIRAN
52