laporan perencanaan subnetting pusdik bekang cimahi

Upload: heincrave

Post on 11-Jul-2015

567 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN SUBNETTING PUSDIK BEKANG CIMAHI

Disusun Oleh : Ghiffary Thalib Iin Windarti Megan Purwasasmita Ruben Saragih Kelas : XI TKJ A

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cimahi Jl. Mahar Martanegara No. 48 Cimahi Selatan

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karuni-Nyalah kami dapat menyelesaikan Laporan Subnetting Pusdik Bekang Cimahi ini. Laporan ini dibuat guna memenuhi Tugas dari Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan,yaitu Diagnosa LAN. Laporan ini juga diperuntukan sebagai referensi pembelajaran untuk siswa siswa lainnya dalam mempelajari subnetting. Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah menyumbangkan waktu, tenaga dan pikirannya guna membantu penyelesaian laporan ini. Semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya

Cimahi, November 2011

Tim Penyusun

i

DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Pendahuluan Latar Belakang Tujuan

i ii 11 1

Landasan Teori IP Address Subnet Mask Subnetting

22 4 4

Deskripsi Observasi dan Perencanaan Subnetting Deskripsi Observasi Tempat Observasi Waktu Pelaksanaan Observasi Metode Observasi

66 6 6 7

Hasil Observasi Topologi Jaringan Alokasi IP Address Perencanaan Subnetting

88 8 9

Kesimpulan Penutup

12 13

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangLaporan Subnetting Pusdik Bekang Cimahi ini dibuat untuk melengkapi salah satu tugas mata pelajaran Diagnosa LAN, yaitu Perencanaan Subnetting. Berdasarkan pengundian lokasi perencanaan subnetting, kelompok kami, yaitu kelompok 3 harus melakukan perencanaan subnetting di Instansi Militer. Selain itu, tugas perencanaan subnetting ini juga dapat menjadi indicator pemahaman kami terhadap materi subnetting yang dipelajari di mata pelajaran Diagnosa LAN. Namun, dari beberapa alasan di atas, hal utama yang melatarbelakangi kegiatan kami ini adalah untuk memenuhi Tugas Akhir Semester I Mata Pelajaran Diagnosa LAN.

B. Tujuan- Siswa dapat memahami konsep subnetting, baik CIDR maupun VLSM - Siswa mampu menerapkan pemahaman tentang subnetting di lapangan. - Siswa dapat meneliti dan mencari informasi suatu jaringan computer.

- Siswa dapat menentukan perencanaan subnetting yang efisien dari segi alokasi alamat yangdigunakan dan sesuai kebutuhan jaringan.

1

BAB II LANDASAN TEORI A. IP AddressIP Address terdiri dari bilangan biner sepanjang 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Tiap segmen terdiri atas 8 bit yang berarti memiliki nilai desimal dari 0 255. Range address yang bisa digunakan adalah dari 00000000.00000000.00000000.00000000 sampai dengan 11111111.11111111.11111111.11111111. Jadi, ada sebanyak 232 kombinasi address yang bisa dipakai diseluruh dunia (walaupun pada kenyataannya ada sejumlah IP Address yang digunakan untuk keperluan khusus). Jadi, range address di atas dapat diubah menjadi address 0.0.0.0 sampai address 255.255.255.255. Nilai desimal dari IP Address inilah yang dikenal dalam pemakaian seharihari. IP Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (bit-bit network/network bit) dan bagian host (bit-bit host/host bit). Bit network berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang lain, sedangkan bit host berperan dalam identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki bit network yang sama. Sebagian dari bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network bit/network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung kepada kelas network. Ada 3 kelas address yang utama dalam TCP/IP, yakni kelas A, kelas B dan kelas C. Perangkat lunak Internet Protocol menentukan pembagian jenis kelas ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP Address. Penentuan kelas ini dilakukan dengan cara berikut :

Jika bit pertama dari IP Address adalah 0, address merupakan network kelas A. Bit ini dan 7 bit berikutnya (8 bit pertama) merupakan bit network sedangkan 24 bit terakhir merupakan bit host. Dengan demikian hanya ada 128 network kelas A, yakni dari nomor 0.xxx.xxx.xxx sampai 127.xxx.xxx.xxx, tetapi setiap network dapat menampung lebih dari 16 juta (2563) host (xxx adalah variabel, nilainya dari 0 s/d 255). Jika 2 bit pertama dari IP Address adalah 10, address merupakan network kelas B. Dua bit ini dan 14 bit berikutnya (16 bit pertama) merupakan bit network sedangkan 16 bit terakhir merupakan bit host. Dengan demikian terdapat lebih dari 16 ribu network kelas B (64 x 256), yakni dari network 128.0.xxx.xxx 191.255.xxx.xxx. Setiap network kelas B mampu menampung lebih dari 65 ribu host (2562). Jika 3 bit pertama dari IP Address adalah 110, address merupakan network kelas C. Tiga bit ini dan 21 bit berikutnya (24 bit pertama) merupakan bit network sedangkan 8 bit terakhir merupakan bit host. Dengan demikian terdapat lebih dari 2 juta network kelas C (32 x 256 x 256), yakni dari nomor 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx. Setiap network kelas C hanya mampu menampung sekitar 256 host.

Selain ke tiga kelas di atas, ada 2 kelas lagi yang ditujukan untuk pemakaian khusus, yakni kelas D dan kelas E. Jika 4 bit pertama adalah 1110, IP Address merupakan kelas D yang digunakan untuk multicast address, yakni sejumlah komputer yang memakai bersama suatu aplikasi (bedakan dengan pengertian network address yang mengacu kepada sejumlah komputer yang memakai bersama suatu network). Salah satu penggunaan multicast address yang sedang berkembang saat ini di 2

Internet adalah untuk aplikasi real-time video conference yang melibatkan lebih dari dua host (multipoint), menggunakan Multicast Backbone (MBone). Kelas terakhir adalah kelas E (4 bit pertama adalah 1111 atau sisa dari seluruh kelas). Pemakaiannya dicadangkan untuk kegiatan eksperimental. Jenis kelas address yang diberikan oleh kooordinator IP Address bergantung kepada kebutuhan instansi yang meminta, yakni jumlah host yang akan diintegrasikan dalam network dan rencana pengembangan untuk beberapa tahun mendatang. Untuk perusahaan, kantor pemerintah atau universitas besar yang memiliki puluhan ribu komputer dan sangat berpotensi untuk tumbuh menjadi jutaan komputer, koordinator IP Address akan mempertimbangkan untuk memberikan kelas A. Contoh IP Address kelas A yang dipakai di Internet adalah untuk amatir paket radio seluruh dunia, mendapat IP nomor 44.xxx.xxx.xxx. Untuk kelas B, contohnya adalah nomor 167.205.xxx.xxx yang dialokasikan untuk ITB dan jaringan yang terkait ke ITB dibawah koordinator Onno W. Purbo.

Address KhususSelain address yang dipergunakan untuk pengenal host, ada beberapa jenis address yang digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk pengenal host. Address tersebut adalah :

Network Address

Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan Internet. Misalkan untuk host dengan IP Address kelas B 167.205.9.35. Tanpa memakai subnet, network address dari host ini adalah 167.205.0.0. Address ini didapat dengan membuat seluruh bit host pada 2 segmen terakhir menjadi 0. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan informasi routing pada Internet. Router cukup melihat network address (167.205) untuk menentukan kemana paket tersebut harus dikirimkan. Contoh untuk kelas C, network address untuk IP address 202.152.1.250 adalah 202.152.1.0. Analogi yang baik untuk menjelaskan fungsi network address ini adalah dalam pengolahan surat pada kantor pos. Petugas penyortir surat pada kantor pos cukup melihat kota tujuan pada alamat surat (tidak perlu membaca seluruh alamat) untuk menentukan jalur mana yang harus ditempuh surat tersebut. Pekerjaan routing surat-surat menjadi lebih cepat.

Broadcast Address

Address ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi yang harus diketahui oleh seluruh host yang ada pada suatu network. Seperti diketahui, setiap paket IP memiliki header alamat tujuan berupa IP Address dari host yang akan dituju oleh paket tersebut. Dengan adanya alamat ini, maka hanya host tujuan saja yang memproses paket tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin mengirim paket kepada seluruh host yang ada pada networknya ? Tidak efisien jika ia harus membuat replikasi paket sebanyak jumlah host tujuan. Pemakaian bandwidth akan meningkat dan beban kerja host pengirim bertambah, padahal isi paket-paket tersebut sama. Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast address. Host cukup mengirim ke alamat broadcast, maka seluruh host yang ada pada network akan menerima paket tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada network yang sama harus memiliki address broadcast yang sama dan address tersebut tidak boleh digunakan sebagai IP Address untuk host tertentu. Jadi, sebenarnya setiap host memiliki 2 address untuk menerima paket : pertama adalah IP Addressnya yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast address pada network tempat host tersebut berada. Address broadcast diperoleh dengan membuat seluruh bit host pada IP Address menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address 167.205.9.35 atau 167.205.240.2, broadcast addressnya adalah 167.205.255.255 (2 segmen terakhir dari IP Address tersebut dibuat berharga 11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca 255.255). Jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah informasi routing. 3

Netmask

Adalah address yang digunakan untuk melakukan masking / filter pada proses pembentukan routing supaya kita cukup memperhatikan beberapa bit saja dari total 32 bit IP Address. Artinya dengan menggunakan netmask tidak perlu kita memperhatikan seluruh (32 bit) IP address untuk menentukan routing, akan tetapi cukup beberapa buah saja dari IP address yg kita perlu perhatikan untuk menentukan kemana packet tersebut dikirim. Kaitan antara host address, network address, broadcast address & network mask sangat erat sekali semua dapat dihitung dengan mudah jika kita cukup paham mengenai bilangan Biner. Jika kita ingin secara serius mengoperasikan sebuah jaringan komputer menggunakan teknologi TCP/IP & Internet, adalah mutlak bagi kita untuk menguasai konsep IP address tersebut. Konsep IP address sangat penting artinya bagi routing jaringan Internet. Kemampuan untuk membagi jaringan dalam subnet IP address penting artinya untuk memperoleh routing yang sangat effisien & tidak membebani router-router yang ada di Internet.

B. Subnet MaskSubnet Mask memiliki dua fungsi : 1. Untuk membedakan antara Network ID dengan Host ID 2. Untuk menentukan alamat tujuan paket data, apakah local atau remote. Kalau remote, maka komputer pengirim akan menentukan alamat default gateway, yaitu alamat IP pada interface router pada segmen /alamat jaringan si komputer pengirim berada, lalu dikirimkan ke alamat gateway tersebut. Default Subnet Mask Default Subnet Mask untuk : Kelas A : 255.0.0.0 Kelas B : 255.255.0.0 Kelas C : 255.255.255.0

C. SubnettingMemecah satu alamat network menjadi beberapa alamat network dengan tujuan untuk mereduksi broadcast domain.Broadcast Domain adalah suatu wilayah / area dalam jaringan komputer dimana paket broadcast atau multicast berpeluang untuk dikirimkan/menyebar. Pada jaringan yang menggunakan hub, PC-HUBPC Membentuk satu broadcast domain, demikian juga PC-HUBHUB-HUBPC 4

juga membentuk satu broadcast domain. Kalau pakai bridge atau switch, PC-BRIDGEPC PCSWITCHSWICTHPC juga membentuk satu broadcast domain Satu2nya LAN Device yang dapat memecah satu broadcast domain menjadi beberapa broadcast domain yang lebih kecil, adalah router, karena router secara default memblok paket broadcast yang diterima diinterfacenya. Banyak alasan lain mengapa kita melakukan subnetting, misalkan: 1. Untuk memadukan berbagai teknologi jaringan yang berbeda, misalkan untuk memadukan teknologi ethernet dengan token ring. 2. Untuk mengatasi berbagai batasan elektrikal, misalkan panjang kabel utp maksimal 100 meter tanpa repeater. 3. Untuk meningkatkan keamanan jaringan, misalkan ditetapan tiap divisi satu alamat network.

5

BAB III DESKRIPSI OBSERVASI DAN PERENCANAAN SUBNETTING A. Deskripsi ObservasiPada penelitian kali ini, kami melakukan observasi dan perencanaan subnetting di Pusat Pendidikan Perbekalan dan Angkutan Cimahi (Pusdik Bekang). Pusdik Bekang adalah salah satu pusat pendidikan militer yang terbesar di Kota Cimahi. Pusdik ini juga merupakan instansi militer yang menggunakan jaringan computer yang cukup kompleks. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan belajar, instansi ini sudah menggunakan metode e-learning yang berbasis web yang dikelola oleh Komando Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) Bandung. Dalam melakukan observasi ini, kami mengalami dua kendala yang cukup berarti. Pertama, Pihak Pudik Bekang melalui Kapt. Affandi menyatakan bahwa kami tidak bias mendapatkan IP address yang dibutuhkan untuk melakukan perencanaan subnetting. Hal ini merupakan langkah preventif yang diambil oleh pihak Pusdik Bekang Cimahi untuk menghindari adanya gangguan dari pihak luar maupun peretas jaringan. Untuk mengatasi hal ini, maka kami menggunakan Custom IP untuk melakukan perencanaan subnetting. Kedua, dikarenakan kami tidak mendapat izin untuk mengakses gedung e-learning dan gedung lainnya, maka kami hanya bias melakukan perencanaan subnetting di Markas Komando (Mako) Pusat Pendidikan Perbekalan dan Angkutan (Pusdik Bekang) Cimahi.

B. Tempat ObservasiNama Tempat Alamat : Pusat Pendidikan Perbekalan dan Angkutan (Pusdik Bekang) Cimahi : Jl. Gatot Subroto no. 7 - Kota Cimahi.

C. Waktu Pelaksanaan ObservasiHari Tanggal Pukul Lokasi : Jumat : 11 November 2011 : 14.00 s/d 17.00 : Pusat Pendidikan Perbekalan dan Angkutan (Pusdik Bekang) Cimahi

6

D. Metode Observasi Menggambar topologi Markas Komando Pusat Pendidikan Perbekalan dan Angkutan

(Pusdik Bekang) Cimahi. Menentukan IP yang digunakan untuk perencanaan subnetting. Melakukan subnetting dengan metode VLSM agar jaringan dapat digunakan dengan seefisien mungkin.

7

BAB III HASIL OBSERVASI A. Topologi JaringanBerdasarkan hasil analisa dan informasi dari Bapak Widi (Network Administrator) mengenai topologi Markas Komando (Mako) Pusat Pendidikan Perbekalan dan Angkutan (Pusdik Bekang) Cimahi, gambar topologi yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :

B. Alokasi IP AddressDikarenakan alasan keamanan, kami tidak mendapatkan IP address asli dari Pusdik Bekang Cimahi. Oleh karena itu kami menyusun IP address yang kami kira sesuai dengan topologi Pusdik Bekang Cimahi. Berikut adalah alamat selengkapnya : Server Markas Komando Router Utama Workstation A1 Workstation A2 Workstation A3 Workstation A4 Workstation A5 Workstation A6 Workstation A7 Workstation A8 Workstation A9 Workstation A10 Workstation A11 Workstation A12 Workstation A13 : 10.72.8.2/8 : eth0 (Mengarah ke server) eth1 (Mengarah ke workstation) : 192.168.1.2/24 : 192.168.1.3/24 : 192.168.1.4/24 : 192.168.1.5/24 : 192.168.1.6/24 : 192.168.1.7/24 : 192.168.1.8/24 : 192.168.1.9/24 : 192.168.1.10/24 : 192.168.1.11/24 : 192.168.1.12/24 : 192.168.1.13/24 : 192.168.1.14/24

: 10.72.8.1/8 : 192.168.1.1/24

8

Workstation B1 Workstation B2 Workstation B3 Workstation B4 Workstation B5

: 192.168.1.15/24 : 192.168.1.16/24 : 192.168.1.17/24 : 192.168.1.18/24 : 192.168.1.19/24

Karena range 1 network dengan subnet mask 255.255.255.0 adalah 256 IP address, maka pada jaringan ini terdapat 235 alamat yang tidak digunakan yang merupakan suatu pemborosan dalam sebuah jaringan komputer. Untuk itu, kami melakukan perencanaan subnetting pada jaringan ini.

C. Perencanaan SubnettingMengingat banyaknya IP address yang tidak digunakan, maka kami memutuskan untuk melakukan perencanaan subnetting sebagai berikut :

Kami mencoba melakukan simulasi subnetting menggunakan jaringan tersebut menggunakan aplikasi Cisco Packet Tracer 5.2. Namun saat melakukan ping dari PC B1 ke A1 maupun sebaliknya, ping tersebut gagal.

9

Kami mencoba untuk menggunakan 1 buah switch untuk tiap network dan menggunakan router dengan 3 port Fast Ethernet, sehingga hasilnya menjadi sebagai berikut :

Konfigurasi IP address : Server Markas Komando Router Utama : 10.72.8.2/8 : eth0 (Mengarah ke server) : 10.72.8.1/8 eth1 (Mengarah ke Subnet A) : 192.168.1.1/28 eth2 (Mengarah ke Subnet B) : 192.168.1.17/29

10

Subnet A : Network Address Workstation A1 Workstation A2 Workstation A3 Workstation A4 Workstation A5 Workstation A6 Workstation A7 Workstation A8 Workstation A9 Workstation A10 Workstation A11 Workstation A12 Workstation A13 Broadcast Address

: 192.168.1.0/28 : 192.168.1.2/28 : 192.168.1.3/28 : 192.168.1.4/28 : 192.168.1.5/28 : 192.168.1.6/28 : 192.168.1.7/28 : 192.168.1.8/28 : 192.168.1.9/28 : 192.168.1.10/28 : 192.168.1.11/28 : 192.168.1.12/28 : 192.168.1.13/28 : 192.168.1.14/28 : 192.168.1.15/28

Subnet B : Network Address Workstation B1 Workstation B2 Workstation B3 Workstation B4 Workstation B5 Broadcast Address Hasil ping antar subnet :

: 192.168.1.16/29 : 192.168.1.18/29 : 192.168.1.19/29 : 192.168.1.20/29 : 192.168.1.21/29 : 192.168.1.22/29 : 192.168.1.23/29

11

BAB IV KESIMPULANSetelah mencoba dua perencanaan subnetting tersebut, kami berkesimpulan bahwa dua buah subnetwork tidak bisa memiliki satu konsentrator yang sama. Maka, kami menambahkan satu buah switch untuk Subnet B. Dalam jaringan seperti ini, subnetting sangat diperlukan untuk mengurangi jumlah IP address yang tidak terpakai. Karena, jika dibiarkan akan ada kemungkinan IP address itu digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan kelemahan dari suatu jaringan komputer.

12

BAB V PENUTUP

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian perencanaan subnetting ini. Kami sadari bahwa dalam laporan ini terdapat banyak ketidaksempurnaan dari segi konten, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan dalam membaca laporan ini. Semoga ini dapat menjadi sebuah pengalaman yang bersifat konstruktif pada masa mendatang.

13