laporan percobaan 2 farmakog reza bener 2007.doc

49
 LABORATORIUM FARMAKOGNOSI POGRAM STUDI FA RMASI F-MIPA UNIVERSITA S LAMBUNG MANGKURAT LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II PERCOBAAN II IDENTIFIKIASI DAN EKSTRAKSI TUMBUHAN SAMPEL TUMBUHAN PRAKTIKUM LAPA NGAN ASAL DESA BARAMBAN KECAMAT AN PIANI KABUPATEN TAPIN KALIMANTAN SELATAN Mengetahui, Aiten !"e # Pe $%&iani' Ni(ai La)*&an A +a( Ni(ai ( a)*&an Ahi& T a ng ga ( ./ Mei 0/.1 Ta ngg a( .2 Me i 0/. 1 PROGRAM STUDI FA RMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITA S LAMBUNG MANGKURAT BAN3ARBARU 0/.1

Upload: reza-taupik

Post on 04-Oct-2015

132 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

PAGE 16

PAGE 16

LABORATORIUM FARMAKOGNOSIPOGRAM STUDI FARMASI F-MIPA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI IIPERCOBAAN IIIDENTIFIKIASI DAN EKSTRAKSI TUMBUHAN SAMPEL TUMBUHAN PRAKTIKUM LAPANGAN ASAL DESA BARAMBAN KECAMATAN PIANI KABUPATEN TAPIN KALIMANTAN SELATAN

Mengetahui,

Asisten

(Yessy Pembriani)Nilai Laporan AwalNilai laporan Akhir

Tanggal : 10 Mei 2013Tanggal : 14 Mei 2013

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2013LABORATORIUM FARMAKOGNOSI - FITOKIMIA

POGRAM STUDI FARMASI FMIPA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI IIPERCOBAAN IIIDENTIFIKIASI DAN EKSTRAKSI TUMBUHAN SAMPEL TUMBUHAN PRAKTIKUM LAPANGAN ASAL DESA BARAMBAN KECAMATAN PIANI KABUPATEN TAPIN KALIMANTAN SELATAN

Disusun oleh:

Ajeng AuliannisaJ1E111001

SaidhatunnisaJ1E111055

Silvi Putri IrawatiJ1E111203

Betrich Anastasia L.J1E111205

Reza Taupik MakhlupiJ1E111217

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2013

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangSejak lama manusia menggunakan tumbuhan dan bahan alam lain sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu, mempercantik diri serta menjaga kondisi badan agar tetap sehat dan bugar. Dari catatan sejarah diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan tumbuhan telah dikenal masyarakat sejak masa sebelum masehi. Hingga saat ini penggunaan tumbuhan atau bahan alam sebagai obat tersebut dikenal dengan sebutan obat tradisional (Katno & Surya, 2001).Pesatnya perkembangan penelitian dalam bidang obat, maka saat ini tersedia berbagai jenis pilihan obat sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Walaupun temuan dan terobosan substansial di bidang obat telah memberikan konstribusi yang besar dalam meningkatan pelayanan kesehatan, namun perlu disadari bahwa obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Obat sintesis merupakan obat yang telah banyak beredar dipasaran dengan bermacam-macam merek dan kemasan, tetapi kelemahan dari jenis obat sintesis tersebut berupa efek samping yang dihasilkan dan juga harganya yang relatif mahal, bila dibandingkan dengan obat tradisional (Rismunandar, 1986).Menurut definisi Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang dimaksud dengan obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat tradisional yang berasal dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan untuk obat tradisional hampir selalu identik dengan tanaman obat karena sebagian besar obat tradisional bahan bakunya berasal dari tanaman obat (Katno & Surya, 2001).Penggunaan obat tradisional merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang kita dari generasi yang satu ke generasi berikutnya, sehingga keberadaannya terkait dengan budaya bangsa Indonesia. Dalam sejarah perkembangannya, bangsa Indonesia telah banyak berkreasi dan berkarya nyata pada berbagai bidang, termasuk diantaranya dalam mempersiapkan ramuan obat dan melakukan pengobatan secara tradisional (Rismunandar, 1986).Salah satu bentuk dari obat tradisional yang ada di negara kita adalah jamu. Jamu adalah produk ramuan bahan alam asli Indonesia, yang digunakan untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan, kebugaran, dan kecantikan. Ramuan bahan alam ini merupakan warisan yang diturunkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia, yang telah memiliki pengetahuan bagaimana memanfaatkan bahan alam untuk pengobatan, pemeliharaan kesehatan dan kecantikan (Katno & Surya, 2001).1.2Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk agar mahasiswa dapat mengidentifikasi beberapa macam glikosida secara kimia serta memahami sifat-sifat umum glikosida dan mengetahui beberapa cara ekstraksinya pada tanaman rangka-rangka, simpur dan patiti.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman

2.1.1 Rangka-rangka (Anredera cordifolia)

(a) (b)

Gambar 2. 1 Tanaman rangka-rangka (a) dan daun rangka-rangka (b)2.1.1.1 Klasifikasi TanamanKingdom : Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Sub divisi: Hamamelidae

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Caryophyllales

Keluarga : Basellaceae

Genus

: Anredera

Spesies

: Anredera cordifolia (Ten.) Steenis(Plantamor, 2013).2.1.1.2 Deskripsi TanamanBerupa tumbuhan menjalar, berumur panjang (perenial), bisa mencapai panjang 5 m. Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak. Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang 5 - 10 cm, lebar 3-7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, bisa dimakan. Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum. Perbanyaan generatif (biji), namun lebih sering berkembang atau dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar rimpangnya (Plantamor, 2013).2.1.1.3 Khasiat dan Kegunaan

Tanaman binahong ini termasuk dalam famili gondola (Basella rubra Linn) dan masih satu ordo dengan bayam. Dari keseluruhan tanaman binahong ini masing-masing memiliki khasiat mulai dari akar, batang dan daunnya. Cara mengolahnya sendiri hanya direbus atau dijadikan lalapan. Tanaman ini biasanya dijadikan sebagai gondola atau gapura yang melingkar di atas jalan taman. Pada bagian umbi, batang dan daun binahong biasanya dimanfaatkan sebagai obat herbal. Tanaman ini dapat tumbuh baik dalam lingkungan yang dingin dan lembab. Tanaman binahong memiliki banyak khasiat untuk menyembuhkan beberapa penyakit, seperti diantaranya :a. Berkhasiat untuk melancarkan peredaran dan tekanan darah.

b. Berkhasiat untuk mencegah penyakit stroke, maag dan asam urat.

c. Berkhasiat untuk menambah dan mengembalikan vitalitas tubuh.

d. Berkhasiat untuk mempercepat pemulihan setelah operasi, melahirkan, khitanan, radang usus serta luka dalam lainnya.

e. Berkhasiat untuk melancarkan proses pencernaan.

f. Berkhasiat untuk mencegah dan mengobati penyakit diabetes.

g. Berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit ambeien.

h. Berkhasiat untuk menyembuhkan patah tulang.

i. Berkhasiat untuk mengobati masalah pernafasan seperti sesak nafas.

j. Berkhasiat untuk menyembuhkan jerawat dan melancarkan haid.

k. Berkhasiat untuk mengatasi lemah syahwat.(Zein,2011).2.1.1.2 DeskripsiIndonesia sangat kaya dengan berbagai jenis tumbuhan, termasuk tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Salah satu tumbuhan yang dikenal sebagai obat adalah rangka-rangka. Tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan atau tanaman yang sering dipakai obat alami (Yuniarti, 2008).Rangka-rangka menyukai tempat panas, termasuk perdu memanjat, tinggi batang sampai 2,5 meter. Batang sebesar jari kelingking. Berbintil-bintil rapat rasanya pahit. Daun tunggal, bertangkai, berbentuk seperti jantung atau agak budar telur berujung lancip, panjang 7 12 cm, lebar 5 10 cm. Bunga kecil, warna hijau muda, berbentuk tandan semu. Tumbuhan ini bisa diperbanyak dengan cara stek (Yuniarti, 2008).2.1.1.3 Kandungan Kimia

Rangka-rangka kaya kandungan kimia yang bermanfaat untuk proses pengobatan antara lain flavonoid (Yuniarti, 2008).2.1.1.4 Khasiat dan Kegunaan

Flavonoid ternyata mengandung senyawa ampuh untuk membunuh bakteri jahat di saluran pencernaan, termasuk cacing. Senyawa ini juga dipercaya mampu menekan tumbuhnya bakteri penyebab infeksi, terutama pada luka luar, luka gores atau luka memar. Rangka-rangka bersifat analgetik, antipiretik, melancarkan meridian (Yuniarti, 2008).2.1.2 Simpur Tidak ada literatur2.1.3 Patiti

Tidak ada literatur.

2.2 Herbarium Basah

Material herbarium yang diambil harus memenuhi tujuan pembuatan herbarium, yakni untuk identifikasi dan dokumentasi. Dalam pekerjaan identifikasi tumbuhan diperlukan ranting, daun, kuncup, kadang-kadang bunga dan buah, dalam satu kesatuan. Material herbarium yang lengkap mengandung ranting, daun muda dan tua, kuncup, bunga muda dan tua yang mekar, serta buah muda dan tua. Material herbarium dengan bunga dan buah jauh lebih berharga dan biasa disebut herbarium fertil, sedangkan material herbarium tanpa bunga dan buah disebut herbarium steril (Katno & Pramono 2002).Untuk keperluan dokumentasi ilmiah dianjurkan agar dibuat material herbarium fertil dan untuk setiap nomor koleksi agar dibuat beberapa spesimen sebagai duplikat 3 spesimen atau lebih per nomor koleksi Material herbarium dari pohon berdiameter besar maupun kecil agar dipilih ranting yang berbunga dan berbuah. Apabila hal ini sulit dilakukan, cukup diambil ranting dengan daun-daun dan kuncup utuh dalam satu kesatuan. Material herbarium dari tumbuhan terna dan rumput-rumputan, batang dan akarnya harus dikumpulkan pula. Demikian pula halnya dengan bambu, material herbariumnya tidak hanya berupa ranting daun berbunga, tetapi ruas batang dan pelepahnya harus disertakan pula (Katno & Pramono 2002).Material herbarium rotan sangat sulit dikumpulkan karena selain berdaun majemuk bersirip yang panjangnya lebih dari 1 m, bahkan ada yang mencapai 4 m (termasuk sirus), misalnya rotan manau, harus disertakan pula batang dan pelepahnya yang banyak durinya itu. Beberapa jenis rotan tidak memiliki sirus pada ujung daun, namun mempunyai salur berduri pada bagian pelepah yang disebut flagel yang panjangnya dapat mencapai 5 m, seperti pada rotan kesur. Selain material herbarium harus lengkap, perlu diperhatikan pula bahwa pada saat pengambilan material herbarium harus dilakukan pula pencatatan data tumbuhannya, terutama karakter/sifat yang akan hilang jika diawetkan. Material herbarium tanpa catatan tumbuhannya dianggap sangat tidak ada artinya. Pencatatan data tumbuhan dengan menggunakan buku catatan atau blangko isian/tally sheet (Katno & Pramono 2002).Secara umum ada dua jenis herbarium yaitu herbarium kering dan basah. Kegunaan herbarium sangat penting sebagai kelengkapan koleksi untuk kepentingan penelitian dan identifikasi, hal ini dimungkinkan karena pendokumentasian dengan cara diawetkan dapat bertahan lebih lama Membuat awetan basah :

1. Siapkan spesimen yang akan diawetkan.

2. Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.

3. Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan.

4. Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya (Katno & Pramono 2002).2.3Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Depkes RI, 1979).Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.(Depkes RI, 1979).Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (Depkes RI, 1979).Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan zat khasiat yang tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan ditempatkan pada tempat yang terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening. Sampel yang direndam dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring untuk mendapat maseratnya. Maseratnya dibebaskan dari pelarut dengan menguapkan secara in vacuo dengan rotary evaporator (Depkes RI, 1979).Kelebihan cara maserasi:1. Alat dan cara yang digunakan sederhana

2. Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan.

Kelemahan cara maserasi:1. Banyak pelarut yang terpakai

2. Waktu yang dibutuhkan cukup lama (Depkes RI, 1979).Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Anief, 2008).

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien (Depkes RI, 1979).Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan (Depkes RI. 1979).2.4Senyawa Glikosida

Glikosida adalah senyawa yang menghasilkan satu atau lebih gula (glikon) diantara produk hidrolisisnya dan sisanya berupa senyawa bukan gula (aglikon). Bila gula yang terbentuk adalah glukosa maka golongan senyawa itu disebut glukosida, sedangkan bila terbentuk gula lainnya disebut glikosida. Di alam ada O-glikosida, C-glikosida, N-glikosida, dan S-glikosida (Sudibyok, 2002).

Contoh struktur glikosidaSecara kimia, senyawa ini merupakan asetal , yaitu hasil kondensasi gugus hidroksil gula dengan gugus hidroksil dari komponen aglikon, serta gugus hidroksil sekunder di dalam molekul gula itu sendiri juga mengalami kondensasi membentuk cincin oksida. Secara sederhana glikosida merupakan gula eter. Bentuk alfa dan beta mungkin saja ada, namun di alam atau di dalam tumbuhan hanya bentuk beta () yang ada (Sudibyok, 2002).Dari segi pandang biologi, glikosida berperan dalam tumbuhan terlibat dalam fungsi pengaturan-pengaturan, perlindungan, dan kesehatan, sedangkan untuk manusia ada yang digunakan dalam pengobatan. Dalam segi pengobatan, glikosida menyumbang hampir setiap kelas pengobatan, misalnya sebagai obat jantung (kardiotonika) contohnya: glikosida digitalis, strophantus, squiII, convallaria, apocynum, dll.; sebagai obat pencahar (laxantia), misalnya antrakinon dalam sena, aloe, kelembak, kaskara sagrada, frangula, dll.; sebagai penyedap atau lokal iritan, misalnya alilisotiosianat; sebagai analgesika, misalnya gaulterin dan gondopuro menghasilkan metilsalisilat (Sudibyok, 2002).Klasifikasi (penggolongan) glikosida sangat sukar. Bila ditinjau dari gulanya akan dijumpai gula yang strukturnya belum jelas; sedangkan bila ditinjau dari aglikonnya akan dijumpai hampir semua golongan konstituen tumbuhan, misalnya tanin, sterol, terpenoid, antosian, flavonoid dsb. Bila ditinjau dari segi pengobatan akan terjadi beberapa glikosida yang diabaikan, padahal penting dalam farmakognosi (Sudibyok, 2002).Dalam tumbuhan sering dijumpai gula Iebih dari satu, misalnya di- dan trisakarida. Gula yang umum adalah D-glukosa, sering dijumpai pula ramnosa. GuIa yang tidak umum misalnya digitoksosa, digitalosa, simanosa dan sebagainya. Bila bagian aglikon digunakan sebagai dasar klasifikasi maka akan didapatkan penggolongan sebagai berikut:1. golongan kardioaktif,

2. golongan antrakinon,

3. golongan saponin,

4. golongan sianopora,

5. golongan isotiosianat,

6. golongan flavonoid,

7. golongan alkohol,8. golongan aldehida,9. golongan lakton,10. galongan fenolat, dan11. golongan tanin (Tyler,V.E. et al., 1988)2.3Senyawa AlkaloidCara identifikasi alkaloid yaitu sebanyak dua gram serbuk bahan dilembabkan dalam amnonia 25%, lalu digerus dalam mortir. Kemudian ditambah 20 mL kloroform dan digerus kuat-kuat. Campuran disaring dan difiltrat digunakan untuk percobaan (larutan A). Larutan A diteteskan pada kertas saring dan kemudian diberi pereaksi drageadorff. Warna jingga yang timbul pada kertas saring menunjukkan alkaloid positif (Achmad & Arifin, 2006).Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu (Achmad& Arifin, 2006).Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion (Achmad & Arifin, 2006).Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit (Achmad & Arifin, 2006).Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid (Putra, 2003).

Gambar 4. Struktur alkaloid2.4Senyawa Steroid

Steroid banyak terdapat di alam tetapi dalam jumlah yang terbatas dan mempunyai aktivitas biologis, yang mempunyai karakteristik tertentu yaitu seperti substitusi oksigen pada atom C-3 yang merupakan sifat khas steroid alam, subsitusi gugus metil angular pada atom C-10 dan C-13 yang dikenal dengan atom C-18 dan C-19, kecuali pada senyawa steroid dengan cincin A berbentuk benzenoid, seperti pada kelompok esterogen (Sudibyok, 2002).Secara rinci beberapa fungsi steroid adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan

2. Menghambat penuaan daun (senescence)

3. Mengakibatkan lengkuk pada daun rumput-rumputan

4. Menghambat proses gugurnya daun

5. Menghambat pertumbuhan akar tumbuhan

6. Meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan

7. Menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan

8. Merangsang pertumbuhan pucuk tumbuhan

9. Merangsang diferensiasi xylem tumbuhan

10. Menghambat pertumbuhan pucuk pada saat kahat udara dan endogenus karbohidrat.(Sudibyok, 2002).Steroid merupakan jenis dari saponin yang mempunyai rantai samping spiroketal atau disebut dengan glikosida struktur steroid. Saponin jenis steroid ini larut dalam air dan etanol tatapi tidak larut dalam eter. Saponin steroid paling umum ditemukan dalam keluarga Liliaceae, Amarylidaceae, dan Dioscoreaceae (Sudibyok, 2002).

Gambar 5. Struktur SteroidMetode identifikasi steroid dilakukan dengan menggunakan sebanyak 1 ml larutan ekstrak diuapkan sampai kering, kemudian ditambah dengan pereaksi Lieberman-Burchard. Warna biru-ungu yang timbul menunjukkan adanya senyawa terpenoid atau steroid (Sudibyok, 2002).2.5Senyawa Antrakinon

Larutan ekstrak sebanyak 2 ml dipanaskan dengan 5 ml H2SO4 selama 1 menit. Setelah dingin dikocok dengan 10 ml bensen. Warna kuning pada lapisan bensen menunjukkan adanya senyawa antrakuinon. Identifikasi dapat diperjelas dengan menambahkan larutan natrium hidroksida 2 N, akan terjadi warna merah pada lapisan air (Achmad & Arifin, 2006).

Gambar 6. Struktur turunan antrokinon

Kuinon (Kinon) adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonyugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitam. Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat dipilah menjadi empat kelompok yaitu benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid (Achmad & Arifin, 2006).2.6 Senyawa FlavonoidFlavonoid merupakan metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali alga. Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang mempunyai potensi sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktif sebagai obat. Flavonoid dapat mengobati gangguan fungsi hati melindungi membran sel hati dan penghambatan reaksi hidroksilasi pada mikosom. Selain itu flavonoid juga dapat menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin. Hal ini disebabkan karena flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik sehingga menghambat reaksi oksidasi (Robinson, 1995).

Gambar 7. Struktur FlavonoidCara mengidentifikasi Flavonoid yaitu :

1. Membuat Larutan Sampel

Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia disari dengan 10 mL metanol lalu di refluks selama 10 menit, disaring panas-panas melalui kertas saring, filtrate diencerkan dengan 10 mL air suling. Setelah dingin ditambah 5 mL n-heksan, dikocok hati-hati, didiamkan. Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperature 40oC, sisa di larutkan dalam 5 mL etil asetat kemudian disaring.2. Identifikasi Flavonoid

a. Sebanyak 1 mL larutan sampel diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1-2 mL etanol 96 %, ditambahkan 0,5 gram serbuk seng dan 2 mL HCl 2 N, didiamkan selama 1 menit. Jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah yang intensif menunjukkan adanya flavonoid.

b. Sebanyak 1 mL larutan sampel diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1 mL etanol 96 %, ditambahkan 0,1 gram magnesium dan 10 tetes HCl pekat, terjadi warna merah jingga sampai ungu menunjukkan adanya flavonoid.

(Lumbanraja, 2009).2.7Senyawa Saponin

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa, jika di kocok dengan air. Beberapa saponin sebagai antimikroba (Lumbanraja, 2009). Saponin pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah dan sering digunakan sebagai detergen. Saponin dapat digunakan untuk meningkatkan diuretik serta merangsang kerja ginjal. Saponin dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir, bersifat toksik pada binatang berdarah dingin seperti ikan (Clauss et al., 1970). Saponin dapat terdeteksi dengan pereaksi semprot vanillin asam sulfat dan tampak berupa bercak berwarna biru atau biru ungu atau terkadang berupa bercak kuning (Wagner et al., 1984).

Cara identifikasi adanya saponin yaitu sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam tabung reaksi dan tambahkan 10 mL air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, timbul busa yang tidak kurang dari 10 menit setinggi 1 samapi 10 cm , ditambah 1 tetes larutan HCl 2 N, bila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin (Lumbanraja, 2009).

Gambar 8. Struktur SaponinBAB III

METODE PENGERJAAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. AlatAlat- alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1. Alat sentrifuge

2. Batang pengaduk

3. Cawan penguap

4. Corong kaca

5. Erlenmeyer

6. Gelas beker

7. Gelas ukur

8. Kertas saring

9. Mortir + stamper

10. Neraca analitik

11. Penangas air12. Pipet tetes13. Seperangkat alat maserasi

14. Seperangkat alat perkolasi

15. Tabung reaksi16. Tabung sentrifuge17. Wadah penampung3.1.2. BahanBahan- bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1. Alkohol 50 70 %

2. Amonia cair

3. Asam asetat anhidrat

4. Asam sulfat P

5. Aquadest

6. Etanol

7. Eter

8. FeCl3 3,5 %9. HCl encer10. Kertas saring11. Kloroform12. KOH13. Metanol14. NaOH15. Natrium sulfat 6,3 %

16. Pb-asetat

17. Pereaksi dragendorf18. Sampel tanaman3.2. Cara Kerja 3.2.1 Maserasi

Dimasukkan dalam bejana maserasi

Dituangkan secara perlahan ke dalam bejana maserasi yang berisi serbuk.Cairan penyari dibiarkan merendam serbuk hingga 1 cm di atas permukaan serbuk.

dibiarkan selam 3 x 24 jam, tiap 24 jam etanol diganti secukupnya hingga merendam 1 cm di atas permukaan serbuk sambil sekali-kali diaduk

diuapkan hingga kentalditimbang

dihitung rendemen ekstrak yang didapat3.2.2 Perkolasi

dimasukkan ke dalam perkolator yang sebelumnya telah dilapisi kertas saring.

Kran ditutup bagian bawahnya.

Dituangkan secukupnya secara perlahan ke dalam perkolator yang berisi serbuk hingga merendam 1 cm di atas permukaan serbukDibiarkan serbuk terendam hingga 1 cm di atas permukaan serbukDibiarkan selama 24 jam

Kran dibuka dengan kecepatan 20 tetes permenit

Dijaga jangan sampai larutan habis (sampai batas atas serbuk)

Dimasukkan ke penampung

Lakukan hingga ekstraksi dinyatakan selesai (senyawa kimia habis)

Diuapkan hingga kental

Dihitung presentase ekstrak yang didapat

3.2.3

Identifikasi Glikosida JantungA. Penyiapan Larutan Percobaan (Sari Kloroform)

B. Uji Keller-Kiliani

(+) terbentuk 2 lapisan (hijau dan coklat)

3.2.4Identifikasi Glikosida Antrakinon Bebas

3.2.5Identifikasi Steroid

Dimasukkan dalam tabung reaksi

Ditambah pereaksi Lieberman-Burchard (3 ml CHCl3+10 tetes CH3COOH anhidrat 95%+3 tetes H2SO4)

(+) terjadi warna biru kehijauan

3.2.6Identifikasi Glikosida Flavonoid

Dilarutkan dengan metanol

Dipanaskan

Disaring

Ditambahkan aquadest

Diuapkan sampai kering

Diuapkan sampai kering

Ditambahkan etil asetat

Diuapkan sampai kering

Ditambahkan etanol 95%, logam Mg, HCl

(+) terjadi warna merah ungu3.2.7Identifikasi Flavonoid

Ditambahkan aquadest

Diperas pada kertas saring

Diuapkan dengan ammonia

(+) terjadi warna kuning intensif3.2.8Identifikasi Alkaloid

Cara I

Ditambahkan HCl, reagen mayer

(+) terjadi warna putih

Cara II

Ditambahkan HCL, reagen dragondroft

(+) terjadi warna merah bata3.2.9Identifikasi Saponin

Ditambahkan aquadest

Dikocok

(+) terjadi busa

BAB IV

PERLAKUAN DAN HASIL

4.1Ekstraksi

4.1.1 Ekstraksi Metode Maserasi

No.PerlakuanHasilDokumentasi

1.Menyiapkan sampel Simplisia Rangka-rangkaBerat sampel = 10 gram

2.Menyiapkan tempat maserasi dan pelarutPelarut yang digunakan adalah etanol 50 ml

3.Memasukkan sampel dalam wadah maserasi dan diberi pelarut secukupnyaSampel dibasahi pelarut.

4.Menutup sampel dengan ditambahkan aluminium foil, didiamkan selama 3 hari, diaduk pada 6 jam pertama dan diganti pelarutnya Ditutup dengan aluminium foil

5.Menyaring ekstrak sampel tanaman.Ekstrak cair berwarna coklat

6.Menguapkan pelarut sampel dengan cara memanaskan sampel diatas penangas airEkstrak cair berubah menjadi ekstrak kental 5 ml

7.Mengambil ekstrak kering dan diletakkan dalam vial kosong yang sudah ditimbang beratnya. Menimbang berat vial yang sudah berisi ekstrak.Berat ekstrak total = 0,5 gram

4.1.2 Hasil RendemenDiketahui:Bobot ekstrak: 1,2 gram

Bobot simplisa: 10 gram

Ditanya?Rendemen%?

Jawab:Perhitungan Rendemen

% rendemen=

= 1,2/ 10X 100%

= 12 %

4.1.3 Ekstraksi Metode Perkolasi

NoPerlakuanHasilDokumentasi

1.Menyiapkan sampel simpur

Berat sampel = 10 gram

2Menyiapkan tabung perkolator dan yang lainnya.Di rancang

3.Memasukkan kertas saring ke dalam tabung perkolator.Untuk menyaringan

4.Memasukkan sampel kedalam tabung perkolatorSampel dilapisi dengan kertas saring

5.Memasukkan pelarut kedalam tabung perkolatorPelarut yang digunakan n-hexane 50 ml

6.Mendiamkan ekstrak selama 24 jamLarutan berwarna coklat keruh

7.Membuka kran perkolat dan menampung sampel dalam Erlenmeyer dengan laju tetesan 20 tetes satu menit.Larutan berwarna coklat

8.Mengambil ekstrak cair sampel tanaman dan menguapkan pelarut sampel dengan cara memanaskan sampel di atas penangas air.Ekstrak cair berubah menjadi ekstrak kental 1 ml

9.Mengambil ekstrak kering dan diletakkan dalam vial kosong yang sudah ditimbang beratnya.Berat ekstrak = 0,1 gram

4.1.4 Hasil RendemenDiketahui:Bobot ekstrak: 0,1 gram

Bobot simplisa: 10 gram

Ditanya?Rendemen%?

Jawab:Perhitungan Rendemen

% rendemen=

= 0,1/ 10X 100%

= 1 %

4.1Identifikasi Senyawa Kimia

4.1.1 Tumbuhan Rangka-rangkaNoPengujianCara KerjaHasilKesimpulanKeterangan

/Dokumentasi

1Uji Glikosida Jantung10 gram paku hutan + alkcohol 50-70% filtrat + lart. Pb asetat pekat. Supernatan + Na Sulfat 6,3% supernatandi sari 15-25ml kloroform dipekatkan 5 ml.

Uji Keller-kiliani

Sari kloroform + 3 ml FeCl3 3,5% dalam asam asetat glasial + H2SO4 P 2 lapisan (bagian bawah coklat, bagian atas hijau).larutan

hijau pucat

Negatif

(-)

2Uji Identifikasi antrakinon bebas

0,5 gr serbuk + 50 ml air panas (saring) filtratedi sari dengan eter 3 x ( + 10 ml eter cuci dengan air 5 ml + ammonia encer + NaOH/KOHBeningNegatif

(-)

3Uji Shinoda

serbuk + 10 ml metanol dipanaskan saring larutan dengan kertas saring filtrat diencerkan dengan 10 ml air fase metanol diuapkan sampai kering ditambah etil asetat bagian jernih diuapkan ad kering ditambah etanol 95% ditambah logam Mg ditambah dengan HCl pekat.Larutan terdapat cincin merahPositif

(+)

4Uji Streroid

Serbuk simplisia + 3 ml reagen liberman burchad.larutan beningNegatif

(-)

4.1.2 Tumbuhan PatitiNoPengujianCara KerjaHasilKesimpulanKeterangan

/Dokumentasi

1Uji Glikosida Jantung

10 gram Patiti + alkohol 50-70% filtrat + lart. Pb asetat pekat. Supernatan + Na Sulfat 6,3% supernatandi sari 15-25 ml kloroform di pekatkan 5 ml.

Uji Keller-kiliani

Sari kloroform + 3 ml FeCl3 3,5% dalam asam asetat glasial + H2SO4 P 2 lapisan (bagian bawah coklat, bagian atas hijau).

Larutan beningNegatif

(-)

2Uji Identifikasi antrakinon bebas

0,5 gr serbuk + 50 ml air panas (saring) filtrat di sari dengan eter 3 x ( + 10 ml eter cuci dengan air 5 ml + ammonia encer + NaOH/KOHLarutan warna jingga muda beningNegatif

(-)

3Uji Shinoda

Serbuk + metanol dipanaskan disaring di tambahkan aquadest fase etanol 95% diuapkan ad kering di tambahkan etil asetat bagian jernih diuapkan ad kering + logam Mg + 10 ml HCl Jingga muda beningPositif(+)

4Uji Steroid

Serbuk ditambahkan 3 ml reagen Liberman BurchadLarutan bening Negatif

(-)

4.1.3 Tumbuhan SimpurNoPengujianCara KerjaHasilKesimpulanKeterangan

/Dokumentasi

1Uji Glikosida Jantung

10 gram Simpur + alkohol 50-70% filtrat + lart. Pb asetat pekat. Supernatan + Na Sulfat 6,3% supernatant di sari 15-25ml kloroform dipekatkan 5 ml.

Uji Keller-kiliani

Sari kloroform + 3 ml FeCl3 3,5% dalam asam asetat glasial + H2SO4 P 2 lapisan (bagian bawah coklat, bagian atas hijau).Larutan beningNegatif(-)

2Uji Identifikasi antrakinon bebas

0,5 gr serbuk + 50 ml air panas (saring) filtrate disari dengan eter 3 x ( + 10 ml eter cuci dengan air 5 ml + ammonia encer+NaOH/KOHlarutan bening kekuninganNegatif(-)

3Uji Shinoda

Serbuk + metanol dipanaskan disaring di tambahkan aquadest fase etanol 95% diuapkan ad kering di tambahkan etil asetat bagian jernih diuapkan ad kering + logam Mg + 10 ml HCl PLarutan beningNegatif(-)

4Uji Steroid

Serbuk di tambahkan 3 ml reagen Liberman BurchadLarutan beningNegatif(-)

BAB VPEMBAHASAN

Percobaan mengidentifikasi glikosida, steroida dan alkaloida serbuk simplisia. Tujuan percobaan diharapkan agar mahasiswa mampu mengidentifikasi beberapa macam glikosida, mengidentifikasi steroid dan alkaloid secara kimia yang terkandung di dalam tumbuhan sampel dan memahami sifat-sifat umum glikosida, steroid dan alkaloid serta mengetahui cara ekstraksi pada simplisia herba tumbuhan. Serbuk tumbuhan yang digunakan pada penetapan identifikasi glikosida, steroid dan alkaloid ini adalah tumbuhan rangka-rangka, simpur, dan patiti. Pada identifikasi sampel tumbuhan ini dilakukan beberapa uji identifikasi antara lain uji identifikasi terhadap glikosida jantung dengan uji lanjutan berupa uji Keller-Kiliani, identifikasi alkaloida, identifikasi terhadap glikosida antrakinon bebas, identifikasi steroida, uji shinoda dan identifikasi flavonoid. Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar (misalnya terkena panas dan teroksidasi udara). Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Glikosida dapat dibagi menjadi berbagai macam apabila didasarkan atas aglikonnya.

Pada uji identifikasi glikosida jantung dilakukan pembuatan larutan percobaan dengan cara serbuk sebanyak 2 g dimaserasi terlebih dahulu selama 1 jam dengan alkohol 70% agar senyawa kimia yang terdapat di dalam tumbuhan dapat tersari. Pelarut atau cairan penyari yang digunakan adalah alkohol 70% yang memiliki sifat yang semipolar sehingga senyawa kimia yang terdapat dalam tanaman tersebut dapat tersari semua. Setelah 1 jam kemudian disaring dan filtrat yang diperoleh ditambah dengan larutan Pb-asetat pekat sampai pengendapan putih yang terbentuk sempurna (endapan terdiri dari pigmen, protein, alkaloid, dan senyawa lain selain glikosida). Fungsi dari Pb-asetat tersebut adalah untuk mengendapkan pigmen, protein, alkaloid, dan senyawa lain selain glikosida sehingga pada supernatan hanya terdapat senyawa glikosida. Endapan tersebut dipisahkan dengan sentrifuge selama 5 menit. Supernatan yang mengandung glikosida diambil. Selanjutnya supernatan disari dengan kloroform, masing-masing dengan 10 mL kloroform. Fungsi kloroform adalah agar senyawa glikosidanya benar-benar tersari. Larutan kemudian akan terpisah menjadi dua lapisan cairan yang tak tercampurkan. Lapisan bawah merupakan lapisan sari kloroform sedangkan lapisan atasnya adalah alkohol, ini di karenakan berat jenis kloroform lebih besar dibandingkan dengan berat jenis alkohol. Ketika proses pengambilan sari kloroform ini harus dilakukan dengan hati-hati agar bagian yang terambil dengan menggunakan pipet tetes adalah bagian yang benar-benar tidak mengandung lapisan bagian bawah. Sari kloroform yang diperoleh dipisahkan kemudian dipekatkan hingga volumenya 5 mL dengan cara diuapkan di atas hot plate. Tetapi karena pada percobaan kali ini sari kloroform yang diperoleh kurang dari 5 mL sehingga tidak dilakukan proses pemekatan pada hot plate dan langsung dilakukan uji Keller-Killiani.Uji Keller-Killiani dilakukan dengan cara sari kloroform dilarutkan dengan 3 mL larutan FeCl3 3,5% dalam tabung reaksi. Kemudian dibiarkan 1 menit dan secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat melalui dinding tabung sampai terjadi lapisan yang berwarna. Asam sulfat ditambahkan secara perlahan-lahan melalui dinding tabung karena asam sulfat merupakan cairan yang bersifat eksoterm dimana mengeluarkan panas sehingga pada penambahannya cairan akan terasa panas dan dikhawatirkan jika ditambahkan zat lain bisa membuat tabung reaksi pecah. Pada percobaan ini asam sulfat pekat bertindak sebagai reduktor. Pada pertemuan dua lapisan cairan nampak terbentuk warna coklat, sementara lapisan cairan bagian atas terbentuk warna hijau pekat, hasil ini menunjukkan adanya glikosida jantung. Ketiga tanaman yang di uji yaitu rangka-rangka, simpur dan patiti tidak ada menunjukkan hasil yang positif hal ini dikarenakan suatu simplisia yang di diamati ini kemungkinan sangat sedikit memiliki zat tersebut sehingga pada uji Keller-Killiani ini menghasilkan hasil yang negatif.Identifikasi terhadap glikosida antrakinon bebas, yaitu serbuk disiapkan sebanyak 0,5 g direndam dalam 50 mL air panas yang sebelumnya dilakukan proses pemanasan hingga mendidih, kemudian serbuk simplisia ini direndam selama 5 menit. Proses perendaman dengan air panas ini bertujuan untuk melunakkan sel tanaman sehingga pada proses penyarian selanjutnya senyawa yang terdapat didalamnya mudah tersaring. Selanjutnya disaring selagi masih panas dan filtrat didinginkan. Filtrat kemudian disari dengan eter sebanyak tiga kali, masing-masing menggunakan 10 mL eter. Proses penyarian dengan menggunakan eter ini memiliki tujuan yang hampir sama pada proses penyarian dengan menggunakan kloroform pada uji glikosida jantung yaitu untuk memastikan bahwa senyawa-senyawa antrakinon yang terdapat dalam sampel benar-benar tersari, digunakannya eter disini agar dapat memastikan uji identifikasi yang di dapat itu benar ada atau tidaknya suatu zat yang diinginkan. Sari eter dikumpulkan dan dicuci dengan 5 mL air. Sari eter direaksikan dengan larutan ammonia dan KOH yang berfungsi sebagai senyawa yang dapat memberikan identifikasi spesifik adanya senyawa glikosida antrakinon bebas pada tanaman ini. Timbul warna merah muda pada lapisan ammonia dan KOH menunjukkan adanya antrakinon bebas, tetapi hasil pengujian menunjukkan hasil yang negatif dimana terbentuk lapisan berwarna bening pada bagian atas dan berwarna kekuningan pada bagian bawah, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tumbuhan rangka-rangka, simpur dan patiti tidak mengandung antrakinon bebas. Identifikasi Steroida dilakukan dengan cara 50 mg serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan pereaksi Liberman-Burchard (3 mL kloroform + 10 tetes asam asetat anhidrat 95% + 3 tetes asam sulfat pekat 95%). Pereaksi Liberman-Burchard ini memiliki fungsi sebagai pereaksi yang spesifik untuk mengidentifikasi adanya senyawa steroid pada suatu simplisia, dimana akan memberikan warna biru atau hijau pada hasil reaksinya. Hasil identifikasi terhadap steroid menunjukkan hasil yang negatif dimana pada hasil akhir tampak larutan berwarna bening. Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida ini merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di alam dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi. Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin, diosmin dan naringenin) merupakan kandungan flavonoid yang paling dikenal

Uji identifikasi glikosida flavonoid dengan menggunakan uji shinoda, uji ini pertama-tama ambil larutan percobaan sebanyak kira-kira 1 ml, diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan kembali dalam 1 ml etanol 95%. Selanjutnya ditambahkan Mg dan 10 ml HCl pekat. Hasil identifikasi dengan menggunakan uji shinoda pada tanaman rangka-rangka positif mengandung flavonoid karena terdapat cincin merah kemudian pada tanaman patiti positif mengandung flavon karena terdapat larutan jingga. Sedangkan pada Simpur itu negatif seharusnya terjadi larutan jingga. Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Kelebihan cara maserasi, yaitu alat dan cara yang digunakan sederhana serta dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan. Kelemahan cara maserasi, yaitu banyak pelarut yang terpakai dan waktu yang dibutuhkan cukup lama. Prinsip maserasi adalah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Hal ini dilakukan agar diperoleh ekstrak yang lebih banyak. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.Prinsip perkolasi adalah penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Cara pengerjaannya yaitu dengan menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari kemudian dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersbut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh dan cairan akan bergerak ke bawah karena beratnya sendiri dan cairan diatasnyaPada percobaan ini, sampel rangka-rangka diekstraksi dengan cara maserasi. Prosedur pertama yang dilakukan, yaitu menimbang simplisia sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan dalam maserator. Selanjutnya ditambahkan pelarut berupa metanol sebanyak (sampai semua simplisia terendam). Lalu diaduk beberapa saat dan ditutup rapat serta disimpan di tempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari. Penyimpanan harus dilakukan dengan baik agar pelarut tidak menguap, karena metanol mudah menguap. Maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam, setiap 24 jam dilakukan pengadukkan dan remaserasi sebanyak 1 x. Remaserasi adalah proses penggantian sebagian pelarut yang sudah jenuh dengan pelarut baru agar proses difusi senyawa kimia dapat terus berjalan.

Ekstraksi metode perkolasi dilakukan pada tanaman simpur, yaitu serbuk yang diserbuk dalam bentuk haksel. Langkah pertama, yaitu menyiapkan tabung perkolator yang telah dilapisi dengan kertas saring sebagai penyaringnya dan diletakkan pada statif dengan posisi kran tertutup. Simplisia dimasukkan ke dalam tabung perkolator secukupnya ( 10 gram), lalu ditambahkan pelarut berupa metanol sampai semua simplisia terendam dua jari dari permukaan atas simplisia. Kemudian ditutup bagian atasnya agar pelarut tidak menguap dan didiamkan selama 1 hari (24 jam) sebagai proses maserasi untuk mengembangkan simplisia sehingga senyawa aktifnya mudah larut dalam pelarut yang akan dialirkan. Setelah 24 jam, kran perkolator dibuka sedikit hingga kecepatan aliran ekstrak cair ke dalam erlenmeyer 20 detik/tetes. Dilakukan pengamatan dan diperhatikan agar pelarut tidak kering.

Rendemen adalah perbandingan antara bobot sampel ekstrak kental yang diperoleh setelah pelarut diuapkan dengan bobot awal simplisia yang diekstraksi. Rendemen tanaman merupakan kadar kandungan zat aktif dalam daun tanaman yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen rangka-rangka sebesar 12 %, artinya dari 10 gram tanaman rangka-rangka yang ekstraksi akan diperoleh 1,2 gram ekstrak zat aktif dari tanaman rangka-rangka. Begitu pula dengan rendemen simpur sebesar 0,1 %, artinya dari 10 gram tanaman simpur yang diekstraksi, akan diperoleh 0,1 gram ekstrak zat aktif dari tanaman simpur.BAB VIPENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah :

1. Pada tanaman rangka-rangka pada uji steroid positif mengandung flavonoid, sedangkan untuk uji glikosida jantung, antrakinon bebas, shinoda dan uji Keller-killiani negatif.2. Pada tanaman Patiti pada uji shinoda positif mengandung flavon, sedangkan untuk uji glikosida jantung, steroid, antrakinon bebas dan uji Keller-killiani negatif.3. Pada tanaman simpur pada uji steroid, glikosida jantung, antrakinon bebas, shinoda dan uji Keller-killiani negatif.6.2 Saran

Sebaiknya pemanfaatan bahan alam sebagai obat harus ditingkatkan lagi dengan pertimbangan yang benar-benar matang sehingga pemanfaatan tanaman tidak menimbulkan kerusakan keseimbangan ekosistem alam dan juga pemanfaatan bahan alam dapat lebih maksimal lagi.DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S & Arifin, 2006. Senyawa-Senyawa Alkaloid, Terpenoid, dan

Flavonoid Tumbuhan Cryptocarya densiflora dan Cryptocarya ferrea.

Department of Chemistry: FMIPA-ITB. BandungAnief. M. 2008. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.Gembong, T. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University press. YogyakartaKatno & Pramono. S. 2002. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan

Obat Tradisional. UGM, YogyakartaLumbanraja, L. B. 2009. Skrining Fitommimia dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang pada Tikus. Universitas Sumatera Utara. MedanManulu, M. 2005. Keanekaragaman Dan Potensi Flora Di Cagar Alam Pegunungan Cylops Papua. Jakarta. LIPI vol 6. No 3 Plantamor. 2011. Rangka-rangka.

http://www.plantamor.com/index.php?plantDiakses pada tanggal 6 Mei 2013Putra. 2003. Kandungan Senyawa-senyawa

https://www.google.com/search?q=tanaman+senyawa-senyawa&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=orgDiakses pada tanggal 8 Mei 2013 Rismunandar. 1986. Mengenal Tanaman Buah Buahan. Sinar Baru. Bandung Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.Sudibyok, R. S. 2002. Metabolit Sekunder : Manfaat dan Perkembangannya dalam Dunia Farmasi. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar UGM, Jogjakarta.Tyler,V.E. et al. 1988. Pharmacognosy. Ninth Edition. Lea & Febiger, Philedephia.Yuniarti, T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Media Presindo. JakartaZein, A. 2011. Kandungan Binahong (Anredera cordifolia).

http://ardika-zei-fst08.web.unair.ac.id/

Diakses tanggal 08 Mei 2013

10 g sampel tanaman rangka-rangka yang telah dibuat simplisia dan sudah dalam keadaan serbuk

Etanol

Ekstrak

Filtrat

Hasil

10 g sampel tanaman simpur yang telah dibuat simplisia dan sudah dalam keadaan serbuk

N-heksan

N-heksan

Filtrat

Hasil

2 gram serbuk

Dimaserasi dengan alkohol selama 1 jam

Filtrat

Ditambahkan Pb asetat pekat ad terjadi pengendapan

Disentrifuge

Supernatan + Na2SO4 6,3 %

Disentrifuge lagi bila ada endapan

Supernatan + Kloroform

Disari sebanyak 3x @ 15 mL

Sari Kloroform

Diuapkan @5 mL

Hasil

Sari Kloroform + 3 mL FeCl3 3,5%

Ditambahkan dan didiamkan 1 menit

Ditambahkan H2SO4 p ad terjadi 2 lapisan warna coklat pada pertemuan dua lapisan dan warna hijau pada bagian atas

Hasil

0,5 g serbuk sampel

Direndam dalam 10 mL air panas selama 15 menit

Disaring selagi panas

Didinginkan

Filtrat

Disari dengan eter sebanyak 3x @ 10 mL

Sari eter

Dikumpulkan

Dicuci dengan 5 mL air

Direaksikan

(+) terjadi warna merah muda

Larutan encer ammonia

Hasil

50 mg serbuk sampel

Hasil

Serbuk

Fase metanol

Bagian jernih

Hasil

Serbuk sampel

Hasil

Serbuk sampel

Hasil

Serbuk sampel

Hasil

Serbuk sampel

Hasil

PAGE

_1303749015.unknown