laporan pengemasan

31
ACARA I GLOBAL MIGRASI, GRAMATUR, DENSITAS, DAN KETAHANAN JATUH A. Pendahuluan 1. Latar belakang Kemasan pangan merupakan bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/ atau membungkus pangan baik yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan pangan. Selain untuk mewadahi/ membungkus pangan, kemasan pangan juga mempunyai berbagai fungsi lain, diantaranya untuk menjaga pangan tetap bersih serta mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme; menjaga produk dari kerusakan fisik; menjaga produk dari kerusakan kimiawi (misalnya permeasi gas, kelembaban/ uap air); mempermudah pengangkutan dan distrisbusi; mempermudah penyimpanan; memberikan informasi mengenai produk pangan dan instruksi lain pada label; menyeragamkan volume atau berat produk dan membuat tampilan produk lebih menarik sekaligus menjadi media promosi. Bahan yang umum digunakan sebagai kemasan pangan antara lain adalah kertas, karton, selofan, kaca/gelas, keramik, logam atau campuran logam dan plastik. Bahan- bahan tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.

Upload: yuliana-dyah-kusuma-wardani

Post on 14-Feb-2016

406 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

global migrasi, gramatur, densitas, dan ketahanan jatuh

TRANSCRIPT

ACARA I

GLOBAL MIGRASI, GRAMATUR, DENSITAS,

DAN KETAHANAN JATUH

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Kemasan pangan merupakan bahan yang digunakan untuk mewadahi

dan/ atau membungkus pangan baik yang bersentuhan langsung maupun tidak

langsung dengan pangan. Selain untuk mewadahi/ membungkus pangan,

kemasan pangan juga mempunyai berbagai fungsi lain, diantaranya untuk

menjaga pangan tetap bersih serta mencegah terjadinya kontaminasi

mikroorganisme; menjaga produk dari kerusakan fisik; menjaga produk dari

kerusakan kimiawi (misalnya permeasi gas, kelembaban/ uap air);

mempermudah pengangkutan dan distrisbusi; mempermudah penyimpanan;

memberikan informasi mengenai produk pangan dan instruksi lain pada label;

menyeragamkan volume atau berat produk dan membuat tampilan produk lebih

menarik sekaligus menjadi media promosi. Bahan yang umum digunakan

sebagai kemasan pangan antara lain adalah kertas, karton, selofan, kaca/gelas,

keramik, logam atau campuran logam dan plastik. Bahan- bahan tersebut

memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.

Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memungkinkan dilakukan

banyak variasi dan fungsi serbaguna, seperti melindungi, mengawetkan,

menyimpan, dan memamerkan hasil. Penekanan fungsi tergantung dari

komoditi yang bersangkutan. Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu

menyusun dan membentuk secara sambung menyambung bahan-bahan dasar

plastik yang disebut monomer.

Di samping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga

terdapat bahan non plastic yang disebut aditif yang diperlukan untuk

memperbaiki sifat-sifat plastik itu sendiri. Namun, produk plastik yang banyak

digunakan sebagai kemasan produk pangan ini mengandung bahaya tersendiri,

yaitu, kemungkinan terjadinya migrasi atau berpindahnya zat-zat monomer dari

bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tak cocok

dengan kemasan atau wadah penyimpannya.

Pada suhu kamar, dengan waktu kontak yang cukup lama, senyawa

berberat molekul kecil dapat masuk ke dalam makanan secara bebas, baik yang

berasal dari aditif maupun plasticizer. Migrasi monomer maupun zat-zat

pembantu polimerisasi, dalam kadar tertentu dapat larut ke dalam makanan

padat atau cair berminyak maupun cairan tak berminyak. Semakin panas

makanan yang di kemas, semakin tinggi peluang terjadinya migrasi

(perpindahan) ke dalam bahan makanan.

2. Tujuan

Tujuan dari praktikum Pengemasan acara I Global Migrasi, Gramatur,

Densitas Kemasan, dan Ketahanan Jatuh:

1. Menentukan global migrasi, gramatur dan densitas kemasan

2. Menentukan ketahanan jatuh dari kemasan gelas plastik

B. Tinjauan Pustaka

Nilai densitas kertas dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas.

Secara teknis rapat massa mempunyai hubungan erat dengan daya ikatan antar

serat dan derajat fibrilisasi serat pulp yang nantinya berpengaruh pada saat

pencetakan (opasitas cetak). Dalam prosesnya, peranan dan pengaruh filler

Kaolin (clay) sangat berpengaruh pada sifat fisik lembaran kertas khususnya

rapat massa dan gramatur kertas (karton). Kaolin berfungsi sebagai bahan

pengisi antar serat, menambah berat kertas dan menghaluskan kertas

(Nurminah, 2002).

Kemasan dari bahan plastik film saat ini menempati kedudukan yang

cukup penting diantara bahan kemasan yang lain. Film didefinisikan sebagai

lembaran dan yang fleksibel yang tidak mengandung bahan metalik, dengan

ketebalan tidak lebih dari 0,01 inchi atau 250 mikron. Film terbuat pada bulan

Agustus 2008 yang melarang dari turunan selulosa dan sejumlah resin

thermoplastik, terdapat dalam bentuk gulungan lembaran dan tabung yang

dapat digunakan sebagai pembungkus, kantong. Polipropilen merupakan satu

jenis plastik yang umum digunakan untuk membuat kantong plastik serta

paling mudah didapatkan dipasaran (Pudjiastuti, 2012).

Plastik sudah sering digunakan dalam kehidupan kita untuk mengemas

berbagai bentuk barang termasuk diantaranya digunakan untuk membungkus

makanan. Migrasi adalah senyawa kimia, seperti zat tambahan (adiktif),

monomer, dan katalis atau dari degradasi produk dari kemasan plastik makanan

yang dapat memepengaruhi rasa, tekstur, bau, dan bisa menimbulkan efek

bahaya untuk manusia, serta menurunkan umur simpan makanan yang

dikemasnya. Salah satu faktor yang dapat mempercepat global migrasi adalah

pemanasan yang masih menggunakan kemasan primernya (Alin, 2012).

Pengemasan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembuatan

produk makanan. Fungsi dari kemasan adalah mempercantik produk,

melindungi produk dari bahaya bakteri, meningkatkan mutu dan menjaga

kualitas produk. Karton atau kardus biasanya digunakan untuk mengemas

makanan untuk produk kering taua semi kering sperti keripik, cheese stik,

singkong rendang, dll (A. Yuyun, 2010).

Secara umum fungsi pengemasan adalah sebagai berikut: sebagai

wadah bagi produk yang bersangkutan, melindungi produk, menjaga keutuhan

bentuk fisik, menjaga keawetan produk, memuat informasi mengenai produk

yang bersangkutan, memudahkan proses distribusi, dan media atau sarana

promosi produk. Berdasar jenisnya, kemasan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

kemasan inti, kemasan jual, dan kemasan transpor. Kemasan inti adalah

kemasan yang kontak langsung dengan produk. Kemasan jual yaitu kemasan

yang dipakai untuk menjual produk/isi secara eceran. Sedangkan kemasan

transpor adalah kemasan yang digunakan untuk mengirim produk atau

menyimpannya dalam gudang (Sutarmingsih, 2004).

Pengelompokan dasar dari bahan-bahan pengemas yang digunakan

untuk bahan pangan adalah sebagai berikut: 1) Logam seperti lempeng timah,

baja, bebas timah, alumunium. 2) Gelas, 3) Plastik, termasuk beraneka ragam

plastik tipis, yang berlapis laminates dengan plastik lainnya, kertas, atau logam

alumunium. 4) Kertas, berupa paperboard atau fibreboard 5) Lapisan

(laminate) dari satu atau lebih bahan-bahan tersebut. Pengemas yang flexibel

terbuat dari kertas, paperboard, plastik tipis, foils, laminats, biasa digunakan

untuk membungkus, sebagai kantung, amplop, sachet, pelapis luar, dll (Buckle,

1987).

Permen gula yang keras dikemas atau dibungkus secara individu. Hal

ini ditujukan untuk melindungi terhadap kekerasan yang disebabkan

kehilangan kadar air permen. Beberapa pengemas yang biasa digunakan untuk

membungkus permen atau kembang gula adalah karton, plastik berkerut seperti

PVC, polipropilen dan polietilen (Hendrasty, 2013).

Aquades adalah air hasil destilasi / penyulingan sama dengan air murni

atau H2O, kerena H2O hampir tidak mengandung mineral. Pada suhu 1000C

aquades akan menguap dan mencapai titik didih lalu terkondensasi menjadi

pelarut aquades kembali. Suhu pengeringan pada pelarut etanol adalah 800C

sedangkan suhu pengeringan pada pelarut aquades adalah 1000C. Aquades

merupakan senyawa polar sehingga tidak dapat melarutkan senyawa-senyawa

kurang polar dengan baik. Aquades memiliki tingkat kepolaran yang lebih

tinggi dibandingkan dengan etanol (Fardhyanti, 2015).

Proses migrasi terbagi atas 2 jenis : (1). Migrasi secara menyeluruh

(global migration), dan (2). Migrasi secara spesifik / khusus (Spesific

migration). Migrasi secara menyeluruh (global migration) terjadi dimana

keseluruhan dari substansi/kompenen yang ada (komponen toksik dan

komponen non toksik) pada bahan kemasan melalui fase kontak bermigrasi ke

dalam makanan /produk pangan. Sedangkan migrasi secara spesifik /khusus

yaitu terjadinya perpindahan komponen-komponen yang diketahui atau

dianggap berpotensi membahayakan kesehatan manusia ke dalam bahan

pangan (Syarif, 2008).

Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah

monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari

beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila

rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak,

menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar

disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar. Klasifikasi plastik

menurut struktur kimianya terbagi atas dua macam yaitu: 1. Linear, bila

monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka akan terbentuk

plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu tertentu,

melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible) kepada

sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan. 2. Jaringan tiga dimensi,

bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi berantai, akan

terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti perubahan

suhu irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat

dilunakkan kembali (Reynier, 2002).

Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan

komoditi segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga

mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh

konsumen akhir dengan nilai pasar yang tetap tinggi. Dengan pengemasan,

komoditi dapat dilindungi dari kerusakan, benturan mekanis, fisik, kimia dan

mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran. Melindungi

bahan pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap

mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan serangga atau binatang

pengerat lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan di

dalamnya tidak boleh menyerap air dari atmosfer dan juga tidak boleh

berkurang kadar airnya. Jadi wadahnya harus kedap air. Perlindungan terhadap

bau dan gas dimaksudkan supaya bau atau gas yang tidak diinginkan tidak

dapat masuk melalui wadah tersebut dan jangan sampai merembes keluar

melalui wadah (Marsh, 2007).

C. Meodologi

1. Alat

a. Beker glass

b. Penangas air

c. Timbangan analitik

d. Oven

e. Desikator

f. Jangka sorong

g. Gunting

h. Penangas listrik

i. Termometer

j. Penjepit kayu

k. Penggaris

l. Pengaduk kaca

2. Bahan

a. Air minum kemasan gelas plastik (Total, Cokro, Club, Aqua)

b. Kemasan plastik (Mentos, Relaxa, Mint)

c. Kemasan kertas (Richese, Top, Gery Chocolatos, Momogi, Choki-Choki)

d. Aquadest

e. Ethanol 20%

f. Asam asetat 4%

3 bungkus kemasan plastik

Ditimbang

Dimasukkan ke dalam masing-masing ke tiap-tiap beker glass

Dipanaskan dalam penangas air sampai suhu 60oC

Dimasukkan 3 bungkus kemasan plastik ke dalam beker glass dan didiamkan 30 menit

Sampel dikeluarkan, beker glass dipanaskan di atas penangas listrik

Setelah diuapkan, dimasukkan beker glass ke dalam oven 105oC selama 1 jam

Beker glass didinginkan dalam desikator dan ditimbang beratnya

Ditentukan global migrasinya

3. Cara Kerja (flowchart)

a. Penentuan global migrasi bungkus permen

Aquades 120 ml, asam asetat 4% 120 ml, alkohol

70% 120 ml

Dipotong 5x5cm sebanyak 3 buah

Kemasan kertas

Ditimbang masing-masing potongan

Diukur ketebalan tiap-tiap potongan pada 5 tempat dengan jangka sorong, kemudian dirata-rata

Ditentukan gramatur dan densitas kemasan

Dijatuhkan satu persatu dari ketinggian minimal 75 cm dari lantai

8 gelas air minum dalam kemasan

Diamati hasil jatuhan secara visual

Bila semua sampel pada pengujian hasilnya bagus maka dianggap memenuhi syarat lulus uji

b. Penentuan gramatur dan densitas kemasan kertas

c. Penentuan ketahanan jatuh kemasan gelas plastik untuk minuman

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1.1 penentuan global migrasi kemasan kembang gula

Kel Kemasan Stimulan

Berat sampel

(W) (gr)

Berat gelas beker (A)

(gr)

Berat Akhir (B) (gr) GM (ppm)

1Relaxa

Aquades 0,4 124,833 124,852 0,048.106

2 Alkohol 70% 0,4 126,685 126,705 0,05.106

3 Mint Asam Asetat 4% 0,5 103,780 103,810 0,06.106

4Mentos

Aquadest 0,4 127,175 127,203 0,07.106

5 Alkohol 70% 0,3 125,221 125,241 0,067.106

6Relaxa

Aquades 0,396 103,782 103,806 0,061.106

7 Alkohol 70% 0,403 126,688 126,695 0,017.106

8 Mintz Asam Asetat 4% 0,455 124,831 124,893 0,136.106

9Mentos

Aquadest 0,321 127,181 127,207 0,081.106

10 Alkohol 70% 0,330 125,206 125,198 0,024.106

Sumber : laporan sementara

Menurut Hendrasty (2013) global migrasi merupakan perpindahan yang

terdapat dalam kemasan ke dalam bahan makanan. Global migrasi juga berarti

interaksi antara kemasan dan pangan yang berpotensi baik menguntungkan

maupun merugikan. Interaksi tersebut menyebabkan terjadinya reaksi kimia

atau fisika antara makanan, kemasan, dan lingkungan yang dapat mengubah

komposisi, kualitas, dan atau sifat fisik makanan maupun bahan kemasan.

Menurut BPOM RI (ik.pom.go.id) dijelaskan bahwa migrasi merupakan

perpindahan bahan kimia baik itu polimer, monomer, ataupun katalisator

kemasan (contoh formalin dari kemasan/wadah melamin) kedalam pangan.

Migrasi bahan kimia tersebut memberikan dampak berupa penurunan kualitas

pangan dan keamanan pangan, juga menimbulkan efek terhadap kesehatan.

Jumlah senyawa termigrasi pada umumnya tidak diketahui secara pasti, tetapi

dapat berpengaruh fatal terutama pada jangka panjang (bersifat kumulatif dan

karsinogenik). Menurut Perka BPOM No.9 tahun 2013, Uji migrasi adalah

pengujian dilakukan untuk mengetahui perpindahan suatu zat dari kemasan

pangan ke dalam pangan atau simulan pangan.

Proses migrasi senyawa kimia kebanyakan terjadi selama proses

produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan pemasakan dan ketika

dikonsumsi. Proses migrasi terbagi atas 2 jenis : (1). Migrasi secara

menyeluruh (global migration), dan (2). Migrasi secara spesifik / khusus

(Spesific migration). Migrasi secara menyeluruh (global migration) terjadi

dimana keseluruhan dari substansi/kompenen yang ada (komponen toksik dan

komponen non toksik) pada bahan kemasan melalui fase kontak bermigrasi ke

dalam makanan /produk pangan. Sedangkan migrasi secara spesifik /khusus

yaitu terjadinya perpindahan komponen-komponen yang diketahui atau

dianggap berpotensi membahayakan kesehatan manusia ke dalam bahan

pangan (Syarif, 2008).

Simulan yang digunakan pada praktikum Pengemasan ini adalah

alkohol 70%, aquades, dan asam asetat 4%. Etanol atau etil alkohol (C2H5OH)

merupakan bahan kimia organik yang mengandung oksigen yang paling

eksotik karena kombinasi sifat-sifat uniknya yang dapat digunakan sebagai

pelarut, germisida, minuman, bahan anti beku, bahan bakar, bahan depressant

dan khususnya karena kemampuannya sebagai bahan kimia intermediet untuk

menghasilkan bahan kimia yang lain. Etanol merupakan nama IUPAC dari

bahan kimia ini. Selain itu, nama etil alkohol juga lazim digunakan. Sifat fisik

dan kimia etanol tergantung pada gugus hidroksilnya.

Secara detail, sifat-sifat fisik etanol dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Aquades

adalah air hasil

destilasi / penyulingan

sama dengan air

murni atau H2O,

kerena H2O hampir

tidak mengandung

mineral. Pada suhu 1000C aquades akan menguap dan mencapai titik didih lalu

terkondensasi menjadi pelarut aquades kembali (Fardhyanti, 2015). Suhu

pengeringan pada pelarut etanol adalah 800C sedangkan suhu pengeringan pada

pelarut aquades adalah 1000C. Aquades merupakan senyawa polar sehingga

tidak dapat melarutkan senyawa-senyawa kurang polar dengan baik. Aquades

memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan etanol.

Asam asetat merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi

sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Senyawa ini bersifat korosif. Asam

asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi

bakteri, seperti dari genus Acetobacter dan spesies Clostridium acetobutylicum

(Yoneda; dalam Pratiwi, 2011). Bakteri-bakteri tersebut terdapat pada makanan

dan tanah, sehingga asam asetat secara alami diproduksi pada buah-buahan

atau makanan yang sudah basi.

Tabel 1.2 Sifat-sifat asam asetat

Asam asetat ini memiliki beberapa manfaat dalam bidang industri,

diantaranya sebagai berikut (Riyanto; dalam Pratiwi, 2011):

a. digunakan dalam produksi polimer, seperti selulosa asetat dan polivinil

asetat yang biasanya digunakan sebagai bahan dasar cair cat dan lem untuk

kertas dan kayu

b. pembuatan anhidrida asetat

c. sebagai fungisida

d. sebagai bahan pelarut untuk banyak campuran organik.

e. sebagai bahan dalam industri farmasi, seperti aspirin yang dibentuk dari

reaksi antara asam asetat dan asam salisilat.

Menurut Peraturan BPOM RI Tahun 2007 tentang Bahan Kemasan

Pangan, simulan yang bisa digunakan dalam uji migrasi ada tiga, yaitu air,

alkohol dan heptana. N-heptana digunakan sebagai pelarut industri (untuk

perekat, pernis, dan tinta pada pencetakan etsa). Digunakan juga sebagai

pelarut pengekstraksi, dan dalam pembuatan plastik dan sintesis toluena dan

alkilbenzen. N-Heptana memiliki nama dagang yaitu Dipropyl methane dan

Heptyl hydride. N-Heptana merupakan senyawa kimia golongan Hidrokarbon

alifatik (BPOM RI tahun 2007).

Uji global migrasi dimulai dengan melakukan penimbangan kemasan

permen sebanyak 3 buah, kemudian bungkus permen dimasukkan ke gelas

beker (yang sudah diketahui beratnya) dan ditambahkan simulan 120 ml

(alkohol, aquades, atau asam asetat). Beaker glass kemudian dipanaskan di

penangas air suhu 600C selama 30 menit. Sampel kemasan permen

dikeluarkan, dan beaker glass dipanaskan di hotplate untuk menguapkan

pelarut. Setelah simulan teruapkan, beaker glass kemudian dimasukkan dalam

oven suhu 1050C selama 2 jam dan didinginkan di desikator. Setelah beaker

glass dingin, dilakukan penimbangan dan dihitung global migrasinya.

Hasil praktikum uji nilai global migrasi plastik permen relaxa dengan

simulan aquades berurut-turut adalah 0,048 x 106 dan 0,061 x 106, untuk plastik

permen relaxa dengan simulan alkohol 70% adalah 0,05 x106 dan 0,017 x106.

Uji nilai global migrasi plastik permen Mintz dengan simulan asam asetat 4%

berurut-turut adalah 0,06 x 106 dan 0,136 x 106. Sedangkan untuk plastik

permen mentos dengan simulan aquades nilai GMnya berturut-turut adalah

0,07 x 106dan 0,081 x 106, plastik permen mentos dengan simulan alkohol 70%

adalah 0,067 x 106 dan 0,024 x 106. Urutan nilai global migrasi dari yang

terkecil hingga terbesar adalah relaxa, mentos, dan mintz.

Menurut Rian (2010), laju migrasi monomer ke dalam bahan yang

dikemas tergantung dari lingkungan. Migrasi monomer plastik terjadi karena

dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya.

Semakin tinggi suhu tersebut, semakin banyak monomer yang dapat bermigrasi

ke dalam makanan. Semakin lama kontak antara makanan tersebut dengan

kemasan plastik, jumlah monomer yang bermigrasi dapat makin tinggi. Berikut

merupakan batas kritis nilai migrasi polimer:

Bucle et al. (1987) menyatakan, kemasan yang dapat digunakan sebagai

wadah penyimpanan harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni dapat

mempertahan-kan mutu produk supaya tetap bersih serta mampu memberi

perlindungan terhadap produk dari kotoran, pencemaran, dan kerusakan fisik,

serta dapat menahan per-pindahan gas dan uap air. Salah satu jenis kemasan

bahan pangan yaitu plastik. Menurut Syarif (2010) faktor yang mempengaruhi

migrasi adalah jenis serta konsentrasi bahan kimia yang terkandung, sifat dan

komposisi pangan, suhu dan lama kontak serta kualitas bahan kemasan (jika

bahan bersifat inert atau tidak mudah bereaksi maka potensi migrasinya kecil

dan demikian pula sebaliknya).

Tabel 1.2 Penentuan Gramatur dan Densitas Kemasan Karton

Kel Sampel Cek Berat

kemasan

Rerata tabel

kemasanLuas Gramat-

urRerata

gramaturDensita

sRerata

densitas

1 Richeese 1 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102

3208.105

8.1052 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102 8.105

3 0,1 4.10-4 25.10-4 3,2.102 8.105

2 Gery Chocolate

1 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102

3201.106

10.1052 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102 1.105

3 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102 1.105

3 Top1 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102

4008.105

8.1052 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102 8.105

3 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102 8.105

4 Momogi1 0,7 4.10-4 25.10-4 3,2.102

3207.105

8.1052 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102 8.105

3 0,9 4.10-4 25.10-4 3,2.102 9.105

5 Choki-choki

1 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102

3008.105

8.1052 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102 8.105

3 0,8 4.10-4 25.10-4 3,2.102 8.105

6 Richeese1 0,841 4.10-4 25.10-4 336,4

330,48,41.105

8,26.1052 0,833 4.10-4 25.10-4 333,2 8,33.105

3 0,804 4.10-4 25.10-4 321,6 8,04.105

7 Gery Chocolate

1 0,826 4.10-4 25.10-4 330,4338

8,26.105

8,46.1052 0,871 4.10-4 25.10-4 348,4 8,71.105

3 0,840 4.10-4 25.10-4 336 8,40.105

8 Top1 0,933 5.10-4 25.10-4 373,2

3777,46.105

7,54.1052 0,941 5.10-4 25.10-4 376,4 7,52.105

3 0,954 5.10-4 25.10-4 381,6 7,63.105

9 Momogi1 0,802 5.10-4 25.10-4 320,8

3256,41.105

6,50.1052 0,820 5.10-4 25.10-4 328 6,56.105

3 0,816 5.10-4 25.10-4 326,4 6,52.105

10 Choki-choki

1 0,906 4.10-4 25.10-4 362,4359

9,06.105

8,99.1052 0,913 4.10-4 25.10-4 365,2 9,13.105

3 0,878 4.10-4 25.10-4 351,2 8,78.105

Sumber : Laporan Sementara

Menurut Nurminah (2002) gramatur adalah nilai yang menunjukkan

bobot bahan per satuan luas bahan (g/m2), sedangkan densitas atau bobot jenis

adalah nilai yang menunjukkan bobot bahan per satuan volume (g/m3). Untuk

penentuan gramatur dan densitas bahan kemasan plastik dan kertas digunakan

contoh bahan berukuran 10 x 10 cm.

Menurut Casey (1981) gramatur kertas dipengaruhi oleh kadar air pada

kelembaban udara relatif di sekitar kertas. Karena gramatur selalu dinyatakan

sebagai total berat kertas termasuk kadar air maka pengukuran harus dilakukan

pada kondisi standart. Casey (1981) juga menjelaskan bahwa gramatur kertas

mempengaruhi semua sifat-sifat kertas. Dalam hal ini yang terpenting adalah

membedakan antara variasi yang disebabkan oleh berat atau gramatur dan

variasi yang disebabkan oleh perbedaan yang memang ada pada kertas. Pada

pengukuran gramatur kertas pengaruh yang mungkin disebabkan oleh kadar air

sangat kecil karena kertas telah dikondisikan dengan kelembaban tertentu

sehingga kandungan air dalam kertas homogen.

Gramatur ditentukan dengan menimbang contoh bahan dan membagi

bobot dengan luasannya melalui persamaan berikut:

Densitas diperoleh dengan membagi gramatur contoh bahan dengan

tebal bahan. Tebal bahan diukur menggunakan mikrometer sekrup di lima

tempat yang berbeda pada satu lembar contoh bahan dan diambil nilai rata-

ratanya. Nilai densitas kertas dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas.

Menurut Casey, (1961) secara teknis rapat massa mempunyai hubungan erat

dengan daya ikatan antar serat dan derajat fibrilisasi serat pulp yang nantinya

berpengaruh pada saat pencetakan (opasitas cetak).

Uji densitas, pada saat praktikum dilakukan dengan memotong kemasan

kertas sampel makanan dengan ukuran 5x5 cm sebanyak 3 buah. Kemudian

dilakukan penimbangan setiap potongan kertas, dan mengukur ketebalan tiap

potongan di 5 tempat dengan menggunakan jangka sorong. Setelah diketahui

ketebalan di 5 tempat berbeda, dilakukan pengukuran rata-rata ketebalan

tersebut, serta dihitung gramatur dan densitasnya.

Hasil perhitungan didapatkan sampel kemasan richeese nilai rerata

gramaturnya adalah 320 gram/m2 dan 330,4 gram/m2 sedangkan densitasnya

adalah 8x105 gram/m3 dan 8,26 x105 gram/m3. Sampel kemasan Gery

Chocolate nilai rerata gramaturnya adalah 320 gram/m2 dan 338 gram/m2

sedangkan densitasnya adalah 10x105 gram/m3 dan 8,46 x105 gram/m3. Sampel

kemasan TOP nilai rerata gramaturnya adalah 400 gram/m2 dan 377 gram/m2

sedangkan densitasnya adalah 8x105 gram/m3 dan 7,54 x105 gram/m3.

Kemudian sampel kemasan Momogi nilai rerata gramaturnya adalah 320

gram/m2 dan 325 gram/m2 sedangkan densitasnya adalah 8 x105 gram/m3 dan

6,50 x105 gram/m3. Untuk sampel kemasan Choki-choki nilai rerata

gramaturnya adalah 320 gram/m2 dan 359 gram/m2 sedangkan densitasnya

adalah 8x105 gram/m3 dan 8,99 x105 gram/m3.

Adanya keragaman dalam gramatur mengindikasikan pada fluktuasi

pemakaian bahan baku kertas per satuan luas. Semakin kecil gramatur maka

penggunaan bahan baku semakin sedikit, konsumsi energi untuk pengolahan

kertas lebih rendah, mengurangi polusi pabrik, biaya penanganan bahan dan

produk rendah, efisiensi ruang penyimpanan, memperkecil gulungan atau

potongan yang nantinya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses

pembuatan kertas (karton) secara keseluruhan (Nurminah, 2002).

Gramatur pada kemasan dipengaruhi oleh berat bahan dan luas bahan.

Semakin besar berat kertas, semakin besar nilai gramaturnya. Luasanya bahan

yang semakin lebar menyebabkan nilai gramatur semakin kecil. Densitas kertas

dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas. Semakin besar nilai

gramaturnya maka maka semakin besar pula densitasnya. Semakin besar tebal

bahan menyebabkan nilai densitas semakin kecil. Gramatur dan densitas

ditentukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan kemasan untuk

menahan benturan selama penyimpanan dan distribusi.

Pada pengukuran gramatur pengaruh yang disebabkan oleh kadar air

sangat kecil karena kertas telah dikondisikan dengan kelembaban tertentu

sehingga kandungan air dalam kertas homogen (Suyitno, 1990). Penentuan

gramatur dan densitas kemasan berguna untuk mengetahui efisiensi proses

pengemasan. Pada umumnya kemasan yang memiliki kemampuan proteksi

yang lebih besar terhadap suhu, gas, cahaya, dan tekanan. Dengan mengetahui

gramatur dan densitas memilih kemasan yang paling tepat dan efisien untuk

mengemas produk.

Pengukuran nilai densitas pada plastik sangat penting, karena densitas

dapat menunjukkan struktur plastik secara umum. Aplikasi dari hal tersebut

yaitu dapat dilihat kemampuan plastik dalam melindungi produk dari beberapa

zat seperti air, O2 dan CO2. Birley, et al. (1988), mengemukakan bahwa

plastik dengan densitas yang rendah menandakan bahwa plastik tersebut

memiliki struktur yang terbuka, artinya mudah atau dapat ditembusi fluida

seperti air, oksigen atau CO2. Jadi tidak seperti pada kertas, nilai densitas

plastik sangat penting dalam menentukan sifat-sifat plastik yang berhubungan

dengan pemakaiannya. Dalam perdagangan mungkin digunakan satuan

gramatur, karena satuan ini cukup mewakili pihak produsen (Nurminah, 2002).

Tabel 1.3 Ketahanan Jatuh Kemasan Air Minum Plastik

Kel Merek Percobaan Jumlah rusak Ketinggian (cm) Keterangan

1 Cokro 1 - 75 Lulus uji2 - 75

2 Total 1 1 75 Tidak lulus uji2 3 75

3 Ultra 1 2 75 Tidak lulus uji2 3 75

4 Cokro 1 - 75 Lulus uji2 - 75

5 Cokro 1 3 75 Tidak lulus uji2 1 75

6 Ac 1 1 75 Lulus uji2 1 75

7 Total 1 1 75 Lulus uji2 0 75

8 Ultra 1 1 75 Lulus uji2 0 759 Club 1 1 75 Lulus uji2 1 75

10 Ac 1 2 75 Lulus uji2 1 75Sumber: Laporan Sementara

Pada praktikum ini dilakukan uji penentuan ketahanan jatuh kemasan

gelas plastik untuk minuman. Ketahanan jatuh menyatakan ketahanan kemasan

untuk tidak rusak (bocor, pecah, maupun retak) setelah dijatuhkan dari

ketinggian minimal 75 cm. Salah satu syarat kemasan yang digunakan untuk

mengemas produk makanan dan minuman adalah dapat melindungi produk

dari kerusakan baik itu kerusakan kimiawi, biologis, maupun fisik (mekanik).

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian terhadap 4 kemasan gelas

plastik Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yaitu Cokro, Ultra, Club, dan

Total. Uji ketahanan jatuh dilakukan dengan menjatuhkan kemasan dari

ketinggian minimal 75 cm. Setiap kemasan diperlukan 8 buah gelas air minum

kemudian dijatuhkan satu persatu dari ketinggian 75 cm. Pengamatan hasil

jatuh dilakukan secara visual ada tidaknya kerusakan, apabila akhir pengujian

sampel masih bagus dinyatakan memenuhi syarat lulus uji namun sebaliknya

apabila pengujian sampel rusak dinyatakan memenuhi syarat lulus uji. Syarat

lulus uji ketahanan jatuh dilihat dari 8 buah sampel tersebut terdapat 3 buah

atau lebih yang rusak maka tidak memenuhi syarat lulus uji (tidak layak).

Apabila kerusakan tidak lebih dari 3 kemasan dinyatakan lulus syarat uji

(layak). Adapun hasilnya dari 4 merek AMDK gelas plastik tersebut yang tidak

lulus uji adalah Cokro, Total, dan Ultra. Pentingnya pengukuran ketahanan

jatuh kemasan karena selama distribusinya sangat memungkinkan air minum

dalam kemasan mengalami benturan.

Pada kelompok 7 menggunakan sampel kemasan air minum total.

Percobaan dilakukan selama 8 kali dengan perlakuan yang sama dari

ketinggian 75 cm. Dari hasil pengamatan secara visual mengalami kerusakan

sebanyak 1 kemasan pada percobaan pertama, dan keruskaan 0 pada percobaan

kedua. Dengan demikian kemasan yang digunakan layak. Percobaan dilakukan

selama 8 kali dengan perlakuan yang sama. Dari hasil pengamatan secara

visual tidak mengalami kerusakan. Dengan demikian kemasan yang digunakan

layak. Dari percobaan dapat dinyatakan bahwa kemasan jenis aqua lulus uji.

Dengan penggunaan kemasan air minum yang berbeda juga mempengaruhi

hasil akhir yang berbeda pula, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor bahan

kemasan yang digunakan dan kecepatan ketahanan jatuh.

Jika kemasan tidak memiliki ketahanan jatuh maka tingkat kerusakan

selama distribusi akan sangat besar dan hal ini akan sangat merugikan pihak

produsen maupun konsumen.

E. Kesimpulan:

Kesimpulan dari praktikum Pengemasan Acara I Global Migrasi,

Gramatur, Densitas Kemasan, dan Ketahanan Jatuh adalah sebagai berikut:

1. Global migrasi merupakan perpindahan yang terdapat dalam kemasan ke

dalam bahan makanan. Urutan nilai global migrasi dari yang terkecil hingga

terbesar adalah relaxa, mentos, dan mintz.

2. Gramatur adalah nilai yang menunjukkan bobot bahan per satuan luas bahan

(g/m2), sedangkan densitas atau bobot jenis adalah nilai yang menunjukkan

bobot bahan per satuan volume (g/m3). Richeese nilai rerata gramaturnya

adalah 320 gram/m2 dan 330,4 gram/m2 sedangkan densitasnya adalah 8x105

gram/m3 dan 8,26 x105 gram/m3. Sampel kemasan Gery Chocolate nilai

rerata gramaturnya adalah 320 gram/m2 dan 338 gram/m2 sedangkan

densitasnya adalah 10x105 gram/m3 dan 8,46 x105 gram/m3. Sampel

kemasan TOP nilai rerata gramaturnya adalah 400 gram/m2 dan 377

gram/m2 sedangkan densitasnya adalah 8x105 gram/m3 dan 7,54 x105

gram/m3. Kemudian sampel kemasan Momogi nilai rerata gramaturnya

adalah 320 gram/m2 dan 325 gram/m2 sedangkan densitasnya adalah 8 x105

gram/m3 dan 6,50 x105 gram/m3. Untuk sampel kemasan Choki-choki nilai

rerata gramaturnya adalah 320 gram/m2 dan 359 gram/m2 sedangkan

densitasnya adalah 8x105 gram/m3 dan 8,99 x105 gram/m3.

3. Ketahanan jatuh menyatakan ketahanan kemasan untuk tidak rusak (bocor,

pecah, maupun retak) setelah dijatuhkan dari ketinggian minimal 75 cm.

DAFTAR PUSTAKA

A.Yuyun. 2010. Inspirasi Usaha Makanan dan Minuman untuk Home Industri. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.

Alin, Jonas. 2012. Migration from Plastic Food Packaging during Microwave Heating. Journal of Agricultural and Food Chemistry 61(6) pp 1405-1415

Buckle, K. A., R.A Edwards., G.H Fleet., dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.

Fardhyanti, Dewi Selvia dan Ria Dwita Riski. 2015. Pemungutan Brazilin dari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) dengan Metode Maserasi dan Aplikasinya Untuk Pewarnaan Kain. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, Vol 4, Edisi 1.

Hendrasty, Henny Krissetiana. 2013. Pengemasan dan Penyimpanan Bahan Pangan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Ik.pom.go.id

Marsh, Kenneth., dan Betty Bugusu. 2007. Food Packaging—Roles, Materials, and Environmental Issues. Journal of Food Science Vol. 72, Nr. 3,.

Nurminah, Mimi. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan Kertas serta Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. USU digital library.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK 00.05.55.6497 Tentang Bahan Kemasan Pangan.

Pratiwi, Dini Novalia. 2011. Optimalisasi Reaksi Esterifikasi Asam Asetat Dengan 1-Heksena, Sebagai Salah Satu Tahapan Pada Proses Pembuatan Etanol. Skripsi Program Studi Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi. P

Pudjiastuti, Wiwik., Arie Listyarini.,Sudirman. 2012. Polimer Nanokomposit Sebagai Master Batch Polimer Biodegradable Untuk Kemasan Makanan. Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 1.

Reynier, A., P. Dole dan A. Feigenbaum. 2002. Migration of additives from polymers into food simulants: numerical solution of a mathematical model taking into account food and polymer interactions. Food Additives and Contaminants, 2002, Vol. 19, No. 1.

Sutarminingsih, Lilies. 2004. Peluang Usaha Nata De Coco. Kanisius. Yogyakarta.