pengemasan bahan makanan.doc

23
Pengemasan Bahan Makanan Berbagai macam bahan dapat digunakan sebagai pengemas. Namun dalam membuat pengemas kita harus memperhatikan syarat bahan yang dapat digunakan sebagai pengemas seperti: · Memiliki permeabilitas (kemampuan melewatkan) udara yang sesuai dengan jenis bahan pangan yang akan dikemas. · Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan). · Harus kedap air. · Tahan panas. · Mudah dikerjakan secara masinal dan harganya relatif murah. Pada saat ini makin banyak jenis pengemas yang digunakan. Pembuatan kemasan pangan harus mempertimbangkan dari segi keamanan pangan dengan memenuhi syarat sebagai bahan yang layak digunanakan sebagai pengemas. Dari berbagai jenis pengemas mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing. Sehingga kita harus menyesuaikan antara bahan makanan dengan jenis bahan yang akan digunakan sebagai pengemas, untuk meminimalkan efek yang mungkin akan ditimbulkan dari interaksi antara bahan makanan dengan pengemas. Banyak bahan pangan yang menggunakan pengemas dengan bahan utama logam dengan pertimbangan lebih tahan lama dibandingkan dengan pengemas yang terbuat dari bahan plastik maupun kertas. Namun dibalik dari manfaatnya ternyata juga mempunyai kekurangan. Logam berat yang terkandung dalam pengemas dapat berpindah ke makanan. Perpindahan bahan toksik dari kaleng pengemas bisa terjadi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya korosif adalah asam organik, nitrat,

Upload: masayu-rini-rahmawati

Post on 03-Jan-2016

511 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengemasan Bahan Makanan.doc

Pengemasan Bahan Makanan

Berbagai macam bahan dapat digunakan sebagai pengemas. Namun dalam

membuat pengemas kita harus memperhatikan syarat bahan yang dapat digunakan sebagai

pengemas seperti:

· Memiliki permeabilitas (kemampuan melewatkan) udara yang sesuai dengan jenis bahan

pangan yang akan dikemas.

· Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan).

· Harus kedap air.

· Tahan panas.

· Mudah dikerjakan secara masinal dan harganya relatif murah.

Pada saat ini makin banyak jenis pengemas yang digunakan. Pembuatan kemasan

pangan harus mempertimbangkan dari segi keamanan pangan dengan memenuhi syarat

sebagai bahan yang layak digunanakan sebagai pengemas. Dari berbagai jenis pengemas

mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing. Sehingga kita harus menyesuaikan

antara bahan makanan dengan jenis bahan yang akan digunakan sebagai pengemas, untuk

meminimalkan efek yang mungkin akan ditimbulkan dari interaksi antara bahan makanan

dengan pengemas.

Banyak bahan pangan yang menggunakan pengemas dengan bahan utama logam

dengan pertimbangan lebih tahan lama dibandingkan dengan pengemas yang terbuat dari

bahan plastik maupun kertas. Namun dibalik dari manfaatnya ternyata juga mempunyai

kekurangan. Logam berat yang terkandung dalam pengemas dapat berpindah ke makanan.

Perpindahan bahan toksik dari kaleng pengemas bisa terjadi. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya korosif adalah asam organik, nitrat, oxidizing agent, atau bahan

pereduksi, penyimpanan, suhu, kelembaban dan ada tidaknya bahan pelapis kaleng.

Keracunan yang diakibatkan logam-logam ini dapat berupa keracunan ringan atau berat

seperti mual-mual, muntah, pusing dan keluarnya keringat dingin yang berlebihan. Oleh

karena itu, pengemasan bahan pangan harus dilakukan secara hati-hati.

Pengemasan makanan dengan menggunakan kertas koran bekas kurang baik karena

memungkinkan terjadinya migrasi logam berat terutama Pb dari tinta pada kertas koran ke

Page 2: Pengemasan Bahan Makanan.doc

makanan.padahal mineral Pb merupakan salah satu logam yang dibutuhkan tubuh, sehingga

jika terakumulasi dalam tubuh dapat mengakibatkan penyakit.

Sering kita melihat dan menggunakan bahan pengemas yang terbuat dari plastic.

Walaupun bahan plastic terlihat aman namun sebetulnya pengemas plastic juga mempunyai

resiko penggunaan. Seperti semakin tinggi suhu maka semakin banyak monomer plastik

yang termigrasi ke dalam bahan yang dikemas. Oleh karena itu perlu penetapan tanggal

kadaluarsa pada bahan yang dikemas dengan kemasan plastik.

Pengemasan makanan dengan bahan yang memiliki aroma kuat, seperti PVC (Poly

Vinyl Chloride) dan styrofoam, memungkinkan terjadinya migrasi arsen ke makanan.

Penggunaan Styrofoam dalam pengemasan pangan sampai sekarang masih merupakan

suatu kontroversi yang masih diperdebatkan. Satu pihak masih membolehkan penggunaan

Styrofoam dilain pihak berusaha untuk menolak pengguanaan Styrofoam. Oleh karena itu

dalam penggunaan pengemas Styrofoam lebih baik.

file:///C:/Users/Ryan/Documents/Hidup%20ini%20indah!!!%20%20Pengemasan%20Bahan

%20Makanan.htm

Pengaruh Bahan Kemasan Terhadap Bahan Makanan

Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan yang dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran.

Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni, plastik, kertas dan gelombang karton. Hasil-hasil pertanian yang dapat dimakan oleh manusia berasal dari sumber hewani dan nabati. Hasil pertanian itu dapat dikonsumsi dalam bentuk bahan mentah atau matang. Persiapan suatu hasil pertanian menjadi bentuk yang dapat dimakan melibatkan pengolahan. Di dalam proses pengolahan makanan terjadi perubahan-perubahan fisik maupun kimiawi yang

Page 3: Pengemasan Bahan Makanan.doc

dikehendaki atau tidak dikehendaki. Disamping itu setelah melalui proses pengolahan, makanan tadi tidak tetap stabil, dia akan terus mengalami perubahan, sehingga sangat diperlukan pemilihan pengemasan yang tepat untuk itu sehingga masa simpan bahan pangan dapat ditingkatkan dan nilai gizi bahan pangan masih dapat dipertahankan. Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung" makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan. Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memiliki kemasan makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Inilah ranking teratas bahan kemasan makanan yang perlu Anda waspadai.

BAHAN-BAHAN KEMASAN

PLASTIK

Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Syarief, et al., 1989). Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al., 1988).

Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur kimianya terbagi atas dua macam yaitu:

Page 4: Pengemasan Bahan Makanan.doc

1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka akan terbentuk plastik thermop lastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.

2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.

Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan Trojan, 1975) Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastic memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna.

Kelemahan bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti misalnya polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan lain yang direkatkan bersama. Kombinasi ini disebut laminasi.

Sifat-sifat yang dihasilkan oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat memiliki sifat yang unik. Contohnya kemasan yang terdiri dari lapisan kertas/polietilen/aluminium foil/polipropilen baik sekali untuk kemasan makanan kering. Lapisan luar yang terdiri dari kertas berfungsi untuk cetakan permukaan yang ekonomis dan murah. Polietilen berfungsi sebagai perekat antara aluminium foil dengan kertas. Sedangkan polietilen bagian dalam mampu memberikan kekuatan dan kemampuan untuk direkat atau ditutupi dengan panas. Dengan konsep laminasi, masing-masing lapisan saling menutupi kekurangannya menghasilkan lembar kemasan yang bermutu tinggi (Winarno, 1994). Plastik berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu disebut komponen non plastik, diantaranya berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas, penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain (Crompton, 1979). Plastik masih sering sulit dibedakan dengan resin karena tidak jelas benar bedanya. Secara alami, resin dapat berasal dari tanaman, misalnya balsam, damar, terpentin, oleoresin dan sebagainya. Tapi kini resin tiruan sudah dapat diproduksi dan dikenal sebagi resin sintetik, contohnya selofan, akrilik seluloid, formika, nylon, fenol formaldehida dan sebagainya (Winarno, 1994). Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia plastik itu sendiri.

Page 5: Pengemasan Bahan Makanan.doc

Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut komponen nonplastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki berat molekul rendah. Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV, anti lekat dan masih banyak lagi (Winarno, 1994). Sifat terpenting bahan kemasan yang digunakan meliputi permeabilitas gas dan uap air, bentuk dan permukaannya. Permeabilitas uap air dan gas, serta luas permukaan kemasan mempengaruhi jumlah gas yang baik dan luas permukaan yang kecil menyebabkan masa simpan produk lebih lama. Menurut Erliza dan Sutedja (1987) plastik dapat dikelompokkan atas dua tipe, yaitu thermoplastik dan termoset. Thermoplastik adalah plastik yang dapat dilunakkan berulangkali dengan menggunakan panas, antara lain polietilen, polipropilen, polistiren dan polivinilklorida. Sedangkan termoset adalah plastic yang tidak dapat dilunakkan oleh pemanasan, antara lain phenol formaldehid dan urea formaldehid. Syarief et al., (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifatsifatnya terhadap perubahan suhu, yaitu: a) termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan, b) termoset: tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang dan terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin. Plastik jenis termoset tidak begitu menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis plastik yang bersifat termoplastik (Moavenzadeh dan Taylor, 1995). Pada kemasan plastik, perubahan fisiko kimia pada wadah dan makanannya sebenarnya tidak mungkin dapat dihindari. Industri pangan hanya mampu menekan laju perubahan itu hingga tingkat minimum sehingga masih memenuhi syarat konsumen. Banyak ragam kemasan plastik untuk makanan dan minuman, beberapa contoh misalnya: polietilen, polipropilen, polistiren, poliamida, polisulfon, poliester, poliuretan, polikarbonat, polivinilklorida, polifenilinoksida, polivinilasetat, poliakrilonitril dan melamin formaldehid. Plastik diatas dapat digunakan dalam bentuk lapis tunggal, ganda maupun komposit, dengan demikian kombinasi dari berbagai ragam plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan (Crompton, 1979). Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2.

Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987). Ryall dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan yang dapat menarik selera konsumen.

Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Dengan pemanasan akan menjadi lunak dan mencair pada suhu 110OC. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik (Sacharow dan Griffin, 1970). Konversi etilen menjadi polietilen (PE) secara komersial semula dilakukan dengan tekanan tinggi, namun ditemukan cara tanpa tekanan tinggi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: n(CH2= CH2) (-CH2-CH2-)n Etilen polimerisasi Polietilen Polietilen dibuat

Page 6: Pengemasan Bahan Makanan.doc

dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping dari industri minyak dan batubara. Proses polimerisasi yang dilakukan ada dua macam, yakni pertama dengan polimerisasi yang dijalankan dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm) menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel.

Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60OC sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen, sedangkan jenis plastik HDPE mempunyai sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus cahaya dan kurang terasa berlemak

Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah, sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibanding jenis low density. Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh plastic (Harper, 1975)

Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya juga serupa (Brody, 1972). Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno dan Jenie, 1983). Monomer polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta- Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen (Birley, et al., 1988).

KERTAS

Penentuan kekuatan tarik dan perpanjangan putus kedua jenis bahan kemasan ini dilakukan menggunakan alat paper tensile strength tester dengan contoh berukuran panjang minimal 22 cm dan lebar 1,5 cm. Penentuan berguna untuk mengetahui kekuatan tarik bahan dan panjang elongasinya (pertambahan panjang ketika mendapat beban). Bagian ujung contoh uji dipasang pada bagian penjepit (klem) atas dan dikeraskan. Ujung contoh lainnya

Page 7: Pengemasan Bahan Makanan.doc

dipasang pada klem bawah dan dikeraskan. Selanjutnya pengunci bagian klem atas dikendorkan sehingga klem atas dapat bergerak bebas untuk mendapatkan penempatan contoh uji yang benar (vertikal dan tidak terpuntir). Pengukur kekuatan tarik dilakukan dengan menekan tuas di sebelah kanan alat ke arah bawah. Alat akan menarik klem ke bawah dan contoh mendapat beban tarik tertentu. Bersamaan dengan itu jarum penunjuk bergerak ke atas menunjuk angka tertentu sesuai dengan beban tarik yang bekerja pada contoh uji. Pada saat contoh uji putus jarum akan berhenti bergerak. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum pada saat contoh uji putus ditengah dan secara bersamaan adalah nilai beban tariknya. Pembacaan jarum harus dilakukan secara cermat karena jarum penunjuk akan cepat bergerak kembali ke posisi awal ketika contoh putus. Penentuan kekuatan tarik contoh uji dilakukan sedikitnya dengan dua kali ulangan. Nilai kekuatan tarik bahan dihitung dengan persamaan: Kekuatan tarik (kg/cm2) = 16 x nilai beban tarik (kgf) Dimana: N A (cm2) N = jumlah contoh uji untuk setiap pengujian A = luas permukaan yang mendapat beban (1,5 cm x tebal bahan cm) Ketika alat bekerja tidak hanya beban tarik yang dukur, pada saat yang bersamaan diukur pula perpanjangan putus (elongasi) contoh bahan. Perpanjangan putus dapat dilihat pada skala piringan di bagian kanan atas alat. Persentase perpanjangan putus dihitung dengan persamaan berikut: Perpanjangan putus (%) = Perpanjangan contoh uji (mm) Panjang contoh uji (180 mm) Nilai 180 mm adalah jarak antara kedua klem penjepit (atas dan bawah) sehingga contoh uji yang mendapat beban tarik adalah sepanjang 180 mm. Ketahanan gesek bahan kemasan berguna untuk menentukan bobot isi kemasan serta penanganan produk terkemas yang sebaiknya dilakukan. Ketahanan gesek menunjukan seberapa kuat bahan kemasan digesek dengan beban tertentu sehingga rusak atau seberapa besar penurunan bobotnya akibat bergesekan dengan beban tertentu. Pengujian ketahananan gesek menggunakan contoh uji berbentuk lingkaran berdiameter 10 cm dengan lubang kecil ditengah berdiameter 0,5 cm untuk memasukkan baut pengencang. Contoh kemudian ditimbang bobot awalnya. Contoh uji dipasang pada abrasion resistance tester dengan cara lubang pada contoh uji pada baut di tengah piringan alat dan contoh dijepit pada bagian tengah dan tepinya. Selanjutnya alat penghitung putaran diset ke angka nol dan beban 50 g dipasang pada setiap roda penggesek. Sebelum menghidupkan motor, pompa penghisap debu bekas gesekan harus dihidupkan terlebih dahulu. Selama alat bekerja dengan cara contoh uji, dilakukan pengamatan terhadap adanya lubang. Jika sudah terdapat lubang pada contoh uji, penggesekan dihentikan dan dilihat jumlah putaran pada alat. Jika contoh uji tidak rusak maka pengujian dilakukan hingga 50 kali putaran. Bobot bahan setelah pengujian ditimbang dan dilakukan perhitungan kehilangan bobot bahan per satuan luas bidang gesek (g/cm2). Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah, dan kemudian menyebarke berbagai jaringa lain seperti ginjal, hati,otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal ini pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) dan paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadi pun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe goring yang dibungkus dengan koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual. Padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbal makanan tersebut. Sebagai usaha pencegahan, taruhlah makanan jajanan tersebut di atas piring.

Page 8: Pengemasan Bahan Makanan.doc

STYROFOAM

Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.Saat ini masih banyak restoran -restoran siap saji yang masih menggunakan styrofoam sebagai wadah bagi makanan atau minumannya. Sebisa mungkin Anda harus menghindari penggunaan styrofoam untuk makanan atau minuman panas, karena sama halnya dengan plastik, suhu yang tinggi menyebabkan perpinda han komponen kimia secara difusi dari styrofoam ke dalam makanan Anda.

KALENG

Page 9: Pengemasan Bahan Makanan.doc

Pada umumnya, produk makanan yang dikemas dalam kaleng akan kehilangan citra rasa segarnya dan mengalami penurunan nilai gizi akibat pengolahan dengan suhu tinggi. Satu hal lagi yang juga cukup mengganggu adalah timbulnya rasa taint kaleng atau rasa seperti besi yang timbul akibat coating kaleng tidak sempurna.B ahaya utama pada makanan kaleng adalah tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan keracunan botulinin. Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang dan kejang-kejang yang membawa kematian karena sukar bernapas. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar. Untungnya racun botulinin ini peka terhadap pemanasan. Cermat memilih kaleng kemasan merupakan suatu upaya untuk menghindari bahaya-bahaya yang tidak diinginkan tersebut. Boleh-boleh saja memilih kaleng yang sedikit penyok, asalkan tidak ada kebocoran. Selain itu segera pindahkan sisa makanan kaleng ke tempat lain agar kerusakan kaleng yang terjadi kemudian tidak akan mmepengaruhi kualitasmakanannya. Plastik Setiap hari kita menggunakan plastik, baik untuk mengolah, menyimpan atau mengemas makanan. Ketimbang kemasan tradisional seperti dedaunan atau kulit hewan, plastik memang lebih praktis dan tahan lama. Kelemahannya adalah, plastik tidak tahan panas dan dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah untuk lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (non-biodegradable). Perlu diingat bahwa sebenarnya plastik itu tidak berbau dan berwarna. Jadi hindari penggunaan plastik yang bau dan berwarna gelap untuk membungkus makanan secara langsung. Plastik kresek hitam yang sering digunakan sebagai pembungkus gorengan, gelas plastik yang dipakai untuk air mendidih, botol kemasan air mineral yang diterpa sinar matahari setiap hari, serta penggunaan plastik kiloan untuk membuat ketupat, adalah contoh-contoh penggunaan kemasan plastik yang salah dan sangat berbahaya. Akibat dari penggunaan plastik yang tidak sesuai dengan fungsinya ini, dikhawatirkan akan terjadi perpindahan komponen kimia dari plastik ke dalam makanan. Beberapa kemasan plastik berasal dari material polyetilen polypropilen polyvinyl-chlorida yang jika dibakar atau dipanaskan dapat menimbulkan dioksin, suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang. Menjaga plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai pengemas merupakan cara tentram untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut.

PNGEMASAN BAHAN PANGAN

Page 10: Pengemasan Bahan Makanan.doc

Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaituwadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno, 1983). Melindungi bahan pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan serangga atau binatang pengerat lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan di dalamnya tidak boleh menyerap air dari atmosfer dan juga tidak boleh berkurang kadar airnya. Jadi wadahnya harus kedap air. Perlindungan terhadap bau dan gas dimaksudkan supaya bau atau gas yang tidak diinginkan tidak dapat masuk melalui wadah tersebut dan jangan sampai merembes keluar melalui wadah. Wadah yang rusak karena tekanan atau benturan dapat menyebabkan makanan di dalamnya juga rusak dalam arti berubah bentuknya (Winarno, 1983). Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan komoditi segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh konsumen akhir dengan nilai pasar yang tetap tinggi. Dengan pengemasan, komoditi dapat dilindungi dari kerusakan, benturan mekanis, fisik, kimia dan mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran (Sacharow dan Griffin, 1980).

Pada bagian luar kemasan biasanya dilengkapi dengan etiket (label) dan hiasan (dekorasi) yang bertujuan untuk:

a) memberikan kemudahan dalam mengidentifikasikan produk yang dikemas, seperti jenis dan kuantitasnya, b) memberikan informasi tentang merek dagang dan kualitasnya,c) menarik perhatian pembeli, d) memberikan keterangan pada pembeli tentang cara menggunakan produk yang dikemas (Sacharow dan Griffin, 1980).

Menurut Erliza dan Sutedja (1987) bahan kemasan harus mempunyai syaratsyarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemuadahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai, serta harus memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah dingin. Demikian juga untuk daerah yang kelembaban tinggi dan daerah kering. Berdasarkan fungsinya pengemasan dibagi menjadi dua, yaitu pengemasan untuk pengangkutan dan distribusi (shiping/delivery package) dan pengemasan untuk perdagangan eceran atau supermarket (retail package). Pemakaian material dan pemilihan rancangan kemasan untuk pengangkutan dan distribusi akan berbeda dengan kemasan untuk perdagangan eceran. Kemasan untuk pengangkutan atau distribusi akan mengutamakan material dan rancangan yang dapat melindungi kerusakan selama pengangkutan dan distribusi, sedangkan kemasan untuk eceran

Page 11: Pengemasan Bahan Makanan.doc

diutamakan material dan rancangan yang dapat memikat konsumen untuk membeli (Peleg, 1985). Menurut Winarno, et al. (1986) makanan yang dikemas mempunyai tujuan untuk mengawetkan makanan, yaitu mempertahankan mutu kesegaran, warnanya yang tetap, untuk menarik konsumen, memberikan kemudahan penyimpanan dan distribusi, serta yang lebih penting lagi dapat menekan peluang terjadinya kontaminasi dari udara, air, dan tanah baik oleh mikroorganisme pembusuk, mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan manusia, maupun bahan kimia yang bersifat merusak atau racun. Beberapa faktor yang penting diperhatikan dalam pengemasan bahan pangan adalah sifat bahan pangan tersebut, keadaan lingkungan dan sifat bahan pengemas. Sifat bahan pangan antara lain adalah adanya kecendrungan untuk mengeras dalam kadar air dan suhu yang berbeda-beda, daya tahan terhadap cahaya, oksigen dan mikroorganis Winarno dan Jennie (1982) mengemukakan bahan pengemas harus tahan serangan hama atau binatang pengerat dan bagian dalam yang berhubungan langsung dengan bahan pangan harus tidak berbau, tidak mempunyai rasa serta tidak beracun. Bahan pengemas tidak boleh bereaksi dengan komoditi. Adanya pengemasan dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan- kerusakan. Menurut Brody (1972) kerusakan terjadi karena pengaruh lingkungan luar dan pengaruh kemasan yang digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan yang digunakan menurut Winarno dan Jenie (1983) dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu golongan pertama kerusakan ditentukan oleh sifat alamiah dari produk dan tidak dapat dicegah dengan pengemasan, misalnya perubahan kimia, biokimia, fisik serta mirobiologi; sedangkan golongan kedua, kerusakan yang ditentukan oleh lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol dengan kemasan yang dapat digunakan, misalnya kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan, absorpsi dan interaksi dengan oksigen. Berbagai jenis bahan digunakan untuk keperluan kemasan, diantaranya adalah bahan-bahan dari logam, kayu, gelas, kertas, papan, kertas

file:///C:/Users/Ryan/Documents/Pengaruh%20Bahan%20Kemasan%20Terhadap%20Bahan

%20Makanan%20_%20KUMPULAN%20INFORMASI.htm

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya. [1]

Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan kemasan baru dan berbagai inovasi selalu

Page 12: Pengemasan Bahan Makanan.doc

dikedepankan oleh para produsen produk-produk pertanian, dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia.

Pengemasan tradisional

Ragam kemasan makanan tradisional yang sering dijumpai seperti kemasan dengan menggunakan daun pisang, kelobot jagung (pelepah daun jagung), daun kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati. Cara pengemasannyapun dilakukan dengan berbagai macam cara seperti dapat dilihat dalam Tabel berikut

Cara mengemas Bahan kemasan

MenggulungDaun pisangDaun bambuDaun/kelobot jagung

Melipat Daun pisangDaun jambu

Membalut Daun pisangDaun kelapa

Menganyam Daun kelapa

Pengemasan, diatas bertujuan untuk melindungi makanan dari kerusakan, juga merupakan daya pikat-bagi orang agar tergiur menikmatinya.[2]

Persyaratan Bahan Kemas

Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk yang akan dilindungi. Mutu produk ketika mencapai konsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metoda pengolahan dan kondisi penyimpanan. Dengan demikian fungsi kemasan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Kemampuan/daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan dan penyusunan/ penumpukan.

Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya perlindungan dari udara panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing, benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme.

Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini identifikasi, informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan keindahan bahan kemasan harus mendapatkan perhatian.

Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan.

Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.

Dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi kemasan tersebut maka kesalahan dalam hal memilih bahan baku kemasan, kesalahan memilih desain kemasan dan kesalahan dalam

Page 13: Pengemasan Bahan Makanan.doc

memilih jenis kemasan, dapat diminimalisasi. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut maka kemasan harus memiliki sifat-sifat :

Permeabel terhadap udara (oksigen dan gas lainnya). Bersifat non-toksik dan inert (tidak bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia)

sehingga dapat mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk yang dikemas.

Kedap air (mampu menahan air atau kelembaban udara sekitarnya).

Kuat dan tidak mudah bocor.

Relatif tahan terhadap panas.

Mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif murah.[3]

Penggolongan Kemasan

Cara-cara pengemasan sangat erat berhubungan dengan kondisi komoditas atau produk yang dikemas serta cara transportasinya. Pada prinsipnya pengemas harus memberikan suatu kondisi yang sesuai dan berperan sebagai pelindung bagi kemungkinan perubahan keadaan yang dapat memengaruhi kualitas isi kemasan maupun bahan kemasan itu sendiri. Kemasan dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal antara lain:

1. Frekuensi Pemakaian

Kemasan Sekali Pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik es, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.

Kemasan yang Dapat Dipakai Berulang Kali (Multi Trip), seperti beberapa jenis botol minuman (limun, bir) dan botol kecap. Wadah-wadah tersebut umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik.

Kemasan yang Tidak Dibuang (Semi Disposable). Wadah-wadah ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai, misalnya kaleng biskuit, kaleng susu, dan berbagai jenis botol. Wadah-wadah tersebut digunakan untuk penyimpanan bumbu, kopi, gula, dan sebagainya.

2. Struktur Sistem Kemas Berdasarkan letak atau kedudukan suatu bahan kemas di dalam sistem kemasan keseluruhan dapat dibedakan atas :

Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe)

Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus, keranjang tempe, dan sebagainya.

Page 14: Pengemasan Bahan Makanan.doc

Kemasan Tersier dan Kuartener, yaitu apabila masih diperlukan lagi pengemasan setelah kemasan primer, sekunder dan tersier. Umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.

3. Sifat Kekakuan Bahan Kemas

Kemasan fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan, misalnya plastik, kertas, foil.

Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila dipaksa dibengkokkan. Misalnya kayu, gelas, dan logam.

Kemasan semi kaku/semi fleksibel, yaitu bahan kemas yang memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku, seperti botol plastik (susu, kecap, saus) dan wadah bahan yang berbentuk pasta.

4. Sifat Perlindungan Terhadap Lingkungan

Kemasan Hermetis, yaitu wadah yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, misalnya kaleng dan botol gelas.

Kemasan Tahan Cahaya, yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan yang difermentasi.

Kemasan Tahan Suhu Tinggi, jenis ini digunakan untuk bahan pangan yang memerlukan proses pemanasan, sterilisasi, atau pasteurisasi.

5. Tingkat Kesiapan pakai

Wadah Siap Pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya.

Wadah Siap Dirakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.[4]

Kemasan Fleksibel

Di samping jenis-jenis kemasan di atas, dewasa ini telah berkembang pesat sistem pengemasan secara fleksibel, yaitu sistem pengemasan yang dapat melentur mengikuti bentuk bahan yang dikemas. Bahan pengemas fleksibel terdiri dari berbagai jenis kertas, cellulose films, film plastik, kertas timah coatings, bonding adhesives, dan kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Pengemas fleksibel ini banyak digunakan dalam pembungkusan

Page 15: Pengemasan Bahan Makanan.doc

berbagai komoditas dan produk olahannya seperti buah-buahan (manisan, pisang sale, durian, nangka), daging (abon, dendeng, sosis), ikan (dendeng ikan, krupuk ikan, ikan teri goreng), makanan lengkap (mie, bihun, sambal goreng), bumbu lengkap (gule, opor, rawon, dan sup), rempah-rempah (cabai giling, kunyit, pala, vanili), makanan lainnya (biskuit, kembang gula, dodol, coklat). Cara mengemas komoditas pertanian dan produk olahan dalam pengemas fleksibel dapat dilakukan dengan cara:

Secara manual, dengan menggunakan tangan tanpa bantuan alat/mesin. Contohnya : membungkus tempe dengan daun atau plastik, kembang gula, membungkus teh dalam kemasan kertas, dan sebagainya.

Semi mekanik, menggunakan tangan dengan dibantu peralatan tertentu, misalnya menutup botol kecap/minuman, penggunaan heat sealer untuk merekatkan plastik.

Mekanis, dengan mesin kemas yang digerakkan oleh tenaga listrik/motor berkecepatan tinggi. Umumnya proses pengemasan bersamaan dengan proses pengisian bahan dalam satu unit mesin seperti pengisian botol minuman ringan, obat-obatan, dan sebagainya.

Pemasaran kemasan ini akhir-akhir ini menjadi populer untuk mengemas berbagai produk baik padat maupun cair. Dipakai sebagai pengganti kemasan rigid maupun kemas kaleng atas pertimbangan ekonomis kemudahan dalam penanganan.

file:///C:/Users/Ryan/Documents/Pengemasan%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,

%20ensiklopedia%20bebas.htm

4Getaran,terjadi pada hampir semua kejadian transportasi, yang berbeda hanyadalam kadarnya saja. Getaran yang halus dapat merupakan gaya gesekan yang halus,kalau permukaan benda yang bergesekan kasar, tidak halus dan licin, maka permukaanyang kasar dan keras akan mengikis permukaan benda yang lebih lunak, yang dapatmenyebabkan permukaan benda menjadi guram, goresan-goresan bahkan sampai kulitterkelupas.Getaran yang lebih keras dapat berupa sinusoidal dengan frekwensi yang cepat.Gaya bolak-balik ini dapat berakibat seperti gaya hempasan yang berkali-kali yangakibatnya dapat beberapa kali lebih besar dari gaya aslinya, apabila dikenakan secarastatis. Atau dapat berupa getaran pada komponen bendanya sendiri, sehingga dapat cepatmeletihkankomponen tersebut, yang dapat berakibat pada keretakan, yang akhirnyakomponen benda tersebut dapat patah!Gerakan yang sering tidak disadari daya merusaknya ialah gerakan ayunan yangsering timbul pada transportasi dengan menggunakan kapal laut, juga dengan kapalterbang! Gerakan ayunan ini dapat “dianggap” sebagai getaran dengan amplitudo yangbesar, tetapi dengan frekwensi rendah. Pada barang-barang yang dimuat di atas dek paling atas, pada saat cuaca jelek gerakan ayunan dapat merupakan “getaran” yangmempunyai amplitudo sampai sebesar 20 m, dengan frekwensi sampai 10 kali per menit.Pada saat titik balik, gaya hempasan yang besar dapat menimpa benda-benda yangterletak paling pinggir, lebih-lebih bila kemasan-kemasan tadi masing-masing tidak terikat kokoh pada tempatnya.Pada cuaca buruk, gaya yang terjadi di kapal tidak hanya ayunan gelombang yangkelihatan “nyaman” berayun-ayun, tetapi masih banyak jenis gerakan yang dapatberakibat fatal pada barang yang dibawanya, diantaranya : kapal mengangguk-angguk karena gelombang, oleng dan berayun kekanan dan kiri, terangkat

Page 16: Pengemasan Bahan Makanan.doc

dan terhempas,berputar haluan karena hantaman gelombang, bergulir dan sebagainya. Gaya-gayatersebut datangnya tidak antri satu persatu, tetapi kadang-kadang dapat datangbersamaan, yang dapat menghasilkan gaya kombinasi yang berupa gaya berganti secaramengejut. 5Unsur perusak keadaan dan perubahan keadaan alamKeadaan alam seperti suhu, sinar matahari, tekanan udara, lembab udara, dapatberubah secara mendadak selama perjalanan. Pada daerah tertentu perbedaan antara suhudi malam hari dan siang hari cukup besar. Kadang-kadang juga terjadi hujan yangmendadak dan perubahan-perubahan mendadak lainnya. Perubahan yang mendadak inidapat merupakan gejala yang biasa disebutcycling, artinya perubahan naik turun yangcukup besar yang terjadi di dalam waktu yang relatip singkat. Keadaan cycling ini dapatmemberikan akibat yang lebih parah dari pada pembebanan yang lebih berat sekalipun,namun stabil.Perubahan suhu atau tekanan udara yang mendadak tidak saja dapat memberikankeadaan cycling, tetapi dapat menciptakanhujan dalam. Seperti yang telah kita ketahuibersama, alam selalu menuju keadaan seimbang, kelembaban udarapun selalu akanmenuju keadaan seimbang sesuai kondisi lainnya, yaitu suhu udara disekitarnya. Bilasuhu udara turun mendadak, maka lembab udara yang seimbang untuk udara yang lebihpanas sebelumnya tidak sesuai lagi untuk suhu udara sekarang yang lebih dingin, yaituterlalu banyak, maka kelembaban udara harus diturunkan, yaitu dengan jalanmengembunkan beberapa titik air yang ada di udara, dan titik-titik air tersebut akanmengembun di dinding-dinding, lantai, langit-langit dan lain-lain permukaan. Kalaupengembunan cukup banyak, maka titik-titik air yang di langit-langit akan berjatuhanmirip titik-titik hujan, maka kami namaihujan dalam. Hujan dalam ini tidak hanya dapatterjadi didalam ruang peti-peti kemasan kita.Air juga dapat datang dalam bentuk betul-betul air, yaitu dari deburan ombak yangmenerjang tempat muatan kapal, juga air dari hujan yang membasahi barang-barang yangdisimpan ditempat penimbunan yang terbuka. Tetapi barang yang disimpan di gudangpundapat tekena air hujan, yaitu bila kebetulan jatuh hujan secara mendadak pada saat barangsedang dibongkar muat.Kegunaan kemasan sebagai pelindung bagi produk didalamnyaKegunaan kemasan yang penting adalah sebagai berikut :a. Sebagai wadah bagi produknya,b. Untuk memudahkan penyimpanan produknya di gudang,c. Untuk memudahkan pengiriman dan pendistribusian, 6d. Sebagai pelindung bagi prduk di dalamnya,e. Sebagai sarana informasi dan promosi.Pada kesempatan ini, kami tidak bermaksud untuk membicarakan semua kegunaankemasan, tetapi hanya kegunaan kemasan yang paling utama, yaitusebagai pelindungbagi produk di dalamnya.Sampai batas tertentu memang kemasan dapat melindungi produk di dalamnya dariunsur perusak dari luar. Sebagaimana telah diketahui secara umum, pada umumnyaproduk olahan, setelah selesai dimasak,

Page 17: Pengemasan Bahan Makanan.doc

bila dibiarkan diudara terbuka akan cepat turunmutunya karena terangsang oleh unsur perusak dari luar. Produk-produk lainpun akanrusak bila disimpan di gudang atau ditransportasikan tanpa pelindungan (kemasan) yangsesuai!Kemasan, sampai batas tertentu memang dapat mengurangi pengaruh buruk dariunsur perusak dari luar tersebut. Dengan demikian produk didalamnya akan dapat lebihlama bertahan dalam kondisi yang baik. Hal ini sering disalahartikan oleh sementaraorang bahwa kemasan dapat mengawetkan produk! Tidak! Kemasan tidak dapatmengawetkan produk, yang dapat mengawetkan produk adalah proses pembuatannyayang leibh baik dan/atau karena digunakannya bahan-bahannya yang lebih baik.Kemasan hanya dapat menghambat atau mengurangi derajat daya perusak dari unsurperusak lur. Bahkan, bila unsur perusaknya telah berada di dalam produk tersebut,misalnya karena produknya telah tercemar oleh mikroba-mikroba perusak, atau adanyaproses kimia atau biokimia yang masih dapat berlanjut maka kemasan tidak dapat berbuatbanyak. Kemasan (saja) tidak dapat melindungi keruskaan produk yang memerlukanpenyimpanan dingin, untuk itu harus ada alat/sarana penyimpanan dingin