laporan pengemasan

8
Praktikum ke 3 Hari/tanggal : Jumat, 25 September 2015 m.k. Teknologi Penangan dan Asisten : Rofi Ahmad Dzaky Transportasi Biota Perairan Taufik Hidayat Tendy Roskananda Ramahtika Lestari Novi Dewi S Nadia Nur Putri Intan Kartika Miftakhul N Akhmad Irfan A Sri Wulan PENGAMATAN PRODUK PERIKANAN DENGAN PENGEMASAN YANG BERBEDA Kelompok 5: Ryan Fachrozan C34130053 May Rohayana C34130054 Rina Mardiana C34130055 Nur Indah Sari C34130057 Hafizh Abdul Aziz C34130058 Akhmad Khoeron C34130063 Dimas NurPratama C34130065 DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: akhmadkhoeron

Post on 01-Feb-2016

422 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

transport

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pengemasan

Praktikum ke 3 Hari/tanggal : Jumat, 25 September 2015

m.k. Teknologi Penangan dan Asisten : Rofi Ahmad Dzaky

Transportasi Biota Perairan Taufik Hidayat

Tendy Roskananda

Ramahtika Lestari

Novi Dewi S

Nadia Nur Putri

Intan Kartika

Miftakhul N

Akhmad Irfan A

Sri Wulan

PENGAMATAN PRODUK PERIKANAN DENGAN PENGEMASAN

YANG BERBEDA

Kelompok 5:

Ryan Fachrozan C34130053

May Rohayana C34130054

Rina Mardiana C34130055

Nur Indah Sari C34130057

Hafizh Abdul Aziz C34130058

Akhmad Khoeron C34130063

Dimas NurPratama C34130065

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: Laporan Pengemasan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil perairannya. Salah satu

biota hasil perairan yang terdapat di Indonesia adalah ikan, udang, cumi, maupun

oyster. Biota perairan tersebut merupakan salah satu bahan pangan yang mudah

mengalami kerusakan (highly perishable). Hal ini disebabkan karena tingginya

kadar air, protein serta lemak yang terdapat pada biota perairan tersebut.

Purwaningsih dan Nurjanah (1995) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk memperpanjang daya awet biota tersebut adalah dengan cara

pengolahan. Jenis-jenis pengolahan yang dapat dilakukan untuk memperpanjang

daya awet ikan yaitu dengan penggaraman, pengasapan, pengeringan, fermentasi,

dan lainnya. Setelah diolah, hal yang dilakukan selanjutnnya adalah mengemas

produk yang sudah jadi. Pengemasan dapat memperpanjang daya simpan sehingga

menjaga kualitas produk.

Pengemasan adalah salah satu teknink untuk mempermudah transportasi

produk perikanan dengan mempertahankan kualitas dan daya simpan produk.

Kemasan yang baik menurut Harminingtyas (2013) memiliki ciri-ciri diantaranya

dapat menyesuaikan berdasarkan fungsinya sebagai salah satu cara untuk

mempromosikan produk, menarik minat konsumen untuk membeli suatu produk.

Dengan adanya kemasan pada produk perikanan dapat memperpanjang daya

simpan produk tersebut. Konsumen dapat dengan mudah membeli produk yang

sudah dikemas.

Kemasan memiliki arti penting bagi produk yang akan dijual. Unsur-unsur

yang yang terdapat dalam kemasan harus diperhatikan agar produk yang disimpan

dapat bertahan lama, Maka dari itu diperlukan pengetahuan yang lebih mengenai

kemasan dan jenis-jenisnya. Oleh karena itu, praktikum ini akan mempelajari jenis-

jenis kemasan yang biasa terdapat pada poduk perikanan.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan dalam menganalisis jenis kemasan dan melihat

unsur- unsur yang terdapat dalam kemasan produk hasil perikanan.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, tanggal 25 September 2015 pukul

09.00 – 12.00 di Laboratorium Karakterisasi Bahan Baku Hasil Perairan,

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor.

Page 3: Laporan Pengemasan

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sardine, bandeng presto,

rajungan kaleng, ikan asin, nori, kecap ikan, bakso ika dan bakso udang. Alat yang

digunakan dalam praktikum ini adalah kamera.

Prosedur Kerja

Setiap kelompok mendapatkan satu buah produk. Produk dianalisis

berdasarkan 7 kriteria yaitu jenis kemasan produk, barcode, label halal, komposisi,

kandungan gizi, masa kadaluarsa dan kondisi penyimpanan. Setiap kriteria difoto

untuk dokumentasi. Diagram alir prosedur kerja dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan : awal / akhir proses

Proses

Gambar 1 Diagram alir prosedur kerja analisis kemasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Praktikum pengamatan produk perikanan import dengan pengemasan yang

berbeda. Produk yang diamati yaitu “VINISI” rajungan nasi goreng. Analisis yang

digunakan meliputi jenis kemasan, barcode, halal, komposisi, kandungan gizi, masa

kadaluarsa, dan kondisi penyimpanan. Analisis dilakukan dengan membaca atau

Produk

perikanan

Analisis :

1. Jenis kemasan produk

2. Barcode

3. Label halal

4. Komposisi

5. Kandungan gizi

6. Masa kadaluarsa

7. Kondisi penyimpanan

Dokumentasi

Data

Page 4: Laporan Pengemasan

mengamati informasi yang terdapat pada label kemasan. Hasil analisis kemasan

produk tuna kaleng dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil analisis kemasan produk “VINISI” rajungan nasi goreng No Analisis Keterangan Dokumentasi

1 Jenis kemasan Logam (kaleng)

2 Barcode 1 733268 802039

3 Halal Terdapat cap “HALAL”

4 Komposisi Daging kepiting rajungan, cabe

merah, bawang putih, bawang

merah, saus tomat, kecap, minyak

kacang

5 Kandungan gizi Tidak tertera pada label kemasan

6 Masa kadaluarsa 27 Januari 2017

7 Kondisi penyimpanan Tidak tertera pada label kemasan

Hasil analisis terhadap kemasan produk “VINISI” rajungan nasi goreng

pada Tabel 1 menunjukkan informasi yang terdapat pada label kemasan. Jenis

kemasan yang digunakan yaitu Logam (kaleng), Barcode 1-733268-802039,

Komposisi daging kepiting rajungan, cabe merah, bawang putih, bawang merah,

saus tomat, kecap, minyak kacang. Masa kadaluarsa 27 Januari 2017. Kandungan

gizi dan kondisi penyimpanan tidak tertera pada label kemasan. Informasi yang

terdapat pada label kemasan tidak lengkap.

Pembahasan

Pengemasan dapat diartikan sebagai usaha perlindungan terhadap produk

dari segala macam kerusakan dengan menggunakan wadah, sehingga pengemasan

bertujuan untuk melindungi atau mengawetkan produk agar sampai ke tangan

konsumen dalam keadaan baik. Kegiatan yang meliputi pemasukan dan atau

Page 5: Laporan Pengemasan

pengaturan unit atau beberapa unit ke dalam suatu wadah untuk keperluan

transportasi disebut pengepakan (Suradi 2009).

Kemasan yang baik menurut Harminingtyas R (2013) memiliki ciri-ciri

diantaranya dapat menyesuaikan berdasarkan fungsinya sebagai salah satu cara

untuk mempromosikan produk, menarik minat konsumen untuk membeli suatu

produk. Kemasan ini dapat memberikan kemudahan-kemudahan kepada konsumen

(convenience), misalnya mudah dibuka, mudah diletakan dan lain-lain,

memberikan identitas atau brand kepada suatu produk. Perkembangan–

perkembangan yang terjadi dalam industri pengemasan.

Jenis-jenis kemasan sangat beragam, diantaranya kemasan yang berasal dari

bahan logam, plastik, kertas dan kaca. Kemasan plastik merupakan kemasan yang

sudah mendominasi industri makanan di Indonesia dan kemasan luwes (fleksibel)

menempati porsi 80%. Bahan kemasan plastik dibuat melalui proses polimerisasi.

Kemasan plastik dibagi menjadi beberapa bagian yakni PET, PETE (Polyethylene

terephthalate) yang bersifat jernih dan transparan, kuat, tahan pelarut, kedap gas

dan air,melunak pada suhu 80oC.Plastik ini dapat digunakan untuk botol minuman,

minyak goreng, kecap, sambal, obat, idak untuk air hangat apalagi panas.

Penggunaan plastik ini hanya satu kali pakai dengan suhu >60oC. HDPE (High

Density Polyethylene) yang memiliki sifat keras hingga semifleksibel, tahan

terhadap bahan kimia dan kelembaban, dapat ditembus gas, permukaan berlilin,

buram, mudah diwarnai, diproses dan dibentuk, melunak pada suhu 75oC.Biasanya

plastik ini digunakan untuk botol susu cair, jus, minuman, wadah es krim, kantong

belanja, obat, tutup plastik. Penggunaan plastik ini diisarankan hanya untuk satu

kali penggunaan karena jika digunakan berulang kali dikhawatirkan bahan

penyusunnya lebih mudah bermigrasi ke dalam pangan. PVC (Polyvinyl chloride)

merupakan plastik yang sulit didaur ulang, bersifat lebih tahan terhadap senyawa

kimia, biasanya digunakan untuk botol kecap, botol sambal, baki, plastik

pembungkus. Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang

mengandung lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas. Selanjutnya ada

plastik LDPE (Low Density Polyethylene) merupakan plastik yang berbahan mudah

diproses, kuat, fleksibel, kedap air, tidak jernih tetapi tembus cahaya, melunak pada

suhu 70oC. Plastik ini biasanya digunakan untuk botol madu, wadah yogurt,

kantong kresek, plastik Tipis serta penyimpananna sebaiknya tidak digunakan

kontak langsung dengan pangan (Sulchan M dan Nur EW 2007).

Plastik selanjutnya yakni dengan jenis PP. Plastik PP (Polypropylene) yakni

plastik transparan tetapi tidak jernih atau berawan, keras tetapi fleksibel, kuat,

permukaan berlilin, tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak, melunak pada

suhu 140oC, baik untuk kemasan pangan, tempat obat, botol susu, sedotan. Plastik

PS (Polystyrene) yang dibagi menjadi dua, yakni PS kaku dan lunak. PS yang kaku

biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah terpengaruh lemak dan pelarut

(seperti alkohol), mudah dibentuk, melunak pada suhu 95oC, contohnya wadah

plastik bening berbentuk kotak untuk wadah makanan, sedangkan PS yang lunak

berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak, getas, mudah terpengaruh

lemak dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan ini dapat melepaskan styrene jika

kontak dengan pangan., contohnya yang sudah sangat terkenal styrofoam yang

biasanya digunakan sebagai wadah makanan atau minuman sekali pakai, wadah

CD, karton wadah telur. Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam

microwave. Plastik ini mudah rusak/berubah bentuk sehinggasebaiknya tidak

Page 6: Laporan Pengemasan

digunakan untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama dalam keadaan

panas. Other yang biasanya disebut dengan plastik jenis Polycarbonat, bio-based

plastic, co-polyester bersifat keras, jernih dan secara termal sangat stabil. Bahan

Polycarbonat dapat melepaskan Bisphenol-A (BPA) ke dalam pangan yang dapat

merusak sistem hormon, digunakan untuk galon air acrylic, polyamide, dan

campuran plastik ) minum, botol susu, peralatan makan bayi (Sulchan M dan Nur

EW 2007).

Kemasan selanjutnya menurut BPOM 2008 terdapat kemasan logam atau

alumunium merupakan kemasan yang lebih ringan dari baja, daya korosif rendah,

mudah dibengkokkan, mampu menahan masuknya gas, tidak berbau dan tidak

berasa, dan sulit disolder sehingga sambungan tidak rapat. Selain alumunium juga

terdapat bahan kemasan yang terbuat dari alumunium foil. Merupakan bahan kemas

dari lembaran alumunium yang padat dan tipis dengan ketebalan <0.15 m.

Mempunyai tingkat kekerasan berbeda, dimana tanda O berarti sangat lunak; H-n:

keras (semakin tinggi bilangan, maka semakin keras). Kemasan ini hermetis, tidak

tembus cahaya, fleksibel, dan dapat dignakan sebagai bahan pelapis atau penguat

dilapisi dengan plastik atau kertas. Kemasan logam juga ada yang disebut dengan

retort pouch. Kemasan ini tahan suhu sterilisasi, mempunyai daya simpan tinggi,

kuat, tidak mudah sobek atau tertusuk, teknik penutupan mudah, contoh PP-Alufo-

PET. Penggunaan alumunium untuk kemasan pangan antara lain untu produk buah-

buahan, produk sayuran, produk daging, produk ikan, kerang, produk susu dan

minuman.

Kemasan kertas menurut Rahayu E dan widajati E (2007) merupakan

kemasan simpan yang bersifat porous. Kemasan ini dapat digunakan secara luas

sebagai bahan pengemas benih tetapi fungsinya hanya sebagai wadah bagi benih

yang dikemas untuk jumlah tertentu dan tidak melindungi benih dari pengaruh

buruk kondisi penyimpanan. Kekurangan kemasan kertas yakni mudah sobek dan

rusak akibat adanya air yang terdapat pada susatu produk yang dikemas. Kemasan

kertas mudah didapat dan harganya relatif terjangkau. Kemasan kaca merupakan

kemasan yang dapat tembus pandang, kuat, mudah dibentuk, Lembam, tahan

pemanasan, pelindung terbaik karena terhadap kontaminasi dan flavor, tidak

tembus gas, cairan dan padatan, dapat diberi warna dan dipakai kembali

(returnable) serta relatif murah.

Analisis kemasan produk Bumbu Nasi Goreng Vinisi memiliki kemasan

berbahan dasar logam. Produk ini terbuat dari bahan baku daging rajungan dengan

campuran cabe merah, bawang putih, bawang merah, saus tomat, kecap dan minyak

kacang. Produk Bumbu Nasi Goreng Vinisi ini sudah bersertifikat halal yang artinya

layak dikonsumsi oleh konsumen muslim dan produk ini sudah memiliki barcode

bernomor 173326880239. Tidak adanya kandungan gizi pada produk ini menjadi

masalah bagi konsumen sehingga konsumen tidak dapat mengetahui gizi yang

sesuai dengan kebutuhkannya. Pengemasan produk yang baik menurut Widodo

(2010) bahwa kemasan harus memenuhi beberapa persyaratan terutama adanya

atribut kemasan produk yang baik. Atribut kemasan produk merupakan unsur-unsur

yang dipandang penting dan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh

konsumen. Produk Vinisi ini tidak tercantum adanya kandungan gizi pada kemasan

sehingga dikatakan bahwa kemasan ini belum sempurna.

Page 7: Laporan Pengemasan

PENUTUP

Simpulan

Jenis kemasan pada produk perikanan sangat beragam. Beradasarkan

bahannya, kemasan produk periakanan dapat digolongkan menjadi kemasan logam

(kaleng), plastik, kertas, dan kaca. Label pada kemasan produk perikanan sangat

penting. Unsur-unsur yang harus terdapat pada label kemasan yaitu, barcode, logo

halal, komposisi, tanggal kadaluwarsa, kandungan gizi, dan kondisi penyimpanan.

Unsur label yang tidak terdapat pada kemasan produk “VINISI” yaitu kandungan

gizi dan kondisi penyimpanan.

DAFTAR PUSTAKA

[BPOM]. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2008. Direktorat Pengawasan

Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta

(ID): Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Harminingtyas R. 2013. Analisis fungsi kemasan produk melalui model view dan

pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk rokok

kretek merek dji sam soe di kota semarang. Jurnal STIE semarang. 5(2):

2252-7826.

Rahayu E dan widajati E. 2007. Pengaruh kemasan, kondisi ruang simpan dan

periode simpan terhadap viabilitas benih caisin brassica chinensis l. Jurnal

Bul. Agron. (35)3: 191–196.

Sulchan M dan Nur EW. 2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam.

Jurnal Kedokteran Indonesia. 57(2):71-75.

Suradi k. 2009. Pengemasan Bahan Pangan Hasil Ternak. Bandung (ID): UNPAD.

Widodo P. 2010. Hubungan antara atribut produk terhadap keputusan pembelian

minuman teh dalam kemasan. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan

Wilayah. 2(1): 1-13.

Page 8: Laporan Pengemasan

LAMPIRAN

Pembagian tugas kelompok

1. Pendahuluan : Hafiz Abdul Aziz

2. Metodologi : Hanifah Subkhani

3. Hasil : Ryan Fachrozan

4. Pengertian kemasan : May Rohayanah

5. Fungsi kemasan : Dimas Nur P

6. Ciri-ciri kemasan yang baik : Nur Indah Sari

7. Jenis-jenis kemasan : Nur Indah Sari

8. Bahas hasil, bandingkan dengan literature : Rina Mardiana

9. Kesimpulan : Akhmad Khoeron

10. Editor : Akhmad Khoeron