laporan penelitian terapan - perpustakaan digital...

61
1 LAPORAN PENELITIAN TERAPAN “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMBIAYAAN BAGI HASIL UNTUK UMKM DI PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS KOTA BANDUNG)“ Oleh: 1. Lili Masli Nip: 196210151989031002 2. Dadang Hermawan Nip. 195908041988121001 3. Darya S. Nugraha Nip. 195806141986031002 4. Yeti Apriliawati Nip. 196704071995122001 DIBIAYAI OLEH POLITEKNIK NEGERI BANDUNG DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN TERAPAN Nomor: 1079.2/PL 1. R 5/PL/2012 JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG DESEMBER, 2012

Upload: trankhanh

Post on 02-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

1

LAPORAN PENELITIAN TERAPAN

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RENDAHNYA PEMBIAYAAN BAGI HASIL UNTUK UMKM DI

PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS KOTA BANDUNG)“

Oleh: 1. Lili Masli Nip: 196210151989031002 2. Dadang Hermawan Nip. 195908041988121001 3. Darya S. Nugraha Nip. 195806141986031002 4. Yeti Apriliawati Nip. 196704071995122001

DIBIAYAI OLEH POLITEKNIK NEGERI BANDUNG DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN

TERAPAN Nomor: 1079.2/PL 1. R 5/PL/2012

JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

DESEMBER, 2012

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

2

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN TERAPAN, SUMBER DANA DIPA 2012 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1 Judul Penelitian : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil untuk UMKM di Perbankan Syariah (Studi Kasus Kotamadya Bandung)

2 Ketua Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar : Lili Masli. SE. M.Si b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Golongan/Pangkat dan NIP : IV c/Pembina Utama Muda/

196210151989031002 d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala e. Jurusan/Program Studi : Akuntansi/Keuangan dan Perbankan f. Institusi

g. Bidang ilmu yang diteliti : Politeknik Negeri Bandung

Keuangan Syariah 3 Jumlah Tim Peneliti : Empat (04) orang 4 Lokasi Penelitian : Kota Bandung

Masyarakat Ekonomi Syariah 56 7

Kerjasama dengan Institusi Lain : Lama Penelitian : 6 bulan Biaya yang diperlukan

a. Sumber dari DIPA b. Sumber Lain, sebutkan

: Rp 30.000.000,- : -

Rp 30.000.000 Jumlah Bandung, 10 Desember 2012

Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi Ketua Peneliti (Dadang Hermawan, SE.,M.Si) (Lili Masli, SE.M.Si) Nip.195908041988121001 Nip. 196210151989031002

Menyetujui, Kepala UPPM

(Dr.Ir. Ediana Sutjiredjeki, M.Sc.) NIP. 195502281984032001

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

3

SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN Lembar Identitas dan Pengesahan ......................................................................................i

Ringkasan..........................................................................................................................ii

Summary......................................................................................................................... iv

Kata Pengantar................................................................................................................. v

Daftar Tabel....................................................................................................................vi

Daftar Lampiran...............................................................................................................vii

I. Pendahuluan …………………………………………………………………….......1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………..........1

B. Perumusan Masalah ………………………………………………………..........4

C. Tujuan dan Manfaat ………………………………………………………..........5

II. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………….......7

III. Metode Penelitian …………….. ……………………………………………….....26

IV. Hasil dan Pembahasan …………………………………………………………......28

V. Kesimpulan dan Saran..............…………………………………………………….40

Daftar Pustaka..................................................................................................................45

Lampiran-Lampiran.........................................................................................................47

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

4

RINGKASAN

Masalah rendahnya pembiayaan bagi hasil dalam penelitian ini, pada

akhirnya mengerucut pada dua masalah yaitu aspek internal perbankan dan

regulasi yaitu kurangnya pemahaman dan kualitas Sumber Daya Islami

(SDI) perbankan syariah dan masalah kurangnya regulasi yang

mendukung. Masalah lain yang berikutnya perlu mendapat perhatian

adalah dari aspek pemerintah dan institusi lain, yaitu masalah kurangnya

dukungan pemerintah dan institusi terkait yang menyeluruh. Alternatif

pemecahan yang diusulkan adalah meningkatkan pemahaman dan

kualitas SDI serta meninjau kembali regulasi yang dirasa memberatkan,

seperti aturan kolektibilitas, dan membuat aturan-aturan yang bersifat

memberikan insentif untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan bagi

hasil. Sementara itu, strategi kebijakan yang dianggap paling tepat untuk

menyelesaikan masalah-masalah di perbankan syariah adalah dengan

menerapkan directed market driven strategy, dimana aturan-aturan yang

dibuat bersifat mengarahkan perbankan syariah agar berjalan pada rel

syariah yang benar menuju arah perkembangan yang diinginkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

5

SUMMARY

Problem of low funding for the results in this study, ultimately boils down

to two issues, namely the internal aspects of banking and regulation is the

lack of understanding and quality of Sumber Daya Islami (SDI) Islamic

banking and the lack of regulation supports. Another issue that needs

attention is next on the aspect government and other institutions, namely

the problem of lack of support from the government and related

institutions are thorough. The proposed alternative solution is to

increase the understanding and quality SDI and reviewing regulations

were deemed onerous, such as the rules of collectibility, and make rules

that are providing incentives to increase the distribution of funding to the

results. Meanwhile, strategies are considered most appropriate policies to

solve the problems in Islamic banking is directed to implement market

driven strategy, where the rules are made to be directing Islamic banking

to run on the right track towards sharia desirable development.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Penelitian Terapan dapat diselesaikan.

Penyusunan Laporan Penelitian Terapan ini dapat diselesaikan berkat adanya

kerjasama yang sangat baik dari berbagai pihak, oleh karena itu tim peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung yang telah menyediakan

berbagai fasilitas dalam penyusunan laporan penelitian ini.

2. Ketua Program Studi Keuangan Syariah Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri

Bandung yang telah memberikan saran perbaikan dalam penyusunan laporan

penelitian ini.

3. Seluruh pihak yang telah membantu Tim Peneliti dalam menyelesaikan laporan

penelitian ini.

Tim Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil penyusunan Penulisan Laporan

Penelitian Terapan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu Tim Peneliti sangat

mengharapkan kesediaan pembaca baik dosen maupun mahasiswa untuk memberikan

kritik dan saran terhadap Penulisan Laporan Penelitian Terapan ini.

Bandung, Desember 2012

Tim Peneliti

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

7

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Indonesia………………………………………2

Tabel 1.2 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)…………………2

Tabel 1.3. Perbandingan Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank…………….3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

8

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadual Pelaksanaan Penelitian……………………………………... 49

2. Personalia Penelitian……………………………………………….. 49

3. Biaya Penelitian……………………………………………………. 50

4. Riwayat Hidup Peneliti…………………………………………….. 50

5. Formulir Isian Usul Penelitian Terapan…………………………… 53

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

9

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi indikator

keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama

dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan system

ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada

tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang

dilikuidasi karena kegagalan system bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan

system syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.

Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia

pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan

daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya,

pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.

Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan bank Muamalat melewati krisis yang

terjadi pada tahun 1998 dengan menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dan

tidak menerima sepeser pun bantuan dari pemerintah dan pada krisis keuangan tahun

2008, bank Muamalat bahkan mampu memperoleh laba Rp. 300 miliar lebih.

Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk

menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan mampu

tumbuh dengan signifikan. Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategis untuk

merealisasikannya.

Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan

adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang

Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank

syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang –

Undang perbankan no. 10 tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992

tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat

dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Terakhir keluar UU bank

syariah no 21 tahun 2008.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

10

Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Indonesia

Indikasi 1998

KP/UUS

2003

KP/UUS

2004

KP/UUS

2005

KP/UUS

2006

KP/UUS

2007

KP/UUS

2008

KP/UUS

2009

KP/UUS

2010

KP/UUS

2011

KP/UUS

BUS 1 2 3 3 3 3 5 6 11 11

UUS - 8 15 19 20 25 27 25 23 24

BPRS 76 84 88 92 105 114 131 138 150 155

Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2012.

Keterangan :

BUS = Bank Umum Syariah UUS = Unit Usaha Syariah BPRS = Bank Perkreditan Rakyat Syariah KP/UUS = Kantor Pusat/Unit Usaha Syariah

Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan laporan

tahunan BI 2012. secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah sungguh

membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun

1998 hanya ada satu Bank Umum Syariah dan 76 Bank Perkreditan Rakyat Syariah,

maka pada tahun 2012 (berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang

dipublikasikan oleh Bank Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 35 unit yang

terdiri atas 11 Bank Umum Syariah dan 24 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank

Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 155 unit pada periode yang sama.

Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2012.

Tabel 1.2 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

Indikasi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Aset 7.945 15.210 20.880 28.722 36,537 49.555 66.090 85.850 127.19

DPK 5.725 11.718 15.584 20.672 28.011 36.852 52.271 66.480 101.57

Pembiayaan 5.561 11.324 15.270 20.445 27.944 38.198 46.886 83.810 122.73

FDR 97,14% 96,64% 97,76% 98,90% 99.76% 103.65% 89.70% 89,67% 88,94%

NPF 2,34% 2,38% 2,82% 4,75% 4,07% 3.95% 4.01% 3,95% 2,52%

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

11

Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan terakhir indikasi-indikasi perbankan

syariah. Perkembangan asset perbankan syariah meningkat sangat signifikan dari akhir

tahun 2008 sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar lebih dari 33.37 persen.

Penghimpunan dana dan pembiayaan mencapai peningkatan sebesar 41.84 dan 22.74

persen.

Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak

ketiga (DPK) yang dinyatakan dengan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR), maka

bank syariah memiliki rata-rata FDR sebesar 97.65 persen. Berbeda dengan tahun-tahun

sebelumnya dan tahun sesudahnya, pada tahun 2008 Financing to Defosit Ratio

perbankan syariah lebih dari 100 %. Tingginya tingkat FDR tersebut karena pembiayaan

yang disalurkan selama bulan maret – November 2008 lebih besar dari Dana Pihak

ketiga.

Yang perlu di catat disini adalah, meskipun pembiayaan yang disalurkan lebih

besar dari DPK, tetapi tingkat kegalalan bayar atau yang dinyatakan dalam Non

Performing Financing (NPF) ternyata lebih sedikit dari periode tahun 2006-2007, yakni

hanya sebesar 3.95%, masih dibawah batas ketentuan minimal sebesar 5 persen. Artinya

bank syariah betul betul menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan

dengan tidak mengabaikan prinsip kehati-hatian. Selain itu juga, secara keseluruhan

perbankan syariah relatif lebih sehat.

Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009

Tabel 1.3. Perbandingan Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank

Islamic Bank

(Des 08)

Total

Bank

Islamic Bank (Des

09) Total Bank

Nominal Share

Nominal Share

Total Asset 49,56 2.14% 2,310.60 66,09 2.61% 2,534.10

Deposit Fund 36,85 2.10% 1,753.30 52,27 2.65% 1,973.00

Credit

Financial

Extended

38,20 - - 46,88 - -

FDR/LDR 103.66% - - 89.70% - -

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

12

Pada tabel 1.3 terlihat bahwa pangsa perbankan syariah meningkat jika

dibandingkan dengan tahun 2008 pada bulan yang sama, yaitu asset menjadi 2.61%

meningkat sebesar 0.47% , Deposit Fund atau DPK juga mengalami pertumbuhan

menjadi 2,02%, meningkat 0,24%. hal ini menunjukkan kinerja dan potensi perbankan

syariah mengalami perkembangan yang baik.

Persentase pembiayaan murabahah dengan prinsip jual-beli yang dilakukan oleh

perbankan syariah mendominasi jauh di atas dari pembiayaan mudharabah dan

musyarokah. Pada tahun 2003 terjadi perbedaan terbesar dimana persentase pembiayaan

mudharabah dan musyarokah hanya sebesar 14,36 dan 5,53 persen sedangkan

pembiayaan murabahah sebesar 70,81 persen. Namun sayangnya, meskipun pembiayaan

dengan prinsip jual-beli selalu mengalami penurun setiap tahunnya namun jumlah

persentasenya tidak pernah kurang dari lima-puluh persen.

Semestinya, pembiayaan dengan akad mudharabah dan akad musyarakah harus

lebih banyak. Karena pada akad inilah karakteristik dasar perbankan syariah terbentuk.

Kedua akad tersebut merupakan akad dengan sistem bagi hasil. Perbankan syariah

dengan sistem bagi hasil inilah yang menjadi pembeda dengan bank konvensional.

B. PERUMUSAN MASALAH

Fenomena rendahnya pembiayaan bagi hasil merupakan permasalahan penting

yang perlu dibahas. Berbagai permasalahan dan solusi yang tepat perlu dicari untuk

meningkatkan pembiayaan bagi hasil perbankan syariah. Karena bank syariah

merupakan bank yang berprinsip utama bagi hasil, sehingga pembiayaan bagi hasil

seharusnya lebih diutamakan dan dominan dibandingkan dengan pembiayaan non bagi

hasil. Rendahnya pembiayaan bagi hasil cenderung merupakan masalah yang multi

dimensi yang telah terjadi sejak lama dan tidak ada kecenderungan untuk berubah.

Implikasi dari hal tersebut akan membentuk persepsi public bahwa perbankan syariah

tidak ada bedanya dengan bank konvensional. Permasalahan ini juga terjadi di negara-

Negara yang menerapkan dual banking system seperti di Mesir, Bangladesh, dan

Malaysia. Rendahnya pembiayaan bagi hasil jelas bukanlah kondisi ideal yang

diinginkan. Dengan adanya hal tersebut maka Industri perbankan syariah bersama-sama

dengan Pemerintah maupun Bank Indonesia harus terus menerus mempersiapkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

13

system maupun infrastruktur dengan mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan

pembiayaan bagi hasil. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bagi hasil dapat

dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut: aspek internal bank syariah, aspek nasabah,

aspek regulasi dan aspek pemerintah dan institusi lain.

Aspek internal bank syariah terdiri dari: 1) Pemahaman esensi bank syariah

kurang; 2) Orientasi bisnis lebih diutamakan; 3) Kualitas dan kuantitas Sumber Daya

Insani (SDI) belum memadai; 4) Bank syariah masih bersikap averse to effort ; 5) Bank

syariah masih bersikap averse to risk. Aspek nasabah terdiri dari : 1) Pemahaman

nasabah terhadap esensi bank syariah yang masih rendah; 2) Nasabah masih bersikap

averse to risk. Aspek Regulasi terdiri dari: 1) Kurangnya insentif untuk mendorong

pembiayaan bagi hasil; 2) kurangnya kebijakan pendukung. Aspek Pemerintah dan

Institusi lain terdiri dari: kurangnya komitmen dan dukungan pemerintah yang

menyeluruh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bagi hasil akan dianalisis

menggunakan Metode Analytic Network Proccess dengan langkah-langkah analisis

sebagai berikut: 1) mengumpulkan data dan informasi dari lapangan; 2) memproses

data; 3) menganalisis data; dan 4) membuat rekomendasi untuk mengatasi masalah

yang ada.

Dari permasalahan diatas maka dapat diambil hipotesis penelitian sebagai

berikut:

“Aspek internal bank syariah, aspek nasabah, aspek regulasi, aspek pemerintah dan

institusi lain berpengaruh terhadap rendahnya pembiayaan bagi hasil bank syariah “.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi

rendahnya pembiayaan bagi hasil perbankan syariah di Propinsi Jawa Barat

terutama Kotamadya Bandung, kemudian untuk dapat dipakai sebagai landasan

dalam memberikan berbagai alternative pemecahan dan strategi kebijakan yang

tepat untuk mengatasi masalah yang timbul. Kemudian untuk memberikan masukan

kepada stakeholder yang terkait seperti: industri perbankan syariah; nasabah

peminjam; Bank Indonesia; dan pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

14

yang tepat dalam mengatasi masalah yang ada, dalam rangka mencapai tujuan yang

dinginkan.

2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Bagi Manajemen Bank Syariah

Hasil penelitian ini akan memberikan informasi dan rekomendasi kepada

manajemen terutama Faktor – faktor yang mempengaruhi rendahnya pembiayaan

bagi hasil sehingga bank syariah akan menjalankan fungsi sesuai dengan UU

yang berlaku.

b. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang

diperoleh kedalam kondisi sesungguhnya terutama kinerrja bank syariah.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang Perbankan Syariah sebagai

bahan penelitian lanjutan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbankan Syariah

Perbankan syariah memiliki sejarah yang unik. Lembaga ini dikatakan unik

karena memiliki perbedaan karakteristik dengan perbankan konvensional, sehingga

acuan perbankan Islam bukan perbankan konvensional melainkan Baitutamwil.

Baitulmal merupakan lembaga keuangan pertama yang ada pada zaman Rasulullah.

Lembaga ini hanya berfungsi untuk menyimpan harta kekayaan negara dari zakat,

infaq, sedekah, pajak, dan harta rampasan perang. Namun kemudian pada zaman

pemerintahan para sahabat Nabi, berkembang lembaga lain yang dinamakan

Baitutamwil. Lembaga keuangan Islam ini berfungsi untuk menampung dana-dana

masyarakat untuk diinvestasikan ke proyek-proyek atau pembiayaan perdagangan

yang menguntungkan.

Baitutamwil kemudian berkembang dan menjadi lembaga keuangan Islam yang

cukup diperhitungkan di kawasan Timur Tengah. Akan tetapi, penggunaan nama

Baitutamwil tidak mudah digunakan di beberapa negara-negara Islam yang

dahulunya merupakan jajahan dari negara-negara di kawasan Eropa. Karena di

negara tersebut istilah Baituttamwil tidak dikenal dalam sistem perundang-

undangan negara tersebut yang banyak mewarisi perundangan dari negara yang

menjajah. Atas dasar itulah digunakan nama bank Islam untuk menggantikan nama

Baituttamwil. Di dunia internasional, bank-bank Islam ini tetap menggunakan nama

perbankan meskipun operasionalnya tetap seperti Baituttamwil. Diantaranya adalah

Bahrain Islamic Bank, Islamic Bank of Bangladesh, dan lain-lain.

Berbagai ide untuk membangun suatu lembaga keuangan dengan menggunakan

sistem bagi hasil sudah muncul sejak lama di negara-negara berpenduduk mayoritas

muslim. Namun para pemikir Islam pada saat itu belum memberikan uraian yang

lebih rinci mengenai konsep perbankan Islam. Pada tahun 1940-an upaya untuk

mewujudkan suatu lembaga keuangan Islam dengan basis bagi hasil mulai

menampakaan bentuk secara nyata dengan berdirinya suatu lembaga keuangan yang

mengelola dana-dana jamaah haji. Ini terjadi dan dilakukan di Malaysia dan

Pakistan. Pada tahun 1963, bentuk nyata dari lembaga perbankan Islam ditandai

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

16

dengan berdirinya Mit Ghamr Lokal Saving Bank di Mesir. Sebuah lembaga

keuangan Islam unit desa yang didirikan oleh Prof. Ahmed Najjar. Lembaga ini

berkembang dikarenakan beroperasi dengan prinsip tanpa bunga dan memiliki

banyak kegiatan membantu masyarakat pedesaan. Selain itu bantuan yang diberikan

Raja Faisal dari Arab Saudi membuat lembaga ini mampu memiliki sembilan

cabang dan satu juta nasabah. Namun karena adanya gejolak politik, operasional

Mit Ghamr hanya bertahan sampai tahun 1967. Pada tingkat internasional,

berdirilah Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1974 yang disponsori oleh

negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Tujuan

utamanya adalah untuk menyediakan dana bagi proyek pembangunan di negara-

negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing

untuk negara-negara anggotanya, dan secara eksplisit menyatakan diri berdasarkan

nilai-nilai syariah.

Di Indonesia sendiri, meskipun perbankan Islam baru mulai pada tahun 1992,

namun ide awal mengenai perlunya suatu lembaga keuangan perbankan berbasis

Islam sudah muncul jauh sebelum tahun tersebut. Ketua Pengurus Besar

Muhammadiyah periode 1937-1944, K.H. Mas Mansur berpendapat bahwa

penggunaan bank konvensional sebagai hal yang terpaksa dilakukan karena umat

Islam belum mempunyai bank sendiri yang bebas riba. Pada organisasi

Muhammadiyah, hal ini dilanjutkan dengan diadakannya Mu’tamar Khusus di

Sidoarjo pada tahun 1968 yang menegaskan bahwa :

1. Riba hukumnya haram berdasarkan nash dari Al-Qur’an dan Sunah.

2. Bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya

halal.

3. Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para nasabahnya

dikategorikan sebagai mutasyabihat.

4. Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan terwujudnya

konsep sistem ekonomi terutama lembaga perbankan yang sesuai dengan

kaidah Islam.

Ketegasan keputusan Majelis Tarjih tentang bunga bank, baru ditetapkan ketika

Musyawarah Besar PP Muhammadiyah diadakan di Yogyakarta pada 27 Juni 2006,

tepatnya pada Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, dituangkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

17

pada keputusan Nomor 8 tahun 2006, yang memutuskan bahwa bunga bank adalah

riba, dan jelas keharamannya.

Sebelum tahun 1988 bank Islam belum dapat berdiri karena pada masa tersebut

pemerintah masih menentukan tingkat suku bunga yang berlaku di dalam

perbankan. Karnaen Perwataatmadja, salah seorang pelopor pendirian bank Islam

melihat peluang untuk mendirikan bank Islam dengan menyatakan bahwa bank

tersebut adalah bank dengan bunga 0%. Namun dalam kenyataannya hingga

Oktober 1988 belum ada satupun bank Islam yang berdiri dikarenakan pada saat itu

izin mendirikan bank baru belum dikeluarkan oleh pemerintah.

Setelah dikeluarkannya Paket Kebijakan Oktober (Pakto) 1988 yang mengatur

deregulasi industri perbankan di Indonesia, pada tanggal 22-25 tahun 1990 terjadi

Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta yang

kemudian merekomendasikan untuk dibentuknya sebuah lembaga keuangan syariah

dengan membentuk sebuah kelompok kerja. Pada akhirnya, permintaan yang ada

dari sebagian kalangan masyarakat tersebut dijawab oleh pemerintah dengan sebuah

respon positif pada tahun 1991, dengan didirikannya PT Bank Muamalat Indonesia

melalui akta pendirian yang ditandatangani pada 1 November 1991. Melalui proses

pengumpulan dana yang dilakukan Presiden Soeharto (alm.) di Istana Bogor, maka

pada 1 Mei 1992 Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi.

Pada tahun 1992, perkembangan perbankan Islam mendapatkan angin segar

seiring dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang menandai

dimulainya era sistem perbankan Islam di Indonesia, meskipun belum disebutkan

secara jelas konsep perbankan Islam. Adanya krisis ekonomi dan krisis politik yang

berkepanjangan, memberikan imbas negatif pada dunia perbankan konvensional.

Pada 1 November 1997, kerusakan dunia perbankan di Indonesia mulai terlihat

ketika pemerintah memutuskan untuk menutup enam belas bank secara bersamaan

karena sudah tidak layak beroperasi. Namun pada masa itu, justru perbankan Islam

dapat menunjukan kinerja yang relatif baik dibandingkan dengan kinerja perbankan

konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya penyaluran pembiayaan yang

bermasalah (Non Performing Financing) pada bank Islam dan tidak terjadinya

negative spread dalam kegiatan operasionalnya. Apa yang terjadi ternyata memicu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

18

Presiden B.J Habibie sebagai presiden di era reformasi, beliau memberikan

kekuatan baru atas dasar legal-formal perbankan Islam di Tanah Air dengan

mengeluarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan yang menandai dual

banking system. Pada tahun 2008, dunia perbankan Islam kembali mendapatkan

angin segar dengan disahkannya UU Tentang Perbankan Islam, yaitu UU No.21

Tahun 2008. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah, hingga September 2012

di Indonesia, jumlah perbankan Islam yang sudah beroperasi terdiri dari 11 bank

umum syariah, 24 unit usaha syariah, dan 156 bank perkreditan rakyat syariah.

(Mohammad, Nurul : 2010)

2.2 Falsafah Bank Syariah

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang sistem operasionalnya tidak

menggunakan unsur bunga namun mengacu pada aturan-aturan yang ada dalam Al-

Qur’an dan Hadist. Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

perbankan syariah:

“ Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.”

Dalam lembaga keuangan syariah, kegiatan yang menyimpang dari agama

harus dihindari. Oleh karenanya, bank syariah memiliki falsafah untuk mencari

keridhoan Allah dalam memperolah kebajikan dunia dan akhirat. Berikut ini adalah

falsafah bank operasional bank syariah (Muhammad, 2005) :

1. Menghindari diri dari unsur riba, caranya :

a. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti

keberhasilan suatu usaha (QS. Luqman : 34)

b. Menghindari penggunaan sistem prosentasi untuk pembebanan biaya

terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang

mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis utang/simpanan

tersebut hanya karena berjalannya waktu (QS. Al-Imron : 30)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

19

c. Menghindari sistem perdagangan/penyewaan barang ribawi dengan

imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik

kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim Bab Riba No. 1551 s/d 1567)

d. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan atas

utang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai utang secara sukarela

(HR. Muslim, Bab Riba no 1569 s/d 1572).

2. Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan

Dengan mengacu pada Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 dan An-Nisa ayat

29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar

sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya

pertukaran antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah

berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan

memdorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa,

dapat menghindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi.

2.3 Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil

Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan Islam dengan

lembaga keuangan konvensional terletak pada pengembalian dan pembagian

keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau

yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Sehingga muncullah

istilah bunga dan bagi hasil. Berikut ini adalah tabel perbedaan antara sistem

bunga dan bagi hasil yang dikaji dari berbagai sisi:

Tabel 2.1

Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil

Hal Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil Penentuan besarnya hasil

Sebelumnya Sesudah berusaha, sesudah adanya keuntungan

Yang ditentukan sebelumnya

Bunga, besarnya nilai rupiah

Menyepakati proporsi pembagian untung untuk masih-masing pihak

Jika terjadi kerugian Ditanggung nasabah Ditanggung kedua pihak, nasabah dan Lembaga

Dihitung dari mana? Dari dana yang Dari untung yang diperoleh,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

20

dipinjamkan, fixed, tetap

belum tentu besarnya

Titik perhatian proyek/usaha

Besarnya bunga yang harius dibayar nasabah/pasti diterima bank

Keberhasilan proyek/usaha jadi perhatian bersama : Nasabah dan lembaga

Berapa besarnya ? Pasti : (%) kali jumlah pinjaman yang telah pasti diketahui

Proporsi (%) kali jumlah untung yang belum diketahui

Status hukum Berlawanan dengan QS. Al-Luqman : 34

Melaksanakan perintah QS l-Luqman : 34

Sumber: Muhammad, 2005

2.4 Peran Bank Syariah

Sebagai sebuah bank dengan prinsip khusus, maka bank syariah

diharapkan menjadi lembaga keuangan yang dapat menjembatani antara pemilik

modal atau pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang

membutuhkan dana. Fungsi yang dijalankan Bank Syariah ini diharapkan dapat

menutup kegagalan fungsi sebagai lembaga intermediasi yang gagal

dilaksanakan oleh bank konvensional. Adapun beberapa fungsi didirikannya

Bank Syariah antara lain :

a. Mengarahkan agar umat Islam melaksakan kegiatan muamalahnya

secara Islami dan terhindar dari unsur riba serta gharar. Dimana

kegiatan tersebut selain melanggar aturan Islam juga dapat

memberikan dampak negatif pada perekonomian masyarakat.

b. Dalam rangka menciptakan keadilan dalam bidang ekonomi dengan

melakukan pemerataan pendapatan melalui berbagai kegiatan

investasi, agar tidak terjadi kesenjangan ekonomi antara pemilik

modal dengan mereka yang membutuhkan dana.

c. Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup umat manusia dengan

jalan membuka peluang usaha yang lebih besar, terutama kepada

kelompok miskin serta mengarahkan mereka untuk menjalankan

kegiatan usaha yang produktif.

d. Dalam rangka membantu penanggulangan masalah kemiskinan yang

biasa terjadi di negara-negara berkembang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

21

e. Untuk menjaga tingkat stabilitas dari ekonomi dan moneter dan juga

untuk menghindari persaingan yang tidak sehat yang mngkin dapat

terjadi antara lembaga keuangan.

2.5 Operasional Bank Syariah

Pada umumnya, kegiatan operasional yang dilakukan oleh perbankan

Islam dapat dibagi menjadi tiga bagian besar. Pengelompokan tersebut disajikan

dalam tabel berikut :

Tabel 2.2 Kegiatan Operasional Perbankan Islam

Penghimpunan Dana Penyaluran Dana Jasa-jasa perbankan 1. Wadiah 1. Piutang Rahn

1.1 Giro 1.1 Qardh Wakalah 1.2 Tabungan 1.2 Murabahah Kafalah 2. Mudharabah 1.3 Salam Hawalah 2.1 Tabungan 1.4 Istishna Sharf 2.2 Deposito 2. Investasi

2.1 Mudharabah 2.1.1 Mutlaqah 2.1.2 Muqayyadah 2.2 Musyarakah 3. Sewa

3.1 Ijarah 3.2 Ijarah Muntahiyyah Bittamlik

Sumber : Nurul Huda dan M.Heykal, 2010.

2.6 Tinjauan Umum Pembiayaan

Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva produktif,

menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana Bank Syariah baik

dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat

berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara,

komitmen dan kontinjensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadiah Bank

Indonesia. (PBI No.5/7/PBI/2003)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

22

Sedangkan menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, pada

pasal 1 berbunyi bahwa :

“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.

Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan

pembiayaan akan diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang

kelangsungan usaha bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan

menimbulkan permasalahan dan berhentinya usaha bank .

Dalam bukunya, Muhammad (2005), tujuan pembiayaan dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu tujuan untuk tingkat makro dan mikro.

Secara makro tujuan pembiayaan dilaksanakan untuk :

1. Peningkatan ekonomi umat

2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha

3. Meningkatkan produktivitas

4. Membuka lapangan kerja baru

5. Terjadi distribusi pendapatan

Adapun secara mikro, pembiayaan dilakukan untuk :

1. Upaya memaksimalkan laba

2. Upaya meminimalkan risiko

3. Pendayagunaan sumber ekonomi

4. Penyaluran kelebihan dana

Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Maka dari itu

terdapat pula tujuan pembiayaan terkait stake holder diantaranya:

1. Pemilik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

23

Dari sumber pendapatan di atas, para pemilik mengharapkan akan

memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.

2. Pegawai

Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank

yang dikelolanya.

3. Masyarakat

a. Pemilik dana

Mengharapkan bagi hasil dari dana yang diinvestasikan

b. Debitur yang bersangkutan

Membantu menjalankan usahanya (sektor produktif) maupun pengadaan

barng-barang yang dibutuhkannya (pembiayaan konsumtif)

c. Masyarakat umumnya-konsumen

Memperoleh barang-barang yang dibutuhkan

4. Pemerintah

Membantu dalam pembiayaan pembangunan negara dan perolehan pajak

atas keuntungan dari bank dan/atau perusahaan-perusahaan yang diberikan

pembiayaan.

5. Bank

Hasil dari penyaluran pembiayaan diharapkan dapat meneruskan dan

mengembangkan usahanya agar tetap survival dan memperluas jaringan

usaha sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayani.

2.7 Pembiayaan

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas

penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit

unit. Menurut sifat pengguna-annya, pembiayaan dapat dibagai menjadi:

a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha

produksi,perdagangan,maupuninvestasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

24

b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi, yang akan habis diguna-kan untuk dipakai memenuhi

kebutuhan.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi:

1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan (1)

peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun

secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan (2) untuk

keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal

(capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

Pembiayaan Modal Kerja

Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-komponen alat likuid (cash), piutang

dagang (receivable), dan persediaan (inventory) yang umumnya terdiri dari persediaan

bahan baku (raw material), persediaan barang dalam proses (work in process), dan

persediaan barang jadi (finished goods). Oleh karena itu, pem-biayaan modal kerja

merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing),

pembiayaan piutang (receivable financing), dan pembiayaan persediaan (inventory

financing).

Bank konvensional memberikan kredit modal kerja tersebut, dengan cara memberikan

pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendanai seluruh kebutuhan yang

merupakan kombinasi dari komponen-komponen modal kerja tersebut, baik untuk

keperluan produksi maupun perdagangan untuk jangka waktu tertentu, dengan imbalan

berupa bunga. Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja

tersebut, bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan

partnership dengan nasabah, di mana bank bertindak sebagai penyandang dana

(shahibul maal), sedang-kan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Skema

pembiayaan semacam ini disebut dengan mudharanah (trust financing). Fasilitas ini

dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara

periodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 25: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

25

jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum dibagikan) yang menjadi

bagian bank.

1. Pembiayaan Likuiditas (Cash Financing)

Pembiayaan ini pada umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang

timbul akibat terjadinya ketidaksesuaian (mismatched) antara cash inflow dan cash

outflow pada perusahaan nasabah. Fasilitas yang biasanya diberikan oleh bank

konvensional adalah fasilitas cerukan (overdraft facilities) atau yang biasa disebut

kredit rekening koran. Atas pemberian fasilitas ini bank memperoleh imbalan

manfaat berupa bunga atas jumlah rata-rata pemakaian dana yang disediakan dalam

fasilitas tersebut.

Bank syariah dapat menyediakan fasilitas semacam itu dalam bentuk qardh

timbal balik atau yang disebut compensating balance. Melalui fasilitas ini nasabah

harus membuka rekening giro, dan bank tidak memberikan bonus atas giro tersebut.

Bila nasabah mangalami situasi mismatched, nasabah dapat menarik dana melebihi

saldo yang tersedia sehingga menjadi negatif sampai maksimum jumlah yang

disepakati dalam akad. Atas fasilitas ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan

apa pun, kecuali sebatas biaya administrasi pengelolaan fasilitas tersebut.

2. Pembiayaan Piutang (Receivable Financing)

Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang men-jual barangnya

dengan kredit, tetapi baik jumlah maupun jangka waktunya melebihi kapasitas

modal kerja yang dimilikinya. Bank konvensional biasanya memberikan fasilitas

berupa:

i. Pembiayaan Piutang (Receivable Financing)

Bank memberikan pinjaman dana kepada nasabah untuk mengatasi kekurangan

dana karena masih tertanam dalam piutang. Atas pinjaman itu bank meminta

cessie atas tagihan nasabah tersebut. Pada dasarnya nasabah ber-kewajiban untuk

menagih sendiri piutangnya. Tetapi, bila bank merasa perlu, dengan

menggunakan cessie tersebut bank berhak untuk menagih langsung kepada pihak

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

26

yang berutang. Hasil penagihan tersebut pertama-tama digunakan untuk

membayar kembali pinjaman nasabah berikut bunganya, dan selebihnya

dikreditkan ke rekening nasabah. Bila ternyata piutang tersebut tidak tertagih,

maka nasabah wajib membayar kembali pinjaman tersebut berikut bunganya

kepada bank.

ii. Anjak Piutang (Factoring)

Fasilitas ini diberikan oleh bank dalam bentuk pengambilalihan piutang nasabah.

Untuk keperluan tersebut nasabah mengeluarkan draf (wesel tagih) yang diaksep

oleh pihak yang berutang, atau promissory notes (promes) yang diterbitkan oleh

pihak yang berutang, kemudian diendors oleh nasabah. Draf atau promes

tersebut lalu dibeli oleh bank dengan diskon sebesar tingkat bunga yang berlaku

atau disepakati untuk jangka waktu yang tertera pada draf atau promes tersebut.

Bila pada saat jatuh tempo draf atau promes tersebut ternyata tidak tertagih,

maka nasabah wajib membayar kepada bank sebesar nilai nominal draf tersebut.

Bagi bank syariah, untuk kasus pembiayaan piutang seperti tersebut di atas

hanya dapat dilakukan dalam bentuk al qardh di mana bank tidak boleh meminta

imbalan, kecuali biaya administrasi. Untuk kasus anjak piutang, bank dapat memberikan

fasilitas pengambil-alihah piutang, yaitu yang disebut hiwalah. Tetapi untuk fasilitas ini

pun bank tidak dibenarkan meminta imbalan kecuali biaya layanan atau biaya

administrasi dan biaya penagihan. Dengan demikian, bank syariah meminjamkan uang

(qardh) sebesar piutang yang tertera dalam dokumen piutang (wesel tagih atau promes)

yang diserahkan kepada bank tanpa potongan. Hal itu adalah bila ternyata pada saat

jatuh tempo hasil tagihan itu digunakan untuk melunasi utang nasabah kepada bank.

Tetapi bila ternyata piutang tersebut tidak ditagih, maka nasabah harus membayar

kembali utangnya itu kepada bank. Selain itu, sebagian ulama memberikan jalan keluar

berupa pembelian surat utang (bai’ al dayn), tetapi sebagian ulama melarangnya .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 27: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

27

3. Pembiayaan Persediaan (Inventory Financing)

Pada bank konvensional dapat kita jumpai adanya kredit modal kerja yang

dipergunakan untuk mendanai pengadaan persediaan (inventory financing). Pola

pembiayaan ini pada prinsipnya sama dengan kredit untuk mendanai komponen modal

kerja lainnya, yaitu memberikan pinjaman dengan bunga.

Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk me-menuhi kebutuhan

pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan menggunakan prinsip jual-beli

(al bai’) dalam dua tahap. Tahap pertama, bank mengadakan (membeli dari suplier

secara tunai) barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual

kepada nasabah pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil keun-

tungan yang disepakati bersama, antara bank dengan nasabah. Ada beberapa skema jual-

beli yang dipergunakan untuk meng-approach kebutuhan tersebut yaitu:

i. Bai’ al Murabahah

Pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri dari biaya pengadaan bahan

baku dan penolong. Melalui proses produksi, bahan baku tersebut akan menjadi

barang setengah jadi, kemudian menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Bila

barang jadi itu dijual dengan kredit, ia berubah menjadi piutang, dan melalui

proses collection akan berubah menjadi kas kembali.

Pembiayaan ini juga dapat diberikan kepada nasabah yang hanya membutuhkan

dana untuk pengadaan bahan baku dan bahan penolong. Sementara itu, biaya

proses produksi dan penjualan, seperti upah tenaga kerja, biaya pengepakan,

biaya distribusi, serta biaya-biaya lainnya dapat ditutup dalam jangka waktu

sesuai dengan lamanya perputaran modal kerja tersebut, yaitu dari pengadaan

persediaan bahan baku, sampai terjualnya hasil produksi, dan hasil penjualan

diterima dalam bentuk tunai (cash).

ii. Bai’ al Istishna’

Bila nasabah juga membutuhkan pembiayaan untuk proses produksi sampai

menghasilkan barang jadi, bank dapat memberikan fasilitas bai’ al istishna’.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 28: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

28

Melalui fasilitas ini bank melakukan pemesanan barang dengan harga yang

disepakati kedua belah pihak (biasanya sebesar biaya produksi ditambah

keuntungan bagi produsen, tetapi lebih rendah dari harga jual) dan dengan

pembayaran di muka secara bertahap, sesuai dengan tahap-tahap proses

produksi. Setiap selesai satu tahap, bank meneliti spesifikasi dan kualitas work in

process tersebut, kemudian melakukan pembayaran untuk proses tahap

berikutnya, sampai tahap akhir dari proses produksi tersebut hingga berupa

bahan jadi. Dengan demikian, kewajiban dan tanggung jawab pengusaha adalah

keberhasilan proses produksi tersebut sampai menghasilkan barang jadi sesuai

dengan kuantitas dan kualitas yang telah diperjanjikan. Bila produksi gagal,

pengusaha berkewajiban menggantinya, apakah dengan cara memproduksi lagi

ataupun dengan cara membeli dari pihak lain.

Setelah barang selesai, maka produk tersebut statusnya menjadi milik bank.

Tentu saja bank tidak bermaksud membeli barang itu untuk dimiliki, melainkan

untuk segera dijual kembali dengan mengambil keuntungan. Pada saat yang

kurang lebih bersamaan dengan proses pemberian fasilitas bai’ al istishna’

tersebut, bank juga telah mencari potential purchaser dari produk yang dipesan

oleh bank tersebut. Dalam praktiknya, potential buyer tersebut telah diperoleh

nasabah. Kombinasi pembelian dari nasabah produsen dan penjualan kepada

pihak pem-beli itu menghasilkan skema pembiayaan berupa istishna’ paralel atau

istishna’wal murabahah, dan bila hasil produksi tersebut disewakan, skemanya

menjadi istishna’ wal ijarah. Bank memperoleh keuntungan dari selisih harga

beli (istishna’) dengan harga jual (murabahah atau dari hasil sewa (ijarah).

iii. Bai’ as Salam

Untuk produksi yang prosesnya tidak dapat diikuti, seperti produksi pertanian,

bank dapat memberikan fasili-tas bai’ al salam. Melalui fasilitas ini bank

melakukan pemesanan barang kepada nasabah dengan pembayaran di muka

secara sekaligus, dan nasabah berkewajiban mendeliver barang tersebut pada

tanggal yang disepakati dalam kontrak. Pada waktu yang bersamaan bank dapat

mencari pembeli atas produk tersebut. Kombinasi ini disebut salam paralel.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 29: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

29

Bila produksi itu dilakukan secara terus-menerus dan perputaran modal kerja

tersebut telah sedemikian secepatnya sehingga nasabah memerlukan pembiayaan

modal kerja secara cepat, maka skema pembiayaan yang paling tepat adalah al

mudharabah.

4. Pembiayaan Modal Kerja untuk Perdagangan

i. Perdagangan Umum

Perdagangan umum adalah perdagangan yang dilaku-kan dengan target pembeli

siapa saja yang datang membeli barang-barang yang telah disediakan di tempat

penjual, baik pedagang eceran (retailer) maupun pedagang besar (whole seller). Pada

umumnya perputaran modal kerja (working capital turnover) perdagangan semacam

ini sangat tinggi, tetapi pedagang harus mempertahankan sejumlah persediaan yang

cukup, karena barang-barang yang dijual itu sebatas jumlah persediaan yang ada atau

telah dikuasai penjual. Untuk pembiayaan modal kerja perdagangan jenis ini skema

yang paling tepat adalah skema mudharabah.

ii. Perdagangan Berdasarkan Pesanan

Perdagangan ini biasanya tidak dilakukan atau diselesai-kan di tempat penjual, yaitu

seperti perdagangan antarkota, perdagangan antarpulau, atau perdagangan

antarnegara. Pembeli terlebih dulu memesan barang-barang yang dibutuhkan kepada

penjual berdasarkan contoh barang atau daftar barang serta harga yang ditawarkan.

Biasanya pembeli hanya akan membayar apabila barang-barang yang dipesan telah

diterimanya. Hal ini untuk menghindari kemungkinan risiko akibat ketidakmampuan

penjual memenuhi pesanan, atau ketidaksesuaian jumlah dan kualitas barang yang

dikirimkan dengan spesifikasi yang dimaksud dalam surat penawaran atau

pemesanan.

Berdasarkan pesanan itu penjual lalu mengumpulkan barang-barang yang

diminta, dengan cara membeli atau memesan, baik dari produsen maupun dari pedagang

lainnya. Setelah terkumpul, barulah dikirimkan kepada pembeli sesuai pesanan. Apabila

barang telah dikirim, maka penjual juga menghadapi kemungkinan risiko tidak

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 30: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

30

dibayarnya barang yang dikirimnya itu. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi

kedua belah pihak, bank konvensional telah memberikan jalan keluarnya, yaitu fasilitas

letter of credit (L/C). Bank syariah telah dapat mengadopsi mekanisme L/C itu dengan

menggunakan skema al wakalah, al musyarakah, al mudha-rabah, ataupun al

murabahah. Dalam hal al wakalah, bank syariah hanya memperoleh pendapatan berupa

fee atas jasa yang diberikannya.

Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan investasi,

yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha,

ataupun pendirian proyek baru. Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah: (1) Untuk

pengadaan barang-barang modal; (2) Mempunyai perencanaan alokasi dana yang

matang dan terarah;(3). Berjangka waktu menengah dan panjang.

Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan

pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas

(projected cash flow) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehinga

akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi.

Kemudian, baru disusun jadwal amortisasi yang merupakan angsuran (pembayaran

kembali) pembiayaan.

Penyusunan proyeksi arus kas ini harus disertai pula dengan perkiraan keadaan-

keadaan pada masa yang akan datang, me-ngingat pembiayaan investasi memerlukan

waktu yang cukup panjang. Untuk memperkirakannya perlu diadakan perhitungan dan

penyusunan proyeksi neraca dan rugi laba (projected balance sheet and projected

income statement) selama jangka waktu pem-biayaan. Dari perkiraan itu akan diketahui

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (earning power) dan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajibannya (solvency). Melihat luasnya aspek yang

harus dikelola dan dipantau, maka untuk pembiayaan investasi bank syariah

menggunakan skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini bank memberikan

pembiayaan dengan prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan

penyertaannya, dan pemilik perusahaan akan mengam-bil alih kembali, baik dengan

menggunakan surplus cash flow yang tercipta maupun dengan menambah modal, baik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 31: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

31

yang berasal dari setoran pemegang saham yang ada ataupun dengan mengundang

pemegang saham baru.

Skema lain yang dapat digunakan oleh bank syariah adalah al ijarah al muntahia

bittamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri dengan pemilikan.

Sumber perusahaan untuk pembayaran sewa ini adalah amortisasi atas barang modal

yang bersangkutan, surplus, dan sumber-sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan.

Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk me-menuhi kebutuhan tersebut.

Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan

kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang,

seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti

pendidikan dasar dan pengobatan. Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan

tambahan, yang secara kuan-titatif maupun kualitatif lebih tingi atau lebih mewah dari

kebutuhan primer, baik berupa barang, seperti makanan dan minuman, pakaian/

perhiasan, bangunan rumah, kendaraan, dan sebagainya, maupun berupa jasa seperti

pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan, dan sebagainya.

Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk

pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah,

seperti rumah dan kendaraan bermotor, yang kemudian menjadi barang jaminan utama

(main collateral). Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan jasa, bank meminta jaminan

berupa barang lain yang dapat diikat sebagai collateral. Sumber pembayaran kembali

atas pembiayaan tersebut berasal dari sumber pendapatan lain, dan bukan dari

eksploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas ini.

Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan

barang konsumsi dengan menggunakan skema: (1). Al bai’ bi tsaman ajil (salah satu

bentuk murabahah) atau jual-beli dengan angsuran; (2). Al ijarah al muntahia bit tamlik

atau sewa beli; (3). Al musyarakah mutanaqhishah atau descreasing participation, di

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 32: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

32

mana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya; (4). Ar Rahn untuk

memenuhi kebutuhan jasa.

Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk pemenuhan

kebutuhan sekunder. Sedangkan kebutuhan primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi

dengan pembiayaan komersil. Seseorang yang belum mampu memenuhi kebutuhan

pokoknya tergolong fakir atau miskin, dan oleh karena itu ia wajib diberikan zakat atau

shadaqah, atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan (al qardh al hasan), yaitu

pinjaman dengan kewajiban pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apa

pun.

2.8 Gambaran Umum ANP

Analytic Network Process atau ANP adalah teori umum pengukuran relatif yang

digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu yang

mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen-elemen yang saling berinteraksi

berkenaan dengan kriteria kontrol. ANP merupakan teori matematika yang

memungkinkan seseorang mencari solusi rendahnya pembiayaan bagi hasil di

Perbankan Syariah Indonesia untuk memperlakukan dependence dan feedback secara

sistematis yang dapat menangkap dan mengkombinasi faktor-faktor tangible dan

intangible. ANP merupakan pendekatan baru dalam proses pengambilan keputusan yang

memberikan kerangka kerja umum dalam memperlakukan keputusan-keputusan tanpa

membuat asumsi-asumsi tentang independensi elemen-elemen pada level yang lebih

tinggi dari elemen-elemen pada level yang lebih rendah dan tentang independensi

elemen-elemen dalam suatu level. Malahan ANP menggunakan jaringan tanpa harus

menetapkan level seperti pada hierarki yang digunakan dalam Analytic Hierarchy

Process (AHP), yang merupakan titik awal ANP. Konsep utama dalam ANP adalah

influence atau pengaruh, sementara konsep utama dalam AHP adalah preferrence

(preferensi). AHP dengan asumsi-asumsi dependensinya tentang cluster dan elemen

merupakan kasus khusus ANP.

Pada jaringan AHP terdapat level tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif,

dimana masing-masing level memiliki elemen. Sementara itu, pada jaringan ANP, level

dalam AHP disebut cluster yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 33: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

33

yang sekarang disebut simpul. Dengan feedback, alternatif-alternatif dapat

bergantung/terikat pada kriteria seperti pada hierarki tetapi dapat juga bergantung/terikat

pada sesama alternatif. Lebih jauh lagi, kriteria- kriteria itu sendiri dapat tergantung

pada alternatif-alternatif dan pada sesama kriteria. Sementara itu, feedback

meningkatkan prioritas yang diturunkan dari judgements dan membuat prediksi menjadi

lebih akurat. Oleh karena itu, hasil dari ANP diperkirakan akan lebih stabil.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 34: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

34

III. METODE PENELITIAN

1. Untuk dapat mencapai tujuan penelitian diatas maka digunakan tiga tahapan

kegiatan dalam penelitian yaitu :

i. Studi Pustaka

Studi ini terutama sekali diarahkan untuk memperoleh landasan teori dengan

maksud untuk digunakan di dalam analisis kasus. Dasar-dasar teoritis ini

diperoleh dari literatur-literatur, majalah-majalah ilmiah maupun tulisan-

tulisan ilmiah lainnya yang banyak hubungannya dengan masalah yang

diteliti.

ii. Studi Lapangan

Studi ini dilakukan secara langsung ke lapangan untuk mengadakan

pengamatan dan pengambilan data terhadap objek penelitian. Di samping itu

data diperoleh dengan cara menggunakan questioner dan wawancara

dengan pihak yang berkepentingan dengan masalah yang diteliti.

iii. Analisis Kasus

Setelah data diperoleh sebagai hasil dari studi lapangan, maka selanjutnya

dilakukan analisis terhadap kasus tersebut. Analisis ini dilakukan dengan

mendasarkan diri pada teori-teori yang telah dipelajari dalam studi pustaka

untuk diterapkan pada kenyataan yang ada. Untuk mendapatkan gambaran

mendalam maka dilakukan cara: Focus Group Discussion (FGD) dan

Indepth Interview. Hasilnya kemudian dipergunakan sebagai dasar

merancang model dalam kerangka metode Analytic Network Process (ANP)

beserta model kuesionernya untuk mendapatkan data yang diperlukan. ANP

ini digunakan untuk mencari prioritas alternatif solusi dan strategi kebijakan

yang tepat dan optimal.

2. Operasional Variabel terdiri dari:

1. Aspek internal bank syariah terdiri dari: 1) Pemahaman esensi bank

syariah kurang; 2) Orientasi bisnis lebih diutamakan; 3) Kualitas dan

kuantitas Sumber Daya Insani (SDI) belum memadai; 4) Bank syariah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 35: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

35

masih bersikap averse to effort; 5) Bank syariah masih bersikap averse to

risk.

2. Aspek Nasabah terdiri dari: 1) Pemahaman nasabah terhadap esensi bank

syariah yang masih rendah; 2) Nasabah masih bersikap averse to risk.

3. Aspek Regulasi terdiri dari: 1) Kurangnya insentif untuk mendorong

pembiayaan bagi hasil; 2) kurangnya kebijakan pendukung.

4. Aspek Pemerintah dan Institusi lain terdiri dari: kurangnya komitmen dan

dukungan pemerintah yang menyeluruh.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 36: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan ibu kota

provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kota Bandung terletak pada koordinat

107 o 36 o Bujur Timur dan 6o 55o lintang selatan. Wilayah Kota Bandung

dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km, dimana sungai utamanya yaitu

sungai Cikapundung beserta anak-anak sungainya pada umumnya mengalir

kearah Selatan dan bermuara ke Sungai Citarum.

Dilihat dari posisi geografis, Kota Bandung berada pada lokasi yang

sangat strategis bagi perekonomian nasional, karena terletak pada pertemuan

poros jalan utama di Pulau Jawa, yaitu:

1. Barat-Timur, pada pada posisi Kota Bandung menjadi poros tengah yang

menghubungkan anatara Ibu Kota Propinsi Banten dan Jawa Tengah.

2. Utara-Selatan, selain menjadi penghubung utama Ibukota Negara dengan

Wilayah Selatan, juga menjadi lokasi titik temu antara daerah penghasil

perkebunan, peternakan dan perikanan.

Posisi strategis Kota Bandung juga terlihat dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN), dimana kota Bandung ditetapkan dalam system perkotaan nasional

sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan

Bandung Raya. Selain itu, Kota Bandung juga ditetapkan sebagai Kawasan

Andalan Cekungan Bandung yaitu kawasan yang memiliki nilai strategis

nasional.

Kota Bandung sebagai ibu kota propinsi Jawa Barat, secara administratif

berbatasan dengan beberapa daerah kabupaten/kota lainnya yaitu:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten

Bandung Barat.

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota

Cimahi.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung,

4. Sebelah Seletan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 37: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

37

Kota Bandung mempunyai luas wilayah 16.729,65 Ha dan wilayah Kota

Bandung dibagi menjadi beberapa wilayah administrative, yang terdiri atas: 30

Kecamatan, 151 Kelurahan, 1.558 Rukun Warga (RW) dan 9.678 Rukun

Tetangga (RT).

Perkembangan penduduk di kota bandung selama ini menunjukan

peningkatan, dapat dilihat dari jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak

2.394.873 jiwa menjadi sebanyak 2.412.148 jiwa pada tahun 2011 sehingga laju

pertumbuhan penduduk kota bandung pada tahun 2011 adalah 1,1 %. Komposisi

penduduk di kota bandung menurut jenis kelamin relative seimbang selama

periode 2010-2011 dimana penduduk pria sebesar 50,7 % dan penduduk wanita

49,3 %. Jumlah angkatan kerjanya meningkat sebesar 4,66 % jika dibandingkan

dengan tahun 2010. Tingkat pengangguran di kota bandung mengalami

penurunan dari 12,17 % tahun 2010 menjadi 10,34 % pada tahun 2011.

Nilai dan kontribusi sektoral (lapangan usaha) PDRB Kota Bandung

tahun 2010-2011, yang paling besar menyumbang adalah sector perdagangan,

hotel dan restoran sebesar 40,61 % dan 40,64 % ( berdasarkan harga berlaku).

Dan sector kedua terbesar adalah sector industry pengolahan sebesar 24,38 %

tahun 2010 dan tahun 2011 sebesar 24,70 %. Untuk sector ketiga yang terbesar

adalah sector pengangkutan dan komunikasi sebesar 11,59 % pada tahun 2011.

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung mengalami kenaikan

dari tahun 2006 sebesar 7,83 % menjadi 8,58 % pada tahun 2011. Tenyata LPE

Kota Bandung lebih tinggi dibandingkan dengan LPE Nasional sebesar 5,83 %

selama periode tersebut.

Inflasi di Kota Bandung mengalami penurunan dari tahun 2010 sebesar

4,53 % menjadi 2,75 % pada tahun 2011. Dan inflasi di Kota Bandung bila

dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional relative lebih kecil yang berada di

level 3,79 %.

Di bidang Perbankan terutama perbankan syariah sangat pesat

perkembangannya, pada tahun 2006 jumlah jaringan kantor perbankan syariah

sebanyak 637 kantor (Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah) menjadi 2.323 kantor pada bulan Mei tahun 2012.

Untuk Jawa Barat, kinerja intermediasi perbankan syariah yang ditunjukan oleh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 38: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

38

perkembangan FDR (Financing to Deposit Ratio) pada triwulan ke II-2012

mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan ke I-2012. Kenaikan

FDR dari 94,06 % menjadi 97,55 %, ini menggambarkan terjadinya peningkatan

pembiayaan dibandingkan dengan penghimpunan dana.

Dari sisi pembiayaan perbankan syariah di Jawa Barat pada periode 2

tahun 2012 tumbuh sebesar 56,97 % (yoy). Di sisi lain rasio Non Performing

Financing (NPF) mengalami penurunan dari 2,89 % pada triwulan I-2012

menjadi 2,64 % pada triwulan II-2012.

Berdasarkan diskusi dengan pimpinan Bank syariah di kota Bandung

(hanya dihadiri 1 orang pimpinan bank dari BII Syariah yang lainya hanya

perwakilan saja) ternyata kondisi bank syariah pada saat ini adalah kondisinya

sebagai berikut:

No Keterangan Bank Syariah

1 Sistem Perbankan Dual Banking System

2 Awal berdirinya Bank Islam 1992

3 Pangsa perbankan syariah

Pertumbuhan tahun 2011:

a. Aset: 48,10%

b. DPK: 52,79%

c. Pembiayaan: 46,43%

Tahun 2004: 1 %

Tahun 2011: 9,1%

4 Komposisi Pembiayaan

a. Mudharabah

b. Musyarakah

c. Murabahah

d. Lain-lain

8,26%

14,45%

42,42%

34,87%

5 Regulasi: a. Portfolio b. Margin c. Kolektibilitas

-

-

Bagi hasil lebih ketat dari

murabahah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 39: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

39

6 Kedudukan Dewan Syariah Independen, di luar bank sentral

7 Jumlah Bank Islam:

a. Bank Umum Syariah

b. Unit Usaha Syariah

11

23

8 Praktek Perbankan Syariah: a. Mudharabah b. Musyarakah c. Murabahah d. Persetujuan Produk

Ada collateral

Ada collateral

Tidak ada gudang

Rekomendasi Bank Sentral

9 Non Performing Financing 3,11%

10 Penyaluran kredit perbankan syariah ke

sektor UMKM

55,92 %

11 Sumber Daya Insani (SDI) Hampir semuanya dari bank

konvensional

12 Komposisi Penduduk:

Muslim: +/- 80%

Dari tabel diatas kita lihat ternyata pembiayaan syariah sangat rendah seperti

Mudharabah (8,26%) dan Musyarakah (14,45%) dibandingkan dengan

pembiayaan nonbagi hasil pada portfolio pembiayaan bank syariah seperti

Murabahah (42,42%) dan lebih khusus penyaluran kredit perbankan syariah ke

sektor UMKM sebesar 55,92 % dari total keseluruhan.

Permasalahan penggunaan pembiayaan bagi hasil yang masih sangat

rendah ini merupakan masalah yang tidak sederhana, bahkan merupakan masalah

yang memiliki multi dimensi. Masalah rendahnya pembiayaan bagi hasil atau

dominasi pembiayaan nonbagi hasil (khususnya murabahah), di perbankan syariah

akan dianalisis dengan menggunakan Analytic Network Process (ANP) tetapi data

sangat susah diperoleh karena kesibukan pemimpin bank syariah di kota Bandung

serta ada rahasia bank yang tidak boleh dipublikasikan. Dalam analisis ANP jumlah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 40: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

40

sampel/responden tidak digunakan sebagai patokan validitas. Syarat responden yang

valid dalam ANP adalah bahwa mereka adalah orang-orang yang ahli di bidangnya.

Maka pendekatan Analytic Network Process (ANP) tidak bisa digunakan untuk

menganalisis permasalahan ini, sehingga digunakan analisis dari pakar bank syariah

untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pembiayaan

perbankan syariah untuk UMKM di kota Bandung.

Beberapa pakar telah mencoba mengidentifikasi sumber-sumber penyebab

terjadinya masalah yang kelihatannya sulit diuraikan ini. Dari berbagai pendapat

pakar, penyebab rendahnya pembiayaan bagi hasil dapat dilihat dari empat sisi,

yaitu: 1) internal bank syariah; 2) nasabah; 3) regulasi; dan 4) pemerintah dan

institusi lain, dengan rincian sebagai berikut:

a. Internal bank syariah:

1. Kualitas sumber daya insani (SDI) yang belum memadai untuk menangani,

memproses, memonitor, menyelia,dan mengaudit berbagai proyek bagi hasil;

2. Aversion to effort, karena penanganan pembiayaan bagi hasil tidak semudah

penanganan pembiayaan sekunder;

3. Berkurangnya fleksibilitas dalam penggunaan dana, karena pembiayaan bagi

hasil bersifat full-equity based investment;

4. Aversion to risk karena takut kehilangan kepercayaan dari depositor ketika

tingkat bagi hasil menurun;

5. Bank syariah belum dapat menanggung risiko besar, karena belum memiliki

bentuk keahlian yang dibutuhkan untuk memproses, memonitor, menyelia

dan mengaudit berbagai proyek.

6. Adverse selection, karena pengusaha menjalankan usaha yang menguntungkan

tidak mau untuk membagi keuntungannya yang besar dengan bank syariah

syariah ketika pembiayaan dengan bunga masih memungkinkan; dan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 41: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

41

7. Kompetisi ketat dengan bank konvensional memaksa bank syariah harus

menyediakan pembiayaan alternatif yang berisiko lebih kecil;

8. Tidak dapat membiayai modal kerja usaha, karena fleksibilitas dari fasilitas

overdraft tidak mudah ditiru menurut ketentuan Islam;

9. Tidak dapat membiayai usaha kecil, karena tidak adanya personal

guarantee maupun collateral;

10. Tidak dapat membiayai proyek jangka panjang, karena rumit dan makan

waktu dari sisi prosedur, kurangnya pengalaman dan keahlian SDI, dan

kurangnya fleksibilitas penggunaan dana akibat modal tertanam untuk jangka

waktu lama;

11. Tidak dapat membiayai proyek jangka pendek, karena tingginya risiko;

12. Keterbatasan peran bank sebagai investor (ketidakseimbangan hak-hak

manajemen dan kontrol), terutama dalam hal pembiayaan mudharabah;

13. Biaya informasi yang meningkat, terutama dengan pembiayaan

mudharabah;

14. Tidak adanya buku petunjuk syariah yang lengkap dan komprehensif untuk

memudahkan pelaksanaan;

15. Tidak adanya metodologi analisa dan pengukuran risiko investasi syariah

untuk analisa yang lebih baik;

16. Tidak adanya petunjuk manajemen syariah yang lengkap dan

komprehensif untuk memudahkan manajemen.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 42: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

42

b. Nasabah bank Syariah:

1. Sebagian nasabah penyimpan/peminjam bersifat risk averse, karena belum

terbiasa dengan kemungkinan rugi dan sudah terbiasa dengan sistem bunga;

2. Moral hazard, karena pengusaha enggan menyampaikan laporan

keuangan/keuntungan yang sebenarnya untuk menghindari pajak dan

untuk menyembunyikan keuntungan yang sebenarnya;

3. Permintaan pembiayaan bagi hasil masih kecil dari nasabah.

c. Regulasi:

1. Kurangnya dukungan dari regulator, karena tidak melakukan inisiatif-

inisiatif untuk mengadakan perubahan-perubahan peraturan dan institusional

yang diperlukan untuk mendukung bekerjanya sistem perbankan syariah dengan

baik;

2. Tidak adanya institusi pendukung untuk mendorong penggunaan bagi hasil;

3. Tidak adanya prosedur operasional yang seragam;

d. Pemerintah dan Institusi lain:

1. Tidak ada kebijakan pendukung yang mendorong penggunaan pembiayaan bagi

hasil untuk proyek-proyek pemerintah;

2. Perlakuan pajak yang tidak adil, yang memperlakukan keuntungan sebagai

objek pajak sedangkan bunga bebas dari pajak;

3. Pasar sekunder instrumen keuangan syariah belum ada, sehingga menyulitkan

bank untuk menyalurkan atau mendapatkan akses likuiditas sesuai syariah;

4. Hak kepemilikan yang tidak jelas, karena pembiayaan bagi hasil memerlukan

adanya hak kepemilikan yang jelas dan berlaku efisien;

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 43: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

43

5. Tidak adanya satu kata dalam aturan-aturan syariah.

Dari hasil diskusi tersebut diatas, bahwa masalah-masalah pada masing-

masing aspek, mengerucut pada sepuluh masalah utama yang meliputi lima

masalah dari sisi internal bank syariah, dua masalah dari sisi nasabah, dua masalah

dari sisi regulasi, dan satu masalah dari sisi pemerintah dan institusi lain. Lebih

rincinya sebagai berikut:

a. Internal Bank:

1) Pemahaman terhadap esensi bank syariah kurang;

2) Orientasi bisnis lebih diutamakan;

3) Kualitas dan kuantitas SDI belum memadai;

4) Bank syariah masih bersikap averse to effort; dan

5) Bank syariah masih bersikap averse to risk.

b. Nasabah:

1) Pemahaman nasabah terhadap esensi bank syariah yang masih rendah;

2) Nasabah masih bersikap averse to risk.

c. Regulasi:

1) Kurangnya insentif untuk mendorong pembiayaan bagi hasil;

2) Kurangnya kebijakan pendukung.

d. Pemerintah dan Institusi Lain:

1) Kurangnya komitmen dan dukungan pemerintah yang menyeluruh.

Dari hasil diskusi lanjutan berbagai usulan alternatif solusi pemecahan

masalah diatas pada akhirnya dapat dirangkum menjadi lima alternatif:

1. Peningkatan pemahaman/kualitas SDI (internal);

2. Pengembangan produk yang menarik dan sederhana (internal);

3. Sosialisasi perbankan syariah dan produknya (nasabah);

4. Revisi semua regulasi yang kurang mendukung, memberlakukan system

Insentif, dan /atau menerapkan regulasi tegas (regulasi);

5. Menata kembali fungsi, struktur, dan hubungan DSN, DPS, BI, (dan

Konsultan, jika memungkinkan) agar tercipta sinergi yang harmonis

(pemerintah/institusi lain).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 44: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

44

Lebih jauh lagi, untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia

menuju the real Islamic bank yang diinginkan, dan khususnya untuk

meningkatkan porsi pembiayaan bagi hasil, tiga strategi pengembangan diusulkan:

1. Market driven strategy, yaitu strategi mengikuti keinginan/keadaan

pasar sehingga diharapkan pemerintah/regulator tidak membuat

kebijakan/regulasi langsung yang mengandung unsur intervensi yang

akan mengganggu pasar, namun sebaliknya membuat regulasi agar

mekanisme pasar berjalan lancar;

2. Supply led strategy, yaitu strategi untuk mengarahkan pasar sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah/regulator dengan membuat

regulasi-regulasi langsung kearah tujuan;

3. Directed market driven strategy, yaitu strategi mengikuti pasar dengan

mengarahkan secara tidak langsung kearah yang diinginkan.

Dari hasil diskusi juga ada kesamanan persepsi, bahwa antara kalangan

perbankan dan pakar memiliki persepsi yang sama dalam melihat

permasalahan rendahnya pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah yaitu

terpusat pada aspek internal bank dan regulasi.

Pada aspek internal perbankan, kurangnya pemahaman, kualitas, dan

kuantitas SDI di perbankan syariah merupakan permasalahan utama. Kurangnya

pemahaman SDI perbankan syariah terutama disebabkan karena hampir semua

SDI perbankan syariah berasal dari perbankan konvensional sehingga perilaku

mereka cenderung seperti perilaku seorang conventional bankers, bukan

Islamic bankers. Selain itu, rendahnya kualitas SDI perbankan syariah, selain

karena mereka datang dari bank konvensional, pada umumnya mereka tidak

diberi training yang memadai sebagai bekal mereka untuk dapat bekerja dengan

baik sebagai Islamic bankers. Hal ini selaras dengan pendapat sebagian pakar

bahwa pangkal masalah yang timbul di internal perbankan syariah adalah

masalah paradigma atau mindset. Mereka berpendapat apabila masalah ini

dapat terselesaikan, maka masalah-masalah lain akan terpecahkan atau menjadi

bukan masalah lagi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 45: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

45

Pengalaman di negara Sudan menunjukkan bahwa keberhasilan dari

pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) sangat ditentukan oleh

pihak perbankan yang benar-benar memahami seluk-beluk bisnis yang akan

dibiayai sehingga perbankan yang sukses dalam menyalurkan pembiayaan

berbasis bagi hasil adalah perbankan yang dari awalnya memang

berbisnis secara syariah, dimana para bankersnya memiliki pengalaman bisnis

yang mendalam, sehingga tidak berperilaku menghindar dari risiko. Dalam

kaitannya dengan hasil survey menunjukkan bahwa bank syariah di Bandung

cenderung menghindari risiko. Kondisi ini tidak terlepas dari keterbatasan SDI

yang ada di perbankan syariah. Hal ini sangat terkait erat dengan

paradigma konvensional yang dibawa oleh SDI ketika mereka pindah ke

perbankan syariah. Oleh sebab itu perubahan cara berpikir atau paradigma dari

konvensional ke syariah dari SDI perbankan syariah sepertinya diperlukan

untuk dapat mengatasi masalah-masalah SDI ini, masalah-masalah internal

perbankan syariah lainnya, maupun beberapa masalah eksternal yang

dirasa memberatkan. Sebagai contoh, ketentuan mengenai jaminan untuk

pembiayaan bagi hasil di Sudan dipatok sebesar 125%, dan jaminan ini bukan

untuk menjamin modal atau capital, melainkan untuk menjamin

penyalahgunaan atau kelalaian nasabah. Namun demikian, hal ini tidak menjadi

hambatan bagi bank maupun nasabah untuk memilih pembiayaan bagi hasil.

Dari aspek regulasi antara perbankan maupun pakar memiliki persepsi

yang sama, yaitu kebijakan yang ada kurang mendukung terhadap penyaluran

pembiayaan bagi hasil. Salah satu contoh kebijakan yang paling banyak

disoroti adalah masalah ketentuan kolektibilitas bagi skim pembiayaan

mudharabah dan musyarakah yang dirasa memberatkan bank. Apabila

hal ini memang merupakan keadaan yang dirasakan oleh sebagian besar pelaku

perbankan syariah, maka aturan-aturan yang kurang mendukung perlu untuk

dievaluasi kembali. Sementara itu, ketentuan-ketentuan yang bersifat

mendorong dan memberi insentif untuk penyaluran pembiayaan bagi hasil

perlu dipertimbangkan. Dalam hal ini kebijakan Negara lain (Bank Of

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 46: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

46

Sudan) dapat juga dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dimana tingkat

peringatan kolektibilitas untuk pembiayaan bagi hasil dibuat lebih longgar

dari pembiayaan murabahah. Pembiayaan mudharabah dan musyarakah

diklasifikasikan lancar sampai dengan tiga bulan setelah jangka waktu berakhir,

tanpa melihat kondisi pembiayaan maupun bagi hasil yang diberikan (untung/

rugi). Sementara itu, pembiayaan murabahah sudah dapat diklasifikasikan

sebagai nonperforming (kurang lancar) apabila terdapat tunggakan yang

melebihi satu bulan.

Masalah berikutnya yang perlu juga mendapat perhatian adalah

kurangnya dukungan pemerintah dan institusi terkait yang menyeluruh

yang juga menghambat penyaluran pembiayaan bagi hasil. Salah satunya

adalah belum jelasnya fungsi, struktur, dan hubungan antara Dewan Syariah

Nasional (DSN), Dewan Pengawas Syariah (DPS), dan Bank Indonesia

sebagai regulator dan pengawas. Kejelasan fungsi, struktur, dan hubungan

diantara institusi terkait tersebut sangat diperlukan agar kerjasama yang sinergis

dan harmonis dapat tercipta untuk bersama-sama mendorong penyaluran

pembiayaan bagi hasil. Beberapa negara, seperti Malaysia dan Sudan,

menempatkan DSN di dalam bank sentral sehingga kerja sama lebih

efektif. Untuk itu perlu dilakukan kajian apakah hal ini dapat diterapkan di

Indonesia.

Dilihat dari sisi sumber permasalahan antara perbankan dengan pakar

memiliki persepsi yang sama, namun dalam hal solusi yang perlu diambil

untuk menyelesaikan masalah tersebut, antara perbankan dengan pakar

terdapat perbedaan. Dari sisi pakar solusi yang harus ditempuh adalah

dengan meningkatkan pemahaman dan kualitas SDI, serta merevisi regulasi

pendukung dan memberikan insentif untuk mendorong perbankan syariah

meningkatkan pembiayaan bagi hasilnya. Sementara itu, dari sisi perbankan

cenderung untuk menggalakkan sosialisasi perbankan syariah dan

produknya kepada masyarakat, sedangkan masalah SDI dan regulasi

ditempatkan pada prioritas kedua. Hal ini cukup mengagetkan, karena

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 47: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

47

diawal permasalahan yang menjadi prioritas adalah masalah internal, namun

solusi yang dikemukakan lebih untuk nasabah. Hasil ini memberikan

indikasi bahwa kalangan perbankan masih enggan untuk memperbaiki

kondisi kualitas SDI-nya, meskipun hal itu disadari merupakan suatu

masalah yang penting. Namun demikian, secara keseluruhan alternatif

pemecahan yang diusulkan sejalan dengan masalah yang dianggap penting.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah utama rendahnya

pembiayaan bagi hasil disebabkan oleh masalah internal yang menyangkut

pemahaman dan kualitas SDI, serta masalah eksternal yang menyangkut

regulasi yang kurang mendukung. Alternatif pemecahannya dari sisi internal

dengan meningkatkan pemahaman dan kualitas SDI, sedangkan dari sisi

eksternal dengan meninjau kembali regulasi yang ada dan mengeluarkan

aturan insentif.

Dengan masalah dan alternatif pemecahan yang diajukan, kalangan

pakar dan perbankan menyepakati bahwa strategi pemecahan yang sesuai

adalah dengan menerapkan directed market driven strategy, dimana

regulator tidak melepaskan begitu saja perkembangan dan praktek

perbankan syariah kepada pasar, tetapi tidak juga mengekang gerak

perbankan syariah, namun dengan memberikan arahan serta target indikatif

yang harus dicapai oleh perbankan syariah. Sama seperti kebijakan yang

diambil oleh otoritas perbankan di Sudan, dimana Bank of Sudan

memberikan target indikatif terhadap porsi maksimal pembiayaan

murabahah (nonbagi hasil) yang boleh dimiliki oleh perbankan syariah

disana.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 48: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab-bab terdahulu dapat ditarik beberapa

kesimpulan antara lain:

1. Masalah dominasi pembiayaan nonbagi hasil atau rendahnya

pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah seyogyanya dilihat secara

proporsional karena beberapa hal. Pertama, masalah ini hanyalah satu

dari sekian banyak masalah yang saling kait-mengait yang dihadapi oleh

perbankan syariah. Namun demikian masalah ini harus juga mendapat

perhatian yang serius karena masalah ini juga dapat mendatangkan

reputation risk sebagai akibat label syariah yang menempel pada lembaga

keuangan ini. Kedua, masalah ini sebenarnya bukanlah masalah yang

sifatnya esensial, namun sifatnya cabang, karena pembiayaan bagi hasil

dan nonbagi hasil sama-sama diperbolehkan secara Syariah. Namun,

sebagian pakar berpendapat bahwa pembiayaan nonbagi hasil, khususnya

murabahah, merupakan bentuk pembiayaan sekunder yang mestinya

dipergunakan sementara saja pada masa awal pertumbuhan sebelum bisa

menggunakan pembiayaan bagi hasil, dan/atau porsinya semestinya tidak

mendominasi pembiayaan keseluruhan. Selain itu, pandangan

mainstream berpendapat bahwa bentuk pembiayaan bagi hasil yang

menceminkan the real islamic bank. Ketiga, masalah dominasi nonbagi

hasil, khususnya murabahah, merupakan masalah yang menyertai

perkembangan suatu bank syariah, karena pada tahap awal pertumbuhan

bank syariah harus menghadapi berbagai masalah lain yang menyertai

pertumbuhan, khususnya membangun SDI dengan paradigma baru yang

sesuai dengan tuntutan syariah. Namun apabila dibiarkan tanpa arahan,

masalah ini dapat menjadi berkepanjangan, atau dianggap sebagai bukan

masalah, seperti keadaan di Malaysia. Keempat, masalah rendahnya

pembiayaan bagi hasil merupakan fenomena global yang tidak hanya

terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di negara-negara lain yang

menerapkan dual banking system maupun fully Islamic banking/financial

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 49: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

49

system, namun negara yang menerapkan fully Islamic banking/financial

system mempunyai kemungkinan lebih besar untuk dapat mengatasi

masalah ini, karena perangkat dan infrastrukturnya yang mendukung.

2. Sebagian pakar berpendapat bahwa masalah-masalah yang ada di

perbankan syariah berawal dari satu hal pokok yaitu paradigma atau

mindset para pelakunya, khususnya SDI perbankan syariah. Apabila

pokok masalah ini terselesaikan sebenarnya masalah-masalah lain

menjadi hilang dengan sendirinya. Masalah lain yang lebih penting

menurut sebagian pakar adalah masalah kemurnian pembiayaan

murabahah, karena disinyalir murabahah dipraktikkan tidak sesuai

dengan murabahah yang sebenarnya.

3. Masalah rendahnya pembiayaan bagi hasil, dalam penelitian ini, pada

akhirnya mengerucut pada dua masalah pokok dari aspek internal

perbankan dan regulasi, yaitu masalah kurangnya pemahaman dan

kualitas SDI perbankan syariah dan masalah kurangnya regulasi yang

mendukung. Masalah lain yang berikutnya perlu mendapat perhatian

adalah dari aspek pemerintah dan institusi lain, yaitu masalah kurangnya

dukungan pemerintah dan institusi terkait yang menyeluruh. Alternatif

pemecahan yang diusulkan adalah meningkatkan pemahaman dan

kualitas SDI serta meninjau kembali regulasi yang dirasa memberatkan,

seperti aturan kolektibilitas, dan membuat aturan-aturan yang bersifat

memberikan insentif untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan bagi

hasil. Sementara itu, strategi kebijakan yang dianggap paling tepat untuk

menyelesaikan masalah-masalah di perbankan syariah adalah dengan

menerapkan directed market driven strategy, dimana aturan-aturan yang

dibuat bersifat mengarahkan perbankan syariah agar berjalan pada rel

syariah yang benar menuju arah perkembangan yang diinginkan.

4. Kurangnya pemahaman SDI perbankan syariah terutama disebabkan

karena hampir semua SDI perbankan syariah berasal dari perbankan

konvensional sehingga perilaku mereka cenderung seperti perilaku

seorang conventional bankers, bukan Islamic bankers. Selain itu,

rendahnya kualitas SDI perbankan syariah, selain karena mereka datang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 50: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

50

dari bank konvensional, pada umumnya mereka tidak diberi training yang

memadai sebagai bekal mereka untuk dapat bekerja dengan baik sebagai

Islamic bankers.

5. Dalam masalah kurangnya regulasi yang mendukung, salah satu contoh

kebijakan yang paling banyak disoroti adalah masalah ketentuan tingkat

peringatan kolektabilitas bagi skim pembiayaan mudharabah dan

musyarakah yang tidak sama dan lebih ketat dibandingkan dengan skim-

skim lain yang dirasa memberatkan bank.

6. Masalah rendahnya pembiayaan bagi hasil terbukti merupakan masalah

yang multi dimensi yang mencakup berbagai pihak terkait, sehingga

perlu adanya kesadaran bahwa masalah ini adalah masalah bersama yang

memerlukan komitmen semua pihak terkait agar penyelesaian masalah

dapat dilakukan secara komprehensif, sinergis, tuntas, dan

berkesinambungan.

7. Antisipasi terhadap masalah-masalah pokok yang ditemukan perlu segera

dilakukan agar perkembangan pesat perbankan syariah tetap

mengarah sesuai dengan arah dan tujuan pengembangan perbankan

syariah yang kita inginkan bersama.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka ada beberapa saran yang dapat

diambil yaitu:

1. Masalah dominasi pembiayaan nonbagi hasil atau rendahnya pembiayaan

bagi hasil harus dilihat secara proporsional oleh semua stakeholders,

termasuk regulator dalam mengeluarkan kebijakan, dengan

memperhatikan semua aspek yang terkait seperti aspek kesesuaian

dengan prinsip syariah, tahapan pertumbuhan bank syariah, kemurnian

operasinya (termasuk kemurnian akad-akad pembiayaannya),

pembangunan SDI, dan sebagainya.

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDI dapat dilakukan secara

berjenjang, dimulai dengan jenjang jabatan yang paling atas, khususnya

terkait dengan fit and proper test direktur utama yang berkesinambungan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 51: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

51

secara berkala. Fit and proper test bagi direktur perbankan harus

dibedakan dengan fit and proper test bagi pimpinan bank konvensional.

Dalam hal ini, tambahan yang dimiliki oleh calon pimpinan utama bank

syariah seharusnya dijadikan persyaratan utama. Sehingga dengan

tambahan yang tinggi ini komitmen yang diharapkan untuk menjalankan

perbankan benar-benar sesuai dengan syariah dapat terwujud.

3. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDI perbankan syariah dapat

dilakukan dalam dua strategi, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.

Dalam jangka pendek, dari sisi internal perbankan perlu untuk

meningkatkan training-training kepada pegawai pada semua level

jabatan, termasuk level jabatan tertinggi. Disamping itu, spesialisasi AO

(Account Officer) terhadap suatu bisnis juga perlu ditingkatkan. Dalam

jangka panjang, pendidikan khusus mengenai ekonomi/perbankan Islam

perlu untuk digalakkan, baik dalam bentuk lembaga tersendiri yang

mengkhususkan pendidikan di bidang ekonomi dan perbankan Islam,

maupun pendirian jurusan ekonomi dan perbankan Islam pada institusi

pendidikan umum. Dalam hal ini, peran aktif pemerintah (c.q.

Departemen Pendidikan Nasional) dan swasta yang berkecimpung dalam

dunia pendidikan sangat diharapkan.

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDI perbankan syariah dari sisi bank

sentral selaku regulator dapat dilakukan dengan memberikan batasan

anggaran pendidikan minimum yang harus dikeluarkan oleh bank

syariah. Selain itu pemerintah atau bank sentral dapat pula memberikan

insentif dalam biaya pendidikan ini dengan cara, misalnya, setiap satu

rupiah yang dikeluarkan oleh bank syariah, pemerintah atau bank sentral

akan berpartisipasi sebesar satu rupiah juga, atau proporsi lain yang

memungkinkan. Dapat juga bank sentral bertindak sebagai penyelenggara

training, sedangkan pihak bank tinggal mengirim SDI-nya untuk ikut

serta.

5. Kurangnya regulasi yang mendukung pembiayaan bagi hasil dapat

disikapi dengan dua cara. Pertama, melihat kembali regulasi-regulasi

yang sudah ada. Apabila terdapat regulasi yang dirasa memberatkan,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 52: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

52

menghambat, atau perlu penyempurnaan, maka perlu dilakukan revisi

dan penyempurnaan. Kedua, dalam perancangan regulasi yang akan

dikeluarkan, perlu selalu diupayakan agar dampaknya positif terhadap

peningkatan pembiayaan bagi hasil.

6. Masalah kemurnian praktik murabahah perbankan syariah di Indonesia

perlu segera mendapat perhatian. Penelitian mengenai masalah ini harus

segera dilakukan agar penyelesaian masalah rendahnya pembiayaan bagi

hasil dapat dilakukan dengan lebih komprehensif. Hal ini perlu dilakukan

karena semua persoalan yang dibawa oleh lembaga yang memiliki label

syariah dapat mendatangkan reputation risk karena label kesyariahannya

itu.

7. Dari sisi regulator, bahwa strategi directed market driven yang sebaiknya

diterapkan. Perkembangan dan praktik perbankan syariah semestinya

tidak sepenuhnya diserahkan kepada pasar, tetapi tidak juga secara ketat

diatur oleh regulator, namun lebih kepada regulator yang memberikan

arahan kemana perbankan syariah ini akan dikembangkan.

8. Masalah orientasi kualitas atau orientasi kuantitas juga merupakan hal

yang perlu diarahkan oleh regulator. Perkembangan perbankan syariah

secara kuantitas sangat diperlukan. Namun demikian, untuk menuju

kepada perbankan syariah Indonesia menjadi the real islamic bank perlu

juga melengkapi strategi pengembangan yang berorientasi kuantitas

dengan strategi pengembangan yang berorientasi kualitas, agar

perkembangan pesat perbankan syariah Indonesia tidak menuju ke arah

yang tidak kita inginkan.

9. Kajian cost-benefit dan advantage-disadvantage mengenai posisi DSN

diluar atau didalam bank sentral perlu dilakukan, untuk dapat dipakai

sebagai bahan pertimbangan dalam mengefektifkan hubungan kerja

DSN dan bank sentral. Selain itu, pemberdayaan fungsi DPS dengan

membakukan wewenang, tanggung-jawab, dan hubungan kerja dengan

pihak manajemen maupun DSN dan bank sentral perlu kiranya segera

dilakukan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 53: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

53

DAFTAR PUSTAKA

Algaoud,Latifa M and Lewis, Mervyn K , Perbankan Syariah, Terjemahan, Serambi,

Jakarta, 2001.

Al-Jarhi,Mabid Ali, Islamic Finance : An Efficient and Equitable Option, Mimeo, The

Islamic Research and Training institute (IRTI), 2002.

Ascarya dan Diana Yumanita, Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil di

Perbankan Syariah Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juni

2005.

Bank Indonesia , Laporan Triwulanan Tahun 2005, Bandung, Nopember tahun 2005.

Chapra, M Umer, The Future of Economics : An Islamic Perspective, Islamic

Economics Series- 21 , The Islamic Foundation, United Kingdom.

Dar, Humayon A. and presley, John R, Lack of Frofit Loss Sharing in Islamic Banking,

International Journal of Islamic financial Services, Vol 2, No 2, July-September,

2000.

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. 2010. “Lembaga Keuangan Islami : Tinjauan

Teoritis dan Praktis”. Jakarta: Kencana

Muljawan, Dadang dan Iljas, Nasirwan, Adverse Selection Dan Implementasi Norma

Islami Dalam Kegiatan Ekonomi, tahun 2003.

Muhammad. 2005. “Manajemen Dana Bank Syariah”. Yogyakarta: Ekonisia.

Parinduri, Rasyad A , Bank Islam Sebenar-benarnya, Koran Tempo, 11 juli 2003.

_______________, Statistik Perbankan Syariah Indonesia Maret 2012 Dipublikasikan

Oleh Bank Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 54: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

54

_______________, Statistik Perbankan Syariah Indonesia Juni 2012 Dipublikasikan

Oleh Bank Indonesia.

_______________, Statistik Perbankan Syariah Indonesia September 2012

Dipublikasikan Oleh Bank Indonesia.

_______________, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perubahan Atas UU No.2 Tahun 1992 Tentang Perbankan

_______________, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008

Tentang Perbankan Syariah.

_______________, Outlook Perbankan Syariah Tahun 2012 Dipublikasikan Oleh Bank

Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 55: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

55

LAMPIRAN-LAMPIRAN

6. JADUAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dengan rincian kegiatan sebagai

berikut :

No

Jenis Kegiatan

Bulan ke

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan, identifikasi masalah

X

2 Pengumpulan data : Wawancara, Diskusi dan Observasi

X X

3 Pengolahan data dan analisis data

X X X

4 Pembuatan laporan X X

7. PERSONALIA PENELITIAN

1. Ketua Peneliti:

a. Nama Lengkap dan Gelar : Lili Masli, SE. M.Si

b. Golongan, Pangkat dan NIP : IV c, Pembina Utama Muda dan

196210151989031002

c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d. Jabatan Struktural : Sekjur Akademik Jurusan

Akuntansi

e. Jurusan/Program Studi : Akuntansi / Keuangan dan

Perbankan.

f. Bidang Keahlian : Ekonomi Pembangunan

g. Waktu untuk Penelitian ini : 5 jam/minggu

2. Anggota Peneliti : 1. Dadang Hermawan

2. Darya S. Nugraha

3. Yeti Apriliawati

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 56: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

56

3. Tenaga laboran /Teknisi : Lutfi

4. Pekerja Lapangan : 3 orang

5. Tenaga Administrasi : 1 orang

8. BIAYA PENELITIAN

Perincian biaya yang diperlukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

I. Penerimaan = Rp. 30.000.000,00

II . Pengeluaran:

1. Honor : Ketua peneliti 120 jam x Rp. 50.000,00 = Rp 6.000.000,00

Anggota 3 x 40 jam x Rp 37.500,00 = Rp.4.500.000,00

2. Bahan dan peralatan penelitian =Rp 9.000.000,00

3. Buku Acuan = Rp.2.000.000,00

4. Perjalanan 10 x Rp. 300.000,00 = Rp 3.000.000,00

5. Penggandaan Laporan Penelitian = Rp 3.000.000,00

6. Seminar = Rp.2.500.000,00

Jumlah pengeluaran = Rp.30.000.000,00

4. RIWAYAT HIDUP PENELITI

a. Ketua Peneliti :

Nama : Lili Masli,SE.M.Si

Tempat/Tgl. Lahir : Sumedang, 15 Oktober 1962

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Pangkat/gol.ruang : Pembina Utama Muda/IV c

Jabatan : Lektor Kepala

Alamat : Komplek Pasanggaran Indah 8-3 UBR Bandung

Pendidikan : S2/ Ekonomi Pembangunan/ UNSOED.

Pengalaman Penelitian : “ Analisis Sensitivitas Permintaan Kredit

UMKM terhadap Tingkat Bunga (Studi Kasus

Propinsi Jawa Barat. Tahun 2005 .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 57: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

57

c. Anggota Peneliti :

Nama : Dadang Hermawan,SE. M.Si

Tempat/Tgl. Lahir : Purwakarta, 4 Agustus 1959

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Pangkat/gol.ruang : Penata Tk I/III d

Jabatan : Lektor Kepala

Alamat : Komp. Nata Endah N.79, Cihanjuang, Cimahi

Pendidikan : S2/ Manajemen Keuangan/UNSOED

Pengalaman Penelitian :

- “Faktor–faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan

pengusaha mikro di kota Cimahi (Studi kasus pada pedagang di

pasar atas)”

d. Anggota Peneliti:

NAMA : Darya Setia Nugraha

Tempat tgl lahir : Ciamis, 14 Juni 1958

NIP : 19580614 198603 1 002

NIDN : 00214065805

NO. SERDOS : 101106010029

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Pangkat/Gol.Ruang: Pembina/IV-a

Jabatan : Lektor Kepala

Alamat : Jln. Gegerarum Baru No.28 Bandung 40154

Pendidikan S-1 : Ekonomi Perusahaan UPI Bandung

Pendidikan S-2 : Ekonomi, Bidang Akuntansi UNPAD Bandung

Pengalaman Penelitian :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 58: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

58

No Judul Jurnal Penerbit

1 Pengaruh persepsi dan sikap manajer atas informasi

akuntansi terhadap proses pengambilan keputusan dan

dampaknya pada kinerja keuangan perusahaan di PDAM

Wilayah Priangan Timur

TEDC Vol 3 No. 3

September 2009

2 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap

transparansi dan akuntabilitas aset etap pemerintah

(studi kasus pada pemerintah kota Cimahi)

SIGMA-Mu Vol 3

Nomor 1 Maret 2011

3 The Influence of Internal Control system to the

reliability of local Goverment Financial Statement

(Case study at Pemerintah Provinsi Jawa Barat

EKSPANSI Vol 2

Nomor 2 November

2010

4 Pengaruh Dana Perimbangan terhadap belanja daerah

pada 17 kabupaten dan 9 kota di provinsi jawa barat

EKSPANSI Vol 3

Nomor 2 Nov. 2011

e. Anggota Penelitian:

Nama : Yeti Apriliawati, SE, Ak. M.Si

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 7 April 1967

Alamat Rumah : Taman Kopo Indah Blok Q No. 10 Bandung

Tlp. 022 5408643, Hp 081 573 298 373

Alamat Kantor : Politeknik Negeri Bandung

(POLBAN) Jurusan Akuntansi,

Jalan Gegerkalong Hilir,Ds Ciwaruga, Tel/Faks

022-2016184

Pendidikan Terakhr : S2 Akuntansi Universitas Padjadjaran tahun 2007

Pengalaman Penelitian :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 59: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

59

Tahun JudulPenelitian Ketua /

anggota Tim

Sumber Dana

1998 "SistemAkuntansiUmumIndustri Kecil

dalamrangkamengukurKinerja Usaha"

Anggota danaPusatPengemban

ganPendidikanPolitek

nikdan Program

Diploma (P5D)

1999 "PengaruhMetodePenilaianPersediaanterhadap

DasarPenetapanPerhitungan Zakat kekayaan"

Anggota

peneliti

DosenMuda

DIKTI

2000 PengaruhDesentralisasidankarakteristikInform

asiAkuntansiManajementerhadapKinerjamanaj

erialInstitutTeknologibandung (ITB-BHMN)"

Anggota DIP Politeknik Negeri

Bandung

2002 “Perancangan Model SistemAkuntansiIndustri

Kecil (Studi Kasus pada Industri Sepatu

Cibaduyut Kota Bandung )”

Anggota DIP Politeknik Negeri

Bandung

2004 Identifikasifaktor- faktor yang

mempengaruhipenggunaaninformasiakuntansi

padaindustrikecil di kota Bandung

Ketua DIP Politeknik Negeri

Bandung

2007 Primary Stakeholder

PressuredanPengaruhnyaterhadapPelaksanaan

TanggungJawabSosialperusahaanTekstil di

wilayah Bandung”

Ketua

Direktorat Pendidikan

Tinggi

2011 Analisis Laporan keuangan untuk menilai

kinerja keuangan pemerintah Kab. Bandung

Anggota

DIP Polban

6. FORMULIR ISIAN USUL PENELITIAN TERAPAN BERBASIS KBK

1. “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA

PEMBIAYAAN BAGI HASIL UNTUK UMKM DI PERBANKAN SYARIAH

(STUDI KASUS KOTAMADYA BANDUNG)“

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 60: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

60

2. LILI MASLI (Ketua) NIP: 196210151989031002

DADANG HERMAWAN (Anggota) NIP. 195908041988121001 DARYA S. NUGRAHA (Anggota) NIP. 19580614 198603 1 002 YETI APRILIAWATI (Anggota)

NIP. 196704071995122001

No Nama Peneliti

(Tanpa gelar)

NIP Tanggal Lahir

Jabatan Akademik

Jenis Kelamin

Pendidikan Terakhir

1 Lili Masli

196210151989031002

[ 15 | 10 |

1962 ] [ Lektor Kepala ]

[ Laki ] [S2]

2 Dadang Hermawan

195908041988121001

[ 04 | 08 |

1959 ] [Lektor Kepala ]

[ Laki ] [S2]

3 Darya S. Nugraha

19580614 198601002

[ 14 |06 | 1958 ]

[Lektor Kepala ]

[ Laki ] [S2]

4. Yeti Apriliawati

196704071995122001

[07I04I1967] [Lektor] [Wanita] [S2]

Tanggal lahir : 15-10-1962 Jabatan Akademik diisi salah satu : 02/LK (Lektor Kepala),

Jenis kelamin: diisi salah Satu : 01 = laki-laki, Pendidikan Terakhir : S.2

3. Kategori penelitian (pilih salah satu yang dominan)

a. Meningkatkan keterampilan staf pengajar b. Mengembangkan ipteks c. Menunjang pembagunan d. Mengembangkan institusi/manajemen

4. Lingkup Penelitian (Pilih salah satu yang sesuai)

01. Lokal 02. Wilayah 03. Nasional

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 61: LAPORAN PENELITIAN TERAPAN - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/79/jbptppolban-gdl... · 2013-06-24 · Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

61

5. Lokasi penelitian (pilih salah satu yang dominan) 01. Laboratorium 06. Perairan laut 11. Lahan pertanian 02. Kebun percobaan 07. Sekolah 12. Urara 03. Rumah kaca 08. Pantai 13. Hutan 04. Perairan darat 09. Rumah sakit 14. Pasar 05. Wilayah 10. Situs purbakala 15.Lainnya sebutkan:

Keuangan dan Perbankan Syariah 6. Macam penelitian (pilih salah satu yang sesuai)

01. Survei 03. Percobaan laboratorium [ -- ] 02. Percobaan lapang 04. Lainnya

7. Lama dan waktu penelitian

a. Lama penelitian : [ 6 ] bulan b. Bulan penelitian : [ 06- 11 ] (02 – 11 berarti bulan 02 sampai 11)

8. Biaya penelitian

a. Diusulkan : Rp. [ -- | -- | -- | -- | -- | -- | -- | -- ] (jangan diisi) b. Disetujui : Rp. [ -- | -- | -- | -- | -- | -- | -- | -- ] (jangan diisi) c. Sumber biaya : [ Polban ]

5. Jumlah artikel yang akan dipublikasikan:

a. Diseminarkan : [ 01 ] (01 berarti 1 artikel) b. Ditulis di jurnal : [ 01 ]

Bandung 19-05-2012 Ketua Tim Peneliti (LILI MASLI)