bab ii landasan teori - perpustakaan digital...
TRANSCRIPT
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Battery cord
Battery cord merupakan komponen penghubung antara cell battery dengan
cell battery lainnya. Battery cord yang paling umum dibuat dari bahan timah dan
kuningan, Hasil dari produk umumnya di lengkapi dengan kabel sebagai
penghubung, dengan panjang ukuran kabel konduktor yang terpasang pada cord,
baik secara langsung “terpasang pada cord” maupun tidak langsung
(menggunakan baut) sebagai penghubung, lihat Gambar 2.1. Fungsi dari battery
cord untuk penghubung antar input/output battery di mana pada battery cord itu
terdapat kabel yang sudah tertanam langsung.
Saat ini pembuatan produk battery cord menggunakan metoda pengecoran
logam. Metoda pengecoran digunakan karena dilihat dari bentuk dan ukuran
battery cord sendiri yang lebih mudah di buat, dibandingkan dengan proses
pemesinan. Kendala yang dihadapi dalam pembuatan produk tersebut adalah
terdapatnya cacat pada produk di antaranya : permukaan produk yang kasar, kabel
isolator yang terpasang pada clamp tidak terbakar/meleleh, dan ikatan antara
clamp dengan kabel terpasang kuat.
(a)
(b)
Gambar 2.1 Battery Cord
(Sumber : shanghaitylon.en.gasgoo.com)
(a) Battery cord, (b) Battery cord yang telah terpasang kabel
II-2
Macam-Macam Bentuk Battery cord :
1. Battery cord dengan kabel terpasang dicor.
Gambar 2.2 Battery cord dengan kabel terpasang dicor.
(Sumber : http://w34.indonetwork.co.id)
Pada battery cord ini kabel terpasang langsung dengan clamp pada saat
proses pengecoran. Material yang digunakan pada battery cord ini menggunakan
timah.
2. Battery cord dengan kabel terpasang di-press.
Gambar 2.3 Battery cord dengan kabel terpasang di-Press
(Sumber : http: http://wb6.itrademarket.com)
Pada battery cord ini kabel terpasang langsung dengan clamp dengan cara
kabel diclamp langsung oleh battery cord. Material yang digunakan pada battery
cord ini menggunakan kuningan.
3. Battery cord dengan kabel terpisah.
Gambar 2.4 Battery cord dengan kabel terpisah.
(Sumber : http: http://w22.indonetwork.co.id)
II-3
Pada battery cord ini kabel dihubungkan dengan cara diclamp menggunakan
baut yang terpasang pada battery cord. Material yang digunakan pada battery
cord ini menggunakan kuningan.
1.2 Timah
Timah adalah unsur kimia dengan nomor atom 50 dan nomor massa
118,69. Merupakan unsur logam, dengan warna putih keabuan. Timah memiliki
titik lebur 231,89° Celcius dan titik didih 2.260° Celcius, pada Tabel 2-1 di
sebutkan beberapa logam beserta temperature lebur dan temperatur tuangnya. Biji
timah terdapat dalam bentuk kasiterit. Penggunaan timah sendiri sering digunakan
untuk membuat campuran atau paduan logam yaitu kuningan, perunggu,
campuran timah putih dan timah hitam, patri, logam-logam yang dapat melebur,
serta logam untuk lonceng. Logam paduannya digunakan untuk kertas perak,
pelapisan pembuatan pipa, pembuatan alat minum, dan pematrian. Lambang kimia
untuk timah adalah Sn.
Sifat-sifat dari :
1. Sifat Umum Timah (Sn)
• Timah merupakan logam perak keputih-putihan,
• ductile dan memilki struktur kristal yang tinggi,
• Dalam keadaan normal (13 – 160 °C), logam ini bersifat mengkilap
dan mudah dibentuk.
• Timah juga tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat.
• Ditemukan dalam banyak alloy, dan digunakan untuk melapisi logam
lainnya untuk mencegah karat.
2. Sifat Fisik Timah (Sn)
• Keadaan benda : Padat
• Titik lebur : 505.08 K (449.47 °F)
• Titik didih : 2875 K (4716 °F)
• Densitas : 7,365 g/cm3 (Sn putih) 5,769 g/cm3 (Sn abu-abu)
• Volume molar : 16.29 ×10-6 m3/mol
• Kalor penguapan : 295.8 kJ/mol
II-4
• Kalor peleburan : 7.029 kJ/mol
• Kalor jenis : 27,112 J/molK
• Panas fusi : 7,03 kJ/mol
• Tekanan uap : 5.78 E-21 Pa at 505 K
• Kecepatan suara : 2500 m/s pada 293.15 K
3. Sifat Mekanik Timah (Sn)
• Kekuatan tariknya rendah, sekitar 2000 psi
• Modulus Youngnya adalah 5,9-7,8 x 106 psi
• Kekuatan Mohs 1,8 atau Brinell 5,0 (1000 kg, 10 mm)
• Massa jenis 7,3 g/cm3
Tabel 2-1 Temperatur Cair Dan Temperatur Tuang
Temperatur Cair Dan Temperatur Tuang
No Logam/paduan logam Temperatur lebur Temperatur tuang
1 Gray Cast Iron 1370 1510-1590
2 Cast Steel 1480 1600-1720
3 Cooper 1083 1130-1200
4 Nickel 1453 1500-1590
5 Aluminum 860 700-780
6 Zinc 420 450-480
7 Lead 327 350-380
8 Tin 232 280-290
9 Cu-Ni alloy 1175 1220-1280
10 Gun Metal 1040 100-1180 - temperature dalam satuan Celcius
1.3 Proses Pengecoran
Proses Pengecoran (casting) adalah salah satu teknik pembuatan produk
dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian dituangkan ke dalam
rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat.
Pengecoran juga dapat diartikan sebagai suatu proses manufaktur yang
II-5
menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bagian-bagian dengan
bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Ada 4 faktor yang
berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran, yaitu:
1. Adanya aliran logam cair ke dalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam
dalam cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair
Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran
dengan sekali pakai (expendable mold) dan ada pengecoran dengan cetakan
permanen (permanent mold). Cetakan pasir termasuk dalam expendable mold.
Oleh karena hanya bisa digunakan satu kali pengecoran saja, setelah itu cetakan
tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam pembuatan cetakan, jenis-
jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau pasir hijau.
Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit, resin, furan
atau air gelas. Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai
berikut :
• Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang
dituangkan kedalam cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja
yang akan dicor. Rongga cetakan dibuat dengan menggunakan pola.
• Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti
dibuat terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan
digunakan. Gating system (sistem saluran masuk), merupakan saluran
masuk kerongga cetakan dari saluran turun.
• Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi
vertikal. Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan
penuangan yang diinginkan.
• Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya
adalah untuk mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle
ke sprue. Kecepatan aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada
II-6
sprue dan terbawanya kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari
tungku kerongga cetakan.
• Riser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam
mengisi kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.
Cetakan untuk pengecoran umumnya dibuat menjadi dua bagian. Satu
bagian adalah tetap, bagian depan dan yang lain berfungsi untuk mengeluarkan
logam. Masing-masing dilengkapi dengan dua pin (penyemat) atau alat lain untuk
meluruskan kedua bagian, kebanyakan seperti pola yang terpisah. Kedua bagian
cetakan bertemu pada garis pemisah, dan bergabung dengan sistem penguncian
ketika dalam posisi tertutup. Dalam proses pengerasan, coran menciut ke inti pin
dan akan ditahan oleh bagian pendorong dari cetakan. Saat laogam cair sudah
mendingin, plat pendorong yang terdapat pada bagian yang bebas dimajukan
secukupnya, tujuannya untuk mendorong coran dari rongga. Proses produksi pun
dapat dilakukan kembali.
Cetakan dapat dikelompokan menjadi berikut :
1. Cetakan satu rongga
2. Cetakan multi rongga
3. Cetakan kombinasi
4. Cetakan unit
Cetakan rongga tunggal hanya memproduksi satu coran pada tiap
operasinya. Dalam produksi dengan jumlah yang banyak, digunakan cetakan
multi rongga, tujuannya untuk menghasilkan beberapa coran dalam waktu yang
sama. Cetakan kombinasi mempunyai dua atau lebih bentuk yang berbeda, yang
mana dituang dalam waktu yang sama, pada saat itu pula sebuah penyangga
cetakan menyangga atau memegang di beberapa cetakan pada waktu yang sama.
1.3.1 Gravity casting
Teknik gravity casting merupakan teknik pengecoran yang paling tua.
Logam cair dituangkan pada rongga cetakan yang terbuat dari pasir, besi cor, atau
paduan baja tahan panas lainnya. Proses ini hanya memanfaatkan gaya gravitasi
saja, tanpa mengaplikasikan gaya tekan mekanis. Logam cair mengalir ke dalam
cetakan dan membeku dengan cepat selama proses pengecoran berlangsung. Hasil
II-7
pengecoran dengan sistem ini memiliki permukaan yang kasar dan dimensi yang
tidak akurat. Tidak seperti pada cetakan permanen cetakan baja dapat digunakan
berkali-kali. Kelemahannya, proses pembuatan cetakannya cukup mahal.
Gambar 2.5 Cetakan Gravity casting Beserta Bagian-bagiannya.
(Sumber : http://www.themetalcasting.com)
1.3.2 Die Casting
Die Casting merupakan permanent mold casting proses, logam cair masuk
ke dalam cetakan dengan cara diinjeksi atau ditekan dengan tekanan berkisar 7-
350 Mpa, lihat Gambar 2.6. Tekanan dijaga sampai dengan logam cair membeku
dalam cetakan. Cetakan dalam proses pengecoran ini disebut dengan die, oleh
karena itu proses pengecorannnya dinamai dengan Die Casting. Penggunaan
tekanan untuk mengalirkan logam cair ke dalam cetakan membedakan proses ini
dengan proses pengecoran lain pada kelompok permanent mold casting.
II-8
Gambar 2.6 Pengecoran dengan sisitem injeksi
(Sumber : http://openlearn.open.ac.uk/)
Berdasarkan pada bagaimana logam cair diinjeksikan/ditekan ke dalam
cetakan, die casting dibedakan atas:
1. Hot chamber process
Logam dicairkan dalam suatu wadah (chamber ) yang tergabung dalam
mesin die casting, sebuah piston digunakan untuk menekan logam cair ke dalam
cetakan dengan tekan yang tinggi, 7-35 MPa. Tekanan diberikan pada logam cair
sampai dengan logam cair membeku didalam cetakan. Proses ini umumnya
digunakan untuk paduan logam dengan titik lebur rendah seperti: seng, timah dan
timbal.
Gambar 2.7 Die Casting Hot chamber process
(Sumber : http://www.custompartnet.com)
II-9
2. Cold chamber process
Logam dicairkan di luar mesin die casting dan dituang ke dalam wadah
(chamber ) yang tidak dipanaskan, digunakan sebuah piston untuk mengalirkan
logam cair kedalam cetakan dengan tekanan yang lebih tinggi antara 14-140 MPa.
Umumnya digunakan untuk paduan logam dengan titik lebur dengan temperatur
tinggi seperti: aluminium, magnesium dan tembaga.
Gambar 2.8 Die Casting Cold chamber process
(Sumber : http://www.custompartnet.com/)
Secara komersial, mesin die casting mempunyai kapasitas antara 25-3000
ton. Umumnya die terbuat dari hot work dieesteels atau mold steels . Keausan
die meningkat dengan naiknya temperatur logam cair, oleh karena itu kadang
diperlukan pelumas ( parting agents ) dengan memberikan lapisan tipis pada
permukaan die. Melalui proses die casting di mungkinkan untuk membuat
komponen dengan kecepatan produksi yang tinggi serta menghasilkan komponen
dengan kekuatan yang tinggi, komponen bentuk kompleks dengan kualitas tinggi,
akurasi, dimensi dan permukaan yang baik, sehingga tidak atau sedikit
memerlukan proses pemesinan sebagai proses akhir ( net shape forming ).
Keuntungan proses die casting :
1. Kecepatan produksi tinggi
2. Kehalusan permukaan yang baik
3. Dimungkinan untuk bagian yang kecil sekitar 0,5 mm
II-10
4. Toleransi dimensi sangat ketat, ±0,076 mm untuk komponen kecil
5. Pendinginan cepat akan menghasilkan butir halus dengan kekuatan yang
tinggi
6. Ekonomis untuk produksi dengan jumlah yang besar
Keterbatasan dari proses ini terletak pada bentuk benda kerja dikaitkan
dengan kemudahannya untuk dikeluarkan dari cetakan. Proses die casting terdiri
dari:
1. Material (penanganan awal pada material).
2. Melting Operations (proses peleburan).
3.Die Casting Operation (proses pengecoran).
4.Trimming (pemisahan return scrap).
5. Visual check
Tabel 2-2 Perbedaan Antara Hot chamber process dengan Cold chamber
process
Hot Chamber Process Cold Chamber Process
1. Tungku peleburan terdapat pada
mesin dan Cylinder injeksi
terendam dalam logam cair
2. Tekanan injeksi berkisar antara 7
sampai 35 MPa
3. Digunakan untuk logam cor
dengan titik lembur rendah
seperti Sn, Pb, Zn.
4. Laju produksi cepat, bisa
mencapai 500 produk/jam.
Tungku peleburan terpisah,
Cylinder injeksi diisi logam cair
secara manual atau mekanis.
Tekanan injeksi berkisar antara 14
sampai 140 Mpa.
Digunakan untuk logam cor dengan
titik lebur lebih tinggi seperti Al,
Cu, Mg.
Laju produksi lebih lambat
dibandingkan cetak tekan ruang
panas.
II-11
1.3.2.1 Siklus Die Casting
Siklus proses die casting terdiri dari 4 tahapan utama, yang dijelaskan di
bawah ini :
1. Clamping
Langkah pertama adalah persiapan dan menjepit kedua belah cetakan
logam, lalu kedua belah cetakan logam dilekatkan pada mesin Die Casting,
ditutup dan dijepit bersama-sama. Kekuatan clamping cetakan harus kuat agar
logam tetap aman saat diinjeksikan. Waktu yang diperlukan untuk menutup dan
menjepit cetakan tergantung pada mesin - mesin yang lebih besar akan
membutuhkan lebih banyak waktu.
2. Injeksi
Logam di lebur hingga melebihi titik leburnya dan suhunya diatur
bertujuan agar saat logam cair dimasukan tidak membeku terlebih dahulu,
selanjutnya ditransfer ke dalam ruang injeksi untuk diinjeksikan ke dalam
cetakan. Setelah ditransfer, logam cair diinjeksikan pada tekanan tinggi ke die.
Tekanan injeksi berkisar antara 1.000 hingga 20.000 psi. Tekanan ini menjaga
logam cair dalam cetakan selama solidifikasi. Waktu injeksi adalah waktu yang
diperlukan untuk logam cair untuk mengisi semua saluran dan rongga dalam
cetakan. Biasanya kurang dari 0,1 detik, untuk mencegah pembekuan awal salah
satu bagian dari logam. Waktu injeksi yang tepat dapat ditentukan dengan sifat
termodinamika materi, serta ketebalan dinding coran. Sebuah ketebalan dinding
lebih besar akan membutuhkan waktu injeksi lagi..
3. Pendinginan
Logam cair yang diinjeksikan ke die akan mulai mendingin dan mengeras
setelah memasuki rongga cetakan. Ketika seluruh rongga diisi dan logam cair
didinginkan, bentuk akhir dari casting terbentuk. Cetakan tidak dapat dibuka
sampai waktu pendinginan telah berlalu dan casting dipadatkan. Waktu
pendinginan dapat diperkirakan dari sifat termodinamika beberapa logam,
ketebalan dinding maksimum casting, dan kompleksitas cetakan. Sebuah
ketebalan dinding lebih besar akan membutuhkan waktu yang lebih lama
II-12
pendinginan. Kompleksitas geometris cetakan juga membutuhkan waktu yang
lebih lama pendinginan karena hambatan tambahan untuk aliran panas.
4. Ejection
Setelah waktu pendinginan yang telah ditentukan telah berlalu, kedua
belah cetakan logam dapat dibuka dan mekanisme ejeksi mendorong casting
keluar dari rongga cetakan. Waktu untuk membuka cetakan logam dapat
diperkirakan dari waktu siklus kering mesin dan waktu ejeksi ditentukan oleh
ukuran cetakan pengecoran dan harus mencakup pada waktu casting untuk jatuh
bebas dari cetakan. Setelah casting dikeluarkan, die di pasangkan kembali dan
mekanisme injeksi akan kembali ke posisi semula untuk injeksi berikutnya.
1.4 Desain Cetakan Pengecoran Logam
Pada prinsipnya, keberhasilan merancang sebuah cetakan permanen itu
didasarkan atas pengalaman yang telah dialami. Berdasarkan pengalaman tersebut
kompenen utama dalam merancang sebuah produk yaitu : desain secara fisik pada
produk yang akan dicor, pemilihan material, pola produksi untuk mold dan core,
proses pengecoran dan evaluasi.
Hal-hal yang harus ada dan diperhatikan dalam membuat cetakan
permanen adalah sebagai berikut :
1.4.1 Core dan Cavity
Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang
dituangkan ke dalam cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang
akan dicor. Rongga cetakan dibuat dengan menggunakan pola, sedangkan
core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat
terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan
1.4.2 Belahan/Permukaan Pisah (Parting Line) [4]
Pembuatan pola pada hampir semua benda cor, pada umumnya dibagi
dalam dua bagian atau lebih, terutama untuk bentuk yang rumit. Benda yang
bentuknya sederhana, memungkinkan untuk dibuat tanpa belahan yang biasa
disebut pola tunggal. Pola yang mempunyai konstruksi belahan, bagian atas biasa
disebut “kup” dan bagian bawah disebut “drag”. Dalam menentukan kup dan drag
tidak ada ketentuan yang pasti, hanya diperlukan suatu wawasan yang
II-13
berhubungan dengan nilai dan atau faktor ekonomis dalam proses pembuatan
pola. Pada prinsipnya, penentuan kup dan drag merupakan kebebasan dan
keleluasaan bagi perancang, persyaratannya harus tidak menyulitkan proses
selanjutnya, misalnya tidak banyak memakan waktu pengerjaan, tidak
menyulitkan dalam pembuatan cetakan dan tidak memakan biaya besar dalam
penyelesaian akhir.
Gambar 2.9 Tanda/kode belahan
(Sumber : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/ModulCastingDesign)
1.4.3 Penyusutan Dimensi/Penyusutan Padat
Penyusutan dimensi (penyusutan padat) akan selalu terjadi pada benda
coran, lihat Tabel 2-3, hal ini terjadi mulai saat awal pembekuan hingga dingin
(mencapai suhu kamar). Oleh sebab itu, dalam pembuatan pola, harus diberikan
tambahan ukuran dari ukuran nominal yang diminta. Besar penambahan ukuran
tergantung pada jenis logam yang di cor. Dalam pembuatan pola, prosentase
penyusutan dapat dibantu dengan alat ukur khusus untuk membuat pola seperti
penggaris dan jangka sorong yang mempunyai tambahan ukuran dalam
prosentase: 0,50%, 0,75%, 1,00%, 1,25%, 1,50%, 1,75%, 2.00%, dan 2,50%.
Meski besar penyusutan dimensi bahan sangat beragam, dapat digunakan alat
ukur yang mendekati dan masuk toleransi.
II-14
Tabel 2-3 Penyusutan Dimensi
Jenis Bahan Benda Coran Harga yang Berlaku (%) Besi Cor Kelabu (FC) 1,00
Besi Cor Nodular (FCD) 1,00
Besi Cor Mampu Tempa (Perapian Putih) 1,60
Besi Cor Mampu Tempa (Perapian Hitam) 0,50
Besi Cor (SC) 2,00
Aluminium Paduan (Al) 1,20
Magnesium Paduan (Mg) 1,20
Tembaga Paduan (Cu – paduan) 1,90
Brons/Bronze (Cu – Sn) 1,50
Kuningan/Brass (Cu – Zn) 1,50
Kuningan Khusus/ Paduan Mn-Fe-AL 2,00
Alumnium-Brons (Cu – Al) 1,80
Seng (Zn) 1,30
Timbal (Pb) 1,00
1.4.4 Draft angel
Draft angel agar benda dapat dengan mudah dikeluarkan dari cetakan,
dinding cetakan harus didesain dengan sudut draft sedikit, kisarnya antara 1-3°
seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.10. Draft sudut yang lebih kecil
menyebabkan masalah dalam mengeluarkan benda cor dari cetakan, seperti
ditunjukan pada Gambar 2.11.
Gambar 2.10 Kisar Sudut
II-15
Gambar 2.11 Desain Kemiringan
1.4.5 Radius
Radius adalah cara terbaik untuk merancang bagian tidak dengan sudut
tajam. Sudut yang tajam mengakibatkan takik, yang berkonsentrasi strees dan
mengurangi dampak kekuatan bagian itu, Radius sudut A, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.11, akan meningkatkan kekuatan dan memperbaiki
sudut pengisian cetakan. Jari-jari harus dalam kisaran 25% sampai 75% dari tebal
dinding; 50% disarankan. Gambar 2.12 menunjukkan strees konsentrasi sebagai
fungsi dari rasio radius sudut ke dinding tebal, R / T.
Gambar 2.12 Mengurangi konsentrasi strees
II-16
Gambar 2.13 Strees Konsentrasi
1.5 Electrical Discharge Machine
Teknik Fabrikasi yang di gunakan untuk membuat cetakan ialah
menggunakan mesin EDM (Electrical Discharge Machine). Electric Discharge
Machine (EDM) adalah suatu mesin perkakas Non Konvensional yang proses
pemotongan material (material removal) benda kerjanya berupa erosi yang terjadi
karena adanya sejumlah loncatan bunga api listrik secara periodik pada celah
antara katoda (pahat) dengan anoda (benda kerja) di dalam cairan dielektric.
Proses Electric Discharge Machine (EDM) memiliki kemampuan dasar,
diantaranya :
1. Mampu mengerjakan metal atau paduan yang sangat keras yang tidak
mudah untuk dikerjakan dengan proses pemesinan konvensional, sehingga
proses EDM banyak digunakan dalam pembuatan peralatan-peralatan
pembentuk (cetakan) dan perkakas pemotong yang dibuat dari baja yang
dikeraskan, Karbida, Tungsten, dll.
2. Mampu mengerjakan kontur permukaan benda kerja yang kompleks,
dengan dimensi sama secara berulang-ulang selama proses pembentukan
tidak membutuhkan gerakan elektroda diluar jangkauan gerakan utama
proses Electric Discharge Machine (EDM).
Selain kemampuan dasar di atas proses EDM juga memiliki beberapa
keuntungan, diantaranya :
a. Handling benda kerja di atas mesin tidak rumit
b. Permukaan benda kerja hasil proses EDM relatif halus
II-17
c. Tingkat kebisingan rendah
d. Kemudahan dalam pembuatan elektroda
Namun demikian, proses EDM juga mempunyai beberapa kerugian,
diantaranya :
a. Mesin EDM dan perlengkapannya masih relatif mahal
b. Proses erosi benda kerja sangat kecil, sehingga waktu operasinya lama
c. Harus dioperasikan oleh operator yang tidak elergi terhadap cairan
dielektric.
Gambar 2.14 Mesin EDM
Sumber : (http://tosuro.wordpress.com/)
Material removal yang berupa erosi terjadi akibat adanya loncatan bunga
api listrik di antara elektroda dan benda kerja dalam cairan dielektric. Loncatan
bunga api listrik terjadi apabila beda tegangan antara pahat dan benda kerja
melampaui “break down voltage” celah dielektrik. Break down voltage
bergantung pada :
a. Jarak terdekat antara elektroda (pahat) dengan benda kerja
b. Karakteristik tahanan dari cairan dielektric
c. Tingkat kotoran pada celah di antara elektroda dengan benda kerja.
II-18
Gambar 2.15 Proses EDM
Sumber : (http://tosuro.wordpress.com/)
Proses terjadinya loncatan bungan api listrik di antara elektroda dan
benda kerja adalah sebagai berikut: Pengaruh medan listrik yang ada di antara
elektroda dan benda kerja menyebabkan terjadinya pergerakan ion positif dan
elektron masing-masing menuju kutub yang berlawanan sehingga terbentuklah
saluran ion yang bersifat konduktif. Pada kondisi tersebut arus listrik dapat
mengalir melalui saluran ion dan terjadilah loncatan bunga api listrik.
II-19