file · web viewada 5 prosedur untuk penetapan jarak lebur atau suhu lebur yang...
TRANSCRIPT
TITIK DIDIH ZAT CAIR
Konsep : Titik didih
Sub konsep : Titik didih zat cair
Tujuan : Untuk mengetahui titik didih suatu zat cair
Mengetahui sifat fisika dan karakter suatu zat
Mengetahui faktor yang mempengaruhi titik didih larutan
Dasar teori : DITAMBAHI !! Titik didih zat cair yaitu temperatur dimana tekanan uap
zat cair sama dengan tekanan atmosfir, pada temperatur ini tekanan uapnya cukup tinggi yang
menyebabkan terjadinya penguapan pada berbagai titik di dalam zat cair. Tititk didih zat cair
tergantung pada atmosfernya. Titik didih zat cair pada 1 atm dianggap sebagai titik didih
normal.
Alat :
- Alat penyuling
- Termometer
- Klem statif
- Asbes
- Kaki tiga
- Bunsen
- .Labu suling
Bahan :
- Aquadest
- Etanol 70%
- Batu didih
Prosedur kerja :
1. Dibersihkan alat alat dan dipasang klem dan statif
2. Dimasukan etanol kedalam labu suling ditambahkan batu didih.
3. Dimasukan thermometer kedalam labu suling setengah bagian dan mulut labu suling
disumbat dengan kapas agar etanol tidak menguap.
4. Dipasang asbes pada kaki tiga kemudian nyalakan bunsen
5. Dipanaskan etanol dan diatur suhunya sedemikian rupa sehingga uap yang mula-mula
masuk ke leher labu naik secara perlahan dan tersuling dengan kecepatan 4ml per menit.
6. Diukur dengan thermometer tiap temperature naik.
7. Dicatat kenaikan suhu pada saat tetesan pertama menetes dari pendingin
8. Dicatat suhu pada saat tetesan terakhir menguap dari dasar labu.
TITIK LEBURKonsep : Titik lebur
Sub konsep : titik lebur serbuk
Tujuan : untuk mengetahui bagaiman serbuk yang baik berdasarkan mutu fisiknya
terutama titik lebur.
Dasar teori : Suhu lebur zat adalah suhu pada saat tepat melebur seluruhnya yang
ditunjukan pada saat fase padat tepat hilang. Jarak lebur atau suhu lebur zat padat
didefinisikan sebagai rentang suhu atau suhu pada saat zat padat menyatu dan melebur
sempurna. Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau membentuk tetesan pada
dingin pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada saat hilang fase padat.
Prosedur :
Ada 5 prosedur untuk penetapan jarak lebur atau suhu lebur yang diberikan, berikut ini
berfariasi tergantung pada keadaan sifat dasar senyawa yang di uji.
1. Metode I
Gerus senyawa yang diuji menjadi serbuk yang sangat halus dan kecuali dinyatakan
lain. Jika mengandung air hidrat, keringkan pada suhu yang tertera dimonografi, jika tidak
mengandung air hidrat keringkan diatas bahan pengering yang sesuai. Caranya : isi pipa
kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup, dengan serbuk kering hingga 2,5 mm – 3,5
mm setelah diisi kemudian mengetukan pada permukaan padat. Panaskan tangas hingga suhu
≥ 30ᵒ dibawah suhu lebur yang diperkirakan. Angkat termometer dan secepatnya tempelkan
tabung kapiler pada termometer dengan membasahi keduanya dengan tetesan cair dari tangas
atau sebaliknya. Tempatkan termometer dan lanjutkan pemanasan dengan pengadukan tetap
hingga suhu naik ≥ 3ᵒ/ menit jika suhu ≥ 3ᵒ dibawah dari batas bawah jarak lebur yang
diperkirakan, kurangi pemanasan hingga naik ≥ 1ᵒ - 2ᵒ/ menit. Suhu pada saat kolom uji yang
diamati terlepas sempurna dari dinding kapiler didefinisikan sebagai permukaan melebur, dan
suhu pada saat zat uji mencair seluruhnya didefinisikan suhu lebur. Kedua suhu tersebut
berada dalam batas jarak lebur.
2. Metode II
Letakan zat uji pada wadah tertutup, dinginkan hingga 10ᵒ atau lebih rendah selama
tidak kurang dari 2 jam. Tanpa diserbuk sebelumnya, sisihkan bahan yang sudah dingin
kedalam pipa kapiler seperti metode I. Kemudian segera letakaan kapiler yang telah diisi
kedalam desikator hampa, keringkan pada tekanan tidak lebih dari 20 mmHg selama 3 jam.
Segera keluarkan dari desikator, lebur tutup ujung terbuka kapiler, dan sesegera mungkin
lanjutkan penetapan jarak sebagai berikut : panaskan tangas hingga suhu 10ᵒ ± 1ᵒ dibawah
rentang lebur yang diperkirakan. Kemudian masukkan kapiler yang berisi zat uji dan
panaskan dengan kenaikan suhu 3ᵒ ± 0,5ᵒ/ menit hingga melebur sempurna. Catat jarak lebur
seperti yang tertera pada metode I. Jika ukuran partikel terlalu besar untuk kapiler dinginkan
lebih dulu zat uji seprti diatas, gerus partikel dengan hati-hati denga tekanan rendah hingga
sesuai dengan kapiler dan segera isikan kedalam kapiler.
3. Metode III
Siapkan zat uji dan masukkan kedalam kapiler seperti pada metode I. Panaskan tangas
hingga suhu ± 10ᵒ dibawah suhu lebur yang diperkirakan, dan naikan suhu dengan kecepatan
1ᵒ ± 0,5ᵒ/ menit. Masukkan kapiler seperti metode I, bila suhu mencapai 5ᵒ dibawah suhu
terendah yang diperkirakan, lanjutkan pemanasan hingga lebur sempurna. Catat jarak lebur
seperti metode I.
4. Metode IV
Lebur hati-hati senyawa yang akan ditetapkan pada suhu serendah mungkin, masukkan
kedalam pipa kapiler yang kedua ujungnya terbuka, hingga ke dalam 10 mm. Dinginkan
kapiler yang telah terisi zat uji pada suhu 10ᵒ/ lebih rendah selama 24 jam, atau tempelkan
pada es selama tidak kurang dari 2 jam. Kemudian tempelkan tabung pada termometer denga
cara yang sesuai, atur dalam panas air sehingga ujung atas dari zat uji 10 mm dibawah
permukan air dan panaskan seperti metode I, kecuali sampai 5 dari suhu lebur yang
diperkirakan, atur suhu 0,5ᵒ - 1,0ᵒ/ menit. Suhu pada saat senyawa diamati dalam pipa kapiler
menaik dalam suhu lebur.
5. Metode V
Lebur perlahan zat uji, sambil diaduk sehingga suhu 90ᵒ - 90ᵒ. Pindahkan sumber panas
dan biarkan leburan senyawa mendingin sehingga 8ᵒ- 10ᵒ diatas suhu lebur yang
diperkirakan. Dinginkan pencadang raksa (seperti yang tertera pada termumeter) ≤ 31 ≥
hingga suhu 5ᵒ, bersihkan hingga kering, dan suatu masih dingin celupkan leberuan senyawa
hingga lebih kurang separuh bagian bawah pencadang terrendam.ambil secepatnya, dan
tahan secara vertikal dari panas hingga permukaan menjadi buram, kemudian celupkan
selama 5 menit kedalam tangas air pada suhu tidak lebih 16ᵒ. Letakkan erat termometer
dalam tabung reakasi sehingga ujung terendam 15 mm diatas dasar tabung reaksi. Celupkan
tabung reaksi dalam tangas air yang telah diatur pada suhu ± 16ᵒ dan naikan suhu tangas 2ᵒ/
menit hingga suhu 30ᵒ, kemudian turunkan suhu 1ᵒ/ menit dan catat suhu pada saat tetesan
senyawa pertama meleleh lepas dari senyawa yang dilelehkan. Jika fariasi 3 kali penetapan
kurang dari 1ᵒ gunakkan hasil rata-rata ketiga penetapan tersebut sebagai suhu lebur. Jika
fariasi 3 kali penetapan lebih besar 1ᵒ, lakukan 2 penetappan tambahan dan gunakan hasil
rata-rata dari 5 penetapan sebagai suhu lebur.
Alat dan bahan:
- Pipa kapiler
- Thermometer
- Tangas/meltingpoint
apparatus
- Cairan
- Kaca pembesar
- Serbet
- Anak timbangan
- Pinset
- Sendok tanduk
- Perkamen
- Paracetamol pulv
- Crystal cofein
pipa kapiler
thermometer
melting point
apparatus
kaca pembesar
Prosedur kerja :
1. Meratakan serbuk halus sehingga permukaan lapisan tipis
2. Salah satu ujung pipa kapiler dibuntu dengan cara dipanaskan agar serbuk yang
dimasukan tidak bocor
3. Serbuk dimasukan kedalam pipa kapiler
4. Dimasukan kedalam unit melting point apparatus
5. Dinyalakan tombol lampu dan tombol on
6. Diamati sampai terjadi titik lebur
7. Dicatat temperature saat melebur.
ViscositasKonsep: viscositas
Tujuan : untuk mengetahui kemurnian suatu zat
Untuk menetukan kekentalan dengan viscometer
Dasar teori: Viscositas merupakan suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan
untuk mengalir kekentalan atau didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar
lain dan kondisi mapan tertentu bila memang dalam permukaan tersebut diisi dengan cairan
yang akan ditentukan kekentalannya. Kekentalannya adalah tekanan geser dibagi laju
tagangan geser. Satuan dasar kekentalan adalah poise. Penentuan suhu penting karena
kekentalan berubah sesuai suhu secara umum kekentalan menurun dengan naiknya suhu. Alat
yang digunakan untuk mengukur viscositas adalah viscometer. Rumus perhitungan viscositas
K= v
a . t dimana k=kostanta viscometer
v=kekentalan cairant=waktu aliran cairana=bobot jenis cairan
Alat:- Klem dan statif- Viscometer
- Bola hisap- Stopwatch
klem dan statif viscometer
Bahan:- gliserin
Prosedur:
1. Dipasang klem dan statif
2. Dimasukan gliserin kedalam viscometer melalui pipa yang berdiameter lebih besar.
3. Gliserin yang dimasukan dihentikan apabila setengah ruang yang berbentuk labu terisi.
4. Ditutup tabung yang berdiameter lebih kecil dengan bola hisap.
5. Dihisap cairan dengan bola hisap hingga naik diatasnya garis paling atas.
6. Dilepaskan bola hisap bila cairan turun tampak pada garis pertama dan dihidupkan
stopwatch, dimatikan stopwatch ketika cairan tetap pada garis kedua.
7. Percobaan diulang 3kali. Hitung rata-rata waktu alir cairan
Rotasi Optik Konsep: Rotasi optik
Tujuan : 1. Untuk mengetahui rotasi jenis
2. Untuk menguji kemurnian zat
3. Untuk menguji penggunaan polimeter
Dasar teori:
I. Dasar Teori (FI IV hal.1040)
Banyak bahan obat,dalam keadaan murni atau dalam bentuk larutan,bersifat
optic aktif, dengan pengertian dapat menyebabkan cahaya yang datang kepolarisasi
pada suatu bidang.Muncul kembali dengan intensitas yang berbeda-beda dalam
bidang-bidang yang berkesinambungan,sedemikian hingga bidan intensitas
maksimum membentuk sudut dengan bidang cahaya dating,yang dapat diukur.Apabila
efek ini cukup besar untuk dapat diukurdengan teliti,maka dapat dipergunakan
sebagai dasar pada penetapan kadar atau uji identifikasi. Penetapan rotasi optik dan
rotasi jenis (FI III hal.771)
1. Rotasi optik adalah besarnya sudut pemutaran bidang polarisasi yang terjadi
apabila sinar dilewatkan melalui cairan kecuali digunakan lain pengukuran dan
dilakukan dengan menggunakan sinar natrium pada lapisan cairan setebal 1 dm
pada suhu 20˚.
2. Rotasi Jenis (X) adalah besarnya sudut permukaan yang terjadi ,sinar terpolarisasi
melalui cairan setebal 1 dm yang mengandung 1 g zat.Dilambangkan dengan X
menggunakan rumus :
[α] = 100 x α ATAU [α] = 100 C = 100 X α
P x c P x d x e
Keterangan:
[α] : rotasi jenis
α : rotasi optic
p : tebal larutan atau panjang tabung (dm)
c : jumlah gram tiap 100ml larutan
e : jumlah gram zat tiap 100ml larutan
*Kecuali dinyatakan lain pengukuran dilakukan pada suhu 20˚ dengan
menggunakan sinar Na panjang 589,3 nm
Pemutaran bidang polarisasi tergantung pada :
Panjang Gelombang
Jenis Larutan
Panjagng tabung larutan atau panjangnya larutan
Konsentrasi larutan
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran rotasi optik :
Ketelitian dan ketepatan
Elemen-elemen harus benar-benar bersih dan penjajarantepat
Alat dalam kondisi baik dan bersih
Letak titik pandangan harus benar-benar bersih dan penjajaran tepat
Sumber cahaya harus terpasang dan terarah baik di penyangga optik
Harus dilengkapi dengan system penjaringan yang mampu melewatkan
cahaya yang monokromatil.
Suhu larutan harus dijaga agar tetap dalam batas 0,2˚ dari suhu yang
ditetapkan agar tidak menyebabkan daya rotasi yang cukup besar.
3. Sudut polarisasi adalah sudut datang dimana cahaya yang dipantulkan oleh zat
hampa menutup datar dengan sempurna.
4. Polimetri adalah alat optik yang spesifik dan digunakan untuk mengukur rotasi
optik suatu zat aktif optik.
5. Zat aktif optic adalah senyawa atau zat yang mempunyai kemampuan memutar
polarisasi sinar yang terpolarisasi yang melewati larutan.
Rotasi optic digunakan untuk mengetahui sudut polarisasi dari suatu zat dan
juga untuk mengetahui kemurnian dan kadar dari zat tersebut.Rotasi diperoleh
dari pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan polarimeter.
Prinsip kerja polarimeter yaitu mengukur sudut pemutar (sudut rotasi)
bidang polarisasi yang terjadi jika sinar terpolarisasi dikuatkan melalui larutan
sehingga terbentuknya cahaya semar antara T-G-T dan G-T-G.
Alat dan bahan:
Polarimeter
Neraca analitik
Pipet tetes
Beaker glass
Batang pengaduk
Sendok tanduk
Botol aquadest
Gelas ukur
Spiritus
Kaki 3
Asbes
Laktosa
Glukosa
Sukrosa
aquadest
polarimeter neraca analitik
Prosedur kerja:
1. Disiapkan polarimeter beserta tabungnya
2. Diukur panjang tabung sampel dengan jangka sorong
3. Dinyalakan polarimeter dan mengatur skala agar tepat pada nol.
4. Mengisi tabung polarimeter dengan larutan uji,diusahakan tidak ada
gelembung
5. Dimasukkan tabung ke dalam polarimeter
6. Diamati dan di gambar bayangan yang terbentuk sampaiada bayangan
samar.
7. Di catat skala yang terbentuk,di hitung rotasi jenisnya.
Berat jenis zat cairKonsep: berat jenis
Sub konsep: berat jenis zat cair
Dasar teori: bobot permililiter suatu cairan adalah bobot dalam g per ml cairan yang
ditimbang diudara pada suhhu 20 c. bobot per ml zat cair ditetapkan dengan membagi bobot
zat cair diudara yang dinyatakan dalam g dan sejumlah cairan yang mengisi piknometer pada
suhu yang telah ditetapkan dengan kapasitas piknometer yang dinyatakan dlm ml pada suhu
yang sama. Kpasitas piknometer ditetapkan dari bobot diudara dari sejumlah air yang
dinyatakan dalam g yang mengisi piknometer pada suhu tersebut. Bobot 1 liter air pada suhu
yang telah ditetapkan bila ditimbang terhadap bobot kuningan diudara dengan kecepatan
0,0012 g per ml seperti tertera dalam table berikut. ( FI IV hal 1030 dan FI III hal 767)
Suhu Bobot per liter air (g)20 997,1825 996,0230 994,62
Alat :
- timbangan
- piknometer
- thermometer
neraca analitik piknometer termometer
Bahan:
- gliserin
Prosedur kerja :
1. digunakan piknometer bersih, kering dan sudah dikalibrasi dengan menetapkan bobot
piknometer dan bobot air yang baru didihkan pada suhu 250
2. diatur hingga suhu zat uji lebih kurang 200, masukkan ke dalam piknometer
3. diatur suhu piknometer yg telah diisi hingga suhunya 250
4. dibuang kelebihan zat uji dan ditimbang
5. dihitung dengan dikurangi bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah
diisi
Berat jenis zat padatKonsep: berat jenis
Sub konsep: berat jenis zat padat
Tujuan : untuk mengetahui bobot jenis suatu zat padat
Untuk mengetahui kemurnian suatu zat
Dasar teori: berat jenis adalah perbandingan berat jenis diudara pada suhu 25c
terhadap berat air dengan volume dan suhu yang sama. Berat jenis suatu zat adalah
massa suatu zat persatuan volume
=mv
Berat jenis dapat digunakan untuk mengetahui jenis zat, mengetahui kepekaan suatu
zat, dan mengetahui kemurnian suatu zat. Alat yang digunakan untuk mengukur berat
jenis salah satunya adalah piknometer. Piknometer dapat digunakan untuk
menentukan berat jenis zat cair dan zat padat tetapi zat padat berbeda dengan zat cair
karena memiliki rongga dan pori sehingga berat jenis tidak dapat terdefinisikan
dengan jelas.
Alat :
- Piknometer
- Timbangan analitik
- Beker glass
piknometer neraca analitik
bekerglass
Bahan:
- Paracetamol
- air
Prosedur kerja:
1. Dibersihkan piknometer terlebih dahulu dan dikeringkan.
2. Ditimbang piknometer kosong(a) dicatat
3. Ditimbang piknometer berisi air (b) dan diukur suhu dengan thermometer
4. Dihitung berat air
5. Ditimbang piknometer kosong (c)
6. Ditimbang piknometer berisi zat uji (d)
7. Dihitutung berat zat uji
8. Ditimbng piknometer yg dlmnya berisi zat sampel an dtmbh aquades; ditimbng
9. Dihitung berat zat dan air (g)
10.Dihitung bobot jenis dan berat jnis zat pdat
Penetapan Indeks Bias
Konsep :
Sub Konsep :
Tujuan :
Dasar Teori
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan
kecepatan cahaya dalam zat tersebut. indeks bias berguna untuk ketakmurnian (Farmakope
Indonesia Edisi IV).
Cahaya berjalan lebih lambat melalui suatu zat dibandingkan melalui ruang hampa.
Apabila cahaya memasuki suatu zat yang lebih rapat, gelombang-gelombang yang diteruskan
pada antarpermukaan dimodifikasi menjadi saling mendekatkan karena kecepatannya yang
lebih lambat dan panjang gelombang yang lebih pendek. Apabila cahaya memasuki suatu zat
yang lebih rapat pada suatu sudut, seperti diperlihatkan, satu bagian dari gelombang segera
berjalan lebih lambat begitu melewati antarmuka dan menghasilkan penekukan gelombang
menuju antarmuka. Gejala ini disebut dengan pembiasan. Apabila cahaya memasuki suatu zat
yang kurang rapat, cahaya itu akan dibiaskan menjauhi antarmuka, dan tidak mengarah
kepadanya. Nilai relative dari efek antara kedua zat ini dinyatakan oleh indeks bias, n :
n= sin isin r
= kecepatan cahayadalam zat pertamakecepatan cahayadalam zat kedua
Di mana sin i adalah sinus sudut sinar datang dari cahaya dan sin r adalah sudut sinar
yang dibiaskan. Pada umumnya, pembilang diambil sebagai kecepatan cahaya di udara, dan
penyebut adalah bahan yang diselidiki.
Indeks bias berubah-ubah dengan berubahnya panjang gelombang cahaya dan
temperature. Indeks bias dapat digunakan untuk identifikasi suatu zat untuk mengukur
kemurniannya, dan untuk menentukan konsentrasi dari suatu zat yang dilarutkan dalam zat
yang lainnya. Alat yang biasanya digunakan untuk mengukur indeks bias adalah
refraktometer.
Alat dan Bahan
- Bahan
- Refraktometer PRA dan PR.f
- Labu ukur
- Pipet tetes
- Beaker glass
- Kertas lensa
Cara Kerja
1. Siapkan bahan.
2. Kalibrasi refraktometer dengan cara :
a. Bidikkan ujung depan refraktometer ke arah cahaya terang, dan aturlah cincin
okuler pengatur dioptek sehingga garis skala tampak jelas.
b. Pengatur garis nol.
Bukalah plat penutup, teteskan air suling ½ tetes pada permukaan prisma.
Tutupkan plat penutup putar,dan atur skrup pengoneksi untuk membuat batas
terang/gelap bertepatan dengan garis nol.
c. Buka plat penutup dan bersihkan air pada prisma dan tutupkan plat penutupnya.
Pembacaan pada batas terang/gelap memberikan presentase kandungan kadar
bahan.
3. Ukur kadar sampel.
4. Diulang dan diamati minimal 3x
Tegangan Permukaan
Konsep : Penetapan Tegangan Permukaan
Sub Konsep :
Tujuan :
Dasar Teori
Tegangan permukaan adalah gaya yang diakibatkan oleh suatu benda yang bekerja pada permukaan zat cair sepanjang permukaan yang menyentuh benda itu. Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), maka tegangan-permukaan, S dapat ditulis sebagai S = F/L. tegangan permukaan dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air.
Molekul cairan biasanya saling tarik menarik. Di bagian dalam cairan, setiap molekul cairan dikelilingi oleh molekul-molekul lain di setiap sisinya; tetapi di permukaan cairan, hanya ada molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas tidak ada molekul cairan lainnya. Karena molekul cairan saling tarik menarik satu dengan lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam cairan. Sebaliknya, molekul cairan yang terletak dipermukaan ditarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah. Karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya, dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang tipis. Fenomena ini kita kenal dengan istilah Tegangan Permukaan.
Untuk membantu menurunkan persamaan tegangan permukaan, mari tinjau sebuah kawat yang dibengkokkan membentuk huruf U. Sebuah kawat lain yang berbentuk lurus dikaitkan pada kedua kaki kawat U, di mana kawat lurus tersebut bisa digerakkan (lihat gambar di bawah).
Jika kawat ini dimasukan ke dalam larutan sabun, maka setelah dikeluarkan akan terbentuk lapisan air sabun pada permukaan kawat tersebut. Mirip seperti ketika bermain gelembung sabun. Karena kawat lurus bisa digerakkan dan massanya tidak terlalu besar, maka lapisan air sabun akan memberikan gaya tegangan permukaan pada kawat lurus sehingga kawat lurus bergerak ke atas (perhatikan arah panah). Untuk mempertahankan kawat lurus tidak bergerak (kawat berada dalam kesetimbangan), maka diperlukan gaya total yang arahnya ke bawah, di mana besarnya gaya total adalah F = w + T. Dalam kesetimbangan, F = gaya tegangan permukaan yang dikerjakan oleh lapisan air sabun pada kawat lurus.
Misalkan panjang kawat lurus adalah l. Karena lapisan air sabun yang menyentuh kawat lurus memiliki dua permukaan, maka gaya tegangan permukaan yang ditimbulkan oleh lapisan air sabun bekerja sepanjang 2l. Tegangan permukaan pada lapisan sabun merupakan perbandingan antara Gaya Tegangan Permukaan (F) dengan panjang permukaan di mana gaya bekerja (d). Untuk kasus ini, panjang permukaan adalah 2l. Secara matematis, ditulis :
Karena tegangan permukaan merupakan perbandingan antara Gaya tegangan permukaan dengan Satuan panjang, maka satuan tegangan permukaan adalah Newton per meter (N/m) atau dyne per centimeter (dyn/cm).
1 dyn/cm = 10-3 N/m = 1 mN/m
Alat dan Bahan
- Aquadest - Beaker glass
- Detergen - Gelas ukur
- Neraca analitik - Pipet tetes
neraca analitik bekerglass gelas ukur
Cara Kerja
1. Detergen ditimbang di dalam beaker glass A, detergen tersebut dilarutkan dengan
aquadest sesuai dengan masing-masing perlakuan.
2. Larutan tersebut dipindahkan ke beaker glass B dengan cara diteteskan.
3. Masing-masing perlakuan dihitung dan dicacat beberapa tetes.
4. Percobaan ini diulang dua kali utuk setiap macam zat cair yang akan diselidikinya.
5. Data analisa dengan menggunakan perhitungan ketidakpastian pengukuran dalam
percobaan.