studi desain high temperature gas-cooled reactor …digilib.unila.ac.id/55238/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
STUDI DESAIN HIGH TEMPERATURE GAS-COOLED REACTOR(HTGR) BERPENDINGIN GAS HIDROGEN MENGGUNAKAN BAHAN
BAKAR THORIUM
(Skripsi)
Oleh
Dika Riyan Saputra
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
i
ABSTRAK
STUDI DESAIN HIGH TEMPERATUR GAS-COOLED REACTOR(HTGR) BERPENDINGIN GAS HIDROGEN MENGGUNAKAN BAHAN
BAKAR THORIUM
Oleh
Dika Riyan Saputra
Telah dilakukan penelitian mengenai desain teras reaktor suhu tinggi (HTGR)berpendingin gas hidrogen dengan bahan bakar thorium menggunakan programSRAC. Reaktor didesain untuk menghasilkan daya termal yang maksimal dankondisi kritis. Parameter yang dianalisis pada penelitian ini adalah pengayaanbahan bakar, densitas atom, ukuran teras reaktor, konfigurasi teras reaktor,kekritisan, dan distribusi rapat daya. Perhitungan pada teras reaktor dilakukansecara dua dimensi (x,y) pada 1/6 bagian teras reaktor dengan mesh berbentuktriangular. Bahan bakar yang digunakan adalah Th232 dan U233, serta gas hidrogensebagai pendingin. Pada penelitian ini diperoleh desain teras reaktor yang idealdengan ukuran panjang (x) = 428 cm dan lebar (y) = 214 cm, pengayaan padabahan bakar bagian pertama 6,037% dan bahan bakar bagian kedua 8%. DesainTeras reaktor pada penelitian ini menghasilkan daya termal sebesar 60 MWth,dengan nilai rapat daya maksimal sebesar 179,6747 Watt/cm3 yang terletak padatitik x=1, y=18 dan nilai faktor multiplikasi efektif (keff) sebesar 1,000005.
Kata kunci: Desain teras reaktor, hidrogen, HTGR, rapat daya, thorium
ii
ABSTRACT
DESIGN STUDY OF THE HIGH TEMPERATUR HYDROGEN GAS-COOLED REACTOR (HTGR) USING THORIUM FUEL
By
Dika Riyan Saputra
TheResearch of design reactor HTGR cell core with thorium fuel and hydrogengas cooled using SRAC program has been done. The reactor was designed togenerate maximum thermal power and critical conditions. The parameters on thisstudy are fuel enrichment, atomic density, size and configuration of reactor core,criticality and the distribution of power density. Reactor core calculation wasdone in two dimensional core (x,y) at 1/6 part of the reactor core with atriangular mesh.The fuelwas Th232 and U233, and hydrogen as coolant. In thisstudy, the ideal reactor core design was length (x) was 428 cm and width (y) was214 cm, the first fuel enrichment was 6,037% and second fuel enrichment was 8%.Reactor core design in this study generated 60 MWth thermal power withmaximum power density was 179,6747 Watt/cm3 which is located at x=1, y=18point and effective multiplication (keff) is 1,000005.
Keywords:Core design reactor, hidrogen, HTGR, power density, thorium
STUDI DESAIN HIGH TEMPERATURE GAS-COOLED REACTOR(HTGR) BERPENDINGIN GAS HIDROGEN MENGGUNAKAN BAHAN
BAKAR THORIUM
Oleh
DIKA RIYAN SAPUTRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA SAINS
Pada
Jurusan FisikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama Dika Riyan Saputra dilahirkan di Desa
Penumangan Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tanggal
11 November 1996. Anak pertama dari pasangan Bapak
Sonadi dan Ibu Nurminah. Penulis menyelesaikan pendidikan
di SD Negeri 1 Penumangan tahun 2008, SMP Bina Desa
tahun 2011, dan SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah tahun 2014.
Selanjutnya, pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di kegiatan kampus yaitu Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA Universitas Lampung sebagai anggota
bidang Hubungan Luar dan Pengabdian Masyarakat (HLPM) dari tahun 2014-
2015, dan Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) FMIPA Universitas Lampung
sebagai kepala bidang Minat Bakat pada tahun 2016.
Penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN) Serpong Tanggerang Selatan dengan judul “Sintesis dan
Analisis Fasa Sample Pseudobrokite Sistem Fe2-xLaxTiO5 dengan Variasi x (0,0;
0,01; 0,02; dan 0,04)”. Penulis juga pernah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Desa Ceringin Asri, Kecamatan Way Ratai, Kabupaten Pesawaran.
viii
Kemudian penulis melakukan penelitian “Studi Desain High Temperature gas-
Cooled Reactor (HTGR) Berpendingin Gas Hidrogen Menggunakan Bahan Bakar
Thorium” sebagai tugas akhir di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
ix
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan;
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
(QS. Asy-Syath: 5-6)
“Kesempatan tak datang dua kali, tapi kesempatan akan selalu
datang untuk mereka yang tak berhenti mencoba”
“Jangan Lupa Bersyukur”
x
Dengan Izin Allah SWT
Aku persembahkan karya kecilku ini kepada:
Bapak, Ibu, Rima Damayanti, dan adik-adikku serta keluargabesar yang selalu mendo’akanku, mengasihiku,
mendukungku, dan menyemangatiku.
Bapak Ibu Guru dan Dosen yang telah memberikanbimbingan dan ilmu pengetahuan dengan penuh keikhlasan
kepadaku.
Sahabat Himafi yang menjadi penyemangat dan penghiburkudisela kesibukan kuliah
Rekan-rekan Seperjuanganku Fisika FMIPA UNILAAngkatan 2014
Almamater Tercinta.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi
Desain High Temperature Gas-Cooled Reactor (HTGR) Berpendingin Gas
Hidrogen Menggunakan Bahan Bakar Thorium”. Tujuan penulisan skripsi ini
adalah sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar S1 dan juga
melatih mahasiswa untuk berpikir cerdas dan berprilaku jujur dalam menulis
karya ilmiah.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa pada khususnya dan
masyarakat umum.
Bandar Lampung, 10 Januari 2019
Penulis,
Dika Riyan Saputra
xii
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kuasa-Nya
penulis masih diberikan kesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian dan skripsi ini,
terutama kepada:
1. Kedua orang tua, Rima Damayanti, dan adik-adikku tercinta yang tiada henti
memberikan dukungan dan doa hingga penelitian ini selesai.
2. Ibu Dr. Yanti Yulianti, S.Si., M.Si sebagai pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan yang mendukung dari awal sampai akhir
penulisan.
3. Bapak Agus Riyanto, S.Si., M.Sc. sebagai pembimbing II yang telah
mengoreksi format penulisan, memberikan kritik dan saran selama penulisan
skripsi.
4. Ibu Dra. Dwi Asmi, M.Si., Ph.D sebagai Pembimbing Akademik (PA)
sekaligus penguji yang telah memberikan bimbingan serta nasehat dari awal
perkuliahan sampai menyelesaikan tugas akhir.
5. Bapak Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng sebagai Ketua Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung
6. Bapak Prof. Dr. Warsito, S.Si., DEA selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
xiii
7. Para dosen serta karyawan di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
8. Rekan–rekan satu tim penelitian fisika komputasi yang selalu menyemangati
dan membatu skripsi ini sehingga terselesaikan.
9. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2014 terutama Sahabat Himafi yang
selama ini memberikan semangat, candaan dan motivasi selama perkuliahan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita,
serta membalas kebaikan kalian.
Bandar Lampung, 10 Januari 2019
Penulis
Dika Riyan Saputra
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii
MOTTO ......................................................................................................... ix
PERSEMBAHAN .......................................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................... xi
SANWACANA .............................................................................................. xii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1B. Rumusan Masalah................................................................................. 5C. Batasan Masalah ................................................................................... 5D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
xv
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Reaktor Nuklir ..................................................................................... 7B. Komponen Reaktor .............................................................................. 9C. Perkembangan Reaktor ........................................................................ 12D. High Temperature Gas-Cooled Reactor (HTGR) ............................... 13E. Bahan Bakar ......................................................................................... 15F. Hidrogen .............................................................................................. 19G. Persamaan Difusi Neutron ................................................................... 21H. System Reactor Atomic Code (SRAC) ................................................. 23
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 26B. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 26C. Prosedur Penelitian .............................................................................. 26D. Diagram Alir Penelitian ....................................................................... 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan Densitas Atom ................................................................. 37B. Pengayaan Bahan Bakar ...................................................................... 39C. Ukuran Teras Reaktor .......................................................................... 40D. Rapat Daya (Power Density) ............................................................... 43E. Desain Teras Reaktor Ideal .................................................................. 46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 49B. Saran .................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Faktor multiplikasi ......................................................................... 8
Gambar 2. Reaksi fisi ....................................................................................... 9
Gambar 3. Skema reaktor daya eksperimental HTGR..................................... 15
Gambar 4. Thorium.......................................................................................... 19
Gambar 5. Struktur sistem SRAC .................................................................... 24
Gambar 6. Diagram alir penelitian................................................................... 34
Gambar 7. Pengaruh pengayaan bahan bakar terhadap nilai keff................................. 40
Gambar 8. Pengaruh ukuran kolom (x) terhadap nilai keff yang dihasilkan ..... 41
Gambar 9. Pengaruh ukuran baris (y) terhadap nilai keff yang dihasilkan........ 43
Gambar 10. Rapat daya relatif pada kolom (x) ................................................ 44
Gambar 11. Rapat daya relatif pada baris (y)................................................... 46
Gambar 12. Konfigurasi 1/6 teras reaktor dengan jumlah mesh 36 x 18 .......... 47
Gambar 13. Desain ideal teras reaktor HTGR model heksagonal ................... 48
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Sifat fisik gas hidrogen ..................................................................... 20
Tabel 2. Nilai konduktifitas Gas ...................................................................... 20
Tabel 3. Karakteristik teras reaktor HTGR berdasarkan penelitian-penelitianSebelumnya ....................................................................................... 36
Tabel 4. Karakteristik awal teras reaktor HTGR pada penelitian .................... 37
Tabel 5. Hasil perhitungan densitas atom bahan bakar ................................... 38
Tabel 6. Pengaruh pengayaan bahan bakar terhadap nilai keff ......................... 39
Tabel 7. Pengaruh ukuran kolom (x) terhadap nilai keff yang dihasilkandengan pengayaan bahan bakar bagian pertama 6% danbahan bakar bagian kedua 8%............................................................ 41
Tabel 8. Pengaruh ukuran baris (y) terhadap nilai keff yang dihasilkandengan pengayaan bahan bakar bagian pertama 6% danbahan bakar bagian kedua 8%............................................................ 42
Tabel 9. Rapat daya relatif pada kolom (x) ...................................................... 44
Tabel 10. Rapat daya relatif pada baris (y) ...................................................... 45
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan energi bagi kelangsungan hidup manusia merupakan masalah besar
yang dihadapi oleh hampir seluruh warga di dunia. Dalam laporan rutin yang
dikeluarkan oleh International Atomic Energy Agency(IAEA), diperkirakan
peningkatan konsumsi energi dunia akan terus terjadi dengan kenaikan rata-rata
hingga 1,6% per tahun sedangkan di Indonesia naik sebesar 6% per tahun. Ada
dua aspek penting yang menarik dibahas terkait kenyataan tersebut. Pertama,
sekitar 70% kebutuhan energi berasal dari negara sedang berkembang. Kedua,
IAEA menganggap peningkatan penggunaan energi nuklir dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi global serta meningkatkan pasokan energi dan
mengurangi emisi karbon (ESDM, 2016).
Saat ini telah dikembangkan berbagai sumber energi alternatif, salah satunya
adalah energi nuklir. Menurut IAEA jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN) di dunia sudah mencapai 441 buah dan hingga tahun 2020 diperkirakan
akan ada tambahan 126 PLTN baru. Energi nuklir sudah dipastikan akan menjadi
salah satu sumber energi alternatif yang akan digunakan di Indonesia. Peran
energi nuklir akan sangat penting bersama sumber energi baru dan terbarukan
lainnya dalam menjamin pasokan dan keamanan energi listrik di Indonesia.
2
Diperkirakan, kontribusi energi nuklir akan mencapai sekitar 4000 MW pada
tahun 2025. Pengembangan energi nuklir didasarkan pada PP nomor 43/2006
serta UU nomor 17/2007 tentang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005-2015
(ESDM, 2012).
Reaktornuklir yang pertama kali
membangkitkanlistrikadalahstasiunpembangkitpercobaan EBR-1 pada 20
Desember 1951 di Arco Idaho, AmerikaSerikat. Kemudianpada 27 Juni 1954,
PLTN pertama di dunia yang menghasilkanenergilistrikmulaiberoperasi di
Obinsk, Uni Soviet.Sedangkan, PLTN skalakomersialpertamaadalah Calder Hall
di Inggris yang dibukapada 17 Oktober 1956. Di negara-negara lain, PLTN
sudahbanyakdikembangkancontohnyanegaradenganjumlahreaktorterbanyakyaitu
AmerikaSerikatdengan 104 reaktor, kemudianPerancisdengan 59 reaktor, Jepang
53 reaktordanmasihbanyaknegara yang sudahmenggunakan PLTN
untukmemenuhikebutuhanlistrik di negaranya (Anwar, 2010).
Pembangkit energi saat ini umumnyamenggunakan bahan bakar fosil seperti
minyak bumi, gas, dan batu bara. Penggunaan bahan bakar fosil akan
menyebabkan menipisnya cadangan bahan bakar fosil di bumi serta menghasikan
polusi lingkungan . Oleh karena itu, banyak penelitian tentang pembangkit energi
yang ramah lingkungan dan tidak menggunakan bahan bakar fosil tetapi
menggunakan reaktor nuklir.Bahan bakar yang biasa digunakan pada reaktor
nuklir ada 2 jenis yaitu bahan bakar fisil dan bahan bakar fertil. Bahan bakar fisil
adalah bahan bakar yang akan mengalami reaksi fisi ketika ditembakan oleh
sebuah neutron, contohnya uranium-233 (U233), uranium-235 (U235), dan
plutonium-239 (Pu239). Bahan bakar fertil adalah bahan bakar yang akan
3
mengalami peluruhan radioaktif akan berubah menjadi bahan bakar fisil ketika
ditembakan sebuah neutron, contohnya uranium-238 (U238) dan thorium-232
(Th232)(Soentono,1998).
Uranium merupakan bahan bakar utama untuk PLTN. Selain U, bahan lain yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar adalah thorium (Th). Di alam, bisa
dikatakan semua Th adalah thorium-232 (Th232). Th merupakan bahan fertil yang
apabila menyerap neutron akan menjadi bahan fisil U233 yang dalam reaktor nuklir
dapat menghasilkan reaksi berantai. Th memiliki beberapa keunggulan dibanding
U, diantaranya rasio konversi Th232 menjadi isotop U233 lebih tinggi dibanding
dengan U238 menjadi Pu239 (Dewita, 2012). Cadangan Thbelumbanyakdieksplorasi
dibandingkan dengan Usehingga Th dapat menjadi bahan bakar nuklir pengganti
U. Umumnya,Thdapatditemukandalam mineral monasit,
sedangkanmonasitdapatditemukanpadabatuangranit. Beberapatempat di Indonesia
terdapatbukit-bukit yang tersusundaribatuanplutonik yang
merupakanbatuansisadaripelapukandanerosi. Bukit-bukittersebutantara lainBukit
Maras (699 m) terletakantaraKotaPangkal Pinang dan Bangka Barat, Bukit Tebas
(654 m), BukitPermis (510 m) di Bangka Selatan, BukitMenumbing (455 m) di
Bangka Barat, GunungMangol (398 m) di kotaPangkal Pinang. Bukit-
bukitsisaerosi yang tersusunatasbatuanbekugranittersebutterdapat di Provinsi
Bangka Belitung, sehinggaPulau Bangka dapatdijadikansumbereksplorasi thorium
(Ngadenindkk., 2014).
Reaktor nuklir dalam perkembangannya mengalami empat fase regenerasi yaitu
generasi I, II, III dan IV. Salah satu reaktor generasi VI yang sedang
4
dikembangkan saat ini adalah High Temperature Gas-Cooled
Reactor(HTGR).Sesuai dengan namanya reaktor HTGR merupakan reaktor suhu
tinggi yang menggunakan gas sebagai pendingin dan grafit sebagai
moderator.Reaktor temperatur tinggi ini pada dasarnya menggunakan konsep dari
HighTemperature Engineering Test Reactor (HTTR)yang didesain dengan low-
enriched uranium(LEU). Sebagai reaktor test yang memiliki karakteristik khusus
dalam bidang keselamatan, HTTR dirancang dengan daya 30 MW dan dijaga
keadaannya agar temperatur pusat bahan bakar maksimum 1600 ˚C (Mardiansah
dan Zaki, 2008).
Fenny (2007) dari Politeknik Negeri Bandung melakukan penelitiandengan
judulDesain Teras Reaktor Temperatur Tinggi Berpendingin Gas Helium dengan
Bahan Bakar Uranium Dioksida. Penelitian tersebut menggunakan uranium
sebagai bahan bakar dan gas helium sebagai pendingin.Kemudiandilakukan
variasi pengayaan bahan bakar antara 3,4% - 9,9%. Dengan perhitungan cell
menggunakan geometri bahan bakar berbentuk heksagonal. Berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan CITATION pada program SRAC diperoleh k-efektif
yang optimal pada pengayaan 5,8% dengan nilai 1,00311melalui periode burn up
660 hari.
Mengacu pada penelitian sebelumnya, maka dilakukan pengembangan dengan
mengganti Thsebagai bahan bakar dan hidrogen (H) sebagai pendinginnya.
Selanjutnya, pada penelitian ini akan dilakukan pengayaan bahan bakar dan desain
teras reaktor HTGR dengan model geometriheksagonal untuk mendapatkan nilai
keff= 1 dengan energi yang optimal.
5
Dalampenelitianini program yang digunakanuntukmendesainreaktoradalahSystem
Reactor Atomic Code(SRAC).SRAC adalah sebuah program komputasiyang
digunakan menganalisis sistem reaktor berdasarkanlibrary data yang sudah ada.
SRAC dikembangkanolehJapan Atomic Energy Research Institute(JAERI) di
Japan Atomic Energy Agency(JAEA) Jepang (Okumura, 2006).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pengayaan bahan bakar terhadap nilai k-efektif yang
dihasilkan?
2. Bagaimana ukuran dan konfigurasi teras reaktor HTGR yang menghasilkan
energi secara maksimal?
3. Bagaimana desain optimal reaktor HTGR dengan geometri berbentuk
heksagonal agar memperoleh energi yang maksimal?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Jenis reaktor yang digunakan pada penelitian ini adalah HTGR.
2. Bahan bakar yang digunakan pada penelitian ini adalah Th dengan H sebagai
gas pendingin.
3. Pengayaan bahan bakar terbagi menjadi dua komposisi, yaitu pengayaan
bahan bakar bagian pertama sebesar 4%-8% dan pengayaan bahan bakar
bagian kedua 8%.
4. Desain teras reaktorpada penelitian ini menggunakan geometriheksagonal.
6
5. Perhitungan pada penelitian ini menggunakanCITATION pada program
SRAC.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh pengayaan bahan bakar U233 dan Th232terhadap nilai k-
efektif yang dihasilkan.
2. Membuat desain teras reaktor jenis HTGR dengan model
geometriheksagonal.
3. Menentukan ukuran dan konfigurasi teras reaktor dengan energi yang
optimal.
E. Manfaan Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi mengenai solusi permasalahan krisis energi di
Indonesia terutama dibidang energi listrik
2. Memberikansumbang saran penelitianreaktornuklirberbahanbakar Th.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Reaktor Nuklir
Sebuah reaktor bekerja berdasarkan reaksi pembelahan (fisi) dari sebuah inti. Pada
reaktor dibedakan dua jenis material yang dapat mengalami fisi atau pembelahan
yang disebut dengan fissionable material yaitu material fisil dan material fertil.
Material fisil merupakan material yang akan mengalami pembelahan ketika ditembak
oleh sebuah neutron dengan sejumlah energi, sedangkan material fertil adalah
material yang akan menangkap neutron dan melalui peluruhan radioaktif akan
berubah menjadi material fisil (Lewis, 2008). Ketika sebuah inti ditembakkan oleh
sebuah neutron dengan jumlah tertentu, inti akan mengalami reaksi fisi. Secara
umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme yaitu
pembelahan inti (reaksi fisi) dan penggabungan beberapa inti (reaksi fusi)
(Duderstadt dan Hamilton, 1976).
Reaksi fisi yang terjadi di dalam reaktor mengakibatkan perubahan jumlah
neutron, dimana perubahan itu bisa berupa penambahan dan pengurangan jumlah
neutron (kehilangan neutron). Secara umum, perubahan jumlah neutron akibat
reaksi fisi dapat dirumuskan k-efektif (keff) atau sering disebut dengan faktor
multiplikasi. Faktor multiplikasi menggambarkan tingkat kestabilan reaksi fisi di
dalam teras reaktor yang mencapai keadaan stabil (kritis) jika nilai keff = 1
8
Gambar 1. Faktor multiplikasi (Lewis, 2008)
Gambar 1 menunjukan jika besarnya keff > 1 disebut reaktor superkritis yang
artinya jumlah neutron meningkat sebagai fungsi waktu, jika keff = 1 reaktor dalam
keadaan kritis artinya jumlah neutron tidak berkurang atau pun bertambah tetapi
konstan (tetap), dan jika besarnya nilai keff < 1 disebut reaktor subkritis yang
artinya jumlah neutron menurun sebagai fungsi waktu (Zweifel, 1973).
Reaktor nuklir merupakan sebuah peralatan sebagai tempat berlangsungnya reaksi
berantai fisi nuklir terkendali untuk menghasilkan energi nuklir, radioisotop, atau
nuklida baru (World Nuclear, 2010). Dalam reaktor nuklir, neutron digunakan
untuk menginduksi terjadinya reaksi fisi inti pada inti berat. Sehingga inti berat
akan membelah menjadi dua atau lebih inti atom yang lebih ringan seperti pada
Gambar 2. Reaksi fisi disertai pemancaran energi dan partikel, misalnya neutron
(Duderstadt dan Hamilton, 1976). Pelepasan energi yang dihasilkan melalui reaksi
fisi berantai yang terkendali dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik
(Zweifel, 1973).
9
Gambar 2. Reaksi fisi (Duderstadt dan Hamilton, 1976).
B. Komponen Reaktor
Sebuah reaktor nuklir harus didukung oleh beberapa fasilitas yang disebut sebagai
Komponen Reaktor. Komponen reaktor nuklir harus memenuhi standar kualitas
yang tinggi, sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kegagalan
komponen tersebut sangat kecil. Persyaratan utama untuk bahan yang akan
digunakan dalam sistem reaktor ini yaitu memiliki stabilitas di bawah dimensi
iradiasi, di bawah tekanan atau tanpa tekanan, sifat mekanik (kekuatan tarik,
ductility, ketahanan mulur, tidak mudah retak, kekuatan tekan) dan tahan terhadap
korosi dari cairan pendingin reaktor (Yvon dan Carre, 2009). Adapun komponen
dari sebuah reaktor nuklir adalah sebagai berikut.
1. Batang Bahan Bakar (Fuel Pin)
Batang bahan bakar ini berbentuk pipa dengan diameter kira-kira 1 cm. Dalam
suatu reaktor daya besar, ada ribuan batang bahan bakar yang diletakkan saling
berdekatan. Seluruh batang bahan bakar dan daerah sekitarnya dinamakan teras
10
reaktor. Sedangkan batang elemen bahan nuklir terdiri dari bahan bakar nuklir,
misalnya U233, U235, Pu239, dan Th232 (Yulianto, 1996).
2. Moderator
Moderator adalah komponen reaktor yang berfungsi untuk menurunkan energi
neutron cepat (2-10 MeV) menjadi neutron dengan energi termal (0,02 - 0,04 eV)
agar dapat bereaksi dengan bahan bakar nuklir (Lewis, 2008). Moderator yang
umum digunakan adalah air ringan (H2O) atau air berat (D2O). Air ringan
memiliki kepadatan 1 gr/cm3, titik lebur 0 oC, dan titik didih 100 oC. Air berat
memiliki kepadatan 1,11 gr/cm3, titik lebur 3,8oC, dan titik didih 101oC (Price et
al., 2013). Ketika neutron berenergi tinggi keluar dari sebuah elemen bahan bakar,
neutron tersebut memasuki air di sekitarnya dan bertumbukan dengan molekul-
molekul air sehingga neutron tersebut diperlambat (Cao et al., 2008).
3. Batang Kendali (Control Rod)
Komponen reaktor yang berfungsi sebagai pengatur jumlah neutron yang bereaksi
dengan bahan bakar adalah batang kendali. Bahan yang dipergunakan untuk
batang kendali reaktor haruslah memiliki kemampuan tinggi menyerap neutron
dan memiliki waktu hidup yang panjang (tidak mudah terbakar). Pemilihan
material batang kendali tergantung pada desain reaktor nuklir yang digunakan.
Material batang kendali yang digunakan dalam reaktor nuklir memiliki sifat
konduktivitas panas yang cukup, tahan terhadap panas dan radiasi, tidak mudah
korosif, material harus cukup kuat untuk mematikan reaktor nuklir, dan memiliki
tampang lintang serapan neutron yang tinggi (Chanakya, dkk., 2001). Bahan
material yang sering digunakan untuk pembuatan batang kendali adalah hafnium
11
(Hf), paduan silver-indium-cadmium (Ag-In-Cd), dan boron (B) (Soentono,
1998).
4. Perisai (Shielding)
Inti-inti atom hasil pembelahan dapat menghasilkan radiasi. Radiasi yang
dihasilkan oleh reaktor antara lain radiasi partikel alfa, beta, produk fisi, sinar
gamma, dan neutron. Untuk menahan radiasi ini, maka umumnya reaktor
dikelilingi oleh perisai beton. Bahan perisai yang umumnya digunakan adalah
timbal (Pb82), bismuth (Bi83), tungsten (W74) sebagai pelindung radiasi sinar X,
besi (Fe26) sebagai pelindung radiasi gamma, cadmium (Cd48) dan boron (B5)
sebagai pelindung radiasi neutron (Soentono, 1998).
5. Bejana reaktor (Reactor vessel)
Bejana reaktor merupakan suatu wadah memiliki dinding yang kuat dan dapat
menampung inti dari reaktor daya. Bejana ini berisi moderator, reflektor,
pelindung termal dan batang kontrol. Selain itu, bejana reaktor juga bisa berupa
serangkaian tabung yang menampung bahan bakar dan menyalurkan pendingin ke
moderator.
6. Reflektor (Reflector)
Ketika reaksi fisi berlangsung, neutron yang keluar dari pembelahan bahan fisil,
berjalan dengan kecepatan tinggi ke segala arah. Karena sifatnya yang tidak
bermuatan listrik maka gerakannya bebas menembus medium dan tidak berkurang
bila tidak menumbuk suatu inti atom medium. Karena sifat tersebut, sebagian
neutron tersebut dapat lolos keluar teras reaktor atau hilang dari sistem. Keadaan
ini secara ekonomi berati kerugian, karena netron tersebut tidak dapat digunakan
12
untuk proses fisi berikutnya. Hal ini harus diminimalisir yaitu dengan cara
mengelilingi atau menyelubungi teras reaktor dengan suatu material yang dapat
memantulkan kembali neutron tersebut, material ini sering disebut reflektor.
Bahan yang dapat digunakan sebagai reflektor yaitu grafit dan berilium
(Yulianto, 1996).
7. Pendingin (Coolant)
Energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi meningkatkan suhu reaktor. Suhu ini
dipindahkan dari reaktor dengan menggunakan bahan pendingin, misalnya air atau
karbon dioksida. Bahan pendingin disirkulasikan melalui sistem pompa, sehingga
air yang keluar dari bagian atas teras reaktor digantikan air dingin yang masuk
melalui bagian bawah teras reaktor (Csom et al., 2012). Salah satu bahan selain
air yang dapat digunakan sebagai pendingin adalah logam cair timbal bismut (Pb-
Bi). Bahan ini digunakan sebagai pendingin reaktor cepat. Bahan ini memiliki
sifat yang menguntungkan yaitu titik leleh dan titik didih yang tinggi. Namun,
memiliki kelemahan yaitu cukup agresif terhadap besi dan stainless steel
terutama ketika temperatur tinggi (Soentono, 1998).
C. Perkembagan Reaktor
Perkembangan reaktor biasanya dibedakan menjadi beberapa generasi. Reaktor
generasi I dikembangkan pada tahun 1950-60 dan sangat sedikit yang masih
beroperasi sampai saat ini. Sebagian besar reaktor generasi I ini menggunakan U
alam sebagai bahan bakar dan grafit sebagai moderator. Reaktor Generasi II
menggunakan bahan bakar U yang telah diperkaya dan sebagian besar pendingin
dan moderatornya adalah air. Reaktor generasi III adalah reaktor lanjutan dari
13
beberapa reaktor generasi I yang beroperasi di Jepang. Reaktor generasi III ini
merupakan perkembangan dari reaktor generasi II dengan meningkatkan sistem
keamanan (World Nuclear, 2012). Pengembangan selanjutnya dari ketiga generasi
reaktor tersebut adalah reaktor generasi IV. Reaktor generasi IV dirancang tidak
hanya untuk memasok daya listrik, tetapi juga untuk memasok energi termal untuk
industri. Oleh karena itu, PLTN Generasi IV tidak lagi disebut sebagai PLTN tetapi
Sistem Energi Nuklir (SEN). Enam tipe reaktor Generasi IV adalah : Very High
Temperature Reactor (VHTR), Sodium-cooled Fast Reactor (SFR), Gas-cooled Fast
Reactor (GFR), Liquid metal cooled Fast Reactor (LFR), Molten Salt Reactor (MSR)
dan Superritical Water cooled Reactor (SCWR) (Harvego dan Schultz, 2009).
D. High Temperature Gas-Cooled Reactor (HTGR)
HTGR adalah kelompok dari reaktor VHTR yang merupakan reaktor generasi IV.
Sesuai dengan namanya reaktor HTGR merupakan reaktor suhu tinggi yang
menggunakan gas sebagai pendingin dan grafit sebagai moderator, yang didesain
dengan LEU (low-enriched uranium), dirancang dengan daya 30 MW, dan dijaga
keadaannya agar temperatur pusat bahan bakar maksimum 1600 ˚C (Mardiansah
dan Zaki, 2008). Salah satu Pengembangan HTGR dilakukan oleh JAERI dengan
membuat HTTR di Jepang. Reaktor ini sebagai fasilitas uji coba bahan bakar,
iradiasi material dan untuk mendemonstrasikan aplikasi pemanasan. HTTR dari
jenis moduler memiliki keistimewaan dalam hal kemampuan keselamatan,
temperatur gas keluaran yang tinggi, serta ekonomis. Temperatur keluaran yang
tinggi menghasilkan efisiensi yang tinggi dalam konversi ke listrik, dapat
diaplikasikan pada produksi hidrogen, untuk pemompaan sumur minyak, ataupun
untuk proses-proses kimia lainnya
14
Asril dan Zaki (2006) dari ITB melakukan penelitian dengan judul Studi Desain
Reaktor Temperatur Tinggi Berumur Panjang Berbahan Thorium. Penelitian ini
menggunakan Th sebagai bahan bakar dan gas Helium (He) sebagai komponen
pendingin. Percobaan tersebut menggunakan persentase pengayaan 3%-6,6%
dengan distribusi 30 kolom. Umumnya, percobaan ini memiliki konsep yang sama
dengan HTTR, dengan kesamaan yang terdapat susunan teras reaktor dan
geometri bahan bakar. Dari hasil perhitungan burn up didapatkan didapat hasil
optimal dengan ekses reaktivitas kurang dari 11% untuk operasi 11 tahun secara
kontinu tanpa pengisian ulang bahan bakar. Dua tahun berikutnya, Mardiansah
dan Zaki (2008) juga melakukan penelitian yang serupa, hanya saja pada studi
kali ini dilakukan perubahan pada pendingin dari yang sebelumnya menggunakan
gas He menjadi menggunakan pendingin Pb-Bi dan Pb. Reaktor ini menggunakan
bahan bakar berbasis Th dengan pengayaan U233 sekitar 3.0 % - 10 %. Se
dilakukan pengayaan bahan bakar tertentu, titik kritis pertama kali dicapai pada
saat pengisian bahan bakar 19 kolom dengan pendingin Pb-Bi, dengan harga
faktor multiplikasi 2.681514 dan ekses reaktifitas 1.70135 (% Δk/k), sedangkan
yang menggunakan pendingin Pb mencapai kekritisan pertama pada pengisian
bahan bakar 18 kolom dengan harga faktor multiplikasi 1.00165 dan ekses
reaktifitas 0.164828 (% Δk / k) dengan lama operasi 10 tahun.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) mulai mengembangkan reaktor HTGR
berupa Reaktor Daya Eksperimental (RDE) yang direncanakan akan selesai akhir
tahun 2018. RDE yang akan dibuat menggunakan konsep reaktor HTGR dengan
rancangan seperti Gambar 3.
15
Gambar 3. Skema reaktor daya eksperimental HTGR (BATAN, 2015)
RDE adalah reaktor nuklir yang dapat digunakan untuk pembangkit listrik,
pembangkit panas, dan memproduksi hidrogen. Karena sifatnya yang
eksperimental maka pengoperasian reaktor nuklir tersebut lebih banyak untuk
tujuan percobaan dalam meningkatkan penguasaan teknologi. Penguasaan
teknologi reaktor untuk ketiga hal tersebut sangat penting mengingat Bangsa
Indonesia masih kekurangan listrik, pupuk dan banyak industri yang
membutuhkan energi panas untuk berbagai proses industri. Produksi hidrogen dari
RDE dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan pupuk tanaman yang sampai
saat ini masih sangat dibutuhkan dalam peningkatan produktivitas pertanian,
sedangkan energi panas sisa dari pembangkitan listriknya dapat dimanfaatkan
untuk kebutuhan proses industri.
E. Bahan Bakar
Jenis bahan bakar reaktor nuklir yang paling umum adalah U235 dan Pu239 Bahan
bakar nuklir ini akan terpecah menjadi 2 bagian membentuk elemen kimia, berikut
ini adalah salah satu contoh reaksi fisi (Duderstadt and Hamilton, 1976).
16
U23592 + n10 → U236→92 Xe14054 + Sr94 + 2 n10 + 200MeV38 (1)
Sebuah inti atom U235 ditembak menggunakan sebuah neutron berubah menjadi
uranium-236 (U236) kemudian menghasilkan xenon-140 (Xe140) dan stronsium-94
(Sr94), 2n dan sejumlah energi. Neutron yang dihasilkan dalam reaksi fisi itu
selanjutnya akan diserap dan membelah menjadi Xe140 dan Sr94 lainnya sehingga
terjadi reaksi berantai. Seperti diketahui bahan bakar reaktor yang biasa digunakan
yaitu U235, hal ini berkaitan dengan bahan bakar fisil dan fertil (Zhang, 2014).
1. Uranium
Uranium ditemukan pertama kali oleh Martin Klaproth seorang kimiawan Jerman
pada tahun 1789 (Kidd, 2009). Dalam tabel skala unsur-unsur yang diurutkan
berdasarkan kenaikan massa inti atom, uranium adalah unsur terberat dari seluruh
unsur alami (hidrogen adalah yang paling ringan) dan diklasifikasikan sebagai
logam. Uranium memiliki titik leleh yang relatif tinggi yaitu 1132 ˚C (World
Nuclear, 2012).
Sejak tahun 1940, hampir semua uranium yang ditambang akan digunakan untuk
produksi senjata nuklir. Mulai tahun 1970 uranium dikembangkan sebagai bahan
bakar dalam reaktor nuklir. uranium mempunyai nomor atom 92, proton 92,
elektron 92, dan elektron valensi 6 dengan inti bervariasi antara 141 sampai 146
neutron sehingga terdapat 6 isotop uranium. Ketika ditambang, uranium dari bumi
awalnya mengandung isotop U235, U238, dan U234. Uranium memiliki titik leleh
yaitu 1.132 oC dan titik didih 4.131 oC. Uranium terdapat pada batuan granit atau
batuan sedimen di kerak bumi. Cadangan uranium yang paling banyak ditemukan
17
di Amerika Serikat, Kanada, Rusia dan beberapa Negara di Afrika (IAEA, 2005).
Seperti diketahui, material yang diinginkan dalam pemakaian bahan bakar reaktor
adalah U235. Uranium alam terdiri dari U238 sebanyak 99,274%, U235 sebanyak
0,72 % dan U234 sebanyak 0,0058%. Ketersediaan U235 yang hanya 0,72%
mengharuskan untuk melakukan peningkatan konsentrasinya sekitar 2-5% agar
efektif dipakai dalam reaktor daya nuklir. U238 memiliki waktu paruh 4,468 x 109
tahun, sedangkan U235 mempunyai waktu paruh 7,038 x 108 tahun, dan U234
mempunyai waktu paruh 245.500 tahun (Takaki dan Deby, 2012).
2. Thorium
Thorium adalah logam alami yang bersifat radioaktif, ditemukan pada tahun 1828
oleh Jons Jacob Berzelius seorang kimiawan Swedia. Thorium ditemukan dalam
bentuk kecil diantara batu dan tanah dimana jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak
daripada U. Tanah umumnya mengandung 6 ppm thorium. Pada keadaan murni
thorium merupakan logam putih keperakan yang berkilau. Namun, bila
terkontaminasi oksigen, thorium perlahan akan memudar di udara menjadi abu-
abu dan akhirnya hitam.
Thorium seperti halnya uranium dapat digunakan sebagai bahan bakar nuklir
meskipun tidak bersifat fisil (Kidd, 2009). Oleh karena itu, thorium-232 (Th232)
tidak dapat langsung digunakan dalam reaktor termal. Namun, Th232 yang bersifat
fertil akan terlebih dahulu menyerap neutron lambat untuk menghasilkan U233
yang bersifat fisil sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor
(World Nuclear, 2010).
18
Thorium alam mengandung 100% Th232. Waktu paruh unsur radioaktif ini sekitar
14x109 tahun. Th232 tersebut tidak dapat membelah, tetapi dapat berubah menjadi
Th233 setelah menyerap neutron. Th233 menjadi Pa233 setelah meluruhkan beta (β).
Pa233 mempunyai waktu paruh 27 hari, berubah menjadi U233 setelah melepaskan
beta. U233 adalah unsur dapat membelah dan dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Hal ini sama dengan pembuatan Pu239 yang dapat membelah dari U238 di
dalam reaktor nuklir. Th232 merupakan bahan fertil sama dengan U238 (Susilo,
2002). Reaksi pembelahan Th232 sebagai berikut :
n10 + Th23290 → Th233β−
→ 90 Pa233β−
→ U2339291 (2)
Dengan demikian, awalnya Th232 sekarang 99,9 % U233. Siklus Th menghasilkan
limbah radioaktif yang terdiri dari aktinida dan elemen berat atom lebih rendah
yang dapat didaur ulang sepenuhnya (Schaffer, 2013).
Penggunaan Th sebagai bahan bakar reaktor nuklir ini lebih aman, lebih murah
dan lebih ramah lingkungan. Th lebih aman karena tidak memiliki isotop yang
bersifat fisil sehingga tidak cocok digunakan untuk senjata nuklir (Kamei dan
Hakami, 2011). Th lebih murah karena jumlahnya yang melimpah di bumi, yaitu
empat kali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah U. Selain itu, bahan bakar
thorium lebih bersih dan ramah lingkungan karena mengurangi emisi gas CO2 dari
sektor energi listrik dan menghasilkan limbah yang lebih sedikit (Wilson et al,
2009)
Bahan bakar Th menghasilkan 0,5 kg Pu, sementara bahan bakar U menghasilkan
230 kg Pu dari reaktor dengan kapasitas 1 Gwe selama waktu operasi satu tahun.
Hal itu berarti limbah radioaktif yang dihasilkan oleh Th lebih sedikit
19
dibandingkan dengan limbah yang dihasilkan oleh U (Kamei dan Hakami, 2011).
Contoh gambar logam Th ditunjukkan oleh Gambar 4.
Gambar 4. Thorium (Franco, 2002)
Ditinjau dari aspek sifat fisika, kimia, dan sifat neutronik maupun jumlah
cadangannya, Th berpotensi untuk digunakan sebagai bahan bakar nuklir
alternatif. Ditinjau dari aspek sifat neutronik, Th232 merupakan bahan fertil yang
lebih unggul dibanding U238, karena tampang lintang serap neutronnya jauh lebih
besar Th232 (7,4 barns) dan U238 (2,7 barns) (Wilson et al, 2009).
F. Hidrogen
Salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai pendingin yaitu hidrogen. Hidrogen
adalah unsur kimia terkecil karena hanya terdiri dari satu proton dalam intinya.
Simbol hidrogen adalah H, dan nomor atom hidrogen adalah 1. Pada suhu dan
tekanan standar, hidrogen tidak bewarna, tidak berbau, bersifat non-logam,
berpalensi tunggal, dan memiliki berat atom rata-rata 1,0079 amu, sehingga
menjadikannya gas paling ringan diantara gas lainnya (Neni, 2008).
20
Tabel 1. Sifat fisik gas hidrogen
Parameter Keterangan
Titik lebur -259,14 ˚C
Titik didih -252,87˚C
Warna Tidak bewarna
Bau Tidak berbau
Densitas 0,08988 g/𝑐𝑚3 pada 289 K
Hidrogen merupakan unsur yang sangat aktif secara kimia, sehingga jarang sekali
ditemukan dalam bentuk bebas. Oleh karena itu, untuk dapat digunakan hidrogen
harus dipisahkan terlebih dahulu dari senyawanya agar dapat digunakan sebagai
bahan bakar. Hidrogen dapat dihasilkan dari berbagai sumber, seperti air, bahan
bakar fosil, dan biomassa. Saat ini sekitar 95% hidrogen yang dihasilkan dari
bahan baku berbasis fosil-yaitu steam-reforming gas alam. Belakangan ini,
terdapat metode untuk menghasilkan gas hidrogen yang berasal dari reaksi
aluminium dengan air elektrolit. Sehingga akan lebih memudahkan penggunaan
hidrogen sebagai pendingin.
Pendingin harus memiliki titik leleh yang rendah dan titik didih yang tinggi.
Selain itu, bahan yang digunakan sebagai pendingin tidak boleh bersifat korosif
terhadap material yang kontak dengannya dan harus memiliki koefisien
perpindahan panas yang tinggi (Mairing dan Prihatnadi, 2009). Tabel 2 akan di
tampilkan nilai-nilai konduktifitas panas dari beberapa bahan yang bisa digunakan
sebagai gas pendingin.
Tabel 2. Nilai konduktifitas gas
Gas k ( W/m.C)
Hidrogen 0,175
Helium 0,141
Udara 0,024
Karbondioksida 0,0146
21
Tabel 2 menunjukan bahwa hidrogen memiliki nilai konduktifitas panas yang
lebih tinggi dibandingkan beberapa gas lainnya. Jika nilai konduktivitas panas
suatu bahan makin besar, maka makin besar juga panas yang mengalir melalui
benda tersebut. Oleh karena itu, bahan yang harga k-nya besar adalah penghantar
panas yang baik, sedangkan bila k-nya kecil bahan itu bukan penghantar panas
yang baik (isolator) (Holman, 1983).
G. Persamaan Difusi Neutron
Dalam mendesain suatu reaktor nuklir, salah satu masalah yang harus
diperhatikan adalah distribusi neutron pada reaktor. Distribusi neutron di dalam
reaktor dikenal dengan transfer neutron, yaitu gerakan neutron ditinjau sebagai
aliran dalam teras reaktor, termasuk tabrakan yang dialami neutron, hilangnya
neutron karena terserap material lain dalam reaktor, dan kebocoran neutron dari
dalam reaktor. Setelah mengetahui distribusi dan populasi neutron di dalam
reaktor, kestabilan reaksi berantai dapat terjaga. Persamaan yang terkait dengan
fenomena transfer neutron adalah persaman Transport Boltzmann yang dapat
menggambarkan fenomena perpindahan partikel yang bermuatan atau netral.
Persamaan Transport Boltzmann ini sulit untuk dipecahkan secara matematis.
Sehingga untuk memecahkan persamaan ini, diasumsikan gerak neutron dalam
reaktor sebagai proses difusi. Neutron akan berdifusi dari daerah dengan
kerapatan neutron tinggi ke daerah dengan kerapatan neutron yang lebih rendah,
hal ini serupa dengan proses difusi panas dari daerah bertemperatur panas ke
daerah yang bertemperatur lebih rendah.
22
Persamaan Difusi menyatakan bahwa energi neutron diasumsikan memiliki grup-
grup energi sehingga persamaan ini disebut persamaan difusi multigrup. Dalam
persamaan difusi ini diterapkan konsep kesetimbangan jumlah neutron yang
masuk dan keluar dari reaktor. Persamaan kesetimbangan jumlah neutron dapat
ditulis secara matematis dengan bentuk sebagai berikut :
1
𝑉𝑔
𝜕𝜙𝑔𝜕𝑡
= ∇ 𝐷𝑔∇𝜙𝑔 − ∑𝜙𝑔 +
𝑎𝑔
𝑆𝑔 − ∑ 𝜙𝑔 +𝑠𝑔
∑ 𝛴𝑠𝑔𝑔′𝑔′
𝜙𝑔′ (3)
dengan suku sumber neutron :
𝑆𝑔 = 𝜒𝑔𝑘𝑒𝑓𝑓
∑ 𝑉𝑔′𝛴𝑓𝑔′𝑔′
𝜙𝑔′ (4)
Perubahan neutron yang hilang karena adanya absorpsi maupun hamburan dapat
digabungkan menjadi suku removal, sebagai berikut :
∑ 𝜙𝑔 𝑅𝑔
= ∑ 𝜙𝑔 𝑎𝑔
+ ∑ 𝜙𝑔 𝑠𝑔
(5)
dalam keadaan steady state laju perubahan jumlah neutron menjadi :
1
𝑉𝑔
𝜕𝜙𝑔𝜕𝑡
= 0 (6)
sehingga persamaan difusi multigrup berubah menjadi :
−∇ 𝐷𝑔∇𝜙𝑔 + ∑ 𝜙𝑔 𝑅𝑔
= 𝜒𝑔𝑘𝑒𝑓𝑓
∑ 𝑉𝑔′𝛴𝑓𝑔′𝑔′
𝜙𝑔′ + ∑ 𝛴𝑠𝑔𝑔′𝑔′
𝜙𝑔 (7)
dengan
D = tetapan difusi
𝜙 = fluk neutron tergantung terhadap ruang dan energi
𝑆𝑔 = sumber neutron
∑ 𝜙𝑔 𝑎𝑔 = suku absorbsi
∑ 𝛴𝑠𝑔𝑔′𝑔′ 𝜙𝑔′ = jumlah neutron berkurang karena hamburan
23
∑ 𝜙𝑔 𝑠𝑔 = jumlah neutron masuk karena hamburan
𝑘𝑒𝑓𝑓 = faktor multiplikasi efektif (Duderstadt dan Hamilton, 1976).
H. Syistem Reactor Atomic Code (SRAC)
SRAC adalah sebuah sistem kode untuk analisis penghitungan neutronik pada
beberapa jenis reaktor termal (Okumura, 2006). SRAC mulai dikembangkan pada
tahun 1978 sebagai standar untuk kode analisi reaktor termal di badan energi atom
Jepang (Okumura, 2007). Sistem SRAC terdiri dari beberapa kode dasar yaitu PIJ,
ANISN, TWOTRAN, TUD, CITATION.
1. PIJ, yaitu kode untuk probabilitas tumbukan yang telah dikembangkan oleh
JAERI meliputi 16 kisi geometri.
2. ANISN, yaitu kode transport satu dimensi (SN) yang terdiri dari tiga jenis
geometri slab (X), silinder (Y) dan bola (RS).
3. TWOTRAN, yaitu kode transport dua dimensi (SN) yang terdiri dari tiga
jenis geometri slab (X-Y), silinder (R-Z) dan lingkaran (R-θ).
4. TUD, yaitu kode untuk persamaan difusi satu dimensi yang dikembangkan
oleh JAERI, terdiri dari geometri slab (X), silinder (Y) dan bola (RS).
5. CITATION, yaitu kode untuk persamaan difusi multi-dimensi yang terdiri
dari 12 jenis geometri termasuk segitiga dan segi enam (heksagonal),
(Okumura, 2006).
SRAC adalah sistem yang terdiri dari penyimpanan data (libraries) neutron
(JENDL-3.3, JENDL-3.2, END/B-VI, JEF-2.2, dan sebagainya), serta lima kode
dasar untuk perpindahan neutron dan perhitungan difusi. Adapun struktur dari
sistem SRAC seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
24
Gambar 5. Struktur sistem SRAC (Okumura, 2007)
SRAC terdapat file input dan file output, file input SRAC dapat diedit sesuai
dengan desain reaktor yang diinginkan. Apabila pemasukan data pada SRAC telah
selesai kemudian di run maka file output standar akan memberikan informasi
tertulis untuk memeriksa apakah serangkaian perhitungan telah selesai atau tidak.
Apabila bagian akhir dari hasil perhitungan (output) belum sampai pada pesan
seperti di bawah ini:
=================END OF SRAC CALCULATION===============
25
Maka harus dilakukan pengecekan pada input dan memeriksa output standar.
Setelah penghitungan selesai dengan benar, langkah selanjutnya adalah mengecek
apakah hasilnya telah sesuai dengan standar kemudian dianalisis terhadap hasil
yang diperoleh (Okumura et al., 2002).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung dari bulan Agustus sampai
dengan November 2018. Tempat dilaksanakannya penilitian ini adalah di Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat
komputer dengan Operating System(OS) Linux Mint 18 dan program SRAC.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini memiliki beberapa tahapan sebagai
berikut :
1. Menentukan Pengayaan (Enrichment)
Bahan bakar pada penelitian ini terdiri dari dua komposisi yaitu fuel first region
(bahan bakar bagian pertama)dan fuel second region (bahan bakar bagian kedua)
dengan pengayaan yang berbeda. Komposisi pengayaan untuk bahan bakar bagian
pertama mulai dari 4% - 8% sedangkan untuk bahan bakar bagian kedua
pengayaannya tidak berubah yaitu 8%. Penentuan pengayaan bahan bakar
dilakukan supaya reaktor yang dihasilkan berada pada keadaan kritis (keff = 1,00).
Persentase pengayaan ditunjukkan dengan nilai atomic density (densitas atom)
27
yang terus naik setelah dilakukan pembakaran. Dengan demikian dilakukanlah
perhitungan densitas atom sebagai berikut.
Atomic Density (Densitas Atom)
Perhitungan densitas atom Th232dan U233sebagai fungsi pengayaan (enrichment)
digunakan rumus berikut:
N = (8)
Dimana:
N = densitas atom (atom/cm3)
ρ = densitas (gram/cm3)
NA = bilangan avogadro (0,602 x 1024 atom/mol)
M = nomor massa (gram/mol)
2. Menentukan Ukuran dan Konfigurasi Teras Reaktor
Untuk memperoleh model geometri teras reaktor yang ideal, dilakukan penentuan
ukuran teras reaktor kemudian mengubah-ubah konfigurasi bahan bakar tanpa
mengubah ukuran dari teras reaktor (Okumura, 2007).
3. Input Data
Hasil dari penghitungan densitas atom akan menjadi input pada penghitungan
menggunakan CITATION pada SRAC. Pada CITATION ini akan dapat diketahui
hasil penghitungan secara keseluruhan dari model reaktor yang telah dibuat
dengan ukuran dan komposisi tertentu. Hasil penghitungan (Output) dari
CITATION akan menunjukan apakah model teras reaktor yang dibuat berada
dalam keadaan kritis, dapat menghasilkan energi yang maksimal dan memenuhi
28
standar keamanan. Berikut adalah contoh input penghitungan menggunakan
CITATION pada SRAC.
#============= Exec SRAC code with the following input data =============#cd $WKDRcat - << END_DATA | $LM >& $OUTLSTHTTRAHTTR fuel element cell with burnable poison1 1 1 1 1 1 4 3 -2 1 0 0 0 0 2 0 3 0 0 0 / SRAC CONTROL5.0795E-4 / GEOMETRICAL BUCKLING$HOME/SRACLIB-JDL32/pds/pfast Old File$HOME/SRACLIB-JDL32/pds/pthml O F$HOME/SRACLIB-JDL32/pds/pmcrs O F$PDS_DIR/UFAST Scratch Core$PDS_DIR/UTHERMAL S C$PDS_DIR/UMCROSS S C$PDS_DIR/MACROWRK S C$PDS_DIR/MACRO N C$PDS_DIR/FLUX S C$PDS_DIR/MICREF S C61 46 3 3 / 107 group => 6 group61(1) /46(1) /16 21 24 /9 20 17 /
& Anullar-Pij with perfect reflection boundary condition12 147 30 30 1 1 3 1 36 0 2 0 16 180 4 0 360 1 / Pij Control3 50 50 5 5 5 -1 0.0001 0.00001 0.001 1.0 10. 0.5 / Block-26( 1 2 3 4)6( 5 6 7 8)6( 9 10 11 12)
12(13 14 15 16)21 22 23 24 & Fuel for 33 pins or Dummy for 31 Pins17 18 19 2021 22 23 24 & Fuel for 33 pins or Dummy for 31 Pins25 25 25 25 & BP-Hole 1 (Dummy)26 26 26 26 & BP-Hole 227 27 27 27 & BP-Hole 328 29 30 / T on each sub for Block-3
30(1) / X on each R for Block-54(6 -3 4 6)
6 -3 4 6 5 5 5 5 & Outest Pins for 31 Pin-Block6 7 7 & Dummy Hole, BP6 5 8 / M on each R for Block-6
0.0 1.26714 18.976726 18.65504 / RX6(5.15) 6(8.699) 6(10.050) 12(13.23) 3(15.011) & Fuel3(15.50) / BP-Holes RPP in block10
29
0.0 60.0 120.0 180.0 240.0 300.030.0 90.0 150.0 210.0 270.0 330.00.0 60.0 120.0 180.0 240.0 300.0
19.340 41.010 78.990 100.659 139.341 161.010198.990 220.659 259.341 281.010 318.990 340.66060 180 300 & Fuels0.0 120.0 240.0 / BP-Holes Theta in Block-1133(0.0 0.5 1.3 1.707156 2.05) & Fuels3(0.0 0.4 0.5 0.6 0.7 ) / BP-Holes RDP in Block-12
10 1 1 / Block-13 Plot Option1 3 1 0.03 0.0691987 / Block-14 Double Heterogeneity8 / NMATFUEAP0PP 0 5 300. 0.04 0.845848 / 1 : FUEL FIRST REGIONXU030001 2 0 1.4324E-3 /1 U-233XTH20001 2 0 2.2428E-2 /2 TH-232XO060001 0 0 4.7722E-2 /3 OXB000001 0 0 1.1114E-7 /4 B-10XB010001 0 0 4.5129E-7 /5 B-11CTMAP0PP 0 4 300. 0.0 0.0 / 2 : Coating+MatrixXC02C001 0 0 8.2392E-2 /1 CXSIN0001 0 0 2.4159E-3 /2 SiXB000001 0 0 1.8360E-8 /3 B-10XB010001 0 0 7.4550E-8 /4 B-11CMPAP0PP 0 7 300. 2.215385 0.152057 / 3 : CompactXU030001 2 0 1.4324E-3 /1 U-233XTH20001 2 0 2.2428E-2 /2 TH-232XO060001 0 0 4.7722E-3 /3 OXC02C001 0 0 7.5678E-2 /4 CXSIN0001 0 0 2.2191E-3 /5 SiXB000001 0 0 2.5921E-8 /6 B-10XB010001 0 0 1.0525E-7 /7 B-11SLEVP0PP 0 3 300. 0.0 0.0 / 4: Sleeve deluted IG-110XC02C001 0 0 8.6376E-2 /1 CXB000001 0 0 7.5845E-9 /2 B-10XB010001 0 0 3.0796E-8 /3 B-11GRPHP0PP 0 3 300. 0.0 0.0 / 5: Graphite IG-110XC02C001 0 0 8.8743E-2 /1 CXB000001 0 0 7.7923E-9 /2 B-10XB010001 0 0 3.1640E-8 /4 B-11HIDROX6X 0 1 300 0.0 0.0 / 6: HidrogenXH01H008 0 0 5.4126E-2 /1 HidrogenBPAVP0PP 0 3 300 0.0 0.0 / 7: BPXB000001 0 0 3.8210E-4 /1 B-10XB010001 0 0 1.5515E-3 /2 B-11XC02C001 0 0 7.7370E-2 /3 CGRHIDA8X 0 4 300 0.0 0.0 / 8: Block+HidroXC02C001 0 0 6.8203E-2 /1 CXB000001 0 0 5.9887E-9 /2 B-10XB010001 0 0 2.4317E-8 /3 B-11XH01H008 0 0 5.4126E-2 /4 Hidrogen
30
HTTRBHTTR fuel element cell with burnable poison second region, same geometry with the above case1 1 1 1 1 1 4 3 -2 1 1 0 0 0 2 0 3 0 0 0 / SRAC CONTROL5.0795E-4 / BUCKLING8 / NMATFUEBR0RR 0 5 300. 0.04 0.845848 / 1 : FUEL SECOND REGIONXU030001 2 0 1.4794E-3 /1 U-233 ( 8WT.%U-F)XTH20001 2 0 2.2382E-2 /2 TH-232XO060001 0 0 4.7722E-2 /3 OXB000001 0 0 1.0114E-7 /4 B-10XB010001 0 0 4.4129E-7 /5 B-11CTMBR0RR 0 4 300. 0.0 0.0 / 2 : Coating+MatrixXC02C001 0 0 8.2392E-2 /1 CXSIN0001 0 0 2.4159E-3 /2 SiXB000001 0 0 1.8360E-8 /3 B-10XB010001 0 0 7.4550E-8 /4 B-11CMPBR0RR 0 7 300. 2.215385 0.152057 / 3 : CompactXU030001 2 0 1.4794E-3 /1 U-233XTH20001 2 0 2.2382E-2 /2 TH-232XO060001 0 0 4.7722E-2 /3 OXC02C001 0 0 7.2678E-2 /4 CXSIN0001 0 0 2.1191E-3 /5 SiXB000001 0 0 2.3921E-8 /6 B-10XB010001 0 0 1.3525E-7 /7 B-11SLEVR0RR 0 3 300. 0.0 0.0 / 4: Sleeve deluted IG-110XC02C001 0 0 8.6376E-2 /1 CXB000001 0 0 7.5845E-9 /2 B-10XB010001 0 0 3.0796E-8 /3 B-11GRPHR0RR 0 3 300. 0.0 0.0 / 5: Graphite IG-110XC02C001 0 0 8.8743E-2 /1 CXB000001 0 0 7.7923E-9 /2 B-10XB010001 0 0 3.1640E-8 /4 B-11HIDROB6X 0 1 300 0.0 0.0 / 6: HidrogenXH01H008 0 0 5.4126E-2 /1 HidrogenBPAVR0RR 0 3 300 0.0 0.0 / 7: BPXB000001 0 0 3.8210E-4 /1 B-10XB010001 0 0 1.5515E-3 /2 B-11XC02C001 0 0 7.7370E-2 /3 CGRHIDB8X 0 4 300 0.0 0.0 / 8: Block+HidrogenXC02C001 0 0 6.8203E-2 /1 CXB000001 0 0 5.9887E-9 /2 B-10XB010001 0 0 2.4317E-8 /3 B-11XH01H008 0 0 5.4126E-2 /4 HidrogenCITATRIANGULAR 1/6-CORE:36*18 (2D BY CITATION)0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 5 0 0 2 0 1 0 0 0 / SRAC CONTROL1.9847E-4 / Buckling (Not effective)21 0 -3 / CITATION : 21-Zones to edit assembly power1 1 / Material Dependent Spectrum & Kinetics Parameter Option20(5) 1 / Benoist-D for Fuel Region
31
TRIANGULAR GEOMETRY (36*18) , 7-GROUPS , B.C. : 60DEG.ROTATIONALHIGH TEM. HIGH POWER 0% VOID ( FIRST CYCLE NO BURN-UP)001
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 01 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 000.
0030 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 220.00001 0.00001 0.000010. 0.0 60.0 1.0 0.000747384
00436 42818 214
00522
0061
32 36 17 18 0 0 33 35 16 17 0 02
32 36 14 15 0 0 33 35 13 14 0 03
26 30 17 18 0 0 27 29 16 17 0 04
32 36 11 12 0 0 33 35 10 11 0 05
26 30 14 15 0 0 27 29 13 14 0 06
20 24 17 18 0 0 21 23 16 17 0 07 / SECOND REGION FUELB001
32 36 8 9 0 0 33 35 7 8 0 08
26 30 11 12 0 0 27 29 10 11 0 09
20 24 14 15 0 0 21 23 13 14 0 01014 18 17 18 0 0 15 17 16 17 0 01132 36 5 6 0 0 33 34 4 5 0 01226 30 8 9 0 0 27 29 7 8 0 01320 24 11 12 0 0 21 22 10 11 0 01414 18 14 15 0 0 15 17 13 14 0 0158 12 17 18 0 0 9 11 16 17 0 0
1632 36 2 3 0 0 33 35 1 2 0 017
32
26 30 5 6 0 0 27 29 4 5 0 01820 24 8 9 0 0 21 23 7 8 0 01914 18 11 12 0 0 15 17 10 11 0 0208 12 14 15 0 0 9 11 13 14 0 0
212 6 17 18 0 0 3 5 16 17 0 0
0008-7 7 7
02411.9847E-4
999
2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 / MATERIAL NO.-ZONE2 /NMATHTTRA010 0 0 0.0 0.0 0.0 /HTTRB010 0 0 0.0 0.0 0.0 /
END_DATA##======== Remove scratch PS files ==========================================#
cd $HOMErm -r $WKDR
##======== Remove PDS files if you don't keep them ===========================## rm -r $PDS_DIR#
rm -r $PDS_DIR/UFASTrm -r $PDS_DIR/UTHERMALrm -r $PDS_DIR/UMCROSSrm -r $PDS_DIR/MACROWRK
# rm -r $PDS_DIR/MACROrm -r $PDS_DIR/FLUXrm -r $PDS_DIR/MICREF
33
3. Hasil perhitungan
Perhitungan yang telah selesai akan ditunjukkan dengan output file data SFT99
dan SFT98. Apabila input data benar, maka pada output akan terdapatpesan
seperti berikut.
================= END OF SRACCALCULATION================
Hasil keluaran yang belum sampai pada pesan tersebut maka harus dilakukan
pengecekan pada input dan melakukan perhitungan kembali. Setelah perhitungan
selesai dengan benar, langkah selanjutnya adalah mengecek apakah hasilnya telah
sesuai dengan yang diinginkan kemudian melakukan analisis terhadap hasil yang
diperoleh (Okumuraet al., 2002).
Hasil perhitungan cell yang ditampilkan berupa nilai faktor multiplikasi efektif
(keff). Nilai keff ini menunjukkan kekritisan suatu reaktor, apabila nilai keff besarnya
sama dengan 1 (keff = 1) maka reaktor kritis. Apabila nilai keff besarnya lebih dari
1 (keff> 1) maka reaktor superkritis, hal ini karena jumlah neutron meningkat
seiring pertambahan waktu. Apabila nilai keff kurang dari 1 (keff< 1) maka reaktor
dikatakan subkritis karena jumlah neutron menurun seiring pertambahan waktu
(Björk et al., 2011).
Selain keff, output yang akan dihasilkan adalah distribusi rapat daya di dalam teras
reaktor. Besarnya rapat daya sebuah reaktor menunjukkan besarnya daya yang
dihasilkan persatuan volume. Distribusi rapat daya merupakan salah satu analisis
keselamatan reaktor. Distribusi rapat daya tersebut dapat digunakan untuk
menentukan ada tidaknya reaktor daya puncak dan suhu bahan bakar minimum
dari suatu teras reaktor yang melampaui batas yang diizinkan (Windasari, 2011).
34
D. Diagram Alir Penelitian
Gambar 6 merupakan diagram alir yang dilakukan pada penelitian.
Gambar 6. Diagram alir penelitian.
Menentukan pengayaan
End of SRACCalculationkeff= 1
Analisis
Inputdata pada CITATION
Menghitung densitas atom
Mulai
CITATION pada SRAC
Ya Tidak
Kesimpulan
Selesai
Menentukan ukurandan konfigurasi teras
reaktor
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penambahan persentase pengayaan bahan bakar menyebabkan semakin
besarnya nilai keff yang dihasilkan dan mencapai keadaan kritis pada
pengayaan bahan bakar bagian pertama 6,037% dan bahan bakar bagian
kedua 8% dengan nilai keff 1,000005.
2. Konfigurasi 1/6 teras reaktor dalam kondisi kritis terjadi pada ukuran kolom
(x) 428 cm dan baris (y) 214 cm dengan jumlah mesh 36 x 18 yang
mempunyai ukuran mesh sebesar 11,89 cmdengan model triangular.
3. Teras reaktor menghasilkan daya termal sebesar 60 MW dengan nilai rapat
daya maksimal sebesar 179,4767 Watt/cm3 yang terletak pada titik x = 1 dan
y = 18.Rapat daya rata-rata pada kolom (x) 1 adalah 121,0179 Watt/cm3
dengan faktor pucak (peak) daya 1,483059 dan rapat daya rata-rata pada baris
(y) 18 adalah 135,1127 Watt/cm3 dengan faktor puncak daya 1,328348.
50
B. Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan variasi nilai pengayaan bahan
bakar bagian kedua sehingga diperoleh desain reaktor yang lebih lengkap serta
dilakukan analisis keselamatan reaktor secara lengkap untuk mengetahui hal-hal
lain yang mempengaruhi keselamatan reaktor.
DAFTAR PUSTAKA
Aida, N. 2015. Perhitungan Burn Up pada Reaktor Sub Kritis Berdaya Sedang
Berpendingin Pb – Bi. Prosiding Semirata Bidang MIPA BKS-PTN
Barat 2015. Hal. 46–52.
Alfa, T. 2005. Fisika Reaktor – Pelatihan Penyelenggaraan Operator dan
Supervisor Reaktor TRIGA 2000. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
BATAN. Bandung. Hal. 156-158
Anwar, C. 2010. Energi Nuklir Indonesia dalam Konteks Energi Nuklir Dunia
:Antara Harapan dan Kenyataan. Seminar Nasional VI SDM Teknologi
Nuklir. Hal. 19–32.
Ariani, M., Zaki, S., dan Fiber, M. 2013. Desain Reaktor Cepat Berpendingin Gas
600MWth dengan Uranium Alam sebagai Input Siklus Bahan Bakar.
Jurnal Ilmu Dasar Vol. 14 No. 1. Hal. 11-15.
Asril, P., dan Zaki, S. 2006.Desain Reaktor Temperatur Tinggi Berumur Panjang
Tanpa Pengisian Ulang Bahan Bakar Menggunakan Siklus Thorium.
Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknolohi Nuklir XVII. ITB.
Bandung. Hal. 51-61.
BATAN. 2015. Reaktor Daya Eksperimental. (Online) tersedia:
http://www.batan.go.id/index.php/id/reaktor-daya-eksperimental-rde.
Diakses pada 24 Juni 2018.
Bawani, S., dan Yulianti, Y. 2016. Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical
colled WaterReactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-
Thorium Model Teras Silinder.Jurnal Teori dan Aplikas Fisika. Vol. 04
No. 01
Björk, K. I., Valentin, F., and Christophe, D. 2011. Comparison of Thorium-
Based Fuels with Different Fissile Components in Existing Boiling
Water Reactor. Progress in Nuclear Energy.Vol. 5 No. 3. Hal. 618-625.
Cao, L., Yoshiaki, O., Yuki, I., and Zhi, S. 2008. Fuel, Core Design and
Subchannel Analysis of a Superfast Reactor. Journal of Nuclear
Science and Technology. Vol. 45 No. 2. Hal. 138-148.
52
Chanakya, Sarma, Rawat, R., and Sharma, A. 2001. Simulating of Using Control
Rods to Control Nuclear Reactor Core. University of Petroleum and
Energy Studies. Hal. 28-34.
Csom, G., Reiss, T., Fehér, S., and Czifrus, S. 2012. Thorium as an Alternative
Fuel for SCWRs. Annals of Nuclear Energy. Vol. 4 No. 1. Hal. 67-78.
Deuderstadt, J.J. dan Hamilton, L.J. 1976. Nuclear Reactor Analysis. John Wiley
and Sons, Inc. New York. Hal. 107-460.
Dewan, P. 2009. Reaktor. (Online) tersedia: http://dewanphysics.blog.
uns.ac.id/2009/04/02/reaktor. Diakses pada 26 Mei 2018.
Dewita, E. 2012. Analisis Potensi Thorium sebagai Bahan Bakar Nuklir Alternatif
PLTN. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir. Vol. 14 No. 1. Hal. 45-56.
ESDM. 2012. Sektor Energi Diproyeksikan Menyumbang Emisi Terbesar.
(Online) tersedia: http://www.ebtke.esdm.go.id/berita/692-2030-sektor-
energi-diproyeksikan-menjadi-penyumbang-emisi-terbesar.html.
Diakses pada 13 Mei 2018
ESDM. 2016. Hingga 2030 Permintaan Energi Dunia Meningkat 45%. (Online)
tersedia: http://www.esdm.go.id/berita/37-umum/2133-hingga-2030-
permintaan-energi-dunia-meningkat-45%. Diakses pada tanggal 20 Mei
2018.
Fenny , M., R. 2007. Studi Desain Reaktor Temperatur Tinggi Berpendingin Gas
Helium Berbahan Bakar Uranium Dioksida. Sigma-Mu. Vol. 1 No. 1.
Hal. 22-35.
Franco, D. 2002. Thorium. (Online) tersedia http://www.periodictable.com
/items/090.2/index. html. Diakses pada 8 Juni 2016.
Harvego, E.A., and Schultz, R.R. 2009. Generation IV Thecnologies. CRC Press.
New York. Hal. 21-23.
Holman, J.P. 1983. Heat Transfer sixth edition. McGraw Hill. London.
IAEA (International Atomic Nuclear Energy). 2005. Thorium Fuel Cycle
Potential Benefits and Challenges. International Atomic Energy
Agency. Austria. Hal. 6-10.
Irka, F. H., dan Zaki, S. 2015. Analisis Burn Up pada Reaktor Cepat
Berpendingin Gas Menggunakan Bahan Bakar Uranium Alam. Jurnal
Ilmu Fisika. Vol. 7 No.2. Hal. 78-86.
Kamei, T. dan Hakami, S. 2011. Evaluation of Implementation of Thorium Fuel
Cycle with LWR and MASR. Journal of Progres in Nuclear Energy.
Vol 53. Hal. 820-824.
53
Kidd, S.W. 2009. Nuclear Fuel Resources. New York: CRC Press. Hal. 85.
Lewis, E.E. 2008. Fundamentals of Nuclear Reactor Physics. Academic Press.
USA. Hal. 134.
Mairing, M.P., Prihatnadi, H. 2009. Tinjauan Bahan Moderator Untuk Komponen
Reaktor Nuklir. Jurnal Perangkat Nuklir. Vol. 3 No. 5. Pusat Rekayasa
Perangkat Nuklir. Hal. 49-51
Mardiansah, D., dan Zaki, S. 2008. Desain Reaktor Temperatur Tinggi Berumur
Panjang Berpendingin Pb-Bi dan Pb Menggunakan Bahan Bakar
Thorium. Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknolohi Nuklir.
Hal. 55-64.
Neni, M. 2008. Hidrogen sebagai Sumber Energi Terbarukan. Jurnal
Pengembangan Energi Terbarukan. Vol. 1 No. 3. Hal. 124-136.
Ngadenin., Heri, S., Kurnia, S. W., I Gde, S. Fd., dan Dian, I. 2014. Studi Potensi
Thorium pada Batuan Granit di Pulau Bangka. Jurnal Pengembangan
Energi Nuklir. Vol. 16 No. 2. Hal. 143-155.
Okumura, K., Teruhiko, K., Kunio, K., and Keichiro, T. 2002. General
Description and Input Instruction. JAERI. Japan. Hal. 1-188.
Okumura, K., Kugo, T., Kaneko, K., and Thuchihashi, K. 2006. A Comprehensive
Neutronics Calculation Code System. Japan. JAEA. Hal. 4-26.
Okumura, K. 2007. Introduction of SRAC for Reactor Phisics Analysis. Japan:
JAEA. Hal. 10-15.
Omar, H., Ghazi, N. 2011. Time Dependent Burn-up and Fission Products
Inventory Calculations in the Discharged Fuel of the Syrian MSR.
Annals of Nuclear Energy. Vol. 3 No. 8. Hal. 1698-1704.
Price, D. L., Ling, F., Bermejo, F. J., Felix, F. A., and Marie, L. S. 2013.
Hydrogen/Deuterium Isotope Effects in Water and Aqueous Solutions
of Organic Molecules and Proteins. Chemical Physics. Vol. 42 No. 4.
Hal. 62-69.
Schaffer, M. B. 2013. Abudant Thorium as an Alternative Nuclear Fuel Important
Waste Disposal and Weapon Proliferation Advantages. Energy Policy.
Vol. 60 No. 2. Hal. 4-12.
Soentono, S. 1998. Bahan-Bahan untuk Industri Reaktor Nuklir. Prosiding
Pertemuan Ilmiah Sains Materi III. Hal. 22-31.
Susilo, J. 2002. Transmutasi Aktinida Minor dalam Teras BWR Berbahan Bakar
Thorium. Prosiding Seminar Ke-7 Teknologi dan Keselamatan PLTN
Serta Fasilitas Nuklir. Hal. 245-259.
54
Takaki, N., and Deby, M. 2012. Core Design and Deployment Strategy of Heavy
Water Cooled Sustainable Thorium Reactor. Sustainbility. Vol. 4 No. 2.
Hal. 1933-1945.
Wilson, J.N.A., Bidaud, N., Capellan, R., Chambon, S., David, P., Guillemin, E.,
Iyanov, A., Nuttin, O., and Meplan. 2009. Economy of Uranium
Resources in a Three Component Reactor Fleet With Mixed
Thorium/Uranium Fuel Cycles. Journal of Annals of Nuclear Energy.
Volume 36. Hal. 404-408.
Windisari, Yusman, A., Widarto, dan Wiyatmo, Y. 2011. Penentuan Karakteristik
Distribusi Rapat Daya Teras Reaktor. Jurnal Prosiding Seminar
Nasional ke-17 Teknologi Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir.
Hal. 25-32.
World Nuclear. 2010. Nuclear Power Reactors. (Online) tersedia:
http://www.world-nuclear. org/info/inf32. html. Diakses pada 14 Mei
2018.
World Nuclear. 2012. World Population: Past, Present, and Future. (Online)
tersedia: http://www.worldnuclear.info/world-population/. Diakses pada
20 Mei 2018.
Yulianto, T. 1996. Kajian Kemungkinan Modifikasi Peralatan Fabrikasi untuk
Fabrikasi Elemen Bakar Jenis HWR dan LWR. Prosiding Presentasi
Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir. Hal. 190-198.
Yvon, P., and Carre, F. 2009. Structural Materials Challenges for Advanced
Reactor Systems. Journal of Nuclear Materials. Hal. 217-222.
Zhang, P., Kan W., and Ganglin Y. 2014. A simplified Supercritical Fast Reactor
with Thorium Fuel. Science and Technology of Nuclear Installations.
Hal. 1-9.
Zweifel, P.F. 1973. Reactor Physics. McGraw-Hill. USA. Hal. 74.