laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

74
Laporan Sistem Sosial Profil Sosial Budaya Masyatakat di Kota Tangerang Disusun Oleh : Tim Kota Tangerang 2015 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Upload: yogan-daru-prabowo

Post on 22-Jan-2017

1.980 views

Category:

Government & Nonprofit


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Laporan Sistem Sosial

Profil Sosial Budaya Masyatakat di Kota Tangerang

Disusun Oleh :

Tim Kota Tangerang 2015

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Institut Teknologi Indonesia

Setu

2015

Page 2: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

PROFIL SOSIAL BUDAYA DI KOTA TANGERANG

DAFTAR PESERTA

Bernadus Bayu Aditya 1231400001

Anjas Muhareva 1231400008

Yeni Kurniawati 1231400011

Evangelion Kardi 1231400012

Athari Citra Shazwani 1231400014

Nabilah Amalina Fahriah 1231400016

Huda Eka Nurdiyatmi 1231400017

Yogan Daru Prabowo 1231400018

Debi Musdalipah 1231400022

M. Miftah Fariez 1231400023

Page 3: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

PROFIL SOSIAL BUDAYA DI KOTA TANGERANG

ABSTRAK

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari tahu profil sosial budaya setempat.

Melihat keunikan yang terjadi di daerah tersebut dari aspek sosial budaya. Lokasi

studi yang dipilih yaitu Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan dasar

penelitian survei dengan tipe penilaian deskriptif. Data-data primer diperoleh

dengan melakukan pengamatan (observasi) dan mewawancarai beberapa instansi

yang terkait serta dokumentasi sebagai penguat fakta. Data-data sekunder

diperoleh dari website ataupun buku hasil laporan instansi-intansi terkait di Kota

Tangerang. Sejarah sosial di Kota Tangerang berlangsung cukup panjang dan

menarik untuk diteliti. Sejarah sosial tersebut sangat berkaitan langsung dengan

keragaman etnis, agama, dan bahasa di Kota Tangerang. Melalui keragaman

tersebut, budaya lokal pun lahir dan menjadi warisan dari nenek moyang

terdahulu yang sangat berharga seperti tradisi maupun kesenian-kesenian khas.

Cagar budaya di Kota Tangerang pun beragam fungsinya, dari keagamaan, politik,

hukum, dan sebagainya. Cagar budaya tersebut merupakan saksi bisu sejarah

sosial Kota Tangerang yang dinilai vital dalam fungsinya baik zaman dahulu

hingga sekarang. Institusi sosial dan komunitas-komunitas lokal pun menjadi

salah satu fungsi sosial untuk Kota Tangerang sendiri. Hasil dari penelitian ini,

akulturasi budaya di Kota Tangerang sangat terlihat dan berjalan baik. Toleransi

dijunjung tinggi oleh masyarakat Kota Tangerang terkait perbedaan etnis, agama,

bahasa, dan sebagainya. Pemerintah sangat aktif berperan menjaga warisan

budaya seperti kesenian, tradisi, maupun cagar budaya agar tetep lestari dan

terhindar dari kepunahan. Profil sosial budaya masyarakat Kota Tangerang

memiliki keunikan tersendiri dari sejarahnya hingga aktivitas masyarakat itu

sendiri saat ini.

Kata kunci : akulturasi, keunikan, sejarah, sosial budaya

Page 4: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

ABSTRACT

This study aimed to find out the local social-cultural profile. See the uniqueness

that occurred in the area of social-cultural aspects. The selected study sites,

namely Kota Tangerang. This study uses survey research base with the type of

descriptive assessment. Primary data obtained by observation (observation) and

interviewed some of the relevant agencies as well as the documentation of the

facts amplifier. Secondary data obtained from the website or book reports the

results of institution-related institutions in the city of Tangerang. Social history in

the city of Tangerang lasted quite long and interesting to study. The social history

is directly related to ethnic diversity, religion, and language in Tangerang.

Through the diversity, the local culture was born and became a legacy of earlier

ancestors were very valuable as well as the arts tradition typical. Cultural heritage

in the city of Tangerang were diverse functions, from the religious, political, legal,

and so on. The cultural heritage is a silent witness to the social history of the city

of Tangerang is considered vital in both functions ancient times to the present.

Social institutions and local communities has become one of the social functions

of the city of Tangerang own. Results from this study, acculturation in Tangerang

city is very visible and runs well. Tolerance upheld by the people of Tangerang

related to differences in ethnicity, religion, language, and so on. The government

is very active role as keeping the cultural heritage of arts, traditions and cultural

heritage in order to tetep sustainable and avoid extinction. Social and cultural

profile of Tangerang has unique characteristics of its history to the activity of the

community itself today.

Key word : acuculturation, uniqueness, historical, social-cultural

Page 5: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

rahmat, karunia serta, hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya. Adapun laporan ini yang berjudul Profil Sosial Budaya

Masyarakat di Kota Tangerang. Laporan ini dapat selesai berkat bantuan

beberapa pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada beberapa:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan untuk

penyelesaian laporan ini.

2. Budi Haryo Nugroho, ST. MSc. selaku dosen mata kuliah dan dosen

pembimbing Sistem Sosial.

3. Teman-teman satu angkatan Perencanaan Wilayah dan Kota Institut

Teknologi Indonesia tahun 2014 yang telah banyak memberikan materi

pendukung, bantuan dan semangat.

4. Orangtua peserta Sistem Sosisal yang telah mendoakan dan memberikan

semangat.

5. Dan semua pihak yang sudah membantu tetapi tidak bisa kami sebutkan satu

persatu, kami ucapkan banyak terimakasih.

Kami harap tugas laporan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya

untuk kekurangan dari makalah ini kami mohon maaf dan menerima kritikan

dengan membangun dari para pembaca.

Tangerang Selatan, 6 Juli 2015

Kelompok Kota Tangerang

Page 6: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

DAFTAR ISI

Daftar Peserta .......................................................................................................... i

Abstrak ..................................................................................................................... ii

Kata Pengantar......................................................................................................... iv

Daftar Isi................................................................................................................... v

Daftar Tabel.............................................................................................................. vii

Daftar Gambar......................................................................................................... viii

BAB I Pendahuluan.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................. .1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... .1

1.3 Tujuan........................................................................................................... .2

1.4 Sumber Data.................................................................................................. .2

1.5 Metode dan Teknik....................................................................................... .2

BAB II Gambaran Umum...................................................................................... .3

2.1 Gambaran Umum Kota Tangerang............................................................... .3

BAB III Profil Sosial Budaya................................................................................. .5

3.1 Sejarah Sosial................................................................................................ .5

3.2 Keragaman Etnis........................................................................................... .7

3.3 Budaya Lokal................................................................................................ .9

3.3.1 Adat Istiadat dan Tradisi .................................................................

9

3.3.2 Kesenian dan Produk Khas .............................................................

10

3.4 Kehidupan Beragama...................................................................................

......................................................................................................................

16

Page 7: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

3.5 Institusi Sosial..............................................................................................

......................................................................................................................

20

3.6 Peninggalan Sejarah.....................................................................................

......................................................................................................................

21

3.7 Komunitas Komunitas Lokal.......................................................................

......................................................................................................................

35

3.8 Bahasa/Tutur Kata........................................................................................

......................................................................................................................

37

BAB IV Kesimpulan Umum.................................................................................

.................................................................................................................................

38

4.1 Kesimpulan Umum......................................................................................

.....................................................................................................................

38

Daftar Pustaka.......................................................................................................

.................................................................................................................................

40

Page 8: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Persebaran Etnis di Kota Tangerang........................................................ 9

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama Kota Tangerang...............................

.................................................................................................................................

17

Tabel 3.3 Jumlah Tempat Peribadatan di Kota Tangerang......................................

.................................................................................................................................

17

Page 9: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Tangerang ....................................................... 4

Gambar 3.1 Tradisi Masyarakat Kota Tangerang....................................................

.................................................................................................................................

10

Gambar 3.2 Tari Lenggang Cisadane......................................................................

.................................................................................................................................

11

Page 10: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.3 Tari Cokek...........................................................................................

.................................................................................................................................

12

Gambar 3.4 Gambang Kromong..............................................................................

.................................................................................................................................

12

Gambar 3.5 Barongsai.............................................................................................

.................................................................................................................................

13

Gambar 3.6 Sayur Besan.........................................................................................

.................................................................................................................................

14

Gambar 3.7 Laksa Tangerang..................................................................................

.................................................................................................................................

14

Gambar 3.8 Dodol Cina Tangerang.........................................................................

.................................................................................................................................

15

Gambar 3.9 Kecap Benteng SH...............................................................................

.................................................................................................................................

16

Gambar 3.10 Masjid Al-Azhom Kota Tangerang...................................................

.................................................................................................................................

18

Gambar 3.11 Musholah Nurul Falah Kota Tangerang............................................

.................................................................................................................................

18

Gambar 3.12 Gereja Khatolik Santa Maria Kota Tangerang...................................

.................................................................................................................................

18

Page 11: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.13 Pura Kerthajaya Kota Tangerang.......................................................

.................................................................................................................................

19

Gambar 3.14 Vihara Boen Tek Bio Kota Tangerang..............................................

.................................................................................................................................

19

Gambar 3.15 Kegiatan Karang Taruna Kota Tangerang ...........................................20

Gambar 3.16 Kegiatan Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Boen Tek Bio ...........21

Gambar 3.17 Bendungan Pasar Baru.......................................................................

.................................................................................................................................

22

Gambar 3.18 Masjid dan Makam Jami’ Kalipasir...................................................

.................................................................................................................................

24

Gambar 3.19 Klenteng Boen Tek Bio.....................................................................

.................................................................................................................................

26

Gambar 3.20 Klenteng Boen san Bio......................................................................

.................................................................................................................................

28

Gambar 3.21 Benteng Heritage...............................................................................

.................................................................................................................................

29

Gambar 3.22 Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria.................................................

.................................................................................................................................

29

Gambar 3.23 Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita...........................................

.................................................................................................................................

31

Page 12: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.24 Lembaga Pemasyarakatan Pemuda II A Tangerang..........................

.................................................................................................................................

32

Gambar 3.25 Stasiun Kereta Api Kota Tangerang..................................................

.................................................................................................................................

33

Gambar 3.26 Peta Persebaran Cagar Budaya Kota Tangerang .................................34

Gambar 3.27 Anak Langit.......................................................................................

.................................................................................................................................

35

Gambar 3.28 Hasil Karya Anak Langit...................................................................

.................................................................................................................................

37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari beribu-ribu pulau

dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa, budaya, dan agama yang senantiasa

menjunjung tinggi serta menghargai akan adanya perbedaan tersebut. Kota

Tangerang atau sering disebut Kota Benteng memiliki keragaman budaya yang

belum banyak diketahui oleh orang banyak.

Kota Tangerang memiliki sejarah yang menarik yang bisa dibahas, selain itu

budaya lokal yang merupakan akulturasi dari suku sunda dan etnis cina juga

sangat menarik. Kota yang merupakan bekas jajahan Belanda ini terdiri dari etnis

dan agama yang beragam serta peninggalan sejarah yang masih ada namun tidak

semuanya terurus dan dikenal orang.

Page 13: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Makalah ini mengambil lokasi studi di wilayah Kota Tangerang. Judul dari

makalah ini adalah Profil Budaya Kota Tangerang memeberikan gambaran

tentang sejarah Kota Tangerang hingga bahasa yang digunakan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana sejarah adanya Kota Tangerang?

Berapa etnis yang ada di Kota Tangerang?

Bagaimana budaya yang ada di Kota Tangerang?

Agama apa saja yang ada di Kota Tangerang?

Institusi sosial apa saja yang ada di Kota Tangerang?

Apa saja peninggalan bersejarah yang ada di Kota Tangerang?

Komunitas lokal apa saja yang ada di Kota Tangerang?

Bahasa apa yang digunakan oleh penduduk di Kota Tangerang?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

Untuk mengetahui sejarah Kota Tangerang.

Untuk mengetahui etnis yang ada di Kota Tangerang.

Untuk mengetahui budaya yang ada di Kota Tangerang.

Untuk mengetahui agama yang ada di Kota Tangerang.

Untuk mengetahui institusi sosial yang ada di Kota Tangerang.

Untuk mengetahui peninggalan bersejarah yang ada di Kota Tangerang.

Untuk mengetahui komunitas lokal yang ada di Kota Tangerang.

Untuk mengetahui bahasa yang digunakan oleh penduduk Kota Tangerang.

1.4 Sumber Data

Sumber data yang saya pakai adalah dari google dan laporan studio proses.

1.5 Metode dan Teknik

Page 14: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Metode yang saya gunakan adalah metode deskriptif, metode ini digunakan untuk

mendeskripsikan substansi yang ada. Sedangkan teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah studi pustaka, yaitu dengan membaca dari google dan

laporan studio proses.

1.6 Sistematika Penulisan

Makalah ini di bagi menjadi empat bab yaitu :

Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sumber data,

metode dan teknik, serta sistematika penulisan.

Bab II Gambaran Umum berisi letak geografis dan batas administrasi Kota

Tangerang yang menjadi tempat studi penulis.

Bab III Profil Budaya Kota Tangerang yang berisi sejarah Kota Tangerang,

keragaman etnis, budaya lokal, keragaman agama, institusi sosial, peninggalan

sejarah, komunitas lokal, dan bahasa.

Bab IV Penutup berisi kesimpulan dari makalah yang dibuat.

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Kota Tangerang

Pemilihan lokasi studi terletak di Kota Tangerang dengan luas wilayah sebesar

164.54 km2 terdiri dari 13 kecamatan (Kecamatan Ciledug, Kecamatan Larangan,

Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Pinang,

Kecamatan Tangerang, Kecamatan Karawaci, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan

Cibodas, Kecamatan Periuk, Kecamatan Batuceper, Kecamatan Neglasari, dan

Kecamatan Benda, serta meliputi 104 kelurahan dengan 981 rukun warga (RW)

dan 4.900 rukun tetangga (RT). Adapun batas administrasi wilayah Kota

Tangerang, yaitu :

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga, Kecamatan

Kosambi, dan Kecamatan Sepatan Timur di Kabupaten

Tangerang.

Page 15: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan di

Provinsi DKI Jakarta.

c. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kemis dan

Kecamatan Cikupa di Kabupaten Tangerang.

d. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Curug dan Kecamatan

Kelapa Dua di Kabupaten Tangerang serta Kecamatan

Serpong Utara dan Kecamatan Pondok Aren di Kota

Tangerang Selatan.

Page 16: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang
Page 17: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

BAB III

PROFIL SOSIAL BUDAYA

3.1 Sejarah Sosial

Untuk mengungkapkan asal usul Kota Tangerang sebagai kota "Benteng",

diperlukan catatan yang menyangkut perjuangan. Menurut sari tulisan F. de Haan

yang diambil dari arsip VOC, resolusi tanggal 1 Juni 1660 melaporkan

bahwa Sultan Banten telah membuat negeri besar yang terletak di sebelah barat

sungai Untung Jawa, dan untuk mengisi negeri baru tersebut Sultan Banten telah

memindahkan 5.000 sampai 6.000 penduduk.

Kemudian dalam Dag Register tertanggal 20 Desember 1668 diberitakan bahwa

Sultan Banten telah mengangkat Raden Sena Pati dan Kyai Demang sebagai

penguasa di daerah baru tersebut. Karena dicurigai akan merebut kerajaan, Raden

Sena Pati dan Kyai Demang dipecat oleh Sultan. Sebagai gantinya diangkat

Pangeran Dipati lainnya. Atas pemecatan tersebut Ki Demang sakit hati.

Kemudian tindakan selanjutnya ia mengadu domba antara Banten dan VOC.

Tetapi ia terbunuh di Kademangan.

Dalam arsip VOC selanjutnya, yaitu dalam Dag Register tertanggal 4

Maret 1680 menjelaskan bahwa penguasa Tangerang pada waktu itu adalah Kyai

Dipati Soera Dielaga. Kyai Soeradilaga dan putranya Subraja minta perlindungan

VOC dengan diikuti 143 pengiring dan tentaranya (keterangan ini terdapat dalam

Dag Register tanggal 2 Juli 1682). Ia dan pengiringnya ketika itu diberi tempat di

sebelah timur sungai, berbatasan dengan pagar VOC.

Ketika bertempur dengan Banten, Soeradilaga beserta ahli perangnya berhasil

memukul mundur pasukan Banten. Atas jasa keunggulannya itu kemudian ia

diberi gelar kehormatan Raden Aria Suryamanggala, sedangkan Pangerang

Subraja diberi gelar Kyai Dipati Soetadilaga. Selanjutnya Raden Aria Soetadilaga

Page 18: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

diangkat menjadi Bupati Tangerang I dengan wilayah meliputi antara

sungai Angke dan Cisadane. Gelar yang digunakannya adalah Aria Soetidilaga I.

Kemudian dengan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1684,

Tangerang menjadi daerah kekuasaan VOC. Banten tidak mempunyai hak untuk

campur tangan dalam mengatur tata pemerintahan di Tangerang. Salah satu pasal

dari perjanjian tersebut berbunyi: Dan harus diketahui dengan pasti sejauh mana

batas-batas daerah kekuasaan yang sejak masa lalu telah dimaklumi maka akan

tetap ditentukan yaitu daerah yang dibatasi oleh sungai Untung Jawa atau

Tangerang dari pantai Laut Jawa hingga pegunungan-pegunungan sejauh aliran

sungai tersebut dengan kelokan-kelokannya dan kemudian menurut garis lurus

dari daerah Selatan hingga utara sampai Laut Selatan. Bahwa semua tanah

disepanjang Untung Jawa atau Tangerang akan menjadi milik atau ditempati

VOC.

Dengan adanya perjanjian tersebut daerah kekuasaan bupati bertambah luas

sampai sebelah barat sungai Tangerang. Untuk mengawasi Tangerang maka

dipandang perlu menambah pos-pos penjagaan di sepanjang perbatasan sungai

Tangerang, karena orang-orang Banten selalu melakukan penyerangan secara tiba-

tiba. Menurut peta yang dibuat pada tahun 1692, pos yang paling tua terletak di

muara sungai Mookervaart, tepatnya disebelah utara Kampung Baru. Namun

kemudian ketika didirikan pos yang baru, bergeserlah letaknya ke sebelah Selatan

atau tepatnya di muara sungai Tangerang.

Menurut arsip Gewone Resolutie Van hat Casteel Batavia tanggal 3

April 1705 ada rencana merobohkan bangunan-bangunan dalam pos karena hanya

berdinding bambu. Kemudian bangunannya diusulkan diganti dengan tembok.

Gubernur Jenderal Zwaardeczon sangat menyetujui usulan tersbut, bahkan

diinstruksikan untuk membuat pagar tembok mengelilingi bangunan-bangunan

dalam pos penjagaan. Hal ini dimaksudkan agar orang Banten tidak dapat

melakukan penyerangan. Benteng baru yang akan dibangun untuk ditempati itu

Page 19: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

direncanakan punya ketebalan dinding 20 kaki atau lebih. Disana akan

ditempatkan 30 orang Eropa dibawah pimpinan seorang Vandrig (Peltu) dan 28

orang Makasar yang akan tinggal di luar benteng. Bahan dasar benteng adalah

batu bata yang diperoleh dari Bupati Tangerang Aria Soetadilaga I.

Setelah benteng selesai dibangun personilnya menjadi 60 orang Eropa dan 30

orang hitam. Yang dikatakan orang hitam adalah orang-orang Makasar yang

direkrut sebagai serdadu VOC. Benteng ini kemudian menjadi basis VOC dalam

menghadapi pemberontakan dari Banten. Kemudian pada tahun 1801, diputuskan

untuk memperbaiki dan memperkuat pos atau garnisun itu, dengan letak bangunan

baru 60 roeden agak ke tenggara, tepatnya terletak disebelah timur Jalan Besar pal

17. Orang-orang pribumi pada waktu itu lebih mengenal bangunan ini dengan

sebutan "Benteng". Sejak saat itu, Tangerang terkenal dengan sebutan Benteng.

Benteng ini sejak tahun 1812 sudah tidak terawat lagi, bahkan menurut

"Superintendant of Publik Building and Work" tanggal 6

Maret 1816 menyatakan: ...Benteng dan barak di Tangerang sekarang tidak

terurus, tak seorangpun mau melihatnya lagi. Pintu dan jendela banyak yang

rusak bahkan diambil orang untuk kepentingannya.

3.2 Keragaman Etnis

Berdasarkan sensus penduduk tahun 1905 dan 1930, Kota Tangerang telah dihuni

oleh masyarakat dari berbagai etnik. Tidak diketahui lagi etnik mana yang

menjajakkan kakinya pertama kali di sini. Beberapa etnik yang menempati Kota

Tangerang sejak saat itu adalah etnik Sunda, Jawa, Betawi, Cina, Arab dan Eropa.

Kelompok etnik Sunda sebagian besar menempati daerah Tangerang Selatan dan

Tangerang Tengah yang meliputi wilayah kecamatan Tangerang, Cikupa,

Serpong, Curug, Tigaraksa, dan Legok. Menurut kronik sejarah Banten,

kedatangan orang Sunda di Tangerang berawal dari keikutsertaan orang-orang

Priangan menyerbu Batavia bersama pasukan Mataram, namun setelah usai

Page 20: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

perang mereka tidak kembali kedaerahnya melainkan minta izin tetap tinggal di

Tangerang. Sampai sekarang mereka dapat diidentifikasikan sebagai orang Sunda.

Kelompok etnik Betawi sebagian besar menempati wilayah sepanjang perbatasan

Batavia seperti wilayah kecamatan Teluknaga, Batuceper, Ciledug, dan Ciputat.

Pada masa itu mereka hidup sebagai petani yang sekaligus juga pedagang. Barang

dagangan yang mereka jual terutama adalah buah-buahan dan sayur-sayuran.

Wilayah mereka relatif dekat dengan Batavia sehingga memungkinkan mereka

menjual hasil pertanian ke Batavia.

Kelompok etnik Jawa menempati wilayah Tangerang Barat Laut dan Tangerang

Utara terus menyusuri pantai utara pulau Jawa, yang meliputi kecamatan Mauk,

Kresek, dan Rajeg. Kelompok ini jika dilihat dari segi bahasa diperkirakan berasal

dari keturunan sisa-sisa prajurit Mataram. Mereka sehari-hari menggunakan

bahasa Jawa dan pada umumnya hidup sebagai petani nelayan.

Kelompok Etnik Cina diperkirakan datang ke Tangerang, bersamaan dengan

Belanda yang menduduki dan membangun Batavia. Pembangunan Kota Batavia

pada waktu itu membutuhkan sejumlah tenaga tukang sehingga perlu didatangkan

imigran-imigran Cina ke Batavia. Selain itu ada pula orang-orang Cina yang telah

tinggal di sini sebelum Belanda datang. Mereka hidup sebagai tukang pembuat

arak. Arak buatan orang Cina ini sangat disukai awak kapal Belanda. Di sisi lain

Kelompok Etnik Cina bukan hanya memberi sokongan tenaga kerja tetapi mereka

juga membantu dalam keuangan pajak. Gelombang besar kedatangan kelompok

ini terjadi pada pertengahan abad 18 sehingga berakibat banyak pengangguran dan

terjadi gangguan keamanan. Pada tahun 1740 timbul pemberontakan Cina di

Batavia. Setelah kejadian itu, kelompok etnik ini dilarang tinggal di kota, selain

harus tinggal dalam satu perkampungan agar mudah diawasi.

Page 21: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Tabel 3.1Persebaran Etnis di Kota Tangerang tahun 2013

Etnis Kecamatan

Sunda Kecamatan Tangerang

Betawi Benda , Neglasari , Periuk

Jawa Batu , ceper , ciledug

Cina Terpencar keseluruh wilayah di Kota Tangerang

Sumber: //www.kotatangerang.gov.id

3.3 Budaya Lokal

3.3.1 Adat Istiadat dan Tradisi

Mayoritas penduduk Kota Tangerang yaitu suku Sunda sedangkan etnis Tionghoa

tersebar disetiap daerah di Kota Tangerang dikarenakan sejarahnya sekitar pada

Abad ke-7 M orang Tionghoa bermigrasi ke Asia Tenggara diduga juga banyak

menetap di Kota Tangerang yang kemudian beranak-pinak dan melahirkan warga

keturunan.

Dapat dilihat akulturasi budaya yang sangat kental terasa di Kota Tangerang, oleh

karena itu dibuatlah Program Pemerintah yaitu Festival Cisadane yang merupakan

Event tahunan yang diselenggarakan di tepian Sungai Cisadane. Festival Cisadane

ini sendiri lahir dari adanya upacara Pe’cun atau lomba Perahu Naga. Festival

Cisadane menampilkan prosesi puncak-puncak kreatifitas daerah yang

merefleksikan orsinalitas, kemandirian dan kearifan lokal, merupakan gambaran

perjalanan dinamika Kota Tangerang menuju kepada wujud persatuan dan

kesatuan NKRI yang kita dambakan.  Keterwakilan Kecamatan/Kelurahan serta

sentra-sentra seni budaya diseluruh wilayah Kota Tangerang, dimungkinkan

ribuan orang setiap harinya akan hadir dan tumpah ruah untuk menyaksikan dan

menyimak penampilan atraksi seni,  gerak tari, musik, tata busana, dan kuliner

khas Tangerang serta berbagai repertoar karya seni budaya daerah, yang

mencerminkan keanekaragaman (akulturasi) dan dinamika masyarakat Kota

Tangerang.

Page 22: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Selain itu tradisi menyambut acara Maulid Nabi di Kota Tangerang sangat

beragam. Untuk memeriahkan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW banyak hal

yang dilakukan oleh sebagian umat Islam. Seperti yang dilakukan di Kelurahan

Gaga, Kecamatan Larangan. Sudah menjadi tradisi setiap memperingati Maulid

selalu diisi dengan ceramah, tausyiah ataupun Tabligh Akbar yang mayoritas

diikuti ibu-ibu pengajian.

Peringatan Cap Gomeh merupakan tradisi etnis Tionghoa yang diadakan di Kota

Tangerang yang dijadikan sebagai acara pesta rakyat. Etnis Tionghoa Tangerang

merayakan Cap Go Meh di Klenteng Boen Tek Bio. Yang menarik dari acara ini

adalah selain ornamen khas China seperti lampion dan pertunjukan budaya seperti

barongsai dan tarian naga. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, perayaan

Cap Go Meh di Tangerang bertajuk Pesta Budaya Tangerang. Kebanyakan warga

Tionghoa berdoa untuk mengucapkan syukur mereka dan meminta kepada dewa

agar selalu diberi kesehatan dan keselamatan.

Gambar 3.1Tradisi Masyarakat Kota Tangerang

Sumber : http://festivalcisadane.tangerangkota.go.id/

3.3.2 Kesenian dan Produk Khas

Kota Tangerang memiliki berbagai macam kesenian hasil dari akulturasi budaya

yang cukup kental. Produk lokal seperti makanan ataupun lainnya juga menjadi

salah satu kekayaan yang dimiliki Kota Tangerang. Mereka semua menjadikan

Kota Tangerang memiliki daya tarik kepariwisataan tersendiri. Berikut beberapa

kesenian dan produk khas Kota Tangerang:

Page 23: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

A. Tari Lenggang Cisadane

Tari Lenggang Cisadane sendiri merupakan perpaduan unsur budaya yang ada di

Kota Tangerang seperti budaya Sunda, Jawa, Betawi, Cina, Arab dan budaya

Lainnya. Selain alat musik gamelan, didalamnya juga terdapat alat musik yang

digunakan pada musik marawis, lengkap dengan lagu-lagu marawisnya. Tari

Lenggang Cisadane ini merupakan proses pembentukan harmonisasi musik, tata

busana dan gerak yang dipadukan menjadi suatu tarian yang indah dan mencirikan

budaya Kota Tangerang. Tarian ini dibawakan 13 orang yang mencirikan jumlah

kecamatan di Kota Tangerang. Seniman dan budayawan kota Tangerang ini

menghasilkan sebuah seni tradisional khas Kota Tangerang dengan memadukan

unsur musik, kostum dan tarian.

Gambar 3.2Tari Lenggang Cisadane

Sumber : http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

B. Tari Cokek

Adalah sebuah tarian khas Tangerang yang merupakan perpaduan antara budaya

China, Betawi dan Jawa. Budaya tari cokek sendiri diperkirakan sudah ada dan

berkembang di perkampungan pesisir Tangerang sejak awal abad ke-19. Pada

zaman itu Tangerang dikuasai tuan-tuan tanah yang biasa menggelar pesta hiburan

sebagai ajang unjuk gengsi. Tarian ini menjadi pemandangan biasa di rumah

kawin saat warga keturunan Tionghoa menjalani ritual upacara pernikahan (Chiou

Thoau). Biasanya acara menari bersama ini berlangsung dua hari dua malam

dengan diiringi oleh musik Gambang Kromong.

Page 24: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.3Tari Cokek

Sumber: http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

C. Gambang Kromong

Gambang kromong (atau ditulis gambang keromong) adalah sejenis orkes yang

memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan dan

kongahyan. Disebut Gambang Kromong karena diadopsi dari nama dua buah alat

perkusi yaitu gambang dan kromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang

kromong tidak lepas dari prakarsa seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang

diangkat Belanda (kapitan Cina) bernama Nie Hoe Kong pada masa jabatan 1736-

1740. Bilahan gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu

suangking, huru batu, manggarawan atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya

bila dipukul. Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah 10

buah (sepuluh pencon). Tangga nada yang digunakan dalam gambang kromong

adalah tangga nada pentatonik Cina yang sering disebut salendro Cina atau

salendro mandalungan. Instrumen pada gambang kromong terdiri atas gambang,

kromong, gong, gendang, suling, kecrek dan sukong, tehyan atau kongahyan

sebagai pembawa melodi.

Gambar 3.4Gambang Kromong

Sumber: http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

Page 25: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

D. Barongsai

Kesenian yang berkembang di Kota Tangerang, terdiri dari beberapa jenis antara

lain Kilin, Peking Say, Lang Say, Samujie. Kesenian yang menampilkan Singa

Batu model dari Cieh Say ini ada bermacam macam, dimana yang utama

mengikuti dua aliran, yaitu Aliran Utara dan Selatan yang dimaksud adalah

sebelah Utara Sungai Yang Zi, bentuknya garang, badannya tetap, mulutnya

persegi seperti yang kita lihat di kelompok Istana Kekaisaran di Beijing,

sedangkan aliran selatan adalah terdapat di sebelah Selatan Sungai Yang Zi,

bentuknya lebih bervariasi, lebih luwes, tapi kurang gagah. Aliran Selatan, pada

umumnya berada di kelenteng-kelenteng Indonesia, khususnya di Kota

Tangerang, termasuk bentuk singa ini, sama sekali tidak mirip dengan wujud

singa sebenarnya, tetapi diambil dari Anjing Say yang pada waktu itu dipelihara

Kaisar dan hanya di Istana saja, karena dianggap suci.

Gambar 3.5Barongsai

Sumber: http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

E. Sayur Besan

Adalah makanan khas Tangerang yang selalu dihidangkan pada saat orang tua

mempelai laki-laki datang ke rumah orang tua mempelai wanita pada cara

pernikahan (ngabesan), sehingga sayur ini dinamakan Sayur Besan. Sayur Besan

biasanya terdiri dari sayuran telur tebu, kentang, irisan tempe, Soun dengan

memakai kuah Santan.

Page 26: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.6Sayur Besan

Sumber: http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

F. Laksa Tangerang

Laksa adalah salah satu makanan khas Indonesia yang terdapat di sejumlah daerah

termasuk di Tangerang dengan berbagai citarasa sesuai asal daerahnya. Bahan

dasar Laksa adalah tepung beras yang dihidangkan dengan kuah santan yang

diberi bumbu khas dan dicampur dengan daun Kucai serta kacang kedelai dan

sebagai tambahan biasanya diberi telor rebus atau ayam goreng/bakar.

Gambar 3.7Laksa Tangerang

Sumber: http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

G. Dodol Cina Tangerang

Kue keranjang atau yang sering disebut dengan dodol Cina ini bahan dan proses

pembuatannya tak beda jauh dengan dodol tradisional. Adonan tepung ketan,

gula, santan dimasak dengan api sedang dan diaduk dalam kuali selama berjam-

Page 27: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

jam hingga menjadi kental dan lentur. Setelah itu barulah dicetak dengan

keranjang atau cetakan bundar. Dodol Cina ini selalu saja ada di beberapa

perayaan hari besar khususnya imlek. Kue keranjang atau dodol Cina ini memang

identik dengan perayaan masyarakat Tionghoa. Konon katanya, dodol Cina ini

wajib dimakan setelah prosesi sembahyangan di hari imlek. Karena rasanya manis

dan lengket merupakan lambang harapan akan datangnya pengalaman manis dan

menyenangkan di tahun baru.

Gambar 3.8Dodol Cina Tangerang

Sumber: http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

H. Kecap Benteng SH

Tangerang merupakan cikal bakal produk kecap manis terkenal yang sekarang

umum di pasaran. Hal ini tak lepas dari peran kaum etnis tionghoa benteng (Cina

Benteng) yang menetap di daerah Tangerang. Lewat mereka lahirlah usaha-usaha

produksi kecap dan salah satunya adalah Kecap Benteng (Siong Hin) yang telah

eksis sejak tahun 1920. Usaha ini diwarisi turun-temurun hingga sekarang.

Masyarakat Tangerang sangat bangga akan produk kecap yang benar-benar asli

dari Kota Tangerang. Tak heran bila kita berkunjung ke Tangerang dan melihat

banyak penjaja makanan, baik kaki lima maupun restoran sederhana mayoritas

menggunakan Kecap Benteng (Siong Hin). Walaupun tak tersohor layaknya

merek kecap yang lain, Kecap Benteng (Siong Hin) telah menunjukkan bahwa

kualitas produk yang diciptakan telah memberi keuntungan tak ternilai : sebuah

kepercayaan dan kebanggaan masyarakat Kota Tangerang.

Page 28: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.9Kecap Benteng SH

Sumber: http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

3.4 Kehidupan Beragama

Kota Tangerang merupakan kota multietnis dan memiliki keragaman agama,

mayoritas penduduknya adalah orang-orang cina, atau yang sering disebut sebagai

cina benteng. Kebanyakan orang cina benteng adalah pemeluk agama Khonghucu,

dan Budha ini terbukti dari banyaknya peninggalan klenteng dan wihara yang ada

di Kota Tangerang. Konghucu masuk ke Kota Tangerang pada abad ke 3 Masehi

lewat para pedagang yang datang ke Banten melalui pelabuhan. namun seiring

berjalannya waktu pemeluk agama ini semakin sedikit dan menjadi minoritas di

Kota Tangerang.

Selain Konghucu agama yang ada di Kota Tangerang dan menjadi mayoritas

adalah Islam. Islam sudah ada di Banten dari abad 16 Masehi, penyebarannya pun

sama dengan agama Konghucu yaitu lewat para pedagang melalui pelabuhan yang

ada di Banten. Selain agama Khonghucu dan Islam masih ada empat agama lagi

yang ada di Kota Tangerang, yaitu Kristen, Katolik, Hindu dan Budha, ini berarti

ada enam agama yang ada di Kota Tangerang. Jumlah penduduk yang memeluk

keempat agama tersebut pun lumayan banyak.

Dapat kita lihat tabel dibawah ini, tabel ini menunjukkan jumlah penduduk

menurut agama di Kota Tangerang. Jumlah terbanyak adalah penduduk yang

memeluk agama Islam dengan jumlah sebesar 1.352.688 jiwa pada tahun 2013

dan ditahun-tahun sebelumnya juga masih tetap banyak dibanding dengan jumlah

Page 29: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

pemeluk agama lain. Khonghucu yang merupakan agama minoritas pada tahun

2013 penduduknya berjumlah 292 jiwa dan tahun-tahun sebelumnya juga masih

mejadi minoritas.

Tabel 3.2Jumlah Penduduk Menurut Agama Kota Tangerang

Tahun 2009-2013 (Dalam Jiwa)Agama Tahun

2009 2010 2011 2012 2013Islam 1.339.103 1.428.464 1.650.932 1.782.638 1.352.688

Kristen 38.961 41.343 100.939 112.952 89.602

Katolik 78.145 84.675 49.219 54.508 43.237

Budha 65.119 68.334 77.579 84.751 65.502

Hindu 3.321 3.399 3.506 3.704 2.748

Konghuchu 474 469 666 698 292Sumber : BPS Kota Tangerang Tahun 2010-2014

Dalam kehidupan beragama kita juga harus beribadah, tempat ibadah yang

dibutuhkan di Kota Tangerang adalah Masjid, Musholah, Gereja, Vihara dan Pura.

Pada tahun 2010 jumlah Masjid yang ada di Kota Tangerang ada 558 Masjid

yang tersebar dibeberapa kecamatan, Musholla berjumlah 1.256 pada tahun 2010.

Jumlah tempat ibadah agama lain bisa dilihat lebih lengkap pada tabel dan gambar

dibawah ini.

Tabel 3.3Jumlah Tempat Peribadatan di KotaTangerang Tahun 2009-2013

No JenisSarana 2009 2010 2011 2012 2013

1 Masjid 602 558 - - -

2 Musholla 860 1.256 - - -

3 GerejaProtestan 74 77 - - -

4 GerejaKhatolik 1 1 - - -

5 Pura 15 34 - - -

6 Vihara 6 11 - - -

Sumber : BPS Kota Tangerang, Kota Tangerang Dalam Angka 2014

Page 30: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.10Masjid Al-Azhom Kota Tangerang

Sumber : http://simbi.kemenag.go.id/simas/index.php/profil/masjid/1965/

Gambar 3.11Musholah yang ada di Kota Tangerang

Sumber: Hasil Survei Lapangan

Gambar 3.12Gereja Khatolik Santa Maria Kota Tangerang

Sumber: http://santamaria.or.id/

Page 31: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.13Pura Kerthajaya Kota Tangerang

Sumber : http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

Gambar 3.14Vihara Boen Tek Bio Kota Tangerang

Sumber : http://www.boentekbio.org/

Keragaman agama tidak terlepas dari permasalahan disetiap agama yang ada.

Pada tahun 1965 pemeluk agama Khonghucu mendapatkan hambatan dalam

keberadaannya walaupun pemerintah sudah menetapkan agama ini termasuk

agama resmi di Indonesia. Pemerintah Kota Tangerang awalnya tidak

memberikan hak sipil kepada penduduk yang memeluk agama ini, namun saat ini

Kota Tangerang sudah melakukan pencatatan sipil dan pengakuan terhadap

penduduk yang beragama Khonghucu ini. Selain permasalahan hak sipil yang

dialami oleh pemeluk agama Khonghucu, terjadi pula masalah penutupan Gereja

Katolik Sang Timur di Karang Tengah, Ciledug pada Oktober tahun 2004 silam.

Page 32: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Bertahun-tahun berlalu setelah beberapa permasalahan agama yang dialami,

sekarang Kota Tangerang sudah berubah. Toleransi beragama di Kota Tangerang

sangat tinggi, masing-masing saling menghormati dan menjaga kerukunan. Sesuai

dengan jumlah mayoritas penduduk yang ada di Kota Tangerang yaitu Islam, Kota

ini pun memiliki slogan “Akhlaqul Karimah” berharap penduduk Kota Tangerang

yang beragama Islam memiliki perilaku yang baik.

3.5 Institusi Sosial

A. Karang Taruna Kota Tangerang

Karang taruna di Kota Tangerang sendiri yaitu sebuah perkumpulan sosial yang

dibentuk oleh masyarakat yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat

dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) dan sebagai wadah

pengembangan generasi muda. Visi dari ketua karang taruna di Kota Tangerang

ini yaitu “Membentuk Karakter Pemuda Berjiwa Sosial”. Karang taruna di Kota

Tangerang ini berlandaskan kepada Permensos No. 77 Tahun 2010. Berikut salah

satu program dan kegiatan yang dilakukan oleh Karang Taruna Kota Tangerang.

Gambar 3.15Kegiatan Karang Taruna Kota Tangerang

Sumber : http://www.karangtarunabanten.com/2010/10/kota-tangerang.html

Dapat dilihat dari gambar, beberapa kegiatan dari karang taruna Kota Tangerang

diantaranya pemberian bantuan kepada korban bencana banjir di Kota Tangerang

serta pengkaderan yang dilakukan untuk mengembangkan jiwa organisasi para

pemuda di Kota Tangerang. Ini semua memberikan dampak positif bagi

Page 33: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

kehidupan sosial Kota Tangerang sendiri. Adanya jalinan komunikasi antara

pemerintah dengan masyarakat langsung melalui perantara organisasi tersebut

dengan berisikan para pemuda generasi yang akan datang dengan memiliki

pengalaman serta pengetahuan luas untuk membangun Kota Tangerang maupun

Indonesia.

B. Perkumpulan Keagaman dan Sosial Boen Tek Bio

Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Boen Tek Bio Tangerang merupakan

Perkumpulan yang di dirikan sejak tahun 1912, dan Anggaran Dasarnya mendapat

pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Serikat tanggal 14 Februari

1950 nomor J.A.5 2/3/24. Pada tahun 2001 di adakan perubahan Anggaran Dasar,

hasilnya diumumkan Berita Negara R.I tanggal 5 Juni 2001 no.45. Unit kegiatan

yang dilakukan perkumpulan ini dibagi menjadi empat bidang yaitu pendidikan,

keagamaan, kesehatan, dan sosial. Tujuan utama dari perkumpulan ini selain

empat hal itu adalah mengelola, menjaga dan melestarikan vihara Boen Tek Bio

serta mempersiapkan setiap acara keagamaan yang berlangsung di Boen Tek Bio.

Gambar 3.16Kegiatan Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Boen Tek Bio

Sumber : http://www.boentekbio.org/

3.6 Peninggalan Sejarah

A. Bendungan Pasar Baru

Bendungan Pasar Baru terletak di jalan K.S. Tubun, Kelurahan Koang Jaya,

Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Provinsi Banten.. Bendungan Pasar Baru

Page 34: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

dibangun pada tahun 1927 dan selesai dan diresmikan tahun 1930. Fungsi

bangunan sebagai bendungan maka inti bangunan adalah untuk mengatur aliran

air di sungai Cisadane. Keperluan dibangunnya bendungan untuk mengairi areal

persawahan seluas 40.663 Hektar. Bendungan ini awalnya bernama Bendungan

Sangego, kemudian berubah menjadi Bendungan Pintu Sepuluh atau Bendungan

Pasar Baru. Perubahan pada bendungan ini tidak terlalu banyak karena terlihat

dari peralatan dan mesin yang digunakan sudah tua.

Bangunannya terdapat 10 pintu air dari besi dan 11 tiang penopangnya.

Konstruksi terbuat dari beton bertulang, pada sisi utara dan selatan bangunan

terdapat rel lori yang digunakan untuk mendistribusikan pintu air pengganti jika

ada pintu air yang rusak. Bendungan memanjang dari timur ke barat dengan

panjang 125 m dengan rincian 10 jumlah pintu air, lebar pintu 10 m, 3 intake, 2

pintu penguras lumpur, tinggi pintu bawah 5 m, tinggi pintu atas 3 m, dan berat

pintu masing-masing 25 ton. Bangunannya memiliki dua tingkat. Penghubung ke

lantai atas menggunakan tangga yang berada di ujung timur dan barat bangunan.

Bagian ujung barat dan timur bangunan menggunakan tegel berwarna abu-abu,

bercorak kotak-kotak dan berukuran 20 x 20 cm. Pada lantai dua terdapat 5 ruang

yang berisi penggerak pintu air.

Gambar 3.17Bendungan Pasar Baru

Sumber : http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

Page 35: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

B. Masjid dan Makam Jami’ Kalipasir

Secara administratif bangunan Mesjid dan Makam Jami’ Kalipasir berada di

Kampung Kalipasir, Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang, Provinsi Banten.

Pengelolaan mesjid dari sejak berdiri hingga tahun 1918 dikelola secara turun

temurun. Mesjid dibangun pada tahun 1700 oleh Tumenggung Pamitrwidjaja dari

Kahuripan. Setelah sekian lama, mesjid kembali diperbaiki dan perombakan

menara pada tanggal 24 April 1959 – Agustus 1961.

Mesjid Kalipasir berdenah persegi dengan menara di sisi timur laut bangunan

mesjid. Bagian dalam bangunan terdapat mimbar, migrab, dan beberapa lemari,

jendela dan pintu bangunan ini sudah menggunakan peralatan sekarang. Hal

menarik adanya empat soko guru terbuat dari kayu, kondisi soko guru yang sudah

mulai lapuk. Maka ditopang oleh besi dan bagian dasar terbuat dari bata dan

semen. Selain itu, terdapat 11 kolom seperti ladam kuda dengan 5 kolom di sisi

selatan dan 6 kolom di sisi timur. Kolom yang di sisi timur, bagian atas dari

lengkungan terdapat lis berbentuk setengah lingkaran dengan ukuran diameter ±

2-3 cm dan berwarna warni. Bagian menara menyerupai dengan bentuk pagoda

dengan ukuran ± 10 m.

Makam Kalipasir terletak di sisi barat bangunan mesjid Kalipasir, makam tersebut

memiliki ukuran 6 x 2 m dan 4 x 2 m. Pada ukuran 6 x 2 m terbagi dalam dua

bagian, yaitu bagian 1 berukuran 2 x 2 m dan di sisi timur berisi tiga pasang nisan,

sedangkan bagian 2 berukuran 4 x 2 m di sisi barat berisi enam pasang nisan. Pada

ukuran 4 x 2 m terdapat empat pasang nisan. Kondisi nisan tersebut sudah tidak

beraturan dan Berantakan. Bentuk nisan tersebut berbagai bentuk, yaitu berbentuk

gada dan persegi. Bentuk persegi beberapa diantaranya terdapat tulisan Arab dan

huruf angka tahun, yaitu 1823 M.

Page 36: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.18Masjid dan Makam Jami’ Kalipasir

Sumber : http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

C. Klenteng Boen Tek Bio

Klenteng Boen Tek Bio terletak di jalan Bhakti No, 14, Kelurahan Sukasari,

Kecamatan Tangerang, Provinsi Banten. Batas bangunan sebelah utara dengan

Pasar Lama dan pemukiman, sebelah timur dengan Jalan Cilame, sebelah selatan

dengan Jalan Bhakti, serta sebelah barat dengan pemukiman. Klenteng Boen Tek

Bio diperkirakan berdiri sekitar tahun 1684 oleh para penduduk Kampung Petak

Sembilan secara bersama-sama. Klenteng Boen Tek Bio didirikan dengan luas

bangunan ±2.955 m² dan bangunan utama pemujaan seluas 1.655 m². Pertama

berdirinya bentuk bangunan sederhana dari bangunan semi permanen. Ketika awal

abad ke 17 mengalami perubahan terhadap bangunan kelenteng karena jalur

perdagangan sekitar wilayah Sungai Cisadane mulai ramai. Perubahan terus

terjadi hingga bentuknya yang sekarang. Nama “Boen Tek Bio” memiliki arti

secara harfiah, yaitu Boen (benteng), Tek (Kebajikan), dan Bio (rumah ibadah).

Secara keseluruhan berarti tempat atau wadah bagi kaum sastrawan yang memiliki

kebijaksanaan. Kelenteng tersebut memiliki keterkaitan dengan dua kelenteng

lainnya, antara lain Klenteng Boen San Bio dan Kelenteng Boen Hay Bio. Bila

dikaitkan dengan kedua klenteng lainnya, kelenteng tersebut memiliki filosofis,

yaitu kebajikan setinggi gunung dan seluas lautan. Selain itu, secara Hong Sui

(tata letak/geomensi) posisi klenteng Boen Tek Bio bersandar pada gunung dan

memandang lautan.

Page 37: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Denah bangunan berbentuk persegi panjang dan konstruksi bangunan peribadatan

ini terbuat dari kayu. Bangunan ini menghadap ke selatan dengan dua gerbang

untuk masuk dan keluar pengunjung. Selain itu, dibelakang bangunan utama

terdapat bangunan tambahan/baru dengan pintu masuk menuju bangunan baru

berupa pintu paduraksa yang terdapat hiasan stupa diatasnya. Bangunan baru

digunakan sebagai lokasi Dharmasala dan sekolah agama. Pada Bagian Halaman

depan Klenteng terdapat sepasang patung singa di dekat pintu masuk. Sudut

tenggara terdapat lonceng besar berbahan perunggu dengan motif hias naga, ikan,

dan awan. Pada bagian tengah halaman terdapat Hiolo (Giok Hong Siang Tee)

terbuat dari bahan perunggu dan sisi barat dan timurnya terdapat pagoda tiruan

yang digunakan sebagai pembakaran kertas.

Bagian bangunan utama terbagi dalam teras, ruang tengah dan ruang utama. Pada

bagian teras terdapat altar yang bersegi delapan dari bahan kayu dan terukir hiasan

di kaca di bidang altar. Ukiran tersebut berisi 3 cerita yang intinya mengisahkan

tentang bhakti kepada para orang tua, tanah air dan Tuhan serta pada bagian kaki

terdapat ukiran angka tahun yaitu tahun 1504 (tahun dibuatnya). Altar ini

digunakan untuk meletakkan hiolo kecil yang terbuat dari kuningan dengan hiasan

qilin pada gagangnya. Bedug yang terletak di sisi barat daya teras terbuat dari

bahan kayu dengan kulit di bagian pemukulnya. Bagian badan bedung terdapat

hiasan motif naga dan awan dengan warna bervariasi, yaitu merah, biru, hijau, dan

merah.

Bagian tengah bangunan utama terdapat empat meja, yaitu meja pertama

digunakan sebagai meletakan arca Buddha dalam kotak kaca dengan posisi

semedi dan didepannya terdapat arca Maitreya. Meja kedua berupa meja yang

digunakan untuk meletakan lilin. Meja ketiga digunakan untuk meletakan

sesajian, dan benda pusaka seperti stempel dan bendera-bendera simbol satu

perintah. Terakhir meja keempat berupa meja besar untuk meletakan tiga hiolo

yang terbuat dari kuningan. Hiolo tersebut ditujukan untuk Dewi Kwan Im Hud

Couw di tengah, Kwan Seng Tee Kun di sisi barat, dan Hok Tek Ceng Sin di sisi

Page 38: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

timur. Bagian utama terdapat meja altar yang jauh lebih besar dengan terdapat

sesajian arca Dewi Kwan Im Hud Couw.

Bangunan sekitar kanan kiri ruangan utama terdapat altar meja dewa-dewa dan

leluhur yang berjumlah empat di masing-masing. Arah masuk dari sisi kanan dan

keluar sisi kiri (berlawanan arah jarum jam). Arah berlawanan jarum jam tersebut

menjelaskan bahwa masuk dengan kesusilaan dan keluar dengan kebajikan.

Bangunan tambahan sekitarnya antara lain aula dan ruang kerja.

Gambar 3.19Klenteng Boen Tek Bio

Sumber : http://www.boentekbio.org/

D. Klenteng Boen San Bio

Secara administratif Klenteng Boen San Bio terletak di Jalan K. S. Tubun No. 43

Desa Pasar Baru, Kota Tangerang. Bangunan tersebut berbatasan dengan

pemukiman Kamp. Koang Jaya di sebelah barat, utara dan timur, serta Jalan

Aipda Karel Sasuit Tubun di sebelah selatan.

Klenteng Boen San Bio awalnya dibangun pada tahun 1689 oleh seorang

pedagang asal Tiongkok yang bernama Lim Tau Koen. Pembangunan Klenteng

ini menempatkan patung Kim Sin Khongco Hok Tek Tjeng Sin yang berasal dari

Banten. Bangunan awalnya berasal dari bambu dan kayu dengan dinding berasal

dari gedeg dan atap dari daun rumbia. Ukuran bangunan pun tidak seluas

sekarang. Pengunjung berasal dari pedagang Tionghoa yang tinggal sekitar Pasar

Page 39: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Baru. Setelahnya sekitar 10 tahun berdiri perkumpulan Boen San Bio yang

merupakan cikal bakal berdirinya Vihara Nimmala.

Bangunan Klenteng ini memiliki luas tanah 4.650 m² terbagi dalam beberapa

bagian. Bagian depan, tengah, dan belakang. Bagian depan bangunan digunakan

sebagai ruangan pemujaan. Pada ruang pemujaan ini dewa yang diutamakan

adalah dewa bumi (Khongco Hok Tek Tjeng Sin). Sisis kanan kirinya terdapat

pemujaan dewa-dewa dan leluhur yang saling berseberangan. Pada bagian depan

bangunan kaya akan hiasan dengan warna dominan yaitu warna merah. Bangunan

depan ini terdapat delapan tiang yang dipenuhi dengan motif hias seperti buah-

buahan, dan tokoh hewan. Selain itu terdapat pula ribuan lampion yang diperoleh

dari donatur.

Bagian tengah ruangan terdapat aula, ruang pendidikan dan beberapa altar

pemujaan. Sedangkan di bagian belakang terdapat beberapa ruangan yaitu ruang

Dhammasala, Pendopo Pecun, Patilasan Mbah Raden Suryakencana, dan kantin.

Ruang Dhammasala terletak disebelah timur pendopo pecun. Pada sisi kiri pintu

masuk terdapat patung Dewi Kwan Im Pou Sat dengan tinggi berukuran sekitar 3

m. Didalam ruangan terdapat Rupang Buddha dengan tinggi ± 3,5 m.

Selanjutnya Pendopo Pecun yang berada ditengah bagian belakang, tepatnya di

sebelah barat ruang Dhammasala. Ruang ini terdapat sepasang perahu naga yang

berwarna merah dan kuning. Perahu tersebut merupakan sumbangan dari seorang

tuan tanah. Berikutnya Patilasan Mbah Raden Suryakencana berada di sebelah

barat Pendopo Pecun. Awalnya Patilasan tersebut berada di sisi kali depan

kelenteng. Oleh karena adanya pelebaran jalan maka dipindahkan ke dalam

klenteng.

Page 40: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.20Klenteng Boen San Bio

Sumber : http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

E. Rumah Arsitektur Cina (Benteng Heritage)

Rumah Arsitetur Cina Benteng Heritage terletak di Kelurahan Sukasari,

Kecamatan Tangerang, Provinsi Banten. Tepatnya berada di sebelah timur sungai

Cisadane, daerah Pasar Lama sekarang. Batas bangunan sebelah utara, timur dan

selatan dengan pemukiman, serta sebelah barat dengan pasar lama. Bangunan

Benteng Heritage dibangun sekitar abad 18 dengan arsitektur bangunan cina yang

sangat kental. Bangunan tersebut adalah dua bangunan kembar yang dijadikan

satu. Interior bangunan sangat didominasi oleh warna merah dengan hiasan cina

seperti medalion, hewan mitologi dan sebagainya. Bangunan ini berlantai dua dan

menghadap ke arah barat. Pada lantai I terdapat macam-macam lukisan dan

meubel, sedangkan pada lantai II digunakan sebagai pameran koleksi barang-

barang Tionghoa yang berupa artefak dan barang baru. Bangunan tersebut

memiliki jalan penghubung ke Kelenteng melalui pintu belakang. Bangunan ini

merupakan milik Udayana Halim yang sekarang telah bertempat tinggal di

Australia. Sejarah bangunan ini masih belum jelas berkaitan dengan

kepemilikiannya.

Page 41: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.21Benteng Heritage

Sumber : http://www.bentengheritage.com/

F. Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria

Lembaga Permasyarakatan Anak Pria secara administratif berada di jalan Daan

Mogot No. 29 C, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Bangunan tersebut berbatasan

dengan Mesjid Al – Azhom di sebelah selatan, Taman Makam Pahlawan Taruna

di sebelah barat, Jalan Daan Mogot di sebelah utara, dan Jalan Satria Sudirman di

sebelah timur.

Lapas anak pria Tangerang dibangun pada masa Hindia Belanda pada tahun 1925,

dengan kapasitas hunian 220 anak. Sejak tahun 1934 pengelolaan diserahkan

kepada Pro Juventute untuk mengasingkan anak keturunan Belanda yang berbuat

nakal. Perubahan fungsi menjadi Markas Resimen IV Tangerang pada tahun 1945.

Pengelolaan berganti pada tahun 1957-1961 kepda Jawatan kepenjaraan kemudian

berubah menjadi pendidikan negara dan tahun 1964 diserahkan kepada Direktorat

Jenderal Permasyarakatan dengan nama Lembaga Permasyarakatan Anak Pria.

Gambar 3.22Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria

Page 42: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Sumber : http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

G. Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita

Secara administratif Lembaga Permasyarakatan Anak Wanita terletak di Jalan

Daan Mogot No 28 C, Kelurahan Tanah Tinggi, Kota Tangerang, Provinsi

Banten. Batas bangunan tersebut sebelah utara dengan Jalan Daan Mogot, sebelah

timur dengan Jalan Meteorologi, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan

Jalan Kehakiman Raya. Tahun 1928 Bangunan ini didirikan oleh Pemerintah

Hindia Belanda untuk pengasingan anak-anak Indo Belanda yang melakukan

kenakalan/pelanggaran dan pengelolanya oleh Yayasan LOG. Kemudian

diserahkan kepada Yayasan pro Yuventute pada tahun 1934. Penyerahan kepada

pemerintahan Jepang pada tahun 1942 digunakan sebagai rumah tahanan perang

terutama anak-anak dan wanita Belanda yang akan dikembalikan ke Negara

Belanda. Selain itu pada tahun yang sama, pernah pula digunakan sebagai Sekolah

Akademik Militer Tangerang yang terkenal salah satu pahlawannya, yaitu Daan

Mogot. Pada tahun 1950 dikelola oleh yayasan Pra Yuwana. Selanjutnya

pengelolaan diserahkan kepada pemerintahan Indonesia dibawah Departemen

Kehakiman RI sebagai Rumah Pendidikan Negara (1962). Perubahan nama

menjadi Lembaga Permasyarakatan Anak Wanita Tangerang tahun 1964. Setelah

itu berubah nama tahun 1977 menjadi Lembaga Permasyarakatan Anak Negara

Wanita Tangerang. Tahun 1985 berubah nama kembali menjadi Lembaga

Permasyarakatan klas II B Anak Wanita Tangerang (SK Kementerian Kehakiman

tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja LP.

Bangunan Lembaga Permasyarakatan Anak Wanita berada di luas tanah 66.000

m² dan luas bangunan 39.560 m². Pada luas tersebut terdapat 5 bangunan paviliun

hunian tahanan, 1 bangunan blok sel, 1 bangunan gedung kantor, ruang aula,

Mushola, Dapur, Tunker dan sarana pendidikan. Kantor berada pada bagian depan

bangunan dekat dengan pintu masuk utama. Bangunan ini keseluruhan dikelilingi

oleh tembok dinding setinggi 5 m. Bangunan kantor dan paviliun terlihat

perbedaan bentuk. Pada bangunan kantor ukuran jendela dan pintu tidak besar

seperti yang ada pada bangunan paviliun.

Page 43: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Ukuran dan denah bangunan kantor dan paviliun pun berbeda. Ukuran bangunan

kantor lebih besar dari pada bangunan paviliun. Denah bangunan kantor

memanjang dari utara hingga selatan, sedangkan bangunan paviliun lebih

menyerupai bangunan tempat tinggal. Pada bagian muka bangunan lapas tersebut

terdapat dua lapangan yang terpotong jalan. Lapangan sebelah selatan terdapat

lonceng yang tingginya ± 10 m. Bagian dalam bangunan terbagi dalam dua bagian

yaitu, bagian utara dan selatan. Bagian utara terdapat bangunan yaitu, 2 bangunan

yang salah satunya diberikan pagar terali, 1 bangunan untuk dapur, 1 ruang

pendidikan dan 1 bangunan sel.

Bagian selatan terdapat dua bangunan paviliun, 1 ruang data, 1 mushola, dan 1

ruang kegiatan kerja. Bangunan lainnya yaitu ruang aula yang berada di bagian

timur lapas, berseberangan dengan bangunan kantor serta menara air berada di

bagian tengah lapas. Pada bangunan lapas ini ada sebagian yang telah mengalami

perubahan pada genteng karena mengalami kerusakan dan bentuk genteng telah

tidak di produksi lagi di masa sekarang.

Gambar 3.23Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita

Sumber : http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

H. Lembaga Pemasyarakatan Pemuda II A Tangerang

Lapas Pemuda II A terletak di Jalan Pemuda, Kelurahan Sukaasih, Kecamatan

Tangerang, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Bangunan tersebut berbatasan

Page 44: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

dengan Jalan Pemuda disebelah utara, Jalan TMT Taruna di sebelah barat,

permukiman Kamp. Buaran Indah dan Ladang di sebelah selatan dan timur.

Bangunan tersebut berdiri pada tahun 1927-1942 Pemerintahan Hindia Belanda

digunakan sebagai pemenjaraan Pemuda Bangsa Belanda maupun pribumi (Jeugd

Gevangenis). Selanjutnya tahun 1942 Pemerintahan Jepang menjadikan bangunan

tersebut sebagai tempat pelaksanaan pidana (Keimusho Shikubu).

Pemerintah Belanda (Palang Merah NICA) tahun 1946-1948 digunakan sebagai

tempat penampungan pengungsi Cina Pedalaman. Tahun 1948-1950 oleh

Pemerintah Indonesia dijadikan tempat untuk pelaksanaan pemenjaraan bagi

pemuda. Selanjutnya dikelola oleh Pemerintah Indonesia dengan fungsi yang

berubah. Tahun 1950-1964 digunakan sebagai pelaksanaan pidana penjara untuk

pemuda (Rumah Penjara Anak-Anak). Sebutan berubah menjadi Lembaga

Permasyarakatan Khusus Pemuda pada tahun 1964-1965.

Kemudian tahun 1965-1979 digunakan sebagai tempat pemidanaan narapidana

pemuda dan pusat Rehabilitasi Tahanan G 30 S/PKI dengan sebutan Lembaga

Permasyarakatan Khusus Pemuda. Tahun 1979-1984 digunakan sebagai tempat

pelaksanaan permasyarakatan untuk pemuda (Lembaga Permasyarakatan Klas 1

Pemuda Tangerang). Pada tahun 1984 hingga sekarang sebagai pelaksanaan

permasyarakatan untuk pemuda termasuk juga sebagai Rumah Tahanan Negara

Tangerang dengan sebutan Lembaga Permasyarakatan Klas II A Pemuda

Tangerang.

Gambar 3.24Lembaga Pemasyarakatan Pemuda II A Tangerang

Page 45: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Sumber : http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

I. Stasiun Kereta Api Tangerang

Stasiun secara administrasi terletak di Desa Pasar anyar, Kecamatan Tangerang,

Kota Tangerang, Provinsi Banten. Stasiun ini berbatasan dengan pertokoan dan

parkiran disebelah utara, pertokoan dan pemukiman di sebelah timur dan barat,

dan pemukiman di sebelah selatan. Stasiun ini ada bersamaan dengan lintas jalur

kereta api Duri - Tangerang yaitu pada tanggal 2 Januari 1889. Arsitek bangunan

stasiun dan lintasannya dari Staatspoorwagen (SS). Stasiun Tangerang merupakan

stasiun akhir karena tidak ada lanjutan lintasan.

Bangunan stasiun ini telah mengalami banyak perubahan termasuk dalam bentuk

bangunan. Bagian yang telah berubah terlihat pada peron, loket, kantor, dan toilet.

Bangunan inti stasiun berdenah persegi panjang yang memanjang dari barat ke

timur, bangunan tersebut yang banyak perubahan. Stasiun pernah mengalami

kebakaran pada tahun 2000an di sisi timur. Selain bangunan, perubahan sangat

nampak pada jumlah jalur kereta api yang semula berjumlah lima menjadi

berjumlah dua jalur. Bagian yang masih tampak asli tampak pada beberapa

jendela, pintu dan kisi-kisi bangunan. Pada sebelah utara kantor terdapat papan

yang menjelaskan telah dilindungi oleh negara sebagai Benda Cagar Budaya,

dikeluarkan oleh Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT. KAI.

Gambar 3.25Stasiun Kereta Api Tangerang

Sumber : http://disporparekraf.tangerangkota.go.id/

Page 46: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang
Page 47: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang
Page 48: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

3.7 Komunitas-komunitas Lokal

3.7.1 Komunitas Anak Langit

Komunitas Keluarga Anak Langit. Salah satu komunitas yang dibanggakan di

Kota Tangerang mereka adalah sebuah komunitas yang memiliki kepedulian

terhadap berkelanjutan pendidikan bagi anak-anak yang secara Sosial dan

Ekonomi terpinggirkan dari hiruk pikuk geliat Kota. Lokasi Anak Langit ini

terletak di pinggiran sungai Cisadane, di Jl. Tanah Gotjap Tangerang.

Tempat ini dibangun dengan konsep yang ramah dan hijau. Pada saat masuk ke

komunitas ini akan langsung disambut dengan ramah penghuni komunitas anak

langit dan disuguhkan suasana yang asri. Komunitas ini terbuka lebar untuk

semua orang yang ingin mengetahui Komunita Anak Langit. Di Komunitas ini

dapat  temui beberapa ruangan yang disediakan diantaranya ruang belajar,

perpustakaan, musholla, saung-saung dan lainnya.

Gambar 3.27Anak Langit

Sumber: Hasil Survei Lapangan

Komunitas anak langit dibentuk bersama oleh beberapa orang dengan latar

belakang yang berbeda. Namun, mereka memiliki satu visi untuk membentuk

komunitas ini. Mereka membentuk komunitas anak langit dengan maksud sebagai

tempat untuk bermain dan belajar untuk anak-anak yang singgah di sini. Anak-

anak bebas melakukan apa saja sesuai dengan apa yang mereka inginkan asal

perilaku mereka tetap dijaga. Mereka belajar mengenai sopan santun, agama,

Page 49: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

kemandirian dan beberapa pelajaran yang ada disekolah. Anak-anak diajarkan

pula berkreatifitas sesuai dengan imajinasi mereka. Oleh karena itu, mereka

diharapkan menjadi pribadi yang terampil, cerdas, mandiri, kreatif dan berakhlak

mulia.

Di Keluarga Anak Langit, anak-anak jalanan yang ditampung diajarkan berbagai

macam ilmu, seperti pelajaran yang dipelajari disekolah-sekolah formal, bahkan

mereka juga diajarkan keterampilan kerja seperti bertani, bercocok tanam,

berternak, menyablon dan bahkan memperbaiki mesin. Mereka yang ditampung

disini, selalu diasah potensi, kreativitas, dan kemampuanya untuk lebih maju di

masa depan kelak. Konsep yang dimiliki komunitas ini sangatlah sederhana,

mereka dibebaskan untuk melakukan kegiatan belajar baik di dalam maupun di

luar ruangan untuk meraih mimpi dan cita-cita yang mereka miliki.

Dalam komunitas ini memiliki sebuah tujuan yaitu menjadikan anjal (anak

jalanan) sebagai anak Indonesia yang cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia.

Sehingga tidak lagi sebagai “anjal” yang males-malesan yang hanya bertumpu

pada rasa kasihan dari orang lain atau pengguna jalan, akan tetapi menjadikan

masyarakat bangga pada mereka sebagai “anjal” yang memiliki prestasi. Banyak

sekali kegiatan yang diadakan di dalam komunitas ini untuk dapat mengasah

kreativitas dan pemikiran anak jalanan untuk bisa meraih mimpinya.

Berbagai macam hasil kesenian yang sudah mereka hasilkan dan hasil tersebut

mereka jual. Hasil kesenian yang mereka hasilkan berupa lukisan, kaos, dan ada

juga pajangan robot yang mereka buat dari barang-barang bekas seperti galon,

telepon bekas, dan barang bekas lainya dan mereka juga memiliki kesenian musik

yang bagus yang dinamakan perkusi yang semua alat-alatnya berasal dari barang-

barang bekas seperti drum bekas, gallon bekas, dan lainnya.

Page 50: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

Gambar 3.28Hasil Karya Anak Langit

Sumber: Hasil Survei Lapangan

Komunitas Keluarga Anak Langit ini membuktikan bahwa anak jalanan juga bisa

berkarya, mereka telah menunjukkannya, tidak sperti pandangan sebagian besar

masyarakat yang mungkin mengidentikkan anak jalanan dengan kriminalitas.

Komunitas Keluarga Anak Langit ini juga dapat menjadi suatu tempat positif bagi

anak-anak jalanan agar mereka tidak terjerumus ke kehidupan yang akan merusak

mereka ke depanya. Semoga akan ada Keluarga Anak Langit lainnya di Indonesia.

3.8 Bahasa/Tutur Kata

Penduduk asli Tangerang adalah suku Sunda yang mayoritas berbahasa Sunda.

Seiring perkembangan Tangerang sebagai kota modern, bahasa Indonesia dipakai

pula dalam pergaulan dengan para pendatang dari suku-suku lainnya.

Page 51: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

BAB IV

KESIMPULAN UMUM

4.1 Kesimpulan Umum

Sejarah sosial Kota Tangerang yang mengalami proses cukup panjang memang

memiliki keunikan tersendiri yang menarik untuk diteliti. Melalui sejarah itu juga,

menjadi cikal bakal etnis Tionghoa tersebar di seluruh Indonesia. Etnis yang ada

di Kota Tangerang sangat beragam di setiap daerahnya namun mereka tetap rukun

dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Agama pun beragam di Kota Tangerang

dari yang mayoritas hingga ke minoritas. Meskipun begitu mereka tetap saling

menghargai ketika ingin beribadah di masing-masing tempat ibadah. Maka dari

itu, tempat ibadah untuk agama-agama masyarakat Kota Tangerang sendiri

tersebar merata sebagai kemudahan beribadah bagi tiap-tiap agama. Bahasa yang

digunakan bila bertemu dengan suku atau etnis yang sama maka bahasa daerah

yang diucapkan. Namun, bahasa mayoritas tetap bahasa Indonesia sebagai bentuk

tidak adanya perbedaan antar masyarakat. Keragaman tersebut tidak menimbulkan

konflik atau masalah apapun saat ini karena masyarakat Kota Tangerang sendiri

telah sepakat untuk menjunjung tinggi nilai toleransi dengan belajar dari

kesalahan di masa lampau. Institusi sosial maupun komunitas-komunitas lokal

memang tidak begitu terlihat peran dan eksistensinya. Namun kontribusinya

meskipun minim sangat membantu dari segi sosial di Kota Tangerang.

Sejarah yang terjadi banyak meninggalkan warisan budaya yang patut

dilestarikan. Keragaman yang ada di Kota Tangerang memberikan dampak positif

bagi lahirnya budaya-budaya lokal. Faktanya memang budaya-budaya lokal Kota

Tangerang seperti tradisi maupun keseniannya merupakan campuran budaya dari

luar. Ini menunjukkan akulturasi budaya yang terjadi berjalan dengan baik dan

menghasilkan karya yang indah dan berharga. Kota Tangerang pun masih

memiliki saksi-saksi sejarah berupa bangunan yang memiliki nilai historis tinggi.

Itu semua merupakan saksi bisu yang terus dijaga dan dilestarikan oleh

Page 52: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Bangunan-bangunan tersebut

memiliki fungsi yang beragam dan sangat vital baik pada zaman dahulu bahkan

hingga sekarang. Maka dari itu, pemerintah dibantu oleh masyarakat terus

menggalakkan aksi pelestarian budaya lokal dan cagar budaya. Hal ini disertai

alasan untuk terus menunjukkan eksistensi Kota Tangerang dalam menjaga

budaya aslinya serta memancing para wisatawan untuk datang ke Kota Tangerang.

Page 53: Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerang

DAFTAR PUSTAKA

Abdul kadir. 2011. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Arifin, E. Zaenal dan AmranTasai. 2013. Bahasa Indonesia: Sebagai Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian. Tangerang: PustakaMandiri.

Ariyanto, Dedi Budi. 2015. Rumah Belajar Anak Langit Tangerang.

www.kompasnia.com/dedibudiariyanto/rumah-belajar-anak-langit-

tangerang_54f372fe745513982b6c76a4 . Diakses pada tanggal 22 juni

2015.

Badan Pusat Statistik. 2010. Kota Tangerang dalam Angka 2010 Katalog BPS:

1101001.3671. BPS. Tangerang.

Badan Pusat Statistik. 2011. Kota Tangerang dalam Angka 2011 Katalog BPS:

1102001.3671. BPS. Tangerang.

Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Tangerang dalam Angka 2012 Katalog BPS:

1102001.3671. BPS. Tangerang.

Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Tangerang dalam Angka 2013 Katalog BPS:

1102001.3671. BPS. Tangerang.

Badan Pusat Statistik. 2014. Kota Tangerang dalam Angka 2014 Katalog BPS:

1102001.3671. BPS. Tangerang.

Herimanto dan Winarno.2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi: SebuahPengantarKemahiran Bahasa. Ende:

Nusa Indah

Saidi, Gunawan. 2009 Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia.

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19226/1/

GUNAWAN%20SAIDI-FUF.pdf . Diakses pada tanggal 22 juni 2015.