bupati tangerang provinsi banten peraturan bupati tangerang · 2020. 7. 27. · bupati tangerang...
TRANSCRIPT
-
BUPATI TANGERANG
PROVINSI BANTEN
PERATURAN BUPATI TANGERANG
NOMOR 94 TAHUN 2019
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG,
Menimbang : a. bahwa agar tercapainya tertib administrasi dalam pengelolaan keuangan daerah secara efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan perjalanan dinas, maka
dipandang perlu mengatur biaya perjalanan dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Tangerang
tentang Standar Biaya Perjalanan Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa
Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang
dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4010);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
5.Undang-Undang…
-
-2-
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara,
Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 678);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2016
tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri Bagi Pejabat/ Pegawai di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 811);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 02 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2009 Nomor
02, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0209);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah
Kabupaten Tangerang Tahun 2016 Nomor 11,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1116).
MEMUTUSKAN:…
-
-3-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati Tangerang ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom
4. Bupati adalah Bupati Kabupaten Tangerang.
5. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Kabupaten Tangerang.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang.
7. Perangkat Daerah yang selanjutnya di singkat PD adalah unsur pembantu Bupati dan DPRD dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
8. Unit kerja adalah bagian dari Organisasi Perangkat Daerah
9. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten
Tangerang.
10. Pimpinan dan Anggota DPRD adalah Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Tangerang
11. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
12. Perjalanan Dinas adalah perjalanan untuk kepentingan
Pemerintah Kabupaten Tangerang yang dilaksanakan oleh Pejabat Negara, pejabat daerah, Pegawai dan Pihak Lain dari
tempat kedudukan/kantor ke tempat tujuan dan kembali ke tempat kedudukan/kantor semula.
13.Perjalanan…
-
-4-
13. Perjalanan Dinas Dalam Daerah adalah Perjalanan Dinas yang dilaksanakan dari Pusat Pemerintahan atau dari tempat
kedudukan PD/unit kerja yang berada diluar Pusat Pemerintahan ke tempat tujuan dalam Daerah Kabupaten
Tangerang.
14. Perjalanan Dinas Luar Daerah adalah Perjalanan Dinas keluar Daerah Kabupaten Tangerang.
15. Perjalanan Dinas Luar Negeri adalah perjalanan dinas ke negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik untuk kepentingan Daerah/Negara.
16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah
yang ditetapkan dengan PERDA.
17. Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang yang selanjutnya disingkat Pusat Pemerintahan adalah Pusat
Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Tigaraksa.
18. Uang Harian adalah komponen biaya Perjalanan Dinas
untuk keperluan uang saku, makan dan transport setempat/lokal.
19. Pengguna Anggaran adalah kepala PD yang bertindak sebagai
pejabat pemegang kewenangan pengelolaan/ penggunaan anggaran PD yang dipimpinnya.
20. Kuasa Pengguna Anggaran adalah kepala unit kerja PD
yang diberi kuasa oleh Pengguna Anggaran untuk melaksanakan sebagian kewenangan atas pengelolaan/
penggunaan anggaran pada unit kerjanya.
21. Pejabat Yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan memerintahkan untuk melaksanakan
Perjalanan Dinas.
22. Pejabat pelaksana teknis kegiatan yang selanjutnya disingkat
PPTK adalah pejabat pada perangkat daerah yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
23. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
24. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah/Pemerintah Daerah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah/Pemerintah Daerah.
25. Pegawai Tidak Tetap adalah Pegawai Non PNS yang diangkat untuk jangka waktu tertentu atau yang dilibatkan guna
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan/atau administrasi sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi.
26.Anggota…
-
-5-
26. Anggota Keluarga adalah meliputi suami/isteri dan anak.
27. Pihak Lain adalah orang perorangan Warga Negara Indonesia
selain Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD, ASN di lingkungan Kementerian
Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah dan Pejabat lain yang melakukan Perjalanan Dinas termasuk Anggota Keluarga yang sah dan pengikut rombongan lainnya.
28. Pelaksana SPD adalah Pejabat Negara, ASN, dan Pegawai Tidak Tetap dan Pihak lain yang melaksanakan Perjalanan Dinas.
29. Biaya Transportasi adalah keseluruhan biaya riil yang digunakan dalam perjalanan dinas luar daerah atau luar
negeri dari tempat kedudukan ke tempat tujuan dan sebaliknya (pergi-pulang).
30. Biaya Penginapan adalah biaya yang digunakan dalam
Perjalanan Dinas Luar Daerah atau Perjalanan Dinas Luar Negeri yang memerlukan penginapan di tempat tujuan.
31. Lumpsum adalah sejumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu (pre-calculated amount) dan dibayarkan sekaligus.
32. Biaya Riil (real cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan sesuai dengan bukti pengeluaran yang sah.
33. SPJ rampung adalah surat pertanggungjawaban rampung untuk setiap perjalanan dinas.
34. Tempat kedudukan adalah lokasi kantor/satuan kerja
35. Tempat tujuan adalah tempat/kota yang menjadi tujuan perjalanan dinas.
36. Bukti Pengeluaran Yang Sah adalah tanda bukti pengeluaran biaya perjalanan dinas atas nama Pelaksana Perjalanan Dinas.
37. Surat Permohonan Ijin Perjalanan Dinas Luar Negeri yang selanjutnya disebut Surat Permohonan adalah Surat
Permohonan Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, pejabat daerah, Pegawai dan Pihak Lain yang akan melaksanakan Perjalanan Dinas Luar Negeri.
38. Paspor Perjalanan Dinas Luar Negeri yang selanjutnya disebut Paspor Dinas adalah dokumen yang diberikan kepada Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota
DPRD serta ASN di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah yang berangkat ke luar negeri dalam
rangka penugasan.
39. Perjalanan Dinas Luar Negeri yang selanjutnya disebut Perjalanan Dinas adalah perjalanan ke luar dan/atau masuk
wilayah Negara Republik Indonesia termasuk perjalanan di luar wilayah Negara Republik Indonesia untuk kepentingan
Dinas atau Negara.
40.Izin Berangkat…
-
-6-
40. Izin Berangkat yang selanjutnya disebut Exit Permit adalah izin yang diberikan kepada pemegang Paspor Dinas untuk
meninggalkan wilayah Negara Republik Indonesia untuk kepentingan dinas yang diberikan oleh Menteri Luar Negeri
atau pejabat yang ditunjuk pada Direktorat Konsuler Kementerian Luar Negeri berupa tanda pengesahan stiker resmi dalam Paspor Dinas.
41. Visa adalah dokumen pemberian izin masuk ke suatu negara dalam suatu periode waktu dan tujuan tertentu yang dikeluarkan oleh kedutaan negara bersangkutan.
42. Pihak Ketiga adalah perusahaan swasta dan lembaga di dalam negeri, pemerintah negara asing, badan dan organisasi
internasional, badan swasta asing dan perusahaan swasta asing.
43. Standar biaya adalah satuan biaya yang ditetapkan sebagai
acuan perhitungan kebutuhan anggaran dalam rencana kerja dan anggaran Perangkat Daerah.
BAB II
RUANG LINGKUP DAN PRINSIP PERJALANAN DINAS
Bagian Kesatu Ruang Lingkup
Pasal 2
(1) Peraturan Bupati ini mengatur mengenai pedoman pelaksanaan
perjalanan dinas mulai dari penganggaran, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban bagi Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, ASN, Pegawai Tidak Tetap dan Pihak Lain yang
dibebankan pada APBD.
(2) Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
: a. Perjalanan dinas dalam daerah; b. Perjalanan dinas luar daerah; dan
c. Perjalanan dinas luar negeri.
(3) Perjalanan dinas dalam daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah perjalanan dinas yang dilakukan tidak dalam satu wilayah kecamatan dan lingkup pusat
pemerintahan.
(4) Perhitungan jumlah hari perjalanan dinas adalah hari
kalender.
(5) Perjalanan dinas dapat dilaksanakan dalam rangka : a. pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan
atau kedudukan atau keahlian;
b. mengikuti pendidikan dan pelatihan; c. megikuti rapat, bimbingan teknis dan sejenisnya;
d. menempuh ujian dinas/ujian jabatan; e. pengujian kesehatan guna kepentingan jabatan; f. pengobatan sesuai hasil pengujian kesehatan;
g. menjemput/mengatarkan ke tempat pemakaman jenazah pejabat/pegawai/pelaksana perjalanan dinas yang meniggal dunia saat melakukan perjalanan dinas; dan
h.menjemput…
-
-7-
h. menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah pejabat/pegawai yang meninggal dunia dari rumah/
kantor/tempat kedudukan yang terakhir ke kota/daerah tempat pemakaman;
i. pendamping kunjungan kerja DPRD; j. kunjungan kerja keluar daerah untuk perangkat daerah; k. menghadiri undangan tingkat propinsi dan nasional;
(6) Pendampingan kunjungan kerja DPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf i dengan batasan maksimal sebanyak 3
(tiga) orang penamping.
(7) Kunjungan kerja keluar daerah untuk Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf j, dilaksanakan dengan peserta maksimal 5 orang sebanyak 2 kali dalam satu
tahun.
(8) Menghadiri undangan tingkat propinsi dan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf k, dengan dengan batasan maksimal sebanyak 4 (empat) orang dengan
pengecualian apabila ditentukan lain dalam undangan.
Bagian Kedua
Prinsip Perjalanan Dinas
Pasal 3 (1) Perjalanan dinas dilakukan dengan memperhatikan prinsip
sebagi berikut : a. selektif untuk kepentingan kedinasan yang sifatnya
strategis dan prioritas berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan;
b. transparansi dan akuntabilitas dalam melaksanakan
Perjalanan Dinas; c. ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian
target dan indikator kinerja Pemerintahan Daerah;
d. efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran; dan e. kesesuaian dengan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang
dalam penyelenggaraan pemerintahan. f. keluaran dan hasil untuk mendukung capaian kinerja
Pemerintahan Daerah.
(2) Prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud ayat (1) diwujudkan
dalam hal-hal sebagai berikut:
a. adanya kepastian tidak akan terjadi pelaksanaan perjalanan dinas yang tumpang tindih atau rangkap;
b. tidak terdapat pelaksanaan perjalanan dinas yang dipecah-pecah apabila suatu kegiatan dapat dilaksanakan secara sekaligus dengan sasaran peserta, tempat tujuan, dan
kinerja yang dihasilkan sama; c. perjalanan dinas hanya dilaksanakan oleh Pelaksana
Perjalanan Dinas yang memang benar-benar diharapkan memberikan kontribusi nyata dengan hasil yang akan dicapai; dan
d. mengutamakan pencapaian kinerja.
(3) Pelaksanaan…
-
-8-
(3) Pelaksanaan Perjalanan Dinas tidak dapat dilakukan bagi Bupati dan Wakil Bupati dalam waktu yang bersamaan.
Pasal 4
Biaya perjalanan dinas tidak dapat dibebankan pada APBD apabila terdapat :
a. bukti-bukti pengeluaran/dokumen diragukan atau palsu; b. melebihi tarif tiket/biaya penginapan resmi (mark up); c. rangkap pada waktu yang sama; dan/atau d. tidak sesuai dengan ketentuan perjalanan dinas.
BAB III PENERBITAN SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS
Pasal 5
(1) Kepala PD selaku pengguna anggaran bertindak sebagai pejabat yang berwenang sehubungan tanggungjawab atas pengelolaan/penggunaan anggaran pada PD yang dipimpinnya.
(2) Berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepala PD menerbitkan surat perintah untuk melaksanakan perjalanan dinas.
(3) Selain kepala perangkat daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), surat perintah diterbitkan oleh: a. Sekretaris Daerah bagi Bupati dan Wakil Bupati; dan
b. Sekretaris DPRD bagi Pimpinan dan Anggota DPRD.
(4) Kewenangan penandatanganan Surat Perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sepanjang bukan Perjalanan Dinas Luar Negeri dapat didelegasikan
kepada: a. Asisten Daerah bagi pejabat eselon III ke bawah di
lingkup kerjanya; dan b. Kepala unit kerja tersebar yaitu UPT dan Kelurahan
untuk Perjalanan Dinas Dalam Daerah sesuai alokasi
anggaran perjalanan dinas yang tersedia dalam DPA/DPPA kegiatan pada unit kerja yang bersangkutan;
(5) Surat Perintah untuk Perjalanan Dinas Luar Negeri ditandatangani oleh Sekretaris Daerah sesuai dengan
pembebanan anggaran Perjalanan Dinas Luar Negeri pada Sekretariat Daerah dengan memenuhi ketentuan Peraturan Perundangan yang berlaku.
Pasal 6
(1) Penerbitan Surat Perintah didasari hal-hal sebagai berikut:
a. telah direncanakan dalam kegiatan sehingga pada Surat Perintah disebutkan tingkat urgensi dan materi/kebijakan daerah yang sedang dibahas/
dirumuskan;
b.undangan…
-
-9-
b. undangan/permintaan menghadiri/mengikuti yang ditujukan langsung;
c. perintah tertulis/disposisi atas surat undangan/ permintaan menghadiri/mengikuti;
d. surat perintah yang bersifat lintas perangkat daerah berkenaan dengan penunjukkan sebagai tim/panitia/narasumber/ kapasitas lainnya;
e. dokumen lain yang mengharuskan dilakukannya perjalanan dinas.
(2) Surat Perintah sebagaimana di maksud pada ayat (1) paling sedikit mencantumkan hal-hal sebagai berikut :
a. pemberi tugas; b. pelaksana tugas; c. waktu pelaksanaan tugas;
d. durasi waktu pelaksaan koordinasi/penyampaian dokumen; dan
e. tempat pelaksanaan tugas.
(3) Dalam Surat Perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mencantumkan pembebanan anggaran kegiatan terkait.
(4) Bentuk surat perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dengan Peraturan Bupati ini.
Pasal 7
(1) Berdasarkan Surat Perintah, Pejabat Yang Berwenang
menandatangani SPPD.
(2) Penandatanganan SPPD sebagaimana ayat (1) dapat
didelegasikan pada Kuasa Pengguna Anggaran yang menjabat sebagai Pejabat Pembuat Komitmen Belanja Perjalanan Dinas.
(3) SPPD dibuat sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB IV BIAYA PERJALANAN DINAS
Bagian Kesatu Tingkatan dan Komponen Biaya Perjalanan Dinas
Pasal 8
(1) Tingkatan biaya Perjalanan Dinas dibedakan sebagai berikut : a. Tingkat A yang meliputi :
1. Bupati. 2. Wakil Bupati. 3. Pimpinan dan Anggota DPRD.
4. Pejabat Negara Lainnya.
b.Tingkat…
-
-10-
b. Tingkat B yang meliputi :
1. Pejabat Eselon II.a. 2. Pejabat Fungsional Yang Disetarakan Dengan
Pejabat Eselon II.a. 3. p
egawai yang disetarakan dengan pejabat eselon II.a.
c. Tingkat C yang meliputi : 1. Pejabat Eselon II.b. 2. Pejabat Fungsional Yang Disetarakan Dengan
Pejabat Eselon II.b. 3. Pelaksana Golongan IV/c, IV/d, dan IV/e;
4. Pegawai Tidak Tetap Yang Disetarakan Dengan Pejabat Eselon II.b.
d. Tingkat D yang meliputi :
1. Pejabat Eselon III dan eselon IV. 2. Pejabat Eselon IV golongan IV/a dan IV/b.
3. Pejabat Fungsional Yang Disetarakan Dengan Pejabat Eselon III dan IV.
4. Pelaksana Golongan IV.
5. Pegawai Tidak Tetap Yang Disetarakan Dengan Pejabat Eselon III.
e. Tingkat E yang meliputi :
1. pelaksana golongan III, II dan I. 2. pelaksana Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah.
3. TKK, PTT dan Magang. 4. pegawai tidak tetap yang disetarakan.
(2) Penyetaraan tingkat biaya perjalanan dinas sebagaimana pada ayat (1) untuk pegawai tidak tetap yang melakukan perjalanan
dinas untuk kepentingan pemerintah daerah ditentukan oleh pejabat yang menerbitkan SPD sesuai dengan tingkat pendidikan/kepatutan/tugas yang bersangkutan.
(3) Tingkatan biaya perjalanan dinas bagi pimpinan dan anggota
DPRD dapat dibedakan sebagai berikut :
a. pimpinan DPRD, dan b. anggota DPRD
Pasal 9
(1) Pelaksana perjalanan dinas diberikan biaya perjalanan dinas sebagai kompensasi atas penugasan perjalanan dinas.
(2) Biaya perjalanan dinas dalam daerah terdiri atas : a. biaya transportasi; dan/atau
b. biaya menjemput/mengantar jenazah.
(3) biaya perjalanan dinas luar daerah terdiri atas :
a. uang harian; b. uang representasi;
c. biaya transportasi; d. biaya penginapan; e. sewa kendaraan dalam kota/daerah tempat tujuan;
dan/atau f. biaya menjemput/mengantar jenazah.
Bagian…
-
-11-
Bagian Kedua Uang Harian dan Uang Representasi
Pasal 10
(1) Uang harian diberikan : a. berdasarkan jumlah hari yang digunakan untuk
pelaksanaan aktivitas tugas dalam perjalanan dinas;
b. paling lama 2 (dua) hari dalam hal perjalanan dinas harus melanjutkan dari alat angkutan yang satu ke alat
angkutan yang lain; c. paling lama 3 (tiga) hari Perjalanan Dinas Ke Luar
Daerah dalam rangka kunjungan kerja/studi
referensi/studi banding/field trip; d. paling lama 10 (sepuluh) hari di tempat pelaksana
perjalanan dinas menderita sakit keras yang perlu istirahat (bed rest) atau mengalami kecelakaan saat melaksanakan perjalanan dinas luar daerah atau luar
negeri; dan e. sebanyak hari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
(diklat) /kursus/workshop/seminar/pelatihan/bimbingan teknis dan sejenisnya untuk komponen yang tidak ditanggung
oleh penyelenggara.
(2) Uang Harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan secara lumpsum, merupakan batas tertinggi dan sesuai dengan jumlah hari pelaksanaan aktivitas tugas
dalam Perjalanan Dinas.
(3) Uang Harian perjalanan dinas luar daerah selain ke Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan dalam rangka penyampaian dokumen dan/atau koordinasi (bukan
pelaksanaan rapat/pembahasan/penyusunan) yang pelaksanaanya kurang dari 5 jam diluar waktu perjalanan dibayarkan setinggi-tingginya 50% (lima puluh persen) dari
batas tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran uang harian Perjalanan Dinas, ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 11
(1) Uang representasi diberikan kepada Bupati, Wakil Bupati, Pimpinan dan Anggota DPRD serta Pejabat eselon II yang melaksanakan Perjalanan Dinas Luar Daerah
berkenaan dengan tugas/fungsi yang melekat pada jabatan/kedudukan mewakili Pemerintahan Daerah/unit organisasi/Perangkat Daerah dalam rangka kunjungan kerja/
konsultasi/ koordinasi/pertemuan dengan Pemerintah /Kementerian/ Lembaga/Pemerintah Daerah Lain/Instansi
diluar Pemerintah Kabupaten Tangerang.
(2) Uang representasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibayarkan secara lumpsum, merupakan batas tertinggi dan sesuai dengan jumlah hari pelaksanaan aktivitas tugas dalam
perjalanan dinas. (3)Ketentuan…
-
-12-
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran uang representasi
Perjalanan Dinas Luar Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Ketiga
Biaya Trasnportasi
Pasal 12
(1) Biaya transportasi diberikan untuk Perjalanan Dinas Dalam Daerah, Perjalanan Dinas Luar Daerah dan Perjalanan Dinas
Luar Negeri.
(2) Biaya transportasi untuk Perjalanan Dinas Dalam Daerah
diberikan secara lumpsum dengan nilai yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang.
(3) Biaya transportasi Perjalanan Dinas Dalam Daerah
sebagaimana ayat (1) untuk kegiatan penyusunan/
pembahasan/ evaluasi/ konsinering dan sejenisnya hanya diberikan sebanyak 1 (satu) kali jika dilaksanakan dengan
fasilitas akomodasi menginap (fullboard) dan diberikan sesuai kenyataan (riil cost) sesuai jumlah hari perjalanan paling banyak 3 (tiga) kali jika dilaksanakan tanpa fasilitas akomodasi menginap.
(4) Biaya transportasi Perjalanan Dinas Luar Daerah dan Perjalanan Dinas Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai kenyataan (riil cost) yang meliputi biaya transportasi dari tempat kerja/kedudukan ke tempat tujuan.
(5) Biaya transportasi dari tempat kerja/kedudukan ke tempat tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
berupa: a. biaya yang dikeluarkan dari tempat kerja/kedudukan
ke Bandar udara/ pelabuhan/stasiun kereta/terminal bus keberangkatan dan sebaliknya;
b. pembelian tiket pesawat/kapal air/kereta/bus;
c. pembayaran retribusi/airport tax/boarding pass/bagage yang dipungut di bandar udara/pelabuhan/stasiun
kereta/terminal bus; d. pembayaran biaya parkir inap kendaraan di bandar
udara/pelabuhan/stasiun kereta/terminal bus; dan
e. dari bandar udara/pelabuhan/stasiun kereta/terminal bus tempat tujuan ke penginapan atau ke tempat/kantor
yang dituju dan sebaliknya.
(4) Biaya dari tempat kerja/kedudukan ke bandar udara/
pelabuhan/stasiun kereta/terminal bus keberangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan biaya dari bandar udara/pelabuhan/stasiun kereta/terminal bus
tempat tujuan ke penginapan atau ke tempat / kantor yang dituju sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e
hanya diperkenankan apabila tidak menggunakan sewa kendaraan.
(5)Biaya…
-
-13-
(5) Biaya transportasi darat baik menggunakan jenis transportasi
umum maupun kendaraan sendiri ke wilayah Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Provinsi
DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Lampung, diberikan sesuai kenyataan (riil cost) sesuai jumlah hari perjalanan dinas apabila tidak mendapat fasilitas akomodasi
menginap (fullboard).
Pasal 13
(1) Biaya transportasi dapat diberikan kepada Pelaksana
Perjalanan Dinas sebagai peserta pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis, workshop dan sejenisnya yang
diselenggarakan di luar daerah.
(2) Pemberian biaya transportasi untuk kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bila dilaksanakan pergi pulang di hari yang sama atau tidak menginap disebabkan penyelenggara hanya menyediakan paket akomodasi full day atau half day, kepada peserta pelaksana Perjalanan Dinas diberikan biaya senyatanya sesuai hari perjalanan dinas.
(3) Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
penyelenggara menyediakan paket akomodasi full board atau menginap, ketentuan pemberian Biaya Transportasi sebagai berikut:
a. penyelenggaraan sampai dengan 5 (lima) hari, Pelaksana Perjalanan Dinas dapat diberikan biaya
transportasi pergi pulang sebanyak 1 (satu) kali; b. penyelenggaraan lebih dari 5 (lima) hari sampai dengan
15 (lima belas) hari, Pelaksana Perjalanan Dinas dapat
diberikan biaya transportasi pergi pulang paling besar 2 (dua) kali;
c. penyelenggaraan lebih dari 15 (lima belas) hari sampai dengan 30 (tiga puluh) hari, Pelaksana Perjalanan Dinas dapat diberikan biaya transportasi pergi pulang paling
besar 4 (empat) kali; d. penyelenggaraan lebih dari 30 (tiga puluh) hari sampai
dengan 60 (enam puluh) hari, Pelaksana Perjalanan Dinas
dapat diberikan biaya transportasi pergi pulang paling besar 8 (delapan) kali; atau
e. penyelenggaraan lebih dari 60 (enam puluh) hari, Pelaksana Perjalanan Dinas dapat diberikan biaya transportasi pergi pulang paling besar 12 (dua belas) kali.
Pasal 14
(1) Biaya transportasi bagi Perjalanan Dinas Luar Daerah dan
Perjalanan Dinas Luar Negeri yang dilakukan lebih dari
1 (satu) tempat tujuan dalam satu penugasan, diberikan sesuai dengan biaya yang dibutuhkan dalam menempuh tempat tujuan tersebut.
(2) Fasilitas dan Estimasi Biaya Transportasi Perjalanan Dinas
Luar Negeri mengikuti ketentuan harga resmi yang berlaku dengan memperhatikan tingkatan uang harian Perjalanan Dinas Luar Negeri.
(3)Ketentuan…
-
-14-
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitas dan estimasi biaya
transportasi Perjalanan Dinas Luar Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Keempat
Biaya Penginapan
Pasal 15
(1) Biaya Penginapan diberikan kepada Pelaksana Perjalanan Dinas dalam Perjalanan Dinas Luar Daerah dan
Perjalanan Dinas Luar Negeri apabila menginap di hotel atau penginapan lainnya yang setara.
(2) Ketentuan pemberian biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. diberikan berdasarkan jumlah hari menginap dengan hitungan:
volume menginap = volume hari - 1
b. diberikan paling banyak 1 (satu) malam untuk
menunggu alat transportasi lanjutan dalam hal perjalanan dinas harus berpindah/berganti dari alat angkutan yang
satu ke alat angkutan yang lain. c. diberikan paling lama 2 (dua) malam Perjalanan Dinas
Ke Luar Daerah dalam rangka kunjungan kerja/studi
referensi/studi banding/field trip; d. diberikan paling lama 9 (sembilan) malam di tempat
Pelaksana Perjalanan Dinas menderita sakit keras yang perlu istirahat (bed rest) atau mengalami kecelakaan saat melaksanakan Perjalanan Dinas; atau
e. sebanyak hari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan /workshop/seminar/bimbingan teknis dan
sejenisnya, dalam hal penyelenggara tidak menyediakan penginapan.
Pasal 16
(1) Biaya penginapan untuk Perjalanan Dinas yang dilaksanakan secara kelompok dalam rangka melaksanakan kegiatan atau kunjungan kerja, dapat menggunakan hotel/penginapan
yang sama dan memperhatikan tingkatan biaya Perjalanan Dinas.
(2) Estimasi Biaya Penginapan Perjalanan Dinas Luar Negeri mengikuti ketentuan harga penginapan di negara yang dituju
dengan memperhatikan tingkatan uang harian Perjalanan Dinas Luar Negeri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Estimasi biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 17…
-
-15-
Pasal 17
Perjalanan Dinas Luar Daerah dan Perjalanan Dinas Luar Negeri
dalam rangka mengikuti rapat/seminar/pelatihan/ bimbingan teknis/sosialisasi peraturan dan sejenisnya, apabila penyelenggara tidak menyediakan akomodasi, kepada Pelaksana
Perjalanan Dinas dapat diberikan uang harian dan/atau biaya transportasi dan/ atau biaya penginapan apabila menginap sesuai kepatutan, kewajaran dan kemampuan keuangan atau
ketersediaan dana pada PD.
Pasal 18
(1) Dalam hal Pelaksana Perjalanan Dinas tidak menginap di
hotel atau jenis penginapan lainnya yang setara, diberikan pengganti biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh
per seratus) dari harga rata-rata kamar hotel di daerah/kota tempat tujuan dan memperhatikan estimasi biaya penginapan.
(2) Pemberian pengganti biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperkenankan untuk: a. Perjalanan Dinas Luar Daerah yang dilaksanakan pergi
dan pulang pada hari yang sama; b. penyelenggara rapat/pertemuan menyediakan
fasilitas dengan paket fullboard bagi para peserta, kecuali peserta pendamping atau pendukung peserta utama yang tidak disediakan paket tersebut; dan
c. perjalanan dinas mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diasramakan.
Bagian Kelima
Biaya Menjemput/Mengantar Jenazah
Pasal 19
(1) Biaya menjemput/mengantar jenazah meliputi biaya bagi
penjemput/pengantar, biaya pemetian dan biaya angkutan
jenazah. (2) Biaya pemetian dan angkutan jenazah jenazah termasuk yang
berhubungan dengan pengurusan jenazah dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil.
(3) Sewa kendaraan di tempat tujuan dan biaya angkutan
jenazah dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil.
(4) Selain diberikan Uang Harian, kepada Pegawai dan/atau
keluarga yang menjemput/mengantar jenazah diberikan biaya
transportasi dan biaya penginapan sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang serta biaya pemetian dan angkutan jenazah.
BAB V…
-
-16-
BAB V
PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PERJALANAN DINAS
Bagian Kesatu
Pernyataan Tanggungjawab dan Pembatalan Perjalanan Dinas
Pasal 20
(1) Perjalanan Dinas dalam rangka kunjungan kerja atau studi banding dilengkapi dengan pernyataan tanggungjawab
atas fasilitas yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan Perjalanan Dinas tersebut.
(2) Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Perjalanan Dinas Dalam Rangka Kunjungan Kerja atau Studi Banding.
(3) Bentuk Surat Pernyataan Tanggung Jawab Perjalanan Dinas tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Bupati ini.
Pasal 21
(1) Dalam hal Pelaksana Perjalanan Dinas mendapat tugas lain
atau urusan pribadi/keluarga yang mendesak dan tidak
dapat ditunda, dapat membatalkan Perjalanan Dinas yang diperintahkan.
(2) Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam Surat Pernyataan Pembatalan Tugas
Perjalanan Dinas.
(3) Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan Pelaksana Perjalanan Dinas harus melakukan pengembalian Uang Harian dan/atau Uang Representasi.
(4) Selain Uang Harian dan/atau Uang Representasi
sebaga imana d imaksud ayat ( 3 ) , segala biaya yang
telah dikeluarkan dan dibuktikan dengan bukti pengeluaran yang sah yang dibebankan pada perangkat daerah harus dikembalikan, yaitu:
a. tiket yang telah dibeli; b. denda pembatalan sewa transportasi;
c. biaya penginapan yang telah dibayar; d. denda penginapan yang telah dipesan; dan/atau e. biaya lainnya dari pihak ketiga akibat pembatalan.
(5)Dokumen…
-
-17-
(5) Dokumen pertanggungjawaban pelaksanaan pembebanan
biaya pada perangkat daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan dalam bentuk Surat Pernyataan
Pembebanan Pembatalan Tugas Perjalanan Dinas yang dibuat berdasarkan surat pernyataan pembatalan yang disampaikan oleh Pelaksana Perjalanan Dinas.
(6) Bentuk dan format:
a. Surat Pernyataan Pembatalan Tugas Perjalanan Dinas
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Bupati ini; dan
b. Surat Pernyataan Pembebanan Pembatalan Tugas Perjalanan Dinas tercantum dalam Lampiran V, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan
Peraturan Bupati ini.
(7) Surat Pernyataan Pembatalan Tugas Perjalanan Dinas, Surat Pernyataan Pembebanan Pembatalan Tugas Perjalanan Dinas beserta bukti-bukti beban yang harus
dibayar, menjadi dokumen pertanggungjawaban Perjalanan Dinas.
Bagian Kedua
Bukti Pertanggunjawaban
Pasal 22
Dokumen pertanggungjawaban Uang Harian dan Uang
Representasi berupa kuitansi/daftar penerimaan uang harian dan uang representasi yang diketahui oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran kegiatan Rapat-Rapat Koordinasi dan
Konsultasi Keluar Daerah atau Kuasa Pengguna Anggaran kegiatan berkenaan.
Pasal 23
(1) Dokumen pertanggungjawaban biaya transportasi Perjalanan Dinas yang menggunakan jenis transportasi umum meliputi:
a. bukti sewa kendaraan/taksi/travel dari tempat kerja/ kedudukan ke tempat tujuan dan sebaliknya;
b. bukti sewa kendaraan/taksi/travel dari tempat kerja/
kedudukan ke bandar udara/pelabuhan/ stasiun kereta/ terminal bus;
c. bukti pembayaran retribusi yaitu airport tax/boarding pass /baggage dan sejenisnya yang dipungut di bandar udara/pelabuhan/ stasiun kereta api/terminal bus;
d. tiket pesawat/kapal laut/kereta api/bus; dan/atau e. bukti sewa kendaraan/taksi/travel dari bandar udara/
pelabuhan/stasiun kereta api / terminal bus tempat tujuan ke penginapan atau ke tempat kunjungan dan sebaliknya.
(2) Bukti sewa kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa kuitansi/bukti pembayaran sewa kendaraan yang di dalamnya sudah termasuk biaya pengemudi, bahan
bakar, biaya penggunaan jalan bebas hambatan (tol) dan pajak sewa.
(3)Dokumen…
-
-18-
(3) Dokumen pertanggungjawaban biaya transportasi Perjalanan
Dinas yang menggunakan kendaraan pribadi baik kendaraan dinas maupun kendaraan milik sendiri dari tempat
kerja/kedudukan ke tempat tujuan meliputi seluruh biaya yang dapat dibuktikan dengan bukti-bukti pengeluaran yang sah dari tempat kerja/ kedudukan ke tempat tujuan, berupa
bukti biaya pengisian bahan bakar dengan nilai wajar, bukti biaya penggunaan jalan bebas hambatan (tol ticket), bukti biaya parkir kendaraan di tempat tujuan dan bukti-bukti pengeluaran lainnya yang sah.
Pasal 24
(1) Dokumen pertanggungjawaban biaya penginapan berupa
kuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan
hotel atau jenis penginapan lainnya yang setara.
(2) Dalam hal Pelaksana Perjalanan Dinas tidak menginap di hotel atau penginapan lainnya yang setara, Pelaksana Perjalanan Dinas membuat pernyataan tidak menginap di
hotel atau jenis penginapan komersial lainnya.
(3) Bentuk pernyataan sebagaimana dimasud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Bupati ini.
Pasal 25
(1) Dalam hal dokumen pertanggungjawaban pengeluaran biaya transportasi dan/atau biaya penginapan hilang/rusak yang diakibatkan musibah/kecelakaan, Pelaksana Perjalanan
Dinas membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Atas Kehilangan/Kerusakan Dokumen Pertanggung Jawaban
Perjalanan Dinas dan Daftar Rincian Pengeluaran. (2) Dokumen pertanggungjawaban Perjalanan Dinas yang
menggunakan kendaraan pribadi baik kendaraan dinas maupun kendaraan pribadi dapat berupa bukti pembelian bahan bakar, bukti pembayaran tol, bukti parkir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) dan/atau menggunakan Daftar Pengeluaran Riil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang menggambarkan kondisi biaya senyatanya sepanjang tidak melampaui batas tertinggi standar biaya transportasi.
(3) Bentuk Surat Pernyataan Tanggung Jawab Atas
Kehilangan/ Kerusakan Dokumen Pertanggung Jawaban Perjalanan Dinas tercantum Bentuk Daftar Pengeluaran Riil Biaya Perjalanan Dinas, tercantum dalam Lampiran dalam
Lampiran VII dan Lampiran VIII merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian…
-
-19-
Bagian Ketiga
Prosedur dan Pertanggungjawaban
Melalui Mekanisme UP atau GU
Pasal 26
(1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas melalui mekanisme UP atau GU dilakukan dengan memberikan sejumlah uang
muka kepada Pelaksana Perjalanan Dinas oleh bendahara pengeluaran Perangkat Daerah yang bersangkutan untuk
komponen biaya akomodasi dan tiket perjalanan dari UP atau GU yang dikelolanya.
(2) Pemberian uang muka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada permintaan dari Pelaksana
Perjalanan Dinas melalui PPTK atas persetujuan Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran kepada
bendahara pengeluaran perangkat daerah dengan dilampiri: a. rincian Biaya Perjalanan dinas; b. fotocopy Surat Perintah; dan
c. daftar nominatif penerima biaya Perjalanan Dinas.
(3) Pembayaran biaya perjalan dinas untuk komponen uang
harian dan representasi dilakukan setelah pelaksanaan perjalanan dinas pada saat penyampaian SPJ rampung
melalui mekanisme non tunai kepada pelaksana perjalanan dinas.
Pasal 27
(1) Berdasarkan permintaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, bendahara pengeluaran perangkat daerah membayar uang muka Perjalanan Dinas kepada Pelaksana
Perjalanan Dinas melalui atau diketahui PPTK.
(2) Pembayaran uang muka sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dibayarkan seluruhnya sesuai dengan rencana rincian biaya Perjalanan Dinas yang diajukan atau sebagian
atas memperhatikan ketersediaan dana.
(1) Bentuk Rincian Biaya Perjalanan Dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati
ini.
Pasal 28
(1) Biaya perjalanan dinas yang dibayarkan melalui
mekanisme UP atau GU, dipertanggungjawabkan oleh Pelaksana Perjalanan Dinas paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah perjalanan dinas dilaksanakan.
(2)Dalam…
-
-20-
(2) Dalam hal Pelaksana Perjalanan Dinas belum menyampaikan dokumen pertanggungjawaban,
bendahara dapat meanangguhkan pencairan biaya perjalanan dinas berikutnya.
Pasal 29
(1) PPTK mengajukan seluruh Dokumen pertanggungjawaban
kepada bendahara pengeluaran perangkat daerah untuk dilakukan perhitungan rampung.
(2) Apabila dalam perhitungan rampung terdapat kelebihan
pembayaran, kelebihan tersebut harus disetorkan kepada
bendahara pengeluaran OPD.
(3) Berdasarkan perhitungan rampung pengeluaran perangkat daerah mengajukan SPP-GU pengguna anggaran dilampiri dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam pencairan GU
Bagian Keempat
Prosedur Pembayaran Dan Pertanggungjawaban
Melalui Mekanisme LS
Pasal 30
(1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas melalui mekanisme
LS kepada pihak penyedia jasa diatur sebagai berikut: a. untuk pembelian tiket dan/atau biaya penginapan dapat
dilakukan melalui pihak penyedia jasa; b. pihak penyedia jasa dapat berbentuk biro jasa
perjalanan, maskapai penerbangan, perusahaan jasa
perhotelan dan event organizer; atau c. penetapan pihak ketiga dilakukan melalui pelaksanaan
pengadaan barang/jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 31
(1) Kontrak/perjanjian dengan pihak penyedia jasa dapat
dilakukan untuk 1 (satu) periode tertentu (tahun atau semester atau triwulan atau bulan).
(2) Nilai kontrak/perjanjian tidak diperkenankan melebihi
ketentuan tarif umum tiket dan penginapan yang telah
ditetapkan dalam kontrak/perjanjian.
Pasal 32
(1) Pembayaran biaya perjalanan dinas kepada pihak
penyedia jasa didasarkan atas prestasi yang telah diselesaikan sebagaiman diatur dalam perjanjian/kontrak.
(2) Atas dasar prestasi yang telah diselesaikan, pihak penyedia jasa mengajukan tagihan kepada PPTK yang
bersangkutan. (3)Berdasarkan…
-
-21-
(3) Berdasarkan tagihan pihak penyedia jasa, PPTK
mengajukan SPP kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang bersangkuta dengan melampirkan
dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam pencairan melalui mekanisme LS.
Pasal 33
Atas dasar SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran menerbitkan SPM dan
mengajukan kepada Bendahara Umum Daerah (BUD) dengan melampirkan dokumen yang dipersayaratkan dalam pencairan
melalui mekanisme LS.
BAB VI
PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI
Pasal 34
(1) Pejabat Negara, Pejabat Daerah dan Pegawai di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang serta Pihak Lain dapat melakukan Perjalanan Dinas Luar Negeri.
(2) Perjalanan Dinas Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka:
a. kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak luar negeri;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. studi banding; d. seminar/lokakarya/konferensi; e. promosi potensi daerah;
f. kunjungan persahabatan/kebudayaan; g. pertemuan Internasional; dan/atau
h. penandatanganan perjanjian internasional.
(3) Perjalanan Dinas Luar Negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan sangat selektif untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas.
(4) Perjalanan Dinas Luar Negeri dapat dilakukan apabila
pelaksanaan tugasnya di dalam negeri tidak ada yang
mendesak.
(5) Perjalanan Dinas Luar Negeri tidak diperkenankan
apabila di dalam negeri: a. terjadi bencana alam dan/atau bencana sosial; dan
b. adanya pemilihan legislative presiden/wakil dan/atau daerah/wakil kepala daerah
Pasal 35
(1) Pelaksana Perjalanan Dinas Luar Negeri harus memiliki dokumen administrasi Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri.
(2)Dokumen…
-
-22-
(2) Dokumen administrasi perjalanan dinas luar negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. surat ijin pemerintah;
b. Paspor; c. exit permit; d. visa;
e. kerangka acuan kerja; dan f. surat undangan.
(3) Selain dokumen administrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diperlukan dokumen lainnya:
a. dalam hal kegiatan kerjasama pemerintah daerah dengan pihak luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf a, ditambah dengan dokumen
naskah kerjasama, Surat Kuasa Penuh dalam rangka kerjasama, dan Surat konfirmasi Perwakilan Republik
Indonesia di negara tujuan; b. dalam hal kegiatan pendidikan dan pelatihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf
b, ditambah dengan dokumen surat keterangan beasiswa.
c. dalam hal kegiatan promosi potensi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf e, ditambah dengan dokumen surat konfirmasi
Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan. d. dalam hal kegiatan kunjungan
persahabatan/kebudayaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ayat (2) huruf f, ditambah dengan dokumen surat konfirmasi Perwakilan Republik Indonesia.
e. dalam hal kegiatan penandatanganan perjanjian internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf h, ditambah dengan dokumen naskah
kerjasama, Surat Kuasa Penuh dalam rangka kerjasama, dan surat konfirmasi Perwakilan Republik
Indonesia di negara tujuan.
Pasal 36
(1) Pejabat Negara, Pejabat Daerah dan Pegawai di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang serta
Pihak Lain mengajukan permohonan Perjalanan Dinas Luar Negeri untuk mendapat surat ijin Pemerintah.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat antara lain:
a. nama dan jabatan; b. nomor induk pegawai bagi Pegawai Negeri Sipil; c. tujuan kegiatan;
d. manfaat; e. kota/negara yang dituju;
f. agenda; g. waktu pelaksanaan; dan h. sumber pembiayaan.
Pasal 37…
-
-23-
Pasal 37
(1) Perangkat Daerah terkait menyiapkan surat Bupati perihal permohonan ijin Pejabat Negara, Pejabat Daerah dan Pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang
serta Pihak Lain untuk melakukan Perjalanan Dinas Luar Negeri kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri melalui Gubernur Banten untuk mendapatkan ijin
Pemerintah.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum keberangkatan kecuali untuk hal-hal yang
sangat mendesak, untuk mendapat rekomendasi Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri.
(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk mendapatkan ijin Pemerintah.
a. Berdasarkan ijin Pemerintah, perangkat daerah atau yang melakukan Perjalanan Dinas Luar Negeri mengurus paspor dinas, exit permit, dan rekomendasi visa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).
b. Dalam hal sampai dengan waktu keberangkatan
dokumen administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) belum diterbitkan, perjalanan Dinas Luar Negeri dijadwalkan kembali.
Pasal 38
(1) Perjalanan Dinas Luar Negeri yang dilakukan secara
rombongan dilakukan paling banyak 5 (lima) orang termasuk pimpinan rombongan.
(2) Perjalanan dinas luar negeri secara rombongan dapat dilakukan lebih dari 5 (lima) orang dalam hal: a. pendidikan dan pelatihan;
b. perundingan dalam rangka kerjasama dengan pihak luar negeri; dan
c. delegasi kesenian/kebudayaan dalam rangka promosi potensi daerah.
Pasal 39
(1) Jangka waktu pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri
paling lama 7 (tujuh) hari, kecuali untuk hal-hal yang sangat penting dan tidak memungkinkan untuk ditinggalkan.
(2) Pelaksana Perjalanan Dinas harus melapor ke perwakilan Republik Indonesia di luar negeri untuk mendapat pengesahan/penandatanganan visum.
(3) Dalam hal wilayah tujuan perjalanan Dinas Luar Negeri
tidak terdapat perwakilan Republik Indonesia, Pelaksana Perjalanan Dinas harus mendapat pengesahan dari pejabat setempat yang berwenang.
Pasal 40..
-
-24-
Pasal 40
(1) Dokumen pertanggungjawaban perjalanan Dinas Luar Negeri mengikuti ketentuan pertanggungjawaban
perjalanan dinas luar daerah ditambah dokumen- dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) dan disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah selesai
melakukan Perjalanan Dinas.
(2) Laporan hasil perjalanan Dinas Luar Negeri tertulis
disampaikan pula kepada kepada Kementerian Dalam Negeri melalui Kepala Pusat adalah Administrasi Kerjasama
Luar Negeri (AKLN) Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri.
(3) Pejabat Negara, Pejabat Daerah dan Pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang akan
melakukan Perjalanan Dinas Luar Negeri dikoordinasikan oleh Sekretariat Daerah.
BAB VII PENGANGGARAN,MONITORING, PENGENDALIAN DAN
KETENTUAN LAIN
Pasal 41
(1) Belanja Perjalanan Dinas dapat dianggarkan secara
paket atau tidak diuraikan sesuai rekening rincian obyek
berkenaan pada kegiatan Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah.
(2) Penganggaran belanja Perjalanan Dinas pada selain kegiatan Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi Keluar
Daerah diperkenankan sepanjang telah ditentukan atau diketahui: a. tempat/daerah yang akan dituju;
b. jumlah orang yang mengikuti perjalanan dinas; c. jumlah hari pelaksanaan;
d. tarif kamar dan jumlah kamar hotel; dan/atau e. alat transportasi yang akan digunakan dan biaya- biaya
transportasi yang dibutuhkan.
(3) Penganggaran sewa kendaraan ditempat tujuan
kunjungan memperhatikan ketentuan sebagai berikut : a. sewa kendaraan perorangan ditempat tujuan/kunjungan
hanya diberikan untuk Bupati/Wakil Bupati, Pimpinan DPRD dan pejabat eselon II; dan
b. perjalanan dinas kunjungan luar daerah yang dilakukan
secara bersama minimal 3 (tiga) orang, menggunakan sewa kendaraan dalam kota ditempat tujuan kunjungan,
dan tidak diperkenankan menganggarkan biaya transportasi dari tempat menginap di tempat tujuan ke bandara/terminal/stasiun/pelabuhan.
-
-25-
Pasal 42
(1) Perjalanan Dinas mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya dapat dilaksanakan dengan biaya Perjalanan Dinas yang ditanggung oleh panitia penyelenggara.
(2) Panitia penyelenggara menyampaikan pemberitahuan
mengenai pembebanan biaya Perjalanan Dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam surat/undangan mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya.
Pasal 43
(1) Dalam hal jumlah hari Perjalanan Dinas melebihi jumlah hari pada Surat Perintah/SPPD yang tidak disebabkan oleh
kesalahan/kelalaian Pelaksana Perjalanan Dinas, dapat diberikan tambahan Uang Harian dan/atau Uang Representasi dan/atau Biaya Penginapan dan/atau sewa
kendaraan di tempat tujuan. (2) Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan dengan melampirkan dokumen berupa; a. surat keterangan kesalahan/kelalaian dari pejabat/pihak
dari bandara/pelabuhan/terminal/perusahaan jasa perjalanan; atau
b. surat keterangan dari penyelenggara rapat atau
pertemuan lainnya.
(3) Berdasarkan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2): a. Pelaksana Perjalanan Dinas membuat Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Atas Penambahan Hari
Perjalanan Dinas; dan b. Pejabat Yang Berwenang menerbitkan Surat
Perintah baru dan membebankan biaya tambahan uang
harian dan/atau uang representasi dan/atau biaya penginapan dan/atau sewa kendaraan di tempat tujuan;
(4) Bentuk Surat Pernyataan Tanggung Jawab Atas
Penambahan Hari Perjalanan Dinas tercantum dalam
Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 44
(1) Untuk efektivitas dan efisiensi pelaksanaan Perjalanan Dinas di lingkup OPD, Kepala perangkat daerah merumuskan pengelolaan dan pengaturan teknis yang
dituangkan dalam keputusan Kepala perangkat daerah dengan memperhatikan ketersediaan dana,kewajaran,
kepatutan dan rasionalitas.
(2) Hal-hal yang dapat diatur lebih lanjut berupa:
a. pengendalian internal dengan menyusun standar operasi prosedur (SOP);
b. monitoring penerbitan Surat Perintah;
c. pengawasan pertanggungjawaban;
d.penentuan…
-
-26-
d. penentuan standar biaya Uang Harian berdasarkan maksud perjalanan dinas antara lain
pengklasifikasian antara rapat atau pertemuan yang menginap dan yang tidak menginap dan sebagainya;
e. penentuan jumlah rombongan Perjalanan Dinas;
f. penentuan kelayakan fasilitas dan jumlah kendaraan yang digunakan;
g. pendelegasian kewenangan penandatanganan Surat
Perintah dan SPPD; dan h. hal-hal teknis lainnya sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Bupati ini.
(3) Untuk mendukung pengendalian internal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, dapat dilakukan melalui Lembar Monitoring dan Lembar Pengendalian pelaksanaan
Perjalanan Dinas di lingkup perangkat daerah yang bersangkutan.
(4) Dalam rangka pengawasan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat memastikan pelaksanaan perjalanan dinas dibuktikan
dengan Bukti Kehadiran rapat atau pertemuan atau kunjungan yang menjadi bagian atau lampiran pada
dokumen pertanggungjawaban Perjalanan Dinas.
(5) Bentuk Lembar Monitoring, Bentuk Lembar
Pengendalian Pelaksanaan dan Bentuk Bukti Kehadiran Perjalanan Dinas tercantum dalam Lampiran XI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45
Pada saat Peraturan Bupati Tangerang ini mulai berlaku,
Peraturan Bupati Tangerang Nomor 54 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Perjalanan Dinas Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang (Berita Daerah Kabupaten
Tangerang Tahun 2018 Nomor 54), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 46…
-
-27-
Pasal 46
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Tangerang.
Ditetapkan di Tigaraksa
pada tanggal 26 September 2019
BUPATI TANGERANG,
Ttd
A. ZAKI ISKANDAR
Diundangkan di Tigaraksa
pada tanggal 26 September 2019
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANGERANG,
Ttd
MOCH. MAESYAL RASYID
BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2019 NOMOR 94
-
-28-