laporan penelitian pengembangan ipteks studi ketahanan

35
LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA TERDAMPAK COVID 19 (ZONA MERAH) DI WILAYAH BANTEN TIM PENGUSUL Ketua Peneliti AHMAD FARIDI, SP, MKM NIDN. 0307077101 Anggota Peneliti MOHAMMAD FURQAN, MKM NIDN. 0315097906 PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA 2020

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

LAPORAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS

STUDI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA TERDAMPAK COVID 19

(ZONA MERAH) DI WILAYAH BANTEN

TIM PENGUSUL

Ketua Peneliti AHMAD FARIDI, SP, MKM NIDN. 0307077101

Anggota Peneliti MOHAMMAD FURQAN, MKM NIDN. 0315097906

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA

2020

Page 2: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

LEMBAR PENGESAHAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI)

Judul Penelitian :

Studi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdampak Covid 19 (Zona Merah) Diwilayah

Banten

Jenis Penelitian : PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI)

Ketua Peneliti : Ahmad Faridi, SP, MKM

Link Profil SIMAKIP

: http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/556

Fakultas

: Ilmu – Ilmu Kesehatan

Anggota Peneliti : Mohammad Furqan, MKM

Link Profil SIMAKIP

: http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/795

Waktu Penelitian

: 6 Bulan

Luaran Penelitian :

Luaran Wajib : Jurnal Internasional Terakreditasi Scopus 4

Status Luaran Wajib : In-review

Luaran Tambahan : HAKI

Status Luaran Tambahan : Garanted

Mengetahui Jakarta, 30 Nopember 2020

Ketua Program Studi Gizi Ketua Peneliti,

(Debby Endayani, Safitri, S.Gz, MKM Ahmad Faridi, SP, MKM

NIDN. 0320049002 NIDN. 0307077101

Menyetujui,

Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Ketua Lemlitbang UHAMKA

Ony Linda, SKM, M.Kes Prof. Dr. Suswandari, M.Pd

NIDN. 0330107403 NIDN. 0020116601

Page 3: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN
Page 4: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN
Page 5: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

ABSTRAK

Di Indonesia, situasi ketahanan pangan masih menyisakan masalah dan tantangan besar. Dari

tahun penduduk yang mengkonsumsi energi sangat kurang (<70% AKE) juga masih tinggi yaitu

45.7 % sedangkan proporsi penduduk dengan konsumsi protein sangat kurang (<80%AKP)

adalah 36.1%. Kondisi status gizi masyarakat sebagai salah satu proxy ketahanan pangan seperti

prevalensi nasional stunting pada balita juga meningkat yakni 36.8 % di tahun 2007 menjadi 37.2

% tahun 2013. Rumah tangga yang sudah terbiasa dengan kerawanan pangan akanmenemukan

situasi yang lebih sulit saat ini dengan diperburuk oleh Covid-19 sebagai sumber daya yang lebih

sedikit untuk mematuhi rekomendasi jarak sosial. Individu yang rawan pangan juga mungkin

kurang eksibel dalam pekerjaannya untuk memungkinkan mereka memperoleh penghasilan saat

tinggal di rumah, atau mungkin berisiko lebih tinggi kehilangan pekerjaan sama sekali, sehingga

menurunkan (atau menghilangkan) penghasilan mereka. Faktor-faktor ini dapat membuat rumah

tangga rawan pangan berisiko lebih tinggi tertular Covid-19 dan rawan pangan yang lebih besar

karena efek ekonomi dari upaya mitigasi Covid-19. Tujuan penelitian ini untuk melihat

gambaran karakteristik keluarga, pola konsumsi dan ketahanan pangan sebelum dan saat covid-

19 terjadi di wilayah provinsi Banten. Metode penelitian yang digunakan dengan disain cross

sectional studi dengan jumlah responden 218 rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada perbedaan pola konsumsi keluarga sebelum dan saat covid-19 dengan nilai (p=0.000)

dan ada perbedaan rata-rata skor ketahanan pangan keluarga sebelum dan saat covid-19 dengan

nilai (p=0.000).Kesimpulan yang diambil bahwa kondisi pandemi covid-19 mempengaruhi pola

konsumsi dan ketahanan pangan keluarga oleh karena itu diperlukan modifikasi pola makan yang

beragam agar dapat tetap bertahan keluarga tersebut

Kata Kunci : Ketahanan_ pangan, Aksesibilitas_ pangan, Status _Gizi, Covid _19

iii

Page 6: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN PENGESAHAN i

SURAT KONTRAK PENELITIAN ii

ABSTRAK iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

BAB 1. PENDAHULUAN 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4

BAB 3. METODE PENELITIAN 9

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 12

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 21

BAB 6. LUARAN YANG DICAPAI 22

BAB 7. RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILARISASI 23

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN (Bukti Luaran)

- Artikel ilmiah (draft, status submission, atau reprint)

- HAKI, Publikasi dan Produk penelitian lainnya

iv

Page 7: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Cara Pengumpulan Data Sampel 10

Tabel 2. Karakteristik Keluarga, Pola Konsumsi dan Ketahanan Pangan 14

Tabel 3. Pola konsumsi sebelum dan saat Covid-19 17

Tabel 4. Ketahananpangan keluarga sebelum dan saat Covid-19 17

v

Page 8: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. State of The Art Penelitian Studi Ketahanan Pangan Rumah Tangga 7

Terdampak Covid 19 di Wilayah Propinsi Banten

Gambar 2. Roadmap Penelitian Studi Ketananan Pangan 8

Gambar 3. Kerangka Konsep Studi Ketahanan Pangan Rumah Tangga 9

Gambar 4. Alur Penelitian Studi Ketahanan Pangan Keluarga 10

vi

Page 9: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan realita yang terjadi 20 tahun belakangan ini terlihat bahwa ada tren periodik

setiap 5 tahunan ledakan wabah penyakit terjadi. SARS pada tahun 2000-an, flu burung pada

2004/5, flu babi pada 2009/10, ebola pada 2014/15, dan saat ini yaitu Corona Virus Disease

tahun 2019/20 Covid-19 (Almara, 2020). Merebaknya pandemi COVID-19 turut berimplikasi

terhadap lonjakan permintaan akan bahan kebutuhan pokok. Anjuran pemerintah agar

masyarakat melakukan kegiatan bekerja, belajar dan beribadah dari rumah mendorong

masyarakat untuk melakukan pembelian sembako secara masif guna memenuhi persediaan

hingga beberapa waktu mendatang. Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis

Nasional (PIHPS) per 23 Maret 2020, beberapa komoditas bahan pokok mengalami kenaikan

harga (rata-rata harga nasional) yang signifikan dalam sebulan terakhir dan kenaikan sejak awal

tahun (year to date/ytd) antara lain gula pasir lokal 18,71% (ytd 31,2%), gula pasir kualitas

premium 10,68% (ytd 15,54%), bawang putih naik 36% (ytd), bawang merah 5,56% (ytd

4,57%), cabai rawit merah 18,11% (ytd 2,74%). Sementara itu, harga kebutuhan pokok lainnya

seperti beras, daging ayam, daging sapi, telur ayam, dan minyak goreng relatif stabil.

Kondisi kerawanan pangan sering dikaitkan dengan munculnya berbagai masalah.

Kegagalan dalam mengakses pangan yang bergizi akan menyebabkan munculnya masalah gizi

seperti kekurangan gizi pada balita (Hackett et al. 2009; Motbainor et al. 2015). Selain itu

kerawanan pangan pula terkait dengan kejadian obesitas pada wanita (Franklin et al. 2011; Pan

et al. 2012) dan kejadian penyakit kronis (Seligman et al. 2010; Gowda et al. 2012). Kerawanan

pangan juga dikaitkan sebagai perilaku seks berisiko (Vogenthaler et al. 2013), dihubungkan

dengan kecemasan dan depresi, strategi bertahan (coping strategy) berisiko serta hasil kehamilan

yang buruk pada wanita (Ivers & Cullen 2011). Kerawanan pangan bahkan dapat memiliki

dampak sosial yang lebih luas seperti gangguan perkembangan mental anak (Rose-Jacobs et al.

2008; Slopen et al. 2010).

Di Indonesia, situasi ketahanan pangan masih menyisakan masalah dan tantangan besar.

Dari tahun 1990 ke tahun 2014 terjadi pertambahan proporsi penduduk kelaparan (asupan kalori

<1400 kkal/kapita/hari) dari 17 % menjadi 17.39 % (BAPPENAS 2015). Proporsi penduduk

yang mengkonsumsi energi sangat kurang (<70% AKE) juga masih tinggi yaitu 45.7 %

Page 10: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

2

sedangkan proporsi penduduk dengan konsumsi protein sangat kurang (<80%AKP) adalah

36.1% (Balitbangkes RI 2014). Kondisi status gizi masyarakat sebagai salah satu proxy

ketahanan pangan seperti prevalensi nasional stunting pada balita juga meningkat yakni 36.8 %

di tahun 2007 menjadi 37.2 % tahun 2013 (Balitbangkes RI 2008; 2013).

Secara konseptual ketahanan pangan (food security) merupakan isu yang sangat luas dan

kompleks yang mencakup 4 domain utama yaitu ketersediaan (availability), aksesibilitas

(accessibilty), dan pemanfaatan (utilization), serta stabilitas (stability) serta memiliki level

hierarkis yakni secara makro (global, regional, nasional), komunitas (provinsi, kabupaten), dan

level mikro (rumah tangga dan individu) (Purwaningsih 2008; Pinstrup-Andersen 2009; Jones et

al. 2013). Ketersediaan pangan pada level makro belum tentu menjamin akses pangan rumah

tangga (Sen 1981) dan tercapainya status gizi individu yang baik (Barret 2010). Pangan dapat

saja tersedia dalam jumlah yang cukup di suatu wilayah namun belum tentu dapat diakses oleh

setiap rumah tangga. Oleh karena itu rumah tangga menjadi unit yang krusial untuk memastikan

akses pangan dalam kuantitas dan kualitas yang cukup bagi setiap individu anggota rumah

tangga.

Provinsi Banten merupakan wilayah zona merah berdampak covid 19 yang telah dilakukan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga akan berdampak pada rendahnya interaksi

masyarakat di wilayah tersebut. Dampak yang diakibatkan adalah semakin banyak kepala rumh

tangga yang tidak dapat bekerja yang pada akhirnya akan menurunnya daya konsumsi rumah

tangga, terutama bagi mereka yang pekerjaan sehari-harinya adalah pekerja harian (buruh), supir

angkutan umum, ojol, dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah

Perumasan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi rumah tangga diwilayah Banten dampak covid 19?

2. Bagaimana kondisi ketahanan pangan rumah tangga diwilayah Banten dampak covid 19?

3. Bagaimana status tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga diwilayah Banten

dampak covid 19?

4. Bagaimana status gizi balita yang ada di rumah tangga diwilayah Banten dampak covid 19?

Page 11: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

3

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis ketahanan pangan rumah tangga diwilayah Banten

(Zona Merah) berdampak covid 19.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi rumah tangga diwilayah Banten dampak covid

19

2. Menganalisis ketahanan rumah tangga diwilayah Banten dampak covid 19 dilihat dari pilar

aksesibilitasnya

3. Menganalisis status konsumsi energi dan protein rumah tangga diwilayah Banten dampak

covid 19

4. Menganalisis status gizi balita diwilayah Banten dampak covid 19

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang kondisi ketahanan pangan

masyarakat berdampak covid 19

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan sekaligus pertimbangan dalam

merumuskan kebijakan gizi dan pangan terutama pada komunitas masyarakat dengan kondisi

khusus seperti pandemi virus korona.

Page 12: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Dampak Covid 19

Dampak dari terjadinya wabah Covid-19 ini bukan hanya sekadar penyakit yang

mempengaruhi kesehatan, namun juga dampak secara ekonomi. Dalam kasus ini, ketika semakin

banyak pekerja yang terinfeksi maka semakin banyak pula biaya untuk perawatan dan juga biaya

produksi yang tertanggung. Kondisi ini diperparah dengan beberapa negara yang menerapkan

kebijakan lockdown sehingga mempengaruhi impor bahan baku dan barang modal. Pada

akhirnya produksi turun, barang langka, dan harga barang meningkat. Kenaikan harga barang

yang disertai penghasilan yang menurun merupakan kondisi fatal daya beli masyarakat (Wibowo

dan Rachbini, 2020)

Dalam kondisi seperti ini, semua negara pasti akan melakukan relaksasi atau stimulus

keuangan. Perlu pengoptimalan penangan terhadap keadaan yang terjadi. Beberapa solusi yang

cocok dalam mengantisipasi situasi menghadapi wabah Covid-19 agar tidak membuat Indonesia

benar-benar merana yaitu pertama, relokasi anggaran pada sektor kesehatan, pasokan pangan dan

daya beli masyarakat. Pembiayaan dialihkan untuk pengadaan perlengkapan dan alat

penanggulangan wabah serta pembiayaan penelitian yang fokus menemukan anti virus. Relokasi

anggaran juga diberlakukan untuk menjaga ketersediaan bahan pokok kebutuhan pangan

masyarakat yang mengalami peningkatan akibat kepanikan pasar. Juga pemberian bantuan untuk

peningkatan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kedua adalah stimulus

pendanaan dalam rangka peningkatan produksi dalam negeri sektor pertanian. Pada kondisi saat

ini kebutuhan akan makanan dengan giji dan nutrisi yang baik seperti sayur-sayuran dan buah-

buahan mengalami peningkatan permintaan. Selama ini Indonesia impor untuk memenuhi

permintaan terhadap komoditi ini (Wibowo dan Rachbini, 2020).

B. Konsep Ketahanan Pangan

Konsep ketahanan pangan terus mengalami perkembangan. Jika ditelusuri maka dapat

dimulai dari tahun 1943 ketika masa perang dunia II diadakan Hot Spring Conference of Food

and Agricultural oleh 44 negara di Virginia atas prakarsa presiden AS Franklin D Rosevelt

(Phillips 1981). Konsep yang dikembangkan saat itu adalah negara-negara surplus pangan perlu

membagi pangan dengan negara lain yang membutuhkan demi terpenuhinya pasokan pangan

yang aman dan cukup bagi setiap orang.

Page 13: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

5

Di Indonesia, konsep ketahanan pangan tertuang dalam UU nomor 18 tahun 2012 yang

mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai

dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan

agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara

berkelanjutan

C. Dimensi Ketersediaan (Food Availability)

Menurut Fahriyah et al. (2015) informasi terkait ketersediaan pangan di suatu negara atau

wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu dapat dilihat dengan menggunakan analisis neraca

bahan makanan (NMB). Neraca Bahan Makanan memberikan informasi tentang situasi

pengadaan atau penyediaan pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, pasokan dari luar,

dan stok serta penggunaan pangan untuk kebutuhan pakan, bibit, penggunaan untuk industri.

Lebih lanjut menurut Suryana (2014) aspek ketersediaan pangan salah satunya dapat dilihat dari

indikator ketersediaan energi dan protein yang dihitung dengan cara mengkonversikan jumlah

berbagai jenis pangan yang tersedia terhadap angka kandungan gizi per satuan tertentu dari

masing-masing jenis pangan tersebut.

Menurut FAO (2006) ketersediaan pangan pada tingkat global dan nasional tidak

menjamin ketahanan pangan pada level rumah tangga. Menurut Lantarsih et al. (2011) meskipun

ketahanan pangan wilayah belum menjamin terciptanya ketahanan pangan rumah tangga namun

ketahanan pangan wilayah menjadi prasyarat terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat rumah

tangga.

D. Dimensi Aksesibilitas (Food Accessibility)

Menurut Carletto et al. (2012) yang dimaksud askes pangan merujuk pada akses terhadap

sumber daya yang memadai (hak) untuk memperoleh makanan yang bergizi. Dimensi

aksesibilitas lebih berfokus pada tingkat rumah tangga. Menurut Pinstrup-Andersen (2009)

rumah tangga disebut tahan pangan apabila memiliki kemampuan untuk memperoleh (akses)

pangan yang dibutuhkan anggota rumah tangganya. Akses pangan yang dimaksud merujuk pada

akses secara fisik, ekonomi dan secara sosial budaya. Menurut DKP (2015) pangan mungkin

tersedia secara fisik di suatu daerah, akan tetapi mungkin tidak dapat diakses oleh rumah tangga

tertentu karena terbatasnya (1) akses fisik berupa infrastruktur pasar, akses untuk mencapai pasar

dan fungsi pasar; (2) akses ekonomi yakni kemampuan keuangan untuk membeli makanan yang

Page 14: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

6

cukup dan bergizi; dan/atau (3) akses sosial berupa modal sosial yang dapat digunakan untuk

mendapatkan mekanisme dukungan informal seperti barter, meminjam atau adanya program

dukungan sosial.

Pengukuran dan indikator aksesibilitas pangan pada tingkat rumah tangga sangat banyak.

Pengukuran ketahanan pangan rumah tangga dapat dilakukan dengan berbagai cara dan

pendekatan diantaranya (1) Survei konsumsi dan pengeluaran rumah tangga seperti Household

Consumption and Expenditure Surveys (HCEs); (2) Pendekatan keragamaan konsumsi misalnya

Food Consumtion Score (FCS) dan Household Dietary Diversity Score (HDDS); (3)

Berdasarkan pendekatan adaptasi partisipatif seperti Coping Strategies Index (CSI) dan

Household Economy Approach (HEA); serta (4) Pengukuran langsung dengan berbasis

pengalaman (experience-based) seperti Household Food Security Survey Module (HFSSM),

Household Food Insecurity Access Scale (HFIAS), Household Hunger Scale (HHS), Latin

American and Caribbean Food Security Scale atau Escala Latinoamericana y del Caribe de

Seguridad Alimentaria (ELCSA) (Jones et al. 2013).

E. Determinan Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Dari hasil-hasil penelitian terdahulu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

ketahanan pangan rumah tangga diantaranya (1) faktor sosial seperti seperti usia kepala rumah

tangga, besar keluarga, tingkat pendidikan; (2) fakor ekonomi yang menentukan akses ekonomi

seperti pekerjaan, pendapatan, pengeluaran, harga pangan; (3) faktor lingkungan seperti kondisi

wilayah, lokasi tempat tinggal, dan musim.

Usia kepala rumah tangga terkait ketahanan pangan pada rumah tangga tersebut. Usia

kepala rumah tangga di atas 60 tahun lebih berpeluang menjadi tahan pangan dibandingkan

dengan kepala rumah tangga yang lebih muda (Wiranthi 2014). Meskipun demikian hasil

penelitian Olaniyi (2014) bahwa rumah tangga dengan usia kepala rumah tangga yang lebih tua

cenderung rawan pangan dibandingkan dengan rumah tangga dengan usia yang lebih muda.

Modal sosial seperti lama tahun pendidikan suami dan istri memiliki dampak positif

terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Menurut Willows et al. (2008) semakin tinggi tingkat

pendidikan yang ditamatkan rumah tangga maka peluang agar tahan pangan juga semakin besar.

Jenis pekerjaan utama di bidang pertanian dan perikanan, kehutanan menurunkan peluang rumah

tangga menjadi tahan pangan. Kehilangan pekerjaan dapat meningkatkan risiko menjadi rawan

pangan (Olaniyi 2014).

Page 15: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

7

Kondisi wilayah antara desa dan perkotaan juga terkait dengan kejadian rawan pangan

(Nurlatifah 2011). Tempat tinggal di daerah pedesaan menurunkan peluang menjadi tahan

pangan (Wiranthi 2014). Hasil penelitian Rosyadi dan Purnomo (2012) menemukan desa-desa

tertinggal di Kabupaten Sukoharjo memiliki ketahanan pangan yang rendah. Kinerja produksi

pangan khususnya beras telah meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun, namun

peningkatan produksi belum mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi beras yang tumbuh

lebih tinggi dari pertumbuhan produksi padi.

Gambar 1. State of The Art Penelitian Studi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdampak

Covid 19 di Wilayah Propinsi Banten

• Latar Belakang

• Masalah Penelitian

• Pertanyaan Penelitian

State of art

• Kuantitatif

Metodologi• Survey

• Wawancara Peneliti

• Crossectional

• Perhitungan Ernergi

Aktivitas Riset

•pandemi covid 19

•Ketahan an pangan Rumah tagga terkait kasusu khusu

Kebaruan (novelty)

• Jurnal Internasional

• Pedoman Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Luaran Penelitian

Page 16: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

8

ROADMAP PENELITIAN

Berdasarkan studi pendahuluan diatas, serta beberapa penjelasan konsep yang telah dijelaskan, maka roadmap penelitian ini yang telah, sedang

dan akan dikembangkan sebagai berikut yang tertuang dalam bagan/gambar dibawah ini :

Gambar 2. Roadmap Penelitian Studi Ketananan Pangan

Studi tentang ketahanan pangan

1. Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan,Kebijakan,dan Pemberdayaan Masyarakat tahun2008

2. Penggunaan pangsa pengeluaran pangansebagai indikator komposit ketahanan pangan.tahun 2007

3. Socio-economic, behavioural andenvironmental factors predicted body weightsand household food insecurity scores in theEarly Childhood Longitudinal Study-Kindergarten. tahun 2008

4. Studi Ketahanan Pangan Pada RumahtanggaMiskin dan Tidak Miskin tahun 2006

Pemerintah mengembangkan :

Peta Ketahanan dan KerentananPangan Indonesia tahun 2015.

Pengembangan di Luar negeri :

Selecting Interventions for FoodSecurity in Remote IndigenousCommunities. tahun 2013

Penelitian dikembangkan terkaitdengan ketahanan pangan padatingkat rumah tangga dengankejadian khusus (pandemi,kerusahan, gempa dan bencana) padatahun 2020-2024

Page 17: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

9

BAB 3. METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3. Kerangka Konsep Studi Ketahanan Pangan Rumah Tangga

B. Disain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kuantitatif analitik dengan menggunakan desain cross sectional

yakni pengamatan variabel independen (faktor risiko) dan variabel dependen (efek) dilakukan

secara simultan pada satu waktu (Ghazali et al. 2011).

C. Lokasi Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan di 4 kabupaten /kota Provinsi Banten pada bulan Juni-Agustus 2020 .

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam peneltian ini adalah seluruh rumah tangga yang ada di provinsi Banten

berdampak covid 19 dan sampelnya diambil dari 4 kabupaten/kota (Pandeglang, Lebak,

Tangerang dan Serang).

Page 18: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

10

E. Alur Penelitian

Gambar 4. Alur Penelitian Studi Ketahanan Pangan Keluarga

F. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui wawancara dengan responden atau informan dengan menggunakan kuesioner

sedangkan data sekunder diperoleh dari pencarian internet dan data pemerintah setempat.

Tabel 1. Cara Pengumpulan Data Sampel

Aspek Jenis Data Cara Pengumpulan

Karakteristik Sosial Ekonomi

Rumah Tangga

a. Ukuran rumah tangga

b. Pendidikan

c. Pekerjaan rumah tangga

d. Pendapatan

e. Pengeluaran

f. Akses fisik ke pasar

terdekat (jarak, waktu,

moda transportasi)

Wawancara menggunakan

kuesioner (sampel : Isteri

atau Suami)

Ketahanan Pangan Rumah

Tangga

a. Pengalaman kerawanan

yang dialami

b. Frekuensi kerawanan

Wawancara menggunakan

kuesioner HFIAS

(Responden: kepala rumah

tangga atau orang yang

bertanggungjawab

menyiapkan makanan untuk

keluarga)

Konsumsi Rumah Tangga

a. Tingkat Kecukupan

Energi (TKE)

b. Tingkat Kecukupan

Wawancara dengan

kuesioner household 24 h-

recall sebanyak 2 hari

Page 19: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

11

Protein (TKP)

(Responden: ibu rumah

tangga).

Status Gizi Balita

a. Umur

b. Jenis kelamin

c. Berat Badan

d. Tinggi badan/panjang

badan

Wawancara dan pengukuran

antropometri dengan

menggunakan timbangan,

pengukur panjang badan atau

microtoice (Responden: ibu

dan balita)

G. Manajemen dan Analisis Data

Analisis univariat dilakukan dengan distribusi frekuensi terhadap data kategorik seperti

besar keluarga, pendidikan rumah tangga, pekerjaan orang tua, status ketahanan pangan, tingkat

kecukupan energi dan protein, serta status gizi balita, sedangkan data numerik seperti total

pendapatan rumah tangga, jarak dan waktu tempuh dari rumah ke pasar dilakukan dengan

menghitung rata-rata serta standar deviasi. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel dengan menggunakan uji chi-square. Variabel yang berhubungan

pada analisis bivariat dilanjutkan dengan analis multivariat. Analisis multivariat menggunakan

regresi logistik untuk mengukur pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen

setelah mengontrol pengaruh dari variabel independen lainnya. Model persamaan regresi logistik

untuk memprediksi peluang variabel dependen adalah sebagai berikut:

Dimana:

p = peluang terjadinya variabel dependen

e = bilangan natural (2.7)

y = konstanta + a1x1 + a2x2 + ... + aixi

a = nilai koefisien tiap variabel independen

x = nilai variabel independen

Page 20: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

12

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Jumlah rumah tangga dalam penelitian adalah 218 rumah tangga yang tersebar pada 4

kabupaten (Pandeglang, Serang, Tangerang dan Lebak). Data hasil penelitian menunjukkan

bahwa kepala rumah tangga sebagian besar berumur antara 26-35 tahun (64,2%) dengan sebaran

per kabupaten berturut-turut dari yang terbesar hingga terkecil yakni kabupaten tangerang

(27,9%), kabupaten lebak dan serang masing-masing (25%) serta kabupaten pandeglang

(22,1%), untuk tingkat pendidikan adalah SMA (47,2%) dengan sebaran per kabupaten

tangerang (27,2%), pandeglang dan serang masing-masing (25,2%) dan kabupaten lebak

(22,3%), sedangkan pekerjaan sebagai karyawan swasta (35,8%) dengan sebaran kabupaten

tangerang dan pandeglang masing-masing (25,6%), kabupaten lebak dan serang masing-masing

(24,4%) , untuk tingkat penghasilan >UMR (67%) dengan sebaran kabupaten serang (27,4%),

kabupaten tangerang (25,3%), kabupaten pandeglang (24,7%) dan kabupaten lebak (22,6%)

sedangkan untuk ibu sebagian besar berumur 26-35 tahun (93,6%) dengan sebaran kabupaten

serang (27%), kabupaten pandeglang dan tangerang masing-masing (24,5%) kabupaten lebak

(24%),untuk tingkat pendidikan SMA (45,9%) dengan sebaran kabupaten tangerang (28%),

kabupaten pandeglang (26%), di kabupaten serang dan lebak masing-masing (23%). Jumlah

anggota rumah tangga sebagian besar <5 orang (91,3%) dengan sebaran kabupaten pandeglang

(26,1%) dan kabupaten lebak, serang dan tangerang masing-masing (24,6%). Untuk jarak rumah

ke akses pasar sebagian besar <2 km (76,6%) dengan sebaran kabupaten pandeglang, serang dan

lebak masing-masing (25,1%) dan kabupaten tangerang (24,6%) , untuk alat transportasi yang

digunakan ke akses pasar adalah motor (65,1%) dengan sebaran kabupaten tangerang (31,7%),

kabupaten pandeglang (26,8%), kabupaten serang (22,5%) dan kabupaten lebak (19%), waktu

tempuh yang diperlukan ke akses pasar adalah <11,8 menit (65,1%) dengan sebaran kabupaten

tangerang (28,2%), kabupaten serang (26,9%), kabupaten pandeglang (23,7%) dan kabupaten

lebak (21,2%). (Tabel 1)

Frekwensi makan rumah tangga sebelum covid-19 sebagian besar > 3 kali (89,4%)

namun terjadi penurunan frekwensi makan rumah tangga saat covid-19 <3 kali (81,2%).

Konsumsi makanan pokok (nasi atau roti atau mie) sebelum covid-19 >3 kali (86,7%) namun

terjadi perubahan pola konsumsi makanan pokok (nasi atau roti atau mie) saat < 3 kali (89%),

untuk konsumsi protein (hewani dan nabati) sebelum covid-19 >3 kali (71,1% dan 70,2%)

Page 21: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

13

namun terjadi perubahan pola konsumsi protein (hewani dan nabati) saat covid-19 < 3 kali (

84,4% dan 78%), untuk pola konsumsi sayur dan buah sebelum covid-19 >3 kali (86,7% dan

78,4%) namun terjadi perubahan pola konsumsi sayur dan buah < 3 kali (81,2% dan 77,1%).) hal

ini terlihat di tabel 2.

Gambaran ketahanan pangan rumah tangga sebelum covid-19 tahan pangan (49,5%)

namun saat covid-19 ketahanan pangan rumah tangga berubah menjadi tidak tahan pangan

tingkat berat (100%). (table 3)

Page 22: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

14

Tabel 2. Karakteristik Keluarga, Pola Konsumsi dan Ketahanan Pangan

Karakteristik Keluarga Total

Keseluruhan

(n=218)

Pandeglang (n=53) Lebak (n=53) Serang (n=58) Tangerang (n=54)

�̅�±s / n(%) �̅�±s n(%) �̅�±s n(%) �̅�±s n(%) �̅�±s n(%)

Umur Ayah (tahun)

26-35 36-45

46-55

34.6±4.6

140 (64.2) 74 (33.9)

4 (1.8)

34.7±4.4

31 (22.1) 21 (28.4)

1 (25)

34.98±3.7

35(25) 17 (23)

1 (25)

34.78±5.0

35 (25) 22 (29.7)

1 (25)

33.85±5.1

39(27.9) 14 (18.9)

1 (25)

Umur Ibu (tahun)

< 25

26-35

36-45

30.2±2.8

7 (3.2)

204 (93.6)

7 (3.2)

30.9±3.0

1 (14.3)

50 (24.5)

2 (28.6)

29.75±2.6

3 (42.3)

49 (24)

1 (14.3)

30.45±2.5

1 (14.3)

55 (27)

2 (28.6)

29.7±2.9

2 (28.6)

50 (24.5)

2 (28.6)

Pendidikan Ayah SD

SMP

SMA

PT

28 (12.8)

58 (26.6)

103 (47.2)

29 (13.3)

5 (17.9)

16 (27.6)

26 (25.2)

6 (20.7)

9 (32.1)

14 (24.1)

23 (22.3)

7 (24.1)

8 (28.6)

15 (25.9)

26 (25.2)

9 (31)

6 (21.4)

13 (22.4)

28 (27.2)

7 (24.1)

Pendidikan Ibu SD

SMP

SMA

PT

25 (11.5)

83 (38.1)

100 (45.9)

10 (4.6)

7 (28)

17 (20.5)

26 (26)

3 (30)

4 (16)

25 (30.1)

23 (23)

1 (10)

8 (32)

24 (28.9)

23 (23)

3 (30)

6 (24)

17 (20.5)

28 (28)

3 (30)

Pekerjaan Kepala

Keluarga

Buruh

PNS/TNI/POLRI Petani/nelayan

KaryawanSwasta

Ojek (ol/pangkalan)

Supir

37 (17)

12 (5.5) 26 (11.9)

78 (35.8)

32 (14.7)

33 (15.1)

7 (18.9)

3 (25) 4 (15.4)

20 (25.6)

8 (25)

11 (33.3)

9 (24.3)

4 (33.3) 9 (34.6)

19 (24.4)

4 (12.5)

8 (24.4)

9 (24.3)

3 (25) 8 (30.8)

19 (24.4)

10 (31.2)

9 (27.3)

12 (32.4)

2 (16.7) 5 (19.2)

20 (25.6)

10 (31.2)

5 (15.2)

Penghasilan (jt)

< UMR

≥ UMR

3.58±1.6

72 (33)

146 (67)

3.65±1.6

17 (23.6)

36 (24.7)

3.71±1.9

20 (27.8)

33 (22.6)

3.63±1.5

18 (25)

40 (27.4)

3.37±1.4

17 (23.6)

37 (25.3)

Jumlah Anggota Keluarga

(orang)

<5

5-6

199 (91.3)

19 (8.7)

52 (26.1)

1 (5.3)

49 (24.6)

4 (21.2)

49 (24.6)

9 (47.4)

49 (24.6)

5 (26.3)

Jarak Rumah ke pasar

(km)

<2

2-5

>5

167 (76.6)

38 (17.4)

13 (6)

42 (25.1)

11 (28.9)

0

42 (25.1)

11 (28.9)

0

42 (25.1)

10 (26.1)

6 (46.2)

41 (24.6)

6 (15.8)

7 (53.8)

Transportasi ke pasar Sepeda

Motor

Mobil Angkutan umum (ol/biasa)

20 (9.2)

142 (65.1)

12 (5.5) 44 (20.2)

3 (15)

38 (26.8)

4 (33.3) 8 (18.2)

4 (20)

27 (19)

3 (25) 19 (43.2

10 (50)

32 (22.5)

3 (25) 13 (29.5)

3 (15)

45 (31.7)

2 (16.7) 4 (9.1)

Page 23: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

15

Waktu tempuh kepasar

(menit)

≤11.8

>11.8

11.8±3.5

156 (71.6)

62 (28.4)

37 (23.7)

16 (25.8)

33 (21.2)

20 (32.3)

42 (26.9)

16 (25.8)

44 (28.2)

10 (16.1)

Pola konsumsi

Frekuensi Makan

Sebelum Covid-19

Saat Covid-19

<3 kali

≥3 kali

<3 kali ≥3 kali

23 (10.6)

195 (89.4)

177 (81.2) 41 (18.8)

2 (8.7)

51 26.2)

45 (25.4) 8 (19.5)

6 (26.1)

47 (24.1)

34 (19.20 19 (46.3)

6 (26.1)

52 (26.7)

49 (27.7) 9 (22)

9 (39.1)

45 (23.1)

49 (27.7) 5 (12.2)

Konsumsi makanan pokok

Sebelum Covid-19

Saat Covid-19

<3 kali

≥3 kali

<3 kali

≥3 kali

29 (13.3)

189 (86.7)

194 (89)

24 (11)

6 (20.7)

47 (24.9)

45 (23.2)

8 (33.3)

6 (20.7)

47 (24.9)

52 (26.8)

1 (4.2)

9 (31)

49 (25.9)

51 (26.3)

7 (29.2)

8 (27.6)

46 (24.3)

46 (23.7)

8 (33.3)

Konsumsi protein hewani

Sebelum Covid-19

Saat Covid-19

<3 kali

≥3 kali

<3 kali

≥3 kali

63 (28.9)

155 (71.1)

184 (84.4)

34 (15.6)

12 (19)

41 (26.5)

45 (24.5)

8 (23.5)

17 (27)

36 (23.2)

41 (22.3)

12 (35.3)

22 (34.9)

36 (23.2)

49 (26.6)

9 (26.5)

12 (19)

42 (27.1)

49 (26.6)

5 (14.7)

Konsumsi protein nabati

Sebelum Covid-19

Saat Covid-19

<3 kali

≥3 kali <3 kali

≥3 kali

65 (29.8)

153 (70.2) 170 (78)

48 (22)

12 (18.5)

41 (26.8) 41 (24.1)

12 (25)

18 (27.7)

35 (22.9) 38 (22.4)

15 (31.2)

22 (33.8)

36 (23.5) 46 (27.1)

12 (25)

13 (20)

41 (26.3) 45 (26.5)

9 (18.8)

Konsumsi sayuran

Sebelum Covid-19

Saat Covid-19

<3 kali

≥3 kali

<3 kali

≥3 kali

29 (13.3)

189 (86.7)

177 (81.2)

41 (18.8)

6 (20.7)

47 (24.9)

44 (24.9)

9 (22)

6 (20.7)

47 (24.9)

38 (21.5)

15 (36.6)

9 (31)

49 (25.9)

47 (26.6)

11 (26.8)

8 (27.6)

46 (24.3)

48 (27.1)

6 (14.6)

Konsumsi buah

Sebelum Covid-19

Saat Covid-19

<3 kali

≥3 kali

<3 kali

≥3 kali

47 (21.6)

171 (78.4)

168 (77.1)

50 (22.9)

9 (19.1)

44 (25.7) 41

(24.4)

12 (24)

15 (31.9)

38 (22.2)

37 (22)

16 (32)

11 (23.4)

47 (27.5)

46 (27.4)

12 (24)

12 (25.5)

42 (24.6)

44 (26.2)

10 (20)

Ketahanan Pangan

Sebelum Covid-19

Tahan pangan Tidak tahan pangan tk ringan

Tidak tahan pangan tk

sedang

4.8±5.3

108 (49.5) 21 (9.6)

60 (27.5)

29 (13.3)

3.9±4.9

29 (26.9) 7 (33.3)

13 (21.7)

4 (13.8)

5.1±5.4

25 (23.1) 4 (19)

16 (26.7)

8 (27.6)

5.2±5.4

27 (25) 6 (28.6)

16 (26.7)

9 (31)

4.9±5.5

27 (25) 4 (19)

15 (25)

8 (27.6)

Page 24: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

16

Saat Covid-19 Tidak tahan pangan tk berat

Tidak tahan pangan tk berat

19.7±4.3

218 (100)

19.7±4.4

53 (24.3)

19.5±4.1

53 (24.3)

20.3±4.4

58 (26.6)

19.5±4.2

54 (24.8)

Page 25: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

17

Tabel 3.Pola konsumsi sebelum dan saat Covid-19

Sebelum Covid-19 Saat Covid-19 p*

<3 kali ≥3 kali

Frekuensi Makan <3 kali

≥3 kali

23 (100)

154 (79)

0 (0)

41 (21)

0.000

Makanan pokok <3 kali

≥3 kali

27 (93.1)

167 (88.4)

2 (6.9)

22 (11.6)

0.000

Protein Hewani <3 kali

≥3 kali

61 (96.8)

123 (79.4)

2 (3.2)

32 (20.6)

0.000

Protein Nabati <3 kali

≥3 kali

63 (96.9)

107 (69.9)

2 (3.1)

46 (30.1)

0.000

Sayur <3 kali

≥3 kali

28 (96.6)

149 (78.8)

1 (3.4)

40 (21.2)

0.000

Buah <3 kali

≥3 kali

46 (97.9)

122 (71.3)

1 (2.1)

49 (28.7)

0.000

*Uji Mc Nemar (α=5%)

Pola konsumsi pada penelitian ini dilihat dari frekwensi makan sebelum dan saat covid-19,

berdasarkan uji McNemar terdapat perbedaan (p=0,000) saat covid-19 terjadi perubahan

frekwensi makan <3 kali (79%), untuk makanan pokok yang dikonsumsi terdapat perbedaan

(p=0,000) saat covid-19 terjadi perubahan makanan pokok (nasi atau roti atau mie) yang

sebelumnya >3 kali tetapi saat covid-19 terjadi perubahan menjadi <3 kali (88,4%), terdapat

perbedaan konsumsi protein (hewani dan nabati) (p=0,000) saat covid-19 yakni terjadi perubahan

yang awalnya >3 kali menjadi <3 kali (79,4% dan 69,9%), serta konsumsi sayur dan buah

terdapat perbedaan (p=0,000) yakni terjadi perubahan pola konsumsi terhadap sayur dan buah

saat covid-19 menjadi <3 kali (78,8% dan 71,3%).

Tabel 4. Ketahananpangan keluarga sebelum dan saat Covid-19

Skor Ketahanan

pangan keluarga

�̅�±s CI 95% p*

Sebelum Covid-19 4.819 ± 5.3 -15.495 – -14.431 0.000

Saat Covid-19 19.775 ± 4.3 *Uji t berpasangan (α=5%)

Terdapat perbedaan rata2 skor ketahanan pangan keluarga sebelum dan saat covid-19 (p=0,000),

hal ini terlihat sebelum terjadi covid-19 keluarga tahan pangan (49,5%) berubah saat covid-19

keluarga tidak tahan pangan tingkat berat (100%).

Page 26: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

18

B. PEMBAHASAN

Karakteristik kepala keluarga dalam penelitian ini secara keseluruhan berumur antara 26-35

tahun (64,2%) dengan tingkat pendidikan SMA bekerja sebagai karyawan swasta dengan tingkat

penghasilan > UMR. Awan et al. (2011) menyatakan pendidikan dapat meningkatkan

pendapatan sehingga pada akhirnya mengurangi kemiskinan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

yang ditamatkan maka tingkat kemiskinan semakin rendah). Menurut Putri dan Setiawina

(2013) faktor pendidikan dan jenis pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan rumah

tangga miskin. Sedangkan untuk ibu umur antara 26-35 tahun ((93,6%) dengan tingkat

pendidikan SMA dengan jumlah anggota rumah tangga < 5 orang. Untuk jarak rumah ke akses

pasar sebagian besar <2 km (76,6%), untuk alat transportasi yang digunakan ke akses pasar

sebagian besar menggunakan motor (65,1%) dengan waktu waktu tempuh yang diperlukan ke

akses pasar adalah <11,8 menit (65,1%).

Pasar merupakan sarana transaksi ekonomi sekaligus sarana untuk mengakses kebutuhan

pangan maupun non pangan bagi masyarakat. Menurut R Adiguno dan L Sihombing, (2014)

apabila jarak antara rumah ke pasar terdekat berkisar 1-2 km dengan menggunakan sepeda motor

maka akses fisik rumah tangga tersebut terhadap pangan tergolong sedang sedangkan apabila

waktu tempuh nya kurang dari 30 menit maka akses fisik rumah tangga terhadap pangan

tergolong tinggi. Menurut Subiyanto (2015) indikator untuk menilai akses fisik terhadap pangan

meliputi ketersediaan pangan, jalan desa yang dapat dilalui kendaraan roda empat dan ketiadaan

pasar dan jarak pasar lebih dari 3 km, keberadaan supermarket atau pasar dengan jarak yang

lebih dekat terkait dengan pilihan tempat berbelanja.

Sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat Masalah Internasional, COVID-19 telah menyebar

dengan cepat dari Wuhan, Hubei ke bagian lain Cina dan negara-negara di seluruh dunia

termasuk Indonesia. Pandemi ini sangat membebani tantangan pada sistem kesehatan, ekonomi,

dan pasokan makanan secara global dan local.

Penelitian yang dilakukan ini melihat keadaan pola makan dan ketahanan pangan sebelum

dan saat covid-19, hal ini sedikit berbeda dengan studi penelitian yang dilakukan di penduduk

China selama periode pandemi COVID-19. Studi kami menunjukkan keragaman pola makan

yang baik secara keseluruhan dalam sampel penelitian, meskipun ada penurunan keragaman di

tempat-tempat di mana lebih banyak kasus COVID-19 dikonfirmasi. Sepengetahuan kami, ini

Page 27: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

19

juga merupakan studi pertama yang mengeksplorasi faktor-faktor potensial yang terkait dengan

keragaman makanan dalam suatu pandemi. Kami menemukan keragaman makanan tidak

bervariasi di berbagai pendekatan untuk mendapatkan atau membeli makanan, yang memberikan

bukti mendukung bahwa layanan pemesanan dan pengiriman makanan online dapat mencapai

keragaman makanan yang serupa seperti yang dilakukan oleh toko bahan makanan dan

penyimpanan di rumah. Selain itu, beberapa perilaku diet tertentu diidentifikasi selama wabah

COVID-19 dan mereka berkontribusi pada peluang yang lebih tinggi untuk keragaman makanan

yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan pola makan yang dialami rumah tangga

sebelum dan saat covid-19 di wilayah Banten ini mengalami perubahan yang awalnya makan ≥3

kali sehari menjadi <3 kali sehari bahkan ada yang hanya makan 2 kali saja sehari, hal ini sesuai

dengan penelitian lain bahwa pola makan yang terganggu, ditemukan di dua pertiga rumah

tangga responden dengan kerawanan pangan, dikaitkan dengan penurunan fungsi kekebalan dan

dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional. Sementara dampak langsung

terjadinya pandemic ini, adalah penutupan berbagai restoran dan pembatasan penjual, yang

mewakili sebagian kecil dari total ekonomi pangan di perkotaan, dampak pada pasar wilayah

pedesaan bisa jauh lebih besar Selain itu, dampak tidak langsung karena pengangguran dan

penurunan pendapatan pekerja upahan harian dan pekerja industri dengan pengurangan jumlah

karyawan karena pemutusan hubungan kerja. Hal yang memperparah dengan kondisi ini adalah

masalah harga makanan. Pembatasan pada mekanisme untuk produksi dan pengiriman dapat

menaikkan biaya, sementara ketakutan akan kekurangan dapat mendorong penimbunan

spekulatif . Hilangnya pendapatan rumah tangga membuat keluarga rentan terkena lonjakan

harga dan kekurangan pangan serta mengurangi konsumsi makannya, sementara produktivitas

pertanian yang rendah dan jeda dalam sistem ekspor-impor pangan mengganggu pasar pangan

lokal dan usaha kecil.

Kondisi ketahanan pangan keluarga sebelum dan saat covid-19 dalam penelitian ini

mengalami perbedaan yang signifikan dari keluarga yang tahan pangan menjadi keluarga yang

tidak tahan pangan tingkat berat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Niles

(2020) bahwa mayoritas rumah tangga yang selalu rawan pangan dan hampir sepertiga dari

rumah tangga rawan pangan baru diklasifikasikan sebagai memiliki ketahanan pangan yang

sangat rendah, ditandai dengan gangguan makan dan memotong makanan atau kelaparan. Dua

pertiga dari rumah tangga responden dengan rawan pangan selama COVID-19 sudah makan

Page 28: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

20

lebih sedikit untuk memperpanjang makanan yang dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tantangan untuk semua dimensi ketahanan pangan, termasuk akses ekonomi dan fisik,

ketersediaan, pemanfaatan, dan stabilitas, dan mungkin memiliki dampak kesehatan potensial

yang mendalam.

Apabila proporsi rumah tangga rawan pangan dijumlahkan maka didapatkan sebanyak

68.4% rumah tangga tergolong rawan pangan. Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian

Kirkpatrick dan Tarasuk (2010) yang mengukur kerawanan pangan pada rumah tangga

berpenghasilan rendah menemukan proporsi rumah tangga rawan pangan sebesar 65.3%.

Demikian pula dengan hasil penelitian Huet et al. (2012) pada komunitas masyarakat Inuit di

kutub utara Kanada menunjukan prevalensi kerawanan pangan yang hampir sama yaitu 62.6%.

Lebih lanjut apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Sari dan Andrias (2013) yang

mengukur ketahanan pangan rumah tangga nelayan perkotaan di Surabaya maka hasil penelitian

ini lebih rendah yakni proporsi rumah tangga nelayan yang rawan pangan adalah 88%. Demikian

halnya juga dengan penelitian Sukiyono et al. (2008) pada rumah tangga nelayan di Kabupaten

Muko-Muko yang mendapatkan proporsi rumah tangga rawan pangan sebesar 81.1%.

Page 29: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

21

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Karakteristik kepala keluarga dengan kisaran usia 26-35 tahun, dengan tingkat

pendidikan SMA bekerja disektor karyawan swasta yang berpendapatan >UMR. Jumlah anggota

keluarga <5 orang dengan akses rumah ke pasar sebagian besar <2 km dengan kendaraan yang

digunakan motor dengan waktu tempuh rata-rata adalah <11,8 menit. Ada perbedaan signifikan

sebelum dan saat covid-19 pada pola konsumsi yang dilihat dari frekwensi makan, konsumsi

makanan pokok, protein (hewani dan nabati) serta buah dan sayur. Sedangkan untuk ketahanan

pangan keluarga terdapat perbedaan rata2 skor ketahanan pangan keluarga sebelum dan saat

covid-19 yang awalnya tahan pangan menjadi tidak tahan pangan tingkat berat. Penelitian lebih

lanjut diperlukan untuk melihat status gizi balita yang ada dalam keluarga saat kondisi covid-19.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan ketahanan pangan pada tingkat

keluarga dari masyarakat golongan menengah keatas dan golongan menengah ke bawah.

Page 30: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

22

BAB 6. LUARAN YANG DICAPAI

Jurnal

IDENTITAS JURNAL 1. Nama Jurnal Malaysian Journal of Public Health Medice

2. Website Jurnal http://mjphm.org/index.php/mjphm

3. Status Makalah Review

4. Jenis Jurnal Scopus_4

5. Tanggal submit 26 September 2020

6. Bukti Schreen Soot

Page 31: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

23

IDENTITAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Nama Karya Karya Ilmiah

Jenis HAKI Hak Cipta

Status HAKI Garanted

Page 32: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

24

BAB 7. RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Hasil Penelitian Bahwa dalam kondisi pandemic covid 19 ini kondisi

ketahanan pangan keluarga terdampak penutupan

akses atau dikenal PSBB menyebabkan daya beli

masyarakat terhadap pangan semakin menurun

sehingga akan berdampak pada ketersediaan pangan

di tingkat rumah tangga sehingga dapat berakibat

pada pengurangan jumlah atau frekwensi makan

dalam keluarga yang akhirnya berakibat pada

semakin rendahnya status gizi keluarga terutama

pada anak balita

Rencana tindak lanjut & proyeksinya Rencana tindak lanjut dari hasil penelitian ini adalah

untuk membuat kebijakan kepada pemerintah

setempat terutama yang terdampak covid-19 untuk

diberikan bantuan pangan yang cukup, dilakukan

pemeriksaan dalam keluarga yakni balita untuk tetap

terjaga dengan baik status gizinya. Perlu dilakukan

bantuan penambahan modal usaha bagi keluarga

yang terkena PHK akibat covid-19 ini agar tetap

dapat memberikan sumber bahan makanan yang

baik dan bergizi.

Page 33: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Almara Dwi Putra S (2020). Covid-19 dan Solusi Atasi Dampak Krisis Ekonomi.

Tagar.id Untuk Indonesia

2. [Balitbangkes RI] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia.

2008. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

3. [Balitbangkes RI]. 2013. Riset Kesehatan Dasar- Riskesdas 2013. Jakarta (ID): Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

4. [Balitbangkes RI]. 2014. Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu

Indonesia 2014. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

5. Barrett CB. 2010. Measuring Food Insecurity. Science. 327(5967):825-828.

6. [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Laporan Pencapaian

Tujuan Milenium di Indonesia 2014. Jakarta (ID): Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

7. Carletto C, Zezza A, Banerjee R. 2012. Towards better measurement of household food

security: Harmonizing indicators and the role of household surveys. Global Food

Security. 2(1):30-40.

8. [DKP] Dewan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, dan World Food Programme

(WFP). 2015. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015. Jakarta (ID):

Dewan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, dan World Food Programme (WFP).

9. Dradjad Wibowo dan Didik J Rachbini (2020). Guncangan (Shock) Yang Terjadi Akibat

COVID-19 Tidak Hanya Dari Sisi Konsumsi (Demand) Tetapi Juga Produksi (Supply).

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)

10. Franklin B, Jones A, Love D, Puckett S, Macklin J, White-Means S. 2011. Exploring

Mediators of Food Insecurity and Obesity: A Review of Recent Literature. J Community

Health. 37(1):253-264.

11. FAO. 2006. Food Security. [Policy Brief] Rome (IT): Food and Agriculture Organization

(FAO).

12. Ghazali MV, Sastromiharjo S, Soedjarwo SR, Soelaryo T, Pramulyo HS. 2011. Dasar-

Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ke-4. Sastroasmoro S, Ismael S, editor.

Jakarta (ID): Sagung Seto.

Page 34: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

26

13. Gowda C, Hadley C, Aiello AE. 2012. The Association Between Food Insecurity and

Inflammation in the US Adult Population. Am J Public Health. 102(8):1579-1586.

14. Hackett M, Melgar-Quiñonez H, Álvarez MC. 2009. Household food insecurity

associated with stunting and underweight among preschool children in Antioquia,

Colombia. Rev Panam Salud Públ. 25:506-510.

15. Ivers L C and Cullen K A. 2011. Food insecurity: special considerations for women. Am

J Clin Nutr. 94(6):1740S-1744S.

16. Jones AD, Ngure FM, Pelto G, Young SL. 2013. What Are We Assessing When We

Measure Food Security? A Compendium and Review of Current Metrics. Adv. Nutr.

4(5):481-505

17. Lantarsih R, dkk (2011). National Food Security System: Contribution of Energy

Availability and Consumption, and Optimizing Rice Distribution. Analisis Kebijakan

Pertanian. Volume 9 No. 1, Maret 2011 : 33-51

18. Motbainor A, Worku A, Kumie A. 2015. Stunting is associated with food diversity while

wasting with food insecurity among underfive children in East and West Gojjam Zones

of Amhara Region, Ethiopia. PLoS One. 10(8):1-14

19. Nurlatifah. 2011. Determinan Ketahanan Pangan Regional dan Rumah Tangga di

Provinsi Jawa Timur. [Tesis] Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

20. Olaniyi OA. 2014. Assessment of households food access and food insecurity in urban

Nigeria: A case study of Lagos Metropolis. Global Journal of Human-Social Science

Research. 14(1):21-30.

21. Pan L, Sherry B, Njai R, Blanck HM. 2012. Food Insecurity Is Associated with Obesity

among US Adults in 12 States. J Acad Nutr Diet. 112(9):1403-1409. doi:

10.1016/j.jand.2012.06.011.

22. Phillips RW. 1981. FAO: Its Orginis, Formation and evolution. Rome (IT): Food and

Agricultural of United Nations.

23. Pinstrup-Andersen P. 2009. Food Security: Definition and Measurement. Food Sec.

1(1):5-7.

24. Purwaningsih Y. 2008. Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan,dan

Pemberdayaan Masyarakat. JEP. 9(1):1-27.

25. Rose-Jacobs R, Black MM, Casey PH, Cook JT, Cutts DB, Chilton M, Frank DA. 2008.

Household food insecurity: associations with at-risk infant and toddler development.

Pediatrics. 121(1):65-72.

Page 35: LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS STUDI KETAHANAN

27

26. Rosyadi I, Purnomo D. 2012. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di Desa

Tertinggal. JEP. 13(2):303-315.

27. Seligman HK, Laraia BA, Kushel MB. 2010. Food Insecurity Is Associated with Chronic

Disease among Low-Income NHANES Participants. J Nutr. 140(2):304-310.

28. Sen A. 1981. Poverty and Famines: An Essay on Entitlement and Deprivation. New York

(US): Oxford University Press.

29. Slopen N, Fitzmaurice G, Williams DR, Gilman SE. 2010. Poverty, Food Insecurity, and

the Behavior for Childhood Internalizing and Externalizing Disorders. J Am Acad Child

Psy. 49(5):444-452. doi: 10.1016/j.jaac.2010.01.018.

30. Suryana A. 2014. Menuju ketahanan pangan Indonesia berkelanjutan 2025: Tantangan

dan penanganannya. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 32(2): 123-135.

31. Vogenthaler NS, Kushel MB, Hadley C, Frongillo EA, Riley ED, Bangsberg DR, Weiser

SD. 2013. Food Insecurity and Risky Sexual Behaviors Among Homeless and Marginally

Housed HIV-Infected Individuals in San Francisco. AIDS Behav. 17(5):1688-1693.

doi:10.1007/s10461-012-0355-

32. Willows ND, Veugelers P , Raine K, Kuhle S. 2008. Prevalence and sociodemographic

risk factors related to household food security in Aboriginal peoples in Canada. Public

Health Nutr. 12(8):1150:1156. doi:10.1017/S1368980008004345.

33. Wiranthi PE. 2014. Determinants of Household Food Security: A Comparative Analysis

of Eastern and Non-Eastern Indonesia. [Thesis] Bogor (ID): Graduate School, Bogor

Agricultural University.

34. Budiwinarto, K. (2011). Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada

pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten

Banyumas. Smooting, 6(1), 27–39. doi:http://dx.doi.org/10.2311/.v6i1.877.

35. Wahyuni, D., Purnastuti, L., & Mustofa. (2016). Analisis elastisitas tiga bahan pangan

sumber protein hewani di Indonesia. Jurnal Economia, 12(1), 43–53.

doi:http://dx.doi.org/10.21831/economia.v12i1.9544