laporan penelitian karakteristik penderita...

33
Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ADENOTONSILITIS KRONIS YANG TELAH MENJALANI TONSILOADENOIDEKTOMI DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2014- DESEMBER 2015 Oleh: Ni Ketut Kesuma Dewi, Komang Andi Dwi Saputra, I Dewa Gede Arta Eka Putra, Wayan Suardana Bagian/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP sanglah Denpasar ABSTRAK Latar belakang dan tujuan: Tonsil dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada daerah faring atau tenggorok. Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan dan mulai berfungsi sebagi bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas dari ibu mulai menghilang dari tubuh anak. Tonsil dan adenoid merupakan organ imunitas utama pada anak, karena jaringan limfoid lain yang ada diseluruh tubuh belum bekerja secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data awal tentang karakteristik penderita adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiliadenoidektomi di RSUP Sanglah Denpasar dan sebagai acuan untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya. Subjek dan metodologi: Penelitian ini dilaksanakan dengan desain penelitian deskriptif retrospektif, dimana sampelnya adalah semua penderita adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2014- Desember 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari catatan rekam medis pasien kemudian dianalisa kemudian data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

Upload: others

Post on 30-Apr-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

Laporan penelitian

KARAKTERISTIK PENDERITA ADENOTONSILITIS KRONIS

YANG TELAH MENJALANI TONSILOADENOIDEKTOMI DI

RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2014-

DESEMBER 2015Oleh:

Ni Ketut Kesuma Dewi, Komang Andi Dwi Saputra, I Dewa Gede Arta Eka Putra, Wayan Suardana

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP sanglah Denpasar

ABSTRAK

Latar belakang dan tujuan: Tonsil dan adenoid merupakan jaringan

limfoid yang terdapat pada daerah faring atau tenggorok. Keduanya

sudah ada sejak anak dilahirkan dan mulai berfungsi sebagi bagian dari

sistem imunitas tubuh setelah imunitas dari ibu mulai menghilang dari

tubuh anak. Tonsil dan adenoid merupakan organ imunitas utama pada

anak, karena jaringan limfoid lain yang ada diseluruh tubuh belum

bekerja secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data

awal tentang karakteristik penderita adenotonsilitis kronis yang telah

menjalani tonsiliadenoidektomi di RSUP Sanglah Denpasar dan sebagai

acuan untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya.

Subjek dan metodologi: Penelitian ini dilaksanakan dengan desain

penelitian deskriptif retrospektif, dimana sampelnya adalah semua

p e n d e r i t a a d e n o t o n s i l i t i s k r o n i s y a n g t e l a h m e n j a l a n i

tonsiloadenoidektomi di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2014-

Desember 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data

dari catatan rekam medis pasien kemudian dianalisa kemudian data

disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

Page 2: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

Hasil dan kesimpulan:Hasil penelitian menunjukkan bahwa

karakteristik pasien adenotonsilitis kronis yang telah menjalani

tonsiloadenoidektomi di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2014-

Desember 2015 Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan

bahwa dari hasil penelitian didapatkan bahwa umur terbanyak pada

pasien adenotonsilitis kronis yang dilakukan tonsiloadenoidektomi yaitu

rentang umur 8-11 tahun sebanyak 7 orang (45,67%).

1

Berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki yaitu 9 orang

(60%). Keluhan utama yang paling sering ditemukan yaitu nyeri

tenggorok sebanyak 10 orang (66,66%). Berdasakan dari ukuran tonsil

yang terbanyak yaitu dengan ukuran tonsil T3 sebanyak 10 orang

(66,67%).Berdasarkan dari ukuran rasio adenoid nasofaring pada pasien

adenotonsillitis kronis yang menjalani tonsiloadenoidektomi yaitu

sedang/non obtruktif (0,52-0,72) sebanyak 10 orang (66,67%).

Berdasarkan indikasi tonsiloadenoidektomi didapatkan indikasi obstruksi

yaitu adanya OSA 1 orang (6,7%). Indikasi Infeksi didapatkan adanya

adenotonsilitis kronis yaitu 13 orang (86,66%). Untuk indikasi neoplasia

dalam penelitian ini tidak didapatkan adanya data bahwa pasien yang

telah menjalani tonsiloadenoidektomi telah dilakukan pemeriksaan PA.

Kata kunci : Adenotonsilitis kronis, Tonsiloadenoidektomi.

Page 3: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tonsil dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada daerah

faring atau tenggorok. Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan dan

mulai berfungsi sebagi bagian dari sistem imunitas tubuh setelah

imunitas dari ibu mulai menghilang dari tubuh anak. Tonsil dan adenoid

merupakan organ imunitas utama pada anak, karena jaringan limfoid lain

yang ada diseluruh tubuh belum bekerja secara optimal.1

Setelah melewati usia 1 tahun, anak sudah dapat berjalan dan

sudah mempunyai lingkungan bermain yang luas sehingga lebih banyak

kontak dengan orang sekitar. Resiko untuk tertular infeksi akan menjadi

besar, karena tonsil dan adenoid merupakan organ imunitas utama yang

Page 4: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

bekerja melawan infeksi pada usia ini, maka keduanya akan tumbuh dan

berkembang , baik fungsi dan ukurannya. Tonsil dan adenoid mengalami

pertumbuhan fungsi dan ukuran yang paling cepat pada usia 3 sampai 7

tahun, dan setelah itu fungsinya akan berkurang serta ukurannya

mengecil dan hampir hilang setelah usia 15 sampai 18 tahun. Pada saat

anak berusia 5 tahun sistem imun lain diseluruh tubuh juga sudah bekerja

dengan optimal sehingga dapat mengambil alih fungsi tonsil dan adenoid

yang mulai menurun. 1,2

Sampai saat ini penderita adenotosilitis kronis masih banyak

memberikan dampak berupa infeksi yang berulang sebesar 60%. Selain

itu pada adenotonsilitis kronis terjadi gejala obstruksi jalan napas atas

yang sering terjadi pada malam hari. Adenotonsilitis kronis yang disertai

obstruksi pada malam hari disebut sebagai obstructive sleep apnea

syndrome (OSAS). Adenoid dan tonsil yang beradang kronis disertai

obstruksi dinamakan adenotonsilitis kronis obstruktif (ATKO). Proses

keradangan oleh infeksi dapat menimbulkan pembesaran tonsil,

sedangkan pembesaran tonsil dan adenoid dapat mengakibatkan obstruksi

jalan napas atas. Obstruksi jalan napas terutama yang terjadi waktu tidur

dapat menyebabkan hipoksia.1,2

3

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai karakteristik penderita adenotonsilitis

kronis yang telah menjalani tonsilektomi di RSUP Sanglah Denpasar

tahun 2014-2015

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimana karakteristik penderita adenotonsilitis kronis yang telah

Page 5: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

menjalani tonsiloadenoidektomi di RSUP Sanglah Denpasar periode 2014-2015?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui karakteristik penderita adenotonsilitis kronis yang telah

menjalani tonsiloadenoidektomi di RSUP Sanglah Denpasar periode 2014-2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik penderita adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi berdasarkan usia, jenis kelamin.

b. Mengetahui karakteristik penderita adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi berdasarkan keluhan utama.

c. Mengetahui karakteristik penderita adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi berdasarkan ukuran tonsil dan adenoid.

d. Mengetahui karakteristik penderita adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi berdasarkan indikasinya. 1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai karakteristik penderita

adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi di

RSUP Sanglah Denpasar periode 2014-2015.

2. Memberikan informasi tambahan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai penderita adenotonsilitis kronis

4

Page 6: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Adenoid dan Tonsil Palatina

Adenoid atau tonsil faringealis adalah salah satu dari organ limfoepitelial

dalam lingkaran cincin waldayer, terletak di dinding belakang nasofaring.

Terdiri dari jaringan limfoid yang lobulated yang tersusun teratur seperti

buah jeruk dan tiap segmennya dipisahkan oleh sekat-sekat yang

mengelilingi suatu kantong yang disebut bursa faringelis. Permukaan

adenoid dilapisi oleh epitel silindris berlapis semu bersilia dan

dibawahnya tidak terdapat jaringan submukosa. Terdapat cekungan yang

membentuk saluran pendek yang disebut lakuna.1,3

Tonsila palatina adalah salah satu organ limfoepitelialdalam

lingkaran Waldayer yang teletak dalam fossa tonsilaris dan terdiri dari 2

buah tonsil kanan dan kiri. Bentuknya seperti buah almond. Permukaan

bebas dari tonsil dilapisi epitel skuamus belapis dan terdapat 8-21 kripta

yaitu cekungan pada permukaan seperti adenoid, hanya saja lebih dalam

dan berkelok. Jaringan tonsil terdiri dari folikel limfoid yang dipisahkan

oleh septa-septa yang merupakan kelanjutan dari kapsul tonsil yang

terdapat dibagian lateral dari tonsil.1,3

Baik adenoid maupun tonsil sebagai organ limfoid tidak

mempunyai saluran aferen, lakuna dan kripta menggantikan fungsi sistem

aferen ini. Didalam cincin Waldayer, termasuk organ limfoepitelial yang

lain adalah adenoid atau tonsila faringealis, tonsila tubalis yang terletak

disekitar ostium tuba Eusthacius, tonsila palatina, tonsila lingualis dan

lateral band.

Adenoid dan tonsil terletak pada pintu masuk dan sistem respirasi

dan pencernaan sehingga akan mengadakan kontak pertama dengn

Page 7: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

mikroorganisme dan bahan-bahan antigen yang terdapat dalam makanan

maupun udara. Sebagian besar mukosa traktus aerodigestivus diliputi

oleh epitel dan lapisan mukus yang memiliki pertahan mekanis yang

buruk. Mekanisme pertahanan yang buruk ini akhirnya akan tergantung

pada sistem imun dari organ limfoepitelial di orofaring.

5

Gambar 1. Anatomi Adenoid dan Tonsil

Seperti telah diketahui sistem limfoepitelial disini berbeda dengan

sistem yang tedapat dalam kelenjar limfe. Adenoid dan tonsil tidak

mempunyai saluran aferen sedangkan kelenjar limfe sebaliknya. Antigen

akan ditangkap limfosit akan menghasilkan Ig M. Translokasi genetika

akan mengubah Ig M menjadi molekul yang lebih kecil yaitu Ig M dan

IG A untuk di transportasikan. Selain menghasilkan antibodi, tonsil juga

menghasilkan sel B yang dapat bermigrasi disekitar faring dan jaringan

limfoid para glanduler untuk mrnghasilkan antibodi.32.2. Epidemiologi

Prevalensi hipertrofi adenoid dapat diperkirakan jumlahnya dari tindakan

adenoidektomi yang dilakukan. Di Indonesia belum ada data nasional

Page 8: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

mengenai jumlah operasi adenoidektomi atau tonsiloadenoidektomi,

tetapi didapatkan data dari Rumah Sakit Umum dr Sardjito dan Rumah

Sakit Fatmawati Jakarta. Dari data Rumah Sakit Umum dr Sardjito

diperoleh bahwa jumlah kasus selama 5 tahun (1999-2003) menunjukkan

kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi. Puncak

kenaikan yaitu 275 kasus pada tahun 2000 dan terus menurun sampai 152

kasus pada tahun 2003. Demikian pula dari data Rumah Sakit Fatmawati

dalam 3 tahun (2002-2004) dilaporkan bahwa terjadi kecenderungan

penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi setiap tahunnya.42.3. Patofisiologi

Infeksi pada tonsil terjadi jika antigen baik inhalan ataupun ingestan

dengan mudah masuk masuk ke dalam tonsil dan terjadi perlawanan

tubuh kemudian terbentuk focus infeksi. Pada awalnya infeksi bersifat

akut yang umumnya disebabkan oleh virus yang tumbuh di membrane

mukosa kemudian

6

diikuti oleh infeksi bakteri. Jika daya tahan tubuh penderita menurun,

maka peradangan tersebut akan bertambah berat. Setelah terjadi

peradangan akut ini, tonsil dapat benar-benar sembuh atau bahkan tidak

dapat kembali seperti semula. Penyembuhan yang tidak sempurna ini

akan mengakibatkan perdangan berulang pada tonsil. Bila hal ini terjadi

maka bakteri pathogen akan bersarang di dalam tonsil dan terjadi

peradangan yang bersifat kronis.1,2

Akibat peradangan kronis tersebut, maka ukuran tonsil akan

membesar akibat hyperplasia parenkim atau degenerasi fibrinoid dengan

obstruksi kripta tonsil. Infeksi yang berulang dan sumbatan pada kripta

tonsil akan menyebabkan peningkatan stasis debris maupun antigen di

Page 9: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

dalam kripta, sehingga memudahkan bakteri masuk dalam parenkim

tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat

ganda.1,2

Pada balita jaringan limfoid dalam cincin Waldayer sangat kecil.

Pada anak berumur 4 tahun bertambah besar karena aktivitas imun,

karena tonsil dan adenoid merupakan organ limfoid pertama didalam

tubuh yang memfagosit kuman-kuman patogen. Jaringan tonsil dan

adenoid mempunyai peranan yang penting sebagai organ yang khusus

dalam respon imun humoral maupun selular, seperti pada bagian

epithelium kripte, folikel limfoid dan bagian ekstrafolikuler. Oleh karena

itu hipertropi dari jaringan merupakan respon terhadap kolonisasi dari

flora normal itu sendiri dan mikroorganisme patogen. Adenoid dapat

membesar seukuran bola pingpong, yang mengakibatkan tersumbatnya

jalan udara yang melalui hidung sehingga dibutuhkan adanya usaha yang

keras untuk bernapas, sebagai akibatnya terjadi ventilasi melalui mulut

yang terbuka. Adenoid juga dapat menyebabkan obstruksi pada jalan

udara pada nasal sehingga mempengaruhi suara. Pembesaran adenoid

dapat menyebabkan obstruksi pada tuba Eustachius yang akhirnya

menjadi tuli konduksi karena adanya cairan dalam telinga tengah akibat

tuba Eustachius yang tidak bekerja efisien karena adanya sumbatan.1-3

Penyebab utama hipertropi jaringan adalah infeksi saluran napas

atas yang berulang. Infeksi dari bakteri-bakteri yang memproduksi beta-

lactamase, seperti Sreptococcus Beta Haemolytic Group A,

Staphylococcus aerius, Moraxella

7

catarrhalis, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenzae,

apalagi mengenai jaringan adenoid akan menyebabkan inflamasi dan

hipertopi. Jaringan adenoid yang seharusnya mengecil secara fisiologis

Page 10: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

sejalan dengan pertambahan usia, menjadi membesar dan pada akhirnya

menutupi saluran pernafasan atas. Hambatan pada saluran pernapasan

atas akan mengakibatkan pernapasan melalui mulut dan pola

perkembangan sindrom wajah adenoid. Sindrom wajah adenoid

diakibatkan oleh penyumbatan saluran napas atas kronis oleh karena

hipertropi jaringan adenoid. Penyumbatan saluran napas atas yang kronis

menyebabkan kuantitas pernapasan atas menjadi menurun, sebagai

penyesuaian fisiologis penderita akan bernapas melalui mulut.

Pernapasan melalui mulut menyebabkan perubahan struktur dentofasial

yang dapat mengakibatkan maloklusi yaitu posisi rahang bawah yang

turun dan elongasi, posisi tulang hyoid yang turun sehingga lidah akan

cenderung ke bawah dan kedepan, serta meningginya dimensi vertikal.

1,2,32.4. Gejala klinis Adenoiditis dan Tonsilitis

Jaringan adenoid dapat terinfeksi saat terjadi infeksi saluran nafas atas.

Infeksi pada adenoid menyebabkan panas, hidung tersumbat, rhinorea,

posterior nasal drip, dan batuk. Pembesaran adenoid dapat menyumbat

parsial atau total respirasi sehingga terjadi ngorok, percakapan hiponasal

dan membuat anak akan terus bernapas melalui mulut. Sleep apnea pada

anak berupa adanya episode apnea saat tidur dan hipersomnolen pada

siang hari. Episode apnea dapat terjadi akibat adanya obsruksi sentral

ataupun campuran. Secara umum telah diketahui bahwa anak dengan

pembesaran adenoid mempunyai tampak wajah yang karakteristik.

Meliputi mulut yang terbuka, gigi atas yang prominen dan bibir atas yang

pendek. Hidung yang kecil, maksila tidak berkembang, sudut alveolar

atas lebih sempit fan arkus palatum yang lebih tinggi.Hubungan

pembesaran adenoid yang rekuren dengan terjadinya dengan otitis media

efusi dimana merupakan keadaan dimana terdapat efusi cairan ditelinga

tengah dengan membran timpani yang utuh tanpa tanda-tanda radang. 5

Gejala klinis tonsilitis akut nyeri tenggorok, panas badan, nyeri

Page 11: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

menelan dan malaise. Satu periode tonsilitis akut dapat berkembang menjadi infeksi yang

8

rekuren dimana terdapat periode asimptomatis dari penderita tonsilitis.

Setiapepisode infeksi rekuren terdapat gejala-gejala tonsilitis akut serta

adanya pelebaran kripta pada tonsil, detritus, eritema tonsil yang

persisten dan dilatasi pembuluh darah pada permukaan tonsil. Tonsilitis

kronis merupakan infeksi tonsil yang persisten yang sering terjadi pada

anak usia besar dan orang dewasa. Penderita tonsilitis kronis biasanya

dengan keluhan nyeri tenggorok yang konstan, halitosis dan fatigue.1,52.5. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis adenotonsilitis kronis diperlukan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan penunjang.Gejala dan tanda yang dapat terjadi

gambaran adenotonsilitis kronis dintaranya adalah anak sering panas,

terutama panas yang disertai pilek dan batuk, sering sakit kepala, lesu,

mudah mengantuk, tenggorok terasa mengganjal, tenggorok sering

merasa berdahak, terasa kering, suara sengau, ngorok, gangguan napas

terutama waktu tidur terlentang, nafas bau, pendengaran tidak enak, nafsu

makan berkurang, prestasi belajar berkurang facies adenoid yaitu

sumbatan yang berlangsung bertahun-tahun.Pada pemeriksaan fisik akan

didapatkan demam, dan pembesaran ukuran tonsil dan adenoid. Ukuran

pembesaran tonsil pada tiap penderita dapat berbeda kadang tonsil dapat

bertemu di tengah sehingga menimbulkan keluhan gangguan menelan

dan kesulitan bernapas. Menurut Brodsky 2006 bahwa standar untuk

pemeriksaan tonsil berdasarkan pemeriksaan fisik diagnostik

diklasifikasikan berdasarkan ratio tonsil terhadap orofaring (dari medial

ke lateral) yang diukur antara pilar anterior kanan dan kiri. T0: Tonsil

Page 12: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

terletak pada fosa tonsil, T1: <25%, T2: >25%<50%, T3:>50%<75%, T4:

>75%.10,13.Akan tampak tonsil mengalami peradangan berupa warna

kemerahan dan kripta melebar. Selain itu akan dapat ditemukan bercak/

butir berwarna putih kekuningan di dalam kripta tonsil yang dikenal

dengan detritus yaitu kumpulan bakteri yang sudah mati dan leukosit.

Pembesaran kelenjar getah bening (jugulodigastric nodes) di daerah

servikal, bau napas yang tidak sedap (halitosis), tidak nafsu makan. Jika

keluhan dan ditemukan gejala klinis di atas maka diagnosis tonsillitis

kronis dapat ditegakkan. Sementara itu pada adenoid pemeriksaan dapat

dilakukan dengan rinoskopi anterior dan

9

posterior. Rinoskopi anterior pada adenoid atau fenomena palatum mole

yaitu untuk melihat tertahannya gerakan velum palatu mole pada saat

fonasi, didapatkan fenomena palatum mole menurun atau negatif.

Rinoskopi anterior juga menilai mukosa kavum nasi, adanya sekret dan

septum nasi. Palpasi dan x foto adenoid utamanya pada kecurigaan

adanya pembesaran. Pada anak rinoskopi posterior sulit dilakukan

demikian juga palpasi. X foto adenoid merupakan satu-satunya cara

untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran adenoid pada anak. Yang

perlu diperhatikan pada kecurigaan adenotonsilitis kronis atau adenoiditis

kronis perlu disingkirkan kemungkinan adanya penyakit atau kelainan

dihidung atau sinus paranasal mengingat pada adenotonsilitis kronis

memberikan discharge terus menerus atau berulang. 6-8

Pada pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan

pemeriksaan mikrobiologi yaitu melalui swab permukaan tonsil maupun

jaringan inti tonsil.Pemeriksaan sedian swab dengan pewarnaan Ziehl-

Nelson atau dengan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Gold standard

pemeriksaan tonsil adalah kultur dari dalam tonsil. Pemeriksaan kultur

Page 13: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

dari inti tonsil dapat memberikan gambaran penyebab tonsillitis yang

lebih akurat karena bakteri yang menginfeksi tonsil adalah bakteri yang

masuk ke dalan parenkim tonsil, sedangkan pada permukaan tonsil

mengalami kontaminasi dengan flora normal di saluran napas atas

sehingga bisa jadi bukan bakteri yang menginfeksi tonsil. Pemeriksaan

radiologi dengan membuat foto polos lateral kepala agar dapat melihat

pembesaran adenoid. Rasio adenoid nasofaring diperoleh dengan

membagi ukuran adenoid dengan ukuran ruang nasofaring, yaitu rasio

AN=A/N. Ratio adenoid/ nasofaring 0-0,52 yaitu tidak ada pembesaran.

Rasio adenoid/nasofaring 0,52-0,72 yaitu pembesaran sedang non

obstruksi. Rasio adenoid / nasofaring >0,72 yaitu terdapat pembesaran

dengan obstruksi.1,3,92.6. Penatalaksanaan 2.6.1. Medikamentosa

Penatalaksanaan adetonsilitis kronis meliputi terapi medikamentosa.

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi hygiene mulut yang buruk dengan cara

berkumur ataupun pemberian antibiotik. Antibiotik jenis penisilin masih

10

merupakan pilihan pada sebagian besar kasus. Pada kasus yang berulang akan meningkatkan terjadinya perubahan bakteriologi sehingga perlu diberikan antibiotik alternative selain jenis penisilin. Untuk bakteri penghasil β laktamase perlu antibiotik yang stabil terhadap enzim ini

seperti amoksisilin clavulanat.2,42.6.2. Pembedahan

Terapi pembedahan pada adenotonsillitis kronis dilakukan bila terapi

Page 14: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

konservatif gagal. Tindakan pembedahan ini dikenal dengan tonsiloadenoidektomi.

Indikasi tonsiloadenoidektomi menurut Brodsky dan Poje yaitu

karena adanya obstruksi, infeksi dan neoplasia. Tonsiloadenoidektomi

dengan indikasi obstruksi seperti OSA, gangguan pertumbuhan dan

gangguan menelan. Indikasi infeksi antara lain seperti adenotonsilitis

kronis, adanya otitis media efusi, otitis media supuratif kronik, sinusitis

k ronik , penyaki t ka tup jan tung dan ha l i tos i s . Ind ikas i

tonsiloadenoidektomi pada neoplasia yaitu kecurigaan tumor baik jinak

maupun ganas.2,42.7. Komplikasi

Peradangan kronis pada tonsil dan adenoid ini dapat menimbulkan

beberapa komplikasi antara lain:9,10

a. Abses peritonsilar. Abses ini terjadi karena adanya perluasan infeksi ke

kapsul tonsil hingga mengenai jaringan sekitarnya. Pasien akan

mengeluhkan demam, nyeri tenggorok, sulit menelan, pemebesaran tonsil

unilateral, kesulitan membuka mulut (trismus) dan membutuhkan

penanganan berupa insisi dan drainase abses, pemberian antibiotic dan

tonsilektomi.15 Komplikasi ini paling sering terjadi pada kasus tonsillitis

berulang.

b. Abses parafaring. Terjadi karena proses supurasi kelenjar getah bening leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid.

c. Obstruksi jalan napas atas (Obstructive sleep apnea) biasanya

terjadi pada anak-anak, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi

pada orang dewasa. Hal ini dapat terjadi jika terdapat pembesaran pada

tonsil dan adenoid terutama pad anak-anak, sehingga tonsilektomi dan

atau adenoidektomi harus segera dilakukan.15

11

Page 15: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

d. Tonsilolith merupakan perwujudan dari debris epithelial dan dapat ditemukan

pada tonsillitis kronis bila kripta diblokade oleh sisa-sisa dari debris.

Page 16: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

12

BAB IIIKERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep

UmurAdenotonsili

8sPemeriksaan

Fisik:

Jeniskelamin UkurantonsildanKronisadenoid

Faktorresiko Keluhan Indikasi

Utama

Adenotonsilektomi

- Obstruksi- Infeksi- Neoplasia

Panas,batuk,Nyeritenggorok,hidung Tidur

pilek,infeksi

tersumbatmendengkur,halitos

istelinga

3.2 Kerangka kerja

Karakteris8kpasiendenganadenotonsili8skronisyang

menjalanitonsiloadenodektomi

Page 17: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

RekamMedis 1. Umur2. Jeniskelamin3. Keluhanutama4. UkuranTonsildan

adenoid5. Indikasi

tonsiloadenoidektomi

13

BAB IVMETODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif

retrospektif

dengan mengambil data sekunder dari catatan medis penderita dengan

adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi di

RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2014-2015.4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian THT-KL RSU Sanglah Denpasar dengan

rentang waktu penelitian adalah bulan januari 2014 sampai dengan bulan

desember 2015.

4.3. Subyek dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi dan sampel penelitian

Populasi penelitian adalah semua yang pasien yang berobat ke Poliklinik

THT-KLyang menjalani tindakan tonsiloadenoidektomi di RSUP Sanglah

Denpasar dari tahun 2014 sampai tahun 2015 yang memenuhi kriteria

Page 18: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

inklusi. Sampel merupakan total populasi.4.3.2 Teknik pemilihan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling yaitu

setiap penderita yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dimasukkan dalam

sampel penelitian

4.3.3 Kriteria sampel 4.3.3.1. Kriteria inklusi :

Penderita yang didiagnosis dengan adenotonsilitis kronis berdasarkan hasil

pemeriksaan klinis dan telah dilakukan tindakan tonsiloadenoidektomi di RSUP

Sanglah Denpasar mulai periode Januari 2014 sampai Desember 2015.

4.3.3.2. Kriteria eksklusi :Penderita dengan catatan medis tidak lengkap yang meliputi informasi

tentang semua variable yang diteliti.

14

4.4. Definisi Operasional

a. Adenotonsilitis merupakan suatu peradangan pada tonsil palatina

dan tonsil pharingeal yang merupakan bagian dari cincin waldeyer dan

dapat bersifat akut maupun kronis. b. Umur adalah lama hidup yang dihitung dari tahun kelahiran.

c. Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat dan fungsi biologi

laki-laki dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka

dalam menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan.

Page 19: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

d. Keluhan utama adalah keluhan yang membawa pasien datang

memperoleh pelayanan medis ke pusat kesehatan. Pada adenotonsillitis

kronis, keluhan utama dapat berupa nyeri tenggorok atau nyeri menelan,

panas,batuk, pilek, hidung tersumbat, tidur mendengkur, infeksi telinga,

halitosis.

e. Ukuran tonsil adalah pembesaran tonsil akibat peradangan kronis

pada tonsil palatina yang didapatkan dari pemeriksaan fisik dan

diklasifikasikan berdasarkan ratio tonsil terhadap orofaring (dari medial

ke lateral) yang diukur antara pilar anterior kanan dan kiri. T0: Tonsil

terletak pada fosa tonsil, T1: <25%, T2: >25%<50%, T3:>50%<75%, T4:

>75%.

f. Rasio adenoid nasofaring diperoleh dengan membagi ukuran

adenoid dengan ukuran ruang nasofaring, yaitu rasio AN=A/N. Ratio

adenoid/ nasofaring 0-0,52 yaitu tidak ada pembesaran. Rasio adenoid/

nasofaring 0,52-0,72 yaitu pembesaran sedang non obstruksi. Rasio

adenoid / nasofaring >0,72 yaitu terdapat pembesaran dengan obstruksi.

g. Indikasi tonsiloadenoidektomi adalah suatu kondisi yang

mengakibatkan pasien harus menjalani tonsiloadenoidektomi. Indikasi

tonsiloadenoidektomi menurut Brodsky dan Poje yaitu karena adanya

obstruksi, infeksi dan neoplasia. Tonsiloadenoidektomi dengan indikasi

obstruksi seperti OSA, gangguan pertumbuhan dan gangguan menelan.

Indikasi infeksi antara lain seperti adenotonsilitis kronis, adanya otitis

media efusi, otitis media supuratif kronik, sinusitis kronik, penyakit katup

15

jantung dan halitosis. Indikasi tonsiloadenoidektomi pada neoplasia yaitu

kecurigaan tumor baik jinak maupun ganas.

Page 20: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

4.5. Cara Pengumpulan Data

Data diambil dari catatan medis penderita yang didiagnosis dengan

adenotonsillitis kronis dan telah dilakukan tindakan tonsiloadenoidektomi

di RSUP Sanglah Denpasar periode tahun 2014 hingga tahun 2015. Hasil

pemeriksaan dicatat dalam lembar pengumpulan data untuk selanjutnya

akan dilakukan analisis data.4.6. Pengolahan Data

Hasil penelitian disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.

Page 21: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

16

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah semua penderita adenotonsilitis kronis

yang telah menjalani operasi tonsiloadenoidektomi di RSUP Sanglah Denpasar pada periode Januari 2014- Desember 2015 yang dipilih dengan metodeConsecutive Sampling. Total sampel pada penelitian ini berjumlah 15 orang

4.1.1 Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan umur dan

jenis kelamin.

Berdasarkan tabel dibawah ini dapat diketahui bahwa penderita

adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi

terbanyak 8-11 tahun yaitu sebanyak 7 orang(46,76%).Tabel 4.1Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan umur.

Umur(Tahun) Jumlah (N) Persentase (%)

0-3 0 04-7 6 408-11 7 46,67

12-15 2 13,33>15 0 0

Total 15 100

Jika dlihat berdasarkan jenis kelamin maka yang terbanyak menjalani tonsiloadenoidektomi adalah laki-laki yaitu sebanyak 9 orang (60%)

Page 22: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

Tabel 4.2Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase(%)

Perempuan 6 40Laki-laki 9 60

Total 15 100

17

4.1.2 Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan keluhan

utama.

Pada tabel dibawah ini dapat diketahui bahwa keluhan utama

pende r i t a adeno tons i l i t i s k ron i s yang t e l ah men ja l an i

tonsiloadenoidektomi adalah nyeri tenggorok sebanyak 10 orang

(66,67%).Tabel 4.3. Karakteristik Penderita Adenotonsilitis Kronis berdasarkan keluhan

utama

Keluhan Utama Jumlah (N) Persentase(%)

Panas 0 0Batuk, pilek 3 20

Infeksi telinga 1 6,67Nyeri tenggorok 10 66,66

Hidung tersumbat 0 0Tidur mendengkur 1 6,67

Halitosis 0 0

Total 15 100

4.1.3 Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan ukuran

Page 23: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

tonsil.

Pada tabel dibawah ini dapat diketahui bahwa penderita

adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi

berdasarkan dari ukuran tonsil terbanyak adalah dengan ukuran tonsil

T3 : yaitu sebanyak 10 orang ( 66,67%)

18

Tabel 4.4. Karakteristik penderita Adenotonsilitis kronis berdasarkan ukuran tonsil.

Ukuran tonsil Jumlah (N)Persentase(%)

T0: Tonsil terletak pada 0 0

fossa tonsilT1: <25% 0 0

T2: >25%-<50% 3 20T3: >50%- <75% 10 66,67

T4: >75% 2 13.33

Total 15 100

4.1.4 Karakteristik penderita

adenotonsilitis

kronis berdasarkan rasio

adenoid nasofaring.

Page 24: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

Pada tabel dibawah ini dapat diketahui bahwa penderita

adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi

berdasarkan ukuran rasio nasofaring yaitu sedang atau non

obstuktif(0,52-0,72) sebanyak 10 orang(66,67%)Tabel 4.5 Karakteristik penderita adenotonsilitis

kronis berdasarkan rasio

adenoid nasofaring

Rasio adenoid Jumlah(N)Persentase(%)

nasofaring

Tidak ada pembesaran(0- 2 13,33

0,52)Sedang/ non

obstruktif 10 66,67(0,52-0,72)

Obstruksi (>0,72) 3 20

Total 15 100

19

4.1.5 Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan indikasi

tonsiloadenoidektomi.

Indikasi Tonsiloadenoidektomi pada penderita adenotonsilitis

kronis yaitu menurut Brodsky dan Poje yaitu karena adanya obstruksi,

infeksi dan neoplasia.Tonsiloadenoidektomi dengan indikasi obstruksi

seperti OSA, gangguan pertumbuhan dan gangguan menelan. Indikasi

Page 25: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

infeksi antara lain seperti adenotonsilitis kronis, adanya otitis media

efusi, otitis media supuratif kronik, sinusitis kronik, penyakit katup

jantung dan halitosis. Indikasi tonsiloadenoidektomi pada neoplasia

yaitu kecurigaan tumor baik jinak maupun ganas. Berikut adalah yang

diperoleh dari 15 sampel penelitian.4.1.5.1 Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan adanya

obstruksi.

Berdasarkan tabel dibawah ini diketahui bahwa penderita

adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi

berdasarkan adanya obstruksi yaitu yang terbanyak yaitu adanya

gangguan menelan sebanyak 10 orang(66,67%)

Tabel 4.6 Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan adanya obstruksi.

Indikasi obstruksi Jumlah (N) Persentase (%)

OSAS 1 6,67Gangguan

pertumbuhan 0 0Gangguan menelan 0 0

Total 1 6,67

20

4.1.4.2 Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan adanya

infeksi.

Page 26: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

Berdasarkan tabel dibawah ini diketahui bahwa penderita

adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi

berdasarkan adanya infeksi yaitu adenotonsilitis kronis sebanyak 13

orang (86,66%)Tabel 4.7 Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan adanya

infeksi.

Infeksi Jumlah (N) Persentase (%)

adenotonsilitis kronis 13 86,66otitis media efusi 0 0

OMSK 1 6,67sinusitis 1 6,67

penyakit katup jantung 0 0

Halitosis 0 0

Total 15 100

4.1.4.2 Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan neoplasia.

Berdasarkan tabel dibawah ini diketahui bahwa penderita adenotonsilitis

kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi berdasarkan suatu neoplasia

yaitu tidak bisa ditemukan adanya suatu neoplasia karena tidak dilakukan

pemeriksaan PA .

21

Page 27: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

Tabel 4.8 Karakteristik penderita adenotonsilitis kronis berdasarkan adanya neoplasia

Neoplasia Jumlah (N) Persentase (%)

Jinak 0 0Ganas 0 0

Total 0 0

Page 28: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

22

BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian yang telah dilakukan, karakteristik penderita

adenotonsilitis kronis yang telah menjalani tonsiloadenoidektomi

berdasarkan umur yang paling banyak yaitu umur antara 8-11 tahun

sebanyak 7 orang (46,67%). Sementara di RSUP Dr Hasan Sadikin

Bandung pada periode tahun 1997-1998 didapatkan 1024 pasien tonsilitis

kronis dari seluruh kunjungan. Terutama pada kelompok usia anak 5-10

tahun.Angka kejadian tonsilitis di RS Dr. Kariadi Semarang sebanding

antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan dalam penelitian ini

didapatkan jumlah penderita adenotonsilitis kronis yaitu 9 laki- laki

( 60%) dan perempuan 7 orang (40%).

Menurut Savitri dan kawan-kawan dalam penelitiannya bahwa

keluhan utama pasien adenotonsilitis kronis yang telah menjalani

tonsiloadenoidektomi adalah nyeri tenggorok berturut-turut. 11 Dalam

penelitan ini didapatkan juga keluhan utama pada pasien adenotonslitis

kronis yang menjalani tonsiloadenoidektomi yaitu nyeri tenggorok

sebanyak 10 orang (66,66%). Alison (2008) dalam penelitiannya

dikatakan bahwa anak sekolah juga mendapatkan karakteristik terbanyak

adalah dengan keluhan utama nyeri tenggorok. Dalam penelitian

Khamnas dan kawan-kawan (2010) yang mengatakan bahwa distribusi

pasien berdasarkan ukuran tonsil yang terbanyak yaitu 23 orang dengan

ukuran tonsil yang besar yaitu T3. 7 Pada penelitian ini didapatkan

bahwa pasien adenotonsilitis kronis yang menjalani tonsiloadenoidektomi

Page 29: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

yaitu dengan ukuran tonsil T3 sebanyak 10 orang (66,67%).

Menurut Muhammad Amar dan kawan-kawan distribusi sampel

dilihat berdasarkan kategori rasio A/N hasil pengukuran pada radiografi

kepala true lateral sebagai penunjang yang sangat bermakna dalam

tindakan adeoidektomi. Pada 12,5% sampel tidak ditemukan pembesaran

adenoid dan 67,5% sampel mengalami pembesaran sedang tanpa

obstruksi. Sebanyak 20% sampel

23

mengalami pembesaran dengan obstruksi. Pada penelitian ini didapatkan 10 pasien dengan AN rasio sedang non obstruktif sebesar 10 orang (66,67%).

OSA merupakan gangguan yang paling sering terjadi dari

kelompok sleep breathing disorder atau gangguan nafas saat tidur yang

dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Menurut Schwengel dan kawan-

kawan menyebutkan angka kejadian OSA pada anak- anak yaitu sekita

1-3%. Riaz dan kawan-kawan menyebutkan sekitar 3% OSA terjadi pada

anak-anak. Dalam penelitian ini dalam anamnesa ditemukan adanya

gejala yang mengarah OSA, yaitu seperti pernafasan mulut, tidur

mendengkur dan sering terbangun saat tidur yaitu 1 pasien. Diagnosis

pasti OSA adalah dengan polimsomnografi atau sleep studi. Namun

diagnose OSA yang disebakan oleh hipertropi adenotonsil pemeriksaan

ini jarang digunakan, kecuali untuk deteksi penderita dengan resiko

komplikasi postoperatip.13

Prinsip tindakan tonsiloadenoidektomi adalah menghilangkan

sumbatan nafas dan mengurangi gangguan fungsi tuba sehingga

mengurangi kemungkinan terjadinya otitis media maupun sinusitis.

Paradise dan kawan-kawan menyatakan adanya perbedaan signifikan dari

Page 30: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

angka serangan otitis media maupun sinusitis pada anak yang menjalani

tonsiloadenoidektomi dibandingkan dengan miringotomi dan

pemasangan grommet.14 Dalam penelitian didapatkan pasien dengan

adenotonsilitis kronis sebagai indikator tindakan tonsiloadenoidektomi

sebagai indikasi adanya suatu infeksi. Berdasarkan Brodsky dan Poje

salah satu indikasi tonsiloadenoidektomi yaitu adanya neoplasia. Dalam

penelitian ini belum bisa ditentukan adanya suatu neoplasia jenis jinak

atau ganas pada jumlah sampel yang didapatkan.

24

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dari

hasil penelitian didapatkan bahwa umur terbanyak pada pasien

adenotonsilitis kronis yang dilakukan tonsiloadenoidektomi yaitu rentang

umur 8-11 tahun sebanyak 7 orang (45,67%). Berdasarkan jenis kelamin

yang terbanyak adalah laki-laki yaitu 9 orang (60%). Keluhan utama

yang paling sering ditemukan yaitu nyeri tenggorok sebanyak 10 orang

(66,66%). Berdasakan dari ukuran tonsil yang terbanyak yaitu dengan

ukuran tonsil T3 sebanyak 10 orang (66,67%).

Page 31: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

Berdasarkan dari ukuran rasio adenoid nasofaring pada pasien

adenotonsillitis kronis yang menjalani tonsiloadenoidektomi yaitu

sedang/non obtruktif (0,52-0,72) sebanyak 10 orang (66,67%).

Berdasarkan indikasi tonsiloadenoidektomi didapatkan indikasi obstruksi

yaitu adanya OSA 1orang (6,7%). Indikasi Infeksi didapatkan adanya

adenotonsilitis kronis yaitu 13 orang (86,66%). Untuk indikasi neoplasia

dalam peneltian ini ditak didapatkan adanya data bahwa telah dilakukan

pemeriksaan PA.6.2 Saran

Penelitian mengenai karakteristik pasien adenotonsilitis kronis

yang menjalaniTonsiloadenoidektomi di RSUP Sanglah dapat dijadikan

sebagai data penunjang dalam hal kelengkapan data di sentra terkait.

Adapun kekurangan dari penelitian adalah jumlah sampel yang diperoleh

masih kurang, sehingga data yang dibutuhkan dalam penelitan ini masih

kurang sehingga apabila jumlah sampel yang lebih banyak dan rentang

waktu yang cukup lama dapat dilakukan sehingga variable dapat dicari

lebih banyak sehingga penelitian ini bisa dilakukan secara optimal.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Brodsky L, Tonsilitis, tonsillectomy and adenoidectomy. In Bailey JB

eds, Head and Neck Surgery, 6th ed vol one, Philadelphia, SB Linnpicort Company 2006, p. 1184-1198.

2. Holzmann D, Kaufmann T, Boesch M. On the decision of outpatient

adenoidectomy and adenotonsillectomy in children. International Journal

of Pediatric Otorhinolaryngolgy.2000;53::9-16

Page 32: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

3. Louis LD, Selcuk Onart. Anatomy and physiology of the Oral Cavity and Pharinx. In: Snow Jr JB, Ballenger JJ, Editors. Ballenger’s

Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 16thed. Ontario: BC Decker Inc, 2006.p.1009-1019.

4. Health Technology Assesment Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Tonsilektomi pada anak dan dewasa. Jakarta. 2004.

5. Lawrence TWC, Jacobs I. Disease of Oral Cavity, Oropharynx and Nasopharinx. In Snow Jr, Ballenger JJ, Editor. Ballenger’s

Otorhinolarynglogy Head and Neck Surgery.16th ed. Ontario: BC Decker Inc 2006.p.1028-1084.

6. American Academy of Otolaryngology-Head And Neck Surgery.

Tonsilitis.ENT Associates of San Diego. (diakses tanggal 15 Mei 2015).

Diunduh dari: http://www.entnet.org

7. Khammas AH, Ehab T. Yaseen dan Jawaad ABT. Incidence of

Hypertrophied Tonsil in Patients with Chronic Tonsillitis Selected for

Tonsillectomy. Iraqi J. Comm.Med., April 2010. (diakses tanggal 15 Mei

2015). Diunduh dari: http://www.iasj.net.pdf

8. N. Novialdi dan M. Rusli Pulungan.Mikrobilogi Tonsilitis Kronis.

2011. (diakses tanggal 14 Mei 2015). Diunduh dari: http://

www.repository.unand.ac.id.

26

9. Amalia N. Penderita Tonsilitis Kronis Di Bagian THT-KL RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2009. (diakses tanggal 14 Me 2015). Diunduh

dari: http://www.repository.usu.ac.id. 10. Tom L.W.C. dan Ian N. Jacobs. Diseases Of The Oral Cavity,

Oropharynx, And Nasopharynx. In: Ballenger’s Manual of

Page 33: Laporan penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/4570/1/bbd44bec8acd8c0251aa0...tonsil. Pada tonsillitis kronis akan dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

Otorhinolaryngology Head And Neck Surgery,2003: p.369-72.

11. Savitri N. Penderita adenotonsilitis Kronis Di Bagian THT-KL RSUP

H. Adam Malik Medan Tahun 2009. (diakses tanggal 14 Me 2015).

Diunduh dari: http://www.repository.usu.ac.id.

12. Schwangel DA, Streni L, Tunkel DE, Heitmiller ES.Perioperative

management of Children with Obstructive Sleep Apnea. International

Research Society.2009;19(2):109:60-75.

13. Riaz A, Malik HS, Fazal N. Anasthetic Risks in Children with

Obstructive Sleep Apnea Syndroma Undergoing Adenotonsilectomy.

Journal of the College of Physician and Surgeons.2009; 19(2):73-76.

14. Bluestone CD. Controversies in Tonsilectomy, Adenoidectomy, and Tympanostomy Tubes. In :Snow Jr JB, Ballenger JJ, Editors.

Ballenger Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 16th ed Ontario: BC Decker Inc, 2006.p. 1200-1208.

27