bab iii metodologi penelitian 3.1 metode dan desain...
TRANSCRIPT
49
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian
Metodologi penelitian yang akan dikemukakan terlebih dahulu oleh penulis
yaitu metode penelitian dan desain penelitian. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
sebagai berikut ini.
3.1.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
ekperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara dua variabel
atau lebih atau untuk mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lainnya
dengan diberikannya perlakuan yang dikenakan pada subjek penelitian.
Menurut Ruseffendi (2010: 35), penelitian eksperimen atau percobaan
(experimental research) adalah penelitian yang benar-benar dilakukan untuk melihat
hubungan sebab-akibat. Perlakuan yang kita terhadap, variabel bebas kita lihat
hasilnya pada variabel terikat. Penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian
eksperimen dimana subjek tidak dikelompokkan secara acak.
Menurut Ruseffendi (2010: 47), siswa tidak dikelompokan secara acak
sehingga harus di upayakan agar kelompok-kelompok tersebut serupa mungkin.
Kedua kelompok masing-masing eksperimen dan kontrol dilakukan pretes dan
setelah selesai pembelajaran dilakukan postest.
Metode eksperimen quasi dipandang relevan digunakan karena (1) terpusat
pada pemecahan masalah yang aktual, (2) data yang dikumpulkan mula-mula
disusun, dijelaskan, dianalisis kemudian disimpulkan, dan (3) adanya kelompok
kontrol dan sampel yang dipilih. Kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment)
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan
kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional.
50
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Fraenkel & Wallen (Syamsuddin A. R., & Vismaia S. Damaianti,
2007: 162), penelitian eksperimen kuasi (eksperimen semu) mempunyai tiga
karakteristik.
1) adanya kelompok kontrol.
2) siswa ditarik secara rambang (acak) dan ditandai untuk masing-masing kelompok.
3) sebuah tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
Selama proses pembelajaran, peneliti bertindak sebagai observer ditambah
dua atau tiga orang guru dan guru bahasa Indonesia bertindak sebagai pengajar, baik
di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
3.1.2 Desain Penelitian
Desain (rancangan) yang dipakai dalam penlitian ini adalah quasi-
experimental designs yang mengambil bentuk penilaian Pretest-Posttest Control
Group Design (Rancangan Tes Awal dan Tes Akhir dengan Kelompok Kontrol), di
mana dalam desain ini terdapat dua kelompok masing-masing kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol (random assignment) yang sulit dilakukan. Alih-alih mengacak
subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol, peneliti menggunakan kelompok
atau kelas sudah terbentuk sebagai kelompok ekperimen dan kelas kontrol (Furqon
dan Emi Emilia, 2010: 19-20).
Jenis rancangan ini digunakan pada eksperimen yaitu kelas-kelas yang sudah
ada sebagai kelompoknya dengan menganggap sama keadaan/kondisinya (Taniredja,
2011:56). Pemilihan kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas control
yang dilakukan secara undi. Digunakan kelas kontrol sebagai pembanding untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two stay-Two Stray
terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP
Kristen YPKPM Ambon
Dengan demikian desain penelitian ini adalah desain pretes-postes kelas
kontrol dan kelas eksperimen dengan bentuk:
51
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
E = Kelompok Eksperimen
K = Kelompok Kontrol
O1 = Pretes sebelum diberi perlakuan pada kelompok eksperimen
O2 = Postes setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen
X1 = Perlakuan menggunakan model kooperatif tipe Two Stay-Two Stray yang
diterapkan pada kelas eksperimen
X2 = Model pembelajaran konvensional yang diterapkan di kelas kontrol
O3 = Pretes pada kelompok kontrol
O4 = Postes pada kelompok kontrol
(Ruseffendi, 2010:50)
Desain kelompok kontrol pretes-postes melibatkan paling tidak dua
kelompok. Pada desain di atas adanya pretes (O1 dan O3), dan adanya postes (O2 dan
O4). Kelompok yang satu tidak memperoleh perlakuan atau memperoleh perlakuan
biasa (X2) sedangkan kelompok yang satu lagi mendapat perlakuan X1 (Ruseffendi,
2010:50).
Pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara pada kelompok kontrol
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, sedangkan pada
kelas ekperimen diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe
Two Stay-Two Stray. Sebelum membahas pokok bahasan, pada masing-masing kelas
eksperimen dan kontrol diberikan pretest untuk memgukur kemampuan membaca dan
kemampuan berbicara pada kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol.
E: O1 X1 O2
----------------------
K: O3 X2 O4
52
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Begitu pula setelah selesai pembelajaran melalui tiga kali perlakuan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol diadakan posttest kemudian dihitung nilai rata-rata
pencapaian.
3.2 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan mengacu pada prosedur eksperimen.
Tahapan ini berlangsung sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, dengan respons
siswa yang diharapkan, maka penelitian ini dapat mengakhiri hingga tahap akhir.
Prosedur penelitian eksperimen dapat dipaparkan sebagai berikut.
1) Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).
Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, pertimbangan-
pertimbangan dari segi nilai.
2) Menyepakati dengan guru tentang pelaksanaan pembelajaran membaca dan
berbicara dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two
Stray pada kelas eksperimen, yaitu guru melaksanakan proses pembelajarannya
sedangkan peneliti sebagai observer dan patner guru.
3) Merancang jadwal dengan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Proses
belajar mengajar dilaksanakan dua kali dalam seminggu, yaitu hari selasa dan
sabtu, pukul 08.00 sampai dengan 09.30 di kelas VIII-1 dan VIII-2.
4) Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-
kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian tersebut.
5) Pertemuan pertama pada tanggal 05 Februari 2013 pada waktu itu peneliti dan
siswa membicarakan materi yang berkaitan dengan materi novel dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.
a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dalam berbicara;
53
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) guru menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray
kepada siswa dalam pembelajaran berbicara dengan memperhatikan komponen
kebahasaan dan nonkebahasaan;
c) menugasi siswa untuk membaca naskah novel dengan judul (1) Kesalahan
Cintaku; (2) Autum In Paris; (3) Perahu Kertas.
6) Memberikan tes awal kepada siswa kelas eksperimen den kelas kontrol pada
tanggal yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya siswa ditugaskan
menyampaikan isi novel telah dibaca dan dipersiapkan dalam kelas dan telah
disepakati sebelumnya. Untuk kelas eksperimen dibagi dalam 7 kelompok besar
dan diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-
Two Stray, dimana setelah berdiskusi dalam kelompok, dua orang dari kelompok
tersebut bertamu ke kelompok yang lain, setelah mereka selesai berdiskusi dua
orang yang menjadi tamu tersebut kembali ke kelompok awal dan menyampaikan
hasil diskusi yang telah diterimanya dari kelompok lain, kemudian hasil diskusi
yang diterima tersebut didiskusikan dalam pembelajaran berbicara yang
disampaikan. Untuk kelas kontrol siswa dibentuk dalam beberapa kelompok kecil,
tetapi tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two
Stray dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok disampaikan dalam diskusi
biasa.
7) Waktu antara tes awal dan tes akhir tiga minggu. Waktu yang tersedia ini
digunakan untuk melihat penampilan para siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dengan yang tidak
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.
8) Memberikan tes akhir kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tanggal 26
februari 2013. Pelaksanaan sama seperti pada waktu tes awal.
54
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang
berkaitan dengan penelitian, maka dibutuhkan teknik pengumpulan data yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data penelitian dilaksanakan dalam
empat tahap yaitu (1) pemberian tes awal; (2) pelaksanaan pembelajaran keterampilan
mambaca dan keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay-Two Stray; (3) pemberian tes akhir; (4) penyebaran angket
kepada siswa.
Pertama, memberi tes awal terhadap subjek penelitian dengan tujuan untuk
memperoleh data mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-
Two Stray terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa. Tes ini
diberikan kepada siswa yang menjadi objek penelitian.
Kedua, pengukuran kemampuan awal siswa tentang tes membaca novel serta
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda, dan tanggapan siswa
terhadap novel yang dibaca dalam bentuk tes berbicara. Hasil pengukuran digunakan
sebagai tes kemampuan awal siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon dalam
membaca dan berbicara sebelum perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay-Two Stray. Kemampuan awal siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM
Ambon ini akan dibandingkan dengan hasil pengukuran tes akhir setelah proses
belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-
Two Stray.
Ketiga, melaksanakan proses belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan oleh
guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.
Keempat, memberikan tes akhir setelah proses belajar mengajar dilakukan
(postes).
Kelima, menyebarkan angket tentang kualitas proses belajar mengajar kepada
siswa.
55
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri atas skala penilaian dalam membaca, penilaian
dalam berbicara dan observasi. Skala penilaian berisi kriteria-kriteria untuk
menentukan tinggi rendahnya skor yang dicapai para siswa dalam pembelajaran
membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay-Two Stray. Penilaian membaca ditentukan dengan menjawab pertanyaan
yang diberikan antara tes awal dan tes akhir dengan berpatokkan pada pendapat
Nurgiyantoro, sedangkan penilaian dalam berbicara meliputi aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan. Dalam penyekoran kemampuan membaca dilakukan dengan melihat
selisih antara tes awal dan tes akhir. Penyekoran kemampuan berbicara digunakan
kategori tinggi, sedang, rendah. Penentuan skor merupakan modifikasi dari kriteria
yang dikemukakan oleh Sabarti Akhadiah (1988: 30).
Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
instrumen penelitian yang digunakan sebagai berikut.
1) Tes
Tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa (pretest) dan
kemampuan akhir siswa (posttest) dalam keterampilan membaca dan keterampilan
berbicara setelah proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran membaca
dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda secara tertulis
kemudian siswa menjawab sesuai novel yang diberikan kepada siswa. Adegan untuk
pembelajaran berbicara dilakukan bentuk tes secara lisan. Pengukuran ini dilakukan
kepada para siswa. Aspek-aspek yang diukur dalam tes keterampilan berbicara
meliputi faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
Kriteria penilaian kemampuan berbicara adalah sebagai berikut.
a) Faktor Kebahasaan
a. Ketepatan pemilihan kata
18-20 (tinggi). Apabila kata-kata yang digunakan tepat, semua kata mendukung
gagasan yang dikemukakan, unsur kedaerahan sama sekali tidak tampak.
56
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12-17 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kata daerah, kata asing, dan
kata yang tidak tepat pemakaiannya sehingga agak mengganggu dalam
menyampaikan informasi.
6-11 (rendah). Apabila terdapat banyak kata daerah atau kata asing yang
digunakan dan ada beberapa kata yang tidak tepat penggunaannya sehingga
sangat mengganggu gagasan yang disampaikan.
b. Struktur/ Pemakaian Kalimat
18-20 (tinggi). Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam susunan kata,
frasa, atau kalimat sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan
baik.
12-17 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kesalahan stuktur, baik kata,
frasa, maupun kalimat sehingga apa yang disampaikan kurang diterima.
9-11 (rendah). Apabila terdapat sejumlah empat kesalahan atau lebih, baik
kesalahan kata, frasa, maupun kalimat sehingga pesan tidak dapat diterima.
c. Kelancaran Melafalkan
9-10 (tinggi). Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam melafalkan bunyi
atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak ada pengaruh
bahasa daerah maupun bahasa asing.
6-8 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kesalahan dalam melafalkan
bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak ada
pengaruh bahasa daerah maupun bahasa asing.
3-5 (rendah). Apabila terdapat empat kesalahan atau lebih dalam melafalkan
bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak dipengaruhi
bahasa daerah, bahasa asing, maupun oleh faktor lain.
d. Kualitas Intonasi atau Nada
9-10 (tinggi). Apabila terdapat pembicara dengan intonasi yang bervariasi, tidak
monoton, atau penerapan intonasinya tepat sehingga pendengar sedemikian
rupa tertarik dengan gaya bicaranya.
57
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6-8 (sedang). Apabila penerapan intonasi bervariasi, tetapi nada suaranya
monoton sehingga gaya bicaranya agak membosankan pendengar.
3-5 (rendah). Apabila intonasinya monoton atau nada suara yang disampaikan
monoton sehingga membosankan pendengar.
b) Faktor Nonkebahasaan
a. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
9-10 (tinggi). Apabila pembicara bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku.
6-8 (sedang). Apabila salah satu dari tiga sikap tersebut (sikap wajar, tenang,
dan tidak kaku) dilakukan pembicara, sehingga berbicaranya kurang lancar.
3-5 (rendah). Apabila dua atau tiga sikap tersebut sama sekali tidak tampak
(sikap wajar, tenang dan tidak kaku) dilakukan oleh pembicara, sehingga
berbicaranya tidak lancar.
b. Penguasaan Medan
4-5 (tinggi). Apabila pandangan pembicara menyebar ke seluruh penjuru
ruangan dan mampu menguasai situasi sehingga pembicaraan dapat berjalan
lancar dan dapat menguasai situasi.
2-3 (sedang). Apabila pandangan pembicara menyebar ke seluruh penjuru
ruangan, tetapi kurang menguasai situasi sehingga pembicaraan agak kurang
lancar.
0-1 (rendah). Apabila pandangan pembicara tertuju pada satu arah saja dan
kurang mampu menguasai situasi pembicaraan sehingga pembicaraan tidak
lancar.
c. Penguasaan materi (pemahaman)
18-20 (tinggi). Apabila pembicara sungguh-sungguh memiliki penguasaan
materi yang baik dalam berbicara sehingga menunjang terjadinya komunikasi
yang baik dan tidak tersendat-sendat.
12-17 (sedang). Apabila pembicara agak kurang memiliki penguasaan materi
yang baik dalam berbicara sehingga kurang menunjang terjadinya komunikasi
yang baik dan beberapa kali tersendat.
58
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6-11 (rendah). Apabila pembicara tidak memiliki penguasaan materi yang baik
dalam berbicara dan pembicara dapat terhenti beberapa saat tanpa arti apa-apa
sehingga sama sekali tidak terjadi komunikasi yang baik.
d. Gerak-Gerik serta Mimik
4-5 (tinggi). Apabila terdapat gerak-gerik anggota badan yang berfungsi
mendukung pembicara sehingga pembicara memiliki mimik yang tepat untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan pembicara.
2-3 (sedang). Apabila terdapat gerak-gerik anggota badan dan perubahan roman
muka, tetapi apa yang disampaikan kurang mendukung pembicaraan.
0-1 (rendah). Apabila sama sekali tidak ada gerak-gerik anggota badan dan
tidak ada perubahan ekspresi wajah pembicara, sehingga tidak mendukung.
(Akhadiah, 1988: 33)
2) Observasi
Observasi ini digunakan untuk memperolah data atau informasi mengenai
kegiatan dan pendapat siswa dan guru selama pembelajaran membaca dan
pembelajaran berbicara berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
3) Angket
Angket merupakan suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian
pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban. Ada pun angket
yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala pengukuran berbentuk daftar cek
skala Likert dan skala Guttman yang bertujuan untuk mengukur variabel-variabel
penelitian. Adapun skala Likert memiliki pilihan dari sangat positif sampai sangat
negatif, diantaranya: SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak setuju),
dan STS (sangat tidak setuju). Untuk skala Guttman berupa dua pilihan jawaban (ya
dan tidak). Pertanyataan yang digunakan berupa pernyataan positif dan negatif. Dapat
digambarkan bahwa angket yang digunakan ini akan disebarkan pada siswa setelah
pembelajaran selesai.
59
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5 Teknik Pengolahan Data
Setelah data penelitian diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengolah dan
data tersebut sesuai dengan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Pada
pemberlakuan model, data yang diperoleh merupakan hasil dari evaluasi proses dan
hasil evaluasi terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray yang
dikembangkan.
Selanjutnya adalah membahas data hasil tes kemampuan membaca dan
berbicara, baik data hasil tes pemberlakuan kesatu maupun kedua dengan
menggunakan skala penilaian kesalahan berbahasa siswa. Sugiyono (2013: 132)
mengatakan untuk menguji hipotesis penelitian, maka diadakan uji perbedaan rata-
rata pemberlakuan kesatu dan kedua dengan menggunakan penilaian kemampuan
membaca dan berbicara seluruh responden yang terlibat yang hasilnya diolah secara
statistik. Data pembelajaran berbicara dalam mengungkapkan pendapat dianalisis
dengan melihat perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray
dengan yang tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two
Stray menggunakan rumus uji t, karena melihat perbedaan dua rata-rata dengan
sampel kecil. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
a) Perhitungan rata-rata (mean) dalam simpangan baku (standar deviasi) skor tes
prestasi belajar pada tes awal dan tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b) Pengujian hipotesis perbedaan rata-rata tes prestasi belajar siswa kelas eksperimen
dengan kelas kontrol menggunakan Uji t. Rumus Uji t yang digunakan adalah Uji t
untuk sampel berkorelasi (correlated sample), yaitu:
t =
√∑
(∑ )
( )
60
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
t = koefisien t
= rata-rata selisih tes awal dan tes akhir
D = selisih antara tes awal dengan tes akhir
N = jumlah subjek
dk = n – 1
c) Menentukan dasar taraf signifikan ( α ) yaitu 5 % atau ),05;
d) Memeriksa t dari tabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = n – 1;
e) Menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak;
f) Menguji hipotesis dua rata-rata tes akhir masing-masing dikelas eksperimen
dengan kelas kontrol, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
t =
√((∑ )
( ))(
)
Keterangan :
t = koefisien t
1 = Rata-rata nilai pemberlakuan kesatu
2 = Rata-rata nilai pemberlakuan kedua
X1 = Selisih nilai dikurangi rata-rata kesatu
X2 = Selisih nilai dikurangi rata-rata kedua
n1 = Jumlah objek pemberlakuan kesatu
n2 = Jumlah objek pemberlakuan kedua
N = Jumlah subjek
61
Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Kristen
YPKPM Ambon tahun ajaran 2012-2013 yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas VIII-1,
kelas VIII-2, dan kelas VIII-3 berjumlah 85 siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat
Arikunto (2010:173), populasi adalah, “keseluruhan subjek penelitian”. Apabila
sesorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Lebih lanjut Surakhmad (1998: 93)
mengemukakan bahwa, “Populasi adalah sasaran yang ingin dicapai atau diselidiki,
baik berupa manusia, gejala-gejala, nilai tes, peristiwa dan sebagainya”.
Sugiyono (2012: 61) mengatakan “Bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Mengingat waktu dan kemampuan peneliti untuk melaksanakan penelitian ini
sangat terbatas, tidak mungkin semua populasi dapat diteliti. Oleh karena itu, untuk
memperoleh data yang dapat mewakili semua populasi digunakan sampel. “Mengenai
besarnya sampel tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti. Sebab
keabsahan sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya mendekati populasi atau
tidak, bukan pada besar atau banyaknya. Adapun sebagian yang diambil dari populasi
disebut sampel” (Sudjana, 2005: 7).
Adapun penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik random sampling yaitu menentukan kelas untuk dijadikan
sampel penelitian di mana pemilihan kelasnya dilakukan dengan cara undian
(Taniredja, 2011:35). Adapun kelas yang digunakan dari hasil random kelas yaitu
kelas VIII-1 dan VIII-2 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian. Kelas VIII-1
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan kelas
VIII-2 menggunakan model pembelajaran konvensional.