perkembangan inflasi bab 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di gorontalo....

24
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 21 BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,60% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73% (y.o.y). Lonjakan permintaan masyarakat menyambut Bulan Ramadhan ditengah terhambatnya aspek produksi memberikan dampak yang berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi konsumen, dan distorsi pasar turut memberikan kontribusi terhadap kenaikan harga jual barang/jasa kepada masyarakat. 2.1 INFLASI GORONTALO Inflasi Gorontalo pada triwulan-III 2010 mengalami lonjakan menjadi 7,60% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73 (y.o.y). Inflasi volatile food berperan besar dalam pembentukan inflasi Gorontalo sebesar 15,71% (y.o.y) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,95% (y.o.y). Sementara itu, core inflation relatif stabil sebesar 3,40% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebesar 3,41% (y.o.y). Sedangkan administered price inflation mengalami tekanan sebesar 5,30% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebelumnya sebesar 2,39% (y.o.y). Faktor seasonal cenderung berperan penting dalam pembentukan inflasi Gorontalo periode ini. Lonjakan permintaan masyarakat menyambut Bulan Ramadhan di tengah faktor cuaca yang menyebabkan keterlambatan musim panen sehingga memberikan dampak yang berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi konsumen, dan distorsi pasar turut memberikan kontribusi terhadap kenaikan harga jual barang/jasa kepada masyarakat. Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo

Upload: duonghanh

Post on 05-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 21

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Pada triwulan III-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,60% (y.o.y), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73% (y.o.y). Lonjakan permintaan

masyarakat menyambut Bulan Ramadhan ditengah terhambatnya aspek produksi

memberikan dampak yang berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara

itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

konsumen, dan distorsi pasar turut memberikan kontribusi terhadap kenaikan harga jual

barang/jasa kepada masyarakat.

2.1 INFLASI GORONTALO

Inflasi Gorontalo pada triwulan-III 2010 mengalami lonjakan menjadi 7,60% (y.o.y)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73 (y.o.y). Inflasi volatile food

berperan besar dalam pembentukan inflasi Gorontalo sebesar 15,71% (y.o.y) jauh lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,95% (y.o.y). Sementara itu, core inflation

relatif stabil sebesar 3,40% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya

sebesar 3,41% (y.o.y). Sedangkan administered price inflation mengalami tekanan sebesar

5,30% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebelumnya sebesar 2,39%

(y.o.y). Faktor seasonal cenderung berperan penting dalam pembentukan inflasi Gorontalo

periode ini. Lonjakan permintaan masyarakat menyambut Bulan Ramadhan di tengah faktor

cuaca yang menyebabkan keterlambatan musim panen sehingga memberikan dampak yang

berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber

tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi konsumen, dan distorsi

pasar turut memberikan kontribusi terhadap kenaikan harga jual barang/jasa kepada

masyarakat.

Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo

Page 2: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

Inflasi Gorontalo pada triwulan III-2010 sebesar 7,60% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan inflasi nasional sebesar 5,80% (y.o.y). Bila dibandingkan dengan provinsi lain

di wilayah Sulampua inflasi Gorontalo pada triwulan III-2010 sebesar 7,60% (y.o.y)

menempati posisi ketiga terbesar setelah inflasi Maluku sebesar 13,15% (y.o.y) dan inflasi

Papua Barat Sebesar 8,65% (y.o.y). Sementara itu, bila dibandingkan dengan provinsi lain

di Pulau Sulawesi, inflasi Gorontalo menunjukkan posisi tertinggi.

Tabel 2.2

Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Di Sulampua Triwulan III-2010

Sumber : Badan Pusat Statistik

2.1.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Output gap negatif diperkirakan turut berperan dalam pembentukan inflasi Gorontalo

yang disebabkan oleh tingginya tekanan permintaan pada periode laporan terkait dengan

maraknya kegiatan ekonomi menyambut Ibadah Ramadahan dan Hari Raya Idul Fitri.

SEPT DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT

Total Inflasi (yoy) 3.97% 4.35% 4.07% 4.89% 3.59% 2.74% 2.69% 2.73% 3.91% 7.28% 7.60%

Core Inflation 3.58% 3.43% 3.89% 3.55% 3.32% 3.05% 3.09% 3.41% 4.46% 5.03% 3.40%

Volatile Food 5.64% 7.89% 5.31% 7.97% 5.05% 3.50% 2.28% 1.95% 3.09% 12.80% 15.71%

Administered Price 2.53% 1.63% 2.76% 3.35% 2.13% 1.07% 2.41% 2.39% 3.91% 4.17% 5.30%

Disagregasi2009 2010

Wilayah Inflasi (yoy) (%)

Nasional 5.80

Gorontalo 7.60

Sulawesi Utara 7.38

Sulawesi Tengah 6.92

Sulawesi Barat 3.69

Sulawesi Selatan 6.58

Sulawesi Tenggara 3.99

Maluku Utara 4.69

Maluku 13.15

Papua 4.56

Papua Barat 8.65

Page 3: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 23

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.2 Indeks Keyakinan Konsumen

Meningkatnya tekanan permintaan masyarakat dapat tercermin dari hasil Survey Konsumen

(SK) September 2010 yang menunjukkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen

sebesar 163,97 lebih tinggi dibandingkan Juni 2010 sebesar 141,53. Peningkatan IKK

didukung oleh peningkatan pada seluruh komponen pembentuknya yaitu penghasilan saat

ini dibandingkan 6 bulan yang lalu, ketersediaan lapangan kerja saat ini, ketepatan waktu

pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan

datang, ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang, dan kondisi ekonomi 6

bulan yang akan datang. Di sisi lain, peningkatan permintaan juga didukung oleh

meningkatnya pendapatan masyarakat pedesaan yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai

Tukar Petani) pada triwulan III-2010 sebesar 102,54 lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 101,27.

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Grafik 2.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sementara itu, ekspektasi inflasi turut memperkuat tekanan inflasi pada periode

laporan. Hasil rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah menginformasikan bahwa

pedagang-pedagang di Gorontalo cenderung ikut menaikkan harga-harga terutama bahan

Page 4: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

makanan setelah mendengar bahwa harga-harga di Pulau Jawa meningkat terkait dengan

tingginya permintaan menjelang lebaran. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

menunjukkan bahwa terjadi kenaikan Perkembangan Realisasi Harga Jual pada triwulan

laporan sebesar 22,12 (SBT) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,77

(SBT).

Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.4 Perkembangan Realisasi Harga Jual

Faktor kenaikan harga-harga barang yang diimpor (imported inflation) baik antar

pulau maupun komoditas internasional mempengaruhi pergerakan tingkat inflasi Gorontalo.

Gorontalo belum mampu memproduksi kebutuhan masyarakat sepenuhnya untuk komoditas

tertentu seperti minyak goreng dan tepung sehingga sebagian besar harus impor dari luar

provinsi, sementara untuk komoditas emas pergerakan harga mengikuti perkembangan

harga internasional, sehingga kenaikan harga-harga komoditas dimaksud akan

menyumbang pada peningkatan inflasi Gorontalo. Berdasarkan survey pemantauan harga

terjadi peningkatan harga-harga barang yang diimpor pada triwulan laporan yaitu komoditas

minyak goreng, tepung dan emas.

Sumber : Diskoperindag Prov. Gorontalo

Grafik 2.5 Perkembangan Harga Komoditas Impor di Gorontalo

Page 5: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 25

2.1.2 FAKTOR NON – FUNDAMENTAL

Faktor non-fundamental sangat berperan penting dalam peningkatan inflasi periode

laporan. Lonjakan harga komoditas volatile food yang pada umumnya merupakan komoditas

bahan makanan sangat mendominasi sehingga mampu menggerakkan tingkat inflasi

Gorontalo ke level tertinggi, sementara administered price inflation turut memberi tekanan

sejalan dengan kebijakan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada triwulan laporan.

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi kelompok Bahan makanan

Masyarakat Gorontalo yang mayoritas muslim cenderung meningkatkan

permintaannya terhadap barang dan jasa dalam menyambut ibadah di bulan Ramadhan.

Kebutuhan terhadap bahan makanan menjadi prioritas mengingat budaya dan selera

masyarakat Gorontalo untuk menyambut Ramadhan dengan sebaik-baiknya termasuk

mengkonsumsi hidangan istimewa dalam santap sahur dan berbuka puasa. Sementara itu,

di tengah lonjakan permintaan masyarakat, faktor produksi tidak mampu mengimbangi

sehingga harga-harga melonjak, sejalan dengan mekanisme pasar. Sementara itu, aspek

distribusi yang tidak merata dan dominasi pedagang besar turut meningkatkan harga-harga

komoditas bumbu-bumbuan. Di sisi lain, cuaca yang kurang mendukung (hujan berlebihan)

juga menghambat produksi terutama pada beras, gula, dan komoditas perikanan. Menurut

BMKG, distribusi curah hujan di wilayah Teluk Tomini pada Agustus 2010 tergolong pada

menengah ke atas dan tinggi.

Page 6: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Sumber : BMKG

Gambar 2.1 Distribusi Curah Hujan di Indonesia

Harga komoditas yang diatur pemerintah (administered price) juga mengalami

peningkatan pada periode ini. Per 1 Juli 2010, Pemerintah dan DPR sepakat untuk

menaikkan tarif dasar listrik secara variatif berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan oleh

PT. PLN (Persero). Berdasakan analisis input-output oleh Bank Indonesia Gorontalo,

kenaikan TDL akan memberikan dorongan peningkatan beban produksi mencapai 0,62%

dibandingkan keseluruhan input total. Peningkatan beban produksi yang cukup signifikan

tentunya turut mendorong harga jual barang dan jasa pada level konsumen.

Page 7: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 27

Tabel 2.3 Dampak Kenaikan TDL (Analisis Input-Output)

Sumber : Analisis Input output, Bank Indonesia Gorontalo

Sementara itu, hasil Survei Bank Indonesia Gorontalo kepada pelaku industri

menunjukkan bahwa 70% responden merasakan secara langsung kenaikan harga TDL

terhadap produksi. Kebijakan kenaikan TDL dirasakan memberi pengaruh terhadap

kenaikan biaya produksi terutama biaya energi listrik. Sementara itu, hampir seluruh

responden yang merasa terkena dampak TDL akan membebankan kenaikan biaya produksi

kepada konsumen (harga jual).

Sumber: Bank Indonesia Gorontalo (Hasil Survei)

Nominal % Nominal % Nominal %

Padi - - 925.97 0.386 925.97 0.386

Tanaman Pangan Lain - - 522.91 0.069 522.91 0.069

Tanaman Pertanian Lain - - 385.96 0.135 385.96 0.135

Peternakan 23.99 0.010 242.43 0.105 266.42 0.115

Kehutanan - - 417.48 0.785 417.48 0.785

Perikanan 11.72 0.004 270.72 0.085 282.44 0.089

Pertambangan - - 1,063.41 1.262 1,063.41 1.262

Industri Makanan 687.46 0.088 2,372.39 0.302 3,059.84 0.390

Industri Lain 1,384.96 0.731 4,099.91 2.164 5,484.87 2.896

Penyulingan minyak - - - - - -

Listrik 637.52 0.930 2,115.38 3.086 2,752.90 4.016

Gas dan Air Minum 173.26 1.606 464.60 4.306 637.86 5.911

Konstruksi 186.09 0.025 1,414.21 0.191 1,600.30 0.216

Perdagangan 1,130.51 0.178 4,577.91 0.721 5,708.42 0.898

Hotel dan Restoran 356.56 0.207 1,251.24 0.726 1,607.80 0.934

Angkutan & Komunikasi 746.60 0.106 4,096.12 0.579 4,842.72 0.685

Keuangan 517.55 0.082 5,018.30 0.791 5,535.84 0.872

Pemerintahan Umum 2,852.78 0.162 7,799.09 0.443 10,651.86 0.605

Jasa Lainnya 535.96 0.440 1,477.08 1.213 2,013.04 1.654

Kegiatan lainnya 213.44 0.193 1,031.86 0.933 1,245.29 1.126

Keseluruhan 9,458.38 0.120 39,546.94 0.500 49,005.32 0.620

Dampak Langsung Dampak Tidak Langsung Dampak TotalSEKTOR

Grafik 2.7 Persentase Responden

Terpengaruh Kebijakan TDL

Grafik 2.8 Persentase Kenaikan Biaya

Produksi Akibat Kebijakan TDL

Page 8: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.2.1 INFLASI TAHUNAN (y.o.y)

Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan III-2010 sebesar 7,60% (y.o.y) jauh lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73% (y.o.y). Lonjakan kenaikan harga

terutama terjadi pada kelompok bahan makanan akibat membumbungnya permintaan

masyarakat ditengah keterbatasan produksi. Di sisi lain, kondisi cuaca hujan berlebihan

mengurangi produktivitas hasil pertanian dan perikanan sehingga aspek supply terganggu.

Tabel 2.4

Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan terutama didorong oleh kenaikan sub

kelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya. Pada triwulan III-2010, inflasi tahunan

kelompok bahan makanan sebesar 15,63% (y.o.y) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 2,03% (y.o.y). Penyebab utama tingginya tekanan inflasi pada

kelompok ini karena perkembangan harga subkelompok padi-padian mengalami lonjakan

yang sangat signifikan. Subsektor padi-padian pada triwulan III-2010 mengalami inflasi

sebesar 16,62% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,97%

(y.o.y).

Tabel 2.5

Inflasi Tahunan Sub-kelompok Bahan Makanan (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Umum 4.07% 4.89% 3.59% 2.74% 2.69% 2.73% 3.91% 7.28% 7.60%

1 Bahan makanan 5.26% 7.98% 5.10% 3.54% 2.34% 2.03% 3.13% 12.76% 15.63%

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 8.13% 8.52% 5.93% 4.09% 5.83% 5.56% 8.41% 8.22% 7.87%

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 3.57% 3.17% 3.06% 2.98% 3.06% 3.57% 4.45% 5.42% 3.45%

4 Sandang 2.63% 0.42% -0.18% 0.27% 1.17% 2.25% 2.30% 3.21% 3.05%

5 Kesehatan 7.81% 8.10% 9.35% 7.86% 7.31% 7.36% 7.64% 7.86% 2.37%

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.53% 0.28% 0.36% 0.18% 0.35% 0.35% 0.47% 0.52% 0.41%

7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0.97% -0.09% -0.06% -0.20% -0.36% -0.40% 0.65% 0.94% 2.57%

2010No

Inflasi Tahunan

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT

BAHAN MAKANAN 5.26 7.98 5.1 3.54 2.34 2.03 3.13 12.76 15.63

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 5.41 9.06 7.46 4.17 3.36 5.97 7.25 19.29 16.62

Daging dan Hasil-hasilnya -4.86 -1.62 0.31 1.59 0.86 0.63 0.68 3.72 5.29

Ikan Segar 5.18 5.74 5.58 -0.55 -10.89 -8.8 -4.83 6.68 15.86

Ikan Diawetkan 0.75 8.67 10.14 7.56 7.8 9.94 6.66 8.44 8.01

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -5.81 -2.3 -2.47 -4.7 -5.14 -2.91 -0.81 -1.01 -0.92

Sayur-sayuran -7.25 8.55 25.92 10.17 21.99 30.25 -11.72 14.53 21.8

Kacang - kacangan 11.58 10.85 4.09 1.65 6.85 9.04 9.65 10.77 4.57

Buah - buahan 29.04 40.99 27.79 24.31 24.21 -4.61 2.61 25.87 20.07

Bumbu - bumbuan 21.23 8.32 -17.84 9.74 44.9 26.78 47.83 43.11 49

Lemak dan Minyak 5.86 7.34 6.45 2.8 -8.82 -7.23 -7.61 -7.29 -7.73

Bahan Makanan Lainnya 2.49 5.01 2.3 0.95 0.95 0.95 1.87 1.87 0.83

Kelompok / Sub kelompok

2010

Page 9: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 29

2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (q.t.q)

Secara triwulanan, perkembangan harga-harga di Gorontalo pada triwulan III-2010

mengalami inflasi sebesar 5,63% (q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mengalami deflasi sebesar -0,25% (q.t.q). Kenaikan inflasi secara triwulanan terutama

didorong oleh kenaikan harga-harga pada subkelompok bahan makanan dan subkelompok

transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Tabel 2.6 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Subkelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 12,57% (q.t.q) jauh lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -2,07% (q.t.q). Lonjakan permintaan

masyarakat menyambut perayaan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri memberi

tekanan kenaikan harga-harga pada triwulan laporan. Sementara itu, beberapa

permasalahan diantaranya faktor cuaca, keterlambatan panen beras, hambatan distribusi,

ekspektasi harga, dan dominasi pedagang besar menghambat kelancaran di sisi pasokan.

Ketidakseimbangan sisi permintaan dan penawaran kemudian diterjemahkan dengan

kenaikan harga-harga pada hampir seluruh komoditas bahan makanan. Di sisi lain, inflasi

subkelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 2,91%

(q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -0,21% (q.t.q). Perayaan

ceremony lokal yaitu ‘Tumbilotohe’ atau ‘malam pasang lampu’ mendorong lonjakan

kenaikan harga minyak tanah. Perayaan ‘Tumbilotohe’ merupakan budaya untuk

menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan menyalakan lampu (pada umumnya berbahan bakar

minyak tanah) di seluruh wilayah Gorontalo secara serentak.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Umum 0.47 1.23 1.59 0.32 -0.92 -0.25 2.09 5.47 5.63

1 Bahan makanan -0.18 2.73 4.25 1.02 -4.04 -2.07 2.22 12.67 12.57

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1.18 1.48 7.45 0.17 1.80 1.57 4.95 3.59 4.24

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1.03 0.41 9.85 -0.18 0.25 0.42 1.55 2.45 2.11

4 Sandang 1.13 0.32 2.34 -0.49 0.17 1.33 1.35 2.01 1.00

5 Kesehatan 0.08 0.40 1.67 1.53 1.17 -0.08 0.16 0.68 0.69

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.03 -0.05 -0.05 -0.13 0.19 0.19 0.40 0.15 0.26

7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.08 0.04 0.05 0.02 -0.15 -0.21 0.84 1.32 2.91

2010No

Inflasi Triwulanan

Page 10: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Grafik 2.9 Perkembangan Harga-harga

Sumber : Diskoperindag Provinsi Gorontalo

Page 11: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 31

Konvergensi Inflasi Koefisien Konvergensi Prob t-stat Adj R-squared Dw-Stat

Gorontalo - Sulteng - Sulut 0.632 0.000 0.524 1.965

Gorontalo - Nasional 0.708 0.000 0.522 1.708

BOX 1 : KONVERGENSI INFLASI GORONTALO

Konsep Konvergensi Inflasi

Konvergensi inflasi dapat diartikan bahwa dalam jangka panjang pergerakan inflasi

antar daerah akan menjadi konvergen (searah) atau diffrensial inflasi semakin lama

semakin kecil. Melalui analisis konvergensi inflasi dapat memberi gambaran apakah

kebijakan moneter yang diterapkan berperan dalam membawa tingkat inflasi antar

daerah menjadi konvergen dan berpengaruh pula terhadap persistensi inflasi. Dalam

analisis kuantitatif ekonometrika, untuk mengetahui konvergensi inflasi antar provinsi

digunakan metode Augmented Dickey-Fuller terhadap persamaan diferensial inflasi yang

digunakan oleh Kocenda & Papell (1997), sebagai berikut:

Dimana π merupakan inflasi dan φ merupakan koefisiensi konvergensi.

Inflasi antar daerah dinilai konvergen bila nilai koefisien konvergensi inflasi bernilai

lebih kecil dari pada 1. Bila inflasi daerah konvergen, maka selisih antara inflasi

individual dengan rata-rata inflasi semakin kecil dari waktu ke waktu. Sebaliknya bila nilai

koefisien konvergensi bernilai lebih besar dari 1 mengindikasikan divergensi. Tingkat

konvergensi dapat dinyatakan sebagai berikut r yang dihitung dengan menggunakan

koefisien konvergensi (φ).

Hasil Analisis Konvergensi Inflasi

Tabel 2.7 Hasil Estimasi Analisis Konvergensi

Hasil analisis Pool Least Squared dengan periode 2003:1 – 2008:5 menunjukkan

bahwa inflasi daerah-daerah di Teluk Tomini yaitu Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan

Sulawesi Utara akan mengalami konvergensi dengan nilai koefisien konvergensi

sebesar 0,632. Sementara itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa inflasi Gorontalo

dan inflasi nasional akan mengalami konvergensi dalam jangka panjang dengan nilai

koefisien konvergensi sebesar 0,708. Konvergensi inflasi antar wilayah di Teluk Tomini

Page 12: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

cenderung lebih cepat dibandingkan konvergensi inflasi antar Gorontalo-Nasional yang

ditunjukkan dengan nilai koefisien inflasi wilayah Teluk Tomini yang lebih kecil

dibandingkan nilai koefisien inflasi Gorontalo-Nasional. Hal ini diperkirakan terjadi karena

pergerakan inflasi daerah terkait erat dengan kelancaran/kecepatan distribusi barang

antar daerah sehingga kedekatan geografis mempengaruhi kecepatan tingkat

konvergensi antar daerah.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 2.10 Grafik 2.11 Inflasi Gorontalo–Sulut–Sulteng Inflasi Gorontalo – Nasional

Page 13: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 33

BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo selama triwulan III-2010 menunjukkan

perkembangan yang cukup baik, tercermin dari beberapa indikator seperti penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK, penyaluran kredi dan rasio kredit bermasalah (NPLs). DPK yang

berhasil dihimpun mengalami pertumbuhan, demikian pula dengan penyaluran kredit ke

masyarakat. Pertumbuhan penyaluran kredit diikuti oleh risiko kredit yang relatif terkendali

seperti tercermin dari indikator NPLs yang masih berada pada level aman (dibawah 5%).

Hal yang masih perlu mendapat perhatian adalah potensi risiko likuiditas, mengingat rasio

kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) menunjukkan angka yang masih berada pada level

‘kurang wajar’.

3.1 FUNGSI INTERMEDIASI

Fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo hingga triwulan III-2010

menunjukkan perkembangan yang cukup baik seperti tercermin dari indikator Loan to

Deposit Ratio (LDR), yakni sebesar 154,37%. Jumlah penghimpunan dana pihak ketiga

oleh perbankan di, Gorontalo menunjukkan peningkatan yakni sebesar 10,47%(y.o.y),

demikian pula dengan jumlah kredit yang disalurkan meningkat sebesar 29,49%(y.o.y)

3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum

Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor

Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 14

kantor cabang, 26 kantor cabang pembantu, 12 kantor kas serta 22 kantor unit, sedangkan

jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 2 kantor kas.

3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT

Pada posisi akhir triwulan III-2010 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp2,06

triliun, tumbuh sebesar 10,47% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 6,79% (y.o.y). Tabungan sebagai komponen DPK dengan share sebesar 2,58%

mengalami pertumbuhan sebesar 9,20% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 11,31% (y.o.y). Giro dengan share terhadap DPK sebesar 19,98%

mengalami pertumbuhan sebesar 38,86% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 15,79% (y.o.y). Pertumbuhan giro yang cukup tinggi di satu pihak

membantu likuiditas dana perbankan namun di lain pihak merefleksikan cukup tingginya

dana pemerintah yang ada di perbankan akibat pengeluaran pemerintah yang belum

Page 14: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

optimal. Sementara itu simpanan deposito mengalami kontraksi sebesar 1,94%. Kontraksi

pada perkembangan deposito tersebut sejalan dengan tren penurunan suku bunga

deposito.

Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga

Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penghimpunan dana hingga triwulan III-2010

tercatat sebesar Rp.9,14 milliar, mengalami kontraksi sebesar -6,51% (y.o.y) lebih rendah

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan DPK tersebut terutama

dipengaruhi oleh penurunan jumlah tabungan 22,16%, yang diperkirakan karena adanya

penarikan sebagian dana tabungan masyarakat yang ada di BPR untuk keperluan selama

bulan Ramadhan dan Lebaran serta perpindahan dari tabungan ke deposito. Untuk

deposito, mengalami ekspansi menjadi sebesar Rp5,41 miliiar atau tumbuh 8,54% (y.o.y).

Penyerapan dana masyarakat di Gorontalo secara umum masih relatif kecil, yang

terefleksi dari angka LDR yang mencapai 154,29% (Bank Umum) dan 225,92% (BPR).

Untuk mendorong pertumbuhan dana pihak ketiga, maka pada 20 Februari 2010 lalu telah

diluncurkan produk” Tabunganku” dengan berbagai kemudahan antara lain pembebasan

biaya administrasi tabungan dan setoran minimum yang rendah. Sejak produk tersebut

dilaunching pada 20 Februari 2010 lalu, respon masyarakat terhadap produk tersebut cukup

baik yang terlihat dari perkembangan jumlah rekening dan nominal “Tabunganku” yang

menunjukkan peningkatan cukup baik. Jika pada awal diluncurkan (Februari 2010), jumlah

rekening “Tabunganku” adalah 1.836 rekening dengan nominal tabungan sebesar

Rp57.420.000,00, maka pada bulan maret 2010 jumlahnya meningkat menjadi 2.430

rekening dengan nominal Rp608.064.639,25. Selanjutnya, pada triwulan III-2010, jumlah

rekening tercatat 2.955 rekening dengan nominal Rp4.324.940.014,275. Beberapa fasilitas

produk “Tabunganku” seperti tidak adanya biaya administrasi dan jumlah setoran minimum

yang relatif kecil, menjadi faktor yang dipertimbangkan masyarakat dalam memanfaatkan

produk ini. Untuk mendorong peningkatan produk ini, Bank Indonesia secara intensif

(60.00)

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00 JU

N

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

2010

Pe

rtu

mb

uh

an (y

oy)

(%

)

DPK Total Giro Deposito Tabungan

19.98%

27.44%52.58%

DPK BANK UMUM

Giro Deposito Tabungan

Page 15: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 35

melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya ke sekolah-sekolah sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat untuk menabung.

3.1.3 PENYALURAN KREDIT

Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar

Rp3,18 triliun, tumbuh 29,49% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 31,99% (y.o.y). Pertumbuhan kredit yang relatif tinggi antara lain

didorong oleh perkembangan kredit investasi yang tercatat tumbuh sebesar 39,50% (y.o.y)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 33,25% (y.o.y).

Meskipun pertumbuhan kredit investasi tercatat yang tertinggi pada triwulan laporan,

namun pangsanya terhadap portofolio kredit masih sangat rendah yaitu hanya sebesar

6,39%. Sementara itu, meskipun pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 36,84%(y.o.y)

tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 40,07%(y.o.y), namun kredit

konsumsi masih mendominasi pangsa kredit terbesar di Gorontalo yaitu sebesar 61,56%.

Sementara itu, kredit modal kerja tercatat memiliki pangsa sebesar 32,05% terhadap total

kredit dan memiliki pertumbuhan sebesar 15,87%. Dari sisi risiko, portofolio kredit yang

didominasi oleh kredit konsumtif merupakan hal yang baik karena kredit konsumsi memiliki

exposure resiko yang relatif rendah. Namun, dari segi perannya terhadap perekonomian

daerah, dominasi kredit konsumtif menunjukkan bahwa peran perbankan dalam

menstimulus pertumbuhan ekonomi kurang optimal karena kredit konsumtif tidak

memberikan efek multiplier yang tinggi bila dibandingkan kredit investasi atau modal kerja.

Untuk BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan laporan tercatat sebesar

Rp20,64 milliar atau tumbuh sebesar -0,44%(y.o.y), karena adanya penurunan pada kredit

produktif (investasi dan modal kerja) masing-masing sebesar 14,44%(y.o.y) dan

9,97%(y.o.y). Kredit konsumsi tercatat sebesar Rp.7,95 milliar atau tumbuh sebesar 20,22%

(y.o.y) yang diperkirakan dipengaruhi oleh meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat.

Berbeda dengan bank umum, pangsa kredit terbesar pada BPR disalurkan untuk kegiatan

produktif yaitu modal kerja dengan pangsa sebesar 59,56% sedangkan untuk konsumsi

hanya 38,50% dari total kredit.

Page 16: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan

Dari sisi sektoral, kredit sektor produktif menunjukkan perlambatan selama triwulan

III-2010. Sektor pertanian, pertambangan, dan industri mengalami penurunan yang cukup

signifikan yaitu terkontraksi masing-masing sebesar -49,23% (y.o.y), -26,38% (y.o.y), dan

34,71%. Kinerja kredit perdagangan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 12,89%

(y.o.y) namun relatif lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

14,99% (y.o.y). Hal yang sama juga terjadi pada sektor konstruksi tercatat mengalami

pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya yaitu 37,44% (y.o.y) meskipun masih

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 64,60% (y.o.y). Meningkatnya

realisasi proyek (infrastruktur) pada akhir tahun masih menjaga pertumbuhan kredit sektor

konstruksi, karena sebagaimana diketahui bahwa pendanaan proyek-proyek infrastruktur

umumnya memanfaatkan jasa kredit perbankan, antara lain untuk penyelesaian proyek

pelabuhan dan jalan provinsi pada beberapa kabupaten.

Untuk BPR, dari total kredit sebesar Rp.20,64 milliar, kredit terbesar disalurkan ke

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yaitu sebesar Rp.9.43 milliar atau 45,69%

dari total kredit. Penyaluran kredit BPR nampaknya disesuaikan dengan karakteristik

wilayah Gorontalo yang umumnya didominasi oleh sektor PHR. Adapun kredit sektor

pertanian dan industri hanya memiliki share yang terkecil yaitu masing-masing 1,46% dan

1,52% dari total kredit. Seperti halnya dengan kredit pada bank umum, kredit pada kedua

sektor tersebut juga menunjukkan kontraksi masing-masing sebesar -26,65% dan 11,11%

yang diperkirakan selain karena cukup tingginya angka NPLs (kredit sektor pertanian

misalnya tercatat 49,38%), turut dipengaruhi oleh faktor cuaca yang mengganggu aktivitas

ekonomi masyarakat di sektor tersebut.

Data yang ada menunjukkan bahwa pada tahun 2009 pangsa kredit terhadap

total PDRB Gorontalo adalah sebesar 8,20%. Selanjutnya, hingga triwulan III-2010 pangsa

kredit terhadap total PDRB mengalami peningkatan menjadi 9,94%. Hal tersebut

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

2010

Pe

rtu

mb

uh

an (y

oy)

(%

)

Kredit Total Investasi Modal Kerja Konsumsi

6.39%

32.05%

61.56%

KREDIT BANK UMUM

Investasi Modal Kerja Konsumsi

Page 17: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 37

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00%

Pertanian

Industri

Konstruksi

Perdagangan

Angkutan

SHARE SEKTORAL

merefleksikan bahwa peran perbankan terhadap pembentukan PDRB di Gorontalo semakin

meningkat, namun masih relatif kecil jika dibandingkan dengan daerah lain misalnya

Sulawesi Selatan yang pada tahun 2009 pangsa kredit terhadap PDRB mencapai 35,75%.

Dengan kondisi tersebut maka peluang perbankan dalam meningkatkan pembiayaan di

Gorontalo masih terbuka luas.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral

Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat sebesar Rp2.70 triliun atau mengambil

pangsa sebesar 84,95% dari total kredit di Gorontalo, yang merefleksikan bahwa sebagian

besar kredit yang disalurkan di Gorontalo merupakan skala menengah kebawah. Kredit

UMKM tersebut tumbuh 77,67% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 76,67% (y.o.y), yang tak lepas dari kinerja perbankan untuk terus menggali dan

men-support potensi daerah dengan berbagai program kegiatannya. Untuk meningkatkan

akses UMKM ke perbankan, sejak triwulan lalu telah dibentuk Financial Advisor (FA) yaitu

merupakan forum individu profesional dari perbankan yang dikoordinir oleh Bank Indonesia

untuk memberikan bantuan teknis kepada masyarakat dan pelaku UMKM secara langsung.

Forum ini diharapkan efektif dalam menggali informasi dan mencari solusi untuk mendorong

akses dunia usaha khususnya mikro dan kecil agar tidak hanya feasible namun juga

bankable.

(100.00)

(50.00)

-

50.00

100.00

150.00

200.00

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

2010

Pe

rtu

mb

uh

an

(y

oy

) (%

)

Pertanian

Industri

Konstruksi

Perdagangan

Angkutan

Page 18: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar

relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Data perbankan hingga

triwulan laporan menunjukkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPLs) masih berada pada

ambang toleransi/wajar sesuai ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Namun demikian, hal yang

perlu mendapat perhatian adalah fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to

Deposit Ratio (LDR) karena berada di ambang „tidak wajar‟ mencapai lebih dari 154% yang

berpotensi mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. Sedangkan volatilitas kurs

diyakini tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap

transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

3.2.1 RISIKO KREDIT

Hingga triwulan laporan, kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) bank

umum secara keseluruhan masih berada pada level 1,90% (bruto) yang tercatat mengalami

perbaikan (lebih rendah) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,03%.

Hal tersebut merefleksikan bahwa meskipun jumlah kredit yang disalurkan di Gorontalo

tergolong tinggi, namun kualitas kredit tetap terjaga pada level wajar sesuai yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia yaitu 5% (bruto). Secara sektoral, kualitas kredit sektor-sektor yang

masih perlu mendapat perhatian adalah pertanian dan industri dengan rasio NPLs masing-

masing sebesar 6,45% dan 5,32%. Sedangkan sektor strategis yang memiliki tingkat NPL

yang relatif rendah adalah angkutan sebesar 0,70%, konstruksi sebesar 2,25%, dan

perdagangan sebesar 3,43%.

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

JUN JULI AGT SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JULI AGT SEP

2010

Pe

rtu

mb

uh

an K

red

it U

MK

M (

%)

Kredit UMKM -Plafon s.d. 5 M (Jutaan Rp)

Page 19: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 39

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

NP

L (%

)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.8 Perkembangan NPL Grafik 3.9 NPL per Sektor

Untuk BPR, kredit bermasalah masih perlu mendapat perhatian khusus, mengingat

rasio NPLs pada triwulan laporan tercatat cukup tinggi yaitu 20,38% atau cukup jauh dari

rasio NPLs wajar yang diharapkan yaitu sebesar 5%. Penyumbang pembentukan NPLs

terbesar adalah sektor pertanian dengan rasio sebesar 49,38% yang diperkirakan karena

adanya gangguan pada kegiatan produksi pertanian akibat banjir yang mengenangi lahan

pertanian masyarakat.

Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPL, risiko kredit yang stabil-rendah disebabkan

pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki pangsa yang

dominan sebesar 61,56%. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan ke sektor

PHR sebesar 26,55%%. Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat

risikonya memiliki pangsa kucuran kredit yang relatif kecil.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit

1.50

1.70

1.90

2.10

2.30

2.50

2.70

2.90

3.10

3.30

3.50

JUN JULI AGT SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JULI AGT SEP

2010

No

n P

erf

orm

ing

Loan

(%

)

Rasio NPLs Gross sektoral (%)

22%

0%

18%

0%8%12%

2%

19%

15%

4%Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik, Gas & Air

Konstruksi

Perdagangan

Angkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial

Page 20: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS

Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan

Deposit Ratio menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan laporan patut mendapat perhatian.

Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dari

dana jangka pendek. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito hanya mencapai

27,44% dari total DPK lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 26,25% dari

total DPK. Sementara itu, dana jangka pendek mencapai lebih dari 73,75% dalam struktur

dana pihak ketiga yaitu giro sebesar 19,33% dan tabungan sebesar 54,42%.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK

Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 154,29% (bank umum) dan 225,92%

(BPR) menunjukkan bahwa likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR

menunjukkan bahwa jumlah kredit yang disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang

dihimpun oleh perbankan, yang terefleksi dari angka pertumbuhan DPK bank umum

(10,47%) dan DPK BPR (-6,51%) yang jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan kredit

bank umum yang tercatat 29,49% (y.o.y) dan BPR tercatat sebesar -0,44% (y.o.y). Hal ini

tentunya patut mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil

dananya dalam jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan

perbankan. Untuk itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya

dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang

digelontorkan menuju tingkat LDR yang dinilai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari

90%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

2010

Giro Deposito Tabungan

Page 21: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 41

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo

3.2.3 RISIKO PASAR

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas

suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga acuan yang

mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi ke depan

diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini

tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan

terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.13 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate

100.00

110.00

120.00

130.00

140.00

150.00

160.00

170.00

JUN JULI AGT SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JULI AGT SEP

2010

Lo

an

to

De

po

sit

Ra

tio

(%

)

L D R (%)

6.20%

6.30%

6.40%

6.50%

6.60%

6.70%

6.80%

6.90%

7.00%

7.10%

Rp8,000.00

Rp8,500.00

Rp9,000.00

Rp9,500.00

Rp10,000.00

Rp10,500.00

Jun

-09

Jul-

09

Au

g-0

9

Sep

-09

Oct

-09

No

v-0

9

De

c-0

9

Jan

-10

Feb

-10

Mar

-10

Ap

r-1

0

May

-10

Jun

-10

Jul-

10

Au

g-1

0

Sep

-10

KURS TENGAH BI RATE (%)

Page 22: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

BOX 3 : SISTEM RESI GUDANG SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM KORIDOR PENGUATAN ACCESS TO FINANCE BAGI UMKM

Pelaku usaha di Provinsi Gorontalo sejak awal berdirinya di tahun 2001 mengalami

perkembangan yang cukup signifikan, baik dari dari segi jumlah maupun komposisi. Hingga

tahun 2010 tercatat sebanyak 55.891 unit usaha berhasil “dilahirkan” dengan komposisi

usaha Mikro sebanyak 48.238 unit usaha, usaha Kecil sebanyak 7.431 unit usaha dan

usaha Menengah sebanyak 222 unit usaha (data Diskoperindag Provinsi Gorontalo). Namun

jumlah unit usaha yang sedemikian besarnya itu juga menyimpan berbagai permasalahan.

Berdasarkan penelitian Baseline Economic Survei (BLS) yang dilakukan oleh Bank

Indonesia, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan fundamental yang dihadapi UMKM

yang salah satunya terkait pembiayaan.

Berbagai macam pembiayaan baik yang disalurkan langsung oleh perbankan melalui

skim kreditnya maupun kredit program pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR)

nampaknya belum mampu menjawab permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh

UMKM. Hal ini terlihat dari realisasi penyaluran KUR di Provinsi Gorontalo berdasarkan data

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian hingga bulan Agustus 2010 tercatat

Rp143.282 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 20.189 UMKM apabila kita menghitung

secara matematis, maka realisasi KUR baru menjangkau sekitar 36.12% UMKM dari total

UMKM yang ada di Provinsi Gorontalo. Padahal pemerintah pusat sangat concern dengan

penyaluran kredit program ini.

Sebagai alternatif untuk menjawab permasalahan tersebut dikemukakan suatu skim

atau pola pembiayaan yang dapat memberikan kemudahan bagi pelaku usaha khususnya

petani untuk memperroleh fasilitas pembiayaan dari perbankan. Skim atau pola pembiayaan

tersebut kemudian dikenal dengan istilah “resi gudang atau warehouse receipt”. Resi

gudang (warehouse receipt) merupakan Dokumen yang diterbitkan pengelola gudang

(warehouse operator) yang menyatakan komoditi atau barang tertentu disimpan oleh

pemilik (depositor) di gudang yang dikelola oleh pengelola gudang.

Saat ini di Provinsi Gorontalo telah selesai dibangun dua buah gudang penyimpanan

yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo

dengan nilai investasi untuk masing-masing gudang mencapai Rp2,5 miliar. Gudang-gudang

tersebut saat ini dalam tahap pengkajian perijinan oleh Badan Pengawas Pedagangan

Berjangka Komoditi (Bappebti). Beberapa permasalahan yang dihadapi berhasil

diidentifikasi dalam workshop sistem resi gudang yang digelar Bank Indonesia dan

bekerjasama dengan Diskoperindag Provinsi Gorontalo salah satunya terkait dengan

pengelola gudang. Ketidaksiapan APBD Kabupaten dalam meng-cover biaya pengelolaan

Page 23: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 43

gudang disikapi dengan menyiapkan salah satu koperasi berprestasi yaitu KSU Mekar Jaya

sebagai calon pengelola gudang. Dengan adanya sistem pengelolaan gudang oleh

koperasi, diharapkan dapat menekan anggaran biaya pengelolaan yang selama ini menjadi

kendala. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengusulkan kepada Bappebti agar

menyetujui koperasi sebagai pengelola gudang karena selama ini pengelola gudang yang

diakui oleh Bappebti salah satunya PT Sucofindo.

Sistem resi gudang dijelaskan dalam skema berikut ini:

Gambar 3.1 Sistem Resi Gudang

Permohonan penerbitan Resi Gudang diberikan petani kepada pengelola gudang

untuk selanjutnya diterbitkan Resi Gudang Atas Perintah (RGAP). Selanjutnya RGAP

dilimpahkan kepada koperasi tani selaku asosiasi yang menaungi para petani. RGAP

selanjutnya diregistrasi di pusat registrasi oleh pengelola gudang. Permohonan pembiayaan

resi gudang diajukan oleh koperasi tani kepada bank dengan membawa RGAP yang telah

diregistrasi dan berkas proposal kredit. Verifikasi permohonan kredit dan RGAP dilakukan

oleh bank untuk melihat validitasnya. Setelah bank menyetujui, dilakukan akad kredit dan

akta penjaminan resi gudang antara bank dan kelompok tani. Tahap terkhir merupakan

pencairan dana kredit dari Koperasi tani kepada petani atas pengawasan bank. Kredit yang

diberikan memiliki plafon maksimal 70% dari nilai agunan, dengan jangka waktu kredit 6

bulan hingga 1 tahun.

Manfaat diterapkannya sitem resi gudang bagi petani, disamping sebagai alternatif

pembiayaan saat dibutuhkan, juga dapat menunda penjualan saat musim panen yang

menyebabkan turunnya harga komoditas pertanian. Bagi perbankan manfaat dari adanya

Page 24: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

resi gudang adalah adanya agunan berupa komoditas yang dijamin kualitas dan

diminimalisir resikonya karena dijamin oleh pihak asuransi. Sistem resi gudang merupakan

salah satu solusi dari permasalahan siklikal yang dihadapi petani saat panen tiba dan

menjadi sumber pembiayaan agar roda produksi pertanian dapat senantiasa berputar.

Hasil dari workshop sistem resi gudang dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan

komitmen bersama untuk memastikan sistem resi gudang dapat berjalan dengan baik di

Provinsi Gorontalo. Selanjutnya, setiap Kota/Kabupaten diharapkan dapat menganggarkan

APBD-nya masing-masng untuk membiayai pengelolaan gudang dalam sistem resi gudang.

Dalam fungsinya selaku regulator, Bank Indonesia mendukung sepenuhnya sistem resi

gudang dalam koridor penguatan access to finance bagi UMKM dan menjaga kestabilan

harga di sisi makro, karena dengan berkurangnya fluktuasi harga di pasar harapannya

masyarakat dapat berproduksi secara optimal sehingga kesejateraan masyarakat

meningkat. Kemudian perbankan di Provinsi Gorontalo diharapkan dapat mendukung

pelaksanaan sistem resi gudang untuk mewujudkan pemberdayaan ekonomi daerah, karena

pada hakikatnya tujuan resi gudang adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

khususnya petani.