perkembangan inflasi bab 2 - bi.go.id · berlipat pada peningkatan harga-harga di gorontalo....
TRANSCRIPT
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 21
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI
Pada triwulan III-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,60% (y.o.y), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73% (y.o.y). Lonjakan permintaan
masyarakat menyambut Bulan Ramadhan ditengah terhambatnya aspek produksi
memberikan dampak yang berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara
itu, beberapa sumber tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi
konsumen, dan distorsi pasar turut memberikan kontribusi terhadap kenaikan harga jual
barang/jasa kepada masyarakat.
2.1 INFLASI GORONTALO
Inflasi Gorontalo pada triwulan-III 2010 mengalami lonjakan menjadi 7,60% (y.o.y)
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73 (y.o.y). Inflasi volatile food
berperan besar dalam pembentukan inflasi Gorontalo sebesar 15,71% (y.o.y) jauh lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,95% (y.o.y). Sementara itu, core inflation
relatif stabil sebesar 3,40% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya
sebesar 3,41% (y.o.y). Sedangkan administered price inflation mengalami tekanan sebesar
5,30% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebelumnya sebesar 2,39%
(y.o.y). Faktor seasonal cenderung berperan penting dalam pembentukan inflasi Gorontalo
periode ini. Lonjakan permintaan masyarakat menyambut Bulan Ramadhan di tengah faktor
cuaca yang menyebabkan keterlambatan musim panen sehingga memberikan dampak yang
berlipat pada peningkatan harga-harga di Gorontalo. Sementara itu, beberapa sumber
tekanan inflasi lainnya meliputi kenaikan TDL, faktor preferensi konsumen, dan distorsi
pasar turut memberikan kontribusi terhadap kenaikan harga jual barang/jasa kepada
masyarakat.
Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
Inflasi Gorontalo pada triwulan III-2010 sebesar 7,60% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan inflasi nasional sebesar 5,80% (y.o.y). Bila dibandingkan dengan provinsi lain
di wilayah Sulampua inflasi Gorontalo pada triwulan III-2010 sebesar 7,60% (y.o.y)
menempati posisi ketiga terbesar setelah inflasi Maluku sebesar 13,15% (y.o.y) dan inflasi
Papua Barat Sebesar 8,65% (y.o.y). Sementara itu, bila dibandingkan dengan provinsi lain
di Pulau Sulawesi, inflasi Gorontalo menunjukkan posisi tertinggi.
Tabel 2.2
Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Di Sulampua Triwulan III-2010
Sumber : Badan Pusat Statistik
2.1.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Output gap negatif diperkirakan turut berperan dalam pembentukan inflasi Gorontalo
yang disebabkan oleh tingginya tekanan permintaan pada periode laporan terkait dengan
maraknya kegiatan ekonomi menyambut Ibadah Ramadahan dan Hari Raya Idul Fitri.
SEPT DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT
Total Inflasi (yoy) 3.97% 4.35% 4.07% 4.89% 3.59% 2.74% 2.69% 2.73% 3.91% 7.28% 7.60%
Core Inflation 3.58% 3.43% 3.89% 3.55% 3.32% 3.05% 3.09% 3.41% 4.46% 5.03% 3.40%
Volatile Food 5.64% 7.89% 5.31% 7.97% 5.05% 3.50% 2.28% 1.95% 3.09% 12.80% 15.71%
Administered Price 2.53% 1.63% 2.76% 3.35% 2.13% 1.07% 2.41% 2.39% 3.91% 4.17% 5.30%
Disagregasi2009 2010
Wilayah Inflasi (yoy) (%)
Nasional 5.80
Gorontalo 7.60
Sulawesi Utara 7.38
Sulawesi Tengah 6.92
Sulawesi Barat 3.69
Sulawesi Selatan 6.58
Sulawesi Tenggara 3.99
Maluku Utara 4.69
Maluku 13.15
Papua 4.56
Papua Barat 8.65
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 23
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.2 Indeks Keyakinan Konsumen
Meningkatnya tekanan permintaan masyarakat dapat tercermin dari hasil Survey Konsumen
(SK) September 2010 yang menunjukkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen
sebesar 163,97 lebih tinggi dibandingkan Juni 2010 sebesar 141,53. Peningkatan IKK
didukung oleh peningkatan pada seluruh komponen pembentuknya yaitu penghasilan saat
ini dibandingkan 6 bulan yang lalu, ketersediaan lapangan kerja saat ini, ketepatan waktu
pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan
datang, ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang, dan kondisi ekonomi 6
bulan yang akan datang. Di sisi lain, peningkatan permintaan juga didukung oleh
meningkatnya pendapatan masyarakat pedesaan yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai
Tukar Petani) pada triwulan III-2010 sebesar 102,54 lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 101,27.
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Grafik 2.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani
Sementara itu, ekspektasi inflasi turut memperkuat tekanan inflasi pada periode
laporan. Hasil rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah menginformasikan bahwa
pedagang-pedagang di Gorontalo cenderung ikut menaikkan harga-harga terutama bahan
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
makanan setelah mendengar bahwa harga-harga di Pulau Jawa meningkat terkait dengan
tingginya permintaan menjelang lebaran. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
menunjukkan bahwa terjadi kenaikan Perkembangan Realisasi Harga Jual pada triwulan
laporan sebesar 22,12 (SBT) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,77
(SBT).
Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.4 Perkembangan Realisasi Harga Jual
Faktor kenaikan harga-harga barang yang diimpor (imported inflation) baik antar
pulau maupun komoditas internasional mempengaruhi pergerakan tingkat inflasi Gorontalo.
Gorontalo belum mampu memproduksi kebutuhan masyarakat sepenuhnya untuk komoditas
tertentu seperti minyak goreng dan tepung sehingga sebagian besar harus impor dari luar
provinsi, sementara untuk komoditas emas pergerakan harga mengikuti perkembangan
harga internasional, sehingga kenaikan harga-harga komoditas dimaksud akan
menyumbang pada peningkatan inflasi Gorontalo. Berdasarkan survey pemantauan harga
terjadi peningkatan harga-harga barang yang diimpor pada triwulan laporan yaitu komoditas
minyak goreng, tepung dan emas.
Sumber : Diskoperindag Prov. Gorontalo
Grafik 2.5 Perkembangan Harga Komoditas Impor di Gorontalo
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 25
2.1.2 FAKTOR NON – FUNDAMENTAL
Faktor non-fundamental sangat berperan penting dalam peningkatan inflasi periode
laporan. Lonjakan harga komoditas volatile food yang pada umumnya merupakan komoditas
bahan makanan sangat mendominasi sehingga mampu menggerakkan tingkat inflasi
Gorontalo ke level tertinggi, sementara administered price inflation turut memberi tekanan
sejalan dengan kebijakan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada triwulan laporan.
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi kelompok Bahan makanan
Masyarakat Gorontalo yang mayoritas muslim cenderung meningkatkan
permintaannya terhadap barang dan jasa dalam menyambut ibadah di bulan Ramadhan.
Kebutuhan terhadap bahan makanan menjadi prioritas mengingat budaya dan selera
masyarakat Gorontalo untuk menyambut Ramadhan dengan sebaik-baiknya termasuk
mengkonsumsi hidangan istimewa dalam santap sahur dan berbuka puasa. Sementara itu,
di tengah lonjakan permintaan masyarakat, faktor produksi tidak mampu mengimbangi
sehingga harga-harga melonjak, sejalan dengan mekanisme pasar. Sementara itu, aspek
distribusi yang tidak merata dan dominasi pedagang besar turut meningkatkan harga-harga
komoditas bumbu-bumbuan. Di sisi lain, cuaca yang kurang mendukung (hujan berlebihan)
juga menghambat produksi terutama pada beras, gula, dan komoditas perikanan. Menurut
BMKG, distribusi curah hujan di wilayah Teluk Tomini pada Agustus 2010 tergolong pada
menengah ke atas dan tinggi.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
Sumber : BMKG
Gambar 2.1 Distribusi Curah Hujan di Indonesia
Harga komoditas yang diatur pemerintah (administered price) juga mengalami
peningkatan pada periode ini. Per 1 Juli 2010, Pemerintah dan DPR sepakat untuk
menaikkan tarif dasar listrik secara variatif berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan oleh
PT. PLN (Persero). Berdasakan analisis input-output oleh Bank Indonesia Gorontalo,
kenaikan TDL akan memberikan dorongan peningkatan beban produksi mencapai 0,62%
dibandingkan keseluruhan input total. Peningkatan beban produksi yang cukup signifikan
tentunya turut mendorong harga jual barang dan jasa pada level konsumen.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 27
Tabel 2.3 Dampak Kenaikan TDL (Analisis Input-Output)
Sumber : Analisis Input output, Bank Indonesia Gorontalo
Sementara itu, hasil Survei Bank Indonesia Gorontalo kepada pelaku industri
menunjukkan bahwa 70% responden merasakan secara langsung kenaikan harga TDL
terhadap produksi. Kebijakan kenaikan TDL dirasakan memberi pengaruh terhadap
kenaikan biaya produksi terutama biaya energi listrik. Sementara itu, hampir seluruh
responden yang merasa terkena dampak TDL akan membebankan kenaikan biaya produksi
kepada konsumen (harga jual).
Sumber: Bank Indonesia Gorontalo (Hasil Survei)
Nominal % Nominal % Nominal %
Padi - - 925.97 0.386 925.97 0.386
Tanaman Pangan Lain - - 522.91 0.069 522.91 0.069
Tanaman Pertanian Lain - - 385.96 0.135 385.96 0.135
Peternakan 23.99 0.010 242.43 0.105 266.42 0.115
Kehutanan - - 417.48 0.785 417.48 0.785
Perikanan 11.72 0.004 270.72 0.085 282.44 0.089
Pertambangan - - 1,063.41 1.262 1,063.41 1.262
Industri Makanan 687.46 0.088 2,372.39 0.302 3,059.84 0.390
Industri Lain 1,384.96 0.731 4,099.91 2.164 5,484.87 2.896
Penyulingan minyak - - - - - -
Listrik 637.52 0.930 2,115.38 3.086 2,752.90 4.016
Gas dan Air Minum 173.26 1.606 464.60 4.306 637.86 5.911
Konstruksi 186.09 0.025 1,414.21 0.191 1,600.30 0.216
Perdagangan 1,130.51 0.178 4,577.91 0.721 5,708.42 0.898
Hotel dan Restoran 356.56 0.207 1,251.24 0.726 1,607.80 0.934
Angkutan & Komunikasi 746.60 0.106 4,096.12 0.579 4,842.72 0.685
Keuangan 517.55 0.082 5,018.30 0.791 5,535.84 0.872
Pemerintahan Umum 2,852.78 0.162 7,799.09 0.443 10,651.86 0.605
Jasa Lainnya 535.96 0.440 1,477.08 1.213 2,013.04 1.654
Kegiatan lainnya 213.44 0.193 1,031.86 0.933 1,245.29 1.126
Keseluruhan 9,458.38 0.120 39,546.94 0.500 49,005.32 0.620
Dampak Langsung Dampak Tidak Langsung Dampak TotalSEKTOR
Grafik 2.7 Persentase Responden
Terpengaruh Kebijakan TDL
Grafik 2.8 Persentase Kenaikan Biaya
Produksi Akibat Kebijakan TDL
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA
2.2.1 INFLASI TAHUNAN (y.o.y)
Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan III-2010 sebesar 7,60% (y.o.y) jauh lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73% (y.o.y). Lonjakan kenaikan harga
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan akibat membumbungnya permintaan
masyarakat ditengah keterbatasan produksi. Di sisi lain, kondisi cuaca hujan berlebihan
mengurangi produktivitas hasil pertanian dan perikanan sehingga aspek supply terganggu.
Tabel 2.4
Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan terutama didorong oleh kenaikan sub
kelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya. Pada triwulan III-2010, inflasi tahunan
kelompok bahan makanan sebesar 15,63% (y.o.y) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 2,03% (y.o.y). Penyebab utama tingginya tekanan inflasi pada
kelompok ini karena perkembangan harga subkelompok padi-padian mengalami lonjakan
yang sangat signifikan. Subsektor padi-padian pada triwulan III-2010 mengalami inflasi
sebesar 16,62% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,97%
(y.o.y).
Tabel 2.5
Inflasi Tahunan Sub-kelompok Bahan Makanan (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Umum 4.07% 4.89% 3.59% 2.74% 2.69% 2.73% 3.91% 7.28% 7.60%
1 Bahan makanan 5.26% 7.98% 5.10% 3.54% 2.34% 2.03% 3.13% 12.76% 15.63%
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 8.13% 8.52% 5.93% 4.09% 5.83% 5.56% 8.41% 8.22% 7.87%
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 3.57% 3.17% 3.06% 2.98% 3.06% 3.57% 4.45% 5.42% 3.45%
4 Sandang 2.63% 0.42% -0.18% 0.27% 1.17% 2.25% 2.30% 3.21% 3.05%
5 Kesehatan 7.81% 8.10% 9.35% 7.86% 7.31% 7.36% 7.64% 7.86% 2.37%
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.53% 0.28% 0.36% 0.18% 0.35% 0.35% 0.47% 0.52% 0.41%
7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0.97% -0.09% -0.06% -0.20% -0.36% -0.40% 0.65% 0.94% 2.57%
2010No
Inflasi Tahunan
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT
BAHAN MAKANAN 5.26 7.98 5.1 3.54 2.34 2.03 3.13 12.76 15.63
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 5.41 9.06 7.46 4.17 3.36 5.97 7.25 19.29 16.62
Daging dan Hasil-hasilnya -4.86 -1.62 0.31 1.59 0.86 0.63 0.68 3.72 5.29
Ikan Segar 5.18 5.74 5.58 -0.55 -10.89 -8.8 -4.83 6.68 15.86
Ikan Diawetkan 0.75 8.67 10.14 7.56 7.8 9.94 6.66 8.44 8.01
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -5.81 -2.3 -2.47 -4.7 -5.14 -2.91 -0.81 -1.01 -0.92
Sayur-sayuran -7.25 8.55 25.92 10.17 21.99 30.25 -11.72 14.53 21.8
Kacang - kacangan 11.58 10.85 4.09 1.65 6.85 9.04 9.65 10.77 4.57
Buah - buahan 29.04 40.99 27.79 24.31 24.21 -4.61 2.61 25.87 20.07
Bumbu - bumbuan 21.23 8.32 -17.84 9.74 44.9 26.78 47.83 43.11 49
Lemak dan Minyak 5.86 7.34 6.45 2.8 -8.82 -7.23 -7.61 -7.29 -7.73
Bahan Makanan Lainnya 2.49 5.01 2.3 0.95 0.95 0.95 1.87 1.87 0.83
Kelompok / Sub kelompok
2010
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 29
2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (q.t.q)
Secara triwulanan, perkembangan harga-harga di Gorontalo pada triwulan III-2010
mengalami inflasi sebesar 5,63% (q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mengalami deflasi sebesar -0,25% (q.t.q). Kenaikan inflasi secara triwulanan terutama
didorong oleh kenaikan harga-harga pada subkelompok bahan makanan dan subkelompok
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Tabel 2.6 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Subkelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 12,57% (q.t.q) jauh lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -2,07% (q.t.q). Lonjakan permintaan
masyarakat menyambut perayaan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri memberi
tekanan kenaikan harga-harga pada triwulan laporan. Sementara itu, beberapa
permasalahan diantaranya faktor cuaca, keterlambatan panen beras, hambatan distribusi,
ekspektasi harga, dan dominasi pedagang besar menghambat kelancaran di sisi pasokan.
Ketidakseimbangan sisi permintaan dan penawaran kemudian diterjemahkan dengan
kenaikan harga-harga pada hampir seluruh komoditas bahan makanan. Di sisi lain, inflasi
subkelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 2,91%
(q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -0,21% (q.t.q). Perayaan
ceremony lokal yaitu ‘Tumbilotohe’ atau ‘malam pasang lampu’ mendorong lonjakan
kenaikan harga minyak tanah. Perayaan ‘Tumbilotohe’ merupakan budaya untuk
menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan menyalakan lampu (pada umumnya berbahan bakar
minyak tanah) di seluruh wilayah Gorontalo secara serentak.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Umum 0.47 1.23 1.59 0.32 -0.92 -0.25 2.09 5.47 5.63
1 Bahan makanan -0.18 2.73 4.25 1.02 -4.04 -2.07 2.22 12.67 12.57
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1.18 1.48 7.45 0.17 1.80 1.57 4.95 3.59 4.24
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1.03 0.41 9.85 -0.18 0.25 0.42 1.55 2.45 2.11
4 Sandang 1.13 0.32 2.34 -0.49 0.17 1.33 1.35 2.01 1.00
5 Kesehatan 0.08 0.40 1.67 1.53 1.17 -0.08 0.16 0.68 0.69
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.03 -0.05 -0.05 -0.13 0.19 0.19 0.40 0.15 0.26
7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.08 0.04 0.05 0.02 -0.15 -0.21 0.84 1.32 2.91
2010No
Inflasi Triwulanan
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
Grafik 2.9 Perkembangan Harga-harga
Sumber : Diskoperindag Provinsi Gorontalo
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 31
Konvergensi Inflasi Koefisien Konvergensi Prob t-stat Adj R-squared Dw-Stat
Gorontalo - Sulteng - Sulut 0.632 0.000 0.524 1.965
Gorontalo - Nasional 0.708 0.000 0.522 1.708
BOX 1 : KONVERGENSI INFLASI GORONTALO
Konsep Konvergensi Inflasi
Konvergensi inflasi dapat diartikan bahwa dalam jangka panjang pergerakan inflasi
antar daerah akan menjadi konvergen (searah) atau diffrensial inflasi semakin lama
semakin kecil. Melalui analisis konvergensi inflasi dapat memberi gambaran apakah
kebijakan moneter yang diterapkan berperan dalam membawa tingkat inflasi antar
daerah menjadi konvergen dan berpengaruh pula terhadap persistensi inflasi. Dalam
analisis kuantitatif ekonometrika, untuk mengetahui konvergensi inflasi antar provinsi
digunakan metode Augmented Dickey-Fuller terhadap persamaan diferensial inflasi yang
digunakan oleh Kocenda & Papell (1997), sebagai berikut:
Dimana π merupakan inflasi dan φ merupakan koefisiensi konvergensi.
Inflasi antar daerah dinilai konvergen bila nilai koefisien konvergensi inflasi bernilai
lebih kecil dari pada 1. Bila inflasi daerah konvergen, maka selisih antara inflasi
individual dengan rata-rata inflasi semakin kecil dari waktu ke waktu. Sebaliknya bila nilai
koefisien konvergensi bernilai lebih besar dari 1 mengindikasikan divergensi. Tingkat
konvergensi dapat dinyatakan sebagai berikut r yang dihitung dengan menggunakan
koefisien konvergensi (φ).
Hasil Analisis Konvergensi Inflasi
Tabel 2.7 Hasil Estimasi Analisis Konvergensi
Hasil analisis Pool Least Squared dengan periode 2003:1 – 2008:5 menunjukkan
bahwa inflasi daerah-daerah di Teluk Tomini yaitu Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan
Sulawesi Utara akan mengalami konvergensi dengan nilai koefisien konvergensi
sebesar 0,632. Sementara itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa inflasi Gorontalo
dan inflasi nasional akan mengalami konvergensi dalam jangka panjang dengan nilai
koefisien konvergensi sebesar 0,708. Konvergensi inflasi antar wilayah di Teluk Tomini
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
cenderung lebih cepat dibandingkan konvergensi inflasi antar Gorontalo-Nasional yang
ditunjukkan dengan nilai koefisien inflasi wilayah Teluk Tomini yang lebih kecil
dibandingkan nilai koefisien inflasi Gorontalo-Nasional. Hal ini diperkirakan terjadi karena
pergerakan inflasi daerah terkait erat dengan kelancaran/kecepatan distribusi barang
antar daerah sehingga kedekatan geografis mempengaruhi kecepatan tingkat
konvergensi antar daerah.
Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 2.10 Grafik 2.11 Inflasi Gorontalo–Sulut–Sulteng Inflasi Gorontalo – Nasional
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 33
BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo selama triwulan III-2010 menunjukkan
perkembangan yang cukup baik, tercermin dari beberapa indikator seperti penghimpunan
Dana Pihak Ketiga (DPK, penyaluran kredi dan rasio kredit bermasalah (NPLs). DPK yang
berhasil dihimpun mengalami pertumbuhan, demikian pula dengan penyaluran kredit ke
masyarakat. Pertumbuhan penyaluran kredit diikuti oleh risiko kredit yang relatif terkendali
seperti tercermin dari indikator NPLs yang masih berada pada level aman (dibawah 5%).
Hal yang masih perlu mendapat perhatian adalah potensi risiko likuiditas, mengingat rasio
kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) menunjukkan angka yang masih berada pada level
‘kurang wajar’.
3.1 FUNGSI INTERMEDIASI
Fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo hingga triwulan III-2010
menunjukkan perkembangan yang cukup baik seperti tercermin dari indikator Loan to
Deposit Ratio (LDR), yakni sebesar 154,37%. Jumlah penghimpunan dana pihak ketiga
oleh perbankan di, Gorontalo menunjukkan peningkatan yakni sebesar 10,47%(y.o.y),
demikian pula dengan jumlah kredit yang disalurkan meningkat sebesar 29,49%(y.o.y)
3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum
Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor
Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 14
kantor cabang, 26 kantor cabang pembantu, 12 kantor kas serta 22 kantor unit, sedangkan
jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 2 kantor kas.
3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT
Pada posisi akhir triwulan III-2010 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp2,06
triliun, tumbuh sebesar 10,47% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 6,79% (y.o.y). Tabungan sebagai komponen DPK dengan share sebesar 2,58%
mengalami pertumbuhan sebesar 9,20% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 11,31% (y.o.y). Giro dengan share terhadap DPK sebesar 19,98%
mengalami pertumbuhan sebesar 38,86% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 15,79% (y.o.y). Pertumbuhan giro yang cukup tinggi di satu pihak
membantu likuiditas dana perbankan namun di lain pihak merefleksikan cukup tingginya
dana pemerintah yang ada di perbankan akibat pengeluaran pemerintah yang belum
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
optimal. Sementara itu simpanan deposito mengalami kontraksi sebesar 1,94%. Kontraksi
pada perkembangan deposito tersebut sejalan dengan tren penurunan suku bunga
deposito.
Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga
Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penghimpunan dana hingga triwulan III-2010
tercatat sebesar Rp.9,14 milliar, mengalami kontraksi sebesar -6,51% (y.o.y) lebih rendah
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan DPK tersebut terutama
dipengaruhi oleh penurunan jumlah tabungan 22,16%, yang diperkirakan karena adanya
penarikan sebagian dana tabungan masyarakat yang ada di BPR untuk keperluan selama
bulan Ramadhan dan Lebaran serta perpindahan dari tabungan ke deposito. Untuk
deposito, mengalami ekspansi menjadi sebesar Rp5,41 miliiar atau tumbuh 8,54% (y.o.y).
Penyerapan dana masyarakat di Gorontalo secara umum masih relatif kecil, yang
terefleksi dari angka LDR yang mencapai 154,29% (Bank Umum) dan 225,92% (BPR).
Untuk mendorong pertumbuhan dana pihak ketiga, maka pada 20 Februari 2010 lalu telah
diluncurkan produk” Tabunganku” dengan berbagai kemudahan antara lain pembebasan
biaya administrasi tabungan dan setoran minimum yang rendah. Sejak produk tersebut
dilaunching pada 20 Februari 2010 lalu, respon masyarakat terhadap produk tersebut cukup
baik yang terlihat dari perkembangan jumlah rekening dan nominal “Tabunganku” yang
menunjukkan peningkatan cukup baik. Jika pada awal diluncurkan (Februari 2010), jumlah
rekening “Tabunganku” adalah 1.836 rekening dengan nominal tabungan sebesar
Rp57.420.000,00, maka pada bulan maret 2010 jumlahnya meningkat menjadi 2.430
rekening dengan nominal Rp608.064.639,25. Selanjutnya, pada triwulan III-2010, jumlah
rekening tercatat 2.955 rekening dengan nominal Rp4.324.940.014,275. Beberapa fasilitas
produk “Tabunganku” seperti tidak adanya biaya administrasi dan jumlah setoran minimum
yang relatif kecil, menjadi faktor yang dipertimbangkan masyarakat dalam memanfaatkan
produk ini. Untuk mendorong peningkatan produk ini, Bank Indonesia secara intensif
(60.00)
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00 JU
N
JULI
AG
T
SEP
OK
T
NO
V
DES
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
JULI
AG
T
SEP
2010
Pe
rtu
mb
uh
an (y
oy)
(%
)
DPK Total Giro Deposito Tabungan
19.98%
27.44%52.58%
DPK BANK UMUM
Giro Deposito Tabungan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 35
melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya ke sekolah-sekolah sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat untuk menabung.
3.1.3 PENYALURAN KREDIT
Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar
Rp3,18 triliun, tumbuh 29,49% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 31,99% (y.o.y). Pertumbuhan kredit yang relatif tinggi antara lain
didorong oleh perkembangan kredit investasi yang tercatat tumbuh sebesar 39,50% (y.o.y)
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 33,25% (y.o.y).
Meskipun pertumbuhan kredit investasi tercatat yang tertinggi pada triwulan laporan,
namun pangsanya terhadap portofolio kredit masih sangat rendah yaitu hanya sebesar
6,39%. Sementara itu, meskipun pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 36,84%(y.o.y)
tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 40,07%(y.o.y), namun kredit
konsumsi masih mendominasi pangsa kredit terbesar di Gorontalo yaitu sebesar 61,56%.
Sementara itu, kredit modal kerja tercatat memiliki pangsa sebesar 32,05% terhadap total
kredit dan memiliki pertumbuhan sebesar 15,87%. Dari sisi risiko, portofolio kredit yang
didominasi oleh kredit konsumtif merupakan hal yang baik karena kredit konsumsi memiliki
exposure resiko yang relatif rendah. Namun, dari segi perannya terhadap perekonomian
daerah, dominasi kredit konsumtif menunjukkan bahwa peran perbankan dalam
menstimulus pertumbuhan ekonomi kurang optimal karena kredit konsumtif tidak
memberikan efek multiplier yang tinggi bila dibandingkan kredit investasi atau modal kerja.
Untuk BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan laporan tercatat sebesar
Rp20,64 milliar atau tumbuh sebesar -0,44%(y.o.y), karena adanya penurunan pada kredit
produktif (investasi dan modal kerja) masing-masing sebesar 14,44%(y.o.y) dan
9,97%(y.o.y). Kredit konsumsi tercatat sebesar Rp.7,95 milliar atau tumbuh sebesar 20,22%
(y.o.y) yang diperkirakan dipengaruhi oleh meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat.
Berbeda dengan bank umum, pangsa kredit terbesar pada BPR disalurkan untuk kegiatan
produktif yaitu modal kerja dengan pangsa sebesar 59,56% sedangkan untuk konsumsi
hanya 38,50% dari total kredit.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan
Dari sisi sektoral, kredit sektor produktif menunjukkan perlambatan selama triwulan
III-2010. Sektor pertanian, pertambangan, dan industri mengalami penurunan yang cukup
signifikan yaitu terkontraksi masing-masing sebesar -49,23% (y.o.y), -26,38% (y.o.y), dan
34,71%. Kinerja kredit perdagangan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 12,89%
(y.o.y) namun relatif lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
14,99% (y.o.y). Hal yang sama juga terjadi pada sektor konstruksi tercatat mengalami
pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya yaitu 37,44% (y.o.y) meskipun masih
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 64,60% (y.o.y). Meningkatnya
realisasi proyek (infrastruktur) pada akhir tahun masih menjaga pertumbuhan kredit sektor
konstruksi, karena sebagaimana diketahui bahwa pendanaan proyek-proyek infrastruktur
umumnya memanfaatkan jasa kredit perbankan, antara lain untuk penyelesaian proyek
pelabuhan dan jalan provinsi pada beberapa kabupaten.
Untuk BPR, dari total kredit sebesar Rp.20,64 milliar, kredit terbesar disalurkan ke
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yaitu sebesar Rp.9.43 milliar atau 45,69%
dari total kredit. Penyaluran kredit BPR nampaknya disesuaikan dengan karakteristik
wilayah Gorontalo yang umumnya didominasi oleh sektor PHR. Adapun kredit sektor
pertanian dan industri hanya memiliki share yang terkecil yaitu masing-masing 1,46% dan
1,52% dari total kredit. Seperti halnya dengan kredit pada bank umum, kredit pada kedua
sektor tersebut juga menunjukkan kontraksi masing-masing sebesar -26,65% dan 11,11%
yang diperkirakan selain karena cukup tingginya angka NPLs (kredit sektor pertanian
misalnya tercatat 49,38%), turut dipengaruhi oleh faktor cuaca yang mengganggu aktivitas
ekonomi masyarakat di sektor tersebut.
Data yang ada menunjukkan bahwa pada tahun 2009 pangsa kredit terhadap
total PDRB Gorontalo adalah sebesar 8,20%. Selanjutnya, hingga triwulan III-2010 pangsa
kredit terhadap total PDRB mengalami peningkatan menjadi 9,94%. Hal tersebut
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
JUN
JULI
AG
T
SEP
OK
T
NO
V
DES
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
JULI
AG
T
SEP
2010
Pe
rtu
mb
uh
an (y
oy)
(%
)
Kredit Total Investasi Modal Kerja Konsumsi
6.39%
32.05%
61.56%
KREDIT BANK UMUM
Investasi Modal Kerja Konsumsi
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 37
0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00%
Pertanian
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan
SHARE SEKTORAL
merefleksikan bahwa peran perbankan terhadap pembentukan PDRB di Gorontalo semakin
meningkat, namun masih relatif kecil jika dibandingkan dengan daerah lain misalnya
Sulawesi Selatan yang pada tahun 2009 pangsa kredit terhadap PDRB mencapai 35,75%.
Dengan kondisi tersebut maka peluang perbankan dalam meningkatkan pembiayaan di
Gorontalo masih terbuka luas.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral
Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat sebesar Rp2.70 triliun atau mengambil
pangsa sebesar 84,95% dari total kredit di Gorontalo, yang merefleksikan bahwa sebagian
besar kredit yang disalurkan di Gorontalo merupakan skala menengah kebawah. Kredit
UMKM tersebut tumbuh 77,67% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 76,67% (y.o.y), yang tak lepas dari kinerja perbankan untuk terus menggali dan
men-support potensi daerah dengan berbagai program kegiatannya. Untuk meningkatkan
akses UMKM ke perbankan, sejak triwulan lalu telah dibentuk Financial Advisor (FA) yaitu
merupakan forum individu profesional dari perbankan yang dikoordinir oleh Bank Indonesia
untuk memberikan bantuan teknis kepada masyarakat dan pelaku UMKM secara langsung.
Forum ini diharapkan efektif dalam menggali informasi dan mencari solusi untuk mendorong
akses dunia usaha khususnya mikro dan kecil agar tidak hanya feasible namun juga
bankable.
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
JUN
JULI
AG
T
SEP
OK
T
NO
V
DES
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
JULI
AG
T
SEP
2010
Pe
rtu
mb
uh
an
(y
oy
) (%
)
Pertanian
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar
relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Data perbankan hingga
triwulan laporan menunjukkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPLs) masih berada pada
ambang toleransi/wajar sesuai ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Namun demikian, hal yang
perlu mendapat perhatian adalah fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to
Deposit Ratio (LDR) karena berada di ambang „tidak wajar‟ mencapai lebih dari 154% yang
berpotensi mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. Sedangkan volatilitas kurs
diyakini tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap
transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
3.2.1 RISIKO KREDIT
Hingga triwulan laporan, kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) bank
umum secara keseluruhan masih berada pada level 1,90% (bruto) yang tercatat mengalami
perbaikan (lebih rendah) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,03%.
Hal tersebut merefleksikan bahwa meskipun jumlah kredit yang disalurkan di Gorontalo
tergolong tinggi, namun kualitas kredit tetap terjaga pada level wajar sesuai yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia yaitu 5% (bruto). Secara sektoral, kualitas kredit sektor-sektor yang
masih perlu mendapat perhatian adalah pertanian dan industri dengan rasio NPLs masing-
masing sebesar 6,45% dan 5,32%. Sedangkan sektor strategis yang memiliki tingkat NPL
yang relatif rendah adalah angkutan sebesar 0,70%, konstruksi sebesar 2,25%, dan
perdagangan sebesar 3,43%.
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
JUN JULI AGT SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JULI AGT SEP
2010
Pe
rtu
mb
uh
an K
red
it U
MK
M (
%)
Kredit UMKM -Plafon s.d. 5 M (Jutaan Rp)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 39
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
NP
L (%
)
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.8 Perkembangan NPL Grafik 3.9 NPL per Sektor
Untuk BPR, kredit bermasalah masih perlu mendapat perhatian khusus, mengingat
rasio NPLs pada triwulan laporan tercatat cukup tinggi yaitu 20,38% atau cukup jauh dari
rasio NPLs wajar yang diharapkan yaitu sebesar 5%. Penyumbang pembentukan NPLs
terbesar adalah sektor pertanian dengan rasio sebesar 49,38% yang diperkirakan karena
adanya gangguan pada kegiatan produksi pertanian akibat banjir yang mengenangi lahan
pertanian masyarakat.
Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPL, risiko kredit yang stabil-rendah disebabkan
pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki pangsa yang
dominan sebesar 61,56%. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan ke sektor
PHR sebesar 26,55%%. Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat
risikonya memiliki pangsa kucuran kredit yang relatif kecil.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit
1.50
1.70
1.90
2.10
2.30
2.50
2.70
2.90
3.10
3.30
3.50
JUN JULI AGT SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JULI AGT SEP
2010
No
n P
erf
orm
ing
Loan
(%
)
Rasio NPLs Gross sektoral (%)
22%
0%
18%
0%8%12%
2%
19%
15%
4%Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik, Gas & Air
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS
Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan
Deposit Ratio menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan laporan patut mendapat perhatian.
Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dari
dana jangka pendek. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito hanya mencapai
27,44% dari total DPK lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 26,25% dari
total DPK. Sementara itu, dana jangka pendek mencapai lebih dari 73,75% dalam struktur
dana pihak ketiga yaitu giro sebesar 19,33% dan tabungan sebesar 54,42%.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK
Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 154,29% (bank umum) dan 225,92%
(BPR) menunjukkan bahwa likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR
menunjukkan bahwa jumlah kredit yang disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang
dihimpun oleh perbankan, yang terefleksi dari angka pertumbuhan DPK bank umum
(10,47%) dan DPK BPR (-6,51%) yang jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan kredit
bank umum yang tercatat 29,49% (y.o.y) dan BPR tercatat sebesar -0,44% (y.o.y). Hal ini
tentunya patut mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil
dananya dalam jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan
perbankan. Untuk itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya
dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang
digelontorkan menuju tingkat LDR yang dinilai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari
90%.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
JUN
JULI
AG
T
SEP
OK
T
NO
V
DES
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
JULI
AG
T
SEP
2010
Giro Deposito Tabungan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 41
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo
3.2.3 RISIKO PASAR
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas
suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga acuan yang
mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi ke depan
diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini
tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan
terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.13 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate
100.00
110.00
120.00
130.00
140.00
150.00
160.00
170.00
JUN JULI AGT SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JULI AGT SEP
2010
Lo
an
to
De
po
sit
Ra
tio
(%
)
L D R (%)
6.20%
6.30%
6.40%
6.50%
6.60%
6.70%
6.80%
6.90%
7.00%
7.10%
Rp8,000.00
Rp8,500.00
Rp9,000.00
Rp9,500.00
Rp10,000.00
Rp10,500.00
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9
Sep
-09
Oct
-09
No
v-0
9
De
c-0
9
Jan
-10
Feb
-10
Mar
-10
Ap
r-1
0
May
-10
Jun
-10
Jul-
10
Au
g-1
0
Sep
-10
KURS TENGAH BI RATE (%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
BOX 3 : SISTEM RESI GUDANG SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM KORIDOR PENGUATAN ACCESS TO FINANCE BAGI UMKM
Pelaku usaha di Provinsi Gorontalo sejak awal berdirinya di tahun 2001 mengalami
perkembangan yang cukup signifikan, baik dari dari segi jumlah maupun komposisi. Hingga
tahun 2010 tercatat sebanyak 55.891 unit usaha berhasil “dilahirkan” dengan komposisi
usaha Mikro sebanyak 48.238 unit usaha, usaha Kecil sebanyak 7.431 unit usaha dan
usaha Menengah sebanyak 222 unit usaha (data Diskoperindag Provinsi Gorontalo). Namun
jumlah unit usaha yang sedemikian besarnya itu juga menyimpan berbagai permasalahan.
Berdasarkan penelitian Baseline Economic Survei (BLS) yang dilakukan oleh Bank
Indonesia, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan fundamental yang dihadapi UMKM
yang salah satunya terkait pembiayaan.
Berbagai macam pembiayaan baik yang disalurkan langsung oleh perbankan melalui
skim kreditnya maupun kredit program pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR)
nampaknya belum mampu menjawab permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh
UMKM. Hal ini terlihat dari realisasi penyaluran KUR di Provinsi Gorontalo berdasarkan data
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian hingga bulan Agustus 2010 tercatat
Rp143.282 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 20.189 UMKM apabila kita menghitung
secara matematis, maka realisasi KUR baru menjangkau sekitar 36.12% UMKM dari total
UMKM yang ada di Provinsi Gorontalo. Padahal pemerintah pusat sangat concern dengan
penyaluran kredit program ini.
Sebagai alternatif untuk menjawab permasalahan tersebut dikemukakan suatu skim
atau pola pembiayaan yang dapat memberikan kemudahan bagi pelaku usaha khususnya
petani untuk memperroleh fasilitas pembiayaan dari perbankan. Skim atau pola pembiayaan
tersebut kemudian dikenal dengan istilah “resi gudang atau warehouse receipt”. Resi
gudang (warehouse receipt) merupakan Dokumen yang diterbitkan pengelola gudang
(warehouse operator) yang menyatakan komoditi atau barang tertentu disimpan oleh
pemilik (depositor) di gudang yang dikelola oleh pengelola gudang.
Saat ini di Provinsi Gorontalo telah selesai dibangun dua buah gudang penyimpanan
yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo
dengan nilai investasi untuk masing-masing gudang mencapai Rp2,5 miliar. Gudang-gudang
tersebut saat ini dalam tahap pengkajian perijinan oleh Badan Pengawas Pedagangan
Berjangka Komoditi (Bappebti). Beberapa permasalahan yang dihadapi berhasil
diidentifikasi dalam workshop sistem resi gudang yang digelar Bank Indonesia dan
bekerjasama dengan Diskoperindag Provinsi Gorontalo salah satunya terkait dengan
pengelola gudang. Ketidaksiapan APBD Kabupaten dalam meng-cover biaya pengelolaan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 43
gudang disikapi dengan menyiapkan salah satu koperasi berprestasi yaitu KSU Mekar Jaya
sebagai calon pengelola gudang. Dengan adanya sistem pengelolaan gudang oleh
koperasi, diharapkan dapat menekan anggaran biaya pengelolaan yang selama ini menjadi
kendala. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengusulkan kepada Bappebti agar
menyetujui koperasi sebagai pengelola gudang karena selama ini pengelola gudang yang
diakui oleh Bappebti salah satunya PT Sucofindo.
Sistem resi gudang dijelaskan dalam skema berikut ini:
Gambar 3.1 Sistem Resi Gudang
Permohonan penerbitan Resi Gudang diberikan petani kepada pengelola gudang
untuk selanjutnya diterbitkan Resi Gudang Atas Perintah (RGAP). Selanjutnya RGAP
dilimpahkan kepada koperasi tani selaku asosiasi yang menaungi para petani. RGAP
selanjutnya diregistrasi di pusat registrasi oleh pengelola gudang. Permohonan pembiayaan
resi gudang diajukan oleh koperasi tani kepada bank dengan membawa RGAP yang telah
diregistrasi dan berkas proposal kredit. Verifikasi permohonan kredit dan RGAP dilakukan
oleh bank untuk melihat validitasnya. Setelah bank menyetujui, dilakukan akad kredit dan
akta penjaminan resi gudang antara bank dan kelompok tani. Tahap terkhir merupakan
pencairan dana kredit dari Koperasi tani kepada petani atas pengawasan bank. Kredit yang
diberikan memiliki plafon maksimal 70% dari nilai agunan, dengan jangka waktu kredit 6
bulan hingga 1 tahun.
Manfaat diterapkannya sitem resi gudang bagi petani, disamping sebagai alternatif
pembiayaan saat dibutuhkan, juga dapat menunda penjualan saat musim panen yang
menyebabkan turunnya harga komoditas pertanian. Bagi perbankan manfaat dari adanya
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA
resi gudang adalah adanya agunan berupa komoditas yang dijamin kualitas dan
diminimalisir resikonya karena dijamin oleh pihak asuransi. Sistem resi gudang merupakan
salah satu solusi dari permasalahan siklikal yang dihadapi petani saat panen tiba dan
menjadi sumber pembiayaan agar roda produksi pertanian dapat senantiasa berputar.
Hasil dari workshop sistem resi gudang dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan
komitmen bersama untuk memastikan sistem resi gudang dapat berjalan dengan baik di
Provinsi Gorontalo. Selanjutnya, setiap Kota/Kabupaten diharapkan dapat menganggarkan
APBD-nya masing-masng untuk membiayai pengelolaan gudang dalam sistem resi gudang.
Dalam fungsinya selaku regulator, Bank Indonesia mendukung sepenuhnya sistem resi
gudang dalam koridor penguatan access to finance bagi UMKM dan menjaga kestabilan
harga di sisi makro, karena dengan berkurangnya fluktuasi harga di pasar harapannya
masyarakat dapat berproduksi secara optimal sehingga kesejateraan masyarakat
meningkat. Kemudian perbankan di Provinsi Gorontalo diharapkan dapat mendukung
pelaksanaan sistem resi gudang untuk mewujudkan pemberdayaan ekonomi daerah, karena
pada hakikatnya tujuan resi gudang adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya petani.