laporan penelitian efektivitas pencatatan...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN
EFEKTIVITAS PENCATATAN PERKAWINAN
(MENURUT PASAL 2 AYAT 2 UNDANG UNDANG N0 1 TAHUN 1974)
DI DESA ABIAN JERO, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN
KARANGASEM
OLEH
I WAYAN BELA SIKI LAYANG,SH.,MH.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
ABSTRAK
Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia
telah secara resmi memiliki Tata Hukum (Hukum Positif) yaitu Tata Hukum Indonesia.
Kenyataannya tidaklah demikian, karena dalam Tata Hukum Indonesia banyak berlaku Hukum
Kolonial (Pasal II A.P. UUD’1945), baik dalam lapangan Hukum Perdata maupun dalam lapangan
Hukum Publik. Seperti pengaturan Penggolongan Penduduk (Pasal 131 IS/ Pasal 163 IS).
Dengan ditetapkannya UUD’1945 oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, semua golongan
penduduk tersebut tidak ada lagi di Indonesia, namun hukum yang berlaku ke tiga golongan
penduduk tersebut masih tetap hidup di Indonesia, bahkan di pakai dasar hukum dalam
menyelesaikan masalah di dalam masyarakat. Dalam lapangan Hukum Perdata Indoneisa
meskipun telah resmi memiliki Tata hukum Indonesia, namun kaedah-kaedah hukum perdata
Indonesia berbineka. Khususnya hukum perkawinan sebelum diundangkannya Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 di Indonesia berlaku fluralisme hukum perkawinan. Melihat aneka warna
peraturan tersebut tentu pencatatan perkawinan terlaksana atau tidak. Atas dasar hal terssebut,
hukum perkawinan yang berlaku sebelumnya perlu segera diganti atau dengan di undangkannnya
Undang-undang no.1 Tahun 1974 Ketentuan-Ketentuan Pokok Tentang Perkawinan suatu bukti
adanya unifikasi hukum tentang perkawinan bagi seluruh Warga Negara Indonesia.
Perjalanan Undang-Undang No.1 Tahun 1974, banyak timbul masalah-masalah tentang
perkawinan anatara lain : Mengenai ayahnya perkawinan, Mengenai pencatatan perkawinan,
Mengenai izin kawin, Mengenai Polygami, Mengenai perceraian dan yang terakhir yang
berkembang menyangkut padagelahang yang mana konsepnya di kemukakan oleh Prof. Dr. I
Wayan Windia, SH., M.si. yang masih menimbulkan perdebatan di Bali antara pro dan kontra.
Melalui penelitian ini khususnya tentang pencatatan perkawinan akan dapat dipakai upaya
untuk meningkatkan pencatatan perkawinan.
Kata kunci : Undang-Undang No.1 Tahun 1974, pencatatan perkawinan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmatnyalah penelitian ini dapat deselesaikan tepat pada waktunya.
Walaupun banyak hambatan yang dihadapi selama dalam proses pengumpulan data dan dalam
penulisan laporan, namun hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik sehingga tidak
mengganggu kelancaran proses penyelesaian laporannya.
Karena keterbatasan kemampuan dan karena belum banyaknya pengalaman dari peneliti
sendiri, membuat peneliti sadar akan segala kekurangan dari hasil penelitian ini.
Namun walaupun demikian, tetap diharpkan dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan
maupun dikalangan praktisi.
Tentu saja sudah banyak bantuan yang peneliti terima dari berbagai pihak, baik bantuan
materiil maupun immatriil, maka melalui tulisan inilah disampaiklan terima kasih dari lubuk hati
yang paling dalam.
Denpasar, Januari 2017
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL .................................................................................................................................................. i
HALAMAN PENGESEHAN ......................................................................................................... ii
ABSTRAK .......................................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
3. Ruang Lingkup Masalah ................................................................................................. 3
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4
5. Metodologi .......................................................................................................................... 5
a. Difinisi Operasional ....................................................................................................... 5
b. Pendekatan Masalah ...................................................................................................... 5
c. Sumber Data .................................................................................................................... 6
d. Tehnik Pengumpulan Data 6
e. Analisa Data .................................................................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 7
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................................... 12
BAB IV. PENUTUP ......................................................................................................................... 16
1. Kesimpulan .................................................................................................................. 16
2. Saran – Saran ............................................................................................................... 16
DAFTAR BACAAN
DAFTAR RESPONDEN DAN INFORMAN
LAMPIRAN
1
BAB I
P E N D A H U L U A N
I. Latar Belakang Masalah.
Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
Indonesia telah resmi memiliki Tata Hukum ( Hukum Positif) yaitu Tata Hukum Indonesia.
Namun dalam kenyataannya dala Tata hukum Indonesia banyak berlaku Hukum Kolonial
(Pasal II A.P. UUD’1945), baik dalam lapangan hukum perdata maupun dalam lapangan
hukum publik. Penggolongan Penduduk (Pasal 131 IS / Pasal 163 IS) tiga golongan penduduk
:
a. Golongan Eropah dan Jepang berlaku Hukum Perdata Barat (B.W).
b. Golongan Timur Asing berlaku Hukum Adat.
c. Golongan Bumi Putra berlaku Hukum Adat Indonesia.
Dengan ditetapkan UUD’1945 oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, semua golongan
penduduk tersebut tidak ada lagi di Indonesia, namun hukum yang berlaku bagi ke tiga
golongan tersebut masih tetap hidup di Indonesia, bahkan dipakai dasar hukum dalam
penyelesaian masalah di dalam masyarakat. Dalam lapangan hukum perdata Indonesia
meskipun telah resmi memiliki Tata Hukum Indonesia, namun kaedah-kaedah hukum perdata
Indonesia berbineka. (mengutip ucapan dari Prof .R.Soebekti SH dalam bukunya Pokok-Pokok
Hukum Perdata). Khususnya hukum perkawinan sebelum diundangkannya Undang-Undang No
1 Tahun 1974 di Indonesia berlaku fluralisme hukum perkawinan yaitu :
1. B.W. /KUHPerdata) Buku I tentang Orang mengatur tentang hukum perkawinan;
2
2. HOCI (Huwelijk Ordonantie Cristen Indonesia).
3. N.T.R.(Nikah, Talak dan Rujuk);
4. G.H.R. (Gemeengde Huwelijk Regering);
5. Hukum Adat Indonesia ( Hukum asli bangsa Indonesia).
Melihat aneka warna peraturan tersebut tentu pencatatan perkawinan terlaksana atau tidak.
Melihat aneka permasalahan yang timbul dalam masyarakat GBHN tahun 1978, Tap No.
VI/MPR/1978 menegaskan antara lain :
“ Pembangunan di bidang hukum merupakan dan peningkatan penyempurnaan dalam usaha
pembinaan hukum nasional dengan mengadakan pembaharuan kodifikasi dan unifikasi hukum
dalam rangka pelaksanaan wawasan Nusantara. Atas dasar ini, hukum perkawinan yang berlaku
diatas perlu segera diganti atau dengan di undangkannya Undang Undang No. 1 Tahun 1974
(Ketentuan – Ketentuan Pokok Tentang Perkawinan ) suatu bukti adanya unifikasi hukum tentang
perkawinan bagi seluruh Warga Negara Indonesia atau hukum perkawinan tersebut diatas tidak
berlaku.
Perjalanan Undang Undang No.1 tahun 1974, dari tahun 1974 sampai tahun 2016 (42 tahun)
banyak timbul masalah-masalah tentang perkawinan. Berbagai upaya telah ditempuh, penyuluhan-
penyuluhan hukum, seminar-seminar, sambung rasa, dibentuknya Desa sadar hukum, namun tetap
timbul sengketa perkawinan antara lain :
1. Mengenai ayahnya perkawinan;
2. Mengenai pencatatan perkawinan;
3. Mengenai izin kawin;
3
4. Mengenai Polygami;
5. Mengenai Perceraian dan lain-lainnya.
Melalui penelitian ini khusus tentang pencatatan perkawinan akan dapat dipakai upaya
untuk meningkatkan pencatatan perkawinan. Peneliti mengambil lokasi di Desa Abian Jero,
Kecamatan Abang dilatar belakangi oleh :
1. Kesadaran hukum masyarakat masih rendah;
2. Masyarakat menganggap pencatatan perkawinan tersebut belum begitu penting, kecuali
sudah jadi pegawai negeri;
3. Masyarakat menganggap belum diketahui pentingnya pencatatan tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas peneliti ingin memenliti dua pokok
masalah :
1. Apakah ketentuan Pasal 2 ayat 2 Undang Undang No.1 tahun 1974 sudah diterapkan di
Desa Abian Jero, Kecamatan Abang, Kabupaten Dati II Karangasem .
2. Bagaimana usaha-usaha dan sikap warga masyarakat dan aparat Desa Abian Jero,
Kecamatan Abang, Kabupaten Dati II Karangasem, agar masyarakat mencatatkan
perkawinannya.
3. Ruang Lingkup Masalah.
Peneliti membatasi dua masalah tersebut diatas, apakah pencatatan menurut Pasal 2 Ayat 2
Undang Undang No.1 Tahun 1974 diterapkan di masyarakat, faktor-faktor apa yang
4
menghambat masyarakat tidak mencatatkan perkawinannya, usaha-usaha yang telah ditempuh
oleh perangkat desa. Dan bagaimana sikap dan pandangan masyarakat terhadap perkawinan
khususnya mengenai pencatatan perkawinan ( Pasal 2 Ayat 2 Undang Undang No.1 Tahun
1974).
4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian :
1. Untuk dapat mengetahui efektifitas pencatatan perkawinan menurut Pasal 2 Ayat 2
Undang undang No.1 tahuin 1974 di Desa Abian Jero, Kecamatan Abang, Kabupaten
Dati II Karangasem.
2. Untuk dapat memotifasi masyarakat agar mencatatkan perkawinannya.
3. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor penghambat dari pencatatan perkawinan.
4. Untuk dapat mengetahui usaha-usaha perangkat desa dalam pelaksanaan pencatatan
perkawinan.
Manfaat Penelitian :
1. Bagi peneliti sebagai dosen agar dapat menerapkan teori – teori hukum tenang
perkawinan di dalam kenyataannya di masyarakat;
2. Sebagai bahan tambahan didalam memberi perkuliahan di Fakultas Hukum;
3. Untuk memperluas khasanah ilmu pengetahuan;
4. Bagi masyarakat, dengan penelitian ini yaitu Undang Undang No.1 Tahun 1974
khususnya mengenai pencatatan perkawinan, agar dapat meningkatkan kesadaran
hukum masyarakat dan pada umumnya pembangunan secara menyeluruh akan
5
terwujud yaitu Pembangunan Nasional, Sejahtra, merata dan adil berdasarkan
UUD’1945 dan Pancasila.
5. Metodologi :
a. Dipinisi Operasional:
- Efektivitas ialah: Ketaatan masyarakat terhadap hukum (apakah Pasal 2 Ayat 2
Undang Undang No. 1 tahun 1974 sudah dilaksanakan).
- Pencatatan adalah: Pencatatan perkawinan untuk mendapatkan akta perkawinan
(Pasal 2 Ayat 2 Undang Undang No.1 Tahun 1974).
- Perkawinan ialah: (Pasal 1 Undang Undang No 1 Tahun 1974) ikatan lahir bathin
antara seorang pria dengan wanita dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga
yang bahagia berdasarkan atas ke Tuhanan Yang Maha Esa.
b. Pendekatan Masalah:
Dalam penelitian ini dipergunakan pendekatan yuridis: yaitu aspek hukum Pasal 2
ayat 2 Undang Undang No 1 Tahun 1974 pencatatan perkawinan. Disamping
pendekatan yuridis juga pendekatan sosiologis apakah kenyataan yang ada di
masyarakat tentang kesan-kesan/masalah terhadap pencatatan perkawinan tersebut.
e. Sumber Data:
Dalam penelitian ini data yang paling penting yaitu kenyataan dalam masyarakat
apakah pasangan suami istri mencatatkan perkawinannya. Data ini diperoleh langsung
pada responden (data primer). Disamping data primer peneliti juga memakai data
6
skunder yaitu dari perundang-undangan (normatif) dan bahan pustaka (pendapat
sarjana).
d. Teknik Pengumpulan Data:
1. Peneliti telah mempersiapkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.
2. Peneliti dengan daftar pertanyaan, langsung wawancara pada responden.
3. Peneliti mencatat hasil tanya – jawab, dan juga mencatat statistik desa.
e. Analisa Data.
Data yang didapat dengan kuesioner dan wawancara tersebut, mula-mula
dikumpulkan, kemungkinan data yang tidak relefan disisihkan. Kemudian dianalisa untuk
mengetahui derajat kwalitas data (analisa kwalitatif), dissajikan secara deskriptif dengan
menguraikan, membandingkan, menjelaskan data, fakta, informasi yang didapat dari
penelitian.
7
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Pengertian perkawinan dan pencatatan perkawinan secara formal diatur dalam Undang
Undang No.1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 dan Peraturan
Pemerintah No.10 Tahun 1983.
Dalam Pasal 1 Undang Undang No.1 Tahun 1974 telah menentukan azas dasar dari
pengertian perkawinan di Indonesia. Yang mana menyatakan bahwa perkawinan ialah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga ( rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa.
Dari ketentuan pengertian tersebut diatas mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Ikatan lahir bathin, perkawinan ialah persetujuan. Dan dari persetujuan tersebut
menimbulkan ikatan. Ikatan tersebut adalah ikatan lahir dan bathin.
2. Antara seorang pria dengan seorang wanita.
Secara biologis harus berbeda kelamin pria dan wanita, sebab perkawinan tersebut
bertujuan untuk mendapatkan keturunan.
3. Sebagai suami – istri, ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita, tidak
semata-mata berdasarkan suka sama suka, tetapi didahului dengan perkawinan,
sehingga secara hukum pria dan wanita tersebut syah sebagai suami – istri.
8
4. Tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal, perkawinan bukan barang
mainan (kawin – cerai), akan tetapi yang diharapkan adalah perkawinan yang kekal
abadi.
5. Unsur ke Tuhanan Yang Maha Esa, perkawinan selalu memperhatikan aspek – aspek
kerohanian (keagamaan).
Dari pengertian perkawinan tersebut, menurut K. Wantjik Saleh,SH dalam bukunya:
Hukum Perkawinan Indonesia, menurut Pasal 1 tersebut ialah:
Arti perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita,
sebagai suami istri dengan tujuannya: Perkawinan adalah membentuk keluarga atau
rumah tangga yang kekal berdasarkan ke – Tuahan Yang Maha Esa. (K. Wantjik
Saleh, 1976: 14).
Apabila dibandingkan pengertian perkawinan dengan Hukum Perdata Barat dan Hukum
Adat. Menurut B.W. (KUHPerdata),perkawinan ialah: dipandang sebagai perbuatan perdata,
syah/tidaknya ditinjau dari hukum perdata (Samijo, 1985 : 83). Apa yang dirumuskan dalam
pasal tersebut sangat ideal sekali artinya tidak diinginkan terjadi permasalahan-
permasalahan dari perkawinan tersebut. Akan tetapi tidaklah mudah untuk mewujudkan
dalam kehidupan di masyarakat, hal ini terbukti masih banyaknya kasus-kasus tentang
perkawianan tersebut. Menurut hukum sudah tentu harus diselesaikan melalui badan
peradilan, dengan didahului harus mengajukan gugatan. Oleh karena perkawinan tersebut
merupakan sengketa perdata terlebih dahulu harus dibuktikan dengan akta otentik. Gugatan
yang diajukan harus diperiksa oleh hakim, dengan ketentuan hukum acara perdata.
9
Hukum Acara Perdata ialah: peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin
ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. (Sudikno Mertokusumo,
1993:2).
Kalau kita lihat perkawinan tidaklah selesai pada ketentuan Pasal 1 ayat 1 tetapi Pasal
2 ayat 1 sangatlah menentukan keberhasilan dari perkawinan tersebut.
Ketentuan Pasal 2 ayat 1 dan ayat 2 menyebutkan:
- Ayat (1): perkawinan harus dilangsungkan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaan. Tidak ada perkawinan di Indonesia diluar ketentuan
Pasal 1 ayat 1 tersebut.
- Ayat (2): Perkawinan haruslah dicatatkan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Jadi selain dilaksanakan berdasarkan hukum masing-masing agama dan kepercayaan, dan
harus dicatatkan pada Kantor Pencatatan Perkawinan. Pencatatan perkawinan bagi yang
beragama Islam dilakukan oleh pegawai pencatatan nikah talak rujuk (N.T.R), sedangkan
selain agama Islam harus dicatatkan oleh pegawai pencatatan perkawinan pada Kantor
Catatan Sipil. Pencatatan perkawinan juga mempunyai tujuan untuk memperoleh akta
perkawinan inilah nantinya dipakai sebagai alat bukti apabila dikemudian hari timbul
sengketa, misalnya terjadi perceraian.
Akata perkawinan ialah: Sebuah daftar besar (dahulu register nikah) yang dibuat antara lain :
Nama, Tempat dan Tanggal Lahir, Agama dan Kepercayaan, Pekerjaan, Tempat Tinggal
Suami-Istri, Wali Nikah, Orang Tua dari suami istri, atau kuasa apabila memakai kuasa.
Prosedur untuk mendapatkan akta perkawinan tersebut, untuk mencatat perkawinan
10
dan untuk mendapatkan akte perkawinan sebelumnya setiap orang yang hendak
melangsungkan perkawinan harus memberitahukan kehendaknya tersebut kepada pegawai
pencatat ditempat perkawinan dilaksanakan sekurang-kurangnya sepuluh hari kerja.
Sebelum perkawinan dilangsungkan pemberitahuan ini dapat disampaikan secara lisan dan
tertulis oleh calon mempelai atau orang tua atau wakil (Pasal 3, 4 PP No. 9 Tahun 1975)
dalam Pasal 6 PP No.9 Tahun 1975 pegawai pencatat yang menerima pemberitahuan
kehendak melangsungkan perkawinan meneliti apakah syarat – syarat perkawinan telah
terpenuhi, apakah tidak terdapat halangan untuk kawin menurut undang-undang. Setelah
dipenuhi syarat-syarat pemberitahuan pegawai pencatat kemudian menyelenggarakan
pengumuman tentang pemberitahuan kehendak melangsungkan perkawinan dengan cara
menempelkan surat pengumuman menurut formulir yang telah ditentukan dan mudah dibaca
oleh umum (Pasal 8 PP No. 9 Tahun 1975). Adapun maksud dan tujuan pengumuman ini
adalah untuk memberi kesempatan pada umum agar dapat mengetahui dan mengajukan
keberatan atas perkawinan tersebut apabila diketahui bahwa perkawinan tersebut
bertentangan dengan hukum agama dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam tenggang waktu 10 hari sejak pengumuman dilakukan oleh pegawai pencatat
perkawinan ada keberatan dari piahak-pihak yang berkepentingan, maka pemberitahuan
kehendak melangsungkan perkawinan dianggap telah memenuhi syarat dan tidak ada
halangan.
Menurut Pasal 10 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 perkawinan dilangsungkan
setelah hari ke 10 (sepuluh) sejak pengumuman kehendak perkawinan yang dilakukan oleh
pegawai pencatat.
11
Tata cara perkawinan dilaksanakan menurut hukum masing-masing agama. Perkawinan
dilaksanakan dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri 2 (dua) orang saksi. Setelah upacara
perkawinan dilaksanakan maka kemudian mempelai menandatangani akta perkawinan yang
telah disiapkan oleh pegawai pencatat berdasarkan ketentuan yang berlaku. Disusul pula
dengan penandatanganan akte perkawinan tersebut, maka perkawinan telah tercatat secara
resmi. Akta perkawinan dibuat rangkap 2 (dua):
1. Disimpan oleh pegawai pencatat.
2. . Bagi ke dua mempelai masing-masing diberi kutipan akta perkawinan (P.P. No. 9
Tahun 1975 Pasal 13). Akhirnya ke dua belah pihak memiliki bukti otentik (akte
otentik), bahwa perkawinan syah dan resmi tercatat perkawinannya.
Melihat pentingnya pencatatan perkawinan dewasa ini yang semakin komplek, sudah
tentu tidak ada alasan lagi bagi pasangan suami-istri untuk tidak mencatatkan
perkawinannya. Pencatatan perkawinan dalam hukum perdata, bukan semata-mata
pengakuan agama atau kepercayaan saja, tetapi perlu pengakuan dari negara sehingga
dengan pencatatan perkawinan, perkawinan tersebut akan menjadi terang yaitu ada bukti
yang dapat diketahui oleh umum. Disamping itu pencatatan dapat menjamin hak-hak asasi
manusia, seorang suami hanya boleh mempunyai seorang istri dan seorang istri hanya boleh
mempunyai seorang suami. ( R. Subekti, R. Tjitrosudibio, 1978: 29).
Pencatatan perkawinan juga mempunyai arti penting: Perkawinan ialah merupakan
kejadian-kejadian dalam masyarakat sehingga perlu dibukukan, sehingga yang
berkepentingan mempunyai bukti tentang kejadian-kejadian tersebut ( R.Soetojo Prawiro
Hamidjojo, Asis Safioedin, 1986:5).
12
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Efektivitas penerapan Pasal 2 ayat 2 Undang Undang No.1 Tahun 1974 mengenai
Pencatatan Perkawinan.
Pencatatan perkawinan yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat 2 Undang- Undang No.1
Tahun 1974 tersebut, adalah sama halnya dengan pencatatan peristiwa – peristiwa
penting kehidupan seseorang dalam masyarakat. Misalnya peristiwa kelahiran, peristiwa
kematian dan lain-lain. Hal tersebut semua dinyatakan dalam surat-surat
resmi/keterangan akta resmi yang dimuat dalam pencatatan. Apabila disimak Pasal @
ayat 2 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah tidak menentukan syahnya perkawinan,
tetapi perkawinan tersebut ada dan terjadi, semata-mata merupakan urusan administrasi.
Meskipun demikian pencatatan tersebut, mendapatkan pengakuan resmi dari negara.
Disisi lain meskipun pencatatan tersebut tidak menentukan syahnya perkawinan, apabila
dilihat dari fungsi dan peranannya pencatatan mempunyai arti penting. Pencatatan
tersebut dinyatakan dalam suatu akte resmi (otentik) akte yang dibuat oleh pejabat resmi
(berwenang), kemudian akte tersebut juga ditanda tangani oleh ke dua belah pihak.
Dalam sistim Hukum Acara Perdata yaitu: HIR dan RBG, akte otentik memiliki bukti
yang sempurna (mengikat bagi yang membuatnya, mempunyai kekuatan bukti dan
kekuatan eksekutorial). Sempurna bagi ke dua belah pihak dan ahli warisnya, serta
sekaligus orang yang mendapatkan hak darinya, tentang apa yang disebut didalamnya
perihal pokok soal dan juga tentang apa yang disebutkan sebagai suatu pemberitahuan
13
belaka, apabila hal yang dimaksud kemudian ini mempunyai hubungan langsung dengan
pokok soal tersebut. Akte perkawinan yang memiliki fungsi dan peranan yang sangat
penting dalam hukum, namun dalam kenyataannya di masyarakat belum disadari akan
fungsi, peranan dan manfaat akte perkawinan tersebut oleh pasangan suami- istri.
Dari hasil penelitian di Desa Abian Jero, menunjukkan dari jumlah responden
(pasangan suami – istri) yang diteliti berdasarkan kuesioner dan wawancara ( diteliti
sekitar tahun 2012 – 2016, 38 pasangan belum mencatatkan perkawinannya dan 12
pasangan suami istri yang telah mencatatkan perkawinannya. (76 % belum mencatatkan,
24 % yang sudah mencatatkan perkawinannya).
Melalui penelitian ini dapat disimpulkan mengapa prosentase yang mencatatkan
perkawinan kecil sekali yaitu 24 % antara lain disebabkan:
a. Kurangnya pemahaman dari masyarakat tentang Undang-Undang Perkawinan.
b. Budaya hukum adat yang masih kuat dari masyarakat.
c. Belum ada manfaat langsung yang dirasakan terhadap akte tersebut.
d. Tidak ada sanksi apa – apa apabila tidak mencatatkan perkawinan tersebut.
e. Akte tersebut hanya tergantung keperluan.
f. Biaya yang dirasakan oleh masyarakat terlalu tinggi.
g. Prosedur yang berbelit-belit atau kurang praktis.
h. Pandangan masyarakat masih sederhana.
Peneliti berpendapat, pencatatan tersebut adalah terjemahan dari Burgelijk Stand
(Catatan Sipil) dalam sistem Hukum Perdata Barat yang bukan merupakan budaya
bangsa Indonesia seperti hukum adat, sehingga banyak alasan-alasan yang disampaikan
14
oleh responden ( pasangan suami-istri). Masyarakat masih berpandangan kaidah
pencatatan ini sifatnya paksaan (formal) tidak dilandasi oleh kesadarannya sendiri, ( atau
bukan budaya bangsa Indonesia ).
2. Usaha, sikap masyarakat dan perangkat desa agar pasangan suami-istri yang
melangsungkan perkawinan mencatatkannya.
Indonesia adalah Negara Hukum (Rechtstaat) dan sebagai sumber hukum formal yang
utama adalah undang-undang, cepat atau lambat pada akhirnya masyarakat harus tunduk
pada undang-undang atau hukum. Dengan diundangkannya Undang Undang No.1 Tahun
1974 tersebut semua aturan-aturan tentang perkawinan tidak berlaku termasuk dalam
hukum adat. Pencatatan yang diatur dalam Pasal 2 ayat 2 Undang Undang No.1 Tahun
1974 harus dipatuhi dan dilaksanakan, atau dapat dikatakan wajib harus memiliki akte
perkawinan.
Dari penelitian 24% yang mencatatkan, 76% tidak, sehingga masyarakatnya perlu
dimotifasi.
Misalnya:
- dalam penelitian, masyarakat hanya menyelesaikan perkawinannya ditingkat desa
dinas/desa adat, klian/Kepala Desa. Hal ini dapat dikatakan, usaha dan sikap
masyarakat untuk mencatatkan perkawinannya yang terur menerus dikembangkan
sebagai langkah awal kesadaran masyarakat.
- Usaha-uasaha Desa antara lain:
- Penyuluhan-penyuluhan hukum
- Sambung rasa
15
- Kadarkum
- Perpustakaan di desa
- Penyebarluasan media
- Pentingnya pencatatan
- Akibat-akibat apabila tidak mencatatkan.
Usaha, sikap ini perlu dikembangkan, dalam pembangunan hukum, tanpa hal ini akan
mengakibatkan tingkat pengetahuan masyarakat rendah terhadap hukum dan akibatnya akan
patal. Sanksi perlu ditegaskan, dibudayakan bahwa pencatatan tersebut adalah merupakan
kesadaran hukum.
16
BAB IV
P E N U T U P
1. Simpulan.
a. Pencatatan perkawinan dalam Pasal 2 ayat 2 Undang Undang No.1 Tahun 1974 di
Desa Abian Jero, Kecamatan Abang, Kabupaten Dati II Karangasem belum
dilaksanakan secara efektif oleh pasangan suami – istri.
b. Faktor-faktor penghambat antara lain:
1. Kesadaran hukum masyarakat rendah.
2. Belum dimengerti oleh masyarakat tentang fungsi, peranan dan manfaat dari akte
perkawinan tersebut.
3. Pengurusan akte perkawinan tersebut kurang praktis.
c. Usaha masyarakat, Perangkat Desa untuk memotivasi pencatatan perkawinan tersebut
masih rendah ( kecil ).
2. Saran – saran.
1. Untuk lebih memasyaratkan dan meningkatkan kesadaran hukum tentang Undang
Undang No.1 Tahun 1974 (Undang Undang Perkawinan) khususnya mengenai
pencatatan perkawinan, perlu kiranya bagi perangkat desa, klian desa yang
merupakan ujung tombak dibekali baik pengetahuan dan pemahaman tentang
undang-undang perkawinan maupun pengetahuan praktis sehingga dalam
penyampaian kepada masyarakat mudah dimengerti dan dilaksanakan.
17
2. Dengan cara menjemput bola artinya disini putugas pencatat ( Kantor Catatan Sipil)
sewaktu-waktu memberikan penyuluhan dan sekaligus memberikan pelayanan
pencatatan perkawinan bagi pasangan suami – istgri yang belum memiliki akte
perkawinan. Dan disamping itu untuk menghilangkan kesan pada masyarakat bahwa
pengurusan untuk mencari akte perkawianan berbelit-belit.
.
DAFTAR BACAAN
1. R. Soetojo Prawiro Hamidjoyo, Asis Safioedin, Hukum Orang dan Keluarga, Alumni
Bandung, 1986
2. R. Soebekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, ( BW), Pradnya
Paramita, 1978.
3. R. Soebekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Alumni Bandung, 1975. 4. K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, 1976. 5. H.I.R. ( R.I.B.) dan RBg ( RDS).
6. Undang Undang No.1 Tahun 1974 (Undang Undang Tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok
Perkawinan).
7. P.P. No.9 Tahun 1975 ( Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawianan)
8. P.P. No.10 Tahun 1983 ( Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan bagi Pegawai Negeri Sipil).
KUISINER PENELITIAN TENTANG EFEKTIFITAS PENCATATAN PERKAWINAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG PERKAWINAN NO.1 TAHUN 1974 DI DESA ABIAN JERO,KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM
...........................................................................................................................................................
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. N a m a :
2. Umur (Tanggal lahir ) :
3. Jenis klamin :
4. Agama / Kepercayaan :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
7. Tahun Perkawinan :
8. Tempat tinggal
Banjar / Dusun / Lingkungan :
Desa / Kelurahan :
Kecamatan : Abang
II. DAFTAR PERTANYAAN.
1. Pernahkah anda mendengar Undang Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang
berlaku sekarang ini ?
a. Pernah
b. Tidak
2. Jika pernah, dari mana mendengar atau mengetahuinya ?
a. Dari aparat (Desa/ Kecamatan/Kabupaten/Propensi * )
b. Dari media masa (TV/Radio/Surat Kabar/ .................................................. *)
c. Dari penyuluh dalam penyuluhan hukum
d. Dari orang lain.
3. Apakah disini pernah diadakan penyuluhan hukum ?
a. Tidak pernah
b. Pernah satu kali
c. Lebih dari satu kali
d. Sering kali
4. Jika pernah penyuluhan itu dilakukan untuk :
a. Tingkat Banjar, Dusun
b. Tingkat Desa/kelurahan
c. Klompok keluarga / Banjar / Desa Sadar Hukum
d. Dan lain-lain .......................................................................
*Coret yang tidak perlu
5. Apakah anda pernah mengikuti penyuluhan hukum yang diadakan ?
a. Tidak pernah
b. Kadang – kadang
c. Sering kali
d. Setiap ada penyuluhan
6. Apakah materi penyuluhan hukum termasuk mengenai Undang Undang No.1 Tahun 1974
tentang perkawinan ?
a. Ya
b. Tidak
7. Jika ya, menyangkut tentang apa saja ?
a. Syarat-syarat sahnya perkawinan, pencatatan perkawinan dan perceraian.
b. Syarat-syarat sahnya perkawinan dan perceraian.
c. Pencatatan perkawinan dan akte perkawinan.
d. Masalah hukum perkawinan secara hukum.
e. Dan lain – lain ...........................................................................................
8. Apakah anda mengetahui bahwa perkawinan disamping dilakukan menurut hukum masing
agama dan kepercayaannya itu juga perlu dicatatkan untuk mendapatkan akta perkawinan ?
a. Tahu
b. Tidaj tahu (kalau tidak lanjut ke no.21 )
9. Apakah perkawinan anda termasuk perkawinan yang telah memiliki akta perkawinan ?
a. Ya
b. Tidak (kalau tidak lanjut ke no.21)
10. Kemana perkawinan anda dicatatkan ?
a. Pada Bendesa Adat / Kelihan Adat
b. Pada Kantor Kepala Desa
c. Pada Kantor Camat
d. Pada Kantor Catatan Sipil di Kabupaten / Kodya.
11. Kapan Pencatatan Perkawinan untuk mendapatkan akta dilakukan ?
a. Bersamaan dengan upacara perkawinan dengan mendatangkan Pegawai Pencatatan
Perkawinan dari Catatan Sipil.
b. 3 hari setelah perkawinan dilangsungkan
c. 7 hari setelah perkawinan dilangsungkan
d. 1 bulan setelah perkawinan dilangsungkan
e. Lewat dari satu bulan setelah perkawinan dilangsungkan.
12. Apakah anda mengetahui bahwa Bendesa Adat / Kelihan Adat adalah sebagai pembantu
pencatatan perkawinan di tingkat Desa ?
a. Tahu.
b. Tidak tahu
13. Kapan pencatatan oleh Bendesa Adat / Kelihan Adat dilakukan ?
a. Pada saat upacara perkawinan dilangsungkan.
b. Sebelum perkawian dilangsungkan.
c. Pada saat minta dicatatkan dalam rangka kepentingan kepengurusan akta perkawinan.
d. Sesuai dengan Awig Awig Desa / Banjar / ( menunggu paruman, hari raya galingan, hari
raya nyepi dan lain-lain..........................................................................
14. Hal-hal yang mendorong keinginan anda untuk mencari akta perkawinan ?
a. Sebagai alat bukti dari perkawinan.
b. Untuk kepentingan tunjangan untuk suami/istri/pensiun *
c. Mengikuti ketentuan Undang Undang Perkawinan
d. Sesuai anjuran pemerintah.
e. Mempermudah pengurusan akta kelahiran anak/anak-anak
f. Dan lain-lain................................ (jawaban dapat lebih dari satu)
15. Sebelum melangsungkan perkawinan, apakah anda memberitahukan kehendak anda itu
kepada Pegawai Pencatatan Perkawinan ?
a. Ya.
b. Tidak
16. Kalau ya, berapa hari sebelum perkawinan anda memberitahukannya ?
a. Kurang dari 10 hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.
b. Tepat 10 hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan
c. Lebih dari 10 hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.
17. Kalau tidak, hal-hal apa yang menyebabkan anda tidak memberitahukan sebelumnya ?
a. Karena tidak tahu.
b. Karena perkawinan dilangsungkan dengan cara kawin ngerrorod (kawin lari)
c. Karena perkawinan dilakukan dengan cara Ngungahin (calon istri mendatangi pihak
calon suami minta dikawini )
d. Dengan anggapan tanpa memberitahukan sebelunya juga boleh mengurus akta
perkawinan.
e. Karena perkawinan dilakukan dengan cara Melegandang ( si wanita dipaksa untuk kawin
)
f. dan lain-lain ........................................................................
18. Apakah anda pernah melangsungkan perkawinan lebih dari satu kali ?
a. Ya.
b. Tidak
19. Jika ya, perkawinan yang mana saja dicarikan akta perkawinan?
a. Yang pertama saja.
b. Yang kedua saja.
c. Semuanya mempunyai akta perkawinan.
20. Manfaat apa yang pernah anda rasakan secara langsung dengan anda memiliki akta
perkawinan ?
a. ..........................................................................................
b. ...........................................................................................
c. ..........................................................................................................
d. .................................................................................................................
e. ............................................................ (dapat dilanjutkan pada kerta lain )
21. Kenapa perkawinan anda tidak dicatatkan untuk mendapatkan akta ?
a. Karena tidak tahu bahwa perkawinan juga perlu akta perkawinan.
b. Karena dianggap cukup dicatatkan di desa / banjar.
c. Karena urusannya terlalu rumit dan jauh dari tempat tinggal.
d. Karena baiayanya tinggi.
e. Karena dirasakan tidak ada manfaatnya .
f. Karena tidak tahu kegunaannya
g. dan lain-lain.................................... ( jawaban boleh lebih dari satu dan bila kurang
dapat dilanjutkan pada kertas lain )
22. Dengan tidak memiliki akta perkawinan hamabatan-hambatan apa yang pernah dihadapi ?
a. Pengurusan akta kelahiran anak.
b. Pengurusan tunjangan suami/istri/pensiun.
c. Pengurusan kepemilikan rumah
d. dan lain-lain ...........................................................
23. Apakah anda setuju dengan adanya ketentuan perkawinan dicatatkan pada Kantor Catatan
Sipil ?
a. Sangat setuju.
b. Setuju.
c. Tidak setuju.
d. Sama sekali tidak setuju.
24. Alasannya ?
a. .............................................................
b. ............................................................................
c. ..........................................................................................
d. .............................................................. (dapat dilanjutkan pada kertas lain )
Abian Jero, Desember 2016
Pewawancara :
N a m a : .......................................................
1
KUISIONER PENELITIAN TENTANG EFEKTIFITAS PENCATATAN
PERKAWINAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO.1 TAHUN 1974
DI DESA ABIAN JERO, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM
I. IDENTITAS INFORMAN
1. Nama :
2. Umur ( Tanggal lahir) :
3. Jenis Kelamin : Pria / Wanita
4. Jabatan / Pekerjaan :
5. Agama :
6. Pendidikan :
7. Tempat tinggal
a. Banjar/Dusun/Lingkungan :
b. Desa / Kelurahan ; Abian Jero
c. Kecamatan : Abang
II. DAFTAR PERTANYAAN
1. Jika ada warga Bapak/Ibu yang melangsungkan perkawinan apakah Bapak/Ibu di undang?
a. Pasti di undang karena ....................................................
b. Bisa di undang bisa tidak, karena .................................................
c. Pasti tidak di undang karena ..........................................................
2. Jika di undang kapasitas Bapak / Ibu sebagai apa ?
a. Sebagai sahabat biasa
b. Sebagai krama desa/banjar
c. Sebagai saksi dalam perkawinan
d. Sebagai pembantu pencatat perkawinan
2
3. Jika kehadiran Bapak/Ibu sebagai pembantu pencatat perkawinan, kapan pencatatan itu
dilakukan oleh Bapak/Ibu ?
a. ...................................................
b. Sebelum upacara perkawinan
c. Pada saat upacara perkawinan
d. Setelah upacara perkawinan
e. Tidak tentu ( tergantung keinginan yang melangsungkan perkawinan)
f. Sesuaidenganawig-awigyangberlaku,yaitu
.........................................................................................
4. Apakah pernah ada warga Bapak/Ibu yang memberitahukan kehendaknya untuk kawin
sebelum perkawinan dilangsungkan ?
a. Pernah
b. Tidak
5. Jika pernah bagaimana tindak lanjut dari Bapak/Ibu ?
a. Mencatat pada buku yang disediakan untuk itu
b. Melanjutkannya ke desa/kecamatan/catatan sipil kabupaten.
c. Menerimanya secara lisan tanpa dicatat.
d. Menyarankan untuk melaporkan ke Kantor Catatan Sipil di Kabupaten, (Jawaban
dapat lebih dari satu ).
6. Dalam jangka waktu berapa hari sebelum perkawinan di langsungkan pemberitauan itu
dilakukan :
a. Kurang dari sepuluh hari kerja sebelum perkawinan
b. Tepat sepuluh hari kerja sebelum perkawinan
c. Lebih dari sepuluh hari kerja sebelum perkawinan
d. Tidak tahu.
7. Apakah Bapak /Ibu juga mendatangani surat-surat yang berkaitan dengan proses
pengurusan akta perkawinan ?
3
a. Ya
b. Tidak
8. Jika ya, surat-surat apa saja namanya :
a. ......................................................................
b. .....................................................................
c. .........................................................................
d. ............................................................................
e. ....................................................................................
f. ......................................................................................... ( dapat diteruskan dengan
kertas lain) .Jika ada minta blanconya.
9. Sebagai aparat apakah Bapak/ Ibu pernah membantu warga yang akan melangsungkan
perkawinan memberitaukan ke kantor Catatan Sipil ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
10. Jika pernah pemberitaun itu memuat tentang apa saja ?
a. Nama
b. Umur,tanggal lahir
c. Agama,kepercayaan
d. Pekerjaan
e. Tempat kediaman
f. Jika seorang atau keduanya telah pernah kawin disebutkan pula nama istri/suami
terdahulu.
g. Dan lain-lain............................................................ (jika kurang dapat dilanjutkan pada
kertas lain dan jawaban dapat lebih dari pada satu).
11. Apakah di Kantor Kepala Desa/ Kelurahan atau di Kantor Kepala Dusun / Kantor
Bendesa Adat pernah diadakan pengumuman dari Kantor Catatan Sip[il mengenai
kehendak orang yang akan melangsungkan perkawinan ?
4
a. Pernah
b. Tidak
12. Jika pernah, berapa hari sebelum perkawinan pengumunan itu ditempelkan ?
a. Kurang dari sepuluh hari kerja
b. Pas sepuluh hari Kurang dari sepuluh hari kerja
c. Lebih dari sepuluh hari kerja
d. Tidak tentu.
13. Dari sejak tahun 2012 berapa orang diantara warga Bapak/Ibu yang melangsungkan
perkawinan dan berapa yang telah memiliki akta perkawinan ?
a. 2012 .................... kawin; ..........................akta ..................... sedang diurus
b. 2013 .................... kawin;.......................... .akta ..................... sedang diurus
c. 2014.....................
kawin; ............................akta ....................... sedang diurus
d. 2015.....................
kawin;............................ akta ....................... sedang diurus
14. Syarat-syarat apa sajakah yang diperlukan untuk mengurus akta perkawinan pada
Kantor Catatan Sipil ?
a. .......................................................
b. .............................................................
c. .....................................................
d. ......................................................................
e. ........................................................................................
f. .................................................................................................
g. .................................................................................................
h. ....................................................................... ( dapat dilanjutkan pada kertas lain)
i. Tidak tahu.
15. Apakah Bapak/Ibu sebagai aparat setuju perkawinan dicatatkan pada Kantor Catatan
Sipil di Kabupaten/Kota Madya?
5
a. Setujudenganalasan:
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
..
b. Tidak setuju, dengan
alasan,............................................................................................................................
.......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
16. Apakah Bapak/Ibu mempunyai komentar, saran, pandangan mengenai pencatatan
perkawinan ataupun akta perkawinan ?
a. Ya,
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
...................................... (dapat dilanjutkan pada kertas lain )
b. Tidak
Coret yang tidak perlu
Abian Jero, Desember 2016
Pewawancara,
N a m a : .......................................................
6