laporan pendahuluan perilaku kekersan

20
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA Dr. RADJIMAN WODIODININGRAT LAWANG Oleh : TIYA MERLYANA 143.0084 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

Upload: pharahjojow

Post on 13-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pk

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA Dr. RADJIMAN WODIODININGRAT LAWANG

Oleh :TIYA MERLYANA143.0084

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYATAHUN 2014-2015

LEMBAR PENGESAHANASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA Dr. RADJIMAN WODIODININGRAT LAWANG

Mengetahui, Lawang, November 2014Clinical Instructure Pendidikan Clinical Instructure Lahan

A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2000). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan dimana hal tersebut untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen, 2005). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2010).

B. Faktor PredisposisiAda beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh (Purba dkk, 2008) adalah:1. Teori BiologikTeori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku: a. NeurobiologikAda 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.b. BiokimiaBerbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.c. GenetikPenelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY.d. Gangguan OtakSindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsi, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2. Teori Psikologika. Teori PsikoanalitikTeori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.b. Teori PembelajaranAnak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.3. Teori SosiokulturalPakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

C. Faktor PresipitasiFaktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitandengan (Yosep, 2007):1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik. 4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

D. Rentang respon (Pohon Masalah)Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan/amukCore Problem

Gangguan harga diri:harga diri rendah

E. Tanda dan GejalaYosep (2007) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:1. Fisik a. Muka merah dan tegang b. Mata melotot/ pandangan tajam c. Tangan mengepald. Rahang mengatupe. Postur tubuh kakuf. Jalan mondar-mandir

2. Verbala. Bicara kasarb. Suara tinggi, membentak atau berteriakc. Mengancam secara verbal atau fisikd. Mengumpat dengan kata-kata kotore. Suara kerasf. Ketus3. Perilakua. Melempar atau memukul benda/orang lainb. Menyerang orang lainc. Melukai diri sendiri/orang laind. Merusak lingkungane. Amuk/agresif 4. Emosia. Tidak adekuatb. Tidak aman dan nyamanc. Rasa terganggu, dendam dan jengkeld. Tidak berdayae. Bermusuhanf. Mengamuk, ingin berkelahig. Menyalahkan dan menuntut5. Intelektual Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.6. SpiritualMerasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.7. Sosial Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.8. PerhatianBolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

F. Akibat Dari Perilaku KekerasanKlien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

G. Penatalaksanaan1.Pengobatan medikBeberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi perilaku agresif antara lain:a.Anti ansietas hipnotiksedatif, contohnya diazepam (valium)b.Anti depresan, contohnya Amitriptilinc.Mood stabilizer, contohnya: Lithium, Carbamazepin.d.Antipsikotik, contohnya: Chlorpromazine, Haloperidol, dan Stelazinee.Obat lain: Naltrexone, Propanololf.ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada keadaan amuk.2.Penanganan Secara KeperawatanStrategi tindakan keperawatan perilaku kekerasan disesuaikan sejauh mana tindakan kekerasan yang dilakukan oleh klien. Strategi tindakan tersebut terdiri dari :a.Strategi preventif, terdiri dari penyuluhan klein dan latihan asertifb.Startegi antisipasi, terdiri dari komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku dan psikofarmakologi.c.Strategi pengekangan, terdiri dari manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.

PenyuluhanPenyuluhan yang diberikan pada klien untuk mencegah perilaku kekerasan berisi :a. Bantu klien mengidentifikasi marahb. Berikan kesempatan untuk marahc. Praktekan ekspresi marahd. Terapkan ekspresi marah dalam situasi nyatae. Identifikasi alternatif cara mengekpresikan marah

Latihan AsertifAdapun tujuan dari latihan asertif klien bisa berperilaku asertif yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:a. Berkomunikasi langsung dengan orang lainb. Mengatakan tidak untuk permintaan yang tidak beralasanc. Mampu menyatakan keluhand. Mengekspresikan apresiasi yang sesuaiTahap latihan meliputi :a) Diskusikan bersama klien cara ekspresi marah selama inib) Tanyakan apakah dengan cara ekspresi marah tersebut dapat menyelesaikan masalah atau justru menimbulkan masalah baruc) Anjurkan klien untuk memperagakannyad) Anjurkan klien untuk menerapkan asertif dalam situasi nyata.

H. Asuhan Keperawatana. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkunganData Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.Data Obyektif : Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barangbarang.2. Perilaku kekerasan Data Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.Data Obyektif ; Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barangbarang.3. Gangguan harga diri : harga diri rendahData Subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.Data Obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

b. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:a) Resiko Perilaku kekerasan b) Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendahc) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

c. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa 1 : Resiko Perilaku KekerasanTujuanUmum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.Tujuan Khusus :1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.Tindakan: Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.Tindakan: Beri kesempatan mengungkapkan perasaan. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.3. Klien dapat mengidentifikasi tandatanda perilaku kekerasan.Tindakan : Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal. Observasi tanda perilaku kekerasan. Simpulkan bersama klien tandatanda jengkel / kesal yang dialami klien.4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Tindakan: Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.Tindakan: Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.Tindakan : Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.Tindakan: Bantu memilih cara yang paling tepat. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.Tindakan : Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).Tindakan: Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping). Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu). Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendahTujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasanTujuan Khusus :1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan: Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.Tindakan: Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien Utamakan pemberian pujian yang realitas3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluargaTindakan: Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimilikiTindakan : Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan Beri pujian atas keberhasilan klien Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang adaTindakan : Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa III : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunganTujuan umum : 1. Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunganTujuan khusus : 1. Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya2. Pasien mampu mengungkapkan perasaannya3. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya4. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baikTindakan :1. Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang laain dan lingkungan2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :a. Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannyab. Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positifc. Meyakinkan pasien bahawa dirinya pentingd. Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasiene. Merencanakan yang dapat pasien lakukan3. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnyab. Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian masalahc. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.

Daftar PustakaKeliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000