142853616 laporan praktikum biologi perilaku 1
Post on 26-Dec-2015
27 views
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU
PERILAKU AGONISTIK IKAN CUPANG (Betta splendens)
BANI NUGRAHA
1210702008
BIOLOGI / VI A
Kelompok 3
Tanggal Praktikum : 27 Februari 2013
Tanggal Pengumpulan : 06 Maret 2013
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 . Latar Belakang
Di Indonesia,ikan banyak dimanfaatkan sebagai makanan, hobi,
maupun dalam hal pertandingan atau perlombaan. Disini, akan kami coba
untuk mengambil salah satu jenis ikan, dan melakukan pengamatan ikan
secara agonistik. Perilaku agonistik ialah salah satu bentuk konflik yang
menunjukan perilaku atau postur tubuh atau penampilan khas yang
melibatkan mengancam, perkelahian, melarikan diri dan diam antara
individu dalam populasi.
Pemilihan Ikan cupang ini karena ikan cupang memiliki sikap
keagresifan yang cukup tinggi. Sehingga dalam pengamatannya akan lebih
terlihat dengan jelas dalam kurun waktu yang cukup singkat, baik secara
instinctive maupun perilaku terlatih, ikan cupang memiliki karakteristik
respon agresif. Dalam suhu air yang berkisar antara 24-29oC, ikan cupang
merupakan ikan yang sangat aktif.
2 . Tujuan
Mengamati perilaku agonostik pada ikan cupang (Betta splendens)
3 . Hipotesis
Untuk ikan cupang dianggap memiliki tingkat agonistik yang
cukup tinggi. Setiap hitungan waktu yang singkat, kita dapat dengan
mudah mengamati setiap perubahan gerakan yang terjadi. Ikan cupang
terbagi atas ikan cupang hias dan ikan cupang adu, Perbedaan diantara
ikan cupang tersebut, dapat terlihat secara morfologinnya. Perbedaan
diantara 2 jenis ikan cupang, sangat berpengaruh terhadap gerakan
agonistic tiap individu. Perbedaan agonistik pada ikan cupang, dapat pula
kita lihat dari jenis kelamin ikan cupang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan
konflik, termasuk berkelahi (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam
(freezing). Perilaku agonistik meliputi pula beragam ancaman atau
perkelahian yang terjadi antar individu dalam suatu populasi. Perilaku
agonistik berkaitan erat dengan agresivitas, yaitu kecenderungan untuk
melakukan serangan atau perkelahian. Bentuk-bentuk perilaku tersebut
dapat berupa postur tubuh maupun gerakan yang diperlihatkan oleh
individu pemenang maupun individu yang kalah dalam kontes perkelahian
(Djuanda, 2002).
Ikan cupang adu (Betta spendens) merupakan anggota dari famili
Anabantidae. Anabantidae merupakan satu-satunya famili yang mencakup
seluruh ikan berlabirin. Betta splendens memiliki tubuh yang lonjong
dengan bagian depan sedikit membulat dan memipih pada bagian
belakang. Mulutnya dapat disembulkan dengan lubang mulut terletak
serong pada bagian depan kepala. Badan dan kepala bersisik kasar. Ikan
betina berwarna kusam, tetapi ikan jantan mempunyai warna metalik yang
mengkilat. Ikan cupang jantan maupun betina memiliki sisik gurat sisi
berjumlah 29-33 keping (Campbell, 2003).
Sirip dorsal terletak lebih ke belakang, memiliki jari-jari keras dan
8-9 jari-jari lunak. Sirip anal panjang dan lebar, dimulai dari belakang anus
dan berakhir di belakang dekat pangkal sirip kaudal, memiliki 1-4 jari-jari
keras dan 21-24 jari-jari lunak. Ujung sirip anal berbentuk lancip. Sirip
perut berukuran kecil, terletak di bawah sirip dada, memiliki 1 jari-jari
keras dan 5 jari-jari lunak. Satu dari jari-jari lunak berukuran lebih panjang
dari yang lainnya. Sirip dada bentuknya membulat, memiliki 12-13 jari-
jari lunak. Beberapa perilku agonistic cupang yang diketahui antara lain :
Approach (Ap) : mendekat, berenang cepat kemudian berhenti di
dekat bayangannya / ikan lain
Bite(Bt) : menggigit lawan
Chase (Ch) : mengejar lawan yang melarikan diri
Frontal threat (FT) : mengancam dari depan dengan membuka
operculum, dagu direndahkan dan melebarkan sirip dada saat
berhadapan dengan lawan
Side Threat (ST) : mengancam dari pinggir dengan membuka
operculum, dagu direndahkan kea rah lawan dan semua sirip
dikembangkan
Mouth to mouth contact (MC) : Kontak mulut ke mulut yaitu dua
individu akan saling mendorong, menarik, dan mencengkram
dengan mulut
Flight (Fl) : melarikan diri
Tail flagging (TF) : mengibaskan ekor
Circle (Cl) : bergerak memutar arah setelah mendekati lawan
Explore (Ex) : menjelajah area tanpa arah yang jelas
Perilaku agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang
menunjukkan perilaku atau postur tubuh atau penampilan yang khas
(display) yang melibatkan mengancam (threat), perkelahian
(fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) antar individu
dalam populasi atau antarpopulasi. Invidu yang aggressive dan mampu
menguasai arena perkelahian (teritori) akan memunculkan individu yang
kuat (dominan) dan lemah (submissive/ subordinat). PopulasiUntuk
mengetahui perilaku agonistik ini digunakanlah ikan cupang adu sebagai
hewan uji. Cupang adu (Betta splendens) merupakan jenis ikan laga,
individu jantan dapat sangat agresiv terhadap jantan lainnya dalam sebuah
arena bertarung. Dengan adanya akuarium sebagai media bertarung, maka
diharapkan dapat dengan mudah diamati perilaku agonistik diantara ikan
cupang jantan (Campbell, 2003).
Ada sifat yang ditimbulkan dari ikan cupang jantan. Dimana, pada
ikan cupang jantan ini, memiliki sifat daya perhatiannya terhadap ikan
cupang betina cukup tinggi. Sinyal yang ditimbulkan saat ikan cupang
jantan berhadapan dengan ikan cupang betina, yaitu dengan mengibaskan
ekor sirip derngn frekuensi yang cepat (Amauri, 2007).
Keagresifan lain pada ikan cupang ini, dipisahkan menjadi
appetitive, kawin dan pasca kawin. Komponen yang appetitive ini,
ditandai dengan perilaku kejenuhan warna tubuh, ereksi penutup
overculum, atau insang, orientasi dan gerakan karakteristik. Komponen
termasuk menggigit, mengunci rahang antara lawan dan mencolok ekor.
Respon yang ditunjukan oleh ikan cupang dari tiap individu, yang
berkaitan dengan pembuahan, dapat kita amati dengan uji menggunakan
model subjek dalam aquarium yang diberi sekat cermin. Dengan
memperhitungkan durasi, dan frekuensi demonstrasi merupakan presiktor
dan perkelahian yang nyata (Dewantor, 2001).
Kegemaran berkelahi Ikan cupang adu akan semakin memuncak
apabila ikan cupang diletakkan di baskom, akuarium, toples, atau tempat
pemeliharaan lain. Hal ini dikarenakan ikan cupang telah terbiasa hidup di
tempat yang lebih nyaman bila dibandingkan dengan selokan atau tempat
lainnya. Ketika melakukan pertarungan, ikan cupang jantan menghampiri
lawan tandingnya. Kemudian ikan cupang jantan mempertontonkan sirip
pada musuhnya. Sirip yang semula terlihat lemas dalam hitungan detik
akan mengembang. Tidak hanya sirip yang dipertontonkan, tetapi sirip
cadangan lain yaitu membrana branchiostegi dan tutup insang pada
lengkungan leher juga ikut mengembang (Darmawat, 2003).
Taksonomi ikan cupang
adu (Betta spendens) adalah
sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Craniata
Superkelas : Gnathostomata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Superordo : Teleostei
Ordo : Percomorphoidei
Subordo : Anabantoidei
Famili : Antibantidae
Genus : Betta
Spesies : Betta splendens
BAB III
METODE KERJA
3. 1. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Aquarium (45x25x45 cm3 ) Berisi air Betta splendens (Ikan Cupang)
4 Ekor
Cermin
Botol kecil, penyimpanan ikan
Stop Wacth
Alat penanda (Tiip-Ex)
3. 2. Cara Kerja
1 Pengamatan Morfologi
Amati masing-masing individu ikan cupang adu.
Kenali dan catat perbedaan fisik, antara lain warna tubuh, bentuk sirip (dada,
punggung, perut, dubur, ekor) dan cirri khas lainnya (mulut, operculum, gurat sisi,
bentuk tubuh) tiap individu .
2 Persiapan dan Tagging
Aquarium yang telah berisi air bagian dibagi menjadi dua bagian oleh
sebuah cermin sekat pemisah sebagai kompartemen (a) dan kompartemen (b), dan
tiap kompartemen diisi oleh seekor ikan Betta Spelendens yang telah
diidenttifikasi cirri-cirinya dan jika memungkinkan diberi penandaan pada bagian
toraks terlebih dahulu. Beri penamaan untuk setiap individu (misalnya individu a,
individu b,dst) berdasarkan cirri-ciri yang sudah dikenal. Ukur pula masig-masing
luasan kedua kompartemen.
3 Pengamatan I
Pada salah satu kompartemen yang berisi cermin (misalnya kompartemen (a))
amati perilaku individu Betta Spelendens (a) dan catat semua perilku yang tampak
saat individu ikan (a) tersebut melihat bayangannya sendiri di dalam cermin.
Lakukan pegamatan I selama 10 menit. Setelah selesai, lakukan hal yang sama
dengan individu ikan (b) yang berada dalam kompartemen (b) dengan cara
membalikan cermin kearah kompartemen (b) selama 10 menit
4 Pengamatan II
Setelah pengamatan I selesai, angkat dinding pemisah/cermin dari aquarium.
Saat cermin