laporan pendahuluan batu ureter
DESCRIPTION
Laporan Pendahuluan Batu UreterTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BATU URETER PROXIMAL DEXTRA
Di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUP dr Sardjito
Tugas MandiriStase Praktek Keperawatan Medikal Bedah
Disusun oleh :
Dita Hanna Febriani09/286792/KU/13409
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
1. Pengertian
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue Hinchliff, 1999 Hal 451).
Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter
mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih.
Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu
kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan
menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak
jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. (R. Sjamsuhidajat, 1998).
2. Anatomi dan Fisiologi
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin dari
ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter
maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju
kandung kemih. Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis,dan intravesikalis.
Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos
sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna
mengeluarkan urine ke buli-buli. Secara anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran
diameternya relative lebih sempit daripada di tempat lain Sehingga batu atau benda-benda
lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut. Tempat-tempat penyempitan itu antara
lain adalah :
a. Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvi-ureter junction
b. Tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis
c. Pada saat ureter masuk ke buli-buli
Sistem perdarahan ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh arteri ginjal,
gonad, dan buli-buli dengan hubungan kolateral kaya sehingaa umumnya perdarahan tidak
terancam pada tindak bedah ureter. Persyarafan ureter bersifat otonom
3. Etiologi
Pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih, gangguan metabolisme,
infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis),
dehidrasi, benda asing, jaringan mati (nekrosis papil) dan multifaktor.
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi hingga
kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.
Beberapa teori pembentukan batu adalah:
a. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-
partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat
berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.
b. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein)
merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
c. Penghambatan Kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain :
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu
atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam
saluran kemih (Basuki, 2000)
4. Insiden
penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di
negara kita. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-
negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih
banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh
status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di Amerika Serikat 5 – 10% penduduknya
menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1 – 12 % penduduk
menderita batu saluran kemih (Basuki, 2000).
5. Patofisiologi
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat,
oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu
idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya
berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium
(hidroksiapatit) kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat
amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang
menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam
urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH
urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027). Pada kebanyakan penderita batu kemih
tidak ditemukan penyebab yang jelas. Faktor predisposisi berupa stasis, infeksi, dan
benda asing. Infeksi, stasis, dan litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat
sehingga terbentuk lingkaran setan atau sirkulus visiosus. Jaringan abnormal atau mati
seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu.
Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal.
1027).
6. Manifestasi Klinis
Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga menimbulkan
kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar
hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke
kemaluan.
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat
kencing atau sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat
keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan
menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronik
berupa hidroureter/hidronefrosis (Basuki, 2000).
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Terlihat pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas. Pembesaran ini mungkin karena hidronefrosis.b. PalpasiDitemukan nyeri tekan pada abdomen sebelah atas. Bisa kiri, kanan atau dikedua belah daerah pinggang. Pemeriksaan bimanual dengan memakai dua tangan atau dikenal juga dengan nama tes Ballotement. Ditemukan pembesaran ginjal yang teraba disebut Ballotement positif.c. PerkusiDitemukan nyeri ketok pada sudut kostovertebra yaitu sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra
8. Tes Diagnostik
a. Air kemih
1) Mikroskopis endapan: sedimen urin yang menunjukkkan adanya leukosituria,
hematuria, kristal-kristal pembentuk batu.
2) Makroskopis: didapatkan gross hematuri
3) Biakan: menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
4) Sensitivitas kuman
b. Faal ginjal: Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah untuk melihat fungsi ginjal
baik atau tidak. Pemeriksaan elektrolit untuk memeriksa factor penyebab
timbulnya batu antara lain kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam
urin.
c. Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi bendungan
atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan; pada
keadaan ini dapat dilakukan retrograd pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad
pielografi, bila hasil retrograd pielografi tidak memberikan informasi yang
memadai. Pada foto BNO batu yang dapat dilihat disebut sebagai batu radioopak,
sedangkan batu yang tidak tampak disebut sebagai batu radiolusen, berikut ini
adalah urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling opaq hingga yang paling
bersifat radiolusent; calsium fosfat, calsium oxalat, magnesium amonium fosfat,
sistin, asam urat, xantine.
d. Foto polos perut (90% batu kemih radiopak)
e. Foto pielogram intravena (adanya efek obstruksi)
f. Ultrasonografi ginjal (hidronefrosis)
g. Foto kontras khusus:
1) Retrograd
2) Perkutan
h. Analisis biokimia batu
i. Pemeriksaan kelainan metabolik
j. Pemeriksaan kimiawi ditemukan pH urin lebih dari 7,6 menunjukkan adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea dan kemungkinan terbentuk batu fosfat. Bisa
juga pH urin lebih asam dan kemungkinan terbentuk batu asam urat.
k. Pemeriksaan Darah Lengkap
Dapat ditemukan kadar hemoglobin yang menurun akibat terjadinya hematuria. Bisa juga didapatkat jumlah lekosit yang meningkat akibat proses peradangan di ureter.
9. Penatalaksanaan Medika. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
c. Endourologi
1) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
2) Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-renoskopi ini.
4) Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan keranjang Dormia.
5) Bedah LaparoskopiPembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
6) Bedah terbuka:a. Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu di saluran ginjalb. Ureterolitotomi : mengambil batu di ureterc. Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinariad. Uretrolitotomi: mengambil batu dari uretra
10. Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun
batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Umumnya pencegahan dapat
berupa menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine
sebanyak 2-3 liter per hari, diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk
batu, aktifitas harian yang cukup dan pemberian medikamentosa. Beberapa diet yang
dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah diet rendah protein karena protein
akan memacu ekskresi kalsium urin dan menyebabkan suasana urin menjadi lebih
asam.Diet rendah oksalat, diet rendah garam karena natriuresis akan memicu
timbulnya hiperkalsuria dan diet rendah purin.
11. Teknik operasi ureterolitotomi
Ureterolitotomi untuk batu ureter proksimal
a) Dibuat foto polos abdomen 1 jam sebelum operasi.
b) Dengan pembiusan umum.
c) Posisi lumbotomi sesuai dengan letak batu pada sisi atas.
d) Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
e) Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
f) Insisi kulit dimulai dari tepi bawah arkus kosta XI sampai ke arah umbilikus,
diperdalam lapis demi lapis dengan memotong fascia eksterna, muskulus
interkostalis dibelakang dan muskulus oblikus abdominis depan sampai
didapatkan fasia abdominis internus. Fascia abdominis dibuka, kemudian
peritoneum disisihkan penempelannya pada fascia.
g) Pasang retraktor.
h) Ureter dicari dengan cara membuka fascia gerota yang terletak di depan
muskulus ileopsoas dengan ciri:
- berupa saluran warna putih
- tidak berdenyut
- berjalan bersama-sama dengan arteri spermatika interna pada laki-laki atau
arteri ovarika pada wanita.
i) Ureter ditegel dengan kateter nelaton no. 8 di proksimal batu.
j) Raba batu dan bersihkan ureter
k) Insisi ureter dengan mess no. 15 tepat didaerah batu
l) Keluarkan batu dengan stone tang
m) Evaluasi cairan/urin yang keluar dari ureter (jernih)
n) Lakukan sondage ke arah distal dan proksimal. Bila sondage lancar lakukan
spoeling.
o) Jahit ureter yang diinsisi dengan Dexon 4-0 secara jelujur.
p) Cuci lapangan operasi dengan PZ
q) Pasang drain redon pada fosa renalis.
r) Luka operasi ditutup lapis demi lapis
PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan merupakan pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien
secara sistematis. Pengkajian keperawatan pada ureterolithiasis tergantung pada ukuran,
lokasi, dan etiologi kalkulus (Doenges, 1999 Hal 672).
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan di mana klien terpajan pada lingkungan bersuhu
tinggi, keterbatasan aktivitas / mobilitas sehubungan kondisi sebelumnya.
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD / nadi, (nyeri, obstruksi oleh kalkulus) kulit hangat dan
kemerahan, pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi vesica urinaria,
rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuruia, perubahan pola berkemih
d. Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat / fosfat,
ketidakcukupan intake cairan
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tidak ada bising usus , muntah
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu, nyeri dapat
digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan perubahan posisi atau tindakan lain
Tanda : melindungi, prilaku distraksi, nyeri tekan pada area abdomen
f. Keamanan
Gejala : pengguna alkohol, demam, menggigil
g. Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, ISK, paratiroidisme, hipertensi,
pengguna antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat, allopurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin
h. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis, urine 24 jam, kultur urine, survey biokimia, foto Rontgen, IVP,
sistoureteroskopi, scan CT, USG
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Dx kep./ mslh kolaborasi Tujuan IntervensiNyeri akut berhubungan dengan agen injuri: fisik
NOC: Kontrol nyeri,Setelah diberi penjelasan selama 5 menit diharapkan kenyamanan pasien meningkatIndikator: Menggunakan
skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri
Klien menyatakan nyeri berkurang
Klien mampu istirahan/tidur
Menggunakan tekhnik non farmakologi
NIC: a. Manajement nyeriAktifitas:1. Lakukan penilaian terhadap
nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri
2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan
3. Fasilitasi lingkungan nyaman4. Berikan obat anti sakit 5. Bantu pasien menemukan
posisi nyaman6. Anjurkan klien penggunaan
tehnik relaksasib. Kelola analgetikc. Terapi relaksasid. Manajemen lingkungan
Cemas berhubungan dengan krisis situasional
NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah diberi penjelasan selama 5 menit diharapkan klien mampu mengatasi cemas dg:Indikator:Ps mampu: Mengungkapka
n cara mengatasi cemas
Mampu menggunakan coping
Klien tidak tampak tegang dan ketakutan
NIC: Penurunan kecemasan Aktifitas:1. Bina Hub. Saling percaya2. Prosedur3. Hargai pengetahuan pasien
tentang penyakitnya4. Bantu pasien untuk
mengefektifkan sumber support
Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi
NOC: control resikoIndicator: tidak terjadi injuri
NIC: surgical precautionAktifitas:1. Tidurkan klien pada meja
operasi dengan posisi sesuai kebutuhan
2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa
3. Pastikantidak ada instrumen, jarum atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien
DAFTAR PUSTAKA
1.Purnomo, B. Basuki, Dasar-dasar Urologi , cetakan I, CV. Infomedika, Jakarta, 2002
2. W.B. Saunders, Campbell’s Urology, Sixth Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia Pennsylvania, 1992
3.D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange Medical Publications, California, 1981
4.Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta, 1998
5.“Kidney Stones in Adults” didapat dari http://uptodate.com/patientinformation:kidneystonesin
6. “Definisi Batu Ureter” didapat dari http://wikipedia.com/batuureter
7.“Batu Ureter” didapat dari http://blogger.com/harry/batuurete
8.“ Urolithiasis: ureterolithiasis” didapat dari http://ratihrochmat.wordpress.com/urolithiasis
9.“Definisi Urolithiasis” didapat dari http://medicinenet.com/urolithiasis
10.. “Ureterolithiasis” didapat dari http://oakbrookurology.com/ureterolithiasis