laporan mandiri anemia zat besi vanie

25
BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi merupakan anemia mikrositik- hipokromik yang terjadi akibat defisiensi besi dalam diet, atau kehilangan darah secara lmbat dan kronis. Zat besi adalah komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagian besar sel darah merah. Defisiensi besi adalah masalah pada todler dan anak- anak yang membutuhkan peningkatan kebutuhan gizi untuk pertumbuhan. Wanita yang haid juga cenderung mengalami defisiensi besi karena hilangnya besi setiap bulan dan diet mungkin kekurangan zat besi. Wanita haid yang berolahraga memiliki peningkatan resiko karena olahraga meningkatkan kebutuhan metabolik sel-sel otot pada pria. Penurunan jumlah sel darah merah memacu sumsum tulang untuk meningkatkan pelepasan sel- sel darah merah yang abnormal yang berukuran kesil dan kekurangan hemoglobin. 1

Upload: vanie-cahya-okta

Post on 31-Jul-2015

51 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

BAB

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia defisiensi besi merupakan anemia mikrositik-hipokromik yang terjadi

akibat defisiensi besi dalam diet, atau kehilangan darah secara lmbat dan kronis. Zat

besi adalah komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagian besar sel darah

merah.

Defisiensi besi adalah masalah pada todler dan anak-anak yang membutuhkan

peningkatan kebutuhan gizi untuk pertumbuhan. Wanita yang haid juga cenderung

mengalami defisiensi besi karena hilangnya besi setiap bulan dan diet mungkin

kekurangan zat besi.

Wanita haid yang berolahraga memiliki peningkatan resiko karena olahraga

meningkatkan kebutuhan metabolik sel-sel otot pada pria. Penurunan jumlah sel

darah merah memacu sumsum tulang untuk meningkatkan pelepasan sel-sel darah

merah yang abnormal yang berukuran kesil dan kekurangan hemoglobin.

1

Page 2: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk

sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ

lain karena berbentuk cairan. Darah tersusun atas 2 komponen utama, yaitu :

1. Plasma darah : bagian cair yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein

darah.

2. Butir-butir darah : ( blood corpuscles ), yang terdiri ats komponen-komponen berikut

ini.

Eritrosit : sel darah merah ( SDM red blood cell ).

Leukosit : sel darah putih ( SDP white blood cell ).

Trombosit : butir pembekuaan darah platelet.

Struktur eritrosit

Sel darah merah ( eritrosit ) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter

sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen gerakan oksigen

masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara membran dan

inti sel. Warnanya kuning kemerahan-merahan, karena di dalamnya mengandung

suatu zat yang disebut hemoglobin.

Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan ribosom, serta tidak

dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau

pembekuan protein.

Komponen eritrosit :

1. Membran eritrosit

2. Sistem enzim : Enzim G6PD (Glucose 6- Phosphatedehydrogenase)

2

Page 3: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

3. Hemoglobin :

- Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi

- Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.

Produksi Sel Darah Merah (Eritropoesis) :

Eritropoesis pada dewasa terutama terjadi di dalam sumsum tulang, di mana

sistem eritrosit menempati 20%-30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif

membentuk sel darah. Sel eritrosot berinti berasal dari sel induk multipotensial

dalam sumsum tulang. Sel induk multipotensial ini mampu berdiferensiasi menjadi

sel darah sistem eritrosit, mieloid, dan megakariosibila yang dirangsang oleh

eritropoeintin. Sel induk multipotensial akan berdiferensiasi menjadi sel induk

unipotensial. Sel induk unipotensial seri eritrosit hanya akan berdiferensiasi menjadi

sel pronormoblas. Sel pronormoblas akan terbentuk 16 eritrosit. Eritrosit mateng

kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Pada produksi eritrosit normal sumsum tulang

memerlukan besi, vitamin B 12, asam folat, piridoksin ( vitamin B6 ), kobal, asam

amino, dan tembaga.

Proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat

dikelompokan menjadi 3 yaitu :

1. Ukuran sel semakin kecil akibat mengecilnya inti sel.

2. Inti sel menjadi makin padat dan akibatnya dikeluarkan pada eriteoblas

asidosis.

3. Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikut dengan hilangnya

RNA dari dalam sitoplasma sel.

Lama Hidup Eritrosit :

Eritrosit hidup selama 74- 154 hari. Pada usia ini system enzim mereka

gagal,membrane sel berhenti berfungsi dengan adekuat, dan sel ini dihancurkan oleh

sel system retikulo endothelial.

3

Page 4: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

Jumlah Eritrosit :

Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5- 15 gr dalam 100 cc darah.

Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.

Sifat-Sifat Sel Darah Merah :

Normositik : Sel yang ukurannya normal.

Normokromik : Sel dengan jumlah hemoglobin yang normal.

Mikrositik : Sel yang ukurannya terlalu kecil.

Makrositik : Sel yang ukurannya terlalu besar.

Hipokromik : Sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit.

Hiperkromik : Sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak.

Penghancuran Sel Darah Merah :

Proses penghancuran erotrosit terjadi karena proses penuaan (senescence) dan

proses patologis (hemolisis). Hemolisis yang terjadi paa eritrosit akan

mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi dua

komponen, yaitu :

1. Komponen protein, yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein

dan dapat digunakan kembali.

2. Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu :

- Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang

- Bilirubin yang akan di ekskresikan melalui hati dan empedu.

4

Page 5: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

B. Gangguan pada sistem hematologi

a. Anemia ( pucat )

digunakan adalah criteria WHO pada tahun 1968. Dinyatakan sebagai anemia

bila terdapat Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit atau masa

hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen

bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar

hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal.

Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas haemoglobin

atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan

laut.

Batasan umum yang sering nilai dengan criteria sebagai berikut :

Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl

Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl

Perempuan hamil Hb < 11 gr/dl

Anak usia 6-14 tahun Hb <12 gr/dl

Anak usia 6 bulan- 6 tahun Hb < 11 gr/dl

b. Anemia Defisiensi Besi

I. Definisi

Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki zat

besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah

karena kurangnya zat besi.

II. Etiologi

Defisiensi zat besi terjadi jika kecepatan kehilangan atau penggunaan elemen

tersebut melampaui kecepatan asimilasinya. Penurunan cadangan zat besi jika

bukan pada anemia yang nyata, biasanya dijumpai pada bayi dan remaja dimana

5

Page 6: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

merupakan masa terbanyak penggunaan zat besi untuk pertumbuhan. Neonatal

yang lahir dari perempuan dengan defisiensi besi jarang sekali anemis tetapi

memang memiliki cadangan zat besi yang rendah. Bayi ini tidak memiliki

cadangan yang diperlukan untuk pertumbuhan setelah lahir. ASI merupakan

sumber zat besi yang adekuat secara marginal. Kehilangan zat besi, dapat terjadi

secara fisiologis atau patologis;

Fisiologis:

Menstruasi

Kehamilan, pada kehamilan aterm, sekitar 900mg zat besi hilang dari

ibu kepada fetus, plasenta dan perdarahan pada waktu partus.

Patologis:

Perdarahan saluran makan merupakan penyebab paling sering dan

selanjutnya anemia defisiensi besi. Prosesnya sering tiba-tiba. Selain itu dapat

juga karena cacing tambang, pasien dengan telangiektasis herediter sehingga

mudah berdarah, perdarahan traktus gastrourinarius, perdarahan paru akibat

bronkiektasis atau hemosiderosis paru idiopatik.

Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi :

Wanita menstruasi

Wanita menyusui/hamil karena peningkatan kebutuhan zat besi

Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan

yang cepat

Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi,

jarang makan daging dan telur selama bertahun-tahun.

Menderita penyakit maag.

Penggunaan aspirin jangka panjang

Colon cancer

Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat

digantikan dengan brokoli dan bayam.

6

Page 7: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

III. GEJALA KLINIK

Ada banyak gejala dari anemia, setiap individu tidak akan mengalami seluruh

gejala dan apabila anemianya sangat ringan, gejalanya mungkin tidak tampak.

Beberapa gejalanya antara lain; warna kulit yang pucat, mudah lelah, peka

terhadap cahaya, pusing, lemah, nafas pendek, lidah kotor, kuku sendok, selera

makan turun, sakit kepala (biasanya bagian frontal).

Defisiensi zat besi mengganggu proliferasi dan pertumbuhan sel. Yang utama

adalah sel dari sum-sum tulang, setelah itu sel dari saluran makan. Akibatnya

banyak tanda dan gejala anemia defisiensi besi terlokalisasi pada sistem organ ini:

o Glositis ; lidah merah, bengkak, licin, bersinar dan lunak, muncul secara

sporadis.

o Stomatitis angular ; erosi, kerapuhan dan bengkak di susut mulut.

o Atrofi lambung dengan aklorhidria ; jarang

o Selaput pascakrikoid (Sindrom Plummer-Vinson) ; pada defisiensi zat besi

jangka panjang.

o Koilonikia (kuku berbentuk sendok) ; karena pertumbuhan lambat dari lapisan

kuku.

o Menoragia ; gejala yang biasa pada perempuan dengan defisiensi besi.

Satu gejala aneh yang cukup karakteristik untuk defisiensi zat besi adalah Pica,

dimana pasien memiliki keinginan makan yang tidak dapat dikendalikan terhadap

bahan seperti tepung (amilofagia), es (pagofagia), dan tanah liat (geofagia).

Beberapa dari bahan ini, misalnya tanah liat dan tepung, mengikat zat besi pada

saluran makanan, sehingga memperburuk defisiensi. Konsekuensi yang

menyedihkan adalah meningkatnya absorpsi timbal oleh usus halus sehingga

dapat timbul toksisitas timbale disebabkan paling sedikit sebagian karena

gangguan sintesis heme dalam jaringan saraf, proses yang didukung oleh

defisiensi zat besi.

Penatalaksanaan

7

Page 8: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

1.   Medikamentosa

      Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi

elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi

ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. Asam askorbat 100 mg/15

mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).

Ø  Pemberian preparat besi peroral

Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat. Yang sering dipakai

adalah ferrous sulfat karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia preparat besi berupa

tetes (drop). Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai adalah 4-6 mg

besi elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3 dosis sehari. Preparat besi ini harus

diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi.1,2

Ø  Pemberian preparat besi parenteral

Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Dapat

menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar

Hb tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi.

Larutan ini mengandung 50 mg besi. Dosis dihitung berdasarkan :

Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.

Ø  Transfusi darah

Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia

yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi.

Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar

Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi. Secara umum, untuk penderita

anemia berat dengan kadar Hb < style="font-weight: bold;">II.

2.   Bedah

      Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena

diverticulum Meckel.

3.   Suportif

8

Page 9: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

      Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber

dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan)

Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta

memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab ADB dapat

diketahui sehingga penaganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat

secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama efektifnya

dengan pemberian secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan pada penderita

yang tidak dapat memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan.

9

Page 10: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

BAB III

PEMBAHASAN

Skenario

a. Kata yang tidak dimengerti

a. Anemia difesiensi besi

Jawaban :

Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki zat besi

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah

karena kurangnya zat besi.

b. MCV 54 fL

Jawaban :

10

An. C usia 36 bulan jenis kelamin perempuan datang ke klinik oleh ibunya. Ibu pasien

mengatakan anaknya sakit sejak 1 minggu yang lalu. Sejak saat itu anaknya jarang bermain dan

lebih banyak tidur. Menurut ibunya Anak C mempunyai riwayat Hb yang rendah (abnormal).

Tidak ada riwayat : sakit baru-baru ini, jatuh/ kecelakaan, perjalanan jauh, dan ibu pasien juga

mengatakan tidak ada riwayat perdarahan. Menurut ibu pasien setiap harinya An. C makan 2-

3x sehari dengan porsi sedikit. Dari hasil pengkajian didapatkan data pasien mengeluh pusing,

tidak nafsu makan, lemas, mudah lelah, anak tampak pucat, terjadi penurunan aktivitas.

Berdasarkan kondisi tersebut maka dilakukan pemeriksaan laboratorium, dari hasil

pemeriksaan laboratorium didapatkan data : Hb 7,7 g/dl, MCV 54 fL, MCH 17 pg.

Berdasarkan kondisi tersebut dokter mendiagnosa Anemia Defisiensi Besi.

Page 11: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

MCV (Mean Cospucular Volume) adalahUkuran sel dan lebih tepat dari pada

kemampuan seseorang untuk menyatakan adanya perubahan-perubahan besarnya

sel yang samar-samar pada pemeriksaan apus darah tepi.

Fungsi dari MCV :

Mengindikasi ukuran sel darah merah : mikrositik (ukuran kecil), normositik

(ukuran normal), dan makrositik (ukuran kecil). Penurunan MCV atau

mikrositik dapat menjadi indikasi terjadinya anemia defesiensi zat besi dan

talasemia.

Rumus : Ht X 10

Hitung SDM

Nilai Normal MCV :

Dewasa : 80 – 98 fl

BBL : 96 – 108 fl

Anak – anak : 82 – 92

c. MCH 17 pg

Jawaban :

MCH adalah Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER) atau mean corpuscular

hemoglobin. Mengindikasikan berat hemoglobin di dalam SDM, tanpa memerhatikan

ukurannya. Pada anemia makrositik, nilai MCH meningkat, dan pada anemia

hipokromik, nilainya menurun. Nilai MCH di peroleh dengan cara mengalihkan

hemoglobin (Hb) sebanyak 10 kali, lalu membaginya dengan hitung SDM.

MCH = Hb x 10

Hitung SDM

Nilai normal MCH

11

Page 12: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

a. Dewasa : 27-31

b. Bayi baru lahir : 32-34

c. Anak : 27-31

MCHC

Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (KHER) atau mean corpuscular

hemoglobin concentration (MCHC atau CHCM) masing-masing mengukur jumlah dan

kepekatan hemoglobin. HER dihitung dengan membagi hemoglobin total dengan jumlah sel

darah merah total. Mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume SDM.

Penurunan nilai MCHC dapat mengindikasikan adanya anemia hipokromik. Nilai MCHC

dapat dihitung dari nilai MCH dan nilai MCV atau dari hemoglobin dan hematokrit.

MCH = MCH x 100 atau MCHC = Hb x 100

MCV Ht

Nilai normal MCHC

a. Dewasa : 32 % - 36 %

0,32 – 0,36

b. Bayi baru lahir : 32 % - 33 %

0,32 – 0,33

c. Anak : 32 % - 36%

0,32 – 0,36

MCHC

b. Kata/ Kalimat Kunci :

Umum

1. An. C mempunyai riwayat Hb rendah

2. Mengeluh pusing

12

Page 13: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

3. Tidak nafsu makan

4. Lemas

5. Mudah lelah

6. Anak tampak pucat

7. Terjadi penurunan aktifitas

8. Hb 7,7 g/dl

9. MCV 54 fL

10. MCH 17 pg

11. Anemia difesiensi besi

Khusus

“An. C mempunyai riwayat Hb rendah”.

Intervensi (Rencana Tindakan)

1. Pengkajian

Hasil pengkajian :

BIODATA

Nama : An C

Usia : 36 bulan

Jenis : Perempuan

1. Data Subyektif : “ Ibu klien mengatakan “

“ anak saya sakit sejak 1 minggu yang lalu “

“ sejak sakit anak saya jarang bermain dan lebih banyak tidur “

“ anak saya memiliki riwayat Hb yang rendah “

“ Tidak ada riwayat sakit baru-baru ini, jatuh / kecelakan, perjalanan jauh “

“ tidak ada riwayat perdarahan “

13

Page 14: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

“ An C makan 2 – 3 x sehari dengan porsi sedikit “

“ klien mengeluh pusing “

“ klien tidak nafsu makan “

“ klien merasa lemas “

“klien merasa mudah lelah “

“ klien mengalami penurunan aktifitas “

2. Data Objektif :

*Hasil pemeriksaan fisik :

“ klien Nampak pucat “

* Hasil pemeriksaan diagnostic :

- Hb 7,7 g/dl

- MCV : 54 fL

- MCH 17 pg

2. Masalah Keperawatan

Dx 1 : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak

adekuat t.d :

- klien tidak nafsu makan

- An C makan 2 – 3 x sehari dengan porsi sedikit

- klien merasa lemas

- klien merasa mudah lelah

- Hb 7,7 g/dl

14

Page 15: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

Dx 2 : perubahan perfusi jaringan b.d suplai O2 dalam darah ke sel tidak adekuat t.d

- MCV : 54 fL

- MCH 17 pg

- Hb 7,7 g/dl

- Pusing

- Pucat

Dx 3 : intoleransi aktifitas b.d suplai O2 dalam darah ke sel tidak adekuat t.d

- lemas

- mudah lelah

- anak jarang bermain

- lebih banyak tidur

- terjadi penurunan aktifitas

- mudah ngantuk

- pusing

Dx 4 : resiko infeksi b.d penurunan daya imun

15

Page 16: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

3. Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

1. Kebutuhan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh b.d

intake yang tidak adekuat

t.d :

- klien tidak

nafsu makan

- An C makan 2

– 3 x sehari

dengan porsi

sedikit

- klien merasa

lemas

- klien merasa

mudah lelah

- Nampak pucat

Dengan dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24

jam, diharapkan Nutrisi

klien terpenuhi.

Criteria hasil :

- Klien nafsu

makan

- Klien tidak

mudah lelah

- Klien tidak

Nampak pucat

- Klien tidak

merasa lemas

- Klien makan 2

– 3 x sehari

dengan porsi

seimbang

- ketahui makanan

kesukaan klien

- ciptakan lingkungan

yang nyaman untuk

makan

- informasikan kepada

orang tua untuk

memberikan nutrisi

yang kaya zat besi

seperti makanan

daging, kacang,

gandum, sereal kering

yang di perkaya zat

besi

- tingkatkan asupan

daging dan tambahan

padi-padian serta

sayuran hijau dalam

diet

2. perubahan perfusi jaringan

b.d suplai O2 dalam darah

ke sel tidak adekuat t.d

- MCV : 54 fL

- MCH 17 pg

- Hb 7,7 g/dl

- Pusing

Dengan dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x 24

jam, diharapkan

- perubahan perfusi

jaringan teratasi

criteria hasil :

- MCH dan MCV

normal

- Tidak terlihat

pucat

- Tidak tampak

- Monitoring TTV

- Catat keluhan rasa

dingin

- Berikan lingkungan

nyaman dan batasi

pengunjung

- Berikan posisi yang

nyaman

16

Page 17: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

- pucat pusing

- Hb normal

3. intoleransi aktifitas b.d

suplai O2 dalam darah ke

sel tidak adekuat t.d

- lemas

- mudah lelah

- anak jarang

bermain

- lebih banyak

tidur

- terjadi penurunan

aktifitas

- mudah ngantuk

- pusing

Dengan dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x 24

jam, diharapkan tidak

terjadi intoleransi aktifitas.

Criteria hasil :

- tidak lemas

- tidak lelah

- dapat bermain seperti

biasa

- tidak terjadi penurunan

aktifitas

- tidak pusing

-

- Monitor TTV

- Berikan tirah baring

yang cukup

- Bantu aktifitas dalam

batas teloransi

- Berikan aktifitas

bermain , pengalihan

untuk mencegah ke

bosanan

4. resiko infeksi b.d

penurunan daya imun

Dengan dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x 24

jam, diharapkan resiko

infeksi tidak terjadi .

Criteria hasil :

- Mencegah resiko infeksi

- Terbebas dari tanda atau

gejala infeksi

- Tingkatkan cuci

tangan yang baik ; oleh

pemberi perawatan dan

pasien.

- Pertahankan teknik

aseptic ketat pada

prosedur/perawatan

luka.

- Tingkatkan masukkan

cairan adekuat.

- Pantau/batasi

17

Page 18: Laporan Mandiri Anemia Zat Besi Vanie

pengunjung. Berikan

isolasi bila

memungkinkan.

-Pantau suhu tubuh.

Catat adanya menggigil

dan takikardia dengan

atau tanpa demam.

- ajarkan kepada kepada

keluarga untuk menjaga

higienis pribadi dan

pasien untuk melindungi

tubuh terhadap infeksi

- ajarkan kepada

keluarga tanda atau

gejala infeksi dan kapan

harus melaporkannya

kepada tim kesehatan

18