laporan magang (1)

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tinggi di harapkan mampu menghasilkan sarjana yang akan mengisi posisi manajerial menengah sampai puncak dengan bekal pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh dari perguruan tinggi. Kenyataan dilapangan seringkali menunjukan bahwa lulusan perguruan tinggi (fresh graduate) belum mampu secara optimal mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam dunia kerja. Hal itu dikarenakan adanya kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan kenyataan dilapangan yang lebih kompleks terutama dalam manajemen dibidang kesehatan di rumah sakit, dinas kesehatan maupun puskesmas yang merupakan suatu institusi dengan sumber daya yang padat ilmu, padat teknologi dan padat karya. Untuk melengkapi kemampuan mahasiswa dengan pengalaman praktis di lapangan, program studi ilmu kesehatan masyarakat mengembangkan program magang di institusi yang terkait dengan kesehatan baik instansi pemerintah, swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM). Magang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan pada program Sarjana Pertanian (S1). Pada dasarnya kegiatan ini adalah kegiatan intrakurikuler yang berupa kegiatan belajar di lapangan yang dirancang untuk 1

Upload: jhon-abraham-extone

Post on 19-Jan-2016

311 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

magang

TRANSCRIPT

Page 1: laporan magang (1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan tinggi di harapkan mampu menghasilkan sarjana yang akan mengisi

posisi manajerial menengah sampai puncak dengan bekal pengetahuan dan kemampuan

yang diperoleh dari perguruan tinggi. Kenyataan dilapangan seringkali menunjukan

bahwa lulusan perguruan tinggi (fresh graduate) belum mampu secara optimal

mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam dunia kerja. Hal itu

dikarenakan adanya kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan kenyataan

dilapangan yang lebih kompleks terutama dalam manajemen dibidang kesehatan di rumah

sakit, dinas kesehatan maupun puskesmas yang merupakan suatu institusi dengan sumber

daya yang padat ilmu, padat teknologi dan padat karya.

Untuk melengkapi kemampuan mahasiswa dengan pengalaman praktis di

lapangan, program studi ilmu kesehatan masyarakat mengembangkan program magang di

institusi yang terkait dengan kesehatan baik instansi pemerintah, swasta, maupun lembaga

swadaya masyarakat (LSM).

Magang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan pada

program Sarjana Pertanian (S1). Pada dasarnya kegiatan ini adalah kegiatan

intrakurikuler yang berupa kegiatan belajar di lapangan yang dirancang untuk

memberikan pengalaman praktis kepada para mahasiswa dalam menggunakan aplikasi

teori kedalam praktek lapangan.

Kepesertaan magang di ikuti oleh seluruh Mahasiswa Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran semester VII atau yang telah mencapai minimal 110 SKS.Alasan

penulis melakukan kegiatan Magang di Balai Uji Terap Teknologi dan Metode Karantina

Pertanian (BUTTMKP) adalah untuk menambah wawasan terkait dengan dunia kerja dan

ingin mengetahui secara langsung  kegiatan di Balai Uji Terap Teknologi dan Metode

Karantina Pertanian (BUTTMKP).

1

Page 2: laporan magang (1)

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum:

1. Agar mahasiswa peserta magang dapat memahami lebih dalam dan melakukan

kegiatan-kegiatan baik penelitian maupun administrasi organisasi di Balai Uji Terap

Teknologi dan Metode Karantina Pertanian(BUTTMKP) guna mendukung

perkarantinaan pertanian di Indonesia

2. Membangun link and match sehingga terbentuk keterkaitan dan kesepadanan antara

kurikulum di perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja

3. Meningkatkan proses pembelajaran melalui proses pendidikan berbasis praktik

sehingga nantinya penulis akan menjadi  tenaga kerja yang berkualitas dan

profesional pada kondisi kerja yang sesungguhnya

4. Meningkatkan pengetahuan melalui pengalaman kerja riil yang diperoleh di dunia

kerja, sebagai bekal untuk memahami dunia kerja yang nanti akan dihadapi setelah

menyelesaikan pendidikan

1.2.2 Tujuan Khusus:

Secara khusus magang mempunyai tujuan agar penulis :

1. Mempunyai kompetensi dan etos kerja yang sesuai program studi yang diikuti

2. Mampu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rutin yang berlingkup luas pada seluruh

bagian yang telah dilalui dalam kegiatan magang

3. Mampu mengelola kelompok kerja dan beradaptasi dengan lingkungan kerja tempat

magang secara baik dan benar

4. Mampu mempraktikan etika kerja dalam lingkungan magang secara memuaskan

1.3 Waktu dan Tempat Magang

Kegiatan magang ini telah dilakukan pada 01 Juli 2013 hingga 01 Agustus 2013.

Bertempat di Balai Uji Terap Teknologi dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP)

yang berlokasi di  Jl. Raya Kampung Utan – Setu, Desa Mekar Wangi, Kecamatan

Cikarang Barat, Bekasi 17520 Jawa Barat . Telepon dan faks 021-82618923, email :

[email protected].

2

Page 3: laporan magang (1)

BAB II

Keadaan Umum Tempat Magang

2.1 Sejarah BUTTMKP

Dengan adanya perkembangan implementasi rekomendasi dan standar yang

dikeluarkan lembaga internasional baik bersifat regional maupun multinasional yang

berkaitan dengan tugas dan fungsi karantina pertanian maka diperlukan kajian kelayakan

kondisi Indonesia untuk menerapkan rekomendasi dan standar tersebut. Kajian terapan

yang diperlukan Badan Karantina Pertanian dari standar/rekomendasi yang dikeluarkan

oleh IPCC, OIE, CODEX antara lain memiliki pertimbangan ilmiah, efektif, efisiensi,

mudah penerapannya/aplikatif, memiliki kemampuan untuk replikasi dan relatif murah.

Banyak dari ketentuan internasional inilah tentu tidak dapat diterapkan langsung

di Indonesia karena berbagai alasan, maka didirikanlah BUTTMKP yang merupakan

organisasi yang baru dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 34 tahun

2010 sebagai Unit Pelaksana Teknis dalam jajaran Badan Karantina Pertanian. Balai ini

menguji penerapan perlakuan karantina di Indonesia yang merujuk standar internasional.

Hasil kajian berupa rekomendasi sebagai keluaran dari BUTTMKP dan dapat

digunakan untuk menopang kebijakan operasional karantina pertanian dalam strategi

cegah tangkal OPTK/HPHK dan keamanan hayati (bio safety) serta akselerasi ekspor

komoditas pertanian dan peternakan sehingga mampu teraplikasi pada Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Karantina Pertanian di seluruh Indonesia. Para pejabat struktural yang ada

pada BUTTMKP ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 4042 tahun

2010 terdiri dari Kepala Balai, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Uji Terap,

Kepala Seksi Perencanaan dan Kerjasama, Kepala Seksi Bimbingan Teknis dan

Informasi serta Pejabat Fungsional POPT dan Medik/Paramedik Veteriner.

Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP) berdiri

sejak tahun 2010. Dengan dilatar belakangi permintaan standarisasi nasional maupun

internasional badan perkarantinaan diperlukan suatu tempat atau wadah untuk melakukan

uji terap sehingga hasil uji terap tersebut dapat dijadikan patokan pengendalian yang

dapat dilakukan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang ada di Indonesia.

3

Page 4: laporan magang (1)

BUTTMKP memiliki tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) yang sesuai dengan

peraturan Menteri Pertanian No. 34/Permentan/OT.140/4/2010 mengenai Organisasi dan

Tata Kerja BUTTMKP. Salah satu tupoksi BUTTMKP adalah pelaksanaan uji terap

teknik dan metode karantina pertanian. Beberapa standar internasional yang dihasilkan

oleh International Plant Protection Convention (IPPC), Office International des

Epizooties/World Organization for Animal Health (OIE) maupun Codex Alimentarius

memerlukan kajian sebelum dapat diterapkan di Indonesia karena beberapa standar

tersebut bersifat umum dan belum tentu sesuai dengan kondisi dan wilayah di Indonesia.

2.2 Letak Geografis

BUTTMKP berlokasi di Jl. Raya Kampung Utan-Setu, Desa Mekar Wangi,

Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi 17520 Jawa Barat dengan nomor telepon dan

faksimili 021-82618923. Website :http://buttmkp.deptan.go.id

2.3 Struktur Organisasi BUTTMKP

Tabel 1. Susunan Jabatan Struktural dan Fungsional BUTTMKP

No Nama Jabatan

1 Ir. R. Fauzar Rochani, MM. Kepala Balai

2 Ir. M. Yulianti Pane Kepala Sub Bagian TU

3 Drh. Uti Ratnasari Herdiana, M.Si. Kepala Seksi Uji Terap

4 Drh. Julia Rosmaya Riasari, M.Si. Kepala Seksi Bimbingan Teknis

dan Informasi

5 Maman Suparman, SP, M.Sc. Kepala Seksi Perencanaan dan

Kerjasama

6 Ir. Mochamad Achrom Koordinator Fungsional POPT

7 Drh. Ika Suharti Koordinator Fungsional Medik

4

Page 5: laporan magang (1)

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi BUTTMKP

2.4 Tugas Pokok dan Fungsi BUTTMKP

Tugas pokok BUTTMKP adalah untuk melaksanakan uji terap dan desiminasi

penerapan teknik dan metode perkarantinaan pertanian sesuai dengan standar

internasional. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, BUTTMKP menyelenggarakan

fungsi :

1. Penyusunan rencana kerja, program dan anggaran;

2. Pelaksanaan kerjasama dalam rangka kerja uji terap dan diseminasipenerapan teknik

dan metode karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

3. Pelaksanaan uji terap teknik dan metode karantina hewan, karantina tumbuhan dan

pengawasan keamanan hayati sesuai standar internasional;

4. Pelaksanaan bimbingan teknis penerapan teknik dan metode karantina hewan,

karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati sesuai standar internasional;

5. Pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi hasil uji terap teknik dan metode

karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.

5

Page 6: laporan magang (1)

2.5 Visi dan Misi BUTTMKP

Visi BUTTMKP adalah “Menjadi Pusat Rujukan Kelayakan Tindakan Karantina

Pertanian Berbasis Standard Internasional di ASEAN Tahun 2014”. Dengan

mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi, prioritas nasional dan kebijakan Badan

Karantina Pertanian maka misi BUTTMKP adalah :

1. Penguatan aplikasi tindakan karantina dan keamanan hayati berbasis standar

internasional;

2. Membangun kerjasama uji terap teknik dan metoda karantina pertanian serta keamanan

hayati tingkat nasional dan internasional;

3. Pengembangan inovasi kelayakan tindakan karantina pertanian dan keamanan hayati

sebagai standar internasional dalam perlindungan kelestarian sumber daya alam;

4. Mendesiminasikan dan bimbingan terhadap kelayakan penerapan tindakan karantina

pertanian dan keamanan hayati.

2.6 Dasar Hukum BUTTMKP

Karantina tumbuhan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah untuk mencegah masuk dan tersebarnya OPTK berdasarkan peraturan

perundangan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui penerapan syarat-syarat dan tindakan

karantina tumbuhan terhadap media pembawa yang dilalulintaskan (ekspor, impor, antar

area) di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran.

Dalam Pasal 10 UU No. 16/1992 disebutkan bahwa tindakan karantina dilakukan oleh

petugas karantina, berupa :

a. pemeriksaan;

b. pengasingan;

c. pengamatan;

d. perlakuan;

e. penahanan;

f. penolakan;

g. pemusnahan;

h. pembebasan.

6

Page 7: laporan magang (1)

Dari ketentuan Pasal 10 UU No. 16/1992 tersebut dapat dipahami bahwa

tindakan karantina tumbuhan, antara lain perlakuan termasuk fumigasi, merupakan

wewenang (kompetensi) petugas karantina tumbuhan. Meskipun demikian, dalam

pengaturannya lebih lanjut, undang-undang tidak mengharuskan bahwa kewenangan

untuk melaksanakan tindakan karantina tersebut dilakukan sepenuhnya oleh petugas

karantina tumbuhan. Dalam hal-hal tertentu, kewenangan tersebut dapat didelegasikan

kepada pihak ketiga pelaksanaannya.

Pendelegasian kewenangan tersebut, antara lain dapat dilihat pada Pasal 72 PP

No. 14/2002 yang menyebutkan :

1. Tindakan Karantina Tumbuhan dapat dilakukan oleh pihak ketiga di bawah

pengawasan petugas Karantina Tumbuhan

2. Tindakan Karantina Tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yaitu

pemeriksaan fisik, pengasingan, pengamatan, perlakuan dan/atau pemusnahan

3. Ketentuan lebih lanjut tentang syarat dan tata cara pelaksanaan tindakan

Karantina Tumbuhan oleh pihak ketiga ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Pelaksanaan tindakan tumbuhan tertentu, diantaranya tindakan perlakuan yang

dilaksanakan oleh pihak ketiga, telah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No.

271/Kpts/HK.310/4/2006 yang diterbitkan pada tanggal 12 April 2006. Pelaksanaan

perlakuan fumigasi oleh pihak ketiga hanya boleh dilakukan oleh perusahaan fumigasi

yang sudah diregistrasi Badan Karantina Pertanian. Persyaratan yang dimaksud dalam

Pasal 6 Ayat (3) Permentan tersebut di atas tercantum dalam Pedoman Registrasi

Perusahaan Fumigasi, yang mengikat secara hukum dan wajib dilaksanakan oleh

perusahaan fumigasi dalam rangka tindakan perlakuan karantina tumbuhan. Berdasarkan

ketentuan-ketentuan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan perlakuan

karantina tumbuhan termasuk fumigasi, dapat dilakukan oleh pihak ketiga sejauh pihak

tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian

dan pelaksanaannya dilakukan di bawah pengawasan Petugas Karantina Tumbuhan.

7

Page 8: laporan magang (1)

2.7 Sarana dan Prasarana

Aset tanah pada tahun 2013 lingkup Balai Uji Terap Teknik dan Metode

Karantina Pertanian mencapai 40.530 m2. Secara umum, aset tanah yang ada

diperuntukan bagi pembangunan kantor, gedung pendidikan dan latihan, asrama, mess,

kantin dan prasaran olahraga.

Gedung dan bangunan lingkup Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina

Pertanian berperan penting dalam mendukung kegiatan pendidikan dan latihan

perkarantinaan dunia, khususnya bagi wilayah Regional Asia Tenggara. Dalam kaitan

dengan hal tersebut, telah tersedia fasilitas berup gedung pendidikan yang telah

dilengkapi oleh labolatorium serta perpustakaan digital yang memudahkan akses untuk

memperoleh referensi pendukung secara online.

Asrama yang telah dilengkapi dengan fasilitas internet serta fasilitas olahraga

dengan standart internasional juga tersedia bagi peserta kegiatan pendidikan dan latihan

tindakan karantina dari berbagai UPT lingkup Badan Karantina Pertanian maupun

mancanegara, khususnya dari Negara-negara ASEAN, Australia maupun beberapa

Negara Afrika seperti Namibia dan Kenya.

8

Page 9: laporan magang (1)

BAB III

Kegiatan Magang

3.1 Pengenalan Karantina Pertanian dan Profil BUTTMKP

Pengenalan Karantina pertanian Indonesia, profil BUTTMKP dan posisi BUTTMKP

di Kementrian Pertanian dijabarkan oleh Bapak Maman Suparman, SP, M.Sc. Bertempat di

Gedung Pendidikan lantai 1 BUTTMKP pada hari Selasa, 2 Juli 2013.

3.1.1 Sejarah Karantina Pertanian di Dunia

Karantina berasal dari bahasa Italia “quarantina”, dari bahasa Latin kuno

“quadraginta”, bermakna ‘empat puluh’. Periode empat puluh hari adalah masa waktu

di mana sebuah kapal yang diduga membawa penyakit menular (pes, kolera atau

demam kuning) dilarang mendekati pantai, atau masa isolasi bagi seseorang yang

terinfeksi penyakit menular, atau jangka waktu penahanan terhadap kiriman hewan,

tumbuhan atau benda lain yang diduga membawa bibit penyakit. Istilah karantina

pertama kali diperkenalkan oleh penguasa negara-kota Ragusa di Pantai Dalmatia, Laut

Adriatik, pada tahun 1374. Alasan diberlakukannya karantina adalah untuk mencegah

penularan dan penyebaran penyakit menular di suatu daerah/Negara. Pada tahun 1850,

sebuah konvensi di Paris medeklarasikan Peraturan Karantina yang berlaku secara

internasional bagi lalu-lintas kapal, perdagangan dan kegiatan ekonomi.

3.1.2 Sejarah serta Peran dan Fungsi karantina di Indonesia

Karantina pertanian sudah dikenal di Indonesia lebih dari 130 tahun lalu. Kopi

merupakan komoditas yang menjadi salah satu sumber pendapatan penting pemerintah

Hindia Belanda. Areal perkebunan kopi berkembang luas dengan sentra-sentra produksi

yang sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa. Ketika penyakit karat daun

berkecamuk hebat di perkebunan-perkebunan kopi di Ceylon, para pejabat tinggi

pemerintahan Hindia Belanda mulai cemas. Dikhawatirkan penyakit tumbuhan yang

dapat menggerus produktivitas perkebunan kopi itu akan terbawa masuk ke Hindia. Biji

kopi dan tanaman kopi yang tercemar oleh penyakit karat daun bisa saja masuk melalui

berbagai pelabuhan dalam banyak cara, misalnya dibawa oleh perorangan sebagai buah

9

Page 10: laporan magang (1)

tangan. Perusahaan-perusahaan perkebunan di Hindia Belanda yang sedang

bersemangat memperluas perkebunan kopi pun banyak mendatangkan bibit tanaman

kopi dari luar negeri. Menyadari akan ancaman penyakit tersebut dan sebagai upaya

mencegah penularannya ke Hindia Belanda, pemerintah menerbitkan Ordonansi 19

Desember 1877 (Staatsblad No. 262) yang melarang pemasukan tanaman kopi dan biji

kopi dari Ceylon. Ini merupakan peraturan yang pertama kali diterbitkan pemerintah di

bidang karantina tumbuhan.

Latar belakang berdirinya Balai Karantina adalah karena Indonesia merupakan

negara agraris yang memiliki sumberdaya alam melimpah dengan nilai ekonomis dan

ilmiah tinggi. Akan tetapi, rawan terhadap ancaman kelestarian sumberdaya alam dan

peningkatan produksi serta kualitas pertanian dikarenakan era globalisasi yang menjadi

tantangan terbesar saat ini. Batasan-batasan seperti bea cukai, jarak, waktu tempuh, dll

selama ini semakin memudar dan tidak lagi populer.

OPTK (Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina) merupakan semua OPT

yang ditetapkan pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di

dalam dan keluar dari/ke negara Indonesia serta masuk dan keluar dari/ke antar wilayah

di Indonesia. Dengan begitu Balai Karantina menetapkan beberapa persyaratan untuk

kegiatan ekspor/impor dalam melengkapi sertifikat, pemasukan/ pengeluaran produk

harus melalui pintu masuk seperti pelabuhan laut, udara dan kantor pos yang telah

ditentukan dan melaporkan serta menyerahkan setiap media pembawa OPTK kepada

pihak karantina.

3.4 Identifikasi OPTK

Dalam perkarantinaan tumbuhan harus diadakan identifikasi optk untuk mengetahui

wilayah sebaran dan karakteristik dari optk tersebut. Hal ini dimaksudkan agar petugas

karantina lebih mudah meminimalisir penyebaran suatu optk dan mudah mengenalinya dari

kegiatan identifikasi morfologinya.

Identifikasi OPT dilakukan pada gulma dan tungau. Identifikasi tungau dilakukan di

ruang kelas Gedung Pendidikan lantai 3 BUTTMKP pada hari Senin, 08 Juli 2013

didampingi Bapak Ir. Mochamad Achrom dan pada hari Selasa 23 Juli 2013 didampingi

Bapak Kemas Usman SP. menggunakan mikroskop compound.

10

Page 11: laporan magang (1)

Identifikasi gulma berdasarkan bijinya dilakukan di laboratorium entomologi

BUTTMKP pada hari Jumat, 19 Juli 2013 didampingi Bapak Kemas Usman SP.

menggunakan mikroskop stereo.

3.4.1 Identifikasi Tungau

Menurut Vacante, 2010 tungau yang memiliki kekerabatan dekat dengan laba-

laba (acari) merupakan hewan kecil, dewasanya memiliki panjang tubuh sekitar 300-

500 mm, kecuali untuk beberapa eriophyoids yang memiliki panjang sekitar 100 µm

atau beberapa betinanya memiliki ukuran sekitar 30.000 µm. Tungau dibedakan

menjadi 3, yaitu:

1. Parasit Tumbuhan

2. Predator/ parasit bagi seama/serangga lain

3. Pengurai/pemakan sampah

Morfologi tungau, terdiri dari gnatosoma dan idiosoma. Gnatosoma yang

mendukung alat-alat mulut (bagian depan). Terdiri dari Pedipalpus (palpus) dan

Chericera. Padipalpus berfungsi untuk memegang dan merasakan makanan. Chelicera

sebagai alat mulut yang bervariasi sesuai cara makannya. Stilet untuk tungau menusuk

dan menghisap, sedangkan predator bergerigi. Idiosoma (bagian di belakang

gnatosoma). Idiosoma terdiri dari terdiri dari podosoma dan opistosoma. Podosoma

(bagian yang mendukung tungkai-tungkai). Sedangkan opistosoma (bagian di delakang

pasangan tungkai ke-IV pada tungau dewasa)

Untuk membedakan jantan dan betina dilihat dari adanya aedagus yang

berbentuk seperti kait dan anal plate yang berbentuk mirip segitiga. Jantan memiliki

aedagus di ujung bagian belakang idiosoma sedangkan betina memiliki anal plate di

ujung bagian belakang idiosoma. Dasar awal taksonomi untuk tungau biasanya dilihat

dari ada atau tidaknya stigma. Stigma merupakan alat sensor untuk pernafasan. Di

setiap stigma akan terlihat saluran yang disebut peritheme. Ordo-ordo tungau

berdasarkan ada atau tidaknya stigmata dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:

11

Page 12: laporan magang (1)

1. Astigmata : tidak memiliki stigma

2. Prostigmata : memiliki stigma di bagian depan dari tubuh tungau dekat dengan

perpanjangan stilet.

3. Mesostigmata : memiliki stigma di bagian tengah dari tubuh tungau dekat dengan

tungkai. Kebanyakan tungau dari ordo ini adalah predator

Dalam perkarantinaan pertanian, beberapa famili tungau yang harus

diperhatikan antara lain:

1. Tetranycidae

Memiliki ciri berbentuk seperti buah pir; pedipalpus gemuk, kokoh dan terdapat

kait diujungnya; rambut biasanya panjang dan rambut pada tungkai lebat dan

panjang.

2. Tenuipalpidae

Memiliki garis/lipatan pembatas antara gnathosoma dan idiosoma yang disebut

sejugal furrow. Dari family ini terdapat 2 ordo dengan bentuk yang sedikit berbeda,

yaitu Brevipalpus dan Tenuipalpus. Brevipalpus memiliki bentuk tubuh seperti

tungau pada umumnya (mirip buah pir). Sedangkan tenuipalpus memiliki bentuk

tubuh mirip buah pir tetapi terdapat lekukan yang menjorok kedalam di bagian

belakang idiosomanya.

3. Erophidae

Erophidae memiliki bentuk tubuh yang lebih lonjong dibandingkan dengan tunagu

dari family lain. Tubuh berbuku-buku dan biasanya hanya memiliki 2-3 pasang

tungkai saja.

4. Tarsonemidae

Tarsonemidae memiliki bentuk tubuh yang sama seperti tungau pada umumnya,

namun perbedaan terdapat pada tungkai keempat(paling belakang). Tungkai

keempat dari family ini tereduksi, tidak kokoh, dan jika dibawah mikroskop seperti

benang.

Tungau dari ordo mesostigma yang sering ditemukan merupakan predator bagi

serangga atau tungau lain, bergerak lebih aktif dan biasanya berwarna lebih cerah.

Sedangkan tungau dari ordo astigmata dan prostigmata biasanya merupakan parasit

12

Page 13: laporan magang (1)

pada tanaman, tidak aktif bergerak (pasif) dan berwana gelap. Dari kegiatan identifikasi

tungau pada film yang didapat dari tanjung priok, didapatkan hasil sebagai berikut:

Klasifikasi Tungau:

Filum : Arthropoda

Subfilum : Chelicerata

Klas : Arachnida

Gambar 2. Stilet tungau (sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3. Ordo : Prostigmata; Famili : Tertranycidae (sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 4. Ordo : Prostigmata; Famili : Tenuipalpidae (sumber: dokumentasi pribadi)

13

Page 14: laporan magang (1)

Gambar 5. Ordo : Prostigmata Famili : Tarsonemidae (sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 6 . Ordo : prostogmata Famili : Eryophidae (sumber: dokumentasi pribadi)

3.4.2 Identifikasi Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tum buh pada tempat yang

tidak dikehendaki. Karena sifat merugikan tersebut, maka di mana pun gulma tumbuh

selalu dicabut, disiang, dan bahkan dibakar. (Haryatun, 2008)

Pengelompokan gulma berdasarkan morfologinya dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Kelompok berdaun sempit 

Spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk garis (linearis), memanjang dan

sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis tetapi lebih lebar.

Gulma rumput biasanya berada pada marga Poaceae (Gramineae).

b. Kelompok teki-tekian

Spesies-spesies gulma ini yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya

berbentuk garis (linearis). Contoh yang tremasuk kelompok ini: Cyperus rotundus dan

Fymbristilis miliaceae.

c. Kelompok berdaun lebar 

14

Page 15: laporan magang (1)

Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset

(lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus),

segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan

batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Biji dari kelompok ini memiliki

2 lapisan yaitu lamnea dan palea. Lemna adalah lapisan paling luar yang berwarna lebih

terang sedangkan palea adalah bagian dalam dan berwarna lebih pucat. Kelompok gulma

daun lebar terdiri dari spesies-spesies class Dicotyledonae, termasuk didalamnya marga-

marga Euphorbiaceae, Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae,

Rubiaceae, Commelinaceae, dan sebagainya.

d. Kelompok pakis-pakisan

Gulma jenis pakis-pakisan (ferns) pada umumnya berkembang biak dengan spora

dan berbatang tegak atau menjalar. Namu gulma kelompok ini jarang dipelajari dalam

dunia perkarantinaan pertanian. Contoh: Dicranopteris linearis, Lygodium flexuosum,

Nephrolepis biserrata.

1. Gulma berdaun lebar1. Mimosa pudica

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Family : Fabaceae

Genus : Mimosa (sumber: www.plantamor.com)

Biji dari genus mimosa memiliki face line di pinggiran bijinya. Untuk spesies

Mimosa pudica batang berwarna kemerahan begitu pula dengan bijinya yang memiliki

warna hijau kemerahan

Gambar 7. Kiri biji; kanan gulma Mimosa pudica (sumber: dokumentasi pribadi)

15

Page 16: laporan magang (1)

2. Ageratum conyzoidesKingdom : Plantae

Divisio: Spermatophyta

Classis : Dikotyledoneae

Ordo : Asterales

Familia :Asteraceae

Genus : Ageratum (sumber: www.plantamor.com)

Penyebaran dari genus Ageratum dari bunga yang helainya ringan dan dapat

terbang terbawa angin. Helai bunga yang berfungsi sebagai biji ini jika terkena sinar

akang mengembang

Gambar 8. Kiri gulma Ageratum conyzoides; kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)

3. Phyllantus urinariaKingdom: Plantae (Tumbuhan)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo: Euphorbiales

Famili: Euphorbiaceae

Genus: Phyllanthus (sumber: www.plantamor.com)

16

Page 17: laporan magang (1)

Gambar 9. Kiri Phyllantus urinaria; tengah dan kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)

4. Phylantus niruri

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo: Euphorbiales

Famili: Euphorbiaceae

Genus: Phyllanthus (sumber: www.plantamor.com)

Gambar 10. Kiri Phylantus niruri; kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)

5. Euphorbia hirtaKingdom: Plantae (Tumbuhan)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo: Euphorbiales

17

Page 18: laporan magang (1)

Famili: Euphorbiaceae

Genus: Euphorbia (sumber: www.plantamor.com)

Biji dari genus euphorbia terdapat pada bunga yang berada ditengah daun (tepat di

batang). Biji berwarna kemerahan.

Gambar 11. Kiri Euphorbia hirta; tengah dan kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)

2. Gulma rumput-rumputan1. Axonopus sp. Kingdom : Plantae

Divisio :Spermatophyta

Classis :Dikotyledoneae

Ordo :Poales

Familia :Poaceae

Genus :Axonopus (sumber: www.plantamor.com)

Biji terdapat pada malainya. Jika diambil dan dilihat dibawah mikroskop terlihat adanya

lapisan lemna dan palea.

Gambar 12. Kiri Axonopus sp; kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)

18

Page 19: laporan magang (1)

2. Eleusine indica (L) Gaernt - CarulangKingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Classis :Monokotyledoneae

Ordo :Poales

Familia :Poaceae

Genus :Eleusine

Spesies :Eleusine indica (L) Gaernt (sumber: www.plantamor.com)

Biji terdapat pada malainya. Jika diambil dan dilihat dibawah mikroskop terlihat

adanya lapisan lemna dan palea.

Gambar 13. Kiri Eleusine indica; kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)

3. Teki-tekian

1. Cyperus rotundus Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Ordo: Cyperales

Famili: Cyperaceae

Genus: Cyperus (sumber: www.plantamor.com)

Biji terdapat pada bunga. Setelah dipisahkan biji tedpat didalam selaput berwarna

bening

19

Page 20: laporan magang (1)

Gambar 14. Kanan Cyperus rotundus; kiri biji (sumber: dokumentasi pribadi)

2. Cyperus kyllingaKingdom: Plantae (Tumbuhan)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Ordo: Cyperales

Famili: Cyperaceae

Genus: Kyllinga (sumber: www.plantamor.com)

Biji terdapat pada bunga yang berbentuk seperti bola. Setelah dipisahkan biji

tedpat didalam selaput berwarna benig

Gambar 15. Kanan Cyperus rotundus; kiri biji (sumber: dokumentasi pribadi)

3.5 Pemanfaatan Mesin X-Ray Bagasi untuk Mendeteksi OPTK

Petugas balai karantina harus mempelajari x-ray untuk mencegah OPTK masuk dan

keluar daera/negeri. Petugas yang memakai teknologi x-ray di lapangan antara lain petugas

karantina, petugas bea cukai, dan petugas imigrasi. Untuk petugas bea cukai dan imigrasi

biasanya barang yang patut diperharikan di monitor adalah yang tebal dan besar. Sedangkan

20

Page 21: laporan magang (1)

untuk petugas karantina berwarna orange dan bervariasi bentuk serta ketebalannya. Di

BUTTMKP petugas karantina diajarkan mengenai x-ray terlebih mesin x-ray bagasi. Selain

dilakukan pengajaran secara teori dilakukan pula simulai cara kerja mesin x-ray di workshop

milik BUTTMKP. Pemaparan materi mengenai mesin x-ray dilakukan di ruang workshop

BUTTMKP pada hari Senin, 15 Juli 2013 diberikan oleh bapak Kemas Usman SP.

Media potensial pembawa OPTK (seperti buah, sayuran, benih, bibit, tanaman hias) dan

media pembawa HPHK (hewan hidup, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan) di deteksi

melalui pemindaian dengan mesin sinar X bagasi. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif, yakni hasil image media pembawa OPTK / HPHK dibedakan berdasarkan

beberapa kategori, antara lain : organik, inorganik, dan bahan logam. Kategori organik yang

terdeteksi dilihat perbedaannya berdasarkan warna, bentuk, dan kerapatan.

Sinar x merupakan merupakan sumber radiasi yang berupa sinar elektromagnetik,

berbeda dri sumber radiasi lain yang merupakan partikel atom. Sinar x memiliki sifat daya

tembus besar namun daya rusak kecil.Bila sumber radiasi yang berasal dari partikel atom

terbuka memiliki waktu paruh.Sedangkan sinar x berasal dari sinar elektromagnetik tidak

memiliki waktu paruh karena berasal dari energy anoda dan katoda.

Mesin sinar-X digunakan untuk keamanan bandara dan memeriksa bagasi penumpang

adalah backscatter. Mesin ini dapat melihat melalui pakaian dan bahan lain sehingga dapat

mendeteksi isi bagasi. Mesin X-ray bagasi milik BUTTMKP memiliki ukuran panjang

3.978mm; lebar 1.400 mm dan tinggi 2.200 mm. Kecepatan conveyor 0,20 m/detik.

Kapasitas berat maksimal conveyor 165 kg. Tinggi conveyor 165 kg. (Setyawan, 2012).

Dalam mesin x-ray bagasi sinar x dihasilkan dari tabung sinar x yang berada di bagian

atas mesin. Untuk menghasilkan sinar x diperlukan energy yang berasal dari listrik (power

supply) dan tegangan yang berada dalam mesin.Ketika listrik dinyalakan ion anoda bergerak

menuju anoda. Tegangan anoda beroprasi pada 160 Kv dengan kuat arus tabung 1.0

mA.Semakin listrik dinaikkan ion katoda turut bergerak menuju anoda sehingga terjadi

tumbukan ion. Hasil tumbukan itu akan dipantulkan ke lempengan yang berada di kutub

anoda dan dipantulakan keluar tabung berupa sinar x.

Alat x-ray untuk bagasi terdiri dari 3 bagian yaitu mesin sinar x, layar monitor dan

control panel. Mesin x-ray bagasi ada 2 macam yaitu convensional dengan teganagn rendah

(35-450 kva) dan hig voltage dengan tegangan tinggi (1-23 mva). Mesin yang biasa dipakai

21

Page 22: laporan magang (1)

dibandara-bandara memiliki tegangan 140-160 kva. Untuk kapasitas mesin x-ray dibagi

menjadi 2, yaitu cargo (kapasitas besar) dan bagasi (kapasitas yang lebih kecil).

Mesin x-ray berfungsi menempatkan barang yang akan diperiksa. Sinar x dihasilkan dari

tabung yang berada di bagian atas mesih. Untuk mencegah kebocoran sinar keluar dari mesin

maka disetiap bagian depan dan belakang diberikan sisir karet yang telah dicampur timbal.

Hal ini karena timbal tidak dapat ditembus oleh sinar x. Lampu power akan menyala jika

sinar x sedang berfungsi. Disetiap sisi mesin terdapat 2 tombol emergency stop (total 4) yang

berfungsi menghentikan mesin jikalau terjadi hal yang tidak diinginkan misalnya kebocoran

sinar x.

Monitor bergunak untuk menampilkan gambar, bentuk, warna dan ketebalan yang

dihasilkan. Bentuk benda yang di running pasti terlihat sama di monitor. Warna yang akan

muncul di monitor ada 4, yaitu biru ( benda anorganik seperti logam), hijau ( campuran

organic dan anorganik misalnya kaca), orange (organic misalnya benih) dan hitam (benda

yang tidak dapat ditembus sinar x, beratom tinggi)

Kontrol panel berfungsi sebagai:

1. Komando pada kinerja mesin

2. Memodifikasi gambar yang ditampilkan layar (bergantung pada sasaran dan

tujuan). Untuk petugas karantina yang harus diperhatikan adalah tombol material

organik.

3.6 Pengujian Iradiasi Sinar Gamma untuk Teknik Serangga Mandul sebagai alternatif

Pengendalian OPTK Kutu Putih (Exallomochlus hispidus) Pada Buah Manggis

Radiasi sinar Gamma atau elektron berenergi tinggi disebut juga radiasi pengion

karena energi radiasi yang terserap oleh benda akan berinteraksi dengan inti atom benda

tersebut dan menimbulkan ionisasi, eksitasi dan reaksi kimia. Perubahan ini menimbulkan

efek biologi yang mengubah proses kehidupan normal dari sel hidup). Perlakuan iradiasi

telah dimasukkan sebagai bagian dari peraturan perkarantinaan yang aplikasinya disahkan

secara internasional (Hurhayati, 2006).

Iradiasi terhadap serangga dapat mengakibatkan penghentian aktivitas hidup,

penghambatan pertumbuhan dan perkembangan stadia pradewasa, penghambatan reproduksi

imago, dan mortalitas serangga. Respon iradiasi ini pada serangga bergantung pada dosis

22

Page 23: laporan magang (1)

yang diaplikasikan. Salah satu cara pemandulan serangga dapat dilakukan dengan cara

penyinaran sinar radioaktif. Penyinaran radiasi yang umum dilakukan adalah pada fase pupa,

fase saat terjadinya transformasi organ-organ muda menjadi organ dewasa yakni terjadi

pembentukan sperma dan telur. Radiasi sebaiknya dilakukan pada akhir fase pupa karena

pada fase tersebut jaringan telah terbentuk hampir mendekati sempurna (Anonim, 2011)

Iradiasi sinar gamma merupakan pemanfaatan sinar berupa sinar gamma yang

dihasilkan Cobalt 60 dan Cesium 137 yang dapat ditentukan besaran dalam

pengaplikasiannya. Sinar gama adalah radiasi sinar elektromagnetik berenergi yang disebut

juga radiasi pengion karena energi radiasi yang terserap oleh benda akan berinteraksi dengan

inti atom benda tersebut dan menimbulkan ionisasi, eksitasi dan reaksi kimia. Perubahan ini

menimbulkan efek biologi yang mengubah proses kehidupan normal dari sel hidup).Sinar

gamma merupakan hasil radiasi elektromagnetik energy tinggi yang diproduksi oleh transisi

energy karena percepatan electron. (BUTTMKP, 2010).

Cobalt-60 diproduksi secara offsite dalam reactor nuklir dan ditransportasikan dengan

menggunakan container khusus ke area proses iradiasi. Co-60 merupakan logam radioaktif

padat yang dibawa dalam container stainless steel yang dilas dan terbungkus rapi yang

disebut sealed source. Sealed source tersebut mengandung Co-60 tapi memungkinkan foton

(radiasi) yang dapat melewati bungkus dan mencapai bahan pangan atau makanan jadi yang

akan diiradiasi. Karena Co-60 tidak memiliki massa, foton akan menembus lebih dari 60 cm

dari produk teriradiasi pada kedua sisi. Irradiator gamma bekerja dalam sebuah ruangan

radiasi yang memiliki pelindung berupa baja padat.Co-60 secara berkesinambungan

mengemisikan radiasi dan tak dapat dihentikan sampai bahan habis (Anonim, 2011).

Kutu putih yang digunakan dalam uji terap ini adalah spesies Exallomochlus hispidus,

dengan klasifikasi:

Kingdom : Animalia 

Phylum : Arthropoda 

Class : Hexapoda

Ordo : Hemiptera 

Family : Pseudococcidae 

Genus : Exallomochlus 

Spesies :Exallomochlus hispidus (anonym 2010)

23

Page 24: laporan magang (1)

Exallomochlus hispidus merupakan ordo hemiptera dngan mulut menusuk

menghisap. Memiliki banyak tanaman inang, beberapa diantaranya yaitu: alpukat,

belimbing, buah naga, duku, jambu air, jambu biji, jambu bol, jeruk manis, jeruk nipis, jeruk

pomelo, jeruk sunkist, lengkeng, mangga, manggis, nanas, nangka, pepaya, pisang,

rambutan, sawo duren, sawo, sirsak dan srikaya. Kutu putih menyerang berbagai bagian

tanaman, yaitu: batang, buah, bunga, daun dan ranting. Bagian tanaman yang paling banyak

diserang kutu putih adalah daun (anonym, 2010).

Exallomochlus hispidus berasosiasi edngan semut. Semut dapat membantu

pergerakan kutu putih saat masih kecil dan membantu perkembangan telur. Hal ini karena

kutu putih mengeluarkan cairan manis berwarna coklat yang merupakan makanan untuk

semut. Telur yang terendam oleh cairan ini akan mati, maka semut sangat membantu dalam

perkembang biakan kutu putih ini. Warna putih pada kutu ini berasal dari zat lilin berwana

putih yang dihasilkan oleh kutu putih sebagai bentuk pertahanan diri.

Pemaparan materi mengenai iradiasi diberikan secara diskusi dengan Bapak Kemas

Usman SP. di perpustakaan BUTTMKP pada hari Senin, 08 Juli 2013. Pengamatan

dilakukan pada 8 Mei 2013 hingga 24 Mei 2013 untuk dosis 40 Gy dan pada 27 Mei 2013

hingga 14 Juni 2013 untuk dosis 60 Gy yang berlokasi di Badan Teknologi Nuklir Nasional

(BATAN) yang berlokasi di Jl. Lebak Bulus Raya, Pasar Jumat No. 9, Jakarta.Pada

kegiatan ini kami tidak melakukan pengamatan secara langsung tetapi merekap data

sekunder dari hasil perlakuan iradiasi sinar gamma 40 Gy dan 60 Gy. Data yang diperoleh

ada 3 ulangan dengan 1 kontrol utuk setiap dosis. Pada setiap ulangan diamati 50 kutu, dan

setiap kutu diamati jumlah imago yang dihasilkannya. Kontrol tidak dilakukan pemajanan

sinar gamma CO-60, ulangan 1,2,3 diberikan perlakuan pemajanan sinar gamma Co-60

dengan dosis 40 Gy.

Perlakuan Ulangan ∑ IND ∑ F1

Dosis 40 Gy 1 50 13,28

2 50 20,40

3 50 22,22

Kontrol 50 25,78

24

Page 25: laporan magang (1)

Dosis 60 Gy 1 50 67,20

2 50 49,30

3 50 39,68

Kontrol 50 72,64

Tabel 3 . Jumlah keturunan pertama (F1) kutu putih Exallomochlus hispidus pada dosis iradiasi 40 dan 60 Gy

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh iradiasi sinar gamma (Co-60)

terhadap kutu putih Exalomochlus hispidus pada dosis 40 dan 60 Gy masih belum

menyebabkan sterilitas pada serangga tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan karena

masih rendahnya dosis iradiasi yang dipaparkan terhadap serangga tersebut sehingga belum

menyebabkan degradasi sel reproduksi dan kematian sel telur kutu putih. Selain itu, efek

stokastik (dosis jangka panjang seperti kanker, kemandulan, dll.) dari iradiasi sinar gamma

(Co-60) pada dosis 40 dan 60 Gy belum dapat ditimbulkan pada dosis tersebut.

3.7 Pengujian Fumigasi SF sebagai Alternatif Pengendalian Hama Gudang OPTK

Fumigasi adalah sebuah metode pengendalian hama menggunakan fumigan dengan

dosis satuan sr/m3 dalam kondisi kedap udara. Dalam proses ini, sebuah area akan secara

menyeluruh dipenuhi oleh gas atau asap bahan aktif pestisida dan membunuh semua hama

didalamnya. Bahan aktif yang biasa digunakan selama ini Methyl Bromide. Tetapi selam

penggunaanya dapat merusak lapisan ozon makan diadakan pengujian-pengujian bahan aktif

lain yang tetap efektif membunuh hama tanpa merusak ozon. Maka diujilah Bahan aktif

Surfuryl Floride yang lebih ramah terhadap lapisan ozon namun tetap harus diuji lebih lanjut

mengenai residu yang ditinggalkannya.

Tempat penyimpanan produk pertanian yang akan dilakukan fumigasi bahan aktif

pestisida harus kedap udara, dialasi kayu dan lantai tidak retak (jikalau terdapat keretakan

pada lantai dapat ditambal menggunakan lak ban). Untuk membuat kedap udara areal yang

akan dilakukan fumigasi maka disungkup dengan plastic sheet dan untuk mencegah udara

masuk maka disisi-sisi plastic sheet diberi pemberat bernaman sand snake. Untuk kegiatan

keperluan pengujian dilakukan di dalam areal yang terbuat dari plastic (chamber plastic)

dengan tiang-tiang dan alas berbahan kayu. Di dalam area fumigasi yang kedap udara harus

dipasang kipas guna membuat konsentrasi bahan aktif tersebar rata.

25

Page 26: laporan magang (1)

Untuk bahan aktif yang masih berbentuk cair fumigasi dilakukan dengan pemanasan

bahan aktif terlebih dahulu dengan menggunakan kumaran lalu disalurkan dengan selang

distribusi. Untuk bahan aktif yang berbentuk gas dapat lansung difumigasikan ke dalam areal

kedap udara dengan menggunakan selang distribusi. Untuk mengontrol konsentrasi fumigan

di setiap apisan produk pertanian diberikan selang monitoring di 3 titik dan dipasang alat

pengukur bernama reaken.

Pengujian fumigasi dengan SF di BUTTMKP sudah dilakukan pada komoditas beras,

benih padi, benih jagung, kacang hijau, tepung terigu, tepung sagu dan tepung ikan. Dengan

hama gudang target Tribolium castaneum, Sitopilus sp, Callosubruchus chinensis. Lalu

digunakan juga beras, jangung, tepung terigu, tepung ikan dan tepung sagu sebagai pakan.

Lalu sebanyak 25 ekor Sitophilus sp. dimasukkan ke dalam botol film plastik (yang ditutup

dengan kain kasa). Masing-masing botol plastik ini diisi pakan. Masing-masing dibuat 3

ulangan. Setelah itu, botol film yang berisi komoditas dan serangga sasaran ini dibenamkan

ke dalam tumpukan komoditas beras yang berada di dalam container plastik dalam sebuah

chamber plastik (berukuran 2m x 2m x 2m). Selang distribusi fumigan dan selang monitor

disalurkan ke dalam chamber ini selama proses fumigasi. Fumigasi Sulfuryl floride dilakukan

pada dosis 24 gr/m3 selama 2, 12, dan 24 jam. Pada pengujian ini kami tidak ikut melakukan

pengujian tetapi kami ikut menghitung jumlah hama gudang mati setelah diberi pelakuan

fumigasi SF. Maka didapat hasil:

KeteranganMortalitas (%)

Tepung IkanTerigu

Jagung Sagu BerasA B C

Kontrol 0 0 0 0 0 0 0Perlakuan 100 100 100 100 100 100 100

Kontrol 0 0 0 0 0 0 0Perlakuan 100 100 100 100 100 100 100

Kontrol 0 7.5 0 0 0 0 5

Perlakuan 100 100 100 100 100 100 100

Tabel 4. Mortalitas Serangga pada Beberapa Komoditas pada Perlakuan Sulfuryl Flouride (SF) Dosis 24 gr/g3

26

Page 27: laporan magang (1)

Pada Tabel 1 tersebut menerangkan angka rata-rata kematian (mortalitas) serangga

gudang pada beberapa komoditas yang diberi perlakuan fumigasi Sulfuryl Floride dengan

dosis 24 gr/m3 sebanyak 3 kali ulangan.

Seperti disebutkan di atas bahwa Tabel 1 menunjukkan mortalitas serangga yang ada

dalam komoditas pertanian seperti beras, jagung, tepung terigu (merk A, B, dan C), tepung

sagu, dan tepung ikan. Dari data tersebut terlihat bahwa mortalitas serangga setelah

dilakukan pemaparan dapat mencapai 100% sedangkan pada bagian kontrol hampir tidak

mengalami kematian pada serangga dewasa.

27

Page 28: laporan magang (1)

BAB IV

Pembahasan

Selama Kegiatan magang di BUTTMKP kami selaku mahasiswa magang dalam

melakukan kegiatan dibagi-bagi berdasarkan topic penelitian yang sedang dilaksanakan oleh

pegawai fungsional BUTTMKP. Penelitian tersebut diantaranya:

1. Hot water treatment pada lalat buah Bactrocera papayeae pada buah mangga

2. Perlakuan suhu udara panas terhadap kutu pada buah manis

3. Efikasi fumigan ethil format terhadap kutu putih (Planococcus sp.) pada buah manggis

4. Uji terap iradiasi sinar gamma Co-60 terhadap kutu putih (Exallomoccus hipidus) pada

buah manggis

Dari keempat topic diatas saya pribadi mendapat topic utama Iradiasi sinar gamma

Co-60 terhadap kutu putih (Exallomoccus hipidus) pada buah manggis. Tetapi dengan

dibaginya mahasiswa ke dalam 1 topik penelitian tidak menutup kemungkina mahasiswa

tersebut dapat melakukan kegiatan pekerjaan lain sebagai tambahan ilmu selain dari topic

utama yang telah dibagikan.

Pada kegiatan penelitian dengan sinar gamma ini saya mendapat materi mengenai

penggunaan iradiasi sinar gama guna menghasilkan serangga mandul. Hal ini dimaksudkan

jika ada serangga OPTK yang masuk/ keluar dari/ke suatu daerah tidak dapt berkembang biak

dikernakan sudah steril. Namun harus diuji dosis yang tepat untuk teknik serangga mandul ini

tanpa menghasilkan radikal bebas yang nantinya berbahaya bagi manusia. Materi yang

diberikan dirasa sangat jelas dan mudah dimengerti. Perlakuan teknik serangga mandul

dengan iradiasi sinar gamma Co-60 Kendala didapat karena untuk melakukan pengamatan

dan melihat secara langsung alat dan proses iradiasi harus mengunjungi badan tenaga nuklir

nasional (BATAN) karena kegiatan perlakuan dan pengamatan dilakukan di BATAN. Kami

belum sempat melihat langsung ke BATAN dikarenakan akomodasi dan sulitnya mengatur

waktu yang sesuai. Namun jika sempat akan diadakan kunjungan ke BATAN untuk melihat

secara langsung alat dan cara pengamatan perlakuan iradiasi sinar gamma C0-60.

28

Page 29: laporan magang (1)

Selama kegiatan magang di BUTTMKP ini saya selain mengikuti iradiasi sinar

gamma juga belajar tentang cara mengidentifikasi beberapa OPT. OPT yang kami

identifikasi adalah tungau dan gulma. Pembelajaran identifikasi tungau dilakukan karena

tungau berbeda dengan serangga dan sejauh belum pernah diajarkan pada kegiatan

pembelajaran di kampus. Sedangkan gulma, identifikasi diajarkan melalui bentuk biji gulma.

Hal ini dikarenakan dalam perkarantinaan gulma harus dideteksi dari semenjak berbentuk biji

dan identifikasi dari bentuk biji pun belum diajarkan pada pembelajaran di kampus. Dengan

diberikanya materi ini sangat menambah ilmu pengetahuan saya mengenai identifikasi gulma

dilihat dari bijinya dan identifikasi tungau. Terlebih materi ini tidak diberikan secara spesifik

dalam perkuliahan di kampus.

Pada saat pemberian materi identifikasi tungau pertama kali dirasa materi kurang

dapat dimengerti . Hal ini dikarenakan materi yang diberikan sangat mendalam sedangkan

para mahasiswa magang tidak mendapatkan pengetahuan dasar mengenai tungau sehingga

dirasa sedikit sulit untuk mencerna ilmu yang diberikan. Terlebih saat praktik langsung

dirasa kurang kondusif dikarenakan seluruh mahasiswi magang ikut melihat bagaimana slide

film di mikroskop. Sedangkan saat pemberian materi kedua kali kami merasa sangat mudah

mencerna materi yang diberikan. Selain karena diulang kembali dari dasar, kami hanya

berdua dengan 1 pembimbing. Situasi seperti ini kami rasakan sangat kondusif karena setiap

menemukan kendala dalam memahami materi dapat langsung diduskusikan dengan

pembimbing hingga jelas. Dan juga saat melihat slide film benar-benar dijelaskan bagaimana

cara membedakan ordo dan genus tungau.

Selain itu saya juga belajar mengenai fumigasi dengan bahan Sulfuryl Floride (SF)

sebagai alternative dari fumigasi dengan memaikai bahan aktif Methyl Bromide. Pengujian

fumigasi dengan bahan Surfuryl Frloride ini dilakukan sebagai pilihan alternatif pengganti

fumigan berbahan aktif Methyl Bromide. Hal ini dikarenakan penggunaan Methyl Bromide

yang biasa digunakan telah diketahui dapat merusak ozon. Sehingga untuk menjaga

kelestarian lingkungan butuh dicari bahan aktif lain yang memungkinkan. Maka diujilah

Sulfuryl Floride yang diketahui dan diharapkan memberi efek yang sama baiknya dengan

Methyl Bromide dan tidak merusak ozon. Di kegiatan ini kami tidak melakukan langsung

29

Page 30: laporan magang (1)

kegiatan pengujian tetapi menghitung jumlah serangga target mati setelah perlakuan lalu

dilakukan analisis.

Lalu saya juga mendapatkan tambahan ilmu mengenai penggunaan mesin x-ray bagai

demi menunjang deteksi masuk/keluarnya OPTK dari pintu-pintu masuk suatu daerah. Mesin

x-ray ini wajib dipelajari oleh petugas karantina karena untuk mencegah masuk/keluarnya

suatu optk dari/ke suatu daerah. Dengan menggunakan mesin x-ray bagasi ini dapat diketahui

material apa saja yang dibawa seseorang didalam tasnya, sehingga dapat diprediksi benda

apakah itu. Untuk petugas karantina yang perlu diperhatikan adalah benda dengan tampilan

warna orange pada monitor yang menandakan material organik. Pada materi ini saya

mendapat pengetahuan baru dalam perkarantinaan pertanian yang tidak akan saya dapatkan

diperkuliahan. Namun kendala yang dialamai adalah terbatasnya waktu sehingga tidak

sempat melakukan simulasi. Simulasi mesin bagasi x-ray ini dijadwalkan akan diadakan

menyusul disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

30

Page 31: laporan magang (1)

BAB V

Penutup

5.1 Kesimpulan

Dari kegiatan magang yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan magang

ini sudah sesuai dengan tujuan umum dan tujuan khusus yang diharapkan. Telihat dari

bertambahnya ilmu dari setiap mahasiswa magang yang tidak didapat selama perkuliahan di

kampus, mengenal dan beradaptasi dengan tempat kerja, dapat mempraktikakan ilmu yang

sudah didapatkan di perkuliahan dengan disesuaikan dengan ilmu yang didapatkankan selama

magang.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan perawatan secara berkala terhadap fasilitas yang dimiliki

BUTTMKP.

31

Page 32: laporan magang (1)

Daftar Pustaka

Anonim. 2010. Keanekaragaman Spesies Kutu Putih (Hemiptera : Pseudococcidae) pada Tanaman Buah-buahan di Bogor. Tersedia di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60923. Diakes pada 17 Juli 2013

Anonim. 2010. Cocoa Mealybug Exallomochlus hispidus (Morrison). Tersedia di http://www.invasive.org/browse/subinfo.cfm?sub=11910#sthash.eGIVoKq9.dpuf. Diakses pada 17 Juli 2013

Anonim. 2010. Iradiasi Sinar Gamma. Tersedia di http://ads2.kompas.com/layer/batan/home/pangan/10 . Diakses pada 4 Juli 2013

Anonim. Uji Terap Deteksi Media Pembawa Potensial OPTK Menggunakan Teknologi X-Ray. Tersedia di http://buttmkp.deptan.go.id/buttmkp/?page_id=280#deteksi-media-pembawa-menggunakan-x-ray . Diakses pada 18 Juli 2013

Anonim. 2011. Iradiasi Sinar Gamma Untu Teknik Serangga Mandul. Tersedia di http://www.foodreview.biz/login/preview.php?view&id=55690. Diakses pada 4 Juli 2013

Budiawan, Slamet, dkk. 2011. Laporan Hasil Uji Terap Perlakuan Karantina Dengan Iradiasi Sinar Gamma (Co-60) Terhadap Lalat Buah (Bactrocera papaya Drew dan hancock.) Pada Buah Mangga Gedong (Mangifera Indika L.). Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian.

Dwiloka, Bambang. 2002. Iradiasi Pangan. Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/21350/1/907-ki-fp-05.pdf. Diakses pada 4 Juli 2013

Haryatun. 2008. Teknik Identifikasi Jenis Gulma Doinan dan Status Ketersediaan Hara Nitrogen, Fosfor, dan Kalium Beberapa Jenis Gulma di Lahan Rawa Lebak. Tersedia di http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt131086.pdf. Diakses pada 22 Juli 2013

Kardiawarman, Ph. D. 1996. Sinar X. Tersedia di http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195905271985031-KARDIAWARMAN/MAKALAH_SINAR-X.pdf. 18 Diakses pada Juli 2013

Nurhayati, Siti. 2006. Pengendalian Serangga Vektor di Lapangan Dengan Teknik Serangga Mandul. Tersedia di . http://www.batan.go.id/ptkmr/Biomedika/Publikasi%202006/Siti%20Nurhayati-2006.pdf. Diakases pada 4 Juli 2013

Nadiah, Annisrien, SP. Pemanfaatan Teknologi Nuklir Sebagai Salah Satu Alternatif Pengendalian. Tersedia di http://www.batan.go.id/ptkmr/Biomedika/Publikasi%202006/Siti%20Nurhayati-2006.pdf. Diakses Pada 4 Juli 2013

Vacante, Vicenzo. 2010. Citrus Mites Identification, Bionomy and Control. Cabi. United Kingdom.

32

Page 33: laporan magang (1)

Lampiran

Lampiran Dokumentasi

Gambar 16.Menghitung jumlah serangga target mati (Fumigasi SF)

Gambar 17. Serangga target mati dan tempat penyimpanannya

33

Page 34: laporan magang (1)

Gambar 18. Membantu menghitung kutu putih tim fumigasi

Gambar 19. Mengidentifikasi biji gulma menggunakan mikroskop stereo

Gambar 20. Mengidentifikasi tungau menggunakan mikroskop compound

34

Page 35: laporan magang (1)

Gambar 21. Bagian mesin sinar x-ray (kanan untuk running; kiri tombol emergency stop dan lampu)

Gambar 22. Mesin sinar x-ray bagasi

Gambar 23. Contoh hasil sinar x-ray yang akan ditampilkan layar

35

Page 36: laporan magang (1)

Lampiran Jadwal Kegiatan

36