laporan magang (1)
DESCRIPTION
magangTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan tinggi di harapkan mampu menghasilkan sarjana yang akan mengisi
posisi manajerial menengah sampai puncak dengan bekal pengetahuan dan kemampuan
yang diperoleh dari perguruan tinggi. Kenyataan dilapangan seringkali menunjukan
bahwa lulusan perguruan tinggi (fresh graduate) belum mampu secara optimal
mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam dunia kerja. Hal itu
dikarenakan adanya kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan kenyataan
dilapangan yang lebih kompleks terutama dalam manajemen dibidang kesehatan di rumah
sakit, dinas kesehatan maupun puskesmas yang merupakan suatu institusi dengan sumber
daya yang padat ilmu, padat teknologi dan padat karya.
Untuk melengkapi kemampuan mahasiswa dengan pengalaman praktis di
lapangan, program studi ilmu kesehatan masyarakat mengembangkan program magang di
institusi yang terkait dengan kesehatan baik instansi pemerintah, swasta, maupun lembaga
swadaya masyarakat (LSM).
Magang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan pada
program Sarjana Pertanian (S1). Pada dasarnya kegiatan ini adalah kegiatan
intrakurikuler yang berupa kegiatan belajar di lapangan yang dirancang untuk
memberikan pengalaman praktis kepada para mahasiswa dalam menggunakan aplikasi
teori kedalam praktek lapangan.
Kepesertaan magang di ikuti oleh seluruh Mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran semester VII atau yang telah mencapai minimal 110 SKS.Alasan
penulis melakukan kegiatan Magang di Balai Uji Terap Teknologi dan Metode Karantina
Pertanian (BUTTMKP) adalah untuk menambah wawasan terkait dengan dunia kerja dan
ingin mengetahui secara langsung kegiatan di Balai Uji Terap Teknologi dan Metode
Karantina Pertanian (BUTTMKP).
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum:
1. Agar mahasiswa peserta magang dapat memahami lebih dalam dan melakukan
kegiatan-kegiatan baik penelitian maupun administrasi organisasi di Balai Uji Terap
Teknologi dan Metode Karantina Pertanian(BUTTMKP) guna mendukung
perkarantinaan pertanian di Indonesia
2. Membangun link and match sehingga terbentuk keterkaitan dan kesepadanan antara
kurikulum di perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja
3. Meningkatkan proses pembelajaran melalui proses pendidikan berbasis praktik
sehingga nantinya penulis akan menjadi tenaga kerja yang berkualitas dan
profesional pada kondisi kerja yang sesungguhnya
4. Meningkatkan pengetahuan melalui pengalaman kerja riil yang diperoleh di dunia
kerja, sebagai bekal untuk memahami dunia kerja yang nanti akan dihadapi setelah
menyelesaikan pendidikan
1.2.2 Tujuan Khusus:
Secara khusus magang mempunyai tujuan agar penulis :
1. Mempunyai kompetensi dan etos kerja yang sesuai program studi yang diikuti
2. Mampu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rutin yang berlingkup luas pada seluruh
bagian yang telah dilalui dalam kegiatan magang
3. Mampu mengelola kelompok kerja dan beradaptasi dengan lingkungan kerja tempat
magang secara baik dan benar
4. Mampu mempraktikan etika kerja dalam lingkungan magang secara memuaskan
1.3 Waktu dan Tempat Magang
Kegiatan magang ini telah dilakukan pada 01 Juli 2013 hingga 01 Agustus 2013.
Bertempat di Balai Uji Terap Teknologi dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP)
yang berlokasi di Jl. Raya Kampung Utan – Setu, Desa Mekar Wangi, Kecamatan
Cikarang Barat, Bekasi 17520 Jawa Barat . Telepon dan faks 021-82618923, email :
2
BAB II
Keadaan Umum Tempat Magang
2.1 Sejarah BUTTMKP
Dengan adanya perkembangan implementasi rekomendasi dan standar yang
dikeluarkan lembaga internasional baik bersifat regional maupun multinasional yang
berkaitan dengan tugas dan fungsi karantina pertanian maka diperlukan kajian kelayakan
kondisi Indonesia untuk menerapkan rekomendasi dan standar tersebut. Kajian terapan
yang diperlukan Badan Karantina Pertanian dari standar/rekomendasi yang dikeluarkan
oleh IPCC, OIE, CODEX antara lain memiliki pertimbangan ilmiah, efektif, efisiensi,
mudah penerapannya/aplikatif, memiliki kemampuan untuk replikasi dan relatif murah.
Banyak dari ketentuan internasional inilah tentu tidak dapat diterapkan langsung
di Indonesia karena berbagai alasan, maka didirikanlah BUTTMKP yang merupakan
organisasi yang baru dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 34 tahun
2010 sebagai Unit Pelaksana Teknis dalam jajaran Badan Karantina Pertanian. Balai ini
menguji penerapan perlakuan karantina di Indonesia yang merujuk standar internasional.
Hasil kajian berupa rekomendasi sebagai keluaran dari BUTTMKP dan dapat
digunakan untuk menopang kebijakan operasional karantina pertanian dalam strategi
cegah tangkal OPTK/HPHK dan keamanan hayati (bio safety) serta akselerasi ekspor
komoditas pertanian dan peternakan sehingga mampu teraplikasi pada Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Karantina Pertanian di seluruh Indonesia. Para pejabat struktural yang ada
pada BUTTMKP ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 4042 tahun
2010 terdiri dari Kepala Balai, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Uji Terap,
Kepala Seksi Perencanaan dan Kerjasama, Kepala Seksi Bimbingan Teknis dan
Informasi serta Pejabat Fungsional POPT dan Medik/Paramedik Veteriner.
Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP) berdiri
sejak tahun 2010. Dengan dilatar belakangi permintaan standarisasi nasional maupun
internasional badan perkarantinaan diperlukan suatu tempat atau wadah untuk melakukan
uji terap sehingga hasil uji terap tersebut dapat dijadikan patokan pengendalian yang
dapat dilakukan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang ada di Indonesia.
3
BUTTMKP memiliki tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) yang sesuai dengan
peraturan Menteri Pertanian No. 34/Permentan/OT.140/4/2010 mengenai Organisasi dan
Tata Kerja BUTTMKP. Salah satu tupoksi BUTTMKP adalah pelaksanaan uji terap
teknik dan metode karantina pertanian. Beberapa standar internasional yang dihasilkan
oleh International Plant Protection Convention (IPPC), Office International des
Epizooties/World Organization for Animal Health (OIE) maupun Codex Alimentarius
memerlukan kajian sebelum dapat diterapkan di Indonesia karena beberapa standar
tersebut bersifat umum dan belum tentu sesuai dengan kondisi dan wilayah di Indonesia.
2.2 Letak Geografis
BUTTMKP berlokasi di Jl. Raya Kampung Utan-Setu, Desa Mekar Wangi,
Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi 17520 Jawa Barat dengan nomor telepon dan
faksimili 021-82618923. Website :http://buttmkp.deptan.go.id
2.3 Struktur Organisasi BUTTMKP
Tabel 1. Susunan Jabatan Struktural dan Fungsional BUTTMKP
No Nama Jabatan
1 Ir. R. Fauzar Rochani, MM. Kepala Balai
2 Ir. M. Yulianti Pane Kepala Sub Bagian TU
3 Drh. Uti Ratnasari Herdiana, M.Si. Kepala Seksi Uji Terap
4 Drh. Julia Rosmaya Riasari, M.Si. Kepala Seksi Bimbingan Teknis
dan Informasi
5 Maman Suparman, SP, M.Sc. Kepala Seksi Perencanaan dan
Kerjasama
6 Ir. Mochamad Achrom Koordinator Fungsional POPT
7 Drh. Ika Suharti Koordinator Fungsional Medik
4
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi BUTTMKP
2.4 Tugas Pokok dan Fungsi BUTTMKP
Tugas pokok BUTTMKP adalah untuk melaksanakan uji terap dan desiminasi
penerapan teknik dan metode perkarantinaan pertanian sesuai dengan standar
internasional. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, BUTTMKP menyelenggarakan
fungsi :
1. Penyusunan rencana kerja, program dan anggaran;
2. Pelaksanaan kerjasama dalam rangka kerja uji terap dan diseminasipenerapan teknik
dan metode karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;
3. Pelaksanaan uji terap teknik dan metode karantina hewan, karantina tumbuhan dan
pengawasan keamanan hayati sesuai standar internasional;
4. Pelaksanaan bimbingan teknis penerapan teknik dan metode karantina hewan,
karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati sesuai standar internasional;
5. Pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi hasil uji terap teknik dan metode
karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.
5
2.5 Visi dan Misi BUTTMKP
Visi BUTTMKP adalah “Menjadi Pusat Rujukan Kelayakan Tindakan Karantina
Pertanian Berbasis Standard Internasional di ASEAN Tahun 2014”. Dengan
mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi, prioritas nasional dan kebijakan Badan
Karantina Pertanian maka misi BUTTMKP adalah :
1. Penguatan aplikasi tindakan karantina dan keamanan hayati berbasis standar
internasional;
2. Membangun kerjasama uji terap teknik dan metoda karantina pertanian serta keamanan
hayati tingkat nasional dan internasional;
3. Pengembangan inovasi kelayakan tindakan karantina pertanian dan keamanan hayati
sebagai standar internasional dalam perlindungan kelestarian sumber daya alam;
4. Mendesiminasikan dan bimbingan terhadap kelayakan penerapan tindakan karantina
pertanian dan keamanan hayati.
2.6 Dasar Hukum BUTTMKP
Karantina tumbuhan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah untuk mencegah masuk dan tersebarnya OPTK berdasarkan peraturan
perundangan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui penerapan syarat-syarat dan tindakan
karantina tumbuhan terhadap media pembawa yang dilalulintaskan (ekspor, impor, antar
area) di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran.
Dalam Pasal 10 UU No. 16/1992 disebutkan bahwa tindakan karantina dilakukan oleh
petugas karantina, berupa :
a. pemeriksaan;
b. pengasingan;
c. pengamatan;
d. perlakuan;
e. penahanan;
f. penolakan;
g. pemusnahan;
h. pembebasan.
6
Dari ketentuan Pasal 10 UU No. 16/1992 tersebut dapat dipahami bahwa
tindakan karantina tumbuhan, antara lain perlakuan termasuk fumigasi, merupakan
wewenang (kompetensi) petugas karantina tumbuhan. Meskipun demikian, dalam
pengaturannya lebih lanjut, undang-undang tidak mengharuskan bahwa kewenangan
untuk melaksanakan tindakan karantina tersebut dilakukan sepenuhnya oleh petugas
karantina tumbuhan. Dalam hal-hal tertentu, kewenangan tersebut dapat didelegasikan
kepada pihak ketiga pelaksanaannya.
Pendelegasian kewenangan tersebut, antara lain dapat dilihat pada Pasal 72 PP
No. 14/2002 yang menyebutkan :
1. Tindakan Karantina Tumbuhan dapat dilakukan oleh pihak ketiga di bawah
pengawasan petugas Karantina Tumbuhan
2. Tindakan Karantina Tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yaitu
pemeriksaan fisik, pengasingan, pengamatan, perlakuan dan/atau pemusnahan
3. Ketentuan lebih lanjut tentang syarat dan tata cara pelaksanaan tindakan
Karantina Tumbuhan oleh pihak ketiga ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Pelaksanaan tindakan tumbuhan tertentu, diantaranya tindakan perlakuan yang
dilaksanakan oleh pihak ketiga, telah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No.
271/Kpts/HK.310/4/2006 yang diterbitkan pada tanggal 12 April 2006. Pelaksanaan
perlakuan fumigasi oleh pihak ketiga hanya boleh dilakukan oleh perusahaan fumigasi
yang sudah diregistrasi Badan Karantina Pertanian. Persyaratan yang dimaksud dalam
Pasal 6 Ayat (3) Permentan tersebut di atas tercantum dalam Pedoman Registrasi
Perusahaan Fumigasi, yang mengikat secara hukum dan wajib dilaksanakan oleh
perusahaan fumigasi dalam rangka tindakan perlakuan karantina tumbuhan. Berdasarkan
ketentuan-ketentuan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan perlakuan
karantina tumbuhan termasuk fumigasi, dapat dilakukan oleh pihak ketiga sejauh pihak
tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian
dan pelaksanaannya dilakukan di bawah pengawasan Petugas Karantina Tumbuhan.
7
2.7 Sarana dan Prasarana
Aset tanah pada tahun 2013 lingkup Balai Uji Terap Teknik dan Metode
Karantina Pertanian mencapai 40.530 m2. Secara umum, aset tanah yang ada
diperuntukan bagi pembangunan kantor, gedung pendidikan dan latihan, asrama, mess,
kantin dan prasaran olahraga.
Gedung dan bangunan lingkup Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina
Pertanian berperan penting dalam mendukung kegiatan pendidikan dan latihan
perkarantinaan dunia, khususnya bagi wilayah Regional Asia Tenggara. Dalam kaitan
dengan hal tersebut, telah tersedia fasilitas berup gedung pendidikan yang telah
dilengkapi oleh labolatorium serta perpustakaan digital yang memudahkan akses untuk
memperoleh referensi pendukung secara online.
Asrama yang telah dilengkapi dengan fasilitas internet serta fasilitas olahraga
dengan standart internasional juga tersedia bagi peserta kegiatan pendidikan dan latihan
tindakan karantina dari berbagai UPT lingkup Badan Karantina Pertanian maupun
mancanegara, khususnya dari Negara-negara ASEAN, Australia maupun beberapa
Negara Afrika seperti Namibia dan Kenya.
8
BAB III
Kegiatan Magang
3.1 Pengenalan Karantina Pertanian dan Profil BUTTMKP
Pengenalan Karantina pertanian Indonesia, profil BUTTMKP dan posisi BUTTMKP
di Kementrian Pertanian dijabarkan oleh Bapak Maman Suparman, SP, M.Sc. Bertempat di
Gedung Pendidikan lantai 1 BUTTMKP pada hari Selasa, 2 Juli 2013.
3.1.1 Sejarah Karantina Pertanian di Dunia
Karantina berasal dari bahasa Italia “quarantina”, dari bahasa Latin kuno
“quadraginta”, bermakna ‘empat puluh’. Periode empat puluh hari adalah masa waktu
di mana sebuah kapal yang diduga membawa penyakit menular (pes, kolera atau
demam kuning) dilarang mendekati pantai, atau masa isolasi bagi seseorang yang
terinfeksi penyakit menular, atau jangka waktu penahanan terhadap kiriman hewan,
tumbuhan atau benda lain yang diduga membawa bibit penyakit. Istilah karantina
pertama kali diperkenalkan oleh penguasa negara-kota Ragusa di Pantai Dalmatia, Laut
Adriatik, pada tahun 1374. Alasan diberlakukannya karantina adalah untuk mencegah
penularan dan penyebaran penyakit menular di suatu daerah/Negara. Pada tahun 1850,
sebuah konvensi di Paris medeklarasikan Peraturan Karantina yang berlaku secara
internasional bagi lalu-lintas kapal, perdagangan dan kegiatan ekonomi.
3.1.2 Sejarah serta Peran dan Fungsi karantina di Indonesia
Karantina pertanian sudah dikenal di Indonesia lebih dari 130 tahun lalu. Kopi
merupakan komoditas yang menjadi salah satu sumber pendapatan penting pemerintah
Hindia Belanda. Areal perkebunan kopi berkembang luas dengan sentra-sentra produksi
yang sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa. Ketika penyakit karat daun
berkecamuk hebat di perkebunan-perkebunan kopi di Ceylon, para pejabat tinggi
pemerintahan Hindia Belanda mulai cemas. Dikhawatirkan penyakit tumbuhan yang
dapat menggerus produktivitas perkebunan kopi itu akan terbawa masuk ke Hindia. Biji
kopi dan tanaman kopi yang tercemar oleh penyakit karat daun bisa saja masuk melalui
berbagai pelabuhan dalam banyak cara, misalnya dibawa oleh perorangan sebagai buah
9
tangan. Perusahaan-perusahaan perkebunan di Hindia Belanda yang sedang
bersemangat memperluas perkebunan kopi pun banyak mendatangkan bibit tanaman
kopi dari luar negeri. Menyadari akan ancaman penyakit tersebut dan sebagai upaya
mencegah penularannya ke Hindia Belanda, pemerintah menerbitkan Ordonansi 19
Desember 1877 (Staatsblad No. 262) yang melarang pemasukan tanaman kopi dan biji
kopi dari Ceylon. Ini merupakan peraturan yang pertama kali diterbitkan pemerintah di
bidang karantina tumbuhan.
Latar belakang berdirinya Balai Karantina adalah karena Indonesia merupakan
negara agraris yang memiliki sumberdaya alam melimpah dengan nilai ekonomis dan
ilmiah tinggi. Akan tetapi, rawan terhadap ancaman kelestarian sumberdaya alam dan
peningkatan produksi serta kualitas pertanian dikarenakan era globalisasi yang menjadi
tantangan terbesar saat ini. Batasan-batasan seperti bea cukai, jarak, waktu tempuh, dll
selama ini semakin memudar dan tidak lagi populer.
OPTK (Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina) merupakan semua OPT
yang ditetapkan pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di
dalam dan keluar dari/ke negara Indonesia serta masuk dan keluar dari/ke antar wilayah
di Indonesia. Dengan begitu Balai Karantina menetapkan beberapa persyaratan untuk
kegiatan ekspor/impor dalam melengkapi sertifikat, pemasukan/ pengeluaran produk
harus melalui pintu masuk seperti pelabuhan laut, udara dan kantor pos yang telah
ditentukan dan melaporkan serta menyerahkan setiap media pembawa OPTK kepada
pihak karantina.
3.4 Identifikasi OPTK
Dalam perkarantinaan tumbuhan harus diadakan identifikasi optk untuk mengetahui
wilayah sebaran dan karakteristik dari optk tersebut. Hal ini dimaksudkan agar petugas
karantina lebih mudah meminimalisir penyebaran suatu optk dan mudah mengenalinya dari
kegiatan identifikasi morfologinya.
Identifikasi OPT dilakukan pada gulma dan tungau. Identifikasi tungau dilakukan di
ruang kelas Gedung Pendidikan lantai 3 BUTTMKP pada hari Senin, 08 Juli 2013
didampingi Bapak Ir. Mochamad Achrom dan pada hari Selasa 23 Juli 2013 didampingi
Bapak Kemas Usman SP. menggunakan mikroskop compound.
10
Identifikasi gulma berdasarkan bijinya dilakukan di laboratorium entomologi
BUTTMKP pada hari Jumat, 19 Juli 2013 didampingi Bapak Kemas Usman SP.
menggunakan mikroskop stereo.
3.4.1 Identifikasi Tungau
Menurut Vacante, 2010 tungau yang memiliki kekerabatan dekat dengan laba-
laba (acari) merupakan hewan kecil, dewasanya memiliki panjang tubuh sekitar 300-
500 mm, kecuali untuk beberapa eriophyoids yang memiliki panjang sekitar 100 µm
atau beberapa betinanya memiliki ukuran sekitar 30.000 µm. Tungau dibedakan
menjadi 3, yaitu:
1. Parasit Tumbuhan
2. Predator/ parasit bagi seama/serangga lain
3. Pengurai/pemakan sampah
Morfologi tungau, terdiri dari gnatosoma dan idiosoma. Gnatosoma yang
mendukung alat-alat mulut (bagian depan). Terdiri dari Pedipalpus (palpus) dan
Chericera. Padipalpus berfungsi untuk memegang dan merasakan makanan. Chelicera
sebagai alat mulut yang bervariasi sesuai cara makannya. Stilet untuk tungau menusuk
dan menghisap, sedangkan predator bergerigi. Idiosoma (bagian di belakang
gnatosoma). Idiosoma terdiri dari terdiri dari podosoma dan opistosoma. Podosoma
(bagian yang mendukung tungkai-tungkai). Sedangkan opistosoma (bagian di delakang
pasangan tungkai ke-IV pada tungau dewasa)
Untuk membedakan jantan dan betina dilihat dari adanya aedagus yang
berbentuk seperti kait dan anal plate yang berbentuk mirip segitiga. Jantan memiliki
aedagus di ujung bagian belakang idiosoma sedangkan betina memiliki anal plate di
ujung bagian belakang idiosoma. Dasar awal taksonomi untuk tungau biasanya dilihat
dari ada atau tidaknya stigma. Stigma merupakan alat sensor untuk pernafasan. Di
setiap stigma akan terlihat saluran yang disebut peritheme. Ordo-ordo tungau
berdasarkan ada atau tidaknya stigmata dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:
11
1. Astigmata : tidak memiliki stigma
2. Prostigmata : memiliki stigma di bagian depan dari tubuh tungau dekat dengan
perpanjangan stilet.
3. Mesostigmata : memiliki stigma di bagian tengah dari tubuh tungau dekat dengan
tungkai. Kebanyakan tungau dari ordo ini adalah predator
Dalam perkarantinaan pertanian, beberapa famili tungau yang harus
diperhatikan antara lain:
1. Tetranycidae
Memiliki ciri berbentuk seperti buah pir; pedipalpus gemuk, kokoh dan terdapat
kait diujungnya; rambut biasanya panjang dan rambut pada tungkai lebat dan
panjang.
2. Tenuipalpidae
Memiliki garis/lipatan pembatas antara gnathosoma dan idiosoma yang disebut
sejugal furrow. Dari family ini terdapat 2 ordo dengan bentuk yang sedikit berbeda,
yaitu Brevipalpus dan Tenuipalpus. Brevipalpus memiliki bentuk tubuh seperti
tungau pada umumnya (mirip buah pir). Sedangkan tenuipalpus memiliki bentuk
tubuh mirip buah pir tetapi terdapat lekukan yang menjorok kedalam di bagian
belakang idiosomanya.
3. Erophidae
Erophidae memiliki bentuk tubuh yang lebih lonjong dibandingkan dengan tunagu
dari family lain. Tubuh berbuku-buku dan biasanya hanya memiliki 2-3 pasang
tungkai saja.
4. Tarsonemidae
Tarsonemidae memiliki bentuk tubuh yang sama seperti tungau pada umumnya,
namun perbedaan terdapat pada tungkai keempat(paling belakang). Tungkai
keempat dari family ini tereduksi, tidak kokoh, dan jika dibawah mikroskop seperti
benang.
Tungau dari ordo mesostigma yang sering ditemukan merupakan predator bagi
serangga atau tungau lain, bergerak lebih aktif dan biasanya berwarna lebih cerah.
Sedangkan tungau dari ordo astigmata dan prostigmata biasanya merupakan parasit
12
pada tanaman, tidak aktif bergerak (pasif) dan berwana gelap. Dari kegiatan identifikasi
tungau pada film yang didapat dari tanjung priok, didapatkan hasil sebagai berikut:
Klasifikasi Tungau:
Filum : Arthropoda
Subfilum : Chelicerata
Klas : Arachnida
Gambar 2. Stilet tungau (sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 3. Ordo : Prostigmata; Famili : Tertranycidae (sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 4. Ordo : Prostigmata; Famili : Tenuipalpidae (sumber: dokumentasi pribadi)
13
Gambar 5. Ordo : Prostigmata Famili : Tarsonemidae (sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 6 . Ordo : prostogmata Famili : Eryophidae (sumber: dokumentasi pribadi)
3.4.2 Identifikasi Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tum buh pada tempat yang
tidak dikehendaki. Karena sifat merugikan tersebut, maka di mana pun gulma tumbuh
selalu dicabut, disiang, dan bahkan dibakar. (Haryatun, 2008)
Pengelompokan gulma berdasarkan morfologinya dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Kelompok berdaun sempit
Spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk garis (linearis), memanjang dan
sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis tetapi lebih lebar.
Gulma rumput biasanya berada pada marga Poaceae (Gramineae).
b. Kelompok teki-tekian
Spesies-spesies gulma ini yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya
berbentuk garis (linearis). Contoh yang tremasuk kelompok ini: Cyperus rotundus dan
Fymbristilis miliaceae.
c. Kelompok berdaun lebar
14
Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset
(lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus),
segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan
batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Biji dari kelompok ini memiliki
2 lapisan yaitu lamnea dan palea. Lemna adalah lapisan paling luar yang berwarna lebih
terang sedangkan palea adalah bagian dalam dan berwarna lebih pucat. Kelompok gulma
daun lebar terdiri dari spesies-spesies class Dicotyledonae, termasuk didalamnya marga-
marga Euphorbiaceae, Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae,
Rubiaceae, Commelinaceae, dan sebagainya.
d. Kelompok pakis-pakisan
Gulma jenis pakis-pakisan (ferns) pada umumnya berkembang biak dengan spora
dan berbatang tegak atau menjalar. Namu gulma kelompok ini jarang dipelajari dalam
dunia perkarantinaan pertanian. Contoh: Dicranopteris linearis, Lygodium flexuosum,
Nephrolepis biserrata.
1. Gulma berdaun lebar1. Mimosa pudica
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Mimosa (sumber: www.plantamor.com)
Biji dari genus mimosa memiliki face line di pinggiran bijinya. Untuk spesies
Mimosa pudica batang berwarna kemerahan begitu pula dengan bijinya yang memiliki
warna hijau kemerahan
Gambar 7. Kiri biji; kanan gulma Mimosa pudica (sumber: dokumentasi pribadi)
15
2. Ageratum conyzoidesKingdom : Plantae
Divisio: Spermatophyta
Classis : Dikotyledoneae
Ordo : Asterales
Familia :Asteraceae
Genus : Ageratum (sumber: www.plantamor.com)
Penyebaran dari genus Ageratum dari bunga yang helainya ringan dan dapat
terbang terbawa angin. Helai bunga yang berfungsi sebagai biji ini jika terkena sinar
akang mengembang
Gambar 8. Kiri gulma Ageratum conyzoides; kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)
3. Phyllantus urinariaKingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Euphorbiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Phyllanthus (sumber: www.plantamor.com)
16
Gambar 9. Kiri Phyllantus urinaria; tengah dan kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)
4. Phylantus niruri
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Euphorbiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Phyllanthus (sumber: www.plantamor.com)
Gambar 10. Kiri Phylantus niruri; kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)
5. Euphorbia hirtaKingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Euphorbiales
17
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Euphorbia (sumber: www.plantamor.com)
Biji dari genus euphorbia terdapat pada bunga yang berada ditengah daun (tepat di
batang). Biji berwarna kemerahan.
Gambar 11. Kiri Euphorbia hirta; tengah dan kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)
2. Gulma rumput-rumputan1. Axonopus sp. Kingdom : Plantae
Divisio :Spermatophyta
Classis :Dikotyledoneae
Ordo :Poales
Familia :Poaceae
Genus :Axonopus (sumber: www.plantamor.com)
Biji terdapat pada malainya. Jika diambil dan dilihat dibawah mikroskop terlihat adanya
lapisan lemna dan palea.
Gambar 12. Kiri Axonopus sp; kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)
18
2. Eleusine indica (L) Gaernt - CarulangKingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis :Monokotyledoneae
Ordo :Poales
Familia :Poaceae
Genus :Eleusine
Spesies :Eleusine indica (L) Gaernt (sumber: www.plantamor.com)
Biji terdapat pada malainya. Jika diambil dan dilihat dibawah mikroskop terlihat
adanya lapisan lemna dan palea.
Gambar 13. Kiri Eleusine indica; kanan biji (sumber: dokumentasi pribadi)
3. Teki-tekian
1. Cyperus rotundus Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus: Cyperus (sumber: www.plantamor.com)
Biji terdapat pada bunga. Setelah dipisahkan biji tedpat didalam selaput berwarna
bening
19
Gambar 14. Kanan Cyperus rotundus; kiri biji (sumber: dokumentasi pribadi)
2. Cyperus kyllingaKingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus: Kyllinga (sumber: www.plantamor.com)
Biji terdapat pada bunga yang berbentuk seperti bola. Setelah dipisahkan biji
tedpat didalam selaput berwarna benig
Gambar 15. Kanan Cyperus rotundus; kiri biji (sumber: dokumentasi pribadi)
3.5 Pemanfaatan Mesin X-Ray Bagasi untuk Mendeteksi OPTK
Petugas balai karantina harus mempelajari x-ray untuk mencegah OPTK masuk dan
keluar daera/negeri. Petugas yang memakai teknologi x-ray di lapangan antara lain petugas
karantina, petugas bea cukai, dan petugas imigrasi. Untuk petugas bea cukai dan imigrasi
biasanya barang yang patut diperharikan di monitor adalah yang tebal dan besar. Sedangkan
20
untuk petugas karantina berwarna orange dan bervariasi bentuk serta ketebalannya. Di
BUTTMKP petugas karantina diajarkan mengenai x-ray terlebih mesin x-ray bagasi. Selain
dilakukan pengajaran secara teori dilakukan pula simulai cara kerja mesin x-ray di workshop
milik BUTTMKP. Pemaparan materi mengenai mesin x-ray dilakukan di ruang workshop
BUTTMKP pada hari Senin, 15 Juli 2013 diberikan oleh bapak Kemas Usman SP.
Media potensial pembawa OPTK (seperti buah, sayuran, benih, bibit, tanaman hias) dan
media pembawa HPHK (hewan hidup, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan) di deteksi
melalui pemindaian dengan mesin sinar X bagasi. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif, yakni hasil image media pembawa OPTK / HPHK dibedakan berdasarkan
beberapa kategori, antara lain : organik, inorganik, dan bahan logam. Kategori organik yang
terdeteksi dilihat perbedaannya berdasarkan warna, bentuk, dan kerapatan.
Sinar x merupakan merupakan sumber radiasi yang berupa sinar elektromagnetik,
berbeda dri sumber radiasi lain yang merupakan partikel atom. Sinar x memiliki sifat daya
tembus besar namun daya rusak kecil.Bila sumber radiasi yang berasal dari partikel atom
terbuka memiliki waktu paruh.Sedangkan sinar x berasal dari sinar elektromagnetik tidak
memiliki waktu paruh karena berasal dari energy anoda dan katoda.
Mesin sinar-X digunakan untuk keamanan bandara dan memeriksa bagasi penumpang
adalah backscatter. Mesin ini dapat melihat melalui pakaian dan bahan lain sehingga dapat
mendeteksi isi bagasi. Mesin X-ray bagasi milik BUTTMKP memiliki ukuran panjang
3.978mm; lebar 1.400 mm dan tinggi 2.200 mm. Kecepatan conveyor 0,20 m/detik.
Kapasitas berat maksimal conveyor 165 kg. Tinggi conveyor 165 kg. (Setyawan, 2012).
Dalam mesin x-ray bagasi sinar x dihasilkan dari tabung sinar x yang berada di bagian
atas mesin. Untuk menghasilkan sinar x diperlukan energy yang berasal dari listrik (power
supply) dan tegangan yang berada dalam mesin.Ketika listrik dinyalakan ion anoda bergerak
menuju anoda. Tegangan anoda beroprasi pada 160 Kv dengan kuat arus tabung 1.0
mA.Semakin listrik dinaikkan ion katoda turut bergerak menuju anoda sehingga terjadi
tumbukan ion. Hasil tumbukan itu akan dipantulkan ke lempengan yang berada di kutub
anoda dan dipantulakan keluar tabung berupa sinar x.
Alat x-ray untuk bagasi terdiri dari 3 bagian yaitu mesin sinar x, layar monitor dan
control panel. Mesin x-ray bagasi ada 2 macam yaitu convensional dengan teganagn rendah
(35-450 kva) dan hig voltage dengan tegangan tinggi (1-23 mva). Mesin yang biasa dipakai
21
dibandara-bandara memiliki tegangan 140-160 kva. Untuk kapasitas mesin x-ray dibagi
menjadi 2, yaitu cargo (kapasitas besar) dan bagasi (kapasitas yang lebih kecil).
Mesin x-ray berfungsi menempatkan barang yang akan diperiksa. Sinar x dihasilkan dari
tabung yang berada di bagian atas mesih. Untuk mencegah kebocoran sinar keluar dari mesin
maka disetiap bagian depan dan belakang diberikan sisir karet yang telah dicampur timbal.
Hal ini karena timbal tidak dapat ditembus oleh sinar x. Lampu power akan menyala jika
sinar x sedang berfungsi. Disetiap sisi mesin terdapat 2 tombol emergency stop (total 4) yang
berfungsi menghentikan mesin jikalau terjadi hal yang tidak diinginkan misalnya kebocoran
sinar x.
Monitor bergunak untuk menampilkan gambar, bentuk, warna dan ketebalan yang
dihasilkan. Bentuk benda yang di running pasti terlihat sama di monitor. Warna yang akan
muncul di monitor ada 4, yaitu biru ( benda anorganik seperti logam), hijau ( campuran
organic dan anorganik misalnya kaca), orange (organic misalnya benih) dan hitam (benda
yang tidak dapat ditembus sinar x, beratom tinggi)
Kontrol panel berfungsi sebagai:
1. Komando pada kinerja mesin
2. Memodifikasi gambar yang ditampilkan layar (bergantung pada sasaran dan
tujuan). Untuk petugas karantina yang harus diperhatikan adalah tombol material
organik.
3.6 Pengujian Iradiasi Sinar Gamma untuk Teknik Serangga Mandul sebagai alternatif
Pengendalian OPTK Kutu Putih (Exallomochlus hispidus) Pada Buah Manggis
Radiasi sinar Gamma atau elektron berenergi tinggi disebut juga radiasi pengion
karena energi radiasi yang terserap oleh benda akan berinteraksi dengan inti atom benda
tersebut dan menimbulkan ionisasi, eksitasi dan reaksi kimia. Perubahan ini menimbulkan
efek biologi yang mengubah proses kehidupan normal dari sel hidup). Perlakuan iradiasi
telah dimasukkan sebagai bagian dari peraturan perkarantinaan yang aplikasinya disahkan
secara internasional (Hurhayati, 2006).
Iradiasi terhadap serangga dapat mengakibatkan penghentian aktivitas hidup,
penghambatan pertumbuhan dan perkembangan stadia pradewasa, penghambatan reproduksi
imago, dan mortalitas serangga. Respon iradiasi ini pada serangga bergantung pada dosis
22
yang diaplikasikan. Salah satu cara pemandulan serangga dapat dilakukan dengan cara
penyinaran sinar radioaktif. Penyinaran radiasi yang umum dilakukan adalah pada fase pupa,
fase saat terjadinya transformasi organ-organ muda menjadi organ dewasa yakni terjadi
pembentukan sperma dan telur. Radiasi sebaiknya dilakukan pada akhir fase pupa karena
pada fase tersebut jaringan telah terbentuk hampir mendekati sempurna (Anonim, 2011)
Iradiasi sinar gamma merupakan pemanfaatan sinar berupa sinar gamma yang
dihasilkan Cobalt 60 dan Cesium 137 yang dapat ditentukan besaran dalam
pengaplikasiannya. Sinar gama adalah radiasi sinar elektromagnetik berenergi yang disebut
juga radiasi pengion karena energi radiasi yang terserap oleh benda akan berinteraksi dengan
inti atom benda tersebut dan menimbulkan ionisasi, eksitasi dan reaksi kimia. Perubahan ini
menimbulkan efek biologi yang mengubah proses kehidupan normal dari sel hidup).Sinar
gamma merupakan hasil radiasi elektromagnetik energy tinggi yang diproduksi oleh transisi
energy karena percepatan electron. (BUTTMKP, 2010).
Cobalt-60 diproduksi secara offsite dalam reactor nuklir dan ditransportasikan dengan
menggunakan container khusus ke area proses iradiasi. Co-60 merupakan logam radioaktif
padat yang dibawa dalam container stainless steel yang dilas dan terbungkus rapi yang
disebut sealed source. Sealed source tersebut mengandung Co-60 tapi memungkinkan foton
(radiasi) yang dapat melewati bungkus dan mencapai bahan pangan atau makanan jadi yang
akan diiradiasi. Karena Co-60 tidak memiliki massa, foton akan menembus lebih dari 60 cm
dari produk teriradiasi pada kedua sisi. Irradiator gamma bekerja dalam sebuah ruangan
radiasi yang memiliki pelindung berupa baja padat.Co-60 secara berkesinambungan
mengemisikan radiasi dan tak dapat dihentikan sampai bahan habis (Anonim, 2011).
Kutu putih yang digunakan dalam uji terap ini adalah spesies Exallomochlus hispidus,
dengan klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Hemiptera
Family : Pseudococcidae
Genus : Exallomochlus
Spesies :Exallomochlus hispidus (anonym 2010)
23
Exallomochlus hispidus merupakan ordo hemiptera dngan mulut menusuk
menghisap. Memiliki banyak tanaman inang, beberapa diantaranya yaitu: alpukat,
belimbing, buah naga, duku, jambu air, jambu biji, jambu bol, jeruk manis, jeruk nipis, jeruk
pomelo, jeruk sunkist, lengkeng, mangga, manggis, nanas, nangka, pepaya, pisang,
rambutan, sawo duren, sawo, sirsak dan srikaya. Kutu putih menyerang berbagai bagian
tanaman, yaitu: batang, buah, bunga, daun dan ranting. Bagian tanaman yang paling banyak
diserang kutu putih adalah daun (anonym, 2010).
Exallomochlus hispidus berasosiasi edngan semut. Semut dapat membantu
pergerakan kutu putih saat masih kecil dan membantu perkembangan telur. Hal ini karena
kutu putih mengeluarkan cairan manis berwarna coklat yang merupakan makanan untuk
semut. Telur yang terendam oleh cairan ini akan mati, maka semut sangat membantu dalam
perkembang biakan kutu putih ini. Warna putih pada kutu ini berasal dari zat lilin berwana
putih yang dihasilkan oleh kutu putih sebagai bentuk pertahanan diri.
Pemaparan materi mengenai iradiasi diberikan secara diskusi dengan Bapak Kemas
Usman SP. di perpustakaan BUTTMKP pada hari Senin, 08 Juli 2013. Pengamatan
dilakukan pada 8 Mei 2013 hingga 24 Mei 2013 untuk dosis 40 Gy dan pada 27 Mei 2013
hingga 14 Juni 2013 untuk dosis 60 Gy yang berlokasi di Badan Teknologi Nuklir Nasional
(BATAN) yang berlokasi di Jl. Lebak Bulus Raya, Pasar Jumat No. 9, Jakarta.Pada
kegiatan ini kami tidak melakukan pengamatan secara langsung tetapi merekap data
sekunder dari hasil perlakuan iradiasi sinar gamma 40 Gy dan 60 Gy. Data yang diperoleh
ada 3 ulangan dengan 1 kontrol utuk setiap dosis. Pada setiap ulangan diamati 50 kutu, dan
setiap kutu diamati jumlah imago yang dihasilkannya. Kontrol tidak dilakukan pemajanan
sinar gamma CO-60, ulangan 1,2,3 diberikan perlakuan pemajanan sinar gamma Co-60
dengan dosis 40 Gy.
Perlakuan Ulangan ∑ IND ∑ F1
Dosis 40 Gy 1 50 13,28
2 50 20,40
3 50 22,22
Kontrol 50 25,78
24
Dosis 60 Gy 1 50 67,20
2 50 49,30
3 50 39,68
Kontrol 50 72,64
Tabel 3 . Jumlah keturunan pertama (F1) kutu putih Exallomochlus hispidus pada dosis iradiasi 40 dan 60 Gy
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh iradiasi sinar gamma (Co-60)
terhadap kutu putih Exalomochlus hispidus pada dosis 40 dan 60 Gy masih belum
menyebabkan sterilitas pada serangga tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
masih rendahnya dosis iradiasi yang dipaparkan terhadap serangga tersebut sehingga belum
menyebabkan degradasi sel reproduksi dan kematian sel telur kutu putih. Selain itu, efek
stokastik (dosis jangka panjang seperti kanker, kemandulan, dll.) dari iradiasi sinar gamma
(Co-60) pada dosis 40 dan 60 Gy belum dapat ditimbulkan pada dosis tersebut.
3.7 Pengujian Fumigasi SF sebagai Alternatif Pengendalian Hama Gudang OPTK
Fumigasi adalah sebuah metode pengendalian hama menggunakan fumigan dengan
dosis satuan sr/m3 dalam kondisi kedap udara. Dalam proses ini, sebuah area akan secara
menyeluruh dipenuhi oleh gas atau asap bahan aktif pestisida dan membunuh semua hama
didalamnya. Bahan aktif yang biasa digunakan selama ini Methyl Bromide. Tetapi selam
penggunaanya dapat merusak lapisan ozon makan diadakan pengujian-pengujian bahan aktif
lain yang tetap efektif membunuh hama tanpa merusak ozon. Maka diujilah Bahan aktif
Surfuryl Floride yang lebih ramah terhadap lapisan ozon namun tetap harus diuji lebih lanjut
mengenai residu yang ditinggalkannya.
Tempat penyimpanan produk pertanian yang akan dilakukan fumigasi bahan aktif
pestisida harus kedap udara, dialasi kayu dan lantai tidak retak (jikalau terdapat keretakan
pada lantai dapat ditambal menggunakan lak ban). Untuk membuat kedap udara areal yang
akan dilakukan fumigasi maka disungkup dengan plastic sheet dan untuk mencegah udara
masuk maka disisi-sisi plastic sheet diberi pemberat bernaman sand snake. Untuk kegiatan
keperluan pengujian dilakukan di dalam areal yang terbuat dari plastic (chamber plastic)
dengan tiang-tiang dan alas berbahan kayu. Di dalam area fumigasi yang kedap udara harus
dipasang kipas guna membuat konsentrasi bahan aktif tersebar rata.
25
Untuk bahan aktif yang masih berbentuk cair fumigasi dilakukan dengan pemanasan
bahan aktif terlebih dahulu dengan menggunakan kumaran lalu disalurkan dengan selang
distribusi. Untuk bahan aktif yang berbentuk gas dapat lansung difumigasikan ke dalam areal
kedap udara dengan menggunakan selang distribusi. Untuk mengontrol konsentrasi fumigan
di setiap apisan produk pertanian diberikan selang monitoring di 3 titik dan dipasang alat
pengukur bernama reaken.
Pengujian fumigasi dengan SF di BUTTMKP sudah dilakukan pada komoditas beras,
benih padi, benih jagung, kacang hijau, tepung terigu, tepung sagu dan tepung ikan. Dengan
hama gudang target Tribolium castaneum, Sitopilus sp, Callosubruchus chinensis. Lalu
digunakan juga beras, jangung, tepung terigu, tepung ikan dan tepung sagu sebagai pakan.
Lalu sebanyak 25 ekor Sitophilus sp. dimasukkan ke dalam botol film plastik (yang ditutup
dengan kain kasa). Masing-masing botol plastik ini diisi pakan. Masing-masing dibuat 3
ulangan. Setelah itu, botol film yang berisi komoditas dan serangga sasaran ini dibenamkan
ke dalam tumpukan komoditas beras yang berada di dalam container plastik dalam sebuah
chamber plastik (berukuran 2m x 2m x 2m). Selang distribusi fumigan dan selang monitor
disalurkan ke dalam chamber ini selama proses fumigasi. Fumigasi Sulfuryl floride dilakukan
pada dosis 24 gr/m3 selama 2, 12, dan 24 jam. Pada pengujian ini kami tidak ikut melakukan
pengujian tetapi kami ikut menghitung jumlah hama gudang mati setelah diberi pelakuan
fumigasi SF. Maka didapat hasil:
KeteranganMortalitas (%)
Tepung IkanTerigu
Jagung Sagu BerasA B C
Kontrol 0 0 0 0 0 0 0Perlakuan 100 100 100 100 100 100 100
Kontrol 0 0 0 0 0 0 0Perlakuan 100 100 100 100 100 100 100
Kontrol 0 7.5 0 0 0 0 5
Perlakuan 100 100 100 100 100 100 100
Tabel 4. Mortalitas Serangga pada Beberapa Komoditas pada Perlakuan Sulfuryl Flouride (SF) Dosis 24 gr/g3
26
Pada Tabel 1 tersebut menerangkan angka rata-rata kematian (mortalitas) serangga
gudang pada beberapa komoditas yang diberi perlakuan fumigasi Sulfuryl Floride dengan
dosis 24 gr/m3 sebanyak 3 kali ulangan.
Seperti disebutkan di atas bahwa Tabel 1 menunjukkan mortalitas serangga yang ada
dalam komoditas pertanian seperti beras, jagung, tepung terigu (merk A, B, dan C), tepung
sagu, dan tepung ikan. Dari data tersebut terlihat bahwa mortalitas serangga setelah
dilakukan pemaparan dapat mencapai 100% sedangkan pada bagian kontrol hampir tidak
mengalami kematian pada serangga dewasa.
27
BAB IV
Pembahasan
Selama Kegiatan magang di BUTTMKP kami selaku mahasiswa magang dalam
melakukan kegiatan dibagi-bagi berdasarkan topic penelitian yang sedang dilaksanakan oleh
pegawai fungsional BUTTMKP. Penelitian tersebut diantaranya:
1. Hot water treatment pada lalat buah Bactrocera papayeae pada buah mangga
2. Perlakuan suhu udara panas terhadap kutu pada buah manis
3. Efikasi fumigan ethil format terhadap kutu putih (Planococcus sp.) pada buah manggis
4. Uji terap iradiasi sinar gamma Co-60 terhadap kutu putih (Exallomoccus hipidus) pada
buah manggis
Dari keempat topic diatas saya pribadi mendapat topic utama Iradiasi sinar gamma
Co-60 terhadap kutu putih (Exallomoccus hipidus) pada buah manggis. Tetapi dengan
dibaginya mahasiswa ke dalam 1 topik penelitian tidak menutup kemungkina mahasiswa
tersebut dapat melakukan kegiatan pekerjaan lain sebagai tambahan ilmu selain dari topic
utama yang telah dibagikan.
Pada kegiatan penelitian dengan sinar gamma ini saya mendapat materi mengenai
penggunaan iradiasi sinar gama guna menghasilkan serangga mandul. Hal ini dimaksudkan
jika ada serangga OPTK yang masuk/ keluar dari/ke suatu daerah tidak dapt berkembang biak
dikernakan sudah steril. Namun harus diuji dosis yang tepat untuk teknik serangga mandul ini
tanpa menghasilkan radikal bebas yang nantinya berbahaya bagi manusia. Materi yang
diberikan dirasa sangat jelas dan mudah dimengerti. Perlakuan teknik serangga mandul
dengan iradiasi sinar gamma Co-60 Kendala didapat karena untuk melakukan pengamatan
dan melihat secara langsung alat dan proses iradiasi harus mengunjungi badan tenaga nuklir
nasional (BATAN) karena kegiatan perlakuan dan pengamatan dilakukan di BATAN. Kami
belum sempat melihat langsung ke BATAN dikarenakan akomodasi dan sulitnya mengatur
waktu yang sesuai. Namun jika sempat akan diadakan kunjungan ke BATAN untuk melihat
secara langsung alat dan cara pengamatan perlakuan iradiasi sinar gamma C0-60.
28
Selama kegiatan magang di BUTTMKP ini saya selain mengikuti iradiasi sinar
gamma juga belajar tentang cara mengidentifikasi beberapa OPT. OPT yang kami
identifikasi adalah tungau dan gulma. Pembelajaran identifikasi tungau dilakukan karena
tungau berbeda dengan serangga dan sejauh belum pernah diajarkan pada kegiatan
pembelajaran di kampus. Sedangkan gulma, identifikasi diajarkan melalui bentuk biji gulma.
Hal ini dikarenakan dalam perkarantinaan gulma harus dideteksi dari semenjak berbentuk biji
dan identifikasi dari bentuk biji pun belum diajarkan pada pembelajaran di kampus. Dengan
diberikanya materi ini sangat menambah ilmu pengetahuan saya mengenai identifikasi gulma
dilihat dari bijinya dan identifikasi tungau. Terlebih materi ini tidak diberikan secara spesifik
dalam perkuliahan di kampus.
Pada saat pemberian materi identifikasi tungau pertama kali dirasa materi kurang
dapat dimengerti . Hal ini dikarenakan materi yang diberikan sangat mendalam sedangkan
para mahasiswa magang tidak mendapatkan pengetahuan dasar mengenai tungau sehingga
dirasa sedikit sulit untuk mencerna ilmu yang diberikan. Terlebih saat praktik langsung
dirasa kurang kondusif dikarenakan seluruh mahasiswi magang ikut melihat bagaimana slide
film di mikroskop. Sedangkan saat pemberian materi kedua kali kami merasa sangat mudah
mencerna materi yang diberikan. Selain karena diulang kembali dari dasar, kami hanya
berdua dengan 1 pembimbing. Situasi seperti ini kami rasakan sangat kondusif karena setiap
menemukan kendala dalam memahami materi dapat langsung diduskusikan dengan
pembimbing hingga jelas. Dan juga saat melihat slide film benar-benar dijelaskan bagaimana
cara membedakan ordo dan genus tungau.
Selain itu saya juga belajar mengenai fumigasi dengan bahan Sulfuryl Floride (SF)
sebagai alternative dari fumigasi dengan memaikai bahan aktif Methyl Bromide. Pengujian
fumigasi dengan bahan Surfuryl Frloride ini dilakukan sebagai pilihan alternatif pengganti
fumigan berbahan aktif Methyl Bromide. Hal ini dikarenakan penggunaan Methyl Bromide
yang biasa digunakan telah diketahui dapat merusak ozon. Sehingga untuk menjaga
kelestarian lingkungan butuh dicari bahan aktif lain yang memungkinkan. Maka diujilah
Sulfuryl Floride yang diketahui dan diharapkan memberi efek yang sama baiknya dengan
Methyl Bromide dan tidak merusak ozon. Di kegiatan ini kami tidak melakukan langsung
29
kegiatan pengujian tetapi menghitung jumlah serangga target mati setelah perlakuan lalu
dilakukan analisis.
Lalu saya juga mendapatkan tambahan ilmu mengenai penggunaan mesin x-ray bagai
demi menunjang deteksi masuk/keluarnya OPTK dari pintu-pintu masuk suatu daerah. Mesin
x-ray ini wajib dipelajari oleh petugas karantina karena untuk mencegah masuk/keluarnya
suatu optk dari/ke suatu daerah. Dengan menggunakan mesin x-ray bagasi ini dapat diketahui
material apa saja yang dibawa seseorang didalam tasnya, sehingga dapat diprediksi benda
apakah itu. Untuk petugas karantina yang perlu diperhatikan adalah benda dengan tampilan
warna orange pada monitor yang menandakan material organik. Pada materi ini saya
mendapat pengetahuan baru dalam perkarantinaan pertanian yang tidak akan saya dapatkan
diperkuliahan. Namun kendala yang dialamai adalah terbatasnya waktu sehingga tidak
sempat melakukan simulasi. Simulasi mesin bagasi x-ray ini dijadwalkan akan diadakan
menyusul disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
30
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan magang yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan magang
ini sudah sesuai dengan tujuan umum dan tujuan khusus yang diharapkan. Telihat dari
bertambahnya ilmu dari setiap mahasiswa magang yang tidak didapat selama perkuliahan di
kampus, mengenal dan beradaptasi dengan tempat kerja, dapat mempraktikakan ilmu yang
sudah didapatkan di perkuliahan dengan disesuaikan dengan ilmu yang didapatkankan selama
magang.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan perawatan secara berkala terhadap fasilitas yang dimiliki
BUTTMKP.
31
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Keanekaragaman Spesies Kutu Putih (Hemiptera : Pseudococcidae) pada Tanaman Buah-buahan di Bogor. Tersedia di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60923. Diakes pada 17 Juli 2013
Anonim. 2010. Cocoa Mealybug Exallomochlus hispidus (Morrison). Tersedia di http://www.invasive.org/browse/subinfo.cfm?sub=11910#sthash.eGIVoKq9.dpuf. Diakses pada 17 Juli 2013
Anonim. 2010. Iradiasi Sinar Gamma. Tersedia di http://ads2.kompas.com/layer/batan/home/pangan/10 . Diakses pada 4 Juli 2013
Anonim. Uji Terap Deteksi Media Pembawa Potensial OPTK Menggunakan Teknologi X-Ray. Tersedia di http://buttmkp.deptan.go.id/buttmkp/?page_id=280#deteksi-media-pembawa-menggunakan-x-ray . Diakses pada 18 Juli 2013
Anonim. 2011. Iradiasi Sinar Gamma Untu Teknik Serangga Mandul. Tersedia di http://www.foodreview.biz/login/preview.php?view&id=55690. Diakses pada 4 Juli 2013
Budiawan, Slamet, dkk. 2011. Laporan Hasil Uji Terap Perlakuan Karantina Dengan Iradiasi Sinar Gamma (Co-60) Terhadap Lalat Buah (Bactrocera papaya Drew dan hancock.) Pada Buah Mangga Gedong (Mangifera Indika L.). Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian.
Dwiloka, Bambang. 2002. Iradiasi Pangan. Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/21350/1/907-ki-fp-05.pdf. Diakses pada 4 Juli 2013
Haryatun. 2008. Teknik Identifikasi Jenis Gulma Doinan dan Status Ketersediaan Hara Nitrogen, Fosfor, dan Kalium Beberapa Jenis Gulma di Lahan Rawa Lebak. Tersedia di http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt131086.pdf. Diakses pada 22 Juli 2013
Kardiawarman, Ph. D. 1996. Sinar X. Tersedia di http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195905271985031-KARDIAWARMAN/MAKALAH_SINAR-X.pdf. 18 Diakses pada Juli 2013
Nurhayati, Siti. 2006. Pengendalian Serangga Vektor di Lapangan Dengan Teknik Serangga Mandul. Tersedia di . http://www.batan.go.id/ptkmr/Biomedika/Publikasi%202006/Siti%20Nurhayati-2006.pdf. Diakases pada 4 Juli 2013
Nadiah, Annisrien, SP. Pemanfaatan Teknologi Nuklir Sebagai Salah Satu Alternatif Pengendalian. Tersedia di http://www.batan.go.id/ptkmr/Biomedika/Publikasi%202006/Siti%20Nurhayati-2006.pdf. Diakses Pada 4 Juli 2013
Vacante, Vicenzo. 2010. Citrus Mites Identification, Bionomy and Control. Cabi. United Kingdom.
32
Lampiran
Lampiran Dokumentasi
Gambar 16.Menghitung jumlah serangga target mati (Fumigasi SF)
Gambar 17. Serangga target mati dan tempat penyimpanannya
33
Gambar 18. Membantu menghitung kutu putih tim fumigasi
Gambar 19. Mengidentifikasi biji gulma menggunakan mikroskop stereo
Gambar 20. Mengidentifikasi tungau menggunakan mikroskop compound
34
Gambar 21. Bagian mesin sinar x-ray (kanan untuk running; kiri tombol emergency stop dan lampu)
Gambar 22. Mesin sinar x-ray bagasi
Gambar 23. Contoh hasil sinar x-ray yang akan ditampilkan layar
35
Lampiran Jadwal Kegiatan
36