laporan lokakarya - ilo.org · untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan...

33
LAPORAN LOKAKARYA Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Maros Maros, 22-23 November 2012 Disusun Oleh : Tim PDPM-LPPM ITS

Upload: vuongbao

Post on 14-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

LAPORAN LOKAKARYA Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Maros

Maros, 22-23 November 2012

Disusun Oleh :

Tim PDPM-LPPM ITS

Page 2: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

1. Latar Belakang

Permasalahan ketenagakerjaan, seperti pengangguran dan pengaruhnya seperti kemiskinan,

merupakan permasalahan sosial yang kita hadapi bersama. Program penciptaan lapangan kerja

produktif, yaitu lapangan kerja yang dapat mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki dan

dapat berkelanjutan, sangatlah dibutuhkan untuk merespon hal ini. Pemerintah telah melakukan

upaya-upaya untuk membuat program dan memfasilitasi pelaksanaan program ketenagakerjaan.

Namun, program ketenagakerjaan ini sangatlah kompleks. Pengetahuan dan kemampuan

pemerintah untuk merancang, melaksanakan, memonitor serta mengevaluasi program terbatas.

Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah

penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama adalah memahami dan melakukan

diagnosa terhadap kondisi ketenagakerjaan yang ada, serta menyusun program dan prioritas untuk

menyelesaikannya.

Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) adalah sebuah kegiatan untuk

membantu proses perencanaan pembangunan yang lebih baik dengan mengedepankan berbagi

pengetahuan (knowledge sharing) antara pemangku kepentingan yang terkait dengan isu

ketenagakerjaan di tingkat daerah serta mendorong para pemangku kepentingan untuk ikut

mengambil bagian dari perencanaan dan pelaksanaan program ketenagakerjaan.

Metodologi dalam Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) ini

diperkenalkan oleh ILO (Badan Perburuhan Internasional) dan terus dikembangkan melalui

kerjasama Pusat Potensi Daerah dan Pemberdayaan masyarakat (PDPM) ITS Indonesia dan

Stockholm School of Economics (SSE) Swedia, dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Bappenas,

dengan bantuan pendanaan dari pemerintah Swedia melalui Swedish International Development

Agency (SIDA).

2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) ini adalah agar

pemangku kepentingan permasalahan ketenagakerjaan (Pemerintah, swasta dan masyarakat):

a. Memiliki pemahaman lebih baik tentang permasalahan, tantangan dan peluang dalam

menciptakan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang inklusif dan

berkelanjutan.

Page 3: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

b. Bersama-sama melakukan analisa ketenagakerjaan sehingga kualitas perencanaan program

ketenagakerjaan dapat lebih baik.

c. Berdialog untuk menciptakan forum diskusi di antara pemangku kepentingan sebagai wadah

identifikasi permasalahan dan tantangan dalam menciptakan lapangan kerja produktif serta

sarana pemberi masukan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun kebijakan terkait.

d. Memberikan landasan yang kuat bagi Pemerintah Daerah yang bersangkutan dalam

penyusunan kebijakan strategi pengembangan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di

Daerah.

e. Bersama-sama berkomitmen untuk memperkuat dialog sosial antara pemerintah dan para

pemangku kepentingan di Daerah.

Sedangkan manfaat / luaran dari Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan

(PBPK) ini adalah:

a. Adanya pemahaman yang lebih baik tentang arah dan rencana pembangunan di daerah,

termasuk permasalahan dan tantangannya.

b. Adanya pemahaman yang lebih baik tentang konsep perencanaan bersama program

ketenagakerjaan sebagai upaya penciptaan lapangan kerja yang inklusif dan berkelanjutan

c. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang)

pengembangan sumber daya produktif (SDM &SDA) serta kemampuannya untuk mendapatkan

kerja dengan kesempatan yang setara di daerah

d. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi ekonomi, yang mencakup identifikasi

permasalahan, tantangan dan peluang pertumbuhan ekonomi yang kondusif di daerah serta

kesempatan yang adil yang berkelanjutan

e. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang)

kesetaraan dan keberlanjutan pembangunan sosial ekonomi di daerah.

f. Teridentifikasinya potensi sektor unggulan di daerah yang dapat menciptakan lapangan kerja

produktif yang inklusif dan berkelanjutan

g. Adanya rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk menindaklnajuti peluang dan menjawab

permasalahan dan tantangan penciptaan lapangan kerja di daerah melalui sektor unggulan ini

h. Adanya rekomendasi studi lanjut untuk mendukung hal-hal tersebut diatas.

Dalam kerangka untuk mendukung pencapaian visi Kabupaten Maros 2010-2015 yaitu:

“ Terwujudnya Masyarakat Maros yang sejahtera dan beriman melalui pemerintahan yang bersih

& profesional “.

Page 4: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

3. Definisi

Seperti tertulis dimuka, tujuan lokakarya ini adalah menyusun masukan alternatif arahan kebijakan

dan program penciptaan lapangan kerja produktif yang inklusif dan berkelanjutan. Berikut definisi

dari terminologi diatas:

Lapangan kerja produktif: lapangan kerja yang mampu memberikan kesempatan kerja dengan

penghasilan yang layak bagi seseorang untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya, serta

keluar dari garis kemiskinan. Untuk itu, lapangan kerja produktif erat kaitannya dengan pengurangan

pengangguran dan pekerja miskin.

Inklusif: seluruh warga masyarakat, baik pria maupun wanita, baik di kota maupun di desa memiliki

kesempatan yang samadalam memperoleh lapangan kerja produktif. Hal ini terkait erat dengan

kesetaraan.

Berkelanjutan: lapangan kerja produktif yang memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga dapat

tersedia tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi mendatang.

4. Metodologi

Untuk mencapai tujuan diatas, kegiatan Lokakarya Perencanaan Bersama Program

Ketenagakerjaan (PBPK) ini terdiri dari dua tahapan:

- Pra lokakarya, sebagai tahapan persiapan, untuk mengetahui APA karakteristik

ketenagakerjaan dan tantangan yang dihadapi daerah. Kegiatan ini dilakukan oleh tim ITS

bersama dengan SSE dengan cara melakukan eksplorasi data statistik.

- Lokakarya, dengan tujuan mempresentasikan data ketenagerjaan dan tantangannya,

melakukan konfirmasi temuan awal, serta mencari tahu MENGAPA permasalahan

ketenagakerjaan dan kemiskinan dapat terjadi dan mencari masukan BAGAIMANA tantangan

tersebut dapat diatasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama, yang difasilitasi oleh

Bappeda setempat, dengan dukungan narasumber dan fasilitator dari ITS.

Kerangka berpikir dari tahapan analisa diagnostik mengacu pada diagram ketenagakerjaan (lihat

Gambar 4.1). Gambar 4.1 Diagram ketenagakerjaan menunjukkan bahwa lapangan kerja produktif

yang inklusif dan berkelanjutan mengakar pada 4 faktor pembangunan yaitu:

- Tersedianya sumber daya produktif (Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam)

- Adanya dukungan faktor penggerak ekonomi

- Yang dilaksanakan dengan mengedepankan aspek kesetaraan

Page 5: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

- Dijalankan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan

Gambar 4.1. Diagram Ketenagakerjaan

Kerangka diagnosa ketenagakerjaan menunjukkan bahwa penciptaan lapangan kerja berdasarkan

pada dua sumber daya produktif, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya alam. Keduanya

perlu diberdayakan dalam kerangka ekonomi produktif, yang ekonomi yang mempertimbangkan

kesetaraan dan keberlanjutan, dengan melibatkan 3 unsur pembangunan, yaitu pemerintah, swasta

dan masyarakat. Jika hal ini dijalankan maka pembangunan berkelanjutan dengan kesetaraan

diharapkan dapat mengatasi defisit kesempatan kerja produktif serta kemiskinan.

Untuk itu, tahapan perencanaan menjadi tahapan awal yang kritis, dan Lokakarya Perencanaan

Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) ini ditujukan sebagai sarana perencanaan bersama dan

diskusi dengan mengacu kepada konsep diatas.

5. Agenda dan Peserta

Lokakarya ini dilaksanakan pada tanggal 22-23 November 2012, dengan hasil diskusi pada satu sesi

dijadikan masukan bagi sesi berikutnya, yaitu:

Page 6: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Hari 1: (a) Paparan visi dan misi pemerintah kab. Blora; (b) Penjelasan metodologi; (c)

Dinamika ketenagakerjaan kab. Blora serta (d) Analisa diagnosa ekonomi dan

keberlanjutan

Hari 2: (e) Analisis diagnosa sumber daya manusia dan sumber daya produktif lainnya,

dilanjutkan dengan diskusi (f) Ke(tidak)setaraan dan rangkuman rekomendasi bagi

pemerintah daerah.

Kerangka lokakarya dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Kerangka Lokakarya

Jadwal lengkap lokakarya ini dapat dilihat pada lampiran A.

Lokakarya ini diikuti oleh 46 peserta, terdiri dari 28 pemerintah, 8 swasta dan 10 masyarakat, serta

73,91% ( 34 orang) laki laki dan 26,09 % ( 12 orang) perempuan. Daftar peserta lokakarya dapat

dilihat pada lampiran B. Gambaran awal tentang harapan peserta dapat dilihat di lampiran C.

Page 7: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

6. Hasil Lokakarya

Hasil lokakarya ini disampaikan dalam 4 sub bab: Struktur Demografi, Dinamika ketengakerjaan yang

meliputi ekonomi dan tenagakerja.

6.1. Struktur Demografi

6.1.1. Jumlah dan sebaran penduduk

Dengan luas wilayah sekitar 1.619,12 km2, Kab.

Maros memiliki jumlah penduduk sekitar 319.002

jiwa sehingga rata-rata kepadatan penduduk di

Kabupaten Maros sekitar 197 jiwa/km2. Kabupaten

Maros terdiri dari 14 kecamatan dan 103

kelurahan dan desa. Sebagian besar penduduk

tinggal didesa, yaitu sekitar 221.147 jiwa (66,19%)

dan penduduk yang tinggal di kota sebanyak

107.855 jiwa (33,81%).

Sumber: Kabupaten Maros Dalam Angka, BPS,2010

Gambar 6.1. Distribusi Penduduk Desa/Kota

6.1.2. Struktur penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin

Jumlah penduduk laki-laki sekitar 155.965 (49%) dan perempuan sekitar 163.037 (51%). Struktur

penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 3.2. Penduduk usia kerja,

yaitu berusia 15 tahun ke atas sekitar 218295 (68,4%) dan sisanya 100.707 (31,6%) orang adalah

penduduk usia dibawah 15 tahun.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

33,81

66,19

PERKOTAAN PEDESAAN

Page 8: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Sumber: Maros dalam Angka

Gambar 6.2. Piramida Penduduk Kabupaten Maros

6.2. Dinamika Ketenaga-kerjaan

6.2.1. Penduduk Angkatan Kerja

Jumlah penduduk angkatan kerja sekitar 140.254 orang (44%) merupakan dimana lebih dari 50%

(sekitar 75.000 orang) memiliki pendidikan SD ke bawah, sisanya berpendidikan SLTP atau SLTA ke

atas. Angkatan kerja yang berpenduidikan SLTA ke atas hanya 38%. Selanjutnya proporsi perempuan

yang memiliki pendidikan tinggi lebih besar dibandingkan laki-laki. (lihat gambar 4.1)

Sumber: Maros Dalam Angka, 2010

a) Berdasarkan pendidikan b) Berdasarkan Pendidikan dan Jenis kelamin

Sumber: Maros dalam Angka, 2010

Gambar 6.3. Penduduk Angkatan Kerja berdasarkan tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin

8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 2,0 4,0 6,0

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65+

Female

Male

18%

22%

22%

28%

3%

7% Tidak Punya Ijazah

SD atau Sederajat

SLTP atau Sederajat

SLTA atau Sederajat

D1 / D2 /D3

D4/S1/S2/S3

17,20 19,80 22,54 31,07

2,02

7,37

19,00 23,74 21,17 24,56

4,61

6,92

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tid

ak P

un

ya Ij

azah

SD a

tau

Sed

era

jat

SLTP

ata

u S

ede

raja

t

SLTA

ata

u S

ede

raja

t

D1

/ D

2 /D

3

D4/

S1/S

2/S3

PEREMPUAN

LAKI-LAKI

Page 9: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Penduduk usia kerja yang bekerja sekitar 126.653 orang dan pengangguran sekitar 12.611 orang

(Lihat Tabel 6.1) dimana pengangguran yang berpendidikan SD sekitar 51%, sedangkan pengang-

guran dengan pendidikan SLTP sekitar 7,5% dan sisanya berpendidikan SLTA ke atas (42,2%).

Tabel 6.1. Status penduduk angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Maros

Status Pendidikan yang ditamatkan

Jumlah SD ke bawah SLTP SLTA keatas

Angkatan Kerja 74.948 21.233 44.083 140.264

Bekerja 68.515 20.291 37.847 126.653

Penganggur 6.433 942 6.236 12.611

Bukan Angkatan Kerja *) *) *) 78.031 Sumber: Maros Dalam Angka , BPS 2010

6.2.2. Partisipasi Angkatan Kerja dan Defisit Tenaga Kerja Produktif

Tingkat partisipasi kerja secara umum masih rendah, dimana perbandingan penduduk angkatan

kerja dengan penduduk usia kerja 64,3%, artinya terdapat 43,7% penduduk yang tdak bekerja karena

tidak bekerja/menganggur atau memang tidak aktif bekerja (ibu rumah tangga, sekolah dsb).

Sedangkan perbandingan penduduk yang bekerja dibandingkan penduduk usia kerja (employment

rate) sekitar 58% (lihat Tabel 6.2)

Tabel 6.2. Prediksi Tingkat aktifitas Penduduk, Pekerja dan Pengangguran

Distribusi penduduk dalam usia kerja berdasarkan jenis kelamin - 2010

Laki-laki Perempuan Total

1 Populasi 155.965 163.037 319.002

2 Penduduk usia kerja 15+ 104.165 114.130 218.295

3 Dalam angkatan kerja 88.147 52.117 140.264

4 Bekerja 82.847 43.806 126.653

5 Pengangguran 5.300 8.311 13.611

6 Tidak aktif (orang) 16.018 62.013 78.031

7 Rasio ketergantungan, aktual (%) 0,88 2,72 1,52

8 Rasio ketergantungan, berdasarkan usia (%) 0,50 0,43 0,46

9 Activity rate (%) = [3]/[2]*100 84,6% 45,7% 64,3%

10 Employment rate (%) = [4]/[2]*100 79,5% 38,4% 58,0%

11 Unemployment rate (%) = [5]/[3]*100 6,0% 15,9% 9,7%

Sumber: Maros dalam Angka, 2011

Page 10: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Gambar 6.4. Prediksi Defisit Lapangan Kerja Produktif

Jumlah angkatan kerja sekitar 140.264 jiwa (64%) dimana 58% diantaranya adalah penduduk yang

memiliki pekerjaan. Oleh karena itu masih terdapat pengangguran sekitar 9,7% (36110 orang).

Diantara penduduk yang bekerja, terdapat sekitar 18.517 orang merupakan pekerja tidak produktif.

Prediksi defisit tenaga kerja yaitu jumlah penduduk yang menganggur ditambah dengan pekerja

tidak produktif di kabupaten Maros sekitar 31.128 orang (Lihat Gambar 6.4).

Dari segi pendidikan, kualitas penduduk angkatan kerja relatif rendah dimana yang berpendidikan

SD, sekitar 9% menganggur, sedangkan angkatan kerja yang berpendidikan SLTP yang menganggur

adalah 942 orang dan SLTA ke atas yang menganggur adalah 6.236 orang (Lihat Tabel 6.1). Hal ini

menunjukkan bahwa Kabupaten Maros memiliki persoalan pengangguran yang serius yaitu

pengangguran dengan pendidikan rendah.

6.2.3. Penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor ekonomi

Sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan merupakan sektor yang menyerap tenaga

kerja tertinggi dengan penyerapan tenaga kerja 55.695 orang dan yang kedua adalah sektor

perdagangan yang mampu menyerap 22.402 orang serta ketiga adalah jasa kemasyarakatan yang

menyerap sekitar 22 orang tenaga kerja (lihat Gambar 6.2).

Page 11: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Sumber : http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id

Gambar 6.5. Jumlah Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor di Kabupaten Maros Tahun 2010

Sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, bangunan dan perdagangan besar/eceran dan

rumah makan lebih banyak didominasi oleh penduduk berpendidikan rendah (SD ke bawah).

Sementara itu sektor keuangan, listrik dan jasa kemasyarakatan memiliki tenaga kerja yang

berpendidikan lebih baik. (lihat Gambar 6.5)

Sumber : http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id

Gambar 6.6. Tingkat Pendidikan Pekerja di Berbagai Sektor.

55.696

1.388

7.755

362

6.646

22.402

8.518

1.787

22.051

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

Pertanian, kehutanan, perburuan dan …

Pertambangan dan penggalian

Industri Pengolahan

Listrik Gas dan Air

Bangunan

Perdagangan besar, eceran , rumah …

Angkutan, pergudangan dan komunikasi

Keuangan Asuransi usaha persewaan …

Jasa kemasyarakatan

42630 1067

3466

0

4017 12028

2875

82 2324

8545 238

1440

238

1391 4169

1728

440 2094

3784 83

2178

811 4676

3107

771

7825

124 256

2563

165 224 238

5159 P

ertanian

, kehu

tanan

, p

erbu

ruan

dan

perikan

an

Pertam

ban

gan d

an

pen

ggalian

Ind

ustri P

engo

lahan

Listrik Gas d

an A

ir

Ban

gun

an

Perd

agangan

besar, eceran

, ru

mah

makan

dan

ho

tel

An

gkutan

, pergu

dan

gan d

an

kom

un

ikasi

Keu

angan

Asu

ransi u

saha

persew

aan b

angu

nan

tanah

d

an jasa p

erusah

aan

Jasa kemasyarakatan

Universitas

Diploma I,II,III/ Akademi

SMTA Kejuruan

SMTA Umum

SMTP

<= SD

Page 12: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Untuk pekerja yang berpendidikan SD ke bawah, rata-rata upah yang diterima di sektor pertanian,

perdagangan dan bangunan relatif rendah dibandingkan dengan sektor yang lain (pertambangan,

angkutan, listrik dan gas, agkutan pergudangan serta jasa keuangan). Terlihat bahwa pendidikan

berpengaruh terhadap besarnya penghasilan di masing-masing sektor. Selanjutnya sektor yang bisa

memberikan upah lebih baik di Kabupaten Maros adalah sektor jasa, keuangan, listrik dan gas.

Tabel 6.3. Rata-Rata Upah/Gaji Per Sektor Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekerja.

Sumber : http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id

6.2.4. Tantangan Ketenagakerjaan di Kabupaten Maros

Dari uraian di atas terlihat sangat jelas bahwa secara umum Kabupaten Maros memiliki defisit

angkatan kerja produktif sekitar 32.128 orang terdiri dari 13.611 pengangguran dan 18.517 tenaga

kerja tidak produktif. Persoalan ketenaga-kerjaan di Kabupaten Maros adalah rendahnya kualitas

pendidikan angkatan kerja terutama untuk penduduk yang tinggal di pedesaan. Secara lebih detil,

berdasarkan analisis data sekunder ditemukan berbagai persoalan ketenaga-kerjaan di Kabupaten

Maros diantaranya adalah:

Ditinjau dari sisi pendidikan, kualaitas tenaga kerja umumnya rendah karena paling banyak

berpendidikan SD ke bawah

Dengan kualitas SDM yang rendah tersebut, sektor yang mampu menyerap tenaga kerja

adalah sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan merupakan sektor yang

menyerap tenaga kerja tertinggi ( sektor pertanian menyerap 55.695 tenaga kerja, sektor

Pertanian, kehutanan,

perburuan dan perikanan

Pertambangan

dan penggalianIndustri Pengolahan Listrik Gas dan Air Bangunan

<= SD 415.951 978.151 862.736 1.089.076 635.667

SMTP 646.893 8.000.000 756.559 - 853.458

SMTA Umum - - 967.184 1.000.000 923.130

SMTA Kejuruan - - 1.250.000 - -

Diploma I,II,III/ Akademi - - - - -

Universitas 372.894 2.200.392 801.977 1.058.564 814.905

Perdagangan besar,

eceran , rumah makan dan

hotel

Angkutan,

pergudangan dan

komunikasi

Keuangan Asuransi

usaha persewaan

bangunan tanah dan

jasa perusahaan

Jasa

kemasyarakatan

<= SD 506.391 706.960 776.773 1.173.178

SMTP 670.894 1.177.709 1.361.681 1.127.967

SMTA Umum 524.874 2.473.750 150.000 1.054.392

SMTA Kejuruan 1.500.000 1.981.547 - 1.156.766

Diploma I,II,III/ Akademi - - 2.209.244 2.887.827

Universitas 622.082 1.256.769 1.221.239 1.561.672

Rata-Rata Upah / Gaji Bersih Pekerja / Karyawan Selama Satu Bulan Di Kabupaten Maros

Tahun 2010

Page 13: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

perdagangan menyerap 22.402 tenaga kerja dan sektor jasa kemasyarakatan menyerap

sekitar 22.000 tenaga kerja)

Rata-rata penghasilan persektor berbeda, terendah adalah di sektor pertanian dan bangunan

terutama untuk pekerja berpendidikan rendah (SD ke bawah).

Proporsi angkatan kerja laki-laki dan perempuan setara untuk mereka yang berpendidikan SD

lebawah, namun untuk angkatan kerja berpendidikan SLTP dan SLTA, prosentasi laki-laki

cenderung lebih banyak dibandingkan wanita. Untuk angkatan kerja berpendidikan tinggi,

proporsi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Berdasarkan hasil diskusi hal-hal penting yang terkait dengan persoalan ketenaga kerjaan adalah :

Rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja disebabkan oleh karena umumnya penduduk

sudah merasa puas dengan tingkat pendidikan SD atau maksimum SLTP. l

Kebiasaan buruk angkatan kerja yaitu etos kerja yang kurang, terlambat masuk kerja, pemalas

tetapi banyak maunya (minta gaji tinggi), kurang percaya diri, kurang disiplin, selalu

mengharap bantuan, tidak menghargai waktu, mental KKN, peragu, terlalu santai

Angkatan kerja memiliki keterampilan kurang dan pengetahuan kewirausahaan rendah

Angkatan kerja kurang kreatif mengelola sumberdaya yang ada, memiliki kemampuan

manajemen yang kurang dan belum mampu bersaing

Lapangan kerja di Kabupaten Maros masih sangat kurang/ terbatas dan selain itu tidak

tersedia informasi yang cukup atau tidak ada akses informasi tentang pelatihan SDM/

keterampilan dan lowongan kerja.

6.3. Ketidak-setaraan

6.3.1. Ketidaksetaraan Penghasilan dan Kemiskinan

Kabupaten Maros masih mengahadi persoalan kemiskinan walaupun tingkat kemiskinan di

Kabupaten Maros terus menurun yaitu 36.331 jiwa (11%), bahkan sekarang lebih rendah dari angka

kemiskinan Nasional nasional yang mencapai 13,5% di tahun 2010 dan 11,96% di tahun 2012 (BPS,

2012). Tingkat kemiskinan ini sangat erat kaitannya dengan ketidak-setaraan penghasilan di berbagai

sektor atau jenis pekerjaan maupun di berbagai level tingkat pendidikan.

Sektor pertanian dan bangunan memiliki rata-rata penghasilan yang lebih rendah dari sektor yang

lain. Sementara itu penduduk yang berpendidikan SD di berbagai sektor memiliki rata-rata

penghasilan yang terendah yaitu dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu peningkatan

kesejahteraan penduduk atau pemberantasan kemiskinan akan tercapai jika pemerintah Kabupaten

Page 14: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Maros mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan bagi sektor-sektor yang memberikan

penghasilan rendah terutama untuk pekerja dengan pendidikan rendah.

6.3.2. Kesetaraan Gender

Proporsi laki-laki dan perempuan untuk angkatan kerja yang berpendidikan rendah (SD ke bawah)

terlihat hampir sama., namun untuk angkatan kerja berpendidikan SLTP dan SLTA , prosentasi laki-

laki cenderung lebih banyak dibandingkan wanita. Untuk angkatan kerja berpendidikan tinggi,

proporsi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. (lihat Gambar 6.7).

Sumber: Maros Dalam Angka,BPS, 2010

Gambar 6.7. Tingkat pendidikan penduduk angkatan kerja berdasarkan jenis kelamin

Namun demikian tingkat partisipasi perempuan di Kabupaten Maros masih rendah , yaitu: 1) activity

rate perempuan sebesar 45,7% sedangkan laki-laki yang mencapai lebih dari 87%., 2) employment

rate (perbandingan penduduk yang bekerja dan penduduk usia kerja) untuk laki-laki 79,5% dan

perempuan 38,4%. (Lihat Tabel 6.2). Yang menjadi pertanyaan adalah apakah penduduk angkatan

kerja perempuan yang berpendidikan tinggi termasuk kelompok pengangguran?

6.3.3. Ketidak-setaraan desa-kota

Jumlah angkatan kerja yang tinggal di pedasaan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan angkatan

kerja yang tinggal di perkotaan, sekitar 66%, tinggal di desa. Penduduk angkatan kerja di perkotaan

memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik. dimana laki-laki yang berpendidikan SLTA ke atas

mencapai 57%, sedangkan perempuan mencapai sekitar 54%. Untuk wilayah pedesaan, laki-laki

dengan pendidikan SLTA ke atas hanya 31% dan perempuan sekitar 26% dan sissanya berpendidikan

SLTP ke bawah (lihat Gambar 5.2). Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan pendidikan untuk

17,20 19,80 22,54 31,07

2,02

7,37

19,00 23,74 21,17 24,56

4,61

6,92

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tidak Punya Ijazah SD atau Sederajat SLTP atau Sederajat SLTA atau Sederajat D1 / D2 /D3 D4/S1/S2/S3

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Page 15: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

wilayah desa dan kota jauh berbeda. Artinya di kabupaten Maros, kesempatan meraih pendidikan

yang lebih tinggi bagi penduduk desa lebih kecil dibandingkan dengan penduduk kota.

(a) Proporsi angkatan kerja (b) Tingkat pendidikan penduduk angkatan kerja Sumber : http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id

Gambar 6.8. Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Desa-Kota

Tantangan untuk mengatasi defisit tenaga kerja produktif sekitar 32.128 orang yang harus

diselesaikan oleh pemerintah Kabupaten Maros umumnya tinggal di pedesaan dan berpendidikan

rendah. Dibutuhkan inovasi cerdas untuk dapat menyediakan lapangan kerja produktif bagi SDM

dengan kondisi seperti itu. Pertanyaannya adalah sektor apa yang dianggap mampu menyediakan

lapangan kerja produktif di Kabupaten Maros, yaitu dapat memberikan penghasilan lebih dari batas

kemiskinan?

6.4. Sektor Ekonomi dan pemilihan sektor unggulan

Tingkat pertumbuhan ekonomi Maros terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Di tahun

2010, tingkat pertumbuhan ekonomi Maros sebesar 7.1%. Sebagai kabupaten penyangga ibu kota

provinsi Sulawesi Selatan, Maros berada pada titik penentu prioritas sektor yang akan

dikembangkan, karena berbagai peluang yang dimilikina. Kabupaten Maros memegang peran

penting dalam mendukung sektor perdagangan Makassar, sektor pertaniannya merupakan salah

satu lumbung padi nasional, serta pariwisatanya merupakan salah satu tujuan pariwisata nasional.

Yang perlu menjadi catatan adalah, tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan di Kab. Maros

lebih tinggi dari rata-rata provinsi Sulawesi Selatan.

PERKOTAAN 34%

PEDE-SAAN 66%

7,91 11,65

22,55 23,14

13,04 16,92

23,69 27,60

21,74 17,29

23,01 23,35

41,90

34,96

24,83

18,68

2,77

8,27

1,59 2,55

12,65 10,90

4,33 4,67

-10,00

10,00

30,00

50,00

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

PERKOTAAN PEDESAAN

Tidak Punya Ijazah SD atau Sederajat SLTP atau Sederajat

SLTA atau Sederajat D1 / D2 /D3 D4/S1/S2/S3

Page 16: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Sumber: Maros Dalam Angka 2011, Pusdatinaker, 2010

Gambar 6.9. Perbandingan Distribusi PDRB dan Lapangan Pekerjaan Per Sektor

Gambar 6.9 menunjukkan perbandingan antara kontribusi sektor terhadap PDRB dan terhadap

penciptaan lapangan kerja. Terlihat bahwa dari sudut ekonomi, 38,5% PDRB disumbang oleh sektor

pertanian, dilanjutkan sektor industri pengolahan (23,3%), perdagangan (8,45%), dan jasa

kemasyarakatan lainnya sebesar 14%. Namun kontribusi masing-masing sektor ini dalam penciptaan

lapangan kerja tidak merata. Sektor pertanian menyediakan tenaga kerja hingga 44% sedangkan

industri pengolahan hanya menyediakan lapangan kerja sebesar 6.13%, sedangkan perdagangan dan

pariwisata menyediakan 17,7% dan jasa lainnya hingga 17,42%. Hal ini berarti terdapat ketimpangan

produktivitas antara sektor yang satu dengan yang lain. Sektor industri pengolahan merupakan

sektor yang paling produktif, karena jumah tenaga kerja sedikit, namun kontribusi ekonominya

besar. Namun ternyata, yang terrekam dalam data tersebut adalah industri pengolahan hasil

tambang.

Untuk itu, pemilihan sektor yang dapat terus menyediakan pekerjaan yang layak perlu

dipertimbangkan. Pemilihan sektor perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

a. Memiliki demand / pasar

b. Sesuai dengan karakteristik tenaga kerja yang ada (pengangguran terbuka, sesuai dengan

tingkat pendidikan /ketrampilan yang ada)

c. Penyerapan tenaga kerja tinggi

d. Bisa memberikan imbalan yang layak

e. Berkelanjutan

38,51%43,99%

1,51%

1,10%

23,23%6,13%

0,91%

0,29%

1,67%

5,25%

8,46%17,69%

5,85% 6,73%

5,83% 1,41%

14,04% 17,42%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

PDRB Lapangan Kerja

Jasa kemasyarakatan

Keuangan Asuransi usaha persewaan bangunan tanah dan jasa perusahaan

Angkutan, pergudangan dan komunikasi

Perdagangan besar, eceran , rumah makan dan hotel

Bangunan

Listrik Gas dan Air

Industri Pengolahan

Pertambangan dan penggalian

Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan

Page 17: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Terdapat 4 sektor potensial sebagai sektor unggulan berdasarkan kriteria diatas, yaitu: Pertanian,

Perdagangan, Pengolahan pangan, Pariwisata.

Kerangka donat sistem pasar digunakan

untuk memandu hal yang perlu diperbaiki

untuk masing-masing sektor, yaitu dengan

mengeksplorasi:

1) Permasalahan dalam menjaga rantai

nilai di sektor ini;

2) Dukungan regulasi bagi penciptaan

iklim usaha,

3) Ketersediaan fungsi pendukung yang

dapat membuat sektor ini tumbuh.

7. Diskusi Upaya Pencapaian Target Lapangan Kerja Produktif di

berbagai sektor

Pemerintah Kabupaten Maros telah menyadari bahwa isu tentang ketenagakerjaan sangat penting

dan merupakan tugas dan kewenangan utama bagi pemerintah Kabupaten Maros dalam mengatasi

permasalahan tersebut. Permasalahannya adalah bagaimana merencanakan dan melaksanankan

penataan tentang ketenagakerjaan (angkatan kerja dan bukan angkatan kerja) dengan melibatkan

semua stakeholder unsur swasta, BUMN dan perusahaan daerah. Tingginya angka pengangguran

cukup sulit untuk diatasi, namun setidaknya terdapat 4 hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah

Kabupaten Maros yaitu:

1. Memberikan prioritas bagi anak berpendidikan rendah mendapat prioritas untuk diberikan

ketrampilan/ keahlian tertentu.

2. Meningkatkan kualitas program magang

3. Memberikan pelatihan berbasis kompetensi ditempat kerjanya masing-masing

4. Mengadakan pelatihan kepada generasi muda untuk menjadi wirausaha baru

Sesuai dengan diskusi di bab sebelumnya, 4 sektor terpilih sebagai sektor unggulan, yaitu: Pertanian,

perdagangan, industri perdagangan dan pariwisata. Untuk itu, sub bab berikut menggambarkan

kondisi saat ini dari masing-masing sektor, usulan kebijakan dan indikator keberhasilannya.

Kriteria pemilihan dan rekomendasi program:

Menyerap tenaga kerja

Memberi nilai tambah besar

1. RANTAI NILAI SEKTOR

UTAMA

I

N

P

U

T

P

A

S

A

R

2. FUNGSI PENDUKUNG DAN

LAYANAN USAHA

3. PERATURAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

Gambar 6.10. Kerangka Donat Sistem Pasar

Page 18: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Keterkaitan dengan sektor lain (multiplier effect)

Dijamin keberlanjutannya (pasar)

Memberikan peluang kerja yang setara

Mudah diimplementasikan

Biaya terjangkau

7.1. Sektor Pertanian

7.1.1. Kondisi saat ini: Kelemahan dan Peluang

Sektor pertanian ini masih dilakukan secara tradisional. Berdasarkan hasil diskusi kelemahan dan

tantangan dari sektor pertanian adalah :

• Belum terbangun sistem agrobisnis secara luas dari hulu ke hilir, sehingga jika sektor ini

dikembangkan maka peluangnya adalah membentuk sistem agrobisnis secara luas dari hulu ke

hilir karena sistem agrobisnis ini akan memiliki segmen yang menyerap tenaga kerja . selain itu

sektor pertanian harusnya dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu (wirausaha tani).

Peluang yang lain adalah membuka lahan pertanian organik karena saat ini permintaan pasar

untuk produk tersebut cukup tinggi, selain itu supaya produk dapat masuk ke supermarket

• Dari sisi SDM/ketenaga kerjaan, sektor pertanian memiliki SDM dengan pendidikan dan

ketrampilan yang rendah. Saat ini banyak terjadi urbanisasi sehingga SDM di sektor pertanian

sangat kurang karena banyak pemuda yang sudah tidak tertarik lagi bekerja di sektor pertanian.

Sesungguhnya peluang kerja di sektor pertanian sangat besar dan membutuhkan ketrampilan

yang tinggi di bidang agro bisnis.

• Kondisi infrastruktur dipandang masih belum memadai, jalan menuju ke lokasi pertanian belum

bagus oleh karena itu dibutuhkan program pemerinyah untuk perbaikan jalan akses ke wilayah

pertanian. Selain itu dibutuhkan sarana irigasi yang yang lebih luas dan memadai.

• Persoalan lingkungan yang dihadapi adalah penggunaan pupuk kimia yang cukup tinggi sehingga

saat ini mulai dirasakan penurunan kesuburan tanah. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi yang

ramah lingkungan, misalnya dengan memanfaatkan limbah pertanian atau kotoran ternak

untuk pupuk organik.

• Dari sisi produk, sampai sekarang belum ada standar kualitas hasil pertanian sehingga petani

tidak mengetahui kualitas yang seperti apa yang diinginkan oleh pasar. Informasi pasar juga

belum ada dan belum terbentuk kemitraan di bidang pertanian. Oleh karena itu dibutuhkan

adanya kemtiraan dan temu usaha agrobisnis. untuk kepentingan promosi dibutuhkan pameran

di bidang pertanian agar permintaan pasar makin besar.

Page 19: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

7.1.2. Usulan Kebijakan dan Program

Agar sektor pertanian ini dapat dikembangkan sehingga mampu menyediakan lapangan kerja

produktif, maka dibutuhkan kebijakan dan program yang terpadu sebagai berikut:

1. Meningkatakan kapasitas SDM yaitu dengan memberikan pelatihan tentang pengembangan

usaha agrobisnis dan pertanian terpadu.

2. Peningkatan sarana dasar/infrastruktur pertanian

3. Mengadakan program pertanian organik

4. Mengembangkan program jaringan informasi pasar

5. Mengembangkan kawasan komoditi unggulan.

Dalam pengembangan program, pemerintah memiliki peran sebagai regulator, pihak swasta adalah

mitra sedangkan masyarakat petani adalah pelakunya.

7.1.3. Indikator keberhasilan

Aspek INDIKATOR KEBERHASILAN SEKTOR PERTANIAN

Kualitas SDM • Tersedianya tenaga terampil di desa

Produk dan Produktifitas

• Meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian • Berkembangnya kualitas produksi pertanian ramah lingkungan • Berkembangnya tradisi bertani organic

Penyerapan tenaga kerja

• Berkurangnya pengangguran di desa

Sarana dan prasarana

• Terpenuhinya sarana dasar yang mendukung peningkatan usaha tani

Promosi • Mudahnya akses pemasaran dan sarana produksi dan informasi lancar di berbagai media

• Terjalinnya kemitraan antara petani, pelaku usaha dan pemodal

Pengembangan usaha

• Berkembangnya komoditas unggulan di setiap wilayah secara berkelanjutan dan terbangunnya sistem agribisnis

7.2. Sektor Perdagangan

7.2.1. Kondisi saat ini: kelemahan dan peluang

Sektor perdagangan yang dibahas adalah sakala kecil dan menengah, dimana kondisi saat ini masih

belum dapat memberikan peluang kerja produktif yang cukup karena:

• Perdagangan umumnya masih dilakukan dengan cara tradisional sehingga keuntungan kecil.

Penduduk/ pedagang masih kurang memanfaatkan teknologi (internet, dsb). Disisi lain akses

ke lembaga keuangan kurang (jaringan rendah). Peluang pasar seharusnya sangat besar

karena banyaknya arus manusia yang lalu lalang karena merupakan daerah trans dan adanya

Page 20: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

PTB. Selain itu Maros merupakan daerah satelit dari ibukota provinsi (Makassar) dan

masyarkat perkotaan cenderung konsumtif.

• Kualitas SDM

Kualitas SDM rendah dan cenderung feodal, artinya dalam perdagangan tingkat pendidikan

SDM dianggap tidak penting. Tingkat pengetahuan untuk pengembangan usaha perdagangan

kurang sehingga kurang bisa membuka lowongan kerja

• Infrastruktur

Perdagangan di Kabupaten Maros didukung oleh ketersediaan pasar tradisional yang

berjumlah 21 pasar yang tersebar di 14 kecamatan diman 2 pasar sudah kelas satu dan 19

pasar kelas dua. Selama dua tahun terakhir ini anggaran perbaikan pasar cukup besar,

hampir lebih dari 10 M. sehingga secara kualitas sudah bagus. Untuk tahun depan masih

disediakan dana sebesar 17 M.

namun demikian pengelolaan pasar masih kurang baik dan perlu dikembangkan (karena

kesannya becek dan tidak teratur)

Selain pasar sarana perdagangan yang lain adalah Ruko yang harganya cukup mahal dan

belum ada pasar modern (yang bersih) yang menarik

Peran swasta untuk pengembangan pasar belum ada, misalnya melalui dana CSR

• Lingkungan

Pengelolaan lingkungan pasar kurang memadai (banyak limbah pasar/ sampah berserakan)

• Promosi

Promosi kurang karena tidak tahu caranya dan media promosinya tidak ada terutama bagi

yang tinggal di desa. Selain itu jalur informasi mengenai komoditi perdagangan tidak cepat

dketahui oleh pelaku perdagangan

• Produk yang diperdagangkan

Umumnya tidak dikemas dengan baik dan kualitas produk kurang, produk banyak yang

tidak tahan lama, masa guna (expired date) yang cepat

Sudah banyak indomaret di Maros tetapi tidak ada produk lokal yang bisa masuk karena

kualitas yang tidak terpenuhi akibat produk pertanian yang masih menggunakan pestisida.

7.2.2. Kebijakan dan Program

Kebijakan yang mendukung pengembangan perdagangan di Kabupaten maros adalah:

• Mengintegrasikan program pengembangan perdagangan dengan pengembangan wisata

• Memberikan keleluasaan kepada pedagang untuk mendapatkan akses modal yaitu dengan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan.

Page 21: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

• Agar ada peningkatan kualitas SDM di bidang perdagangan, maka pemerintah harus memiliki

kebijakan untuk pelajar dengan memberikan pendanaan yang khusus agar dapat melanjutkan

pendidikan yang tinggi

• Pembuatan perda yang mengatur tentang asosiasi pedagang

Berdasarkan hasil diskusi, program yang dibutuhkan untuk pengembangan sektor perdagangan

antara lain:

o Peningkatan kualitas SDM:

Pelatihan penggunaan/ pembuatan sarana promosi, pengembangan produk, penggunaan

teknologi, akses informasi bagi pelaku perdagangan

Pelatihan tata cara pengemasan produk kerajinan pariwisata agar menarik dan memiliki

nilai jual

Pembinaan rutin untuk para pedagang/ wirausaha/ swasta di desa

o Program pengembangan usaha perdagangan:

Pembentukan asosiasi pedagang dalam rangka memudahkan oetani menjual hasil panen dan

untuk mengurangi keinginan menjual ke tengkulak

o Perbaikan lingkungan pasar:

Pengadaan mesin daur ulang sampah, baik plastik maupun organik

Mengaktifkan pengelola sampah untuk mengakomodir pengambilan sampah dari pasar

7.2.3. Indikator keberhasilan

Aspek INDIKATOR KEBERHASILAN SEKTOR PERDAGANGAN

Kualitas SDM • Meningkatnya kemampuan usaha perdagangan dalam akses pasar dan permodalan

• Banyaknya outlet pemasaran yang didirikan oleh masyarakat • Jumlah usaha dagang yang memiliki situs internet untuk bertransaksi

Produk dan Produktifitas

• Meningkatnya jumlah usaha yang ada • Meningkatnya hasil produksi

Penyerapan tenaga kerja

• Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor perdagangan • Banyaknya jumlah anak usaha kota di desa

Sarana dan prasarana

• Tersedianya akses telekomunikasi yang handal di Maros • Tersedianya akses jalan dari sentra produksi menuju sentra perdagangan • Tersedianya alat transportasi yang handal dan terjangkau dari sentra produksi

menuju sentra perdagangan

Promosi • Jumlah pameran dagang yang dilakukan di berbagai tingkat (kabupaten, provinsi, nasional)

• Jumlah konter promosi yang bisa diakses oleh para pengusaha di Maros • Jumlah situs usaha yang dipromosikan melalui berbagai media

Page 22: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Pengembangan usaha

• Formalisasi usaha • Banyaknya akses kredit bagi pengembangan usaha

7.3. Sektor Industri Pengolahan Pangan

7.3.1. Kondisi saat ini: kelemahan dan peluang

Jumlah produk yang masih kurang bervariasi, pengolahan masih skala rumah tangga . Para produsen

unumnya memiliki pengetahuan mutu yang masih kurang baik, sementara itu fasilitas produksi juga

masih sangat terbatas.

Disisi lain bahan baku sangat tersedia sehingga dapat dibuat berbagai jenis olahan misalnya:

- Olahan pangan: padi

- Olahan perikanan: ikan, kepiting

- Olahan perkebunan: jagung (nasi koboi), popcorn, pakan ternak

- Olahan kehutanan: kerajinan bambu

SDM Jumlahnya relatif kurang padahal jumlah angkatan kerja cukup tinggi namun belum

terlatih

Lingkungan Adanya limbah sisa hasil olahan yang belum terkelola dengan baik . Perlu

dikembangan proses produksi yang ramah lingkungan.

Promosi Media cetak (koran) sudah banyak dan sudah banyak yang sampai di pelosok-

pelosok dan masyarakat sudah banyak yang sering membaca koran bahkan

masyarakat sudah banyak yang sering online. Namun promosi untuk porduk olahan

masih terkendala dengan mahalnya biaya iklan di media cetak dan elektronik. Para

produsen juga belum paham bagaimana cara mempromosian melalui media

elektronik. Selain itu dibutuhkan pengetahuan cara memberikan merk yang menarik

pandangan masyarakat

7.3.2. Kebijakan dan program

Untuk menunjang pengembangan industri pengolahan pemerintah Kabupaten Maros perlu memiliki

berbagai kebijakan baru diantaranya

• Melakukan sertifikasi kepada industri olahan sehingga memiliki kualitas yang standar

• Merekomendasikan pengembangan bahan pangan/ komoditi unggulan, lombok, tomat,

jagung, udang dan lain-lain

• Kebijakan penetapan kawasan industri pengolahan pangan secara terpusat di setiap

kecamatan sesuai komoditas andalan dengan peralatan teknologi

Page 23: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

• Memiliki kebijakan khusus agar terjadi kesetraraan gender dalam penyerapan tenaga kerja di

tingkat kecamatan

Berbagai usulan program untuk pengembangan sektor industri pengolahan adalah:

• Pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM)

• Peningkatan usaha-usaha pertanian yang berorientasi pasar

• Melakukan pembinaan home industri secara terarah dan berkesinambungan

7.3.3. Indikator keberhasilan

Keberhasilan dari pengembangan sektor industri pengolahan dapat dikukur dengan:

Aspek INDIKATOR KEBERHASILAN SEKTOR PENGOLAHAN PANGAN

Kualitas SDM • Meningkatnya partisipasi perempuan dalam kegiatan pengolahan pangan • Meningkatnya kemampuan SDM untuk membuat produk yang berkualitas dan

memenuhi standar layak pangan

Produk dan Produktifitas

• Meningkatnya jumlah usaha berijin PIRT • Meningkatnya hasil produksi • Layaknya upah yang diterima di sektor pengolahan pangan

Penyerapan tenaga kerja

• Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pengolahan pangan • Banyaknya jumlah usaha pengolahan pangan di desa

Sarana dan prasarana

• Tersedianya akses telekomunikasi yang handal di Maros • Tersedianya akses jalan dari sentra produksi menuju sentra perdagangan • Tersedianya alat transportasi yang handal dan terjangkau dari sentra produksi

menuju sentra perdagangan

Promosi • Adanya toko oleh-oleh khas Maros • Promosi sentra pengolahan pangan dan budaya mengkonsumsi pangan

lokal

Pengembangan usaha

• Formalisasi usaha • Banyaknya akses kredit bagi pengembangan usaha

7.4. Sektor Pariwisata

Obyek wisata di Kabupaten Maros yang sangat terkenal adalah Batimurung. Saat ini obyek wisata

Batimurung masih banyak dikunjungi oleh turis domestik dan belum banyak turis mancanegara yang

datang ke obyek wisata tersebut. Selain itu sesungguhnya Maros memiliki budaya yang unik yang

dapat menjadi daya tarik wisata, seperti acara pernikahan adat Maros, proses adat Maros.

7.4.1. Kondisi saat ini :kelemahan dan peluang

Pengembangan pariwisata di Kabupaten Maros mustinya sangat terbuka, namun sampai

saat ini investor masih kurang berminat. Selain itu belum ada regulasi yang jelas tentang

Page 24: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

wisata di Maros, misalnya petapan derah/kawasan wisata dan segala sesuatu yang

mendukung pengembangan wisata.

Sarana dan prasarana pendukung wisata kurang memadai, misalnya ketersediaan hotel,

restoran dan transport menuju ke lokasi wisata juga masih kurang memadai.

Pengembangan sarana dan prasarana pendukung ini akan membuat wisatawan betah tinggal

lebih lama di Kabupaten Maros.

Pengelolaan lingkungan di sekitar obek wisata masih kurang baik terutama pengelolaan

limbah domestik. Masyarakat yang tinggal di sekitar obyek wisata membutuhkan

pengetahuan tentang bisnis wisata dan pengelolaan lingkungan sehingga dapat mendukung

pengembangan sektor wisata di kabupaten Maros.

Kualitas SDM yang mendukung pengembangan wisata masih kurang memiliki pengetahuan

tentang wisata. Peningkatan kualitas SDM/masyarakat sekitar terutama para pemuda akan

semakin mempercepat pengembangan wisata.

Obyek wisata selain wisata alam belum tergali padahal budaya Maros juga cukup unik dan

memiliki daya jual sebagai obyek wisata

Promosi wisata di kabupaten maros sangat kurang baik untuk turis domestik maupun

mananegara. Kurangnya promosi ini dikarenakan kurangnya dana promosi.

Berikut komentar dari wisatawan asing:

Don't waste your time.” *)

Reviewed July 3, 2012

We had one day to kill in Makassar, and decided to check out the waterfalls and butterfly park at

Bantimurung. What a waste of a day. We spent two hours on at least 3 different Bemos in the penetrating

heat to get there. Getting off the Bemo we walked past numerous stalls selling food, drink, and most

disappointingly, thousands of framed butterflies. Don't encourage this dispicable practice - its no wonder

there are very few butterflies left in what must have once been an incredible sight. We were expecting a

20 000 admission each based on Lonely Planets (often incorrect) advice, and arrived to face 50 000

rupiah each - more than we were willing to pay but considering the effort we took to get there decided to

bite the bullet. Basically this is a dirty public pool fed by a large waterfall. The waterfall itself is

impressive, but is ruined by its surroundings - litter, concrete, dilapidated facilities, and hawkers. We

walked to the top of the river only to find a walkway that was accessible with a flashlight, which guides

willingly offer - at this point we were done, and chose to make the walk straight back out the gates, only

to find no bemos returning to Rantepao. We waited 45 minutes, punctuated with swathes of locals

wanting to take pictures with us (which is normally fun, but less so when you're in a bad mood, and after

40 or 50 occurances), until we waved a Bemo down, for a 2 hour ride back to the city. Waste of money,

not to mention a whole day. Stay away.

Visited May 2012

Was this review helpful? Yes

Problem with this review?

Ask Patrick W about Bantimurung

Page 25: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

7.4.2. Usulan Kebijakan dan Program

Pengembangan pariwisata di kabupaten Maros membutuhkan regulasi yang bentuknya afirmative

action, diantaranya:

• Masterplan pengembangan Bantimurung sebagai icon wisata Maros

• Masterplan pengembangan pariwisata desa

• Regulasi untuk peningkatan PADS bagi desa yang menjadi obyek wisata

• Perda perlindungan bagi tenaga kerja perempuan terutama di tempat pariwisata.

Selanjutnya program yang dibuthkan adalah program terintegrasi antara masyarkaat khususnya di

areal pariwisata dengan pemerintah (program pelestarian budaya lokal) yaitu:

• Program peningkatan kapasitas tenaga kerja di bidang pariwisata khusunya untuk

perempuan (skill dan perspektif)

• Program pengembangan pariwisata berbasis desa

• Progam peningkatan kapasitas msyarakat untuk pengelolaan lingkungan dan kegiatan yang

mendukung bisnis wisata.

• Program perlindungan khusus untuk tenaga kerja perempuan di sektor pariwisata

7.4.3. Indikator keberhasilan

Aspek INDIKATOR

Pengembangan obyek wisata

• Adanya areal pariwisata yang baru atau desa-desa wisata • Daerah wisata yang tertata rapi, ramah dan nyaman

Penyerapan tenaga kerja

• Penyerapan tenaga kerja di bidang wisata • Meningkatnya jumlah tenaga kerja perempuan di sektor pariwisata

Kerjasama • Adanya desa wisata yang dinai oleh CSR • Adanya kerjasama dengan swasta dan masyarakat untuk pengelolaan

pariwisata (modal/ investasi/ kerjasama desa dll)

Promosi • Adanya program promosi paket wisata yang lengkap di Maros • Peningkatan jumlah wisatawan asing dan domestik

Page 26: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

8. Lampiran A. Agenda lokakarya

WAKTU SESI

Hari 1,

Tujuan hari 1: Memahami arahan strategis, kondisi pembangunan ekonomi di daerah, serta mengidentikasi sector unggulan serta strategi nilai tambah untuk pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan 08:00 – 08:30 Pendaftaran

08:30 - 09:00 Pembukaan

Ucapan Selamat Datang Ketua Panitia Lokakarya

Pidato dan Pembukaan Resmi Sekretaris Daerah Kabupaten Maros

Sesi Foto

09:00 – 09:15 Rehat Kopi 1

09:15 – 09:45 Perkenalan Fasilitator Utama – Tim ITS (Lantip Trisunarno, MT)

09.45 – 10.00 Sesi 1. Pengenalan Metodologi Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan Narasumber: Dr Janti G

10:00 – 11:00 Sesi 2. Strategi Pembangunan Daerah Maros Narasumber : Ketua Bappeda Kab. Maros Moderator: ……..

11:00 – 12:00

Sesi 3. Meningkatkan Kesempatan Kerja – Fokus Pada Tingkat dan Kualitas Pembangunan Ekonomi – pemahaman fakta pembangunan ekonomi di Maros Nara Sumber: Dr. Janti Gunawan

12:00 – 13:00 Rehat Makan Siang

13:00 – 13:15 Energizer

Sesi 4. Meningkatkan Kesempatan Kerja – Fokus Pada Tingkat dan Kualitas Pembangunan Ekonomi (lanjutan) – memahami sector unggulan Fasilitator kelompok

14:30 – 15:00 Rehat Kopi

15:00 – 16:30

Sesi 5. Meningkatkan Kesempatan Kerja – Fokus Pada Tingkat dan Kualitas Pembangunan Ekonomi (lanjutan) – rantai nilai dan nilai tambah Fasilitator

Page 27: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Hari 2

Tujuan hari 2: Memahami kondisi sumber daya produktif dan tantangan pembangunan berbasis sumber daya (manusia dan alam) serta bagaimana implikasinya

Meninjau kembali kebijakan dan langkah yang ada, bagaimana pembangunan lebih adil dan berkelanjutan – menyusun masukan kebijakan dan rencana aksi

08:30 – 08:45 Pembukaan Hari 2 Rangkuman Hari 1, Pengenalan Kegiatan Hari 2 dan Ice Breaking Fasilitator utama

08:45 – 09:45

Sesi 7. Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Kab Maros Presentasi dan tanya jawab mengenai kondisi, dinamika dan karakteristik yang unik dari ketenagekarjaan, ekonomi dan bursa tenaga kerja Daerah. Narasumber: Dr.Agnes Tuti

09:45 – 10:00 Rehat Kopi

10:00 – 12:00

Sesi 8. Diskusi tantangan aspek sumber daya produktif di Maros Tujuan: Memperoleh prioritas tantangan pembangunan sumber daya produktif di Maros Diskusi kelompok

12:00 – 13:00 Rehat Makan Siang

13:00 – 13:15 Energizer

13:15 – 15:15 Sesi 9. Mencapai Tujuan Pembangunan dengan Kesetaraan Nara sumber: Dr. Eddy Soedjono

15:15 – 15:45 Rehat Kopi

15:45 – 16:45

Sesi 10: Rangkuman dan Kesimpulan serta Implikasi Kebijakan dan Studi Lanjutan Diskusi dan presentasi kelompok untuk mengajukan rekomendasi kebijakan dan studi lanjutan – jika diperlukan – untuk menindaklanjuti diskusi di Hari 1,2 dan 3 dengan cara mengulas kembali permasalahan, tantangan dan peluang yang telah diidentifikasi. Fasilitator:Dr Janti Gunawan

16:45 – 16:55 Evaluasi

16:55 – 17:00 Penutupan Lokakarya

Page 28: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

9. Lampiran B. Daftar peserta lokakarya

Pemerintah

No Nama Instansi Jabatan No. Telp

1. H. M Natsir BPSK Kepala 81242998050

2. Makmur BAPPEDA Kasubag Pros 4115618278

3. Hj. Syamsiah Pariwisata Sekretaris 81355057769

4. Hj. Djohar Daud Bag. Hukum 82348737177

5. Nurwati Ishak BKKBN Sekretaris 82348605561

6. H. Nurdin Kopermdag 85255153330

7. Abd. Rauf Tokoh masyarakat 85298344252

8. Nurul Ashar Dinsosnaker Trans Pengawas ketenagakerjaan 81355409130

9. Drs. H. Muh. Nawir, Msi Dinsosna Kertrans kadis

10. A. Mappelawa Kec. Cambi Camat

11. Abdul Gaffal Dinas Sosial Kasi Pembina 82189908848

12. Ir. Jammaludi Ali Kec. Maros kades 81334517785

13. khairil anwar monev Bappeda staf 8194118237

14. H. Sattu Talib Kantor Camat M.Loe Kasi Pembangunan 81342248251

15. Muh. Yani Kec. Maruut

16. SULTAN TOMAS

17. Jammaludin Dinas Pertanian Ka. Sabag program 81342177085

18. Wahyu Kiswatiningsih BPS Kab. Maros Staf Sie Sosial 85255704981

19. Fatmawati DPKP Sekdie 821989830337

20. H. B. Burhan Kec. Tauralil Camat 81342435293

21. Diagustra Branda BAPPEDA staf 89694987444

22. Erlan Trisla Bappeda Staf 89694987444

23. Asis. Se. Kec. Camba 85299002488

24. Nur Alam Bappeda Staf

25. H. Abdul Haris Kec. M. Loe Camat 8114209771

26. A.s Chaidir DPRD Maros WAKA 812455297

27. Lovy Hendrajaya DPRD Maros Ketua Kom III 85398823022

28. ade permana 85256304301

Masyarakat

1. Muliati Kec. M. Loe Tokoh perempuan 81289844924

2. Hj. Dhaniar Anggota Koperasi Anggota

3. Hajerah Wanita usaha Anggota

4. Rosniah Kec. Camba Tokoh perempuan

5. Syahril HPPMI Sekum 85241757574

6. Opik HPPMI Bidang 82347271501

7. Muh. Syadiq T. HPPMI Ketua bidang adukasi 85242355546

8. Muh. Asri HMB Ketua 85255060562

9. M. Irdan AB LAPS Ketua 81342185091

10. Rusman Anno JARI CSR PM 81356559874

Page 29: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Swasta

1. Gunawan Gani PT. SBM 82187119477

2. Akbar PT.SBM 8234665387

3. Abd. Raup Swasta 8234798589

4. Nurasia Swasta 81342236869

5. Mustamin Swasta 85242412855

6. Nurkhaes M. Bank Sulsel 85341247777

7. A. Amin Swasta 81242907080

8. A. Singke Swasta 85242881823

Page 30: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

10. Lampiran C. Harapan, Kekhawatiran & Kontribusi lokakarya

Sebelum lokakarya dimulai, peserta diminta untuk menuliskan harapannya, kekhawatiran dan

kontribusi yang akan diberikan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan adanya kesepamahaman

harapan demi efektifnya lokakarya, dan mempertimbangkan ketidak efektifan lokakarya di masa

lampau (jika ada) untuk menjadi lebih baik, serta mengajak peserta sebagai pelaku pembangunan

untuk dapat berperan aktif sejak tahapan perencanaan pembangunan. Rangkuman harapan peserta

dapat dilihat tabel berikut:

Harapan Kekhawatiran Kontribusi

Selama lokakarya (output)

Perencanaan ketenagakerjaan dilaksanakan secara sistematis sinergis antara pemangku kepentingan dengan stakeholder terkait

Adanya perhatian terhadap UMP (upah minimum)

Memberikan informasi & inspirasi bagi masyarakat

Sebagai kegiatan fasilitasi pertemuan tenaga kerja dengan perusahaan, agar tenaga kerja dapat memperoleh perlindungan hokum

Pasca lokakarya (outcome)

Terserapnya angkatan kerja dengan terbukanya lapangan kerja -> berkurangnya pengangguran

Menciptakan usaha kecil dan wirausaha baru

Lokakarya ini hanya ada pada tatanan konsep, hanya eremonial / formalitas dan tidak ada tindak lanjut

Kegiatan yang berjalan tetap tidak ada kesesuaian antara program dengan kebutuhan tenaga kerja

Makin meningkat jumlah pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas karena jumlah kerja yang tidak sesuai.

Banyak perusahaan yang memperkerjakan anak usia sekolah dan tidak memperhatikan pendidikan

UMKM belum mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Ikut aktif dalam membuat perencanaan yang mampu membuka lapangan kerja

Memberi pelatihan/magang yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan

Menjadi fasilitator kegiatan di daerah sendiri, turut menciptakan lapangan kerja

Menyediakan data yang memadai untuk keperluan pemerintah dan masyarakat untuk membuat kebijakan tentang ketenagakerjaan

Memberi akses informasi lapangan kerja pada pencari kerja

• Mengusulkan hapus sistem kontrak kerja, memberi UMR yang layak kepada tenaga kerja

• Meningkatkan pengawasan ketenagakerjaan sehingga perlindungan terhadap tenaga kerja dapat maksimal sehingga tercipta hubungan harmonis antara tenaga kerja, pengusaha dan pemerintah.

Page 31: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Lampiran D. Evaluasi lokakarya

Page 32: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Lampiran E. Dokumentasi Lokakarya

Pembukaan Lokakarya

Proses Penyampaian Materi dan Diskusi

Page 33: LAPORAN LOKAKARYA - ilo.org · Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama

Proses Penyampaian Materi dan Diskusi

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:

Pusat Studi PDPM LPPM-ITS

Kampus ITS Sukolilo-Surabaya

Telp. 031-5962271