laporan lapangan pembangunan masyarakat
TRANSCRIPT
LAPORAN LAPANGAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT
KELOMPOK TANI NGUDI MULYO
Disusun oleh:
Kelompok: XXXI
Dheva Suprayoga PT/6442
RR Asterzizia A. PT/6423
M. Angga Kahar PT/6589
Wulan Anggraeni PT/6607
Naufal Hammadi PT/6458
Asisten: Travelia Febrin
LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT
BAGIAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lapangan Pembangunan Masyarakat disusun untuk
memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti praktikum mata kuliah
pembangunan masyarakat di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Laporan ini telah disahkan oleh dosen pengampu dan asisten
pembimbing Pembangunan Masyarakat.
Yogyakarta, 16 Mei 2014
Mengetahui,
Dosen Pengampu Asisten Pembimbing
Siti Andarwati
NIP. 197407162002122001
Travellia Febrin
NIM. 12/334289/PT/06309
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................vi
Bab.I PENDAHULUAN 5
Latar Belakang 5
Tujuan Praktek Lapangan 7
Manfaat Praktek Lapangan 7
Bab.II GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PERTANIAN 8
Bab.III GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PETERNAKAN 11
Bab.IV PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN 12
KESIMPULAN 13
DAFTAR PUSTAKA 14
DAFTAR GAMBAR
HalamanPeta wilayah dusun Metes……………………………………………... 9
Struktur organisasi kelompok tani Metes……………………………… 10
Kantor sekretariat kelompok tani Metes………………………………. 10
PENDAHULUAN
Pembangunan masyarakat, menurut Dirjen Bangdes (1993), pada
hakekatnya merupakan proses dinamis yang berkelanjutan dari masyarakat untuk
mewujudkan keinginan dan harapan hidup yang lebih sejahtera dengan strategi
menghindari kemungkinan tersudutnya masyarakat desa sebagai penanggung
ekses dari pembangunan regional/daerah atau nasional.Masyarakat juga sering
dikenal dengan istilah society yang berarti sekumpulan orang yang membentuk
sistem, yang terjadi komunikasi didalam kelompok tersebut. Menurut Wikipedia,
kata Masyarakat sendiri diambil dari bahasa arab, Musyarak. Masyarakat juga
bisa diartikan sekelompok orang yang saling berhubungan dan kemudian
membentuk kelompok yang lebih besar. Biasanya masyarakat sering diartikan
sekelompok orang yang hidupa dalam satu wilayah dan hidup teratur oleh adat
didalamnya.
Desa merupakan salah satu bagian terkecil dari rangkaian urut-urutan
sebuah Negara (di Indonesia). Desa sejak dulu selalu diidentikan dengan
ketertinggalan, suasana kotor, udik dan hal-hal lain, dan desa pun senantiasa
selalu tertinggal dari pembangunan-pembangunan nasional di Indonesia, baik
pembangunan dalam bentuk infrastruktur maupun dalam hal pembangunan
sumber daya manusia sebagai aset terbesar.Orang desa harus berjuang sendiri
untuk membangun desanya.Sebab, bantuan dari pemerintah pusat maupun dari
pemerintah Kabupaten tidak pernah menyentuh pembangunan di desa.Kalaupun
ada bantuan dari pemerintah, harus melalui proses yang panjang terlebih dahulu
(Lynn,2003).
Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,
menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah
terhadap kekuatan-kekuatan penekanan disegala bidang dan sector kehidupan.
Masyarakat yang mandiri sebagai partisipasi berarti terbukanya ruang dan
kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan
sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut
menentukan proses politik diranah Negara, menyelesaikan masalah secara
mandiri, dan ikut menentukan proses politik diranah Negara. Masyarakat ikut
berpatisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko, 2002).
Praktikum pada hari sabtu tanggal 10 Mei 2014 dilakukan di kelompok
tani Ngudi Mulyo dusun Gubug kelurahan Argosari kecamatan Sedayu kabupaten
Bantul. Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian
tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta
kawasan pantai di sebelah selatan.Kondisi bentang alam tersebut relatif membujur
dari utara ke selatan. kabupaten bantul terletak disebalah selatan propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, berbatasan sebalah utara Kota Yogyakarta dan Kabupaten
Sleman, sebelah selatan Samudera Indonesia, sebalah barat Kabupaten Kulon
Progo, dan sebalah timur Kabupaten Gunung Kidul (anonim, 2014). Dusun
Gubug merupakan salah satu dusun yang ada di kabupaten Bantul. Masyarakat
Dusun Gubug berpancaharian sebagai petani yang merangkap menjadi peternak.
Potensi yang dimiliki Dusun Gubug diantaranya lahan pertanian yang luas,
kondisi alam baik untuk tanaman sayur, dan sektor peternakan yang mulai di
bangun sejak tahum 1998 hingga sekarang. Selain Dusun Gubug, praktikum juga
dilakukan di Dusun Mentes Kelurahan Argorejo Kecamatan Sedayu Kabupaten
Bantul. di Dusun mentes terdapat rumah kompos yang memanfaat kotoran sapi
(letong) sebagai bahan utama dalam pembutan kompos organik. Kelompok tani
dusun metes biasa mengelola kompos pada malam hari karena mayoritas
pengelola kompos bekerja sebagai buruh sehingga mereka hanya dapat melakukan
kegiatan membuat kompos malam hari.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik.
Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-
mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol
proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.
Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan. (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).
Tujuan Praktikum Lapangan
Agar mahasiswa dapat melihat secara langsung kegiatan peternakan rakyat
dipedesaan, menegtahui program-program yang dilakukan dan menganalisis
permasalahan yang ada di masyarakat, khususnya pembangunan di bidang
peternakan.
Manfaat Praktikum Lapangan
Mahasiswa dapat memberikan masukan/ide dalam pembangunan
masyarakat dan alternative pemecahan permasalahan peternakan yang ada di
masyarakat, khususnya di prdesaan.
GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PERTANIAN
Pembangunan pertanian merupakan proses berkelanjutan dari upaya untuk
mengembangkan kemampuan atau keberdayaan petani di dalam mengelola
usahataninya agar selalu mempunyai posisi, produktivitas, efisiensi dan daya
saing yang dapat menjamin pendapatan dan kesejahteraan hidup keluarganya
secara berkelanjutan dan berkeadilan (Adjid, 2001). Pada umumnya, petani
mampu memproduksi, akan tetapi kurang mampu dalam memasarkan hasilnya.
Hal ini dapat dilihat ketika hasil produksi melimpah dan harga produksi pertanian
yang menurun. Kebanyakan petani melemah dalam hal agribisnis, terutama dalam
hal pengelolaan usaha sampai pemasaran. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya
petani yang masih bersifat “peasant” dan belum menjadi “farmer”.
Menurut Anonim (2003), peasant adalah petani kecil yang subsisten,
artinya hasil pertanian diutamakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
dan bukan untuk dipasarkan. Peasant ini di dalam usahanya memiliki falsafah
“risk minimization”, dalam berusaha tani yang selalu berfikir meminimalkan
resiko gagal panen, sehingga yang diutamakan adalah “safety first”
(mendahulukan selamat), yang penting panen berhasil meski hasilnya tidak
menguntungkan. Pada sisi lain adalah farmer, menurut Kirschenmann (2000),
farmer adalah petani pengusaha, dimana hasil pertanian diutamakan untuk
dipasarkan atau memenuhi kebutuhan pasar. Farmer memiliki falsafah “profit
maximization”, dalam berusaha tani selalu berfikir memaksimalkan keuntungan,
sehingga yang diutamakan adalah berusaha tani yang sesuai dengan permintaan
pasar. Dalam upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani tidaklah
mudah, karena kebanyakan petani masih bersifat “peasant” dengan orientasi
bukan keuntungan usaha, sehingga upaya pemberdayaan petani perlu merubah
sifat peasant yang subsistem menjadi farmer yang mampu melakukan agribisnis.
Melalui pembangunan pertanian, penduduk pedesaan yang relatif miskin
dan tersisih dari arus kemajuan pembangunan nasional akan dapat
memberdayakan dirinya sendiri untuk berpartisipasi secara penuh di dalam proses
pembangunan (Adjid,2001). Pemberdayaan dalam hal ini adalah sebuah proses
dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan,
maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan
sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses
(Suharto,2005).
Berdasarkan pengertian diatas pemberdayaan petani merupakan upaya
agar petani menjadi berdaya yakni mempunyai kemampuan, akal, untuk
mengatasi persoalan usaha yang dihadapi. Pemberdayaan petani dilakukan dengan
menggunakan teknik penyuluhan “petani menyuluh kepada petani” atau “petani
belajar kepada petani”, dengan penekanan kemampuan petani dalam hal
agribisnis. Menurut Hariadi (2006), teknik penyuluhan “petani menyuluh kepada
petani” ini efektif karena petani yang diberi penyuluhan merasa akan mampu
melakukan, hal ini disebabkan yang memberi penyuluhan juga sesama petani.
Melalui teknik ini, penyuluh lapangan atau fasilitator dapat mencari petani yang
bersifat “inovator” yang memiliki kemampuan lebih, kemudian petani “inovator”
tersebut diminta menjadi “penyuluh swadaya” yang memberikan penyuluhan
kepada para petani. Dalam teknik ini, penyuluh lapangan hanya bertindak sebagai
fasilitator, terutama memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran.
Desa “Argorejo dan Argosari”, Sedayu ini tergolong kelompok tani yang
peasant karena hasil panen mereka cenderung digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Pertanian ini dilakukan sebagai pekerjaan pokok.
Adapun bentuk pertanian yang ada di desa Argorejo kebanyakan adalah petani
padi. Lahan-lahan yang dulunya dibuat untuk kandang-kandang pribadi, dijadikan
sebagai lahan untuk tanaman pribadi. Beternak ayam jawa super dan kambing
merupakan pekerjaan sampingan bagi mereka dan hal ini dilakukan karena untuk
mengisi waktu kosong mereka yang bermanfaat setelah selesai menggarap sawah,
sehingga terbentuk hubungan antara pertanian dan peternakan yaitu limbah
pertanian seperti jerami bisa digunakan untuk pakan ternak mereka. Sebaliknya,
kotoran dari ternak mereka selain untuk pembuatan biogas juga untuk pupuk
disawah mereka, sehingga mereka sukses dalam pertanian terpadu. Usaha yang
dilakukan dalam penerapan pertanian terpadu adalah dengan menggabungkan dua
subsistem utama yaitu sektor pertanian dan peternakan. Pertanian sebagai
pekerjaan pokok tetapi tergolong petani peasant, hal tersebut menunjukkan bahwa
pembangunan pertanian di desa Argorejo belum maju karena para peternak bukan
berorientasi pada keuntungan usaha, dimana hasil pertanian hanya sebagai usaha
untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pertanian sebagai pekerjaan pokok
seharusnya diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan memaksimalkan
keuntungan.
GAMBARAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN
Pembangunan peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang
sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah
peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang unggul. Selain itu, tujuan
pembangunan peternakan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
peternak, pelesatarian lingkungan hidup serta peningkatan devisa negara
(Gatutkaca, 2007). Di desa Argorejo memiliki kelompok ternak ayam jawa super
dan kambing. Pembentukan kelompok ini terjadi karena bantuan pemerintah.
Banyaknya warga yang tergabung pertama kali dalam kelompok ternak ini sangat
sedikit, karena warga belum sadar pentingnya beternaksecara berkelompok.
Di desa Argosari, merupakan salah satu desa yang berpenghasilan dengan
mengolah kotoran ternak menjadi kompos. Sebenarnya, warga Argosari memiliki
potensi yang cukup besar. Hal ini dapat ditunjukan oleh pesanan pupuk kompos
yang ada di desa Argosari yang cukup tinggi. Namun, sayangnya kekurangan
pekerja menjadi salah satu hambatan bagi mereka. Kelompok tani yang membuat
kompos biasa mengelola kompos pada malam hari dikarenakan kelompok tersebut
pada siang bekerja sebagai buruh.
Kelompok tani ternak adalah kelompok tani yang beranggotakan peternak-
peternak atau pemelihara ternak dan dimasyarakat lebih dikenal dengan kelompok
ternak. Biasanya komoditas ternak yang dipelihara adalah sejenis sehingga
memunculkan kelompok ternak sapi, kelompok ternak kambing, kelompok ternak
domba, kelompok ternak ayam buras dan sebagainya. Kelompok tani ternak
bukan hanya sekumpulan anggota yang memiliki keinginan dan kepentingan
bersama yang tergabung dalam sebuah wadah kelompok tani akan tetapi juga
sebagai sarana untuk pengembangan diri dalam berorganisasi dan pengembangan
ternaknya. Kelompok menjadi wadah kelas belajar mengajar yang didalamnya
setiap anggota memperoleh pengetahuan sehubungan dengan bidang usaha yang
ditekuni dan sumber pembelajarannya dapat berasal dari sesama anggot,
kelompok lain, lembaga swasta maupun pemerintah.Anggota dapat menarik
manfaat yang lebih baik dengan berkelompok daripada ketika tidak berkelompok
(Anonim, 2012)
Usaha peternakan pada umumnya dilakukan oleh masyarakat di pedesaan
dan diusahakan secara tradisional, dengan jumlah pemilikan ternak sangat terbatas
dan hanya merupakan usaha sambilan. Walaupun demikian sumbangan sub sektor
peternakan dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani maupun bagi pendapatan
domestic bruto dari sektor pertanian adalah cukup besar dibandingkan sub sektor
lainya (Agustina,2013).
Kelembagaan peternak selama ini masih dipandang sebagai suatu obyek
(target group) untuk melaksanakan suatu hasil keputusan institusi yang lebih
tinggi, dengan perencanaan yang sentralistik, "top down" dan seragam, dilengkapi
fasilitas sarana dan prasarana yang merupakan bantuan/uluran tangan pemerintah.
Pada kondisi seperti itu kelembagaan peternak terlihat berfungsi baik sesuai
kompetensi yang ditetapkan selagi bantuan/fasilitas masih cukup tersedia. Di sisi
lain dengan perencanaan yang sentralistik dan "top down" mengakibatkan
kelembagaan peternak menjadi lemah dan sangat tergantung kepada bantuan
pihak luar. Akibatnya kelembagaan peternak tidak mendorong peluang
anggotanya untuk berusaha terutama dalam mengembangkan kreativitas dan ide-
ide baru, tidak mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat yang lebih sesuai
dengan kondisi lokal spesifik dan semakin menguatnya ketergantungan
kelembagaan komunitas pedesaan (Direktorat pengembangan Peternakan, 2002).
Pengembangan kelembagaan peternak dilaksanakan dengan
menumbuhkan kesadaran bahwa hal itu dilakukan "dari", "oleh" dan "untuk"
masyarakat peternak. Kelembagaan peternak didasari oleh adanya kesamaan
kepentingan dalam menangani bidang peternakan, sehingga kelembagaan
peternak tersebut memiliki kemampuan untuk melakuakan akses kepada seluruh
sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber
permodalan,informasi, sarana dan prasaranal. Pengembangan kelembagaan
peternak dilaksanakan dengan menumbuhkan kesadaran bahwa hal itu dilakukan
"dari", "oleh" dan "untuk" masyarakat peternak. Kelembagaan peternak didasari
oleh adanya kesamaan kepentingan dalam menangani bidang peternakan,
sehingga kelembagaan peternak tersebut memiliki kemampuan untuk melakuakan
akses kepada seluruh sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, sumber permodalan, informasi, sarana dan prasarana (Direktorat
Pengembangan Peternakan, 2002).
Kondisi ternak kelompok di desa Argosari masih kecil hanya memiliki
tujuh ekor kambing sehingga belum bisa dijadikan sebagai penghasil utama untuk
anggota kelompok ternak tersebut.
Bab IV PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani dan ternak ngudi mulyo adalah sulitnya mengorganisir para anggota yang mempunyai berbagai macam karakter dan sulitnya memberikan metode baru cara bercocok tanam kepada anggota.
Pemecahan
Pemecahan masalah yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pertama adalah dengan cara mengajak anggota untuk bersilaturahmi dimana disitu anggota diberi makanan sembari diberi penyuluhan tentang program kerja kelompok tani dan ternak ngudi mulyo, dengan diberi makanan, anggota akan lebih mudah untuk diajak koordinasi, tanpa harus ada paksaan dari dukuh argorejo. Untuk masalah yang kedua digunakan cara dengan diberi contoh dahulu produk yang telah berhasil dijual dan mendapat keuntungan, sehingga anggota tertarik untuk mencoba dan mengembangkan produk yang diajarkan. Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok rumah kompos adalah terbatasnya kotoran sapi, sehingga kelompok rumah kompos tidak bisa mencukupi permintaan yang membludak. Solusinya adalah dengan cara menambah pasokan kotoran sapi dari kelurahan lain.
KESIMPULAN
Pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat
Argosari, Sedayu, Bantul. Masyarakat mengandalkan pertanian
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kelompok ternak Ngudi Mulyo
memiliki beberapa masalah yaitu masih bersifat individual, tidak
ada transportasi, pola pikir masyarakat masih rendah, dan
kurangnya partisipasi dari masyarakat. Solusi untuk kelompok
ternak Ngudi Mulyo yaitu dibutuhkan sosialisasi yang membangun
masyarakat, bantuan alat transportasi dari pemerintah, dan
kesadaran dari masing-masing individu untuk bergabung dalam
kelompok ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Adjid, Dudung Abdul. 2001. Membangun Pertanian Modern. Yayasan Pengembangan Sinar Tani.Jakarta.
Anonim. 2003. Collins English Dictionary – Complete and Unabridged. HarperCollins. Publisher. London.
Anonim. 2012. http://peternakan.gunungkidulkab.go.id/halkomentar-179-3.html. Diakses pada 23 Mei 2014 Pukul 13.00 WIB
Anonim, 2014. http://www.bantulkab.go.id/. Diakses pada 16 Mei 2014 Pukul 11.00 WIB
Agustina Abdultah, 2013, Peranan penyuluhan dan kelompok tani ternak
untuk meningkatkan adopsi teknologi dalam peternakan sapi
potong. Fakulatas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
Sulawesi Selatan.
Badan Pusat Statistik Bantul. 2005. Bantul dalam Angka 2005. BPS Bantul. Bantul.
Direktorat Pengembangan Peternakan. 2002. Pengembangan KelembagaanPeternakdiKawasanAgribisnisBerbasis Peternakan,.Direktorat Pengembangan Peternakan.
Ekowinarto. 2009. Pemerintahan Kecamatan. Available at http://ekowinarto.files.wordpress.com/2009/03/bab-22.pdf./Diakses pada 11 Mei 2013 pukul 14.37
Gatutkaca. 2007. Masa Depan Peternakan Indonesia. Available at http://wongbagoes.blogspot.com/2007/06/masa-depan-peternakan-indonesia.htmlDiakses pada 26 Mei 2013 pukul 07.30
Guntoro, B., T. Haryadi., E. Sulastri., S. Andarwati. 2011. Manajemen Pembangunan Masyarakat.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hariyadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kirschenmann, Frederick. 2000. How Many Farmers will we need?. Leopold Letter 12 (4): 3.
Lynn,Stuart R.2003.Economic Development:theory and practice for a divided world. Prentice Hall: New Jersey.
Suharto, Edi.2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT Refika Aditama. Bandung.
Susanto, A. 1993. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bina Cipta. Jakarta.
LAMPIRAN