bab vi program inovatif pemberdayaan masyarakat desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah...

17
105 Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru Pada bab ini, penulis menyajikan laporan empiris dari hasil penelitian di lapangan untuk memberi gambaran tentang bagaimana proses lahirnya program inovatif Desa Wisata sebagai wujud pemberdayaan masyarakat yang mampu mendorong pergerakan partisipasi masyrakat desa Tlogoweru untuk bersama-sama melakukan pembangunan masyarakatnya. Penulis juga mencatat beberapa konsep pembangunan masyarakat desa Tlogoweru dalam meng- implementasikan konsep pembangunan yang berorientasikan pada ecocentrism, yaitu proses pengembangan bina usaha sektor lingkungan yang dilakukan oleh para pemimpin pemerintahan desa bersama dengan masyarakat desa Tlogoweru sebagai wujud program pembangunan masyarakat yang berkelanjutan (sustainability community development). Dengan demikian, bab ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada siapa saja yang berkehendak melakukan pemberdayaan masyarakat dengan lebih baik dan maju. Di tengah-tengah mulai terasanya denyutan kesejahteraan hidup masyarakatnya 1 , pemerintah dan masyarakat desa Tlogoweru tidak melupakan pentingnya pembangunan desa yang harus ditopang dengan perspektif pembangunan masyarakat yang menekankan keseimbangan antara pola pembangunan masyarakat yang mengutamakan kepentingan komunitas (anthropocentrism), yaitu konsep pembangunan masyarakat yang menempatkan kesejahteraan manusia menjadi prioritas tertinggi, dengan pola pembangunan masyarakat yang mengutamakan kepentingan ekologi (ecocentrism), yaitu konsep pembangunan masyarakat yang memandang bahwa 1 Sebagaimana telah diuraikan pada Bab IV dan V.

Upload: others

Post on 21-Sep-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

105

Bab VI

Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat

Desa Tlogoweru

Pada bab ini, penulis menyajikan laporan empiris dari hasil

penelitian di lapangan untuk memberi gambaran tentang bagaimana

proses lahirnya program inovatif Desa Wisata sebagai wujud

pemberdayaan masyarakat yang mampu mendorong pergerakan

partisipasi masyrakat desa Tlogoweru untuk bersama-sama melakukan

pembangunan masyarakatnya. Penulis juga mencatat beberapa konsep

pembangunan masyarakat desa Tlogoweru dalam meng-

implementasikan konsep pembangunan yang berorientasikan pada

ecocentrism, yaitu proses pengembangan bina usaha sektor lingkungan

yang dilakukan oleh para pemimpin pemerintahan desa bersama

dengan masyarakat desa Tlogoweru sebagai wujud program

pembangunan masyarakat yang berkelanjutan (sustainability community development). Dengan demikian, bab ini diharapkan dapat

memberi inspirasi kepada siapa saja yang berkehendak melakukan

pemberdayaan masyarakat dengan lebih baik dan maju.

Di tengah-tengah mulai terasanya denyutan kesejahteraan

hidup masyarakatnya1, pemerintah dan masyarakat desa Tlogoweru

tidak melupakan pentingnya pembangunan desa yang harus ditopang

dengan perspektif pembangunan masyarakat yang menekankan

keseimbangan antara pola pembangunan masyarakat yang

mengutamakan kepentingan komunitas (anthropocentrism), yaitu

konsep pembangunan masyarakat yang menempatkan kesejahteraan

manusia menjadi prioritas tertinggi, dengan pola pembangunan

masyarakat yang mengutamakan kepentingan ekologi (ecocentrism),

yaitu konsep pembangunan masyarakat yang memandang bahwa

1 Sebagaimana telah diuraikan pada Bab IV dan V.

Page 2: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

106

manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ekosistem di

sekitarnya, sebab itu segala kegiatan manusia harus terkait erat dengan

kepentingan ekosistem secara keseluruhan dari suatu masyarakat

(Mirovitskaya & Acher 2001; O’Riordan 1989).

Melalui pembicaran dalam forum pertemuan formal (rapat

bulanan) dan dialog-dialog informal sebagaimana yang dilakukan

sebulan sekali bersama dari ibu Elisabeth, pak Seotedjo bersama

beberapa perangkat pemerintaha desa dengan beberapa mitra

pengembangan usaha2 membahas tentang konsekuensi pembangunan

masyarakat dan bagaimana melalukan pemeliharaan, pengawasan,

pengembangan dan pencegahan dari efek buruk dari pembangunan

masyarakat. Pak Soetedjo, selaku Kepala Desa, lebih lanjut mengajak

masyarakat desa Tlogoweru untuk memulai melanjutkan

pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang

mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

masyarakat yang keberkelanjutan (sustainable community development).

Dan sebagai tindak lanjutnya, segenap aparatur pemimpin

pemerintahan desa Tlogoweru bersama-sama dengan bu Elisabeth

mencetuskan prakarsa untuk pembuatan rencana program

pengembangan usaha masyarakat berupa program Desa Wisata

Tlogoweru dengan konsep pembangunan masyarakat yang mengacu

pada pembangunan masyarakat yang mengedepankan konsep berbasis

Desa Ekologis (Ecological Village atau Eco-Village).

Program ini mendapat respon dan dukungan yang antusias dari

pimpinan pemerintahan kabupaten Demak, yaitu mulai dari unsur

pejabat Pemerintahan Provinsi Jateng dan Pemerintahan Kabupaten

Demak, juga unsur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jateng. Menurut

anggota tim kreatif Dinbudpar, Bapak Yossiady Bambang Singgih

bahwa desa Tlogoweru di Kecamatan Guntur ini dinilai layak menjadi

Desa Wisata karena memiliki daya tarik wisata yang handal yaitu

2 Beberapa mitra pengembang usaha diantaranya adalah pimpinan dari PT Sango, Pengusaha (pribadi) di Jakarta, Pembisnis agro-industri dari Bali (Bali Sehat Organik), mitra dagang PT Sango dari Jepang.

Page 3: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

107

berupa penangkaran burung Tyto Alba dan rubuha-rubuha burung

Tyto Alba yang menyebar di kawasan lahan persawahan pertanian

desa, dan juga sekaligus menawarkan keindahan panorama alam

perdesaan yang asri kehijauan sepanjang mata memandang dengan

segala pernak perniknya, yaitu tempat-tempat peternakan, gedung

LPKS dan hasil-hasil produksinya, antara lain; kaos sablonan dengan

logo desa Tlogoweru, souvenir sederhana icon burung Tyto Alba dari

ukiran kayu.3

Penetapan dan pengesahan program Desa Wisata Tlogoweru

dengan konsep eco-village akhirnya diresmikan langsung oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak pada tahun 2011. Sejak

berpredikat sebagai Desa Wisata, masyarakat desa Tlogoweru

mengalami kesibukan hampir disetiap hari mereka, karena desa

Tlogoweru mulai kebanjiran pelancong-pelancong (turis) mulai dari

sekitar desa, sekitar beberapa kecamatan dan kabupaten.

Kepala desa Tlogoweru, pak Sutejo, mengakui desanya mulai

kebanjiran banyak turis-turis. Banyak turis-turis berasal dari berbagai

daerah Jawa dan dari luar Jawa bahkan dari mancanegara. Kedatangan

para turis tersebut bukan saja untuk melihat secara dekat keberadaan

habitat burung Tyto Alba, namun juga belajar langsung tentang

penangkaran dan pembudidayaan burung-burung Tyto Alba di area

persawahan masyarakat. Segmentasi para turis bukan hanya dari

lingkungan pemerhati lingkungan hidup, namun juga berasal dari

lingkungan akademisi perguruan tinggi.

“Para professor itu ingin langsung melihat praktik di lapangan. Selain melengkapi banyak teori yang sudah ada mereka berkeinginan bisa menjawab pertanyaan jika ada mahasiswanya yang mengambil penelitian tentang burung hantu,” kata kades Soetedjo. (21 Maret 2014)

Dari data buku tamu dan bahan-bahan materi pembinaan

warga maupun pengunjung yang disampaikan oleh pak Pujo Arto dan

3 Catatan didapat ketika persiapan sarasehan ilmiah tentang desa inovatif yang akan diadakan pada 30 Oktober 2012.

Page 4: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

108

pak Soetedjo, serta memo tulisan tangan dari pak Soetedjo4, penulis

mendapati data jumlah pengunjung. Dari catatan daftar tamu pada

tahun 2012 , jumlah pengunjung yang datang untuk mengadakan studi

lapangan, studi banding dan atau wisata mencapai jumlah 2.068 orang

pengunjung yang meliputi 2011 orang pengunjung domestik dan 57

orang pengunjung warga negara asing. Jumlah kunjungan pada tahun

2013 mengalami peningkatan menjadi berjumlah 2.988 orang

pengunjung terdiri dari 2.967 orang pengunjung domestik dan 21

orang pengunjung warga negara asing. Kemudian di tahun 2014

tercatat meningkat menjadi 3.889 orang pengunjung yang terdiri dari

3.857 orang pengunjung domestik dan 32 orang pengunjung dari warga

negara asing. Mayoritas pengunjung yang datang adalah para peneliti

dan pemerhati lingkungan. Sebagai akibatnya, pak Pujo Arto seringkali

diundang sebagai nara sumber berkenaan dengan penyampaian materi

tentang pengetahuan dan pengalaman pengembangbiakan burung Tyto

Alba yang diadakan oleh Dirjen Kementerian Pertanian se Kabupaten

Jawa, Balai Pengembangan Hewan, maupun Kodam IV Diponegoro.

Sumber: LPKS

Gambar 6.1 Gapura Desa: Desa Wisata Tlogoweru

4 Pak Soetedjo amat perhatian dan membantu penulis dengan rela menuliskan dengan tangan semua data yang diperlukan.

Page 5: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

109

Proses Pengembangan Bina Usaha Eco-Village Desa Wisata

Tlogoweru

Perencanaan untuk pengembangan bina usaha lingkungan

diawali dari pak Soetedjo selaku kepada desa melalui komunikasi di

forum diskusi dan forum dialog non-formal sebagai sarana evaluasi dan

perencanaan program kerja bersama-sama dengan setiap orang yang

terlibat dalam proyek-proyek pembangunan masyarakat di desa

Tlogoweru. Pada waktu wawancara dengan penulis (1 Juni 2012), Pak

Soetedjo selaku kepala desa mengungkapkan tentang prinsipnya

tentang bagaimana ia dapat menggalang kerjasama dengan orang lain

adalah melalui 3 elemen, yaitu pemerintah desa, masyarakat, dan unsur

swasta. Dan, “Semenjak saya ketemu ibu Elizabeth Philips, ini

melengkapi. Jadi menjadi satu dorongan kepada saya, masyarakat disini

untuk maju.”

Dan salah satu hasil dari pembicaran dalam forum-forum

semacam tersebut adalah tercetusnya program pengembangan

pembangunan masyarakat desa berupa program Desa Wisata. Beragam

unsur masyarakat dilibatkan dan terlibat dalam program Desa Wisata

Tlogoweru, antara lain mulai dari seluruh tim Tyto Alba, anggota PKK,

segenap anggota Paguyuban Sepeda Onthel Mintorogo (Potro), guru-

guru TK, segenap pengurus dan anggota kelompok-kelompok Tani,

Dinas Pariwisata kabupaten Demak. Pamor Desa Wisata Tlogoweru

semakin berkibar, melalui penyiaran stasiun TV SCTV, Metro dan TV-

One yang mengekpos keberadaan Desa Wisata Tlogoweru, di up-load

nya beberapa klip film singkat tentang keberadaan burung-burung

Tyto Alba serta gambaran kemajuan desa Tlogoweru yang dimuat di

media You-Tube, kemudian adanya situs blog yang dibuat untuk

memberi informasi tentang desa Tlogoweru.5

5 http://tlogoweru.blogspot.com/ ; http://bpd-tlogoweru.blogspot.com/ https://www.facebook.com/pages/Tlogoweru-DEMAK/130027817184573

Page 6: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

110

Sumber: LPKS

Gambar 6.2 Berbagai Unsur dan Latarbelakang Masyarakat Tertarik

Berkunjung ke Desa Wisata Tlogoweru

Materi program wisata andalan dari Desa Wisata Tlogoweru

adalah wisata fauna yaitu berkunjung ke kandang penangkaran burung

Tyto Alba dan menyaksikan secara on the spot keberadaan rubuha-

rubuha burung-burung Tyto Alba di area-area persawahan lahan

tanaman padi dan jagung.

Selama akitivitas ini, para pengunjung mendapatkan penjelasan

secara rinci tentang ciri-ciri burung Tyto Alba, bagaimana mereka

dapat ditangkar serta peranannya dalam pembasmian hama tikus di

desa Tlogoweru. Ada juga materi program wisata yang ditawarkan

berupa pengenalan dan pembelajaran tentang aneka kehidupan flora

dan fauna yang ada di desa Tlogoweru. Program ini biasanya untuk

pengunjung dari golongan murid sekolah atau universitas sebagai satu

group wisata yang khusus datang dengan tujuan keilmuan. Acara

biasanya dimulai sekitar pukul 10 pagi (atau sesuai dengan waktu

ketibaan mereka) hingga pukul 4 sore, antara lain; presentasi

pengenalan singkat tentang sejarah, geologi tanah dan kemajuan-

kemajuan yang dicapai oleh masyarakat desa Tlogoweru. Presentasi

khusus tentang burung Tyto Alba, kemudian dilanjutkan dengan tanya

jawab dan berkeliling ke area persawahan, area peternakan sapi, area

Page 7: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

111

penangkaran buru Tyto Alba, menyaksikan sumur-sumur pantek dan

berakhir dengan acara santai bersama di sekitar perswahan yang

mempesona.

Program wisata yang cukup menarik perhatian adalah program

wisata Home Stay. Tercatat sudah ada 4 (empat) sekolah internasional

dari Jakarta dan satu sekolah swasta dari Semarang yang pernah

mengikuti program ini. Program wisata home stay di desa Tlogoweru

adalah program wisata yang berlangsung selama sehari penuh atau

lebih, dimana para peserta bermalam di rumah-rumah penduduk,

berkenalan dengan penduduk, makan lauk pauk tradisi lokal, belajar

memerah sapi, melihat cara pengairan sawah dari sumur-sumur

pantek, menyaksikan proses sederhana tentang pembuatan pupuk

kompos, pembuatan bio gas dari kotoran hewan ternak, dan tentunya

belajar tentang seluk beluk kehidupan burung Tyto Alba. Andika siswa

dari sekolah swasta Jakarta amat terkesan dengan program wisata ini,

“aku pertama agak gimana gitu ada di tengah-tengah sawah, jorok deh… pak tani disini keren lho, kog bisa ya naikkan air dari sumur yang dalem lalu dimasukan ke saluran sawah tanpa alat diesel. Tapi aku seneng banget waktu menyentuh sapi, rasanya hangat tapi bau (sambil ketawa-tawa)…”

Ada beberapa ibu dari Jakarta yang datang untuk mendampingi

putra-putri mereka, dan juga harus bermalam di rumah penduduk.

Seorang ibu menceritakan bagaimana ia pun juga belajar tentang

menghargai kehidupan dengan lebih serius ketika sesudah mengalami

pengalaman yang cukup membuatnya sempat bergemetaran,

“waktu ini udah tengah malam, tiba-tiba saya kebelet pipis, waduh… saya jadi agak kalang kabut. Bagaimana nih caranya, saya mau bangunin anak tidak tega, mau minta tolong tuan rumah, malulah. Maka saya nekat aja, dan ternyata menyeremkan juga, untuk ke kamar kecilnya harus keluar rumah di tengah kegelapan malam, suasananya serem deh…”

Dengan adanya program Desa Wisata ini, masyarakat desa

Tlogoweru termotivasi untuk selalu memelihara kebersihan

Page 8: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

112

lingkungan rumah maupun jalan-jalan umum. Disamping itu ibu-ibu

rumah tangga memperoleh tambahan kegiatan dan penghasilan yang

menambah pemasukan ekonomi mereka. Keramahan dan sikap positif

masyarakat desa Tlogoweru merupakan nilai tambah yang membuat

program Desa Wisata terus berkembang.

Sumber: LPKS

Gambar 6.3 Kegiatan Home Stay Siswa Internasional di Jakarta: Turun ke

sawah belajar menanam, membuat kompos, peternakan sapi

Konsep ecological village (eco-village) merupakan konsep

pembangunan kawasan perdesaan yang mempertimbangkan

pencapaian kualitas individu, keluarga, masyarakat serta kualitas

lingkungan alam yang berkelanjutan (sustainable). Dengan demikian

diharapkan akan terjadi arus balik dari kota ke desa, sehingga

berdampak terjadinya berkurangnya masalah kependudukan, masalah

urbanisasi, masalah energi, serta masalah sosial perkotaan yang

semakin kompleks. Aspek lain dari keunggulan konsep pembangunan

eco-village adalah adanya upaya pemanfaatan dan penerapan teknologi

untuk mencari dan memecahkan masalah-masalah sosial dalam

pemenuhan kebutuhan masyarakat yang mendesak, misalnya;

kecukupan energi, air bersih, sarana komunikasi, akses terhadap pasar,

Page 9: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

113

akses terhadap pengembangan IPTEKS, serta peningkatan kualitas dan

nilai tambah komoditas ekspor dan komoditas konsumsi untuk

kebutuhan dalam negeri (Wright & Bernard, 2002; Chiras, 2006;

Anderies, dkk, 2004).

Keunggulan dari konsep pembangunan berbasis eco-vilage

adalah dapat terjalinnya hubungan sosial masyarakat antara satu

kesatuan di suatu pemukiman dan segenap unit usaha yang

dikembangkan masyarakat setempat, dengan demikian pemukiman

area perdesaan akan dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang

cukup untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat

perdesaan setempat dan juga untuk memfasilitasi usaha kerja

masyarakat. Hasilnya adalah pengelolaan usaha dan antar usaha

masyarakat dilakukan secara terpadu, sehingga sumberdaya masyarakat

desa setempat dapat diberdayakan seefesien mungkin (Keraf, 2002).

Dalam kasus desa Tlogoweru, konsep eco-village melalui

program Desa Wisata Tlogoweru telah menjadikan pemukiman

masyarakat desa dilengkapi dengan sarana dan prasarana umum dan

sosial yang cukup memadai, hampir semua bagian jalanan dan area

persawahan telah ditata apik dan asri dengan menonjolkan aspek

kesehatan lingkungan, kenyamanan, dan keindahan. Pengembangan

konsep pembangunan masyarakat perdesaan berbasis eco-village

dipandang penting karena memiliki makna, tujuan dan manfaat yang

signifikan bagi kemajuan pembangunan masyarakat perdesaan

(Gillman, 1991):6 Pertama, konsep pembangunan masyarakat perdesaan

berbasis eco-village merupakan jalan keluar untuk masalah sosial-

ekonomi masyarakat perdesaan, yaitu dalam mengatasi masalah

urbanisasi dan persoalan ketimpangan atau ketidak seimbangan

pembangunan antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Konsep eco-

village merupakan solusi strategis untuk masalah ini, yaitu dengan

mengembalikan kehidupan perdesaan menjadi nyaman, dengan

menyediakan kesempatan dan peluang usaha masyarakat sehingga

6 Tambahan: Gilman, Robert,1991. The Eco-village Challenge: The Challenge of Developing a Community Living in Balanced Harmony–with itself as well as nature- is tough, but attainable.

Page 10: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

114

mereka mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan dasar pokok

kehidupan serta kebutuhan pengembangan diri, misalnya; pendidikan,

pelatihan kerja atau penambahan peralatan kerja (dalam hal ini adalah

peralatan pertanian dan teknologi pertanian). Kedua, konsep

pembangunan masyarakat perdesaan berbasis eco-village merupakan

kegerakan yang dapat membantu upaya pemerintahan negara dalam

mencari solusi untuk menurunkan tingkat kepadatan penduduk di

perkotaan, menurunkan tingkat urbanisasi dari masyarakat perdesaan

dan merupakan solusi strategis dalam pemetaan pembangunan

masyarakat yang adil melalui pemerataan pembangunan dan

peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di perdesaan. Ketiga,

konsep pembangunan masyarakat perdesaan berbasis eco-village merupakan suatu kegerakan yang akan mengoptimalkan sumber daya

alam, misalnya melalui efisiensi penggunaan bahan bakar, sehingga

mendorong terjadinya kemandirian energi masyarakat perdesaan.

Dengan demikian, melalui perubahan pola masyarakat tersebut,

diharapkan akan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat baik

secara individu, keluarga dan masyarakat luas yang bermukim di

wilayah perdesaan.

Dari pemahaman di atas, maka sesungguhnya sebuah kawasan atau

daerah wilayah perdesaan yang mempratikkan prinsip-prinsip konsep

pembangunan masyarakat perdesaan berbasis eco-village tersebut akan

mendapatkan paling tidak 3 (tiga) manfaat dari dimensi sistem eco-village, yaitu7;

Dimensi ekologis

Dalam dimensi ini, suatu masyarakat desa eco-village memiliki

ketertarikan dan keterikatan untuk mengeksplorasi semaksimal

mungkin keterkaitan yang harmonis antara manusia dan sistem alam

lingkungannya (ekosistem). Akibat dari keterkaitan ini adalah

terjadinya pemanfaatan sumberdaya alam lokal secara harmonis

dengan kebutuhan konsumsi dari masyarakat (manusia) lokal. Dengan

7 Luky Andrianto, “Menuju Desa Berwawasan Lingkungan 2030: Sebuah pendekatan eco-village” dalam Satria, Rustiadi & Purnomo, 2011:347-357.

Page 11: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

115

demikian akan tercipta dengan sendirinya suatu pola konsumsi

kehidupan yang berkelanjutan (sustainable consumption) dalam

masyarakat yang bersangkutan, yaitu konsumsi yang tidak bersifat

massal dan intensif, melainkan konsumsi bersifat efisiensi. Konsep

yang diakibatkan dari dimensi ekologis ini, pada akhir-akhir ini

menjadi suatu kegerakkan masyarakat yang dinamakan kegerakan

“bioregionalism” yaitu suatu pemikiran untuk mengupayakan

keseimbangan yang intergrasi antara manusia dengan sistem hubungan

manusia di luar sistem kemanusiaan, yaitu dengan sistem lingkungan

alam (ekosistem). Dengan kata lain, bioregionalism adalah suatu

kegerakkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable) yang

berfokus pada isu desentralisasi, lokalisasi, human-scale communies,

ketahanan lokal, kerjasama dan tanggung jawab masyarakat dengan

ekosistem.

Ecovillage Network (2002) memberikan beberapa karakteristik dari

dimensi ekologis dalam suatu desa berbasis eco-village: (a)

Memproduksi bahan pangan yang sesuai dengan karakteristik bio-

region (b) Mendukung pola produksi bahan pangan organik. (c)

Membangun dengan mempergunakan materi lokal yang sudah

diadaptasi. (d) Mempromosikan pemanfaatan sistem energi terbarukan.

(e) Melindungi keberagaman hayati. (f) Mempertimbangkan life-cycle

atas semua produk sehingga meminimalisir efek negatif limbah produk.

(g) Mengkonservasi kualitas sumberdaya alam melalui pengelolaan

energi dan limbah yang sesuai dengan kondisi alam lingkungan.

Dimensi sosial atau komunitas

Dimensi ini amat berperan penting dan strategik dalam

pembangunan masyarakat perdesaan berbasis eco-village, yaitu

masyarakat atau komunitas perdesaan menjadi pelaku langsung dan

aktif dari suatu kegerakkan pembangunan masyarakat. Hal ini adalah

sejatinya merupakan prinsip dan karakter dari pembangunan

masyarakat yang berorientasikan pada kepentingan rakyat, dimana

partisipasi masyarakat merupakan kekuatan efektif untuk terjadinya

pemberdayaan masyarakat. Gillman (1991:51) menjelaskannya sebagai

berikut:

Page 12: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

116

“ecovillages are communities in which people feel supported by and responsible to those around them. They provide a deep sense of belonging to a group. They are small enough that everyone feels safe, empowered, seen and heard. People are then able to participate in making decissions that effect their own lives and that of the community on a transparent basis.”

Adapun nilai sistem komunitas tersebut di atas yang

merupakan dimensi sosial dari pembangunan masyarakat perdesaan

berbasis eco-village dapat dinyatakan sebagai berikut (Ecovillages

Network, 2002): (a) Setiap anggota masyarakat (komunitas)

mengenalkan diri sebagai komunitas atau masyarakat sosial yang

berbasiskan eco-village, dengan demikian (b) setiap anggota

masyarakat akan saling berbagi sumberdaya dan senantiasa tergerak

untuk saling membantu, yang akan menggerakkan (c) setiap anggota

masyarakat untuk lebih berfokus pada kesehatan masyarakat secara

keseluruhannya daripada kesehatan per-individu, maka akan

menjadikan (d) setiap anggota masyarakat lebih memiliki paradima

yang mengutamakan pekerjaan yang mendatangkan manfaat bagi

seluruh anggota masyarakat lokal, dengan demikian akan (e)

mengikutsertakan setiap anggota kelompok masyarakat marjinal dalam

pemberdayaan masyarakat, dengan demikian akan (f) mendorong

adanya pendidikan yang berkelanjutan, yang akhirnya masyarakat

tersebut mampu (g) memiliki sistem masyarakat yang menyatukan

perbedaan sosial maupun perbedaan dalam berpendapat.

Dimensi budaya dan spiritualitas

Dalam dimensi ini, masyarakat memiliki nilai sistem

kemasyarakatan (berkomunitas) yang patrimonial (patrimony), yaitu

suatu sistem kemasyarakatan yang melakukan segala sesuatunya

dengan memberi perhatian lebih mengutamakan pertimbangan pada

apa yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat terhadap sumberdaya

alam (obligations of owners) daripada eksploitasi hak atas sumberdaya

alam (rights of owners). Dengan kata lain, dimensi budaya ini amat

menekankan pada nilai sistem sosial yang menempatkan sumberdaya

Page 13: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

117

alam sebagai pusat sumber hakikat hidup masyarakat yang harus

didayagunakan dengan baik dan benar sesuai kebutuhan masyarakat.

Adapun nilai-nilai sistem masyarakat dari dimensi budaya tersebut

di atas dapat dinyatakan sebagai berikut (Ecovillages Network, 2002):

(a) Masyarakat melakukan setiap aktivitas budaya secara bersama-sama.

(b) Setiap individu anggota masyarakat memiliki rasa sensitivitas

terhadap satu dengan lainnya sehingga terjalin persatuan dalam

masyarakat. (c) Masyarakat memiliki respek terhadap kehidupan

spiritual. (d) Kelompok-kelompok (komunitas) masyarakat memiliki

fleksibilitas dan sistem responsif yang komunikatif dalam mengatasi

perbedaan dan problema yang terjadi. (d) Masyarakat memiliki

pemahaman yang jelas tentang koneksi dan ketergantungan antara

seluruh unsur kehidupan alam dan kehidupan masyarakat (manusia).

Catatan Penutup

Ketiga dimensi di atas telah menjadi konsep pembangunan

masyarakat perdesaan dengan konsep berbasis eco-village yang

dipraktikkan di desa Tlogoweru melalui program Desa Wisata

Tlogoweru. Setiap orang yang mau datang untuk mempelajari tentang

bagaimana pembangunan masyarakat atau sekedar berkunjung ke desa

Tlogoweru akan dapat menyaksikan dengan cepat dan wajar tentang

bagaimana anggota masyarakat desa Tlogoweru melalui LPKS memberi

pelatihan ketrampilan bagaimana mengelolah limbah kotoran hewan

menjadi pupuk organik dan sebagian lagi diolah menjadi bio gas yang

dipakai oleh sebagian kecil rumah-rumah penduduk. Keberadaan

burung-burung Tyto Alba yang terlindungi oleh undang-undang

perdesaan dan sikap masyarakat yang melindunginya merupakan

refleksi dimensi sosial/komunitas yang dihidupi dengan wajar,

demikian pula dalam hal penggunaan sumberdaya alam, masyarakat

desa Tlogoweru melalui program Desa Wisatanya menempat diri

sebagai pemelihara dan pengembang dari segala yang ada lingkungan

hidup mereka (obligations of owners) daripada bersikap sebagai

Page 14: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

118

pemilik yang melakukan eksploitasi hak atas sumberdaya alam (rights of owners).

Untuk menyimpulkan dengan gamblang apa yang telah dibahas

di atas, Gambar 6.4 dibawah ini memberi acuan rangkuman sederhana

dan konkrit tentang bagaimana desa Tlogoweru melalui program Desa

Wisata berbasis eco-village mengimplementasikan aspek-aspek dan

dimensi-dimensi pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

Sumber: Ecovillage Design Education; Jain, 2001

Gambar 6.4 Pola dan dimensi konsep eco-village

Berdasarkan penelusuran di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa program Desa Wisata Tlogoweru merupakan suatu agenda dan

cita-cita untuk pembangunan masyarakat yang berkelanjutan, yaitu

upaya pemberdayaan masyarakat untuk melakukan suatu

pembangunan masyarakat yang menekankan keharmonisan,

keintegrasian, dan kemantapan terhadap aspek ekonomi, aspek sosial-

budaya, dan aspek lingkungan hidup sebagai perwujudan prinsip

pembangunan masyarakat yang berkelanjutan (Hoen, 1996:64). Sebab

itu, gagasan Desa Wisata Tlogoweru dapatlah dikatakan sebagai

terobosan kebijakan pemerintahan desa yang amat strategis, yaitu

menggeser titik tumpu pembangunan masyarakat dari hanya bertumpu

Page 15: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

119

untuk pembangunan ekonomi semata ke arah pembangunan

masyarakat yang bertumpu pada pembangunan sosial-budaya dan

lingkungan hidup.

Sumber: Sukip Sowan

Gambar 6.5 Anak-anak di Tlogoweru telah memiliki ecological sense

terhadap binatang yang ada dalam lingkungan mereka

Pemerintahan desa Tlogoweru, dalam hal ini melalui pak kades

Soetedjo, senantiasa memegang komitmen dalam konsep pembangunan

masyarakat desa berbasis eco-village. Hal ini dapat terekam jejaknya

melalui berbagai pertemuan formal maupun informal, pak kades

Soetedjo acapkali mengutarakan prinsip 8 (delapan) pilar, yang

merupakan rangkuman dari penuturan dan wejangan yang pernah

diterimanya dari bu Elisabeth, untuk pembangunan masyarakat desa

Tlogoweru,

“Saya sendiri diberi pemahaman, kita pegang 8 pilar untuk memajukan desa Tlogoweru” jelasnya. “Jadi pertama, Tuhan. Jadi kami membiasakan masyarakat untuk mengandalkan Tuhan dalam setiap laku kita maka Tuhan akan memberkati jalan hidup kita. Pilar kedua adalah kebenaran. Salah satu kebenaran itu mengajar kita untuk mengucap syukur dalam segala keadaan, dalam keadaan sakit atau sehat; dalam keadaan kelimpahan atau kekurangan. Pilar ketiga adalah belajar hidup takut akan Tuhan. Kita bekerja tanpa diawasi siapa pun. Jadi tidak usah takut sama manusia, tapi belajar mengetahui bahwa Tuhan ada di setiap langkah kita. Pilar

Page 16: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

120

yang keempat, hidup rendah hati. Karena kesombongan itu awal kehancuran, tinggi hati itu awal pada kejatuhan. Yang kelima adalah kejujuran. Tuhan itu akan memberi pertolongan kepada orang yang jujur dan hidup tidak bercela. Pilar keenam adalah kerendahan hati. Ilmu yang kita peroleh, keberhasilan yang sudah kita peroleh, kita harus berani kembali membagikan kepada orang lain. Pilar ketujuh adalah menjalin harta hubungan. Saya katakan hubungan itu merupakan harta, harta yang tidak bisa hilang. Jangan menilai segala sesuatu hubungan itu dengan uang. Uang itu bisa habis. Delapan adalah menerima semua manusia sebagai saudara, sekalipun kami berbeda warna kulit, berbeda suku bangsa, berbeda kebudayaan, berbeda agama, tetapi mereka adalah manusia, sesama yang harus kita hargai dan hormati.”

Hal ini sesuai prinsip pembanguan masyarakat yang berbasis

ekologi yang menekankan hubungan antara pembangunan

berkelanjutan dan pembangunan ekologi (kelestarian lingkungan)

sebagai dua kutub pembanguan yang amat penting untuk menjadi

perhatian bagi setiap pemerhati dan praktisi maupun teorikus

pembangunan masyarakat, karena tanpa adanya dua kutub ini, maka

pembangunan masyarakat akan terjebak kedalam permainan ideologi

developmentalisme. Itulah sebabnya, sebagaimana diungkapkan oleh

Krotsheck dan Narodoslawky (1995) bahwa pembangunan

berkelanjutan haruslah pembangunan yang mempertimbangkan

dengan serius indikator-indikator sosial, ekonomi, lingkungan dan

institusi. Dengan demikian sumber-sumber daya alam akan dapat

dinikmati bersama oleh antar generasi secara sejajar (inter-generation equity) melalui empat prinsip Sustainable Ecosystem (Susanto, 2006;

Krotsheck dan Narodoslawky,1995:246-248), yaitu The Principle of Efficiency (prinsip efisiensi), artinya suatu tindakan ekologi yang

melakukan pencegahan agar sumber daya alam tidak tereksploitasi

tanpa kontrol yang akan mengakibatkan kehancuran ekosistem.

Kemudian diterapkan melalui The Principle of Sufficiency (prinsip

kecukupan), yaitu suatu tindakan ekologis yang melakukan upaya-

upaya pengaturan pemanfaatan sumber daya alam yang terkendali

(manageable) sehingga generasi mendatang tetap dapat menikmati

sumber daya alam tersebut. Untuk itulah dibutuhkan The Principle of

Page 17: Bab VI Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa …€¦ · pembangunan masyarakatnya ke arah pembangunan masyarakat yang mengutamakan pembangunan yang berkonsep pembangunan

Program Inovatif Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

121

Consistency (prinsip konsitensi), yaitu tindakan ekologis yang

memberi pengaturan secara keseragaman (kompatibilitas) diantara

semua sub-sistem pengguna sumber daya alam dengan super sistemnya

(pemerintah atau perundang-undangan) sehingga keseluruhan

kekayaan sumber daya alam secara konsisten dapat terlindungkan

dengan baik. Dan sebagai pengaman pelaksanaannya perlu adanya The Principle of precaution (prinsip keamanan), yaitu tindakan ekologis

yang melakukan penegasan menjaga keamaan secara umum terhadap

pemanfaatan setiap sumber daya alam sehingga sumber daya alam akan

terlindungkan secara permanen.