laporan kkn pt. minang agro

Upload: sultan-echoe

Post on 17-Jul-2015

1.651 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alternatif merupakan program kurikulum di Institut Pertanian STIPER yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa pada tingkat studi tertentu dengan menempuh banyaknya minimal 110 SKS (Sistem Kredit Semester). Institut Pertanian STIPER telah menyelenggarakan KKN Alternatif secara periodik sejak tahun 1984. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun pelaksanaan KKN Alternatif cenderung kearah kegiatan yang bersifat umum, Khusus, seragam dan mengaplikasikan ilmu teori yang diperoleh di perkuliahan kedunia kerja nyata. Dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan semakin beragamnya kebutuhan masyarakat, maka dilakukan pengembangan program KKN Alternatif. Pengembangan ini hendaknya dilakukan secara berkelanjutan didunia usaha yang memiliki potensi dibidang pertanian dan perkebunan. Khususnya di era otonomi daerah, beragamnya potensi dan permasalahan didunia usaha serta keterbatasan Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) dalam menyediakan lokasi spesifikasi untuk masing-masing program studi melahirkan pemikiran perlunya Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alternatif. Kegiatan KKN Alternatif Di perusahaan Perkebunan didasari beberapa hal, yaitu : a. Keluhan Pihak Perusahaan Perkebunan Lulusan INSTIPER (Alumni) banyak yang bekerja di perusahaan perkebunan terbesar di seluruh Indonesia. Banyaknya lowongan pekerjaan di perusahaan perkebunan yang ditawarkan kepada alumni, sehingga INSTIPER menjadi salah satu lembaga pendidikan yang sangat berkompetensi dalam hal tersebut. Namun sangat disayangkan bahwa faktor 1

nilai plus tersebut sebagai rekomendasi untuk rekruitmen karyawan umumnya tidak diikuti dengan persiapan pada tahap berikutnya. Dari sekian banyak alumni cukup banyak yang dinyatakan diterima dan bekerja di perkebunan namun ternyata tidak dilanjutkan dengan sikap proaktif untuk meniti karir dengan baik di perusahaan perkebunan. Dari kenyataan yang ada menunjukan bahwa setiap dari hasil seleksi ada karyawan treaning yang melarikan diri dari tugasnya sebelum masa treaningnya selesai. Bagi perusahaan hal tersebut sangatlah merugikan mengingat biaya seleksi yang dikeluarkan tidak sedikit dan sebenarnya biaya tersebut akan dianggap impas apabila yang bersangkutan telah menyelesaikan masa tugasnya, minimal seperti yang telah disepakati. Andaikan hal tersebut bersifat insidential yaitu hanya kasus-kasus tertentu saja tidak begitu mengkhawatirkan, namun bila ternyata hal tersebut selalu ada berulang kali dari waktu kewaktu, dalam jangka waktu panjang akan menurunkan citra almamater, sehingga jalinan kerja sama yang telah terbina antara INSTIPER dengan pihak perusahaan perkebunan mungkin pada suatu saat akan mengalami hambatan yang tertentu saja akan menurunkan kredibilitas INSTIPER sebagai institusi pendidikan yang bergerak dibidang pertanian. b. Ketidaksiapan mahasiswa menghadapi dunia perkebunan. Kesalahan yang terjadi seperti diatas sebenarnya tidak dapat sepenuhnya dilimpahkan kepada alumni yang bersangkutan. Sebagai mana telah diketahui bahwa bekerja di perkebunan terutama diluar Jawa adalah sesuatu yang sangat berbeda dengan bekerja di subsektor hortikultura. Minimnya sarana dan prasarana transportasi, komunikasi bahkan juga hiburan di lokasi perusahaan perkebunan sebagai suatu tempat yang begitu asing bagi mahasiswa yang dalam kesehariannya banyak diberikan kemudahan fasilitas dan infrastruktur.

2

Pengalaman di lapangan menunjukan bahwa saat pertama di kebun yang menjadi fase kritis adalah kemampuan dan kemauan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Dalam bekerja atau berusaha dibidang pertanian dan berbicara mengenai peluang pertanian yang besar. Oleh karena itu harus diakui bahwa subsektor perkebunan cukup menjanjikan, namun umumnya lokasi perkebunan berada diluar pulau Jawa. Kebanyakan perkebunan berada di lokasi yang terpencil, jauh di pedalaman dengan kemampuan akses kekota-kota disekitarnya masih minim. Bagi yang terbiasa enak dengan segala keterbatasan yang selalu ada maka kondisi perkebunan yang demikian sangat berat dihadapi. Selain itu budaya dan adat istiadat masyarakat setempat sering berbeda dengan di Jawa sehingga perlu dipelajari untuk memudahkan kemampuan beradaptasi. c. Arah Pendidikan Tinggi Hal ketiga yang turut menyumbang munculnya fenomena tersebut adalah arah strategi pendidikan yang digariskan. Ketidaksiapan alumni untuk memasuki perkebunan dapat diantisipasi atau setidaknya diperkecil jika pendidikan mempunyai arah tujuan yang jelas dan kemudian diimplementasi dengan tegas pula. INSTIPER bermula dari pendidikan khusus membentuk kader-kader profesional perkebunan kemudian dengan berjalanya waktu yang berkembang pada lingkup yang lebih luas. Kuliah Kerja Nyata yang merupakan kegiatan akademis wajib yang akan dilaksanakan pada smester VIII (Delapan) secara teknis manajerial memang cukup membantu namun satu hal yang harus digaris bawahi adalah tidak siapnya lulusan yang sebenarnya lebih disebabkan pada ketidak pastian mental dan bukan pada ketidak tahuan akan suatu teknik pekerjaan. Ketidak siapan tersebut yaitu untuk bergelut dengan permasalahan kebun yang sangat kompleks dengan tekanan beban pekerjaan yang tinggi dan fasilitas yang terbatas. Menjadi suatu yang aneh apabila kita hanya terus 3

menerus berkutat dengan pekerjaan yang secara teknis dapat dipelajari di kampus sementara pihak perusahaan didalam merekrut karyawannya sebagai asisten lapangan juga menekankan pada aspek non teknis seperti : daya fisik/mental, kemampuan, motifasi yang kuat maupun social skill lainnya. Disamping aspek teknis ternyata aspek non teknis juga sangat berperan dalam menentukan suksesnya seseorang di kebun. Arah pendidikan akan lebih baik jika ditetapkan dengan jelas kemudian secara konsisten dan konsekuen dijabarkan dalam beberapa kegiatan akademik yang sangat sesuai. Pendidikan juga diarahkan dengan melihat kebutuhan dan perkembangan yang terjadi didunia kerja. Bertitik tolak dari ketiga hal tersebut diatas maka dipandang perlu adanya suatu kegiatan yang dapat menghubungi antara apa yang diperoleh dibangku kuliah dengan realita yang ada di lapangan. Suatu kegiatan yang tidak saja memperkenalkan mahasiswa dengan pekerjaan yang rill di lapangan, namun lebih dari itu akan meningkatkan kesiapan mahasiswa memasuki dunia perkebunan sehingga lulusan INSTIPER benar-benar Ready For Use bukannya Ready For Train. Mengingat apa yang diperoleh kini, apa yang dibutuhkan kelak terdapat suatu kesenjangan yang hanya bias menjembatani dengan terjun langsung melakukan On The Job Trainning di perkebunan, sehingga citra INSTIPER sebagai spesialis perkebunan selama ini tidak hanya menjadi slogan tanpa makna. Terlebih dengan semakin dekatnya era pasar bebas yang kuat sajalah yang akan menang dan magang ini adalah salah satu kegiatan yang diharapkan akan menambah kekuatan itu.

B.

Tujuan Tujuan dari KKN alternatif adalah:

4

1.Bagi Mahasiswa a. Melihat secara langsung permasalahan dan peluang yang ada di lapangan serta belajar dari pengalaman pelaku usaha maupun instansi untuk menangkat peluang dan mengatasi masalah. b. Terbangunnya pola pikir yang praktis dan interdisipliner. c. Mahasiswa dapat memperoleh bahan bahan untuk penelitian dalam rangka menyusun skripsi. 2.Bagi Fakultas atau Jurusan a. Mendapatkan umpan balik /Feed Back dan masukkan falid dari masyarakat, pabrik, perusahaan, instansi tentang permasalahan, peluang, kebutuhan dan harapan yang nyata dan up to date. b. Tambahnya keinginan kuat dari instansi untuk melakukan kebaikan secara simultan sehingga kurikulum dan bahan ajaran yang disampaikan kepada mahasiswa selalu relefan dengan perubahan zaman. 3.Bagi Masyarakat, Pabrik, Perusahaan dan Instansi a. Mendapatkan informasi mutakhir tentang kecendrungan perkembangan usaha dan terjadi proses pembaharuan, terutama pada tataran konsep/pemikiran yang menuju kepada masyarakat/ pabrik/ instansi/ perusahaan professional. b. Mendapatkan informasi mutakhir tentang teknologi hasil-hasil penelitian dari perguruan tinggi.

C. 1.

Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan : 05 Februari 10 Maret 2009

5

2.

Lokasi pelaksanaan a. b. Nama Perusahaan Alamat

: : PT. MINANG AGRO : Desa Tiku V Jorong Kec. Tanjung Mutiara Kab. Agam Sumatera Barat

BAB II KEADAAN UMUM PT. MINANG AGRO (MA) 6

A. Sejarah Singkat PT. Minang Agro PT. Minang Agro adalah perusahaan yang baru berdiri dua tahun lalu (2006) yaitu hasil pembelian dari perusahaan kelapa sawit PT. Mutiara Agam. PT. Minang Agro merupakan salah satu anak perusahaan PT. Provident Agro. PT. Minang Agro adalah perkebunan swasta nasional yang terletak di Kanegerian Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatra Barat. Jarak dari kota Padang ke kebun kurang lebih 115 km atau sekitar 2 setengah jam waktu normal, dan jarak kebun ke lubuk basung (kota kabupaten) kurang lebih 30 km. B. Luas Perkebunan PT. Minang Agro Tanaman yang diusahakan PT. Minang Agro adalah tanaman kelapa sawit dengan luas areal yang diusahkan adalah 8.625 ha dan luas areal cadangan untuk pola PIR adalah 3000 ha. Luas areal dilalui oleh dua sungai yaitu sungai Masang dan sungai Antokan serta sungai kecil yaitu sungai Andaman dan sungai Labuhan. C. Keadaan Iklim PT. Minang Agro Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson, maka tipe iklim dari perkebunan kelapa sawit PT. Minang Agro termasuk iklim basah tropis dengan curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun. Dengan curah hujan rata rata berkisar 3.500 4.500 mm/tahun, dengan hari hujan rata rata 10 15 hari/bulan. Dan tingkat penyinaran matarahari 75 90 %, dengan temperatur 25 30 C dan kelembapan 60 85 %.

D. Topografi PT. Minang Agro Topografi kebun hampir seragam seluruh yaitu dengan kemiringan 0 4 % atau 0 6,3 dan ketinggian tempat 2 10 meter dari permukaan laut. 7

Adapun daerah daerah yang berbatasan dengan Perkebunan Kelapa sawit PT. Minang Agro antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. E. Keadaan Tanah PT. Minang Agro Jenis tanah yang ada di PT. Minang Agro adalah jenis tanah gambut sebesar 70 %, dan sisanya tanah Regosol sebesar 30 %. Pada jenis gambut mempunyai ketebalan rata rata 1 2 meter dan pada lapisan dibawahnya terdapat pasir halus yang berwarna coklat sampai hitam. Ditinjau dari segi tingkat pelapukannya maka jenis tanah gambut yang ada sebagaian merupakan jenis fibrik, sebagian lagi tergolong jenis hemis, serta sebagaian kecil telah beralih ke jenis sapris. Di areal yang hampir seluruhnya merupakan lahan gambut basah berawa dan berpasir, PT. Minang Agro tetap berusaha dan telah membuktikan bahwa lahan yang tidak layak untuk ditanam ternyata mampu berpotensi sebagai lahan perkebunan dengan komoditi kelapa sawit. F. Struktur Organisasi PT. Minang Agro Struktur organisasi secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu administratur, pegawai staf, pegawai non staf, dan buruh/pekerja perkebunan. Struktur organisasi di PT. Minang Agro, Direktur Area memiliki kedudukan yang paling tinggi, yang dibawahnya terdapat Administratur yang bertugas menjalankan perusahaan, dibantu dengan sekretaris. Dibawah administratur terdapat beberapa kepala bagian seperti kepala kebun I yang membawahi 6 kepala afdeling, kepala kebun II yang membawahi 5 kepala afdeling, KTU yang membawahi 4 kelapa bagian, kepala pabrik yang Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Gadih Angik. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ujung Gading. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Muara Purus.

8

membawahi 5 asisten, dan kepala teknik yang membawahi 3 bagian. Setiap kepala afdeling dan asisten dibantu oleh mandor, dan krani yang bertugas mengawasi dan mencatat hasil panen dan kerja buruh/pekerja. Di bawah mandor terdapat buruh/pekerja yang bertugas sebagai pekerja panen kepala sawit.

BAB III PROGRAM KERJA DAN PELAKSANAAN KEGIATAN 9

Pelaksanaan Kegiatan A. Program Umum Managemen Tanaman Kelapa Sawit 1. Pembukaan Lahan ( Land Clearing) Pembukaan Lahan Di Areal Gambut Untuk dapat menjadikan areal hutan primer menjadi suatu perkebunan kelapa sawit perlu adanya persiapan lahan tanam. Penyiapan lahan tanam dilakukan untuk membuka areal tersebut dalam kondisi siap untuk ditanami kelapa sawit. Penyiapan lahan tanam pada tanah gambut seperti PT. Minang Agro yang dibuka dari hutan primer merupakan suatu kegiatan dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan lahan tanam pada tanah mineral, hal ini dikarenakan kandungan air pada tanah gambut sangat tinggi. Pembukaan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan tata ruang dan tata letak lahan sampai dengan pembukaan lahan secara fisik. Pembukaan lahan merupakan perkejaan teknis yang mudah dilakukan asalkan tersedia peralatan dan sumberdaya yang dibutuhkan. Areal calon kebun di PT. Minang Agro yang didominasi oleh tanah gambut sehingga memerlukan pengelolaan air secara khusus, agar kerusakan lahan dapat dihindari. Pengeringan lahan gambut terlalu cepat dapat mengakibatkan tanah gambut terlalu kering dan pada keadaan tersebut tanah gambut sulit menyerap air dan mudah terbakar. Luas pengembangan di PT. Minang Agro dilakukan pada afdeling I (Indian), afdeling J (Juliet), dan afdeling K (Kilo) dengan total luas areal pengembangan 2000 Ha. Diareal lahan pengembangan tersebut topografi lahannya datar dengan kedalam lahan gambutnya antara 1-5 meter. Pengembangan diareal tersebut awalnya hutan yang didomonasi pohon bentangor dengan diameter rata-rata 20-25 cm, pengembangan dilakukan dengan menggunakan alat berat (excavator) karena diareal tersebut pohon-pohonnya berukuran relative kecil 10

dan jarak tanamnya yang terlalu rapat sehingga digunakan excavator untuk menumbangkan pohon-pohon tersebut. Pembukaan lahan pada tanah gambut dilakukan dengan tanpa bakar ( Zero Burning ) karena tanah gambut mudah terbakar selain itu pembukaan lahan dengan cara dibakar dilarang oleh pemerintah karena sudah terdapat undang-undang yang menglarang pembukaan lahan dengan cara dibakar.

Gambar 1 : Pembukaan lahan. Tahapan-tahapan pembukaan lahan gambut di PT. Minang Agro adalah sebagai berikut : a. Mengimas Mengimas merupakan kegiatan menebas semak belukar dan pohonpohon kecil yang dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit atau parang. Pengimasan dilakukan serendah mungkin (10 meter dari permukaan tanah) semak belukar dan tanaman-tanaman yang merambat harus diimas dan dicincang. Pohon dan tanaman menutup jalan, parit dan sungai. b. Penebangan Pohon Penebangan pohon dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan menggunakan excavator karena dapat mempercepat menumbangkan pohon hasil dari pekerjaan imas tidak boleh

11

dari pada menggunakan cara manual atau dengan menggunakan chainsaw. Dalam menumbangkan pohon yang ditebang diusahakan jatuhnya pohon searah untuk memudahkan dalam proses penebangan dan jalannya excavator serta memudahkan dalam perumpukan. c. Perumpukan / Staking Perumpukan dilakukan setelah penebangan pohon dan sebelum dilakukan perumpukan ditetapkan terlebih dahulu jalur pemancangan. Pemancangan dilakukan untuk membantu mengarahkan alat berat bekerja dalam melakukan perumpukan pohon-pohon bekas penebangan. Perumpukan diletakkan selang 2 baris tanam dan searah dengan barisan tanaman yang diletakkan dikanan kiri sisi tanam dengan jarak titik tanan dengan sisi rumpukan 2 meter. Perumpukan dilakukan dengan menggunakan excavator. d. Pembuatan Saluran Drainase Pembuatan saluran draenase pada areal tanah gambut fungsinya untuk mengatur permukaan air tanah pada areal gambut supaya air yang keluar dari dalam tanah dapat ditampung dalam parit kemudian dialirkan keluar parit menuju daerah pembuangan akhir diantaranya sungai atau kanal. Fungsi lain dari saluran drainase adalah pembatas antar blok maupun afdeling. Dalam pembuatan saluran parit ditentukan dengan lebar atas 4 meter dan lebar bawah 3 meter dengan kedalaman 2-3 meter. Untuk collection road selalu berada di utara badan jalan dan untuk transportasi road selalu berada di timur badan jalan. Saluran draenase dibuat sebelum dilakukan penebangan hutan agar air yang terdapat dilahan tersebut dapat ditampung pada parit-parit tersebut sehingga air tidak mengganggu jalannya proses penebangan. e. Pembangunan Jalan Tahap pertama pembuatan jalan dilakukan dengan menggunakan tanah hasil galian parit kemudian diratakan dengan excavator dan didiamkan hingga tanah hasil galian tersebut sampai mengering. Tahap kedua dilakukan 12

pelapisan jalan dengan matreal tanah gunung yang diangkut dengan damp truck yang berupa campuran tanah lempung dengan batuan. Tahap yang ketiga dilakukan pelapisan jalan berikutnya dengan menggunakan campuran pasir dengan batu-batu kecil disebut dengan latrit. Tetapi kadang kala pembuatan jalan terlebuh dahulu diberi gambangan sebagai dasaran sebelum ditumpuk tanah dan batu. Tetapi dengan cara ini membutuhkan biaya yang sangat banyak dan dalam jangka waktu panjang kayu yang dibuat gambangan apabila sudah lapuk jalan tersebut dapat bergelombanggelombang dan berlubang-lubang.

Gambar 2 : Pembuatan Jalan dan Pelapisan Jalan Ketebalan dari pelapisan jalan untuk collection road dengan lebar jalan 5 meter. Pada pelapisan pertama 40 cm dan lebar jalan 3 meter, untuk pelapisa kedua 10 cm dan lebar 3 meter. Dan untuk jalan transportasi dengan lebar 7 meter pelapisan pertama setebal 40 cm dengan lebar 4 meter. Pada pelapisan yang kedua setebal 10 cm dengan lebar 4 meter. Bahan yang digunakan untuk pelapisan yaitu batu, krikil + pasir yang di ambil dari tanah gunung Anak Air Hitam menggunakan damp truk serta excavator untuk

13

meratakan atau membuat jalan. 2. Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahapan pembibitan diharapkan akan diperoleh bibit yang baik dan berkualitas sehingga setelah transplating ke lapangan akan menjadi tanaman yang tumbuh optimal dan berproduksi maksimal. Pembibitan diperlukan karena tanaman kelapa sawit memerlukan perhatian yang tetap dan terus menerus pada umur 1 1,5 tahun pertama. Persiapan pembibitan memerlukan lokasi dengan syarat-syarat lokasi pembibitan diantaranya topografi yang rata dan tidak tergenang air. Dekat dengan sumber air, dekat dengan rencana areal penanaman dan memiliki akses jalan yang baik.infrastruktur pembibitan harus tersedia yang terdiri dari bangunan kantor, gudang, dan instalasi penyiraman. Luas areal pembibitan 1,0 1,5 % dari luas areal rencana penanaman dan tergantung pada jumlah bibit dan jarak tanam yang digunakan. Sumber benih yang di kembangkan di PT. Minang Agro di perloleh dari dalam bentuk kecambah dengan empat jenis yaitu jenis benih Socfindo, Marihat/Dami dan BSM. Pembibitan di PT. Minang Agro dilakukan dengan system dua tahap ( double stage ), terdiri dari pembibitan awal ( pre nursery) selama 3 bulan pertama di tanam pada polybag berukuran kecil (baby polybag) dan pembibitan utama (main nursery) yang ditanam dengan polybag berukuran besar (large polybag) selama 15 16 bulan sampai siap tanam.

14

Gambar 3 : Areal Pembibitan Syarat syarat yang harus dilakukan untuk menentukan lokasi pembibitan adalah : Areal datar atau rata Dekat dengan sumber air sehingga ketersediaan air terjamin terutama pada musim kemarau dan tidak terjadi banjir pada saat musim hujan. Dekat dengan perumahan atau kantor sehingga lebih mudah dalam pengawasan dan pemeliharaan. Terhindar dari serangan hama, hewan ternak. Tidak jauh dari lokasi penanaman. Dekat dengan jalan untuk memudahkan transportasi/ pengangkutan bibit kelokasi penanaman. Kegiatan yang dilakukan dalam pembibitan diantaranya : a. Penyemaian Benih Benih yang disemaikan merupakan benih yang di datangkan dari perusahaan b. bersertivikasi seperti bibit Socfindo dari Pekanbaru, Marihat/Dami dari Medan dan BSM dari Palembang. Isi Tanah pada Baby Polybag Pre nursery

15

Baby polybag yaitu polybag yang berukuran kecil yang berwarna hitam, tidak mudah lapuk, mempunyai ukuran lebar 15 cm x panjang 23 cm (pada waktu diratakan), tebal 0,25 mm dan mempunyai 2 baris lubang drainase, berisi 1 kg tanah. Polybag harus sudah tersedia sebelum bibit datang dikebun, jumlah polybag harus melebihi dari jumlah bibit hal ini untuk mengantisipasi apabila terjadi kerusakan polybay sehingga masih tersedia gantinya. Sebelum melakukan pengisian tanah ke baby polybag terlebih dahulu tanah dicampur dengan pupuk RPH dosis 20 gr/polybag dan pupuk organic agar kandungan nutrisi dalam polybag tersebut cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan kecambah bibit kelapa sawit. Selanjutnya baby polybag yang telah terisi tanah kemudian diletakkan berkelompok-kelompok dalam bedengan-bedengan. Dan setiap bedengan berukuran 1,2 m x 10 m, bedengan sebaiknya disangga dengan menggunakan kayu / papan disekelilingnya agar tidak mudah roboh atau ambruk. Setelah itu dilaukan penyiraman 2x sehari yaitu pagi dan sore hari. c. Penanam Kecambah Penanaman kecambah harus segera dilakukan begitu begitu kecambah diterima di kebun. Kecambah yang diterima dikebun harus segera dilakukan seleksi setiap kantongnya untuk memastikan tidak ada kecambah yang busuk atau yang patah. Apabila ditemukan kecambah yang busuk dan patah atau menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik/abnormal maka harus segera dipisahkan agar tidak menular yang lain. Setelah dilakukan seleksi kecambah yang normal dilakukan penyemprotan fungisida 0,1 % supaya terhidar dari serangan jamur dan penyakit dalam tanah kemudian baru dilakukan penanaman. Sebelum dilakukan penanaman kecamabah pada baby polybag harus dilakukan penyiraman terlebih dahulu supaya tanah atau media tanam menjadi lembab dan tidak kering. 16

Pada saat penanaman kecambah dilapangan harus dilakukan dengan benar dan tidak boleh sampai terbalik, posisi yang benar yaitu calon daun menghadap keatas dan calon akar menghadap kebawah. Proses penanaman ini harus benar-benar diperhatikan sebab apabila sembarangan dalam menanam dapat terbalik sehingga dapat membuat kecambah tertunda atau telat tumbuh bahkan juga kecamabah tersebut dapat mati. Waktu pelaksanaan penanaman kecambah yang baik yaitu pada pagi hari antara pukul 07.00-10.00 dan sore harinya pukul 16.00-18.00. Saat ini lah yang tepat untuk menanam benih kelapa sawit, apabila lewat dari waktu yang di anjurkan maka kurang baik untuk benih yang ditanam. Pemberian lubang yitu dengan menggunakan jari tangan agar dapat dikira-kira kedalamannya supaya tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dangkal. Kecambah ditaman pada posisi calon daun menghadap keatas dan calon akar menghadap kebawah atau yang berwarna kuning kecoklatan menghadap kebawah. Penanaman dilakukan secara hati-hati dantidak boleh sembarangan setelah penanaman selesai kemudaian kecambah ditutup dengan tanah tipis kurang lebih 2 cm. penanaman benih yang di pre nursery tidak perlu di buatkan naungan tetapi jika dengan pertimbanganpertimbangan tertentu pre nursery perlu di buatkan naungan. d. Isi Tanah pada Large Polybag Main Nursery Pada main nursery polybag yang digunakan yaitu polybag berukuran besar, warna hitam, tahan lapuk, mempunyai ketebalan 0,50mm dengan 4 lubang drainase. Dan lebar 40 cm x panjang 50 cm pada posisi diratakan. Tanah yang digunakan untuk mengisi large polybag yaitu tanah mineral yang gembur yang dicampur dengan tanah gambut dengan menggunakan perlakuan khusus dalam pemupukan. Sebelum large polybag diisi dengan tanah terlebih dahulu dicampur dengan pupuk RPH dengan dosis 75 gram RP/polybag, selanjutnya dilakuka penyusunan polybag dengan bentuk 17

segitiga dengan jarak 90 cm antar polybag dan 90 cm antar baris. Atau sering disebut dengan istilah mata lima. e. Bibit ke large polybag Sebelum bibit pada Large polybag harus dibuat lubang dengan ukuran sedalam Baby polybag dengan menggunakan alat pelubang. Selanjutnya plastic pada baby polybag dipotong dengan gunting dan dilepaskan kemudian bibit dimasukan ke dalam lubang yang telah dipersiapkan. Setelah dilakukan penanaman dilakukan penekanan pada tanah tersebut agar bibit dapat berdiri dengan tegak, kokoh dan agar tidak mudah roboh. f. Penyiraman Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.00-09.00 dan pada sore hari pukul 16.00-17.30. delam proses penyiraman dipastikan polybak tersiram sampai jenuh artinya tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Penyiraman dilakukan dengan cara mengkabutkan atau dipancurkan dengan cara selang plastik untuk penyiraman di diberi lubang kecil-kecil sepanjang pipa yang melewati Large polybag.

Gambar 4 : Penyiraman Penyiraman tidak boleh dilakukan dengan cara menyemprot langsung karena dapat mengakibatkan bibit tersebut rusak bahkan roboh. Penyira18

man harus rutin dilakukan setiap hari dan tidak boleh sampai terlambat karena dapat berakibat fatal buat bibit yaitu bibit tidak mau tumbuh. g. Pemupukan Pada proses pemupukan di pembibitan digunakan jenis pupuk NPK dan Kisrit. Kebutuhan pupuk pada masing-masing umur tanaman berbedabeda, pada umur 1-3 bulan digunakan pupuk NPK dengan dosis 0,18 sampai 0,45 gram. Pada umur 4-5 bulan digunakan pupuk NPK dengan dosis 7 gram. Pada umur 6-7 bulan digunakan pupuk NPK dengan dosis 7 gram. Pada umur 8-9 bulan digunakan pupuk NPK dengan dosis 12 sampai 15 gram. Pada umur >10 bulan digunakan pupuk NPK dengan dosis 30 gram. Sedangkan pemberian pupuk Kisrit pada umur 4-5 bulan dengan dosis 7 gram. Salah satu fungsi dari pemberian pupuk Kisrit yaitu untuk memperbaiki struktur tanah, pemupukan dilakukan 4 kali dalam satu bulan.

Gambar 5 : Pemupukan pada Bibit h. Hama Penyakit Tanaman (HPT) Pada bibit kelapa sawit hama yang banyak menyerang yaitu belalang yang menyerang pada daun dengan gejala daun berlubang-lubang dan habis dimakan. Pengendalian hama ini dilakukan dengan menggunakan

19

insektisida yang bersifat sistemik. Penyakit yang menyerang yaitu jamur Culvaria dengan gejala serangan pada daun terdapat bercak-bercak hitam dan lama-kelaman bercak-bercak tersebut akan menjadi lubang-lubang. Cara penanggulangan jamur tersebut yaitu disemprot dengan Sevinditan Biovolan yang bersifat sistemik. i. Penyiangan Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan menggunakan alat sabit atau parang untuk membabat gulma yang sulit dicabut. Cara manual lain yaitu dengan cara mencabut secara langsung gulma-gulma yang mempunyai perakaran dangkal dengan tangan. Penyiangan dilakukan minimal satu minggu sekali agar gulma tidak cepat tumbuh. Penyiangan gulma dilakukan baik yang didalam kantong polybag maupun disekitar polybag yang keberadaannya mengganngu dan sebagai Kompetitor bagi bibit tanaman kelapa sawit tersebut yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bibit. j. Konsulidasi Konsulidasi merupakan kegiatan pemeliharaan bibit tanaman untuk memperbaiki posisi polybag yang miring dan menambahkan bahan tanam apabila terjadi kekurangan misalnya menambah tanah.

20

Gambar 6 : Bibit Miring (Konsolidasi) k. Mulsing Mulsing yaitu kegiatan pemberian mulsa berupa cangkang kelapa sawit atau sabut kelapa sawit didalam polybag. Adapun fungsi pemberian cangkang atau sabut tersebut antara lain untuk menjaga kelembaban tanah pada polybag, untuk menghambat pertumbuhan gulma dalam polybag, dan untuk menghambat respirasi dan evapotranspirasi.

Gambar 7 : Pemberian Mulsa l. Bongkar bibit dan Pengangkutan Bongkar bibit yaitu pemindahan bibit dari blok pembibitan ke jalan dengan menggunakan angkong yang akan dikirim ke lahan pengembangan untuk segera ditanam dengan menggunakan alat pengangkutan. Bibit kelapa sawit yang siap dipindahkan dari pembibitan ke lapangan yaitu pada umur 10 12 bulan. Sebelum dilakukan penanaman dilahan terlebih dahulu dibuat lubang tanam minimal dua minggu sampai satu bulan sebelum penanaman.

21

Gambar 8 : Bongkar Bibit dan Pengangkutan 3. Penanaman Adapun kegiatan yang dilakukan sebelum penanaman diantaranya yaitu : a. Pengajiran / Pemancangan Pemancangan dilakukan untuk memberikan tanda-tanda guna pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang telah direncanakan, bahan atau alat yang digunakan dalam proses pemancangan berupa kompas, kayu pancang (pancang induk dan anak pancang), bendera, meteran, dan tali. Urutan kerja pancang diantaranya dengan menentukan ajir induk terlebih dahulu kemudian dengan menggunakan kompas ditentukan arah utara dan selatan dengan jarak tanam (8,7 x 8,7 x 8,7 ) meter dengan menggunakan tali dengan tanda jarak 8,7 m dipakai untuk menacapkan anak ajir sebagai patokan lubang tanam. Pada pancang induk diberi bendera sebagai patokan, kemudian pemancangan dilakukan secara bergantian dengan barisan tanaman selanjutnya. b. Pembuatan Lubang Tanam Sebelum melukan penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam, dalam pembuatan lubang tanam terlebih dahulu dilakukan pengajiran / pancang tanam pada lahan yang akan dibuat lubang tanam. Ukuran lubang tanam 60 cm - 60 cm - 40 cm dengan jarak tanam segitiga sama sisi (8,7 x 8,7 x 8,7 ) meter. Dengan jumlah populasi 153 pokok/Ha. c. Pemupukan Lubang Tanam Dosis pupuk perlubang yang digunakan pada penanaman kelapa sawit

22

yaitu 250 gram pupuk RPH yang dimasukan ke lubang tanam bersamaan dengan top soil dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan akar. d. Penanaman Bibit Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu bibit harus diecer ke dalam blok blok penanaman, setelah lubang tanam ditimbun dengan top soil bibit diletakkan secara hati-hati ke dalam lubang tanam dengan mengoyak kantong plastic bagian bawah secara memutar kemudian plastic polibag tersebut diangkat ke atas memutari pinggiran bibit yang dimaksudkan untuk melindungi bibit dari serangan hama tikus. Setelah itu dilakukan penimbunan dengan lapisan tanah atas secara merata.

Gambar 9 : Penanaman Bibit e. Tanam Kacang Penanamann kacang-kacangan sebagai penutup tanah dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan, menghasilkan bahan organic sehingga memperbaiki stuktur tanah, serta dapat mengikat unsure nitrogen dari udara yang bermanfaat untuk pertumbuhan kelapa sawit. f. Sensus Supaya semua titik tanam hidup dan menghasilkan produksi perhektar 23

maka perlu dilakukan sensus setelah proses penanaman. Kegiatan sensus ini dilakukan untuk memperoleh data perhitungan tanaman yang mati sehingga dapat segera dilakukan penyisipan tanaman.

4.

Perawatan Tanaman a. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tanaman belum menghasilkan merupakan fase dimana tanaman mulai ditanam dilapangan hingga berproduksi untuk yang pertama kalinya. Naman Perawatan tanaman pada fase belum menghasilkan tidak jauh berbeda dengan perawatan tanaman menghasilkan (TM).

Gambar 10 : Tanaman Belum Menghasilkan Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan dalam perawatan tanaman belum menghasilkan antara lain adalah : 1. Pemberantasan Lalang Secara khemis Lalang merupakan salah satu tumbuhan yang merugikan bila 24

tumbuh di lahan perkebunan. Gulma ini mampu tumbuh dengan cepat sehingga lahan yang kurang pemeliharaannya akan mudah tertutup oleh gulma yang mempunyai zat alelopati. Zat alelopati merupakan zat yang terdapat pada lalang yang mempunyai fungsi untuk mempercepat pertumbuhan lalang. Keberadaan lalang sangat merugikan sekali pada tanaman kelapa sawit, karena zat alelopati yang berada pada lalang mampu mengikat unsure hara yang dibutuhkan kelapa sawit . akibatnya unsur hara sukar diserap oleh akar tanaman, apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama maka tanaman kelapa sawit akan mengalami pertumbuhan yang abnormal. Pengendalian gulma lalang dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida kontak, dengan cara kerja dimana tanaman yang terkena butiran air akan langsung mati. Herbisida kontak sifatnya sementara artinya hanya membunuh bagian gulma saja tanpa mengenai perakarannya. Penyemprotan lalang seharusnya dilakukan sebelum gulma ini berbunga untuk mengurangi penyebaran biji dari gulma tersebut. Bahan kimia yang digunakan adalah Gramoxone dan Primaxe dengan dosis 70 cc / 12 liter. Setelah kurang dari 1 jam maka reaksi dari herbisida tersebut akan mulai kelihatan yaitu daun dan batang gulma akan nampak terbakar dan akhirnya akan mati. Secara mekanis (manual) Selain secara khemis pemberantasan gulma lalang dapat dilakukan secara mekanis. Pengendalian gulma secara mekanis adalah mengendalikan pertumbuhan gulma yang berada di sekitar tanaman kelapa sawit dengan menggunakan alat manual seperti ; parang, garu dll dengan cara dibabat. Apabila keadaan gulma

25

lalang tidak dalam populasi yang banyak dapat dilakukan dengan cara mencabut langsung gulma tersebut sehingga sampai akarnya pun dapat tercabut.

2.

Rawat Piringan Piringan adalah areal disekeliling pohon atau disekitar tanaman yang dibersihkan dari keberadaan gulma. Guna membersihkan piringan yaitu untuk memberikan ruang untuk pertumbuhan tanaman maupun sebagai tempat untuk menabur pupuk. Pekerjaan pembuatan piringan dilakukan apabila di daerah sekitar tanaman yang tumbuh telah banyak ditumbuhi oleh gulma. Pembuatan piringan pada TBM dapat dilakukan dengan cara khemis maupun dengan cara manual, dengan kriteria daerah sekitar tanaman harus bersih dari gulma, anakan kayu maupun dari kacangan. Apabila pekerjaan ini dilakukan secara khemis yaitu disemprot dengan herbisida maka jangan sampai mengenai tajuk tanaman. Pembuatan piringan pada TBM mempunyai standar-standar atau kriteria tertentu, antara lain yaitu pada TBM I jari-jari piringan 1-1,5 meter dari pangkal batang tanaman, pada TBM II dan III jari-jari piringan 1,5-2,5 meter dari pangkal batang tanaman. Rawat piringan dilakukan dengan rotasi 6 kali dalam setahun dengan 3 kali secara khemis dan 3 kali secara mekanis.

3.

Rawat Gawangan Rawat gawangan adalah membersihkan gulma dari kelompok anak kayu yang ada digawangan pohon, piringan dan sekitar parit atau sungai. Perawatan gawangan dapat dilakukan dengan cara manual maupun cara khemis. Cara manual yang dilakukan dapat berupa membabat, mencabut maupun mendongkel anak kayu. Sedangkan 26

cara khemis dilakukan dengan cara menyemprotkan herbisida, baik herbisida yang bersifat kontak maupun yang bersifat sistemik.

4.

Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan perawatan yang sangat penting untuk dilakukan sebab pemupukan dapat menentukan baik atau buruknya pertumbuhan dan hasil serta produksi suatu tanaman. Dosis pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan ditentukan oleh status dan umur tanaman. Pada perkebunan kelapa sawit, pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar disekitar pangkal batang atau disekitar piringan tanaman yang bersih dari gulma. Pupuk yang diberikan pada tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan dapat berupa pupuk organic maupun pupuk anorganik. Pupuk organic yang diberikan dapat berupa tandan kosong kelapa sawit yang merupakan limbah padat dari pabrik. Pemberian tandan kosong ini ditujukan selain untuk persediaan bahan organic juga ditujukan untuk menjaga kelembaban tanah disekitar perakatan tanaman. Penyusunan tandan kosong kelapa sawit yang digunakan untuk pupuk dianjurkan sebaiknya hanya satu lapis saja. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya perkembangan dari hama yang merusak tanaman, terutama hama kumbang badak (Oryctes rhynoceros).

b. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM). Tanaman menghasilkan (TM) adalah tanaman kelapa sawit yang sudah dapat berproduksi atau dapat dipanen sesuai dengan rotasinya. Pada prinsipnya kegiatan TM sama dengan perawatan TBM. Perawatan ditujukan untuk mempermudah proses panen dan mendukung produktifitas 27

tanaman atau meningkatkan produksi kelapa sawit.

Gambar 11 : Tanaman Menghasilkan Kegiatan perawatan TM dibagi dalam berbagai kegiatan, diantaranya yaitu : 1. Pengendalian Gulma Pada pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) tidak lepas dari kegiatan pengendalian gulma. Gulma pada lahan perkebunan sangat banyak jenisnya diantaranya : gulma daun lebar, gulma daun sempit, pakisan, anak kayu. Pengendalian dilakukan dengan dua cara yaitu secara khemis dan mekanis. Pengendalian khemis yaitu pengendalian menggunakan bahan kimia, sedangkan pengendalian gulma secara mekanis yaitu tanpa menggunakan bahan kimia atau secara manual. Sebelum melakukan pengendalian gulma ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu memilih secara selektif jenis gulma apa yang dominant dan yang akan dikendalikan, keadaan gulma, alat dan bahan, cara kerja dilapangan, pengawasan, evaluasi setelah dilakukan aplikasi. Pengendalian gulma secara khemis harus dipilih herbisida yang sesuai, karena pemilihan bahan herbisida berpengaruh pada tingkat

28

keberhasilan penyemprotan hebisida dan penggunaan dosis yang tepat akan lebih efisien dan efektif. 2. Rawat Pasar Pikul Rawat pasar pikul disebut juga dengan rawat path ataupun jalan angkong panen. Jalan panen adalah jalan ditengah-tengah barisan tanaman yang diperuntukkan bagi pemanen untuk mempermudahkan jalan angkong dalam proses pengangkutan tandan masak buah kelapa sawit ketempat pengumpulan hasil (TPH). Perawatan jalan panen TM pada prinsipnya sama dengan perawaran TBM, tetapi rotasinya lebih kecil tergantung tahun tanam berkisar 2-3 kali dalam setahun. Rawat jalan panen mutlak dilakukan minimal 3 kali dalam setahun, tujuannya untuk persiapan pemupukan. Bedanya perawatan ini ada pada fungsinya, pada perawatan jalan panen di TBM berfungsi untuk mengontrol pemeliharaan sesuai dengan budgetnya, sehingga mudah dalam mengeceknya serta mempermudah dalam proses pemupukan. 3. Rawat Piringan Perawatan piringan TM sama halnya dengan perawatan path, disamping rotasinya lebih kecil dibandingkan tanaman menghasilkan. Perawatan piringan ini dilakukan menggunakan herbisida ataupun dengan membabat gulma atau anakan kayu yang ada disekeliling pohon kelapa sawit dengan memperhatikan kebersihan piringan, ukuran piringan dan jenis herbisida yang dipakai. Kebersihan piringan sangat penting khususnya dalam pengutipan atau pengambilan brondolan, piringan yang kotor akan mempersulit pengutipan atau tercampur dengan sersah-sersah kotoran. Ukuran piringan pada TM harus benar-benar diluar tajuk terluar 30 cm. jenis herbisida yang digunakan sebainya yang bersifat sistemik. Pemakaian pestisida pada saat hujan tidak dianjurkan karena 29

mengingat campuran herbisida yang dipakai akan terlindi oleh air hujan sehingga efektifitasnya rendah. Air yang digunakan untuk campuran herbisida harus bersih, tidak berlumpur dan bukan air berlumpur.

Gambar 12 : Penyemprotan (Perawatan piringan) 4. Tunas (Prunning). Pruning adalah pekerjaan memotong pelepah dengan tujuan menjaga standart jumlah pelepah tiap pohon kelapa sawit. Pruning dilakukan pada tanaman yang sudah menghasilkan yang telah dinyatakan bisa dilaksanakan pembuangan jumlah pelepah yang ada. Pada TM I tidak boleh dilakukan pruning pelepah, hanya boleh dilakukan pembuangan pelepah yang mengering atau pembuangan tunas pasir yang tidak berguna bagi tanaman. Pruning bertujuan untuk mengurangi jumlah pelepah sesuai dengan jumlah optimal yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan fotosintesa. Apabila jumlah pelepah yang berlebihan atau kurang dari yang

30

dibutuhkan, maka mekanisme pembuahan pada tanaman kelapa sawit akan terganggu. Prunning disamping bertujuan menjaga pelepah yang optimal, juga menjaga kebersihan tanaman untuk kemudahan bagi para pemanen. Jumlah pelepah yang melebihi batas sulit bagi pemanen untuk memanen dengan benar disamping sering terjadi kehilangan sejumlah brondolan yang melekat pada pelepah dibawah tandan buah yang matang, sehingga mengurangi berat rata-rata tandan atau sering disebut berat janjang rata-rata (BJR).

Gambar 13 : Penunasan/Prunning. Tujuan dari penunasan diantaranya yaitu : 1.Mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak). 2.Menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah. 3.Memperlancar proses penyerbukan alami. 4.Melakukan sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit.

31

5.Pada tanaman muda, pelaksanaan tunas pasir atau sanitasi dapat mempermudah pemupukan semprot piringan dan pengutipan brondolan. 6.Mencegah tumbuhnya gulma pada ketiak pelepah atau pada batang pohon tanaman. Banyaknya atau jumlah pelepah yang dipertahankan pada pohon kelapa sawit antara lain : 1.Pada umur 3-4 tahun dipertahankan 7-8 spiral pelepah sebanyak 56 pelepah/pohon. 2.Pada umur 5-9 tahun dipertahankan 6 spiral pelepah sebanyak 48-52 pelepah/pohon. 3.Pada umur > 9 tahun dipertahankan 5 spiral pelepah sebanyak 40 pelepah/pohon. Pelaksanaan pruning dilakukan dengan rotasi dua kali setiap tahun atau enam bulan sekali. Prunning juga dapat dilakukan pada saat kegiatan panen dengan pertimbangan apabila pelepah yang ada sudah melebihi 5. ketentuan Pemupukan Untuk memacu pertumbuhan dan mendapatkan hasil yang maksimal tanaman kelapa sawit perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsure hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Untuk mendapatkan hasil tersebut diperlukan rangkaian pekerjaan yang harus diteliti terlebih dahulu seperti : analisa daun dilaboratorium, uji kesuburan tanah, uji aplikasi pemupukan baik dosis, takaran maupun waktunya. Aplikasi pupuk dilapangan sangat menentukan keberhasilan, bila aplikasi dilakukan dengan tepat maka pupuk yang akan diserap tanaman akan lebih efisien dan efekif. Kesalahan dalam aplikasi akan 32 umur tanaman. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan jumlah pelepah dan meningkatkan produksi.

menyebabkan pengeluaran biaya yang besar dan pemberian pupuk yang berlebihan juga kurang baik bagi tanaman kelapa sawit. Aplikasi dilapangan merupakan rangkaian akhir dari pekerjaan pemupukan yang sangat menentukan keberhasilan usaha efisiensi pemupukan. Oleh karena pengaruh pmupukan baru terlihat 1-2 tahun aplikasi, maka harus dilakukan dengan benar dan penuh rasa tanggung jawab. Pelaksanaannya harus berdasarkan pedoman yang jelas tentang pengorganisasian pemupukan dan pengertian yang baik tentang pupuk.

Gambar 14 : Pemupukan. Untuk menjaga agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemupukan yaitu : a. Kondisi piringan sebelum dilakukan pemupukan Pelaksanaan pemupukan secara manual sebagian besar masih dilakukan didalam dan disekitar piringan, untuk itu sebelum dilakukan peupukan kondisi piringan harus bersih. b. Waktu pemupukan Waktu pemupukan yang tepat adalah pada saat kondisi tanah lembab aplikasi pemupukan tidak boleh dilakukan pada saat bulan

33

dengan curah hujan tinggi (>350 mm/bulan) dan bulan dengan curah hujan sangat rendah (< 50 mm/bulan). Rotasi pemupukan pada TM dilakukan 3-4 kali setahun. c. Organisasi sebelum dilakukan pemupukan Takaran agar dipersiapkan dengan ketentuan : terbuat dari bahan yang cukup kuan dan tidak pecah selama periode pemupukan, takaran harus sama dengan cara. Satu takaran hnya untuk satu jenis pupuk dengan dosis tertentu. Mencantumkan pada takaran tersebut untuk jenis pupuk dan dosis. Persiapan pupuk digudang afdeling atau rayon dilakukan dengan cara permintaan pupuk dilakukan paling lambat satu hari sebelum aplikasi. Jika terdapat pupuk yang membatu atau menggumpal maka harus dikeluarkan dari tempatnya atau goni kemudian dihancurkan dan dimasukan kantong kembali. Persiapan pengangkutan dilakukan dengan cara menyediakan kendaraan pengangkut pupuk dari gudang devisi ke lapangan, sehari sebelumnya pemupukan harus dipastikan agar saat pemupukan pagi harinya pupuk sudah diecer ke areal atau blok, pengeceran pupuk dari atas kendaraan ditangani oleh petugas yang sudah terlatih. Persiapan keamanan dilakukan pada daerah yang rawan, pupuk yang telah diecer ke lapangan harus terjamin dari pencurian atau pembuangan di gawangan dan parit. Pupuk yang telah diecer dilapangan harus diusahakan selesai ditabur seluruhnya hari itu juga, karung pupuk tidak boleh dibuka dijalan tetapi harus dimasukan kepiringan pohon dalam barisan yang akan dipupuk.

6.

Dosis dan Cara Aplikasi Pupuk 34

a. pemupukan

Dosis Pupuk Dosis pupuk untuk tanaman TM didasarkan pada rekomendasi yang telah disediakan oleh bagian riset berdasarkanpada interpretasi hasil analisa daun, hasil percobaan pemupukan dan juga mempertimbangkan data lain yang tersedia seperti curah hujan, hasil panen, jenis tanah, genetic tanaman, serta observasi yang dibuat selamadilakukan inspeksi dilapangan.

b.

Frekuensi Pemberian Pupuk Nitrogen (N) Potassium (K) diaplikasikan 2 kali setahun. Untuk beberapa areal dalam kasus tertentu seperti areal berbukit, bergambut dan berpasir dapat diaplikasikan 3 kali setahun. Phosphor (P), Magnesium (Mg), Seng (Zn), Copper (Cu), dan Boron (B) tidak boleh lebih dari satu kali setahun.

c.

Interval Apikasi Pupuk Pada situasi yang normal, semua nutrisi utama ( N, P, K, Mg) harus diberikan sebelum pemberian dari elemen dasar (B, Cu, Mn, dan Mo) kecuali dinyatakan lain ( adanya kekurangan unsure mikro tertentu)

d.

Pengawasan Saat pelaksanaan pemupukan pengawasan menjadi hal yangsangat penting. Mandor dan asisten afdeling wajib berada ditempat dan melakukan control terhadap pelaksanaan aplikasi pemupukan.

e.

Pemberian Tandan Kosong Tandan atau janjang kosong hasil pengolahan PKS harus segera diaplikasikan ke lapangan paling lambat satu minggu setelah diproduksi. Sebagai prioritas diaplikasikan pada TBM namun demikian jika suatu kebun tidak ada areal TBM atau lokasi yang terlalu jauh maka aplikasi tankos dilakukan pada areal TM. Dosis 35

yang direkomendasikan adalah 60 Ton/Ha/ 2th secara mekanis dengan menggunakan dumtruk. Tankos ini harus disebarkan diantara pokok tanaman. Pemberian janjang kosong harus ditambahkan pupuk anorganik dengan cara segera setelah pemberian mulsa segeraditabur 186 kg urua/ha diatas tandan kosong, dan setelah 1 bulan aplikasi tandan kosong ditabur 1 kg TSP per pokok ditebar diatas tandan kosong tersebut. Pada kondisi tertentu aplikasi tandan kosong tidak dapat sempurna khususnya secara manual. Kondisi tersebut memungkinkan hilangnya nutrisi yang lebih besar sebelum diaplikasikan kelapangan.

Gambar 15 : Pengaplikasian Tandan Kosong

5.

Panen

36

Pelaksanaan panen harus benar-benar menjadi perhatian kepada seluruh jajaran kebun. Ketidak tercapainya standart panen akan memberikan kerugian yang besar karena terkait dengan produksi CPO/ha. Disamping kuantitas dalam produksi kualitas dituntut menjadi prioritas utama untuk mendapatkan hasil minyak/ha yang tinggi dengan mutu yang diterima oleh pasar. Tanaman dinyatakan memasuki usia panen jika sudah berumur 30 bulan setelah ditanam. Sebelum dimulai kegiatan panen setiap kebun harus mempersiapkan secara dini prasarana seperti jalan, jembatan, gorong-gorong dan TPH.

Gambar 16 : Proses Pemanenan Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemanenan diantaranya yaitu : a. Standart kematangan Standart minimum buah masak yang boleh dipanen adalah dalam 1 brondolan lepas dari per kg berat tandan. Atau jumlah brondolan yang jatuh lebih dari 40 butir buah dipiringan per tandan. Ini merupakan ketentuan yang tidak boleh dilannggar dalam kaitannya dengan panen buah mentah. Asisten dan mandor harus melakukan control terhadap pematangan buah

37

yang dipanen dan harus melakukan tindakan tegas kepada pemanen yang melakukan panen buah mentah. Buah yang dikirim ke PKS harus memenuhi standart kematangan dengan proporsi buah matang (> 85%), bauh kurang matang (< 5 %), bauh mentah (0%), buah terlalu matang (