laporan kinerja - kemenko pmk...tabel 3.2 realisasi capaian kinerja sasaran strategis kemenko pmk...
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJAKEMENKO PMKTAHUN 2019
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAANREPUBLIK INDONESIA
iLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019PB
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORANKINERJA
2019
iiiLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019ii
iiiLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019ii
PERNYATAAN TELAH DIREVIU
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
TAHUN ANGGARAN 2019
Kami telah mereviu Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan untuk Tahun Anggaran 2019 sesuai
Pedoman Reviu atas Laporan Kinerja. Substansi yang dimuat menjadi tanggung
jawab manajemen Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan.
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas laporan kinerja telah
disajikan secara akurat, andal, dan valid.
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan
perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam laporan
kinerja ini.
Jakarta, Februari 2020Inspektur
Gunarso Djoko Santoso
vLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019iv
MUHADJIR EFFENDYMenteri Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
vLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019iv
Kata Pengantar
PUJI SYUKUR kita panjatkan ke Hadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
Laporan Kinerja Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Kemenko PMK) Tahun 2019 dapat disusun.
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
merupakan upaya, kebijakan, program, dan
kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia yang sejahtera,
maju, berkarakter Pancasila, dan bermartabat.
Untuk mendukung hal tersebut, Kemenko
PMK telah melaksanakan berbagai program
sebagaimana tercantum dalam Rencana Kinerja
Kemenko PMK tahun 2019.
Pencapaian Program/kegiatan tersebut
diukur melalui pencapaian target Indikator
Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan.
Laporan Kinerja Tahun 2019 merupakan wujud
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
kinerja, yang di dalamnya menguraikan target,
realisasi, dan evaluasi kinerja dan penggunaan
anggaran pada Tahun 2019.
Akhir kata, masukan dan saran perbaikan yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Laporan Kinerja ini bermanfaat untuk
kemajuan kita bersama.
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahamatullahi Wabarakatuh,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
MUHADJIR EFFENDY
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
viiLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019vi
Muhadjir Effendy
Menko PMK Pada Rapat Koordinasi Nasional Gerakan Nasional Revolusi Mental
di Ballroom Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta
viiLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019vi
LAPORAN KINERJA Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Kemenko PMK) merupakan tindak lanjut dari
Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, dan PermenPANRB Nomor 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu
atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
sebagai bentuk akuntabilitas pelaksanaan tugas
Kemenko PMK atas target dan penggunaan
anggaran tahun 2019.
Pencapaian Kinerja Kemenko PMK tahun 2019
mengacu pada Sasaran Strategis yang telah
ditetapkan pada Perjanjian Kinerja tahun
2019. Pencapaian tersebut dilakukan melalui
Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya di lingkungan Kemenko
PMK. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
Kemenko PMK tahun 2019 ditunjukkan dalam
Tabel 1.
TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS
Meningkatnya kualitas koordinasi, sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan.
Meningkatnya kualitas koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan untuk mendukung kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar.
Meningkatnya kualitas koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan untuk mendukung kemantapan pemberdayaan.
1. Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Bidang Pendidikan.
2. Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Bidang Kesehatan.
3. Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar.
4. Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar
5. Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan pemberdayaan.
6. Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan pemberdayaan
RingkasanEksekutif
SS1
SS2
T1
Meningkatnya kualitas koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan yang diarahkan pada pembangunan karakter bangsa untuk mendukung kemantapan gotong royong.
7. Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan yang diarahkan pada pembangunan karakter bangsa dalam mendukung kemantapan gotong royong.
8. Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan gotong royong
SS3
Tabel 1. Sasaran Strategis Kemenko PMK
ixLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019viii
Berdasarkan analisis capaian kinerja yang telah
dilakukan, beberapa kesimpulan yang dapat
diambil adalah:
1. Sasaran Strategis “Meningkatnya kualitas
koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan,
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan
untuk mendukung kemantapan pelayanan
dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar”
diukur oleh 4 Indikator Kinerja Utama (IKU).
Target IKU-1 – Tingkat Capaian K/L terhadap
Target Indikator IPM Bidang Pendidikan,
IKU-2 – Tingkat Capaian K/L terhadap
Target Indikator IPM Bidang Kesehatan
masing-masing dapat tercapai 100%, IKU-3
– Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan
atas Efektivitas dan Efisiensi Koordinasi
dan Sinkronisasi Perumusan, Penetapan,
dan Pelaksanaan Kebijakan Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan dalam Mendukung
Kemantapan Pelayanan Dasar dan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar capaiannya melebihi target
yang telah ditetapkan sebesar 5,18, yaitu
sebesar 5,24 atau 101,16%, sedangkan IKU-4 –
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang
mendukung kemantapan pelayanan dasar
dan pemenuhan kebutuhan dasar.
2. Capaian Sasaran Strategis “Meningkatnya
kualitas koordinasi dan sinkronisasi perumus-
an, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan,
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan untuk
mendukung kemantapan pemberdayaan”
yang diukur melalui IKU-5 Indeks Kepuasan
Pemangku Kepentingan atas Efektivitas
dan Efisiensi Koordinasi dan Sinkronisasi
Perumusan, Penetapan, dan Pelaksanaan
Kebijakan Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan dalam Mendukung Kemantapan
Pemberdayaan dapat melampaui target yang
telah ditetapkan sebesar 5,20, yaitu 5,23 dari
target 5,20 atau 101,3%, sedangkan IKU-6 –
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang
mendukung kemantapan pemberdayaan.
3. Capaian Sasaran Strategis “Meningkatnya
kualitas koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan,
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan
yang diarahkan pada pembangunan karakter
bangsa dalam mendukung kemantapan
pembangunan karakter” yang diukur
oleh 2 IKU. IKU-7 – Indeks Kepuasan
Pemangku Kepentingan atas Efektivitas
dan Efisiensi Koordinasi dan Sinkronisasi
Perumusan, Penetapan, dan Pelaksanaan
Kebijakan Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan dalam Mendukung Kemantapan
Pembangunan Karakter, melampaui target
yang telah ditetapkan sebesar 5,18, yaitu
sebesar 5,21 atau 101,2%. Sedangkan IKU-8 –
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang
mendukung kemantapan gotong royong.
4. Realisasi anggaran Kemenko PMK tahun
2019 adalah sebesar 81,87% dari pagu
Rp342.898.144.000,00.
ixLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019viii
Menko PMK Bersama Peraih Medali Emas Indonesia Pada Cabang Olahraga
Angkat Besi SEA Games 2019 di Filipina
xiLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019x
Menko PMK melakukan kunjungan kerja untuk memantau pengaruh gagal bayar BPJS Kesehatan
terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Kota Malang, Jawa Timur
xiLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019x
DaftarIsi
Pernyataan Telah Direviu iii
Kata Pengantar v
Ringkasan Eksekutif vii
Daftar Isi xi
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi 2
1.4 Sumber Daya Manusia 4
1.5 Sistematika Penyajian 4
Bab II Perencanaan Kinerja
2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 7
2.2 Rencana Strategis Kemenko PMK Tahun 2015-2019 9
2.3 Perjanjian Kinerja Tahun 2019 14
2.4 Rencana Aksi Kemenko PMK Tahun 2019 14
Bab III Akuntabilitas Kinerja
3.1 Pengukuran Kinerja 19
3.2 Capaian Kinerja 21
3.2.1 Sasaran Strategis 1 (SS1) 22
3.2.2 Sasaran Strategis 2 (SS2) 57
3.2.3 Sasaran Strategis 3 (SS3) 73
3.3 Realisasi Anggaran Tahun 2018 86
Bab IV Penutup 89
Lampiran 91
xiiiLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019xii
Tabel 2.1 Keterkaitan Nawacita dengan Agenda Pembangunan Kemenko PMK 10
Tabel 2.2 Visi dan Misi Kemenko PMK 2015-2019 11
Tabel 2.3 Tujuan dan Sasaran Strategis Kemenko PMK 12
Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja Kemenko PMK Tahun 2019 15
Tabel 2.5 Rencana Aksi Triwulanan Kemenko PMK Tahun 2019 16
Tabel 3.1 Rentang Nilai Kategori Pencapaian 20
Tabel 3.2 Realisasi Capaian Kinerja Sasaran Strategis Kemenko PMK Tahun 2019 22
Tabel 3.3 Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis 1 23
Tabel 3.4 Indikator Pendidikan 2010-2019 26
Tabel 3.5 Capaian Target Indikator IPM Bidang Pendidikan hingga 2019 27
Tabel 3.6 Variabel Indikator Pendidikan oleh K/L 27
Tabel 3.7 Sasaran Siswa dan Anggaran BOS Reguler Kemdikbud Tahun 2018-2019 31
Tabel 3.8 Sasaran Siswa dan Anggaran BOS Reguler Kemenag Tahun 2018-2019 32
Tabel 3.9 Penerima Beasiswa Perguruan Tinggi dari Tahun 2014-2019 33
Tabel 3.10 Target dan Realisasi Sekolah Menerapkan K13 Tahun 2018-2019 34
Tabel 3.11 Komposisi dan Jumlah Guru di Indonesia 35
Tabel 3.12 Sasaran Pembangunan Kesehatan 36
Tabel 3.13 Indikator Kesehatan oleh K/L di Bawah Koordinasi Kemenko PMK 38
Tabel 3.14 Meningkatnya Kesehatan Masyarakat 39
Tabel 3.15 Realisasi Penurunan Stunting Tahun 2018-2019 40
Tabel 3.16 Realisasi Jumlah Kabupaten/Kota Dengan Minimal 1 RSUD Terakreditasi 41
Tabel 3.17 Jumlah Kampung KB dan Kampung KB Percontohan 42
Tabel 3.18 Target dan Capaian Program Keluarga Harapan 45
Tabel 3.19 Realisasi Program Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
dan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) 46
Tabel 3.20 Kebijakan/Regulasi Bidang PMK yang Mendukung Kemantapan
Pelayanan Dasar dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar 51
Tabel 3.21 Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis II 57
Tabel 3.22 Pengurangan Desa Tertinggal dan Peningkatan Desa Mandiri Tahun 2019 61
Tabel 3.23 Capaian Indikator Pemberdayaan Pemuda Tahun 2018 dan 2019 65
Tabel 3.24 Kebijakan/Regulasi Bidang PMK yang Mendukung Kemantapan Pemberdayaan 68
Tabel 3.25 Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis 3 73
Tabel 3.26 Capaian Realisasi Kepesertaan JKN 75
Tabel 3.27 Realisasi Kepesertaan JKN Tahun 2019 75
Tabel 3.28 Capaian RPJMN 2015-2019 Bidang Olahraga 82
Tabel 3.29 Kebijakan/Regulasi Bidang PMK yang Mendukung Kemantapan Gotong Royong 83
Tabel 3.30 Realisasi Anggaran Kemenko PMK Tahun 2019 86
Tabel 3.31 Perbandingan Realisasi Anggaran Kemenko PMK Antara Tahun 2018 dan Tahun 2019 86
DaftarTabel
xiiiLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019xii
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kemenko PMK 3
Gambar 1.2 Komposisi Sumber Daya Manusia Kemenko PMK
Berdasarkan (i) Jenjang Pendidikan, (ii) Jenis Kelamin, dan (iii) Unit Kerja 4
Gambar 2.1. Hubungan antara Agenda Pembangunan Nasional dan Renstra Kemenko PMK
Tahun 2015-2019 11
Gambar 3.1 Tren IPM Indonesia Tahun 2010-2019 25
Gambar 3.2 Target dan Capaian Siswa Penerima Manfaat PIP Kemdikbud Tahun 2017-2019 29
Gambar 3.3 Target dan Capaian Siswa Penerima Manfaat PIP Kemenag Tahun 2017-2019 30
Gambar 3.4 Capaian Transformasi BPNT 47
Gambar 3.5 Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak 48
Gambar 3.6 Indeks Kepuasan Pelayanan Jemaah Haji (IKJH) dan
Indeks Kepuasan Pelayanan Haji di Indonesia (IKPHDI) 49
Gambar 3.7 Indeks Pembangunan Gender Indonesia 2010-2018 50
Gambar 3.8 Perkembangan Jumlah SMK Tahun 2012-2019 59
Gambar 3.9 Capaian Program Vokasi Industri Sampai dengan Tahun 2019 60
Gambar 3.10 Capaian Output Dana Desa Tahun 2015–2019 62
Gambar 3.11 Perkembangan Jumlah BUM Desa Tahun 2014-2019 63
Gambar 3.12 Capaian Indeks Risiko Bencana sampai 2018 64
Gambar 3.13 Indeks Pemberdayaan Gender Indonesia Tahun 2010-2018 65
Gambar 3.14 Pemanfaatan BANTU LU Tahun 2019 67
Gambar 3.15 Lima Program GNRM 76
Gambar 3.16 Indeks Dimensi Penyusun ICRM Indonesia, 2018 77
Gambar 3.17 Indeks Capaian Revolusi Mental (ICRM) menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2018 78
Gambar 3.18 Grafik Perkembangan PPK Tahun 2016-2019 79
Gambar 3.19 Indeks Pembangunan Kebudayaan Tahun 2018 80
DaftarGambar
PBLaporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019xiv
Menko PMK dalam peringatan Hari Wayang Dunia Ke-5 dan Hari Wayang Nasional Tahun 2019
di Pendhapa Ageng, Institut Seni Indonesia
1Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019PB
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dinamika atau perubahan politik dunia pada
era globalisasi telah menciptakan kompetisi
antar masyarakat atau warga dunia baik
dalam bentuk kompetisi sumber daya manusia
maupun sumber daya alam. Kondisi tersebut
memberikan konsekuensi logis perlunya suatu
bangsa meningkatkan kualifikasi dan mutunya
secara terus-menerus. Pada sisi lain, kompetisi
juga mempermudah perubahan nilai-nilai asli
(genuine) suatu bangsa sebagai percepatan dan
kemudahan pertukaran nilai-nilai antar bangsa.
Perubahan nilai dan kebudayaan yang tidak
diantisipasi akan berdampak negatif terhadap
upaya dan usaha suatu bangsa dalam mencapai
tujuan nasionalnya.
Kehadiran Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
dalam Kabinet Kerja Pemerintahan Jokowi-JK
diharapkan agar pembangunan nasional di bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mampu
merespons tantangan-tantangan baru dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan dasar
dan pemenuhan kebutuhan dasar, kapabilitas
pemberdayaan, dan nilai karakter manusia
Indonesia dalam mendukung kemantapan gotong
royong. Hal ini sejalan dengan misi Presiden,
yaitu mewujudkan kualitas hidup manusia
Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera,
mewujudkan bangsa yang berdaya saing, dan
mewujudkan masyarakat yang berkepribadian
dalam kebudayaan.
Tugas Kementerian Koordinator Bidang Pem-
bangunan Manusia dan Kebudayaan meliputi
beberapa bidang koordinasi, yaitu Kerawanan
Sosial dan Dampak Bencana, Penanggulangan
Kemiskinan dan Perlindungan Sosial, Peningkatan
Kesehatan, Pendidikan dan Agama, Kebudayaan,
Perlindungan Perempuan dan Anak, serta
Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan Kawasan.
Luasnya cakupan substansi yang diemban
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan berimplikasi pada
perlunya instrumen Koordinasi, Sinkronisasi,
dan Pengendalian yang baik dan terukur, agar
kebijakan yang dihasilkan dapat berjalan dengan
optimal, bersinergi, tepat sasaran, dan tidak
terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaannya,
sehingga mendukung tercapainya tujuan yang
diinginkan sesuai Visi Pemerintahan Jokowi-JK,
yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong.”
3Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 20192
1.2. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan tahun 2019 dimaksudkan
sebagai bentuk pertanggungjawaban Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan kepada Presiden atas pelaksanaan
program/kegiatan dan pengelolaan anggaran
dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah
ditetapkan. Penyusunan Laporan ini ditujukan
untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian
sasaran dan kinerja Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
tahun 2019.
1.3. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi
Tugas dan fungsi Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Kemenko PMK) diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan. Menurut Perpres ini, Kemenko
PMK mempunyai tugas membantu Presiden
untuk melaksanakan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian urusan kementerian dalam
penyelenggaraan pemerintahan di bidang
pembangunan manusia dan kebudayaan.
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut,
Kemenko PMK menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut:
1. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan
isu di bidang pembangunan manusia dan
kebudayaan;
2. Pengendalian pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan
isu di bidang pembangunan dan kebudayaan;
3. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan,
dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
4. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara
yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan;
5. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di
lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; dan
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Presiden.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
Kemenko PMK mengoordinasikan Kementerian/
Lembaga (K/L) yang terkait dengan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan
meliputi:
1. Kementerian Agama;
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
3. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi;
4. Kementerian Kesehatan;
5. Kementerian Sosial;
6. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi;
7. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak;
8. Kementerian Pemuda dan Olahraga;
9. Instansi lain yang dianggap perlu.
Lebih lanjut mengenai organisasi dan pelaksanaan
tugas Kemenko PMK diatur dalam Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan (Permenko PMK)
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Berdasarkan Pasal 5 Permenko PMK No. 1 Tahun
2015, Organisasi Kemenko PMK ditunjukkan
seperti pada Gambar 1.1.
3Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 20192
KE
ME
NT
ER
IAN
KO
OR
DIN
ATO
RB
IDA
NG
PE
MB
AN
GU
NA
N M
AN
US
IA D
AN
KE
BU
DA
YAA
NR
EP
UB
LIK
IN
DO
NE
SIA
BIRO
PE
REN
CAN
AAN
D
AN K
ERJA
SAM
A
BIRO
PE
REN
CAN
AAN
D
AN K
ERJA
SAM
A
BIRO
HU
KUM
, IN
FORM
ASI,
DAN
PE
RSID
ANGA
N
BIRO
HU
KUM
, IN
FORM
ASI,
DAN
PE
RSID
ANGA
NBI
RO U
MU
MBI
RO U
MU
MIN
SPEK
TORA
TIN
SPEK
TORA
T
DEP
UTI
BI
DAN
G KO
ORD
INAS
I PE
ND
IDIK
AN D
AN A
GAM
A
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
ND
IDIK
AN M
ENEN
GAH
D
AN K
ETER
AMPI
LAN
BE
KERJ
A
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
ND
IDIK
AN M
ENEN
GAH
D
AN K
ETER
AMPI
LAN
BE
KERJ
A
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
ND
IDIK
AN A
NAK
USI
A D
INI,
PEN
DID
IKAN
DAS
AR,
DAN
PEN
DID
IKAN
M
ASYA
RAKA
T
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
ND
IDIK
AN A
NAK
USI
A D
INI,
PEN
DID
IKAN
DAS
AR,
DAN
PEN
DID
IKAN
M
ASYA
RAKA
TAS
ISTE
N D
EPU
TI
PEN
DID
IKAN
TIN
GGI
, DAN
PE
MAN
FAAT
AN IL
MU
PE
NG
ETAH
UAN
DAN
TE
KNO
LOGI
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
ND
IDIK
AN T
ING
GI, D
AN
PEM
ANFA
ATAN
ILM
U
PEN
GET
AHU
AN D
AN
TEKN
OLO
GI
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
DAN
KE
RUKU
NAN
UM
AT
BERA
GAM
A
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
DAN
KE
RUKU
NAN
UM
AT
BERA
GAM
A
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
UM
AT
BERA
GAM
A, P
END
IDIK
AN
AGAM
A, D
AN
KEAG
AMAA
N
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
UM
AT
BERA
GAM
A, P
END
IDIK
AN
AGAM
A, D
AN
KEAG
AMAA
N
DEP
UTI
BIDA
NG
KOO
RDIN
ASI
PEN
ING
KATA
N
KESE
HAT
AN
ASIS
TEN
DEP
UTI
KE
TAHA
NAN
GIZ
I, KE
SEH
ATAN
IBU
DAN
AN
AK, D
AN K
ESEH
ATAN
LI
NGK
UN
GAN
ASIS
TEN
DEP
UTI
KE
TAHA
NAN
GIZ
I, KE
SEH
ATAN
IBU
DAN
AN
AK, D
AN K
ESEH
ATAN
LI
NGK
UN
GAN
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
NCE
GAH
AN D
AN
PEN
ANGG
ULA
NGA
N
PEN
YAKI
T
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
NCE
GAH
AN D
AN
PEN
ANGG
ULA
NGA
N
PEN
YAKI
T
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
LAYA
NAN
KES
EHAT
ANAS
ISTE
N D
EPU
TI
PELA
YAN
AN K
ESEH
ATAN
ASIS
TEN
DEP
UTI
KE
PEN
DU
DU
KAN
DAN
KE
LUAR
GA
BERE
NCA
NA
ASIS
TEN
DEP
UTI
KE
PEN
DU
DU
KAN
DAN
KE
LUAR
GA
BERE
NCA
NA
DEP
UTI
BIDA
NG
KOO
RDIN
ASI
PEN
ANGG
ULA
NGA
N
KEM
ISKI
NAN
DAN
PE
RLIN
DUN
GAN
SO
SIAL
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
NAN
GAN
AN
KEM
ISKI
NAN
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
NAN
GAN
AN
KEM
ISKI
NAN
ASIS
TEN
DEP
UTI
KO
MPE
NSA
SI S
OSI
ALAS
ISTE
N D
EPU
TI
KOM
PEN
SASI
SO
SIAL
ASIS
TEN
DEP
UTI
JAM
INAN
SO
SIAL
ASIS
TEN
DEP
UTI
JAM
INAN
SO
SIAL
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
D
ISAB
ILIT
AS D
AN L
ANJU
T U
SIA
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
D
ISAB
ILIT
AS D
AN L
ANJU
T U
SIA
DEP
UTI
BIDA
NG
KOO
RDIN
ASI
KERA
WAN
AN S
OSI
AL D
AN
DAM
PAK
BEN
CAN
A
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
NG
URA
NG
AN R
ISIK
O
BEN
CAN
A
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
NG
URA
NG
AN R
ISIK
O
BEN
CAN
A
ASIS
TEN
DEP
UTI
TAN
GGAP
CEP
AT
BEN
CAN
A
ASIS
TEN
DEP
UTI
TAN
GGAP
CEP
AT
BEN
CAN
A
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
NAN
GAN
AN P
ASCA
BE
NCA
NA
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
NAN
GAN
AN P
ASCA
BE
NCA
NA
ASIS
TEN
DEP
UTI
KON
FLIK
SO
SIAL
ASIS
TEN
DEP
UTI
KON
FLIK
SO
SIAL
ASIS
TEN
DEP
UTI
KE
PEM
UD
AAN
ASIS
TEN
DEP
UTI
KE
PEM
UD
AAN
ASIS
TEN
DEP
UTI
NIL
AI D
AN K
REAT
IVIT
AS
BUDA
YA
ASIS
TEN
DEP
UTI
NIL
AI D
AN K
REAT
IVIT
AS
BUDA
YA
ASIS
TEN
DEP
UTI
WAR
ISAN
BU
DAY
AAS
ISTE
N D
EPU
TIW
ARIS
AN B
UD
AYA
ASIS
TEN
DEP
UTI
KE
OLA
HRAG
AAN
ASIS
TEN
DEP
UTI
KE
OLA
HRAG
AAN
ASIS
TEN
DEP
UTI
KE
TAHA
NAN
DAN
KE
SEJA
HTER
AAN
KE
LUAR
GA
ASIS
TEN
DEP
UTI
KE
TAHA
NAN
DAN
KE
SEJA
HTER
AAN
KE
LUAR
GA
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
PE
REM
PUAN
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
PE
REM
PUAN
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MEN
UH
AN H
AK D
AN
PERL
INDU
NG
AN
PERE
MPU
AN
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MEN
UH
AN H
AK D
AN
PERL
INDU
NG
AN
PERE
MPU
AN
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MEN
UH
AN H
AK D
AN
PERL
INDU
NG
AN A
NAK
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MEN
UH
AN H
AK D
AN
PERL
INDU
NG
AN A
NAK
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
M
ASYA
RAKA
T
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
M
ASYA
RAKA
T
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
DES
AAS
ISTE
N D
EPU
TI
PEM
BERD
AYAA
N D
ESA
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
KA
WAS
AN P
ERD
ESAA
N
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
KA
WAS
AN P
ERD
ESAA
N
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
KA
WAS
AN S
TRAT
EGIS
DAN
KH
USU
S
ASIS
TEN
DEP
UTI
PE
MBE
RDAY
AAN
KA
WAS
AN S
TRAT
EGIS
DAN
KH
USU
S
SEKR
ETAR
IAT
KEM
ENKO
PM
K1.
STAF
AHLI
BIDA
NG
POLI
TIK,
HU
KUM
,KEA
MAN
AN,D
ANH
AKAS
ASIM
ANU
SIA
2.ST
AFAH
LIBI
DAN
GM
ULT
IKU
LTU
RALI
SME,
REST
ORA
SISO
SIAL
,DAN
JATI
DIR
IBAN
GSA
3.ST
AFAH
LIBI
DAN
GU
SAH
AM
IKRO
KECI
L,DA
NM
ENEN
GAH
,EKO
NO
MIK
REAT
IF,D
ANKE
TEN
AGAK
ERJA
AN4.
STAF
AHLI
BIDA
NG
SUST
AIN
ABLE
DEV
ELO
PMEN
TGO
ALS
PASC
A20
155.
STAF
AHLI
BIDA
NG
KEPE
ND
UD
UKA
N
DEP
UTI
BIDA
NG
KOO
RDIN
ASI
KEBU
DAY
AAN
DEP
UTI
BIDA
NG
KOO
RDIN
ASI
PERL
INDU
NG
AN
PERE
MPU
AN D
AN A
NAK
DEP
UTI
BIDA
NG
KOO
RDIN
ASI
PEM
BERD
AYAA
N
MAS
YARA
KAT,
DES
A D
AN
KAW
ASAN
Gam
bar
1.1
. Str
ukt
ur
Org
anis
asi K
emen
ko P
MK
5Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 20194
1.4. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia berperan penting dalam
melaksanakan tugas dan fungsi Kemenko PMK.
Sampai dengan akhir Desember 2019, jumlah
pegawai di Kemenko PMK sebanyak 402 orang
Aparatur Sipil Negara (ASN). Komposisi pegawai
Kemenko PMK menurut jenis kelamin adalah pria
242 orang dan wanita 160 orang. Sedangkan
komposisi Kemenko PMK menurut Tingkat
Pendidikan terdiri dari S-3 tercatat 11 orang,
S-2 tercatat 139 orang, S-1/D-4 sebanyak 191
orang, dan di bawah S-1/D-4 sebanyak 61 orang.
Komposisi pegawai Kemenko PMK diperlihatkan
pada Gambar 1.2.
1.5. Sistematika Penyajian
Laporan Kinerja ini menyampaikan capaian
kinerja Kemenko PMK tahun 2019 sesuai dengan
Rencana Strategis Kemenko PMK tahun 2015-
2019. Analisis Capaian Kinerja diperbandingkan
dengan Perjanjian Kinerja sebagai tolok ukur
keberhasilan organisasi, dan identifikasi sejumlah
celah kinerja sebagai perbaikan kinerja di masa
mendatang.
Sistematika penyajian Laporan Kinerja Kemenko
PMK tahun 2019 adalah sebagai berikut:
1. Ringkasan Eksekutif, memaparkan secara
singkat capaian Kemenko PMK sesuai sasaran
yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja TA
2019;
2. BAB I Pendahuluan, menjelaskan latar
belakang penyusunan laporan, maksud dan
tujuan, tugas, fungsi, dan struktur organisasi,
serta sumber daya manusia;
Gambar 1.2. Komposisi Sumber Daya Manusia Kemenko PMK Berdasarkan (i) Jenjang Pendidikan, (ii) Jenis Kelamin, dan (iii) Unit Kerja
(i) Berdasarkan Jenjang Pendidikan (ii) Berdasarkan Jenis Kelamin
61
191
139
11
<S1/D4
Sarjana (S1/D4)
Magister (S2)
0 50 100 150
Jen
jan
g P
end
idik
an, [
-]
Orang, [-]
200 250
Doktor (S3)
(iii) Berdasarkan Unit Kerja
242160
Wanita
Pria
34
25
133
34
40
41
28
36
31
Un
it K
erja
, [-]
Orang, [-]
Sekretariat Dewan Jaminan Sosial Nasional
Sekretariat Kemenko PMK
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan Kawasan
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan
Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan
Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial
Deputi Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana
0 20 40 60 80 120100 140
Kemenko PMK 402 orang
Jumlah Pegawai
5Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 20194
3. BAB II Perencanaan Kinerja, menjelaskan
tentang RPJMN 2015-2019, Renstra Kemenko
PMK 2015-2019, serta Perjanjian Kinerja
Kemenko PMK Tahun 2019;
4. BAB III Akuntabilitas Kinerja, berisi uraian
tentang pengendalian, pengukuran, dan
sistem akuntabilitas kinerja, capaian kinerja,
dan realisasi anggaran termasuk di dalamnya
menjelaskan keberhasilan dan kegagalan
serta permasalahan dan upaya tindak
lanjutnya;
5. BAB IV Penutup, berisi kesimpulan
menyeluruh dan upaya perbaikan.
7Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 20196
Menko PMK mengunjungi Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta
7Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 20196
BAB IIPERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) ketiga periode 2015-
2019 adalah bagian dari tahapan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025, dengan tujuan “Memantapkan
pembangunan secara menyeluruh dengan me-
nekankan pembangunan keunggulan kom-petitif
perekonomian yang berbasis sumber daya alam
(SDA) yang tersedia, sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas, serta kemampuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).”
Visi pembangunan nasional sebagaimana
termuat dalam RPJMN 2015-2019 adalah
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri,
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong.” Upaya untuk mewujudkan visi tersebut
adalah melalui tujuh Misi Pembangunan, yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu
menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan;
2. Mewujudkan masyarakat maju, seimbang,
dan demokratis berlandaskan negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif
dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia
yang tinggi, maju, dan sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara
maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional;
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian
dalam kebudayaan.
Secara umum strategi pembangunan nasional
menggariskan hal-hal sebagai berikut:
1. Norma pembangunan yang diterapkan:
a. Membangun untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia dan masyarakat;
b. Setiap upaya meningkatkan kesejahtera-
an, kemakmuran, produktivitas tidak
boleh menciptakan ketimpangan yang
semakin melebar yang dapat merusak
keseimbangan pembangunan;
c. Perhatian khusus kepada peningkatan
produktivitas rakyat lapisan menengah ke
bawah tanpa menghalangi, menghambat,
9Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 20198
mengecilkan dan mengurangi keleluasaan
pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi
agen pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan
untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan;
d. Aktivitas pembangunan tidak boleh
merusak, menurunkan daya dukung ling-
kungan dan mengganggu keseimbangan
ekosistem.
2. Tiga Dimensi Pembangunan:
a. Dimensi pembangunan manusia dan
masyarakat, untuk meningkatkan kuali-
tas manusia dan masyarakat yang
menghasilkan manusia-manusia Indonesia
unggul dengan meningkatkan kecerdasan
otak dan kesehatan fisik melalui
pendidikan, kesehatan, dan perbaikan
gizi. Pembangunan mental dan karakter
menjadi salah satu prioritas utama
pembangunan, tidak hanya di birokrasi
tetapi juga pada seluruh komponen
masyarakat;
b. Dimensi pembangunan sektor unggulan
dengan prioritas pada kedaulatan pangan,
kedaulatan energi dan ketenagalistrikan,
kemaritiman dan kelautan, pariwisata,
serta industri;
c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan,
pembangunan untuk masyarakat di
seluruh wilayah dengan prioritas pada
wilayah desa, pinggiran, dan luar Jawa
(kawasan timur).
3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan
yang stabil diperlukan sebagai prasyarat
pembangunan yang berkualitas.
4. Quick wins (pembangunan yang dapat
segera dilihat hasilnya). Pembangunan
merupakan proses yang terus-menerus dan
membutuhkan waktu yang lama. Karena
itu dibutuhkan output cepat yang dapat
dijadikan contoh dan acuan masyarakat
tentang arah pembangunan yang sedang
berjalan, sekaligus untuk meningkatkan
motivasi dan partisipasi masyarakat.
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan
perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi,
dan berkepribadian dalam kebudayaan, di-
rumuskan sembilan agenda prioritas yang
disebut NAWA CITA, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk
melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman kepada seluruh warga negara;
2. Membuat pemerintah selalu hadir dengan
membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan;
4. Memperkuat kehadiran negara dalam
melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya;
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan
masyarakat Indonesia;
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya
saing di pasar internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama
bangsa-bangsa Asia lainnya;
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis eko-
nomi domestik;
8. Melakukan revolusi karakter bangsa;
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat
restorasi sosial Indonesia;
Mengacu pada tantangan yang akan dihadapi
bangsa Indonesia ke depan, maka arah kebijakan
umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan berkelanjutan;
9Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 20198
2. Meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah
SDA yang berkelanjutan;
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur
untuk pertumbuhan dan pemerataan;
4. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup,
mitigasi bencana alam, dan penanganan
perubahan iklim;
5. Penyiapan landasan pembangunan yang
kokoh;
6. Meningkatkan kualitas SDM dan kesejahteraan
rakyat yang berkeadilan. SDM yang berkualitas
tercermin dari meningkatnya akses
pendidikan yang berkualitas pada semua
jenjang pendidikan dengan memberikan
perhatian lebih pada penduduk miskin dan
daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T);
meningkatnya kompetensi siswa Indonesia
dalam bidang Matematika, Sains, dan Literasi;
meningkatnya akses dan kualitas pelayanan
kesehatan, terutama kepada para ibu, anak,
remaja, dan lanjut usia (lansia); meningkatnya
pelayanan gizi masyarakat yang berkualitas,
meningkatnya efektivitas pencegahan dan
pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan, serta berkembangnya jaminan
kesehatan;
7. Mengembangkan dan memeratakan pem-
bangunan daerah. Pembangunan daerah
diarahkan untuk menjaga momentum
pertumbuhan wilayah Jawa, Bali, dan
Sumatera bersamaan dengan meningkatkan
kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah
di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan
pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi
seluruh lapisan masyarakat; mempercepat
pembangunan daerah tertinggal dan
kawasan perbatasan; membangun kawasan
perkotaan dan perdesaan; mempercepat
penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi
dan otonomi daerah.
2.2. Rencana Strategis Kemenko PMK Tahun 2015-2019
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan dalam menyusun
Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 mengacu
kepada dokumen RPJMN 2015-2019. Sembilan
Agenda Pembangunan Nasional (Nawacita)
dalam RPJMN 2015-2019 terkait langsung dengan
bidang pembangunan manusia dan kebudayaan.
Keterkaitan antara agenda pembangunan
nasional dan Agenda Koordinasi Kemenko PMK
dijelaskan dalam Tabel 2.1.
Selain agenda pembangunan nasional dalam
RPJMN 2015-2019, sasaran dan arah kebijakan
nasional pun diselaraskan dengan sasaran dan
arah kebijakan yang tertuang dalam Renstra
Kemenko PMK 2015-2019, penyelarasan dilakukan
dengan membatasi ruang lingkupnya, sehingga
hanya fokus pada bidang pembangunan
manusia dan kebudayaan. Hubungan agenda
pembangunan, sasaran pembangunan dan arah
kebijakan nasional dengan Renstra Kemenko
PMK dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Secara rinci Renstra Kemenko PMK tahun 2015-
2019 mulai dari Visi-Misi sampai dengan sasaran
serta indikator sebagai alat ukuran keberhasilan
Kemenko PMK dijelaskan sebagai berikut:
Visi dan Misi Kemenko PMK
Visi Kemenko PMK tahun 2015-2019 adalah
“Menjadi Koordinator Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan Untuk Mewujudkan Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berdasarkan Gotong Royong.”
11Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201910
No. NAWACITA SASARAN AGENDA PEMBANGUNANKEMENKO PMK
ARAH KEBIJAKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warganya.
Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola Pemerintahan yang bersih, efektif, demo- kratis, dan terpercaya.
Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan memperkuat daerah- daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan.
Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Melakukan revolusi karakter bangsa.
Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
• Meningkatkan kualitas perlindungan WNI dan Badan Hukum
Indonesia di luar negeri;• Melindungi hak dan
keselamatan pekerja migran;
• Memperkuat peran Indonesia dalam kerjasama global dan regional.
Meningkatkan Kualitas Hidup dan Peran Perempuan
• Meningkatkan Pembangunan Kawasan Perbatasan;• Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (IPM, SPM,
Kemiskinan).
Tersedianya Sistem Perlindungan.
Kualitas Hidup: Ibu-Anak, Pendidikan, Kesehatan, dan Pemenuhan Gizi.
Daya Saing.
Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana.
Kualitas Pendidikan, Wawasan Kebangsaan.
Terbangunnya Modal Sosial, Penguatan Lembaga Budaya, Kerukunan Beragama.
• Perlindungan Pekerja Migran Indonesia di luar negeri;• Membekali Pekerja Migran dengan Pengetahuan, Pendidikan dan Keahlian;• Penguatan diplomasi inklusif Indonesia di ASEAN untuk mewujudkan kawasan yang
aman, stabil, dan sejahtera sesuai kepentingan nasional.
Meningkatkan kualitas hidup, peran politik, dan pengarusutamaan gender.
Meningkatkan Pembangunan Kawasan Perbatasan, Kesejahteraan Masyarakat, SDM, serta penguatan keberdayaan masyarakat.
Memperkuat sistem perlindungan anak dan perempuan dari berbagai tindak kekerasan, termasuk tindak pidana perdagangan orang (TPPO), dengan melakukan berbagai upaya pencegahan dan penindakan.
Penguatan kebijakan keluarga berencana dan sejahtera, Penguatan kebijakan pemenuhan hak pendidikan, akses, mutu dan peran masyarakat dalam pendidikan, Pemenuhan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat, mutu pelayanan, gizi, dan pemerataan kualitas pelayanan dasar.
Peningkatan penelitian, pengembangan, pelayanan, perekayasaan teknologi, penguatan sumber daya Informasi dan pengetahuan, peningkatan mutu SDM Iptek, dan penciptaan taman-taman sains dan teknologi nasional.
Mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam menghadapi bencana
Pengembangan pendidikan kewarganegaraan, pendidikan agama, penguatan budaya produksi dan inovasi.
Penguatan dan pengembangan: pendidikan kebhinnekaan dan pekerti, modal dan kelembagaan sosial, kepatuhan hukum, budaya lokal, kerukunan antaragama, peran kepemudaan serta kesetiakawanan sosial.
• Meningkatkan perlindungan dan pemajuan hak-hak
pekerja migran di luar negeri;• Pencegahan dan penanganan
tindak pidana perdagangan orang (TPPO);
• Peningkatan peran serta Indonesia di ASEAN;
• Pemberdayaan pekerja migran dan Keluarganya.
Meningkatkan Peranan dan Keterwakilan Perempuan dalam Politik dan Pembangunan.
• Peletakan dasar-dasar dimulainya Desentralisasi Asimetris;
• Penanggulangan kemiskinan dan Pengurangan ketimpangan
antarkelompok ekonomi masyarakat
Melindungi Anak, Perempuan, dan Kelompok Marjinal.
• Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana;• Pembangunan Pendidikan
khususnya Pelaksanaan Program Indonesia Pintar (PIP);• Pembangunan Kesehatan,
khususnya Pelaksanaan Program Indonesia Sehat.
Peningkatan Kapasitas Inovasi dan Teknologi.
Pengelolaan bencana.
• Gerakan Nasional Revolusi Mental.
• Pembangunan Pendidikan Karakter Bangsa
• Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia;• Peningkatan kualitas pemahaman dan Pengamalan ajaran agama.
Tabel 2.1. Keterkaitan Nawacita dengan Agenda Pembangunan Kemenko PMK
Sumber: Renstra Kemenko PMK 2015-2019
11Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201910
Gambar 2.1. Hubungan antara Agenda Pembangunan Nasional dan Renstra Kemenko PMK Tahun 2015-2019
VISI & MISIPRESIDEN/WAPRES
AGENDAPEMBANGUNAN
NASIONAL/NAWACITA
SASARANPEMBANGUNAN
NASIONAL
AGENDAKEBIJAKAN &
STRATEGI NASIONAL
13 SUB AGENDAPMK
SASARAN STRATEGIS
KEMENKO PMK
ARAH KEBIJAKAN &STRATEGI
KEMENKO PMK
5 FOKUSKOORDINASI-
SINKRONISASI-PENGENDALIAN
BIDANG PMK
SASARAN SUBAGENDA PMK
PEMBANGUNAN
NASIONAL
RENSTRA KEMENKO PMK 2015-2019
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Kemenko
PMK menetapkan misi sebagai berikut:
1. Mengoordinasikan dan menyinkronisasikan
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan
kebijakan pembangunan manusia dan
manusia dan kebudayaan; dan
2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan.
Keterkaitan Visi dan Misi Kemenko PMK 2015-
2019 ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Visi dan Misi Kemenko PMK 2015-2019
Menjadi Koordinator
Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan untuk Mewujudkan
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri,
dan Berkepribadian berdasarkan
Gotong Royong.
1. Mengoordinasikan dan menyinkronisasikan
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan.
2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan.
VISI MISI
Tujuan dan Sasaran Strategis Kemenko PMK
Tujuan ditetapkan untuk memberikan arah pada
perumusan sasaran, kebijakan, program dan
kegiatan dalam rangka merealisasikan misi
Kemenko PMK. Sedangkan Sasaran Strategis
merupakan penjabaran dari tujuan Kemenko
PMK yang menggambarkan sesuatu yang
akan dicapai melalui serangkaian kebijakan,
program, dan kegiatan prioritas dalam upaya
pencapaian visi dan misi Kemenko PMK dalam
rumusan yang spesifik, terukur, dapat dicapai,
relevan dan berjangka waktu. Tujuan dan
Sasaran Strategis Kemenko PMK ditunjukkan
Tabel 2.3.
13Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201912
T1 Meningkatnya
kualitas koordinasi,
sinkronisasi
perumusan,
penetapan, dan
pelaksanaan
kebijakan, serta
pengendalian
pelaksanaan
kebijakan
pembangunan
manusia dan
kebudayaan.
SS1 Meningkatnya kualitas koordinasi
dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan
kebudayaan untuk mendukung
kemantapan pelayanan dasar dan
pemenuhan kebutuhan dasar.
SS2 Meningkatnya kualitas koordinasi
dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan
kebudayaan untuk mendukung
kemantapan pemberdayaan.
SS3 Meningkatnya kualitas koordinasi
dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan
kebudayaan yang diarahkan pada
pembangunan karakter bangsa
untuk mendukung kemantapan
gotong royong.
Tabel 2.3. Tujuan dan Sasaran Strategis Kemenko PMK
TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN STRATEGIS
1. Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Bidang Pendidikan.
2. Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Bidang Kesehatan.
3. Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas
dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan
kebudayaan dalam mendukung kemantapan pelayanan
dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar.
4. Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung
kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan
dasar
5. Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas
dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan dan pelaksanaan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan
kebudayaan dalam mendukung kemantapan pemberdayaan.
6. Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung
kemantapan pemberdayaan
7. Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas
dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan dan pelaksanaan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan
kebudayaan yang diarahkan pada pembangunan karakter
bangsa dalam mendukung kemantapan gotong royong.
8. Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung
kemantapan gotong royong
Arah Kebijakan Dan Strategi Kemenko PMK
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran
strategis sebagaimana tercantum pada Tabel 2.3,
Kemenko PMK menetapkan arah kebijakan dan
strategi sebagai berikut:
1. Untuk mencapai sasaran strategis
“Meningkatnya kualitas koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan
manusia dan kebudayaan untuk mendukung
kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan
kebutuhan dasar”, ditetapkan arah kebijakan
“Peningkatan peran koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian untuk perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan pembangunan
manusia dan kebudayaan pemenuhan
kebutuhan dasar dan pelayanan dasar,’’
dengan strategi:
a. Meningkatkan komunikasi kelembagaan
serta keterlibatan kementerian/lembaga
(K/L) dalam perumusan, penetapan,
dan pelaksanaan kebijakan pemenuhan
kebutuhan dasar serta pelayanan dasar
masyarakat;
b. Meningkatkan keterlibatan dan kualitas
13Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201912
pengendalian dengan K/L dalam
kebijakan pemenuhan kebutuhan dasar
dan pelayanan dasar masyarakat.
2. Untuk mencapai sasaran strategis
“Meningkatnya kualitas koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan
manusia dan kebudayaan untuk mendukung
kemantapan pemberdayaan”, ditetapkan arah
kebijakan “Peningkatan peran koordinasi,
sinkronisasi, pengendalian untuk perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan pembangunan
manusia dan kebudayaan pemberdayaan
masyarakat, perempuan, dan generasi muda’’
dengan strategi:
a. Meningkatkan komunikasi kelembagaan
serta keterlibatan K/L dalam perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
Pemberdayaan Masyarakat (ibu dan
keluarga), Perempuan, dan Generasi
muda;
b. Meningkatkan Keterlibatan dan kualitas
pengendalian dengan K/L dalam
kebijakan Pemberdayaan Masyarakat (ibu
dan keluarga), Perempuan, dan Generasi
muda.
3. Untuk mencapai sasaran strategis
“Meningkatnya kualitas koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan
manusia dan kebudayaan yang diarahkan
pada pembangunan karakter bangsa untuk
mendukung Kemantapan Pembangunan
Karakter”, ditetapkan arah kebijakan
“Peningkatan peran koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian untuk perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan pembangunan
manusia dan kebudayaan khususnya
penguatan kesetiakawanan sosial dan
kebudayaan”, dengan strategi:
a. Meningkatkan komunikasi kelembagaan
serta keterlibatan K/L dalam pelaksanaan
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan untuk memperkuat
kesetiakawanan sosial, peran lembaga
sosial, serta partisipasi masyarakat
dalam penemuan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
b. Meningkatkan keterlibatan serta kualitas
pengendalian dengan K/L dalam
kebijakan penguatan kesetiakawanan
sosial, peran lembaga sosial, serta
partisipasi masyarakat dalam penemuan
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
4. Untuk mencapai sasaran “Meningkatnya
efektivitas manajemen organisasi Kemenko
PMK”, ditetapkan arah kebijakan “Memperkuat
sistem tata kelola organisasi”, dengan strategi
melanjutkan dan memperkuat penerapan
prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.
5. Untuk mencapai sasaran “Meningkatnya
akuntabilitas pelaksanaan anggaran pada
Kemenko PMK”, ditetapkan arah kebijakan
“Penguatan manajemen anggaran untuk
mendukung keseluruhan kegiatan Kemenko
PMK”, dengan strategi:
a. Meningkatkan mutu perencanaan dan
penganggaran;
b. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan
akuntabilitas pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan anggaran;
c. Memperkuat sistem pengawasan internal.
Kebijakan dan strategi tersebut selanjutnya
dituangkan dalam Program Teknis dan Program
Generik Koordinasi Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan yang akan dijalankan dalam kurun
waktu tahun 2015-2019, yaitu:
1. Program Teknis: Program Koordinasi
Pengembangan Kebijakan Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan. Program ini
15Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201914
memayungi berbagai kegiatan koordinasi
yang dilaksanakan unit kerja Deputi yang
melaksanakan tiga proses bisnis Kemenko
PMK yaitu koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian kepada K/L terkait;
2. Program Generik: Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis lainnya Kemenko PMK. Program ini
memayungi kegiatan-kegiatan yang bersifat
pelayanan internal untuk mendukung
pelaksanaan program teknis dan administrasi
Kemenko PMK.
2.3. Perjanjian Kinerja Tahun 2019
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan menetapkan
Perjanjian Kinerja yang merupakan komitmen
yang merepresentasikan tekad dan janji untuk
mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam
waktu satu tahun dengan mempertimbangkan
sumber daya yang dikelola.
Tujuan ditetapkan Perjanjian Kinerja antara
lain: meningkatkan akuntabilitas, transparansi,
dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata
komitmen antara penerima amanah dengan
pemberi amanah; sebagai dasar penilaian
keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur
kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;
dan sebagai dasar pemberian reward atau
penghargaan dan punishment atau sanksi.
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan telah menetapkan
Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2019 secara
berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas,
dan fungsinya berbasis pada Renstra Kemenko
PMK tahun 2015-2019. Perjanjian Kinerja ini
merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas
kinerja pada tahun 2019.
Sebagaimana tertera pada Perjanjian Kinerja
Tahun 2019, terdapat tiga Sasaran Strategis
dan delapan Indikator Kinerja Utama yang
dijadikan ukuran keberhasilan terhadap kinerja
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan pada tahun 2019. Tabel
2.4 menjabarkan Sasaran Strategis dan Indikator
Kinerja Utama serta target Kemenko PMK Tahun
2019 sebagaimana tertuang pada Perjanjian
Kinerja Tahun 2019.
2.4. Rencana Aksi Kemenko PMK Tahun 2019
Dalam rangka monitoring pencapaian
target kinerja yang telah ditetapkan dalam
Perjanjian Kinerja Kemenko PMK Tahun 2019,
perlu ditetapkan rencana aksi sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel 2.5. Dalam rencana aksi
tersebut terdapat ‘target kinerja antara’ yang
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
monitoring terhadap pencapaian target kinerja
sesuai jadwal waktu yang telah ditetapkan. Pada
Laporan Kinerja Kemenko PMK Tahun 2019 ini,
akan disampaikan pencapaian kinerja selama
tahun 2019.
15Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201914
Tabel 2.4. Perjanjian Kinerja Kemenko PMK Tahun 2019
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
Meningkatnya kualitas koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan
kebudayaan untuk mendukung
kemantapan pelayanan dasar dan
pemenuhan kebutuhan dasar
Meningkatnya kualitas koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan
untuk mendukung kemantapan
pemberdayaan
Meningkatnya kualitas koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan
yang diarahkan pada pembangunan
karakter bangsa untuk mendukung
kemantapan gotong royong
Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator IPM di Bidang Pendidikan
Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator IPM di Bidang Kesehatan
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi
koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan,
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan
kebudayaan dalam mendukung kemantapan pelayanan dasar dan
pemenuhan kebutuhan dasar
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan
pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi
koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan,
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan
kebudayaan dalam mendukung kemantapan pemberdayaan
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan
pemberdayaan
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi
koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan,
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan
kebudayaan yang diarahkan pada pembangunan karakter bangsa dalam
mendukung kemantapan gotong royong
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan
gotong royong
100%
100%
5,18
(Skala 6)
15
5,20
(Skala 6)
10
5,18
(Skala 6)
10
17Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201916
INDIKATOR KINERJA
DEFINISI INDIKATOR
RINCIANTARGET AKHIR
TARGET AKHIR
RENCANA AKSI
Triwulan IV
Triwulan III
Triwulan II
Triwulan I
No.
Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator IPM di Bidang Pendidikan
Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator IPM di Bidang Kesehatan
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan
Tingkat capaian K/L terhadap indikator IPM di Bidang Pendidikan selama 1 tahun anggaran
Tingkat capaian K/L terhadap indikator IPM di Bidang Kesehatan selama 1 tahun anggaran
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar yang dihasilkan selama 1 tahun anggaran
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar yang dihasilkan selama 5 tahun
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
Membandingkan total capaian K/L yang mendukung IPM Bidang Pendidikan dengan total K/L yang mendukung IPM bidang Pendidikan tahun 2018
Membandingkan total capaian K/L yang mendukung IPM Bidang Kesehatan dengan total K/L yang mendukung IPM bidang Kesehatan tahun 2018
Hasil Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar yang dihasilkan setiap triwulan
Jumlah minimal Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang dihasilkan selama 5 tahun dalam rangka mendukung kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar dan diukur secara triwulanan
Hasil Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan
100%
100%
5,18(Skala 6)
15
5,20(Skala 6)
-
-
5,18(Skala 6)
3
5,20(Skala 6)
-
-
5,18(Skala 6)
4
5,20(Skala 6)
-
-
5,18(Skala 6)
4
5,20(Skala 6)
100%
100%
5,18(Skala 6)
4
5,20(Skala 6)
1.
2.
3.
4.
5.
Tabel 2.5. Rencana Aksi Triwulanan Kemenko PMK Tahun 2019
17Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201916
INDIKATOR KINERJA
DEFINISI INDIKATOR
RINCIANTARGET AKHIR
TARGET AKHIR
RENCANA AKSI
Triwulan IV
Triwulan III
Triwulan II
Triwulan I
No.
manusia dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan pemberdayaan
Jumlah Kebijakan/ Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan pemberdayaan
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan yang diarahkan pada pembangunan karakter bangsa dalam mendukung kemantapan gotong royong
Jumlah Kebijakan/ Regulasi bidang PMK yang diarahkan pada pembangunan karakter bangsa dalam mendukung kemantapan gotong royong
pembangunan manusia dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan pemberdayaan yang dihasilkan selama 1 tahun anggaran
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan pemberdayaan yang dihasilkan selama 5 tahun
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan yang diarahkan pada pembangunan karakter bangsa dalam mendukung kemantapan gotong royong yang dihasilkan selama 1 tahun anggaran
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang diarahkan pada pembangunan karakter bangsa dalam mendukung kemantapan gotong royong
pemberdayaan yang dihasilkan selama 1 tahun anggaran setiap triwulan
Jumlah minimal Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang dihasilkan selama 5 tahun dalam rangka mendukung kemantapan pemberdayaan dan diukur secara triwulanan
Hasil Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan efisiensi sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan yang diarahkan pada pembangunan karakter bangsa dalam mendukung kemantapan gotong royong yang dihasilkan selama 1 tahun anggaran dan diukur secara triwulanan
Jumlah minimal Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang dihasilkan selama 5 tahun yang diarahkan pada pembangunan karakter bangsa dalam mendukung kemantapan pemberdayaan dan diukur secara triwulanan
10
5,18(Skala 6)
10
2
5,18(Skala 6)
2
2
5,18(Skala 6)
2
3
5,18(Skala 6)
3
3
5,18(Skala 6)
3
6.
7.
8.
(Lanjutan Tabel 2.5)
19Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201918
Menko PMK melakukan kunjungan Rumah Sakit Aisyiyah di kawasan Klojen Kota Malang, Jawa Timur
19Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201918
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pengukuran Kinerja
PENGUKURAN KINERJA merupakan salah
satu alat ukur untuk mendorong terciptanya
akuntabilitas kinerja. Pengukuran kinerja akan
menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial
yang dicapai, seberapa bagus kinerja finansial
organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi
dasar penilaian akuntabilitas. Pengukuran
kinerja yang dinyata-kan dengan persen realisasi
dilakukan dengan cara membandingkan antara
capaian dan target yang telah ditetapkan yang
dirumuskan melalui persamaan sebagai berikut:
Dengan membandingkan antara capaian dan
target, maka dapat diketahui persentase realisasi
pada masing-masing indikator kinerja utama
(IKU). Dengan diketahui capaian kinerja, maka
dapat dianalisis faktor penyebab keberhasilan
dan ketidakberhasilan, yang selanjutnya dapat
dipetakan kekurangan dan kelemahan realisasi
dan rencana kegiatan, kemudian ditetapkan
strategi untuk meningkatkan kinerja pada masa
yang akan datang.
Untuk mengukur capaian kinerja masing-masing
IKU telah ditetapkan formula berdasarkan
tingkat realisasi pada komponen indikator
kinerja di tingkat unit utama (IKP). Analisis
capaian masing-masing IKU disampaikan secara
rinci dengan mendefinisikan alasan penetapan
masing-masing IKU; cara mengukurnya; capaian
kinerja yang membandingkan tidak hanya antara
capaian kinerja dan target, tetapi perbandingan
dengan tahun sebelumnya, trend kinerja selama
4 tahun terakhir dan pada akhir periode Renstra
21Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201920
yang disertai dengan data pendukung berupa
tabel, foto/gambar, grafik, dan data pendukung
lainnya.
Pengukuran IKU Kemenko PMK yang telah
ditetapkan pada Perjanjian Kinerja tahun 2019
menggunakan satuan ukur masing-masing, yaitu:
1. Persentase, [%]
Pengukuran IKU yang dinyatakan dalam
persentase didasarkan pada nilai ter-
timbang antara output yang dibagi dengan
kuantitas subyek yang menjadi sasaran
program/kegiatan, yaitu realisasi jumlah
capaian Kementerian/Lembaga atas sasaran
strategis yang dilaksanakan. Jenis IKU yang
dimaksud dalam Laporan Kinerja ini adalah
IKU-1 dan IKU-2. Pada Perjanjian Kinerja,
besarnya target IKU-1 dan IKU-2 ini adalah
masing-masing 100%. Pengukuran persen
realisasi atas target dua IKU ini menggunakan
kriteria sebagai berikut: Misalnya K/L yang
akan diukur sebanyak 4 K/L. Keberhasilan
atas IKU-IKU ini jika empat K/L mencapai
target sasaran strategis, agar capaiannya
minimal 100%. Keberhasilan masing-masing
K/L didasarkan pada persentase capaian
atas sejumlah indikator yang telah ditetapkan
K/L pada Perjanjian Kinerjanya yang besaran
pencapaiannya dinyatakan dengan nilai
minimal 80% atau berada pada kategori Baik
sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel
3.1. Demikian pula, setiap indikator yang
ditetapkan K/L dinyatakan tercapai apabila
persentase capaiannya minimal 80% atau
berada pada kategori Baik.
Tabel 3.1. Rentang Nilai Kategori Pencapaian
KATEGORINo. RENTANG NILAI STATUS
1. Sangat Baik > 100
2. Baik 80-99,99
3. Cukup 50-79,99
4. Kurang < 49,99Tidak Tercapai
Tercapai
Capaian sangat baik (≥100%) akan
menggambarkan bahwa pemanfaatan input
dan proses telah dilakukan secara maksimal,
sehingga menghasilkan tingkat kemajuan
yang sesuai dengan harapan di mana
keluarannya sangat memadai. Bila capaiannya
baik (80-99,99%) akan menggambarkan
bahwa pemanfaatan input dan proses belum
dilakukan secara maksimal, namun demikian
tetap menghasilkan kemajuan yang sesuai
dengan harapan di mana keluarannya berada
pada tingkat memadai. Bila tidak tercapai
(<80), baik kategori cukup (50-79,99) maupun
kurang (<50%) akan menggambarkan tingkat
kemajuan yang tidak memadai, karena tidak
sesuai dengan harapan. Pada kondisi ini input
dan proses tidak dimanfaatkan secara baik
yang berakibat keluarannya berada pada
tingkat yang tidak memadai.
2. Indeks, tanpa satuan atau [-]
Pengukuran IKU yang dinyatakan dalam
satuan indeks diambil dari data primer,
misalkan data hasil survei eksternal yang
dilakukan mitra Kemenko PMK. Jenis IKU yang
dimaksud dalam Laporan Kinerja ini adalah
IKU-3, IKU-5, dan IKU-7. Pada Perjanjian
Kinerja, besarnya target IKU-3, IKU-5, dan
IKU-7 ini adalah masing-masing 5,18, 5,20,
dan 5,18, semua dalam skala 6. Pengukuran
indeks atas target tiga IKU ini menggunakan
tahapan sebagai berikut:
- Menghitung rata-rata realisasi masing-
masing Komponen
21Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201920
- Menghitung rata-rata Harapan masing-
masing Komponen.
- Menghitung jumlah rata-rata Harapan
seluruh Komponen.
- Menghitung bobot seluruh Komponen
dari pembagian antara rata-rata Harapan
masing-masing Komponen dengan jumlah
rata-rata seluruh Komponen.
- Menghitung Indeks berdasarkan Jumlah
rata-rata realisasi setiap Komponen dikali
Bobot setiap Komponen.
3. Jumlah kebijakan, [kebijakan]
Pengukuran IKU yang berdasarkan jumlah
dilakukan dengan membandingkan capaian
terhadap target Kebijakan/Regulasi bidang
PMK yang mendukung trimantap, yaitu
mantap pelayanan dasar dan pemenuhan
kebutuhan dasar, mantap pemberdayaan,
dan mantap pembangunan karakter. IKU yang
dinyatakan dengan satuan ini adalah IKU-4,
IKU-6, dan IKU-8.
3.2. Capaian Kinerja
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan telah merumuskan
tiga sasaran strategis (SS) dan delapan Indikator
Kinerja Utama agar pemangku kepentingan
mudah mengukur dan menganalisis keberhasilan
kinerja Kemenko PMK.
Capaian IKU Kemenko PMK merupakan tolok
ukur capaian tugas pokok dan fungsi yang
menjadi tanggung jawab Kemenko PMK. IKU
ditetapkan dengan mengacu kepada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 dan Renstra Kemenko PMK
2015-2019 hasil reviu yang ditetapkan dengan
Permenko PMK No. 3 Tahun 2018.
23Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201922
Realisasi pencapaian sasaran strategis
Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan tahun 2019 tergambarkan pada
capaian Indikator Kinerja Utama sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 3.2. Analisis capaian
kinerja Kemenko PMK akan dilakukan pada
setiap pernyataan kinerja Sasaran Strategis dan
Indikator Kinerja Utama.
Tabel 3.2. Realisasi Capaian Kinerja Sasaran Strategis Kemenko PMK Tahun 2019
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET CAPAIANREALISASI
[%]
Meningkatnya kualitas koordinasi
dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan
manusia dan kebudayaan untuk
mendukung kemantapan pelayanan
dasar dan pemenuhan kebutuhan
dasar.
Meningkatnya kualitas koordinasi
dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan
manusia dan kebudayaan untuk
mendukung kemantapan
pemberdayaan.
Meningkatnya kualitas koordinasi
dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan
manusia dan kebudayaan yang
diarahkan pada pembangunan
karakter bangsa dalam mendukung
kemantapan gotong royong.
Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator IPM
di Bidang Pendidikan, [%]
Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator IPM
di Bidang Kesehatan, [%]
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas
efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangun-
an manusia dan kebudayaan dalam mendukung
kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan
kebutuhan dasar, [-]
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang
mendukung kemantapan pelayanan dasar dan
pemenuhan kebutuhan dasar, [Kebijakan]
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas
efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangun-
an manusia dan kebudayaan dalam mendukung
kemantapan pemberdayaan, [-]
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang
mendukung kemantapan pemberdayaan,
[Kebijakan]
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas
efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan
manusia dan kebudayaan yang diarahkan pada
pembangunan karakter bangsa dalam mendukung
Kemantapan gotong royong, [-]
Jumlah kebijakan/regulasi bidang PMK yang
diarahkan pada pemangunan karakter bangsa
dalam mendukung kemantapan gotong royong,
[Kebijakan]
100
100
5,18
(Skala 6)
15
5,20
(Skala 6)
10
5,18
(Skala 6)
10
100
100
5,24
15
5,23
10
5,21
10
100
100
101,16
100
100,58
100
100,58
100
23Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201922
SS-1
3.2.1. Sasaran Strategis I
Meningkatnya kualitas koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan untuk mendukung kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar.
Pencapaian kinerja Sasaran Strategis 1 –
“Meningkatnya kualitas koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan
manusia dan kebudayaan untuk mendukung
kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan
kebutuhan dasar”, diukur oleh empat Indikator
Kinerja Utama (IKU) seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.3.
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET CAPAIANREALISASI
[%]
Meningkatnya kualitas
koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta
pengendalian pelaksanaan
kebijakan pembangunan
manusia dan kebudayaan
untuk mendukung
kemantapan pelayanan dasar
dan pemenuhan kebutuhan
dasar.
Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator IPM
di Bidang Pendidikan, [%]
Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator IPM
di Bidang Kesehatan, [%]
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas
efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangun-
an manusia dan kebudayaan dalam mendukung
kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan
kebutuhan dasar, [-]
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang
mendukung kemantapan pelayanan dasar dan
pemenuhan kebutuhan dasar, [kebijakan]
100
100
5,18
(Skala 6)
15
100
100
5,24
(Skala 6)
15
100
100
101,16
100
Tabel 3.3. Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis 1
25Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201924
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai
proses perluasan pilihan bagi penduduk
(enlarging people choice). Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) merupakan indikator penting
untuk mengukur keberhasilan dalam upaya mem-
bangun kualitas hidup manusia (masyarakat/
penduduk). IPM menjelaskan bagaimana pen-
duduk dapat mengakses hasil pembangunan
dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur
panjang dan hidup sehat (a long and healthy
life), pengetahuan (knowledge), dan standar
hidup layak (decent standard of living). Umur
panjang dan hidup sehat digambarkan oleh
Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH), yaitu
jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai
oleh bayi yang baru lahir untuk bertahan
hidup, dengan asumsi bahwa pola angka
kematian menurut umur pada saat kelahiran
sama sepanjang usia bayi. Pengetahuan diukur
melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah
dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama
Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun)
penduduk usia 25 tahun ke atas yang telah atau
sedang menjalani pendidikan formal. Harapan
Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai
lamanya (tahun) sekolah formal yang diharap-
kan akan dirasakan oleh anak pada umur
tertentu (7 tahun) di masa mendatang. Standar
hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran
per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai
pengeluaran per kapita dan paritas daya beli
(purchasing power parity).
IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik
indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan
indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks
ini dilakukan dengan melakukan standarisasi
dengan nilai minimum dan maksimum masing-
masing komponen indeks.
IPM merupakan indikator yang digunakan
untuk melihat perkembangan pembangunan
dalam jangka panjang. IPM Indonesia secara
nasional pada tahun 2019 mencapai 71,92 atau
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya
sebesar 71,39. IPM Indonesia terus mengalami
peningkatan selama periode 2010 hingga 2019.
Secara nasional, seperti terlihat pada Gambar
3.1, dalam sepuluh tahun terakhir IPM Indonesia
naik 5,39 poin dari 66,53 pada 2010 menjadi
71,92 pada 2019 atau selama periode 2015-
2019 naik 2,37 poin dari 69,55 menjadi 71,92.
Hal ini menunjukkan bahwa secara nasional
penduduk semakin mudah mengakses hasil-hasil
pembangunan untuk memperoleh penghasilan,
kesehatan, dan pendidikan. Namun, disparitas
di tingkat Kabupaten/Kota menjadi persoalan
utama mengingat rendahnya IPM di beberapa
daerah di Indonesia dikarenakan timpangnya
pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu,
program pemerintah daerah harus sejalan
dengan target pembangunan pemerintah
pusat.
25Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201924
IKU-1 Tingkat Capaian K/L terhadap Target Indikator IPM Bidang Pendidikan
66,53 67,09
67,7068,31
68,90
2010 2011 2012 2013 2014
69,55
2015
70,18
2016
70,81
2017
71,39
2018
71,92
2019
Tahun, [-]
IPM
, [%
]
63,00
64,00
65,00
66,00
67,00
68,00
69,00
70,00
71,00
72,00
73,00
Sumber: BPS. 2019
Gambar 3.1. Tren IPM Indonesia Tahun 2010-2019
Berikut program dan kegiatan lintas sektor hasil
KSP Kemenko PMK dalam peningkatan capaian
IPM secara rinci berdasarkan urutan IKU yang
ditetapkan.
Target akhir dari IKU-1 – Tingkat Capaian K/L
terhadap Target Indikator IPM Bidang Pendidikan,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3, adalah
100% dari jumlah seluruh K/L di bawah koordinasi
Kemenko PMK yang memiliki indikator IPM
bidang pendidikan. Untuk mencapai target
pada indikator IPM bidang Pendidikan, Kemenko
PMK melaksanakan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian dengan K/L terkait seperti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Agama, Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, serta Badan
Tenaga Nuklir Nasional dengan merujuk pada
sasaran makro pada pendidikan yang ditetapkan
pada RPJMN 2015-2019 seperti diperlihatkan
pada Tabel 3.4.
27Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201926
Tabel 3.4. Indikator Pendidikan 2010-2019
INDIKATOR 20192015 20172013 20182014 2016201220112010
Sumber: BPS-RI, Susenas 1994-2019Keterangan: *) Pendidikan nonformal yang dicakup adalah paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/SMK/MA.
99,17
95,43
71,92
23,28
107,36
90,20
79,94
25,13
97,58
79,35
60,70
18,85
99,24
95,51
72,36
25,21
107,46
90,57
83,98
97,64
79,40
60,84
3,96
12,66
25,13
22,31
35,95
18,57
55,61
37,43
19,26
73,31
46,79
3,70
4,10
0,76
9,92
99,11
95,23
71,82
24,29
108,48
91,23
80,11
25,12
97,48
78,75
60,53
18,59
99,22
95,36
71,99
27,92
108,61
91,52
80,68
97,58
78,84
60,67
4,38
13,64
25,63
21,24
35,11
21,67
55,38
38,61
22,25
74,20
48,35
3,93
4,34
0,86
10,60
PARTISIPASI PENDIDIKAN FORMALAngka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 tahun 97,97 97,53 97,94 98,34 98,83 98,59 98,98 99,08
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 tahun 86,11 87,79 89,61 90,62 94,32 94,59 94,79 94,98
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 16-18 tahun 55,83 57,69 61,30 63,64 70,13 70,32 70,68 71,20
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 19-24 tahun 13,67 14,47 15,94 20,04 22,74 22,79 23,80 24,67
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI 111,63 102,42 104,23 107,63 108,78 109,94 109,20 108,43
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs 80,35 89,37 89,29 85,69 88,43 90,63 89,98 90,00
Angka Partisipasi Kasar (APK) SM/MA 62,53 64,10 68,45 66,27 73,95 77,39 80,44 82,25
Angka Partisipasi Kasar (APK) PT 16,35 18,06 18,85 23,06 25,76 20,89 23,44 25,00
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI 94,72 90,98 92,47 95,52 96,37 96,20 96,71 97,14
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs 67,62 68,22 70,82 73,73 77,43 77,45 77,89 78,30
Angka Partisipasi Murni (APM) SM/MA 45,48 47,93 51,77 54,12 59,24 59,46 59,85 60,19
Angka Partisipasi Murni (APM) PT 11,01 12,56 13,48 18,08 20,18 17,34 17,91 18,62
PARTISIPASI PENDIDIKAN FORMAL DAN NON FORMAL*)
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 tahun 98,02 97,62 98,02 98,42 98,92 99,09 99,09 99,14
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 tahun 86,24 87,99 89,76 90,81 94,44 94,72 94,88 95,08
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 16-18 tahun 56,01 57,95 61,49 63,84 70,31 70,61 70,83 71,42
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 19-24 tahun 13,77 14,82 16,05 20,14 22,82 22,95 23,93 24,77
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A 111,68 102,57 104,33 107,71 108,88 110,5 109,31 108,50
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B 80,59 89,83 89,49 85,96 88,63 91,17 90,12 90,23
Angka Partisipasi Kasar (APK) SM/MA/Paket C 62,85 64,90 68,80 66,61 74,26 78,02 80,89 82,84
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A 94,76 91,07 92,54 95,59 96,45 96,70 96,82 97,19
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B 67,73 68,35 70,93 73,88 77,53 77,82 77,95 78,40
Angka Partisipasi Murni (APM) SM/MA/Paket C 45,59 48,07 51,88 54,25 59,35 59,71 59,95 60,37
PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN PENDUDUK 15 TAHUN KE ATAS
Tidak/belum sekolah 7,28 6,73 6,11 5,77 5,47 5,90 3,90 2,91
Tidak tamat SD 12,74 15,08 14,30 14,13 13,67 12,62 12,27 11,43
SD/sederajat 29,72 28,48 28,09 28,18 27,41 27,79 33,08 27,83
SMP/sederajat 20,57 20,21 20,59 20,51 20,82 21,44 16,49 21,84
SM +/sederajat 29,69 29,50 30,91 31,41 32,64 32,25 34,27 36,00
PARTISIPASI PRA SEKOLAH (SEDANG)
Usia 3-4 tahun 19,41 15,95 18,20 18,02 19,46 22,34 20,66 19,24
Usia 5-6 tahun 27,19 33,40 35,54 37,18 39,25 47,51 48,00 49,39
Usia 3-6 tahun 23,22 24,50 26,72 27,55 32,68 35,28 34,69 34,36
PARTISIPASI PRA SEKOLAH (PERNAH + SEDANG)
Usia 3-4 tahun 22,59 19,70 22,09 22,20 23,83 24,01 22,16 20,41
Usia 5-6 tahun 53,38 54,61 57,38 59,83 62,67 71,70 71,46 71,82
Usia 3-6 tahun 37,68 36,81 39,43 40,92 46,92 48,52 47,45 46,20
BUTA HURUF
Angka Buta Huruf 10 tahun + 6,34 6,80 6,28 5,46 4,39 4,27 4,19 4,08
Angka Buta Huruf 15 tahun + 7,09 7,56 7,03 6,08 4,88 4,78 4,62 4,50
Angka Buta Huruf 15-44 tahun 1,71 2,31 2,03 1,61 1,24 1,10 1,00 0,94
Angka Buta Huruf 45 tahun + 18,25 18,15 17,17 15,15 12,25 11,89 11,47 11,08
Sesuai arahan Presiden, target di sektor pen-
didikan bukan hanya pemerataan terhadap
akses pendidikan, tetapi juga pemerataan yang
berkualitas. Sektor pendidikan memberikan
kontribusi atas peningkatan IPM yang dapat
dilihat melalui rata-rata lama sekolah dan
harapan lama sekolah seperti diperlihatkan pada
Tabel 3.5.
27Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201926
Tabel 3.5. Capaian Target Indikator IPM Bidang Pendidikan hingga 2019
No. INDIKATOR2014
(Baseline)CAPAIAN
2015 2016 2017 2018 2019
1. Rata-rata lama sekolah, [Tahun] 8,20 8,25 8,50 8,10 8,17 8,34
2. Harapan lama sekolah, [Tahun] 9,41 n/a 12,72 12,85 12,91 12,95
Sumber: BPS-RI, Susenas 1994-2019
Tabel 3.6. Variabel Indikator Pendidikan oleh K/L
KEMENTERIAN/LEMBAGA CAPAIAN2017
No. TARGET2018
CAPAIAN2018 STATUSREALISASI
[%]
Dalam perkembangannya, sebagaimana diper-
lihatkan pada Tabel 3.5, pendidikan di Indonesia
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal
ini menunjukkan bertambah baiknya tingkat
Pendidikan penduduk Indonesia.
Terkait capaian IKU-1, telah ditetapkan K/L di
bawah koordinasi Kemenko PMK untuk proses
pencapaian variabel-variabel pendukung dimensi
dari indikator Pendidikan seperti terlihat pada
Tabel 3.6.
Sumber: BPS-RI, Susenas 1994-2019
I. KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI1. APK Perguruan Tinggi, [%] 33,37 32,05 34,58 107,89 Tercapai
2. Jumlah PT Berakreditasi A (Unggul), [PT] 64 80 85 106,25 Tercapai
3. Persentase Dosen berkualifikasi S3, [%] 16,08 14,86 16,41 110,44 Tercapai
4. Persentase Program Studi terakreditasi minimal B, [%] 50,80 44 54,80 124,55 Tercapai
Rata-rata 112,28 Tercapai
II. KEMENTERIAN AGAMA5. APK/RA, [%] 9,00 9,08 7,88 86,78 Tercapai
6. APK MI/Ula, [%] 13,28 13,69 11,41 83,35 Tercapai
7. APM MI/Ula, [%] 12,03 12,36 10,50 84,95 Tercapai
8. APK MTs/Wutsha, [%] 24,33 24,61 20,80 84,52 Tercapai
9. APM Mts/Wutsha, [%] 18,96 19,23 16,45 85,54 Tercapai
10. APK MA/Ulya, [%] 10,42 11,01 9,09 82,56 Tercapai
11. APM MA/Ulya, [%] 8,53 9,03 7,42 82,17 Tercapai
12. APK PTK/Ma’had Aly, [%] 3,69 4,01 3,55 88,53 Tercapai
Rata-rata 84,80 Tercapai
III. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN13. APK PAUD Usia 3 – 6 tahun, [%] 74,28 75,10 75,13 100,04 Tercapai
14. APK SD/SD LB/Paket A, [%] 92,14 99,92 90,44 90,51 Tercapai
15. APM SD/SDLB, [%] 80,95 84,52 79,79 94,40 Tercapai
16. APK SMP/SMPLB/Paket B, [%] 77,78 83,61 76,98 92,07 Tercapai
17. APM SMP/SMPLB, [%] 57,81 73,70 56,11 76,13 Tidak
Tercapai
18. APK SMA/SMK/SMLB/Paket C, [%] 75,90 84,09 78,15 92,94 Tercapai
19. APM SMA/SMK/SMLB, [%] 54,59 71,12 57,69 81,12 Tercapai
20. Persentase SD/SDLB Berakreditasi minimal B, [%] 76,34 78,00 80,21 102,83 Tercapai
21. Persentase SMP/SMPLB Berakreditasi minimal, B [%] 67,92 75,00 70,96 94,61 Tercapai
22. Persentase SMA/SMLB Berakreditasi minimal B, [%] 73,09 83,41 75,93 91,03 Tercapai
23. Persentase Paket Keahlian SMK Berakreditasi minimal B, [%] 64,81 61,63 70,03 113,63 Tercapai
Rata-rata 93,57 Tercapai
IV. BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL24. Persentase serapan lulusan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
di dunia kerja, [%] 86,30 85 85,42 100,5 Tercapai
Rata-rata 100,5
Rata-rata Pencapaian K/L 97,79 Tercapai
29Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201928
Tabel 3.6 memperlihatkan bahwa dari 24 variabel
pendukung IPM bidang pendidikan pada 4
K/L, ternyata 4 variabel yang dipakai oleh
Kementerian Riset, teknologi, dan Pendidikan
Tinggi (Kemenristekdikti) semuanya mencapai
target atau realisasinya 112,28% (Baik sekali).
Demikian juga dengan Badan Tenaga Nuklir
Nasional (Batan) semua variabelnya mencapai
100,5%. Untuk Kementerian Agama dari 8 variabel
pendukung IPM semuanya berada pada nilai 80-
99,99% atau realisasi capaian rata- ratanya 84,80%
(Baik). Sedangkan untuk Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dari 11 variabel pendukung IPM
yang dipakai, ternyata terdapat 1 variabel yang
tidak tercapai (<80%), 3 variabel tercapai 100%,
dan sisanya tercapai pada nilai 80-99,99%. Rata-
rata realisasi capaian Kemdikbud 93,57.
Meskipun demikian, berdasarkan ketentuan
pada Pengukuran Kinerja sebagaimana dijelaskan
pada Bagian 3.1, Kategori rata-rata capaian 4 K/L
yang mendukung IPM bidang Pendidikan yang
ditetapkan Kemenko PMK, seluruhnya mencapai
target atau realisasinya 97,79% (Baik).
Realisasi pencapaian ini telah sejalan dengan
peningkatan nilai IPM Indonesia dari tahun ke tahun
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
Keberhasilan pencapaian K/L dalam memenuhi
target IPM bidang pendidikan di antaranya
disebabkan peran Kemenko PMK yang secara
intensif mengoordinasikan, menyinkronisasikan,
dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan,
program, dan kegiatan yang terkait. Berbagai
Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk
mendukung pencapaian ini di antaranya:
1. Program Indonesia Pintar
Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan
salah satu program prioritas Presiden untuk
memberikan jaminan Pendidikan yang layak
bagi seluruh anak usia sekolah di Indonesia.
Sasaran penerima manfaat PIP adalah peserta
didik dari keluarga prasejahtera yang ditandai
dengan kepesertaan Program Keluarga
Harapan (PKH), anak yatim piatu, korban
bencana, dan peserta didik yang diusulkan
oleh sekolah. Penerima manfaat PIP ditandai
dengan kepemilikan Kartu Indonesia Pintar
(KIP). Besaran biaya yang diterima pemegang
KIP adalah Rp450.000,00/siswa/tahun untuk
jenjang SD/MI; Rp750.000,00/siswa/tahun
untuk jenjang SMP/MTs; dan Rp1.000.000,00/
siswa/tahun untuk jenjang SMA/SMK/MA.
Sejak peluncurannya pada tahun 2015, program
ini terus berkembang untuk menjawab kendala-
kendala yang terjadi dalam implementasinya.
Kendala-kendala ini terkait dengan pendataan,
penyaluran, pencairan hingga pemanfaatan
dana PIP yang diterimakan pada siswa. Pada
tahun 2017, pemerintah meluncurkan KIP
ATM untuk mempermudah pencairan oleh
siswa, terutama bagi siswa yang rumah atau
sekolahnya jauh dari bank penyalur. Penyaluran
manfaat melalui KIP ATM ini merupakan
terobosan yang efektif diterapkan di daerah-
daerah perkotaan. Sedangkan untuk daerah
tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) dan daerah
yang aksesnya masih sulit, pencairan manfaat
PIP masih dilakukan dengan menyediakan
layanan bank keliling yang datang ke sekolah
untuk melayani pencairan manfaat PIP.
Secara umum, program ini efektif membantu
siswa penerima manfaat untuk memenuhi
kebutuhan personalnya. Beban orang tua siswa
juga berkurang karena satuan pendidikan telah
menerima dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS), sehingga kebutuhan operasional
pendidikan siswa di sekolah sudah terpenuhi.
Dengan demikian, dana PIP yang mereka
terima dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan lain yang
bersifat personal, misalnya buku tulis, sepatu,
seragam, dan lain-lain.
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.2
dan Gambar 3.3, Penyaluran manfaat PIP telah
29Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201928
memenuhi target dari tahun ke tahun. Realisasi
capaian PIP tahun 2019 mencapai 100,07%
(rata-rata dari KIP yang dikelola Kemdikbud
(101,46%) dan Kemenag 98,67%). Hal ini
dimungkinkan mengingat penyaluran dan
pencairan PIP kepada siswa penerima manfaat
pada tahun 2019 masih terkendala oleh proses
pemadanan data pokok pendidikan (Dapodik)
di Kemendikbud dan Kemenag dengan basis
data terpadu (BDT) Program Keluarga Harapan
(PKH) di Kementerian Sosial (Kemensos)
yang belum sempurna. Meskipun demikian,
capaian realisasi tahun 2018 ini masih lebih
baik sebesar 104,31% (rata-rata dari KIP yang
dikelola Kemdikbud (101,64%) dan Kemenag
(98,96%).
10.360.614
4.369.968
1.375.458
1.879.617
10.360.308
4.369.968
1.367.559
1.829.167
10.360.614
4.369.968
1.367.559
1.829.167
10.362.746
4.485.492
1.520.422
1.879.627
10.379.253
4.751.246
1.516.701
2.052.176
10.364.266
4.562.347
1.464.712
2.007.074
- 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000
SD
SMP
SMA
SMK
SD
SMP
SMA
SMK
SD
SMP
SMA
SMK
2017
2018
2019
Tahu
n da
n Sa
tuan
Pen
didi
kan,
[-]
Jumlah Siswa, [Orang]
Realisasi Siswa Sasaran Siswa
Realisasi Tahun 2017102,63%
Realisasi Tahun 2019101,46%
Realisasi Tahun 2018104,31%
Gambar 3.2. Target dan Capaian Siswa Penerima Manfaat PIP Kemdikbud Tahun 2017-2019
Sumber: Kemendikbud, 2019
Tah
un
dan
Sat
uan
Pen
did
ikan
, [-]
Jumlah Siswa, [Orang]
RealisasiSiswa
SasaranSiswa
31Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201930
Hal ini disebabkan pada tahun 2018 serah
terima data BDT-PKH Kemensos ke Dapodik
PIP Kemdikbud dan Kemenag masih dilakukan
secara offline serta mekanisme feedback hasil
pemadanan data dari Dapodik-PIP Kemdikbud
dan Kemenag ke BDT-PKH Kemensos dan
sebaliknya masih belum tersedia. Mengingat
hal ini, maka pada rapat koordinasi di Kemenko
PMK telah direkomendasikan agar disusun
strategi pemadanan data dan pengintegrasian
PKH-PIP melalui payung hukum berupa
Instruksi Presiden.
2. Bantuan Operasional Sekolah
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) me-
rupakan program bantuan pemerintah pusat
untuk penyelenggaraan kegiatan operasional
sekolah nonpersonalia. Pada tahun 2019, dana
BOS dimanfaatkan untuk dukungan kegiatan
pengembangan perpustakaan, penerimaan
peserta didik baru (PPDB), pembelajaran
dan ekstrakurikuler, evaluasi pembelajaran,
pengelolaan sekolah, pengembangan pro-
fesi guru dan tenaga kependidikan serta
pengembangan manajemen sekolah, lang-
Gambar 3.3. Target dan Capaian Siswa Penerima Manfaat PIP Kemenag Tahun 2017-2019
719.675
696.454
377.297
648.506
691.808
377.405
884.746
942.392
378.447
690.059
659.599
359.765
646.732
691.703
361.351
878.093
929.540
368.591
- 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000
MI/Sederajat
MTs/Sederajat
MA/Sederajat
MI/Sederajat
MTs/Sederajat
MA/Sederajat
MI/Sederajat
MTs/Sederajat
MA/Sederajat
2017
2018
2019
Tahu
n da
n Sa
tuan
Pen
didi
kan,
[-]
Jumlah Siswa, [Orang]
Realisasi Siswa Sasaran Siswa
Realisasi Tahun 201795,32%
Realisasi Tahun 201998,67%
Realisasi Tahun 201898,96%
Realisasi Tahun 201998,67%
Realisasi Tahun 201898,96%
Realisasi Tahun 201795,32%
Tah
un
dan
Sat
uan
Pen
did
ikan
, [-]
Jumlah Siswa, [Orang]
RealisasiSiswa
SasaranSiswa
Sumber: Kemenag, 2019
31Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201930
Tabel 3.7. Sasaran Siswa dan Anggaran BOS Reguler KemdikbudTahun 2018-2019
SATUAN PENDIDIKANJUMLAH SISWAJUMLAH SISWA
20192018
ANGGARANANGGARAN
SD 25.925.487 19.658.549.320 25.566.067 19.482.850.000
SMP 10.564.760 9.874.143.760 10.454.733 9.816.590.600
SMA 4.868.654 6.372.199.280 5.041.622 6.495.328.440
SMK 5.209.146 6.578.138.520 5.068.393 8.555.655.520
SLB 134.089 312.261.440 133.258 326.670.760
TOTAL 46.702.136 42.795.292.320 43.264.073 44.677.095.320
Sumber: Kemendikbud, 2019
ganan daya dan jasa, pemeliharaan/perawatan
sarana dan prasarana sekolah, pembayaran
honor, dan pembelian/perawatan alat multi-
media pembelajaran.
Besaran dana BOS yang diterima oleh
sekolah berbeda-beda bergantung pada
jumlah pe-serta didik pada sekolah tersebut.
Besaran satuan biaya dana BOS tahun 2019
adalah Rp800.000,00/siswa/tahun untuk
jenjang SD, Rp1.000.000,00/siswa/tahun
untuk jenjang SMP, Rp1.400.000,00/siswa/
tahun untuk jenjang SMA, Rp1.600.000,00/
siswa/tahun untuk jenjang SMK, dan
Rp2.000.000,00/siswa/tahun untuk jenjang
SDLB/SMPLB/SMALB/SLB. Dibandingkan
tahun 2018, terdapat peningkatan besaran
satuan biaya untuk jenjang SMK sebesar
Rp200.000,00/ siswa/tahun. Peningkatan
ini merupakan bentuk perhatian pemerintah
pada sekolah kejuruan untuk peningkatan
soft skill dan hard skill peserta didik sesuai
dengan minat, bakat, dan keterampilannya.
Dengan perhatian yang lebih besar ini,
diharapkan SMK dapat meningkatkan
kompetensi lulusannya hingga dapat
menciptakan lulusan yang siap kerja dan siap
menciptakan lapangan kerja, sehingga pada
akhirnya dapat memutus rantai kemiskinan.
Tabel 3.7 memperlihatkan bahwa dibanding-
kan tahun 2018, maka penyaluran dana BOS
reguler yang dikelola Kemendikbud tahun 2019
mengalami peningkatan dari Rp 42,7 triliun
menjadi Rp 44,6 triliun, padahal jumlah siswa
yang menjadi sasaran penerima dana BOS
mengalami penurunan dari 46,7 juta siswa
pada tahun 2018 menjadi 43,2 juta siswa.
Hal ini dimungkinkan mengingat adanya
peningkatan anggaran pada jenjang SMK
dikarenakan adanya peningkatan satuan
biaya meskipun jumlah peserta didik di
SMK mengalami penurunan. Peningkatan
anggaran juga terjadi di jenjang SMA
disebabkan adanya peningkatan jumlah
peserta didik yang terdaftar. Sedangkan
pada jenjang SD dan SMP, penyaluran
dana BOS cenderung menurun. Hal ini
disebabkan oleh kemungkinan adanya
anak usia SD dan SMP yang sebelumnya
terdaftar juga pada madrasah atau home
schooling.
33Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201932
Tabel 3.8. Sasaran Siswa dan Anggaran BOS Reguler KemenagTahun 2018-2019
SATUAN PENDIDIKANJUMLAH SISWAJUMLAH SISWA
20192018
ANGGARANANGGARAN
MA/sederajat 1.517.279 2.124.159.716 1.527.448 2.134.121.688
MTs/sederajat 3.397.351 3.397.351.098 3.476.817 3.480.214.787
MI/sederajat 3.907.110 3.125.688.296 3.924.344 3.140.207.900
TOTAL 8.821.740 8.647.199.110 8.928.609 8.754.544.375
Sumber: Kemenag, 2019
Sedangkan Tabel 3.8 memperlihatkan bahwa
penyaluran dana BOS reguler yang dikelola
Kemenag tahun 2019 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya, dari Rp8,6
triliun menjadi Rp8,7 triliun. Peningkatan ini
sejalan dengan jumlah peserta didik yang
menjadi sasaran penerima dana BOS.
3. Beasiswa Pendidikan Tinggi
Dalam rangka mendukung pembangunan
manusia dan meningkatkan kualitas SDM,
Pemerintah juga memberikan bantuan berupa
beasiswa dan bantuan biaya hidup bagi
mahasiswa pada jenjang pendidikan tinggi.
Pemerintah menyediakan program beasiswa
Bidikmisi, program beasiswa Afirmasi Pen-
didikan Tinggi (Adik), dan program beasiswa
Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).
Beasiswa Bidikmisi adalah bantuan biaya
pendidikan dari pemerintah bagi calon
mahasiswa tidak mampu secara ekonomi
dan memiliki potensi akademik yang baik
untuk menempuh pendidikan di perguruan
tinggi negeri maupun swasta, pada program
studi unggulan sampai lulus tepat waktu.
Mekanisme seleksi penerima Beasiswa ini
sudah diintegrasikan dengan PIP. Sasaran
program beasiswa ini adalah lulusan satuan
pendidikan SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk
lain yang sederajat yang akan lulus pada
tahun tersebut atau sudah lulus satu tahun
sebelumnya yang tidak mampu secara
ekonomi dan memiliki potensi akademik
yang baik. Besaran beasiswa Bidikmisi tahun
2019 adalah Rp6,6 juta/semester, lebih tinggi
dibandingkan tahun 2018 yang sebesar Rp6,3
juta/semester, dan bahkan tahun 2017 yang
sebesar Rp6 juta/semester. Beasiswa ini telah
menyediakan bantuan biaya penyelenggaraan
pendidikan (SPP) yang dikelola perguruan
tinggi, maksimal sebesar Rp2,4 juta dan
bantuan biaya hidup yang diserahkan kepada
mahasiswa sebesar Rp4,2 juta.
Beasiswa ADik adalah program khusus
(afirmasi) bagi pelajar dari Papua, Papua
Barat, dan daerah 3T untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi terpilih di luar Papua di
Indonesia. Beasiswa ini telah menyediakan
biaya pendidikan, biaya hidup, dan Pembinaan
atau pembimbingan belajar secara khusus,
supaya mahasiswa peserta program beasiswa
ADik dapat menyelesaikan pendidikan tinggi
dengan tuntas dengan hasil yang baik di
Perguruan Tinggi terbaik. Program ADik
merupakan bentuk keberpihakan pemerintah
untuk membantu perguruan tinggi dalam
mencari dan menjaring calon mahasiswa
dari daerah Papua dan Papua Barat serta
daerah 3T. Total kuota program ADik tahun
2019 untuk wilayah 3T dan anak TKI sebesar
33Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201932
800 beasiswa yang ditujukan bagi penerima
dari kabupaten/kota 3T, penerima program
Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) 3T,
serta Anak TKI berlokasi di daerah perbatasan
NKRI, sedangkan untuk wilayah Papua dan
Papua Barat sebesar 1.000 beasiswa yang
ditujukan bagi penerima dari Papua, Papua
Barat, Wilayah 3T Papua dan Papua Barat,
serta Penerima Program ADEM. Total kuota
ini lebih sedikit dibandingkan tahun 2018
yang sebesar 2.000 orang yang terdiri dari
ADik Papua: 375 orang, ADik Papua Barat:
225 orang, ADik-ADEM: 400 orang, ADik
3T-Papua/Papua Barat: 100 orang, ADik 3T
(65 Kab./Kota): 800 orang, dan ADik TKI:
100 orang. Beasiswa ini telah menyediakan
bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan
(SPP) yang dikelola perguruan tinggi,
maksimal sebesar Rp2,4 juta per semester
dan bantuan biaya hidup yang dibayarkan ke
rekening penerima sebesar minimal Rp6 juta
per semester (ketetapan bantuan biaya hidup
melalui SK Rektor).
Beasiswa PPA merupakan program beasiswa
dari pemerintah bagi mahasiswa berprestasi
di perguruan tinggi negeri dan swasta. Bea-
siswa PPA sepenuhnya merupakan bentuk
penghargaan atau dukungan dana terhadap
mahasiswa yang berprestasi tanpa melihat
latar belakang ekonomi mahasiswa. Beasiswa
PPA diterima oleh mahasiswa selama yang
bersangkutan masih dapat mempertahankan
prestasi. Besar beasiswa adalah Rp2,4 juta/
semester/mahasiswa.
Tabel 3.9. Penerima Beasiswa Perguruan Tinggi dari Tahun 2017-2019
SATUAN PENDIDIKAN 201920182017
Bidikmisi Kemristekdikti, [Mahasiswa] 339.348 367.133 381.789
Bidikmisi Kemenag, [Mahasiswa] 25.972 32.622 39.550
ADik Kemristekdikti, [Mahasiswa] 1.562 2.000 1.800
PPA Kemristekdikti, [Mahasiswa] 129.943 129.999 130.000
PPA Kemenag, [Mahasiswa] 4.400 3.512 7.544
Sumber: Kemristekdikti dan Kemenag, 2019
Tabel 3.9 memperlihatkan bahwa capaian
program beasiswa pendidikan tinggi tahun
2019 mengalami peningkatan dibandingkan
dengan capaian pada tahun 2018.
Peningkatan yang paling signifikan adalah
pada program Bidikmisi. Pada Tahun 2018
jumlah penerima Bidikmisi yang dikelola
Kemristekdikti sebanyak 367.133 mahasiswa
dan pada tahun 2019 meningkat menjadi
sebanyak 381.789 mahasiswa, sedangkan
bidikmisi yang dikelola Kemenag meningkat
dari 32.622. Pada tahun 2018 menjadi 39.550
mahasiswa pada tahun 2019. Peningkatan
ini terjadi pula pada program beasiswa
PPA, namun mengalami penurunan pada
program beasiswa ADik. Capaian program
beasiswa pendidikan tinggi tersebut sangat
mendukung pencapaian sasaran RPJMN
2015-2019 dalam peningkatan akses, kualitas,
dan relevansi pendidikan tinggi. Program
beasiswa pendidikan tinggi dilaksanakan
dalam rangka mengatasi permasalahan pokok
dalam layanan pendidikan tinggi khususnya
akses yang belum merata antara kelompok
masyarakat kaya dan miskin. Kendala finansial
menjadi masalah bagi lulusan-lulusan sekolah
35Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201934
menengah dari keluarga miskin untuk me-
lanjutkan ke perguruan tinggi.
4. Penguatan Kurikulum
Kurikulum merupakan perangkat pembelajar-
an yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
yang harus menjadi pedoman dalam pe-
laksanaan proses belajar-mengajar di
sekolah-sekolah. Kurikulum di Indonesia telah
mengalami beberapa kali perubahan, terakhir
adalah Kurikulum 2013 atau lebih dikenal
dengan istilah K13.
Melalui K13 pemerintah bertekad untuk
menciptakan generasi yang lebih baik
dan berkualitas, baik dalam penguasaan
pengetahuan, keterampilan, maupun karakter,
sehingga mampu memperbaiki citra bangsa
Indonesia yang bermartabat. Oleh karena
itu¸ K13 didesain dengan empat aspek,
yaitu pengetahuan, keterampilan, sosial, dan
spiritual yang masing-masing berisi tujuan,
isi, metode, dan evaluasi.
Dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, paradigma pembelajaran
ber-dasarkan K13 tidak lagi terpusat pada
guru, melainkan kepada siswa (student
centered). Paradigma ini mempengaruhi
relasi guru-murid, metode, pendekatan, dan
model pembelajaran yang diterapkan di
ruang kelas. Guru adalah mitra siswa dalam
menyerap ilmu pengetahuan. Guru bukan lagi
bank ilmu, melainkan inspirator kehidupan
bagi siswa.
Tabel 3.10. Target dan Realisasi Sekolah Menerapkan K13 Tahun 2018-2019
SATUAN PENDIDIKANREALISASI [%]CAPAIANTARGET
s.d. 2019s.d. 2018
CAPAINTARGETNo.
Sumber: Kemendikbud, 2019
Tabel 3.10 memperlihatkan bahwa sampai
tahun 2019 penguatan K13 pada satuan
pendidikan mencapai 218.635 sekolah dari
target 220.088 sekolah, atau realisasinya
99,34%. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan
dengan capaian tahun 2018 sebesar 76.159
sekolah. Dibandingkan target RPJMN 2015-
2019 sebesar 100%, maka capaian sampai
tahun 2019 hanya 99,34%. Ketidakberhasilan
pencapaian ini dimungkinkan mengingat
penguatan K13 di satuan pendidikan harus
disertai dengan adanya pelatihan pada semua
guru dan sekolah. Keterbatasan frekuensi
Pelatihan dan jumlah peserta pelatihan
menyebabkan penuntasan penerapan K13.
5. Peningkatan Kesejahteraan dan Kualitas
Guru
Sejalan dengan tuntutan global dan kebutuhan
akan pentingnya peningkatan kualitas hidup
manusia Indonesia pada masa kini dan akan
datang, Pemerintah berkomitmen untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Hal
itu diwujudkan dengan dilahirkannya UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang
1. SD, [Sekolah] - 54.671 149.018 148.494 99,65
2. SMP, [Sekolah] 37,196 14.272 40.576 40.115 98,96
3. SMA, [Sekolah] 12,911 4.048 13.939 13.770 98,79
4. SMK, [Sekolah] 11,384 3.168 14.296 14.027 98,12
5. SLB, [Sekolah] 4,036 - 2.252 2.229 98,67
TOTAL 76.159 220.088 218.635 99,34
35Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201934
Guru dan Dosen. Bergulirnya kedua UU
tersebut telah berimplikasi pada pola
perubahan paradigma baru tentang eksistensi
guru sebagai pendidik profesional.
Minimal ada kriteria yang harus dipenuhi
sebagai pendidik profesional, yaitu (1)
berkualifikasi S-1 (Sarjana) atau D-IV, (2)
memiliki empat kompetensi minimal, mulai
dari penguasaan bahan ajar, teaching
skill, kemampuan berkomunikasi, hingga
performance pribadi yang memiliki karakter
positif; dan (3) memiliki sertifikat pendidik
sebagai legalitas seseorang diberikan
kewenangan melakukan proses pendidikan di
sekolah/madrasah.
Berdasarkan aturan tersebut, terwujud guru
Indonesia yang berkualitas dengan kadar
kemampuan dan kinerja yang diunggulkan,
serta peningkatan kesejahteraan dalam
bentuk tunjangan sertifikasi guru yang dapat
menopang hajat hidup sehari-hari. Selain
tuntutan undang-undang, sertifikasi juga
menjadi penilaian apakah seseorang layak
disebut pendidik profesional.
Tabel 3.11. Komposisi dan Jumlah Guru di Indonesia
STATUSNon SertifikatSertifikatNon Sertifikat
201920182017
SertifikatNon SertifikatSertifikat
PNS, [orang] 1.222.964 380.843 1.174.377 308.888 1.146.699 245.168
Non PNS, [orang] 305.416 1.083.802 217.778 1.316.253 227.541 1.391.137
JUMLAH, [orang] 1.428.380 1.464.645 1.392.155 1.625.141 1.374.240 1.636.305
TOTAL, [orang] 2.893.025 3.017.296 3.010.545
I. BERDASARKAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT PENGAJAR
STATUS<S1/D4≥S1/D4<S1/D4
201920182017
≥S1/D4<S1/D4≥S1/D4
Sumber: Kemendikbud, 2019
PNS, [orang] 1.302.045 201.762 1.301.292 181.973 1.338.549 53.318
Non PNS, [orang] 792.777 596.441 1.189.845 344.186 1.415.360 203.318
JUMLAH, [orang] 2.094.822 798.203 2.491.137 526.159 2.753.909 256.636
TOTAL, [orang] 2.893.025 3.017.296 3.010.545
II. BERDASARKAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN
Tabel 3.11 memperlihatkan bahwa jumlah guru
di Indonesia pada tahun 2019 mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya
dari 3.017.296 menjadi 3.010.545 orang.
Penurunan ini lebih banyak disebabkan
oleh banyaknya guru yang memasuki masa
pensiun. Berdasarkan jumlah guru tahun
2019 tersebut, ternyata guru dengan tingkat
pendidikan minimal S1/D4 hanya berjumlah
2.753.909 guru atau sekitar 91,48% saja.
Sisanya masih berpendidikan di bawah S1/
D4. Jumlah ini jauh lebih baik dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya di mana guru
yang berpendidikan minimal S1/D4 hanya
berjumlah 2.491.137 guru atau sekitar 82,56%
dari jumlah guru yang ada pada tahun 2018
dan 2.094.822 guru atau sekitar 72,41% dari
jumlah guru yang ada pada tahun 2017. Hal
ini menunjukkan bahwa pemerintah terus
berusaha melalui program penyetaraan
untuk menuntaskan guru-guru yang masih
berpendidikan di bawah S1/D4 agar sesuai
37Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201936
dengan amanat UU No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen.
Secara bertahap pemerintah juga berupaya
menyelesaikan isu terhadap peningkatan ke-
sejahteraan guru, di antaranya dengan mem-
berikan tunjangan sertifikasi kepada guru yang
telah memiliki Sertifikat Pengajar sebesar gaji
pokoknya. Sebagaimana terlihat pada Tabel
3.11, saat ini jumlah guru yang telah memiliki
sertifikat pengajar sebanyak 1.374.240 orang
terdiri dari 1.146.699 berstatus PNS dan 227.541
non PNS. Jumlah guru yang bersertifikat
mengalami penurunan dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya yang berjumlah 1.392.155
pada tahun 2018 dan 1.428.380 pada tahun
2017. Penurunan ini lebih banyak disebabkan
banyaknya guru yang memasuki masa pensiun.
Sebenarnya pemerintah telah memberikan
kesempatan kepada guru-guru yang belum
memiliki sertifikat pengajar untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan di Lembaga Pen-
didikan Tenaga Kependidikan (LPTK) agar
lulus uji kompetensi. Namun jumlah guru yang
mengikuti masih lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah guru yang memasuki masa
pensiun.
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
guru, pemerintah juga tetap memberikan
tunjangan profesi kepada guru yang berstatus
bukan PNS namun telah bersertifikat.
Besarnya disesuaikan dengan penyetaraan
status kepangkatan, golongan, dan jabatan
fungsional guru melalui proses inpassing.
Tunjangan profesi bagi guru bukan PNS
diberikan oleh Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan melalui direktorat teknis.
Sementara itu, tambahan penghasilan berupa
pemberian insentif juga diberikan kepada guru
bukan PNS yang belum bersertifikat. Tujuan
pemberian insentif ini untuk memotivasi
guru agar terus meningkatkan kompetensi
dan kinerjanya secara profesional dalam
melaksanakan tugas di sekolah.
IKU-2 Tingkat Capaian K/L Terhadap Target Indikator IPMBidang Kesehatan
Target akhir dari IKU-2 – “Tingkat capaian K/L
terhadap target indikator IPM bidang kesehatan”,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3, adalah
sebesar 100% dari jumlah seluruh K/L di bawah
koordinasi Kemenko PMK yang memiliki indikator
IPM bidang kesehatan. Indikator untuk mengukur
IPM pada dimensi kesehatan adalah Angka
Harapan Hidup (AHH).
Untuk mencapai target pada indikator IPM
bidang Kesehatan, Kemenko PMK melaksanakan
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian dengan
K/L terkait, seperti Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial, BKKBN, dan BPOM
dengan merujuk pada sasaran pembangunan
kesehatan pada RPJMN 2015-2019 sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel 3.12.
37Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201936
No. 20162014
(Capaian)(Baseline)
2017
(Capaian)
2018
(Capaian)
2019
(Target)INDIKATOR
Tabel 3.12. Sasaran Pembangunan Kesehatan
Terkait capaian IKU-2, telah ditetapkan empat
K/L di bawah Koordinasi Kemenko PMK untuk
proses pencapaian variabel-variabel pendukung
dimensi umur panjang dan hidup sehat dari
indikator kesehatan sebagaimana terlihat pada
Tabel 3.13.
I. KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
1. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk, [%/tahun] 1,49 1,49 1,49 1,49 1,19
2. Angka kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR), [Orang] 2,60 2,326 2,38 2,38 2,3
II. MENINGKATNYA STATUS KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT
1. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran, [Orang] 346 306 n.a n.a 306
2. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup 32 28 24 n/a 24
(Infant Mortality Rate/IMR), [Orang] (SDKI 2017)
3. Prevalensi kekurangan gizi (underweight) 19,6 3,4 17,8 17,7 17
pada anak balita, [%] (PSG 2017) (Riskesdas 2018)
4. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) 32,9 29,6 29,6 30,8 28
anak balita, [%] (PSG 2017) (Riskesdas 2018)
III. MENINGKATNYA PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR
1. Prevalensi Tuberkulosis (TB) per 100.000 penduduk, [Orang] 297 271 254 321 245
2. Prevalensi HIV pada populasi dewasa, [%] 0,43 <0,5 0,33 0,33 <0,5
3. Jumlah Kab/kota mencapai eliminasi malaria, [Kab/Kota] 212 245 266 285 300
4. Prevalensi tekanan darah tinggi, [%] 25,8 25,8 32,40 34,14 23,4
5. Prevalensi kegemukan dan obesitas pada 15,4 15,4 20,70 21,84 15,4
penduduk usia 18+ tahun, [%]
6. Prevalensi merokok penduduk usia 15-19 tahun, [%] 7,2 6,4 8,8 9,13 5,4
IV. MENINGKATNYA PEMERATAAN DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 puskesmas 0 1,312 3.447 5,385 5,600
yang tersertifikasi dan terakreditasi, [Kecamatan]
2. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD 10 201 331 440 481
yang tersertifikasi dan terakreditasi nasional, [Kab/Kota]
3. Persentase Kabupaten/kota yang mencapai 80 persen 71,2 80,2 85,4 91,30 95
imunisasi dasar lengkap pada bayi, [%]
V. MENINGKATNYA PERLINDUNGAN FINANSIAL, PEMERATAAN DAN MUTU PELAYANAN, SERTA KETERSEDIAAN,
PENYEBARAN DAN MUTU OBAT DAN SUMBER DAYA KESEHATAN
1. Kepesertaan SJSN kesehatan, [%] 51,8 67,9 72,97 82 Min 95
2. Jumlah puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis 1,015 1,618 2.641 4.046 5,6
tenaga kesehatan, [Puskesmas]
3. Persentase RSU kabupaten/kota kelas C 25 45,22 54,22 61,63 60
yang memiliki 7 dokter spesialis, [%]
4. Persentase ketersediaan obat/vaksin di Puskesmas, [%] 75,5 81,57 89,3 92,8 90,0
5. Persentase obat yang memenuhi syarat, [%] 92 96,29 97,1 98,49 94
39Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201938
Tabel 3.13. Indikator Kesehatan oleh K/L di Bawah Koordinasi Kemenko PMK
INDIKATOR2017 2018
CAPAIAN TARGET CAPAIANNo. STATUS
REALISASI[%]
Keterangan: *) Indikator Persentase penurunan penduduk miskin merupakan penyempurnaan dari indikator tahun sebelumnya, yaitu Persentase (%) keluarga miskin dan rentan serta PMKS lainnya yang meningkat kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dasar, Persentase (%) keluarga miskin dan rentan serta PMKS lainnya yang meman-faatkan akses layanan dasar serta Persentase (%) keluarga miskin dan rentan serta PMKS lainnya yang memanfaatkan akses layanan keuangan inklusif.
I. KEMENTERIAN KESEHATAN
1. Persentase persalinan di fasilitas kesehatan [%] 82,79 82 98,64 120,29 Tercapai
2. Persentase ibu hamil kurang energi kronik, [%] 14,8 19,7 17,3 87,82 Tercapai
3. Persentase Kab/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan, [%] 53,89 35 57,8 165,14 Tercapai
4. Penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) 31 30 39,4 131,33 Tercapai
tertentu, [%]
5. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas 3,447 4.900 5.385 109,90 Tercapai
yang terakreditasi, [Puskesmas]
6. Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD 331 434 440 101,38 Tercapai
yang terakreditasi, [RSUD]
7. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas, [%] 85 90 92,83 103,14 Tercapai
8. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan, 2,641 4.200 4.029 95,93 Tercapai
[Puskesmas]
9. Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar 54,22 50 61,63 123,26 Tercapai
dan 3 dokter spesialis penunjang, [%]
10. Persentase kementerian lain yang mendukung pembangunan 41,17 40 44,11 110,28 Tercapai
kesehatan, [%]
11. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan 9 12 12 100 Tercapai
sumber dayanya untuk mendukung kesehatan, [Ormas]
Rata-rata 113,50 Tercapai
II. BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
12. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) 2,40 2,31 2,38 103,03 Tercapai
per 1,000 WUS (15-49 Tahun), [-]
13. Persentase pemakaian kontrasepsi 57,6 61,1 57 93,29 Tercapai
(contraceptive prevalence rate/CPR) [%]
14. Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need), [%] 17,5 10,14 12,4 122,29 Tercapai
Rata-rata 106,20 Tercapai
III. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
15. Persentase makanan yang memenuhi syarat, [%] 99,18 93,5 98,16 104,98 Tercapai
16. Persentase makanan yang memenuhi syarat, [%] 92,40 89,6 86,91 97,00 Tercapai
Rata-rata 100,99
IV. KEMENTERIAN SOSIAL
18. Persentase Penurunan Penduduk Miskin*, [%] - 0,8 1,58 197,50 Tercapai
Rata-rata 197,50 Tercapai
Rata-rata Pencapaian K/L 129,55
39Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201938
Pada Tabel 3.13 terlihat bahwa semua variabel
pendukung IPM bidang Kesehatan pada 4 K/L,
terealisasi capaiannya. Kementerian Kesehatan,
dari 11 variabel yang mendukung, 8 variabel
di antaranya tercapai dengan realisasi di atas
100% (Baik Sekali), sedangkan 3 variabel ber-
predikat Baik (realisasi berada di antara nilai 80-
99,99%). Demikian juga halnya dengan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, dari total
5 variabel yang mendukung indikator kesehatan, 3
variabel di antaranya realisasi capaiannya melebihi
100% (Baik Sekali), sementara masing-masing
1 variabel lainnya terealisasi Baik (80-99,99%).
Selanjutnya, capaian 1 variabel pada Kementerian
Sosial melebihi target yang telah ditentukan atau
realisasinya di atas 100% (Baik sekali).
Realisasi pencapaian 129,55% ini telah sejalan
dengan peningkatan nilai IPM Indonesia dari
tahun ke tahun sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya. Keberhasilan semua pencapaian ini
disebabkan peran Kemenko PMK yang secara
aktif mengoordinasikan, menyinkronisasikan, dan
mengendalikan pelaksanaan kebijakan, program
dan kegiatan yang terkait dengan IPM. Beberapa
pelaksanaan kebijakan yang dikoordinasikan oleh
Kemenko PMK, di antaranya:
1. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan
Stunting
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
adalah gerakan yang bertujuan untuk me-
masyarakatkan budaya hidup sehat serta
meninggalkan kebiasaan dan perilaku
masyarakat yang kurang sehat. Aksi Germas
di antaranya aktivitas fisik, tidak merokok,
tidak mengonsumsi minuman beralkohol,
mengonsumsi buah dan sayuran, melakukan
pemeriksaan secara berkala, menjaga ke-
bersihan lingkungan, dan menggunakan
jamban. Gerakan ini melibatkan seluruh lapisan
masyarakat dan harus dimulai dari keluarga.
Tujuan dalam Germas adalah perubahan
perilaku masyarakat menuju hidup sehat,
sehingga pada akhirnya berdampak pada
meningkatnya kesehatan masyarakat. Dengan
kondisi sehat, maka produktivitas masyarakat
meningkat.
Dalam upaya meningkatkan derajat ke-
sehatan masyarakat yang ditandai dengan
menurunnya angka kematian ibu, angka
kematian bayi, prevalensi kekurangan gizi
dan prevalensi stunting, indikator yang
digunakan dalam mengukur capaian kinerja
di antaranya persentase persalinan di fasilitas
kesehatan, persentase ibu hamil kurang energi
kronik (KEK), dan persentase kab./kota yang
memenuhi kualitas kesehatan lingkungan.
Capaian atas ketiga indikator peningkatan
kesehatan masyarakat tersebut diperlihatkan
pada Tabel 3.14.
Berdasarkan Tabel 3.14, derajat kesehatan
masyarakat meningkat dengan baik. Hal
ini terlihat dari keberhasilan kenaikan per-
sentase persalinan di fasilitas kesehatan
yang mencapai 98,64% dari target 82% atau
realisasinya 120,29%, kenaikan persentase ibu
hamil kurang energi kronik yang mencapai
17,3% dari target penurunan sebesar 19,7% atau
Tabel 3.14. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat
No. INDIKATOR KINERJA REALISASI[%]
CAPAIANTARGET
1. Persentase persalinan di fasilitas kesehatan 82,0 98,64 120,29
2. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) 19,7 17,30 113,87
3. Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan 35,0 57,80 165,14
Sumber: Riskesdas, 2019
41Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201940
realisasinya 113,87%, dan persentase Kab./Kota
yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
yang mencapai 57,8%, lebih tinggi dari target
yang ditetapkan sebesar 35% atau realisasinya
165,14%. Keberhasilan pencapaian ketiga
indikator ini sejalan dengan adanya penurunan
angka kematian ibu, angka kematian bayi,
prevalensi kekurangan gizi, dan prevalensi
stunting sebagaimana diperlihatkan pada Tabel
3.15. Keberhasilan ini pun menggambarkan
bahwa upaya pemerintah dengan berbagai
program yang dijalankannya, khususnya di
bidang kesehatan telah menunjukkan hasil
yang baik. Tentunya keberhasilan ini pun tak
terlepas dari kerja sama antarpemangku
kepentingan, khususnya pemerintah, politisi,
dan partisipasi masyarakat. Salah satu program
yang mendorong keberhasilan pencapaian
indikator-indikator ini adalah program Kelas
Ibu Hamil di kebanyakan Puskesmas. Melalui
program ini diharapkan terjadi peningkatan
pengetahuan, perubahan sikap, dan perilaku
ibu dalam hal kehamilan. Dalam kegiatan
ini pengetahuan tentang gizi dan konseling
diberikan kepada ibu hamil terutama ibu
hamil yang berisiko. Pada tahun 2017, sebesar
92,98% puskesmas sudah melaksanakan kelas
ibu hamil dan meningkat menjadi 95,03%
di tahun 2018. Sehingga dapat diasumsikan
bahwa semakin banyak ibu hamil yang
meningkat pengetahuan gizinya. Selain itu juga
diselenggarakan kegiatan pelayanan antenatal
di puskesmas di mana ibu hamil mendapatkan
pelayanan antenatal minimal 4 kali.
Tabel 3.15. Realisasi Penurunan Stunting Tahun 2018-2019
INDIKATORREALISASI [%]REALISASI [%] CAPAIAN
2019**)2018*)
CAPAIAN TARGETTARGET
Stunting, [%] 28 30,8 90,91 28 27,67 101,19
Keterangan: *) Riskesdas 2018, **) Riset Studi Status Gizi Balita di Indonesia, 2019
Dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
diharapkan pula dapat mengurangi angka
stunting (tengkes) di Indonesia. Menurut
WHO, stunting adalah gangguan tumbuh
kembang anak yang disebabkan kekurangan
asupan gizi, terserang infeksi, dan/atau
stimulasi yang tak memadai. Berdasarkan
hasil Riset Studi Status Gizi Balita tahun
2019, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.15,
jumlah penderita stunting di Indonesia telah
mencapai angka 27,67%, melebihi target yang
ditetapkan tahun 2019 sebesar 28%, atau
realisasinya mencapai 101,19%. Capaian ini
melebihi capaian tahun 2018 sebesar 30,8%
(berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018) dan bahkan dari target RPJMN
2015-2019 sebesar 28%. Keberhasilan ini
dimungkinkan mengingat pemerintah beserta
para pemangku kepentingan telah mengambil
langkah-langkah yang komprehensif melalui
program-program pemenuhan kebutuhan
gizi ibu sejak hamil, pemberian ASI eksklusif
sampai bayi berusia 6 bulan, pendampingan
ASI eksklusif dengan MPASI sehat, terus
memantau tumbuh kembang anak, serta
selalu menjaga kebersihan lingkungan. Pada
akhir tahun 2019, pemerintah bertekad untuk
terus menurunkan stunting hingga mencapai
angka 14%, sehingga diperlukan kerja keras
dari semua pemangku kebijakan untuk bekerja
bersama-sama secara bertahap dan terencana
menurunkan stunting setiap tahunnya.
41Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201940
2. Pelayanan Kesehatan
Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, yang dimaksud dengan pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang di-
selenggarakan sendiri atau bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok,
ataupun masyarakat. Pelayanan Kesehatan
dilaksanakan pada fasilitas pelayanan ke-
sehatan, baik milik pemerintah, pemerintah
daerah, maupun swasta.
Dalam upaya memberikan akses dan mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan
menjamin pelayanan kesehatan yang diberikan
telah sesuai dengan standar pelayanan
minimal (SPM) kesehatan, maka ditetapkan
indikator keberhasilan pelayanan kesehatan,
di antaranya indikator jumlah kab./kota yang
memiliki minimal 1 RSUD yang terakreditasi
dan indikator jumlah puskesmas yang memiliki
minimal 5 jenis tenaga kesehatan. Target dan
capaian kedua indikator ini ditunjukkan pada
Tabel 3.16.
Berdasarkan Tabel 3.16, maka pada tahun
Tabel 3.16. Realisasi Jumlah Kabupaten/Kota Dengan Minimal 1 RSUD Terakreditasi
INDIKATOR REALI-SASI[%]
REALI-SASI[%]
REALI-SASI[%]
CAPAI-AN
CAPAI-AN
CAPAI-AN TARGETTARGETTARGET
201920182017
Jumlah kab/kota yang memiliki 287 331 115,33 434 440 101,38 481 475 98,75
minimal 1 RSUD yang
terakreditasi, [Kab./Kota]
Jumlah Puskesmas yang 3.000 2.641 88,03 4.200 4.029 95,93 5.600 4.339 77,48
memiliki minimal 5 jenis tenaga
kesehatan, [Puskesmas]
2019 capaian indikator jumlah kab./kota yang
memiliki minimal 1 RSUD yang terakreditasi
hanya 475 dari target 481 kab/kota atau
realisasinya 98,75%. Dibandingkan dengan
capaian tahun-tahun sebelumnya, seperti
tahun 2018 sebesar 440 dan 2017 sebesar
331 kab/kota, maka capaian tahun 2019
masih lebih baik. Namun, target RPJMN 2015-
2019 sebesar 481 kab/kota tidak terpenuhi.
Ketidakberhasilan pencapaian ini lebih banyak
disebabkan oleh adanya permasalahan teknis
dan pemenuhan persyaratan akreditasi pada
RSUD, di antaranya kepemilikan izin IPAL,
ketersediaan dan kualifikasi SDM tenaga
khususnya dokter spesialis, dan pimpinan
RSUD yang bukan tenaga medis. Adapun
Kabupaten yang belum memiliki RSUD
terakreditasi adalah: Kab Wakatobi, Kab.
Buton Selatan, Kab. Muna Barat, Kab. Konawe
di Provinsi Sulawesi Tenggara; Kab. Morowali
Utara di Provinsi Sulawesi Tengah, dan Kab.
Sumba Tengah Di Provinsi NTT.
Sedangkan capaian indikator jumlah
puskesmas yang memiliki minimal 5 jenis
tenaga kesehatan, maka dari target tahun
2019 sebesar 5.600 puskesmas hanya tercapai
4.339 Puskesmas, atau realisasinya sebesar
77,48%. Meskipun dari sisi persentase terlihat
realisasinya lebih rendah, namun capaian
berdasarkan angka telah menunjukkan
peningkatan dari tahun 2018 yang hanya
mencapai 4.029 dan bahkan tahun 2017 yang
hanya 2.641 puskesmas. Bila dibandingkan
43Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201942
dengan target RPJMN 2015-2019 sebesar
5.600 puskesmas (dengan baseline 0
puskesmas tahun 2014), maka capaiannya
mencapai 77,48%. Faktor yang menyebabkan
tidak tercapainya target di tahun 2019 dan
target RPJMN 2015-2019, di antaranya karena
intervensi dari Pemerintah Pusat untuk
pemenuhan 5 jenis tenaga kesehatan melalui
Program Nusantara Sehat Berbasis Tim dan
Nusantara Sehat individu hanya dilakukan di
Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan,
kemampuan fiskal daerah bervariasi, sehingga
kemampuan serapan tenaga kesehatan daerah
berbeda-beda, serta kurangnya partisipasi/
komitmen Pemda dalam penyediaan fasilitas,
distribusi, monitoring dan evaluasi tenaga
kesehatan.
3. Kampung KB
Kampung KB adalah satuan wilayah setingkat
RW atau dusun yang memiliki kriteria
tertentu yang memadukan antara program
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) dengan
pembangunan sektor terkait (pemukiman,
sosial ekonomi, kesehatan, pendidikan,
pemberdayaan perempuan, dan perlindungan
anak) yang dilaksanakan secara sistemik dan
sistematis. Kampung KB yang dicanangkan
pertama kali oleh Presiden Joko Widodo di
kabupaten Cirebon Jawa Barat pada tanggal
14 Januari 2016 diharapkan mampu menjadi
episentrum program KKBPK di tingkat
desa dalam rangka mengakselerasi capaian
pembangunan di desa dan meningkatkan
Tabel 3.17. Jumlah Kampung KB dan Kampung KB Percontohan
INDIKATORREALISASI [%]REALISASI [%] CAPAIAN
20192018
CAPAIAN TARGETTARGET
Jumlah Kampung KB, 6.727 5.779 85,91 14.401 15.585 108,22[Kampung KB]
Jumlah Kampung KB Percontohan, - - - 514 510 99,22[Kampung KB]
Sumber: Binda Lini Lapangan BKKBN, 2018
kesejahteraan rakyat di daerah terluar, ter-
tinggal, perbatasan dan kepulauan, serta
daerah perkotaan yang kumuh dan miskin.
Sebagaimana terlihat pada Tabel 3.17, pada
tahun 2019 jumlah kampung KB yang ter-
bentuk di seluruh Indonesia sebanyak 15.585.
Capaian ini lebih tinggi dari target yang
ditetapkan sebanyak 14.401 kampung KB atau
realisasinya mencapai 108,22%. Capaian ini
tentunya jauh melampaui dari capaian tahun
2018 yaitu sebesar 85,91%.
Sedangkan indikator kampung KB Percontohan
yang berhasil dibentuk pada tahun 2019 adalah
510 kampung KB, terdiri dari 35 Kampung KB
Percontohan provinsi dan 475 Kampung KB
Percontohan Kabupaten/Kota. Capaian ini
hanya 99,22% dari target tahun 2019 sebesar
514 Kampung KB Percontohan.
Kunci keberhasilan pembentukan kampung
KB tentunya tak terlepas dari peran
Kemenko PMK dalam mengoordinasikan dan
mengolaborasi semua pemangku kepentingan
sehingga mampu menumbuhkembangkan
komitmen yang kuat dari para pemangku
kebijakan di semua tingkatan, integrasi lintas
sektor, optimalisasi fasilitas dan dukungan
mitra kerja, semangat dan dedikasi pengelola
kampung KB, termasuk petugas lini lapangan,
serta partisipasi masyarakat.
43Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201942
Pada saat ini telah disusun draf Rancangan
Instruksi Presiden tentang Optimalisasi
Penyelenggaraan Kampung KB yang telah
melalui pembahasan dengan melibatkan
kementerian/lembaga terkait. Draf tersebut
telah disampaikan kepada Sekretariat Kabinet
untuk ditindaklanjuti dengan ketentuan yang
berlaku.
Salah satu contoh kampung KB adalah
Kampung KB Calincing yang berada di Dusun
Calingcing, Desa Karangpaningal, Kecamatan
Panawangan, Kabupaten Ciamis, Jawa
Barat. Di kampung KB ini terdapat beberapa
kegiatan yang sudah berjalan dan dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Di
antaranya: (1) Bidang Agama, meningkatnya
kesadaran masyarakat di bidang keagamaan,
seperti Pengajian, shalat berjamaah di masjid,
dan dibentuknya Ikatan Remaja Masjid. (2)
Bidang Sosial Budaya, yaitu adanya sosialisasi
bahasa Ibu kepada masyarakat. (3) bidang
Perlindungan, yaitu adanya fasilitasi dari Dinas
Catatan Sipil untuk pembuatan akta kelahiran,
KK dan perekaman KTP secara masal. Selain
itu, dilakukan pendataan bagi masyarakat
kurang mampu yang belum mempunyai Kartu
Indonesia Sehat (KIS) . (4) Bidang Cinta Kasih
yaitu dengan dibuatnya kawasan kampung
ramah anak oleh Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan, dan Perlindungan Anak. (5)
Bidang Pendidikan, telah adanya Sudut baca
di kampung KB dan telah mendapat bantuan
buku-buku bacaan dari Dinas Perpustakaan
dan kearsipan Daerah Kabupaten Ciamis,
serta dilakukan pendataan bagi anak-anak
usia sekolah yang kurang mampu yang belum
mempunyai KIP (Kartu Indonesia Pintar). (6)
Bidang Reproduksi yaitu telah dilaksanakannya
sosialisasi kesehatan Reproduksi kepada
remaja oleh Dinas KB dan Dinas Kesehatan
serta dibentuknya Pusat Informasi dan
Konseling Remaja (PIK-R) di Kampung KB. (7)
Bidang Ekonomi yaitu dibentuknya kelompok
UPPKS dan Kelompok Wanita Tani. (8) Bidang
Lingkungan, yaitu dilakukan pemanfaatan
pekarangan rumah, Pengelolaan sampah
dimulai dengan pemisahan sampah organik
dan anorganik serta dibuatnya Bank sampah
yang dikelola oleh remaja pengurus PIK-R di
kampung KB. Dalam meningkatkan kegiatan di
kampung KB, peran serta masyarakat sangat
diperlukan untuk kesinambungan kegiatan
dan tercapainya cita-cita kampung KB sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat terutama di daerah pinggiran dan
terpencil.
45Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201944
IKU-3 Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan atas
Efektivitas dan Efisiensi koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan,
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan dalam
mendukung kemantapan pelayanan dasar dan
pemenuhan kebutuhan dasar
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Kemenko
PMK Tahun 2019, target dari Indikator Kinerja
Utama (IKU-3) - “Indeks Kepuasan Pemangku
Kepentingan (IKS-L) atas efektivitas dan efisien-
si koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia
dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan
pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan
dasar (IKS-L)”, seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 3.3, adalah 5,18 (skala 6). IKU-3
ini merupakan indeks tingkat kepuasan K/L
atas KSP yang dilakukan Kemenko PMK dalam
mendukung kemantapan pelayanan dan
pemenuhan kebutuhan dasar yang diperoleh
berdasarkan hasil survei eksternal yang dilakukan
oleh mitra independen. Yang diukur dalam
survei eksternal adalah (i) kebijakan, program/
kegiatan, dan manfaat KSP, (ii) persiapan, sarana
dan prasarana, pelaksanaan, dan kompetensi
kepemimpinan rapat, serta (iii) perumusan,
monitoring dan evaluasi, serta tindak lanjut
hasil rapat.
Survei eksternal ini menggunakan metode pen-
cacahan indepth interview dan self enumeration
dengan pendampingan penuh. Metode Indepth
interview dilakukan ketika petugas pencacah atau
enumerator dapat diberikan kesempatan oleh
responden untuk melakukan wawancara langsung
dan probbing untuk menggali semua informasi dari
responden. Sedangkan metode self enumeration
dengan pendampingan penuh dilakukan ketika
responden ingin melakukan sendiri kuesioner yang
dilakukan oleh enumerator, maka enumerator
berkewajiban memberikan penjelasan kepada
responden setiap pertanyaan yang ada pada
kuesioner sebelum dilakukan pengisian.
Hasil survei berupa data hasil analisis deskriptif
dari data sampel yang diperoleh. Berdasarkan
hasil survei eksternal, capaian IKS-L Kemenko
PMK diperoleh nilai 5,24. Berarti realisasi terhadap
indikator ini lebih dari 100%, atau tepatnya
101,16%. Pencapaian IKU-3 ini menandakan bahwa
persepsi pemangku kepentingan terhadap
efektivitas dan efisiensi koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian (KSP) program/kegiatan
yang mendukung kemantapan pelayanan yang
dilakukan oleh Kemenko PMK telah berhasil
sesuai target.
Capaian IKS-L tahun 2019 ini mengalami pening-
katan dibandingkan dengan capaian IKS-L tahun
2018 yang sebesar 5,13. Hal ini memperlihatkan
bahwa persepsi pemangku kepentingan yang
semakin baik terhadap efektivitas dan efisiensi
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian (KSP)
program/kegiatan yang mendukung kemantapan
pelayanan yang dilakukan oleh Kemenko PMK.
Kepuasan pemangku kepentingan atas efek-
tivitas dan efisiensi koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian yang dilakukan Kemenko PMK di
antaranya terhadap kebijakan/program/kegiatan
penanggulangan kemiskinan dan perlindungan
sosial, penanganan bencana, prevalensi
kekerasan terhadap anak, pelayanan ibadah haji,
45Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201944
dan pembangunan gender yang akan dijelaskan
berikut ini.
1. Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindung-
an Sosial
a. Program Keluarga Harapan
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah
pemberian bantuan bersyarat kepada
masyarakat prasejahtera, berdasarkan Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang
sebelumnya bernama Basis Data Terpadu
(BDT). Sejak tahun 2018 pelaksanaan PKH
menjadi salah satu isu strategis yang penting,
di mana para keluarga penerima bantuan
sosial (Bansos) adalah masyarakat miskin
yang terdaftar pada DTKS atau 11% terbawah
dalam DTKS. Dari tahun 2014, keluarga
penerima manfaat [KPM] terus bertambah.
Hal ini menunjukkan kepedulian dan
keseriusan pemerintah dalam program
pengentasan kemiskinan. Seperti tahun 2018,
penyaluran PKH tahun 2019 dengan target
10 juta KPM. Adapun capaian PKH tahun
2019 sebagai-mana terlihat pada Tabel 3.18
sebesar 9.841.270 KPM atau realisasinya
sebesar 98,41% lebih kecil dibandingkan
realisasi tahun 2018. Hal ini disebabkan
adanya peningkatan komponen lansia yang
semula 2,1 juta jiwa menjadi 3,1 juta jiwa,
sehingga anggaran bansos hanya dapat
disalurkan kepada 9,8 juta KPM, dengan
serapan anggaran seluruhnya mencapai 100%
atau sebesar Rp32,6 triliun.
Tabel 3.18. Target dan Capaian Program Keluarga Harapan
TAHUN 20192016 20182015 20172014
Target, [KPM] 3.000.000 3.500.000 6.000.000 6.000.000 10.000.000 10.000.000
Capaian, [KPM] 2.797.773 3.510.054 5.981.528 6.228.810 10.000.232 9.841.270
Realisasi, [%] 93,26 100,29 99,69 103.81 100,00 98,41
Keberhasilan capaian PKH hingga tahun 2019,
tak terlepas dari peran Kemenko PMK dalam
mengoordinasikan kementerian/lembaga/
daerah mulai dari proses perumusan dan
penetapan kebijakan hingga pengendalian
pelaksanaan kebijakan penyaluran PKH,
seperti Kementerian Sosial dalam perencana-
an dan penganggaran penyaluran PKH sesuai
kebutuhan, Kementerian Dalam Negeri untuk
mengoptimalkan peran Pemerintah Daerah
dalam mendukung penyaluran (Himpunan
Bank Milik Negara) PKH. Di samping itu Bank
Indonesia sebagai pembina Bank-Bank BUMN
dalam mendukung kesiapan infrastruktur
bank, baik pada saat pembukaan rekening
bank bagi calon penerima bansos PKH dan
pengurusan kartu KKS yang telah rusak/hilang
maupun pada proses penerimaan manfaat
dan konsultasi bantuan.
b. Program Rumah Tidak Layak Huni dan
Peningkatan Sarana Lingkungan bagi
Masyarakat Kurang Mampu dan Rentan
Rumah memiliki fungsi yang sangat besar
bagi individu dan keluarga, tidak saja
mencakup aspek fisik, tetapi juga mental
dan sosial. Untuk menunjang fungsi rumah
sebagai tempat tinggal yang baik, pemerintah
memberikan bantuan sosial berupa biaya
perbaikan rumah dan peningkatan sarana
lingkungan kepada penduduk kurang mampu
dan rentan agar dapat memiliki rumah yang
layak huni, memberikan kenyamanan, dan
secara sosial dapat menjaga privasi setiap
anggota keluarganya.
Sebagaimana terlihat pada Tabel 3.19, saat ini
program bantuan perbaikan rumah ditangani
oleh dua kementerian, yaitu Kementerian Sosial
dengan Program Rumah Tidak Layak Huni
47Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201946
Tabel 3.19. Realisasi Program Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)
PROGRAMREALISASI
[%]CAPAIAN
UNITTARGET
UNITREALISASI
[%]CAPAIAN
UNITTARGET
UNITREALISASI
[%]CAPAIAN
UNITTARGET
UNIT
RPJMN 2015-201920192018
RTLH, [Rumah] 10.775 10.736 99,64 18.000 18.000 100 74.706
BSPS, [Rumah] 203.300 201.304 99,01 242.000 241.687 99,87 873.953
Berdasarkan Tabel 3.19, pada tahun 2019
capaian program RTLH sesuai dengan target
yang ditetapkan sebesar 18.000 rumah,
atau realisasinya 100%, sedangkan capaian
program BSPS hanya 241.687 dari target
242.000 rumah, atau realisasinya 99,87%.
Capaian kedua program ini masih lebih
baik dibandingkan dengan tahun 2018. Hal
ini disebabkan pada tahun 2018 ini telah
terjadi bencana gempa bumi di Provinsi
NTB (297 unit terdampak) dan gempa
di Provinsi Sulawesi Tengah (1.760 unit
terdampak), selain itu program BSPS pada
tahun 2018 terjadi perubahan mekanisme
pelaksanaannya menjadi padat karya. Namun
demikian, jika dilihat dari target RPJMN 2015-
2019 sebesar 1.750.000 rumah (250.000
unit pembangunan baru dan 1.500.000 unit
peningkatan kualitas), maka hingga tahun
2019 kedua program ini hanya mampu
menjangkau 948.659 rumah atau terealisasi
54,21%. Berarti, kedua pro-gram ini masih
belum mampu menjangkau/memenuhi
rumah layak huni yang dibutuhkan oleh
masyarakat tidak mampu dan rentan. Hal
ini dimungkinkan mengingat keterbatasan
anggaran yang tersedia dan mengingat
program penanganan rumah tidak layak
huni merupakan program yang sifatnya
stimulan yang masih memerlukan dukungan
keswadayaan dari masyarakat miskin yang
mendapatkan program tersebut. Meskipun
demikian, dari segala keterbatasan masih ada
catatan keberhasilan terutama atas penyaluran
bantuan terkait penanganan rumah tidak
layak huni yang tidak terlepas dari sinergi
antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah baik di Provinsi, Kabupaten/Kota,
maupun perangkat Kelurahan/Desa. Hal ini
dikarenakan proses pengusulan dilakukan
di level Kelurahan/Desa yang kemudian
pemerintah kabupaten/kota memastikan
bahwa individu/kelompok calon penerima
bantuan yang diusulkan masuk ke dalam
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS),
sehingga memudahkan proses verifikasi
dan validasi yang nantinya dilakukan oleh
pemerintah pusat baik melalui Kementerian
Sosial maupun Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat untuk menetapkan
penerima bantuan.
Sepanjang tahun RPJMN 2015-2019, telah
ada upaya untuk menggunakan sumber
pembiayaan lain di luar APBN seperti APBD,
dana desa, CSR, dan program lain yang
menyasar pada penanganan rumah tidak
layak huni. Kedepannya terutama untuk
RPJMN 2020-2024, diperlukan perbaikan
pendataan perbaikan rumah yang dananya
berasal dari non-APBN sehingga terlihat
progres penanganan rumah tidak layak huni
(RTLH) dan Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat dengan Program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS). Kemenko PMK mengoordinasikan
dua kementerian ini dan K/L lainnya dalam
perumusan dan penetapan kebijakan program,
serta mengendalikan pelaksanaan program
agar tetap sasaran.
47Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201946
2016 2017 2018 2019
SUBSIDIRASTRA15,5 juta RTSPM
BANSOSRASTRA5,6 juta KPM
BANSOSRASTRA0 juta KPM
BPNT10 juta KPM
BPNT15,6 juta KPM
10.169.160 KPM 12.694.334 KPM
Juni (Tahap I)
15.085.385 KPM
September (Tahap II)
SUBSIDIRASTRA14,3 juta RTSPM
BPNT1,2 juta KPM
1.202.312 KPM
BANSOSRASTRA3 juta KPM
BPNT12,6 juta KPM
Gambar 3.4. Capaian Transformasi BPNT
secara keseluruhan. Untuk tindak lanjut, upaya
mensosialisasikan pentingnya pendanaan
lain untuk program penanganan rumah tidak
layak huni harus terus ditingkatkan dan bila
memungkinkan dapat dibuatkan payung
hukum baik di level pusat maupun daerah
sehingga target di dalam RPJMN selanjutnya
dapat tercapai dan terdata dengan baik.
c. Bantuan Sosial Pangan (Rastra dan BPNT)
Dalam rangka terlaksananya ketepatan sasaran
penerima bantuan program pemerintah, maka
dilakukan transformasi dari subsidi barang
menjadi bantuan sosial langsung kepada
individu/keluarga/kelompok masyarakat pe-
nerima manfaat yang terdapat dalam BDT
(sekarang berubah nama menjadi DTKS).
Transformasi Bansos Rastra menjadi BPNT
telah dilaksanakan sejak tahun 2017 di 44 kota
dan diperluas secara bertahap menjadi 219
kabupaten/kota pada tahun 2018. Kemudian
pada tahun 2019 perluasan dilakukan dua
tahap. Tahap pertama dilakukan pada bulan
Juni 2019 di 93 kabupaten. Selebihnya ber-
jumlah 202 kabupaten merupakan tahap
terakhir perluasan transformasi BPNT pada
bulan September 2019. Sampai dengan akhir
2019, dari target 15.600.000 KPM, capaian
penyaluran BPNT berjumlah 15.085.385 KPM,
atau terealisasi 96,70%. Ketidakberhasilan
hingga realisasi 100% disebabkan status
pelaksanaan di wilayah perluasan tahap II
tahun 2019 masih dalam proses distribusi
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) ke KPM
dan pendistribusian mesin EDC offline dan
pembangunan VSAT untuk wilayah blankspot.
Hal lainnya permasalahan data yang terjadi
di banyak kabupaten di Provinsi Papua dan
Papua Barat, yaitu dengan tingkat validitas
yang rendah sehingga menyebabkan tinggi-
nya gagal buka rekening kolektif (burekol),
mayoritas memiliki kondisi geografis yang
sulit (jarak distrik yang berjauhan), dan
kondisi sinyal yang blankspot, serta terdapat
3 kabupaten yang belum memiliki cabang
Himbara, yakni Kabupaten Yalimo, Puncak,
dan Nduga.
Secara pelaksanaan tugas dan fungsi
Kemenko PMK dalam Koordinasi, Sinkronisasi,
dan Pengendalian pada pelaksanaan Program
BPNT sudah berjalan dengan baik, hanya
saja diakui masih terdapat beberapa catatan
sebagai upaya evaluasi demi terwujudnya
perbaikan dan keberhasilan kebijakan pro-
gram. Pada tahun 2020 akan dilakukan
pengembangan program BPNT menjadi
Program Sembako. Nilai bantuan pada
Program Sembako meningkat Rp40.000,00
dari besaran manfaat Rp110.000,00 menjadi
Rp150.000,00. Pada Program Sembako, KPM
diperbolehkan untuk membeli komoditas
bernutrisi yang mencakup sumber karbohidrat,
protein (hewani dan nabati), serta vitamin
dan mineral. Program ini bertujuan untuk
menurunkan angka kemiskinan sekaligus
menurunkan angka stunting di Indonesia.
49Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201948
2. Percepatan Penanganan Bencana
Kejadian bencana alam mengakibatkan
banyak korban jiwa dan kerugian harta
benda serta kerusakan infrastruktur yang
mengganggu kesejahteraan rakyat yang
telah direncanakan dan dibangun. Beberapa
kejadian bencana besar sepanjang tahun
2019 seperti: Bencana Banjir Bandang Sentani
Papua, Bencana Banjir Konawe Utara, Bencana
Gempa Bumi Maluku. Kemenko PMK bersama
BNPB, Kemensos, Kemenkes, KemenPUPR,
Kemendikbud dan Pemda di masing-masing
lokasi kejadian bencana telah melakukan
KSP untuk memastikan penanganan bencana
yang cepat meliputi: penanganan darurat
bencana, pemenuhan kebutuhan dasar
korban melalui pemberian bantuan sosial,
layanan kesehatan, layanan pendidikan, dan
penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan
rekonstruksi. Dukungan Kemenko PMK juga
mengoordinasikan penetapan lokasi lahan
pembangunan hunian sementara, penetapan
data penerima manfaat, pemberian jaminan
hidup, santunan ahli waris, dan pemberian
Dana Tunggu Hunian (DTH) bagi masyarakat
terdampak bencana.
Terkait dengan percepatan penanganan
pascabencana Gempa Bumi Provinsi NTB
2018, Kemenko PMK melakukan KSP untuk
mendorong percepatan pembangunan
rumah masyarakat terdampak. Sampai akhir
tahun 2019, pembangunan rumah rusak
berat, sedang, dan ringan telah dibangun
124.772 unit rumah (56,8%) dari target
222.530 unit rumah, saat ini penyelesaian
pembangunan rumah berjalan sekitar 63.127
unit rumah. Tahap awal serah terima kunci
rumah sebanyak 40.000 unit pada tanggal
10 Oktober 2019 oleh Menko PMK kepada
masyarakat terdampak bencana.
3. Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak
Kekerasan terhadap anak adalah tindak
kekerasan secara fisik, seksual, penganiayaan
emosional, atau pengabaian terhadap anak.
Pelaku kekerasan terhadap anak umumnya
adalah orang-orang terdekat, seperti orang
tua kandung, ayah/ibu tiri, kerabat, guru,
dan teman. Untuk memberikan perlindungan
terhadap anak, pemerintah mengembangkan
mekanisme pelaporan tindak kekerasan.
Terdapat dua metode pelaporan, yaitu
pengumpulan data secara langsung terhadap
tindak kekerasan yang terjadi dan pengukur-
an prevalensi tindak kekerasan. Prevalensi
tindak kekerasan terhadap anak adalah jumlah
keseluruhan tindak kekerasan yang terjadi
terhadap anak pada suatu waktu tertentu di
suatu wilayah. Pemerintah telah melakukan dua
kali pengukuran prevalensi kekerasan terhadap
anak, yaitu Survei Kekerasan terhadap Anak
(SKtA 2013) dan Survei Nasional Pengalaman
Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR 2018).
Hasil SNPHAR 2018 yang diluncurkan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, menunjukkan prevalensi
kekerasan terhadap anak yang mencakup
kekerasan fisik, kekerasan seksual dan
kekerasan emosional di Indonesia sebagai
berikut :
Gambar 3.5. Prevalensi Kekerasan Terhadap AnakSumber: Stratifikasi SNPHAR, 2018
1 DARI 3 ANAK LAKI-LAKI MENGALAMI KEKERAS FISIK
1 DARI 5 ANAK PEREMPUAN MENGALAMI KEKERAS FISIK
3 DARI 5ANAK PEREMPUANMENGALAMIKEKERASAN EMOSIONAL
1 DARI 2ANAK LAKI-LAKIMENGALAMIKEKERASAN EMOSIONAL
1 DARI 17ANAK LAKI-LAKIMENGALAMIKEKERASAN SEKSUAL
1 DARI 11ANAK PEREMPUANMENGALAMIKEKERASAN SEKSUAL
49Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201948
Dapat disimpulkan bahwa 2 dari 3 anak dan
remaja perempuan dan laki-laki di Indonesia
pernah mengalami kekerasan sepanjang
hidupnya. Prevalensi kekerasan terhadap anak
hasil SNPHAR Tahun 2018 menunjukkan lebih
tinggi dari survei kekerasan terhadap anak
yang dilakukan pada tahun 2013 (anak laki-laki
38,62% dan anak perempuan sebesar 20,48%).
Terdapat tiga kemungkinan meningkatnya
nilai tersebut, yaitu: (1) peningkatan tindak
kekerasan terhadap anak. Hal ini didukung
oleh hasil laporan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia dan monitoring data kekerasan
terhadap anak yang dilakukan Kemenko
PMK melalui monitoring media elektronik;
(2) peningkatan kesadaran masyarakat untuk
melaporkan tindak kekerasan terhadap anak,
sehingga jumlah yang dilaporkan meningkat;
dan (3) terdapat perbedaan metode peng-
ukuran yang dilakukan pada Survei KtA 2013
dan SNPHAR 2018. Namun hingga laporan ini
dibuat belum ada konfirmasi yang pasti dari
BPS, Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak, serta Kementerian
Sosial.
4. Pelayanan Ibadah Haji
Menurut UU No. 8 tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Ibadah Haji
merupakan rukun Islam kelima yang wajib
dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang
mampu, baik secara fisik, mental, spiritual,
sosial, maupun finansial dan sekali dalam
seumur hidup. Pelaksanaan Ibadah Haji me-
rupakan rangkaian ibadah keagamaan yang
telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh
karena itu, negara bertanggung jawab atas
penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 29 ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Pemerintah Indonesia berupaya agar pelak-
sanaan ibadah haji semakin baik dari waktu
ke waktu. Pada musim haji 2019, Indonesia
mendapatkan kuota sebesar 231.000 orang
terdiri dari 214.000 jemaah haji reguler dan
17.000 jemaah khusus. Kuota ini lebih tinggi
dibanding tahun 2018 yang sebesar 221.000
orang dan tahun 2015-2017 yang masing-
masing sebesar 168.000 orang. Peningkatan
jumlah kuota Indonesia sejak tahun 2017
merupakan wujud apresiasi dari Pemerintah
Arab Saudi atas kesuksesan pemerintah
Indonesia dalam penyelenggaraan ibadah haji.
Keberhasilan peningkatan kuota haji Indonesia
tahun 2019 diikuti juga dengan kenaikan
Gambar 3.6. Indeks Kepuasan Pelayanan Jemaah Haji (IKJH) dan Indeks Kepuasan Pelayanan Haji di Indonesia (IKPHDI)
Sumber: Kemenag, 2019
Ind
eks
Kep
uas
an, [
%]
Tahun, [-]
89
88
87
86
85
84
83
82
81
80
792015
82,67
83,8384,25
84,46
85,23
87,21
88,44
85,91
2016 2017 2018 2019
IKP
HD
IIK
JH
51Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201950
Indeks Kepuasan Pelayanan Jemaah Haji
(IKJH) dan Indeks Kepuasan Pelayanan Haji
di Indonesia (IKPHDI). Sebagaimana terlihat
pada Gambar 3.6, IKJH dan IKPHDI tahun 2019
masing-masing sebesar 88,44 dan 85,91 lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun 2018 yang
masing-masing sebesar 85,23 dan 87,21.
5. Pembangunan Gender
Pembangunan gender ditujukan untuk
mewujudkan kesetaraan gender dalam pem-
bangunan, yaitu pembangunan yang lebih
adil dan merata bagi seluruh penduduk
Indonesia baik laki-laki maupun perempuan.
Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupa-
kan indikator untuk mengevaluasi hasil
pembangunan dari perspektif gender.
Angka IPG menggambarkan kesenjangan
pembangunan manusia antara laki-laki dan
perempuan, yang ditinjau dari angka harapan
hidup, harapan lama sekolah serta rata-rata
lama sekolah, dan juga prakiraan pendapatan
menuju kesetaraan.
Berdasarkan data BPS, capaian IPG pada
tahun 2018 sebesar 90,99%, meningkat
0,03 dari tahun sebelumnya yang sebesar
90,96. Meski belum signifikan, capaian ini
masih meneruskan tren positif sejak tahun
2016 yang selalu meningkat, sesuai dengan
target Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2019. Peningkatan IPG antara lain didukung
oleh pencapaian kesetaraan gender dibidang
kesehatan, di mana Angka Harapan Hidup
Perempuan (73,19) lebih besar dari Angka
Harapan Hidup Laki-Laki (69,30). Upaya yang
perlu ditingkatkan yaitu dari indikator standar
hidup layak, mengingat gap pengeluaran per
Kapita antara laki-laki Rp15.546,00/orang/
tahun dan perempuan Rp9.042,00/orang/
tahun cukup signifikan.
Gambar 3.7. Indeks Pembangunan Gender Indonesia 2010-2018
Sumber: BPS, 2019
IPG
, [%
]
Tahun, [-]
91
90,5
90
89,5
89
88,5
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
89,4289,52
90,0790,19
90,34
91,03
90,8290,96 90,99
51Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201950
IKU-4 Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Kemenko PMK
Tahun 2019, target dari Indikator Kinerja Utama
(IKU-4) - “Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang
PMK yang mendukung kemantapan pelayanan
dasar dan pemenuhan kebutuhan dasar”, seperti
yang ditunjukkan Tabel 3.3 adalah 15 kebijakan.
IKU-4 merupakan IKU hasil rekomendasi Tim
Evaluator Reformasi Birokrasi KemenPAN-RB
tahun 2018 yang kemudian dijadikan dasar reviu
atas Rencana Strategis Kemenko PMK tahun
2019. Dengan demikian, IKU-4 ini merupakan IKU
yang pertama kali dijadikan Perjanjian Kinerja
Kemenko PMK.
Capaian terhadap IKU-4 sebagaimana diperlihat-
kan pada Tabel 3.20 adalah 15 kebijakan. Berarti,
realisasi capaian IKU-4 adalah 100%. Keberhasilan
atas realisasi IKU-4 ini lebih banyak disebabkan oleh
peran Kemenko PMK dalam mengoordinasikan dan
menyinkronisasikan perumusan dan penetapan
kebijakan bidang pembangunan manusia dan
kebudayaan dengan kementerian/lembaga
lain. Kebijakan yang akan disusun didasarkan
pada proses penyusunan bertahap (cascading),
berjenjang mulai dari analis kebijakan dalam
penyediaan data, lalu dirumuskan oleh Pejabat
Eselon IV menjadi bahan draf usulan rekomendasi
kebijakan yang kemudian oleh pejabat Eselon III
dirumuskan menjadi Draf Usulan Rekomendasi
Kebijakan. Selanjutnya, Pejabat Eselon II akan
mensintesis menjadi Usulan Rekomendasi
Kebijakan. Pejabat Eselon I akan memperluas
cakupan usulan rekomendasi kebijakan ini
sehingga menjadi rekomendasi Kebijakan yang
kemudian pada akhirnya Menteri Koordinator
merumuskannya dan menetapkan-nya menjadi
Kebijakan. Melalui perjalanan panjang penyusunan
kebijakan dan keterlibatan para analis kebijakan
secara berjenjang (cascading) diharapkan dapat
menghasilkan sebuah kebijakan yang berkualitas.
Tabel 3.20. Kebijakan/Regulasi Bidang PMK yang Mendukung Kemantapan Pelayanan Dasar dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
No. KEBIJAKAN/REGULASI
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Pesantren
2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Statuta Universitas Islam Internasional Indonesia
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2019 Tentang Perguruan Tinggi Keagamaan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan Minimal
5. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Revitalisasi SMK
6. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai
7. Keputusan Menteri Sosial Nomor 144/HUK/2018 tentang Penetapan Perubahan Jumlah Penerimaan Manfaat
Bantuan Pangan Non Tunai di 197 Kabupaten/Kota
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.7 Th. 2018 Tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
9. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan
10. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai
11. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Kerja
12. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan
Penelitian dan Pengembangan Dalam Penyelenggaraan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
13. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019 tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah Mendeteksi, dan
Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia
14. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Tenaga Kesehatan
15. Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2019 tentang Pendayagunaan Dokter Spesialis
53Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201952
Penjelasan lebih rinci mengenai kebijakan/regulasi
bidang PMK dalam mendukung kemantapan
pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan
dasar yang dikoordinasikan oleh Kemenko PMK
yang telah dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019
Tentang Pesantren
UU Pesantren mengatur mengenai penyeleng-
garaan fungsi pendidikan, fungsi dakwah,
dan fungsi pemberdayaan masyarakat.
Melalui UU Pesantren, penyelenggaraan
Pendidikan Pesantren diakui sebagai bagian
dari penyelenggaraan pendidikan nasional.
UU Pesantren memberikan landasan hukum
bagi rekognisi terhadap peran Pesantren
dalam membentuk, mendirikan, membangun,
dan menjaga Negara Kesatuan Republik
Indonesia, tradisi, nilai dan norma, varian dan
aktivitas, profesionalisme pendidik dan tenaga
kependidikan, serta proses dan metodologi
penjaminan mutu. UU Pesantren ini juga
menjadi landasan hukum afirmasi atas jaminan
kesetaraan tingkat mutu lulusan, kemudahan
akses bagi lulusan, dan independensi
penyelenggaraan Pesantren, serta landasan
hukum bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah untuk memberikan fasilitasi dalam
pengembangan Pesantren.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2019 Tentang Statuta Universitas Islam
Internasional Indonesia
Statuta Universitas Islam Internasional
Indonesia (UIII) memiliki kewenangan seperti
menentukan arah kebijakan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, merancang
kurikulum pendidikan, dan wewenang untuk
membuka, menyelenggarakan dan menutup
Program Studi. Dalam hal otonomi keilmuan,
Civitas Akademika UIII memiliki otonomi
dalam menemukan, mengembangkan, meng-
ungkapkan, dan/atau mempertahankan
kebenaran ilmiah menurut kaidah, metode
keilmuan, dan budaya akademik pada
suatu cabang ilmu pengetahuan dan/atau
teknologi. Berdasarkan kerangka berpikir
di atas, Peraturan Pemerintah ini dirancang
dan ditetapkan untuk mengatur tugas dan
wewenang serta pelaksanaan otonomi
perguruan tinggi di UIII dalam menjalankan
pengelolaan perguruan tinggi.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2019
Tentang Perguruan Tinggi Keagamaan
Misi utama Pendidikan Tinggi Keagamaan
adalah mencari, menemukan, menyebarluas-
kan, dan menjunjung tinggi kebenaran.
Agar misi tersebut dapat diwujudkan, maka
perguruan tinggi sebagai penyelenggara
Pendidikan Tinggi harus bebas dari pengaruh,
tekanan, dan kontaminasi apapun, seperti
kekuatan politik dan/atau kekuatan ekonomi,
sehingga Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu
pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat dapat dilaksanakan
berdasarkan kebebasan akademik dan
otonomi keilmuan. Tugas utama negara di
dalam penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
adalah menjamin mutu Pendidikan Tinggi
sehingga kepentingan masyarakat tidak
dirugikan. Sedangkan tugas utama negara
dalam pengelolaan perguruan tinggi adalah
untuk menjamin agar otonomi perguruan tinggi
dapat diwujudkan. Berdasarkan kerangka
berpikir di atas, Peraturan Pemerintah ini
dirancang dan ditetapkan untuk mengatur
tugas dan wewenang serta pelaksanaan tugas
negara tersebut oleh Pemerintah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018
Tentang Standar Pelayanan Minimal
Sesuai dengan amanat undang-undang
tersebut, pemenuhan SPM pendidikan anak
usia dini dan pendidikan dasar dalam PP
ini menjadi tanggung jawab pemerintah
53Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201952
kabupaten/kota. Dari hasil koordinasi di
beberapa daerah, PP No. 2 Tahun 2018
tentang SPM ini, ternyata belum tersosialisasi
dengan baik di beberapa kabupaten/ kota
sehingga kegiatan untuk mendukung SPM
Bidang Pendidikan ini belum dimasukkan
dalam anggaran pendidikan daerah tingkat
kabupaten/kota. Hal ini mengakibatkan target
100% layanan dasar wajib untuk pendidikan
dasar masih belum terpenuhi di daerah-daerah
tersebut. Untuk itu, koordinasi, sosialisasi,
monitoring dan evaluasi pada implementasi PP
ini harus lebih ditingkatkan oleh kementerian-
kementerian terkait, di antaranya Kemendikbud,
Kemendagri dan Kemenko PMK.
5. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor
9 Tahun 2016 Tentang Revitalisasi SMK
Selama ini rendahnya keterserapan lulusan
SMK di pasar kerja, sering dikaitkan dengan
ketidaksesuaian antara perkembangan
Pendidikan Kejuruan dan kebutuhan serta
standar dunia industri. Dari berbagai aspek
pendidikan kejuruan tidak selaras dengan
dunia industri. Kehadiran Inpres No. 9 Tahun
2016 tentang Revitalisasi SMK bertujuan
untuk menyempurnakan dan menyelaraskan
keberadaan SMK agar sesuai dengan
kompetensi kebutuhan pengguna lulusan
(link and match). Diharapkan melalui Inpres
No. 9 tahun 2016 dapat diciptakan generasi
penduduk usia produktif yang siap kerja
dan memiliki kompetensi keterampilan atau
keahlian yang siap pakai dan dibutuhkan oleh
perusahaan dan dunia industri. Pemerintah
telah menetapkan lima area revitalisasi
yang terdiri atas kurikulum, guru dan tenaga
kependidikan, kerja sama dengan Dunia
Usaha/Industri, sertifikasi dan akreditasi, serta
sarana prasarana, dan kelembagaan, dengan
harapan dapat diwujudkannya sumber
daya manusia yang unggul di setiap bidang.
Konsep link and match menitikberatkan pada
keselarasan dan relevansi antara SMK dengan
perkembangan pasar kerja dan dunia industri.
6. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017
tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara
Non Tunai
Penyaluran Bantuan Sosial secara nontunai
dilaksanakan terhadap Bantuan Sosial yang
selama ini diberikan dalam bentuk uang. Melalui
PP ini, penyaluran bantuan sosial nontunai
didasarkan pada penetapan Pemberi Bantuan
Sosial dalam rangka program penanggulangan
kemiskinan yang meliputi perlindungan
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,
rehabilitasi sosial, dan pelayanan dasar.
Penerima bantuan sosial meliputi seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat miskin,
tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko
sosial. Oleh karena itu, penyaluran bantuan
sosial ini perlu dilakukan secara efisien agar
dapat diterima tepat sasaran. Penyaluran
bantuan sosial yang efisien dapat mendukung
peningkatan manfaat bagi penerima bantuan
serta berkontribusi terhadap peningkatan
keuangan inklusif.
7. Keputusan Menteri Sosial Nomor 144/
HUK/2018 tentang Penetapan Perubahan
Jumlah Penerimaan Manfaat Bantuan Pangan
Non Tunai di 197 Kabupaten/Kota
Keputusan Menteri Sosial ini dikeluarkan
dalam rangka menetapkan perubahan jumlah
keluarga penerima manfaat bantuan pangan
nontunai di 197 kabupaten/kota. Berdasarkan
Data Terpadu Program Penanganan Fakir
Miskin dan Orang Tidak Mampu yang
semula 8.953.459 keluarga berubah menjadi
9.031.870 keluarga. Jumlah keluarga penerima
manfaat Bantuan Pangan Non Tunai di 197
kabupaten/kota dipergunakan sebagai acuan
bagi pemerintah dalam pelaksanaan program
Bantuan Pangan Non Tunai.
55Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201954
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat RI Nomor 7 Tahun 2018
Tentang Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya
Peraturan Menteri PUPR tentang Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) ini
mengatur pemberian bantuan Pemerintah
bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk
mendorong dan meningkatkan keswadayaan
dalam peningkatan kualitas rumah dan
pembangunan rumah baru beserta prasarana,
sarana, dan utilitas umum. Penerima BSPS ini
adalah masyarakat baik yang memiliki rumah
dengan kondisi tidak layak huni maupun
masyarakat yang berpenghasilan rendah.
9. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018
Tentang Program Keluarga Harapan
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah pro-
gram pemberian bantuan sosial bersyarat
kepada keluarga miskin dan rentan melalui
peningkatan aksesibilitas terhadap layanan ke-
sehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
10. Peraturan Menteri Sosial Nomor 11 Tahun
2018 Tentang Penyaluran Bantuan Pangan
Non Tunai.
Peraturan Menteri Sosial ini merupakan
peraturan yang merinci mengenai bantuan
sosial nontunai, khususnya Bantuan Pangan
Non Tunai (BPNT). Peraturan tersebut
mengacu pada Perpres Nomor 63 Tahun
2017 dan pedoman umum BPNT, di mana
penyusunan Perpres dan pedoman umum
tersebut dikoordinasikan oleh Kemenko PMK
selaku ketua tim pengendali penyaluran
bantuan sosial non tunai. Penerbitan
Permensos mengenai penyaluran BPNT
memberikan kepastian hukum terhadap
pelaksanaan teknis di daerah. Pelaksanaan
BPNT memberikan dampak lain di antaranya
penerima bantuan sosial pangan dapat
memanfaatkan bantuannya untuk membeli
kebutuhan pangan seperti beras dan telur
sehingga kecukupan gizi keluarga penerima
manfaat meningkat.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019
Tentang Kesehatan Kerja
Pekerja merupakan aset berharga dalam
pembangunan perekonomian bangsa
yang wajib mendapatkan perlindungan
keselamatan dan Kesehatan Kerja. Menurut PP
ini, pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja bertujuan memberikan perlindungan
bagi Pekerja agar sehat, produktif, dan
terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Produktivitas kerja dapat
terwujud apabila Pekerja berada dalam kondisi
sehat dan bugar untuk bekerja serta merasa
aman dan terlindungi sebelum, saat, dan
setelah bekerja. Oleh karena itu, dalam rangka
memberikan perlindungan kepada Pekerja
dan setiap orang selain Pekerja yang berada
di tempat kerja, pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan masyarakat bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan kesehatan
kerja melalui upaya pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, penanganan penyakit,
dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan
sesuai dengan standar Kesehatan Kerja.
12. Peraturan Kepala Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 3
Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Penelitian
dan Pengembangan dalam Penyelenggaraan
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan
Pembangunan Keluarga
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) merupakan
program teknis pemerintah yang dimiliki oleh
BKKBN. Dalam mengambil suatu kebijakan
mengenai KKBPK, pemerintah melakukan
penelitian serta pengembangan dalam
penyelenggaraan kependudukan. Salah
satunya adalah program Keluarga Berencana
55Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201954
dan Pembangunan Keluarga, yang merupakan
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas, juga upaya
mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup
dalam lingkungan yang sehat.
13. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019
tentang Peningkatan Kemampuan Dalam
Mencegah Mendeteksi, dan Merespons
Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan
Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia
Instruksi Presiden ini ditetapkan guna
meningkatkan kapasitas Kementerian/Lem-
baga yang berada di bawah koordinasinya
dalam upaya mencegah, mendeteksi, dan
merespons berbagai kejadian yang berpotensi
menyebabkan kedaruratan kesehatan masya-
rakat dan bencana nonalam. Sesuai dengan
tugas dan fungsinya, Kemenko PMK melakukan
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian
bagi Kementerian/Lembaga di bawah koor-
dinasinya. Melalui Inpres ini diharapkan dapat
disusun pedoman peningkatan sinergi, kerja
sama, dan kolaborasi dalam perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi
kebijakan, serta membangun kerangka kerja
sama internasional dalam rangka meningkat-
kan kemampuan mencegah, mendeteksi, dan
merespons ancaman kedaruratan kesehatan
masyarakat dunia melalui koordinasi dengan
Kementerian Luar Negeri.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2019
Tentang Pengelolaan Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan memiliki peran strategis
dalam mewujudkan pembangunan kesehatan.
Hal ini dimungkinkan mengingat kesehatan
merupakan hak asasi manusia dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan.
Menurut PP ini, tenaga kesehatan yang
memadai secara kuantitas, kualitas, aman, dan
terjangkau juga merupakan hak bagi seluruh
rakyat Indonesia. Untuk itu, pemerintah pusat
dan pemerintah daerah mempunyai kewajiban
menjamin kualitas, kuantitas, dan pemerataan
Tenaga Kesehatan, yang dilakukan melalui
perencanaan, pengadaan, pendayagunaan,
serta pembinaan dan pengawasan terhadap
Tenaga Kesehatan.
Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan
secara nasional disesuaikan dengan kebutuhan
berdasarkan masalah kesehatan, kebutuhan
pengembangan program pembangunan ke-
sehatan, dan ketersediaan tenaga kesehatan
tersebut. Pengadaan tenaga kesehatan dilaku-
kan sesuai dengan perencanaan kebutuhan
dan diselenggarakan melalui pendidikan
tinggi bidang kesehatan, baik oleh pemerintah
pusat maupun masyarakat. Pendayagunaan
tenaga kesehatan meliputi penyebaran tenaga
kesehatan yang merata, pemanfaatan tenaga
kesehatan, dan pengembangan tenaga
kesehatan, termasuk peningkatan karier. Pem-
binaan dan pengawasan tenaga kesehatan
terutama ditujukan untuk meningkatkan
kualitas tenaga Kesehatan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan dalam men-
dukung penyelenggaraan pelayanan kesehat-
an bagi seluruh penduduk Indonesia.
15. Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2019
tentang Pendayagunaan Dokter Spesialis
Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
kesehatan spesialistik merupakan tanggung
jawab pemerintah dan masyarakat. Menurut
PP ini, pemenuhan pelayanan kesehatan
spesialistik dilakukan melalui pemerataan
dokter spesialis di seluruh wilayah Indonesia
dalam bentuk pendayagunaan dokter spesialis
di rumah sakit pemerintah pusat, daerah, dan
rumah sakit yang ditetapkan oleh pemerintah.
57Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201956
Menko PMK Menjadi Keynote Speaker pada Scaling Up Nutrition (SUN) Annual Meeting 2019 di Jakarta
57Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201956
SS-2
3.2.2. Sasaran Strategis II
Meningkatnya kualitas koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan untuk mendukung kemantapan pemberdayaan
Pencapaian kinerja untuk Sasaran Strategis
2 (SS-2) “meningkatnya kualitas koordinasi
dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia
dan kebudayaan untuk mendukung kemantapan
pemberdayaan” diukur oleh dua indikator kinerja
utama (IKU), yaitu IKU-5 – Indeks kepuasan
pemangku kepentingan atas efektivitas dan
efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan,
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan dalam
mendukung kemantapan pemberdayaan dan
IKU-6 – Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK
yang mendukung kemantapan pemberdayaan.
Pengukuran kinerja untuk SS-2 diperlihatkan
pada Tabel 3.21.
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET CAPAIANREALISASI
[%]
Meningkatnya kualitas
koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan serta
pengendalian pelaksanaan
kebijakan pembangunan manusia
dan kebudayaan untuk
mendukung kemantapan
pemberdayaan
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas
efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan dan pelaksanaan, serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangun-
an manusia dan kebudayaan dalam mendukung
kemantapan pemberdayaan
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang
mendukung kemantapan pemberdayaan
5,20 5,23 100,58
(Skala 6)
10 10 100
Tabel 3.21. Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis II
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Kemenko
PMK Tahun 2019, target akhir dari IKU-5
“Indeks kepuasan pemangku kepentingan
atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia
dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan
pemberdayaan (IKS-B) adalah angka indeks
5,20 (skala 6). IKU-5 ini merupakan indeks
tingkat kepuasan K/L atas KSP yang dilakukan
Kemenko PMK dalam mendukung kemantapan
pemberdayaan yang diperoleh berdasarkan
hasil survei eksternal yang dilakukan oleh mitra
independen. Sedangkan target akhir dari IKU-6
– Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang
mendukung kemantapan pemberdayaan adalah
10 kebijakan. IKU-6 ini merupakan kebijakan yang
dihasilkan Kementerian/ Lembaga hasil koordinasi
dan sinkronisasi yang dilakukan Kemenko PMK.
59Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201958
IKU-5 Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan atas Efektivitas dan Efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan Pemberdayaan
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Kemenko
PMK Tahun 2019, target akhir dari IKU-5
“Indeks kepuasan pemangku kepentingan
atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia
dan kebudayaan dalam mendukung kemantapan
pemberdayaan (IKS-B) adalah angka indeks
5,20 (skala 6). IKU-5 ini merupakan indeks
tingkat kepuasan K/L atas KSP yang dilakukan
Kemenko PMK yang mendukung kemantapan
pemberdayaan yang diperoleh berdasarkan
hasil survei eksternal yang dilakukan oleh mitra
independen. Sama seperti halnya IKU-3, maka
yang diukur dalam survei eksternal adalah (i)
kebijakan, program/kegiatan, dan manfaat KSP,
(ii) persiapan, sarana dan prasarana, pelaksana-
an, dan kompetensi kepemimpinan rapat,
serta (iii) perumusan, monitoring dan evaluasi,
serta tindak lanjut hasil rapat. Survei eksternal
ini menggunakan metode indepth interview
dan self enumeration dengan pendampingan
penuh. Metode Indepth interview dilakukan
ketika petugas pencacah atau enumerator
dapat diberikan kesempatan oleh responden
untuk melakukan wawancara langsung dan
probbing untuk menggali semua informasi dari
responden. Sedangkan metode self enumeration
dengan pendampingan penuh dilakukan
ketika responden ingin melakukan sendiri
kuesioner yang dilakukan oleh enumerator,
maka enumerator berkewajiban memberikan
penjelasan kepada responden setiap pertanyaan
yang ada pada kuesioner sebelum dilakukan
pengisian.
Berdasarkan hasil survei eksternal, capaian
IKS-B Kemenko PMK, seperti yang ditunjukkan
Tabel 3.21, adalah 5,23 atau realisasinya
mencapai 100,58%. Pencapaian IKU-5 ini
mengindikasikan bahwa persepsi pemangku
kepentingan terhadap efektivitas dan efisiensi
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian
(KSP) program/kegiatan yang mendukung
kemantapan pemberdayaan yang dilakukan
oleh Kemenko PMK telah melampaui target
yang telah ditentukan.
Capaian IKS-B tahun 2019 ini mengalami
peningkatan dibandingkan dengan capaian
IKS-B tahun 2018 yang sebesar 5,18. Hal ini
memperlihatkan bahwa persepsi pemangku
kepentingan yang semakin baik terhadap
efektivitas dan efisiensi koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian (KSP) program/kegiatan
yang mendukung kemantapan pelayanan yang
dilakukan oleh Kemenko PMK. Bahkan, capaian
IKS-B tahun 2019 telah mencapai predikat
‘Sangat Memuaskan’, predikat tertinggi dari
nilai persepsi. Bila dibandingkan dengan target
IKS-B dalam Renstra Kemenko PMK tahun 2019
yang sebesar 5,20 (sangat memuaskan), maka
nilai IKS-B tahun 2019 telah mencapai target.
Kedepannya, predikat ‘Sangat Memuaskan’ ini
harus dipertahankan. Tentunya, diperlukan kerja
keras agar pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian program/kegiatan yang
59Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201958
mendukung kemantapan pemberdayaan oleh
Kemenko PMK dapat diapresiasi para pemangku
kepentingan dan hasil predikat ‘Sangat Memuas-
kan’ tetap diberikan.
Kepuasan pemangku kepentingan atas efek-
tivitas dan efisiensi koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian yang dilakukan Kemenko PMK di
antaranya terhadap program/kegiatan revitali-
sasi vokasional, penguatan perguruan tinggi
dan riset, pembangunan desa, pengurangan
risiko bencana, pemberdayaan gender, dan
pemberdayaan pemuda.
1. Revitalisasi Kejuruan dan Vokasional
Kebutuhan dan tantangan dunia kerja yang
semakin kompleks menuntut tenaga kerjanya
untuk mampu berkompetisi dengan bekal
kompetensi yang profesional. Salah satu
terobosan yang dilakukan pemerintah
untuk mengatasi tantangan di atas adalah
merevitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Balai Latihan Kerja (BLK), dan
Politeknik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Instruksi Presiden No. 9 tahun 2016 tentang
Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan
dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya
Saing Sumber Daya Manusia Indonesia telah
mengamanatkan para Menteri Kabinet Kerja,
Kepala Badan Nasional Sertifikasi Profesi, dan
para Gubernur untuk mengambil langkah-
langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas,
fungsi, dan kewenangan masing-masing
untuk merevitalisasi SMK guna meningkatkan
kualitas dan daya saing sumber daya manusia
Indonesia dan sekaligus menyusun peta
kebutuhan tenaga kerja bagi lulusan SMK
sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-
masing dengan berpedoman pada peta jalan
pengembangan SMK.
Gambar 3.8 memperlihatkan bahwa saat ini
jumlah SMK di Indonesia telah mencapai
14.157 sekolah. Salah satu wujud implementasi
dari Inpres No. 9 tahun 2016 adalah Nota
Kesepahaman Lima Menteri tentang
Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan
Vokasi Berbasis Kompetensi yang dapat
menerapkan link and match dengan Industri.
Nota Kesepahaman ini merupakan bentuk
komitmen bersama dari seluruh pemangku
kepentingan, khususnya kementerian ter-
kait untuk mendorong dan memfasilitasi
terwujudnya link and match pendidikan
dengan industri, dalam rangka mewujudkan
pembangunan kompetensi sumber daya
manusia (SDM) Indonesia yang sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja saat ini, sekaligus untuk
mendorong pertumbuhan industri nasional
yang berkelanjutan.
Gambar 3.8. Perkembangan Jumlah SMK Tahun 2012-2019
16.000
12.000
6.000
14.000
8.000
10.000
4.000
2.000
0
Negeri
Swasta
Sumber: Kemendikbud, 2019
9.171
3.250
2014 2017
8.643
2.083
2013 20162015 2018 2019
11.726
12.421 12.659
9.339 9.80210.191 10.305 10.576
3.320 3.434 3.519 3.551 3.581
13.236 13.710 13.856 14.157
SM
K, [
seko
lah
]
Tahun, [-]
61Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201960
Link and match antara industri dan SMK
merupakan salah satu bentuk perwujudan
dari upaya meningkatkan kemampuan
lulusan SMK melalui pemagangan dan
bantuan peralatan minimal dari industri
untuk SMK. Terlihat pada Gambar 3.9,
sampai dengan Tahun 2019, total sebanyak
4.987 perjanjian kerja sama (2.228 tahun
2017, 923 tahun 2018, dan 1.836 tahun 2019)
telah ditandatangani pada pelaksanaan
program Pendidikan Vokasi Industri, dengan
melibatkan 1.032 industri (449 tahun 2017,
195 tahun 2018, dan 388 tahun 2019) dan
2.612 SMK (1.265 tahun 2017, 502 tahun
2018, dan 845 tahun 2019). Peningkatan
jumlah perjanjian kerja sama antara SMK dan
dunia industri dari tahun 2017 hingga saat
ini menunjukkan keefektifan implementasi
Inpres No. 9 tahun 2016. Jumlah industri
yang ambil bagian dalam peningkatan
mutu SMK juga mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Hal ini dimungkinkan
mengingat hubungan mutualisme yang
akan diperoleh kedua belah pihak (SMK dan
Dunia Industri) ketika perjanjian kerja sama
tersebut diimplementasikan.
449195
388
1265
502
845
2228
923
1836
0
500
1000
1500
2000
2500
2017 2018 2019
Tahun, [-]
Jum
lah
In
du
stri
, SM
K, P
erja
njia
n K
erja
sam
a
INDUSTRI SMK Perjanjian Kerjasama
Sumber: Kemendikbud, 2019
Gambar 3.9. Capaian Program Vokasi Industri Sampai Dengan Tahun 2019
Di samping SMK dan BLK, Kemenko PMK
juga melakukan koordinasi dalam rangka
revitalisasi pendidikan tinggi vokasi, khusus-
nya politeknik agar program Link and
Match antara pendidikan tinggi vokasi
dan pasar tenaga kerja dapat ditingkatkan
sehingga bisa menaikkan kompetensi lulusan
politeknik. Strategi utama dalam program
revitalisasi pendidikan tinggi vokasi ini adalah
mewujudkan pendidikan tinggi vokasi yang
link and match dengan kebutuhan industri.
2. Penguatan Riset dan Perguruan Tinggi
Kemenko PMK mengoordinasikan
Kementerian/Lembaga terkait untuk terus
berupaya melakukan penguatan riset dan
pendidikan tinggi. Upaya Penguatan riset
dan perguruan tinggi dilakukan melalui
optimalisasi kelembagaan Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan (LPDP), penguatan STP
(Science and Techno Park) atau KST (Kawasan
Sains dan Teknologi), dan penguatan riset.
61Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201960
RPJMN 2014-2019 telah menetapkan target
pembangunan sebanyak 100 STP yang akan
dibangun oleh 7 Kementerian/Lembaga,
yaitu Kementerian Ristekdikti, Kementerian
Pertanian, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Perindustrian, BPPT,
LIPI, dan BATAN. Kementerian/Lembaga
melakukan evaluasi mandiri terkait target
Pem-bangunan STP. Strategi kebijakan yang
dilakukan adalah menetapkan 22 STP yang
menjadi target agar pembangunan STP dapat
berjalan sesuai rencana pada tahun 2019.
Pemilihan 22 STP oleh Kementerian/Lembaga
terkait didasarkan pada besarnya potensi
pembangunan (kematangan perencanaan,
visi, dan misi kelembagaan), serta sumber
daya anggaran dan tenaga yang telah tersedia.
Selain itu Pemerintah Daerah didorong untuk
berkomitmen dalam membangun STP di
daerahnya.
STP yang sudah mature di Kemenristekdikti
adalah: Pemda (Solo Techno Park), Universitas
(MSTP Jepara, ITS Science Park, UGM Science
Park, ITB Science Park, IPB Science Park, UI
Science Park), Litbang (STP Kopi dan Kakao
Jember, STP PPKS Medan). STP mature di
K/L lainnya, yaitu: Kementerian Pertanian
(STP Sukamandi), Kementerian Perindustrian
(Bandung Technopark dan Batam Tech-
nopark), BPPT (Puspiptek Serpong, Cimahi
Technopark, Bantaeng Technopark), BATAN
(STP Pasar Jumat), dan LIPI (STP Cibinong).
Dukungan sumber daya manusia dan anggaran
menjadi salah satu penentu faktor keberhasilan
STP. Selain itu, komitmen seluruh pemangku
kepentingan sangat diperlukan agar dapat
mengantarkan program STP pada puncak
kesuksesan. Sinergi antar Kementerian/
Lembaga dalam membangun suatu STP
diharapkan dapat mempercepat sebuah STP
mencapai tahap mature atau ideal.
3. Pembangunan Desa
Peningkatan 2.000 Desa Berkembang Menjadi
Desa Mandiri dan Pengentasan 5.000 Desa
Tertinggal Menjadi Desa Berkembang
Target dan tujuan pembangunan Desa pun
telah diamanatkan RPJMN 2015-2019 secara
konkret, yaitu mencapai peningkatan jumlah
desa mandiri sebanyak 2.000 desa, dan
pengurangan desa tertinggal sebanyak 5.000
Desa. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan
oleh Kementerian PPN/Bappenas terhadap
target yang diamanatkan dalam RPJMN untuk
meningkatkan jumlah desa mandiri sebanyak
2.000 desa, dan pengurangan desa tertinggal
sebanyak 5.000 desa telah tercapai, bahkan
melebihi dari target yang ditetapkan. Secara
rinci perkembangan target desa dalam RPJMN
dapat dilihat dalam Tabel 3.22.
Tabel 3.22. Pengurangan Desa Tertinggal dan Peningkatan Desa Mandiri Tahun 2019
INDIKATOR REALISASI [%]2014 (baseline)
CAPAIANTARGET
Pengurangan desa tertinggal * 5.000 6.518 130,36menjadi desa berkembang [Desa]
Peningkatan desa berkembang * 2.000 2.665 133,25menjadi desa mandiri, [Desa]
Sumber: Kementerian Desa, PDTT, 2019
Keberhasilan peningkatan status desa, ter-
utama dalam pencapaian pengurangan desa
tertinggal dan peningkatan desa mandiri
dari target RPJMN 2015-2019 yang melebihi
100% dimungkinkan mengingat keberhasilan
beberapa program yang digulirkan pemerintah
sejak berlakunya UU No. 6 Tahun 2014 tentang
Desa, di antaranya:
63Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201962
a. Dana Desa
Sejak tahun 2015 hingga 2019 telah dialokasi-
kan dana desa sebesar Rp238 triliun. Selama
ini dana desa tersebut telah digunakan untuk
mendukung pembangunan di 74.957 Desa.
Dana ini dari tahun ke tahun semakin mening-
kat, dimulai tahun 2015 sebesar Rp20,7 triliun
dan sebesar Rp 70 triliun untuk tahun 2019.
Beberapa kegiatan telah dilaksanakan dengan
melakukan: (i) penguatan perencanaan desa
yang diintegrasikan dengan perencanaan desa
dengan target pembangunan daerah; (ii) pem-
bangunan Sistem Informasi Desa (SID); (iii)
pengembangan ekonomi masyarakat desa;
(iv) pembangunan sarana-prasarana fisik se-
bagai upaya membuka dan mengembang-
kan akses desa, termasuk ketahanan pangan
dan permukiman; dan (v) penguatan dan
pengembangan budaya kolektif serta promosi
budaya lokal desa. Capaian output pemanfaat-
an dana desa selama kurun waktu 2015-2019,
telah digunakan untuk menunjang aktivitas
ekonomi masyarakat dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat sebagaimana terlihat pada
Gambar 3.10.
Berdasarkan Gambar 3.10, maka kegiatan
MENUNJANG AKTIVITASEKONOMI MASYARAKAT
MENINGKATKAN KUALITASHIDUP MASYARAKAT DESA
Sumber Kementerian Desa, PDTT
Gambar 3.10. Capaian Output Dana Desa Tahun 2015–2019
pembangunan Desa lebih banyak ditujukan
untuk kegiatan infrastruktur dibandingkan
dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Kondisi ini disebabkan perencanaan yang
dilakukan Desa belum sepenuhnya mem-
perhatikan potensi, masalah, dan keterlibatan
masyarakat Desa.
b. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Peningkatan jumlah Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) dari tahun ke tahun memberikan
dampak dan membantu perekonomian
masyarakat di desa. Jumlah BUMDes telah
meningkat dari 1.022 pada tahun 2014 menjadi
45.944 pada tahun 2019. Berbagai kegiatan
dan jenis usaha yang dijalankan oleh BUMDes
dan mayoritas pada bidang usaha jasa seperti
warung desa, simpan pinjam, pasar desa, dan
perdagangan. Perkembangan BUMDes ini telah
meningkatkan omset 1,16 triliun/tahun dan laba
bersih 121 miliar/tahun.
63Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201962
Gambar 3.11. Perkembangan Jumlah BUM Desa Tahun 2014-2019
JUMLAH BUMDESMENINGKAT SETIAP
TAHUN
PADA 2018 SEKITAR 61% DESA TELAH
MEMILIKI BUMDESA
TENAGA KERJA YANGTERSERAP 1.074.754
ORANG
OMZET BUMDESRp 1,16 TRILIUN PER
TAHUN, DENGAN LABA BERSIH Rp 121 Miliar
PER TAHUN
BU
M D
esa,
[b
uah
]
0
20.000
10.000
30.000
40.000
5.000
25.000
15.000
35.000
45.000
50.000
1.022
11.945
18.446
39.149
45.549 45.862
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun, [-]
c. Padat Karya Tunai Desa (PKTD)
Sejak awal tahun 2018, Padat Karya Tunai Desa
(PKTD) menjadi kebijakan Pemerintah Pusat
dalam melaksanakan Dana Desa. Sampai
dengan 2019, Dana Desa yang dianggarkan
untuk kegiatan PKTD sebesar Rp39,40 triliun
dan total dana yang terealisasi sebesar
Rp37,90 triliun (96,19%). Dana yang terealisasi
tersebut digunakan untuk 353.223 jenis
kegiatan dan mampu menyerap 10.368.538
orang tenaga kerja atau 80.333.187 Hari
Orang Kerja (HOK) dengan upah sebesar Rp
11,29 triliun. Tenaga kerja yang melaksanakan
dan mendapat manfaat dari kegiatan
PKTD ini terdiri dari Rumah Tangga Miskin
(RTM) sebanyak 4.627.502 orang (44,63%),
penganggur sebanyak 2.002.438 orang
(19,31%), setengah penganggur 1.962.828
orang (18,93%), yang mempunyai anak
stunting/gizi buruk sebanyak 59.296 orang
(0,57%), lainnya sebanyak 1.716.474 orang
(16,55%).
HOK yang direncanakan sebesar 30% masih
belum dapat tercapai disebabkan adanya
berbagai kendala/hambatan, seperti: (i) tidak
semua kegiatan yang direncanakan dapat
dilakukan PKTD. Kalaupun bisa, maka HOK
tidak dapat terpenuhi 30%, (ii) tidak semua
Desa, tersedia tenaga kerja sesuai dengan
yang dipersyaratkan, (iii) kurangnya sosialisasi
ke masyarakat Desa, (iv) adanya kebiasaan di
Desa bahwa kegiatan yang sifatnya fisik hanya
dapat dilakukan laki-laki.
Kegiatan Dana Desa, BUMDes, dan PKTD ini
telah mendorong pembangunan desa lebih
baik dan berkontribusi dalam meningkatkan
status desa sesuai dengan target yang telah
ditetapkan dalam RPJMN 2015–2019. Melihat
perkembangan Desa yang dapat dicapai dalam
target RPJMN 2015–2019 tersebut di atas,
maka pemerintah menargetkan pengurangan
desa tertinggal menjadi desa berkembang
sebesar 10.000 desa dan peningkatan desa
berkembang menjadi desa mandiri sebanyak
5.000 desa dalam RPJMN Tahun 2020-2024.
4. Pengurangan Risiko Bencana
Sesuai dengan agenda pembangunan
nasional, sasaran prioritas penurunan
indeks risiko bencana diarahkan pada 136
kabupaten/kota yang merupakan daerah
pusat pertumbuhan ekonomi nasional yang
mempunyai indeks risiko bencana yang
tinggi dan sedang. Pemerintah juga telah
65Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201964
menetapkan target yang harus dicapai pada
tahun 2019, yaitu penurunan Indeks Risiko
Bencana sebesar 30%.
Capaian penurunan Indeks Risiko Bencana
pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dari
2015 sampai dengan 2018 adalah sebesar
19,51%. Pada tahun 2019 dilakukan percepatan
upaya maksimal dari semua pihak terkait
baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
maupun masyarakat untuk mencapai target
yang sudah ditetapkan.
2015 2016 2017 2018
169,4
149143
136,4
Gambar 3.12. Capaian Indeks Risiko Bencana sampai 2018
0
20
40
60
80
100
120
120
140
160
180
12,45%
4,37%
2,7%
Tahun, [-]
Ind
eks
Ris
iko
Ben
can
a, [
Kab
./K
ota
]
Peningkatan kapasitas masyarakat dalam
penanggulangan bencana dilakukan bersama
K/L teknis melalui edukasi dan literasi
kebencanaan untuk segmentasi masyarakat
rentan, seperti kalangan perempuan, anak,
kaum disabilitas, dan pelajar. Selain itu, juga
dilakukan dengan peningkatan ketangguhan
masyarakat berbasis komunitas dalam
program-program desa tangguh bencana.
Peningkatan kapasitas pemerintah dan
pemerintah daerah dilakukan melalui
peningkatan kapasitas kelembagaan BPBD.
RPJMN 2015-2019, telah menetapkan target
pembentukan minimal 5.000 Desa Tangguh
Bencana (Destana) sampai dengan akhir
2019. Kemenko PMK telah melakukan KSP
terkait Pembentukan dan pengembangan
Desa Tangguh Bencana. Hingga tahun 2019,
jumlah Destana telah melampaui target
yakni sejumlah 5.077 desa. Dengan rincian
1.179 Destana BPBD; 626 Destana BNPB; 735
Kampung Siaga Bencana (KSB) Kemensos;
2.345 Program Kampung Iklim (Proklim)
KLHK; 67 Desa Mandiri Pangan (Demapan)
Kementan; 84 Program Kawasan Pesisir
Tangguh (PKPT) KKP; 102 Daerah Tangguh
Bencana (DTB) Kemendesa PDTT; 108
Destana NGO Internasional; 106 Destana
NGO Nasional; 125 desa Pengurangan Risiko
Terpadu Berbasis Masyarakat (Pertama) PMI;
40 desa KKN Pengurangan Risiko Bencana
FPT-PRB; 17 desa Citarum Harum Kemenko
PMK.
5. Pemberdayaan Gender
Pemberdayaan gender bertujuan untuk
mendorong perempuan agar dapat berperan
65Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201964
serta dalam kehidupan ekonomi dan politik.
Perlu adanya keseimbangan antara perem-
puan dan laki-laki dalam mengakses dan
mengontrol sumber daya, berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan dan proses
pembangunan, serta mendapatkan manfaat
dari kebijakan dan program pembangunan.
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) meng-
ukur peranan perempuan dalam ekonomi,
politik, dan pengambilan keputusan. IDG
merupakan indeks komposit yang dihitung
berdasarkan partisipasi perempuan di par-
lemen, perempuan dalam angkatan kerja,
perempuan pekerja profesional, pejabat tinggi
dan manajer, serta upah pekerja perempuan
di sektor non-pertanian.
Gambar 3.13. Indeks Pemberdayaan Gender Indonesia Tahun 2010-2018
IDG
, [%
]
66
67
68
69
70
71
72
73
2010
68,15
69,14
70,0770,46
70,6870,83
71,39
71,74 72,10
2012 2015 20172011 20142013 2016 2018
Tahun, [-]
Sumber: BPS, 2019
Gambar 3.13 memperlihatkan bahwa IDG
pada tahun 2018 sebesar 72,10, meningkat
0,36 poin dari tahun 2017, yakni 71,74 dan
meningkat 0,50 poin dibandingkan tahun
2016, yakni 71,39. Pertumbuhan IDG pada
periode 2016-2018 tidak secepat periode
sebelumnya yang mencapai 0,56 dan 0,79
poin. Meskipun belum sesuai harapan, angka
tersebut menunjukkan peningkatan peran
aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi
dan politik. Pemerintah akan terus berupaya
meningkatkan pemahaman, komitmen, dan
keterampilan para pelaku pembangunan
dalam pengintegrasian perspektif gender
dalam setiap tahapan pembangunan.
6. Pemberdayaan Pemuda
Terdapat dua indikator utama bidang
kepemudaan yang menjadi prioritas dalam
RPJMN 2015-2019 dan secara intensif
dikoordinasikan, disinkronisasikan dan di-
kendalikan oleh Kemenko PMK. Kedua indi-
kator tersebut beserta target dan realisasinya
tahun 2018 dan 2019 terlihat pada Tabel 3.23.
Tabel 3.23. Capaian Indikator Pemberdayaan Pemuda Tahun 2018 dan 2019
INDIKATORRealiasi [%] Realiasi [%]Capaian CapaianTarget Target
2018 2019
Pemuda kader yang difasilitasi dalam 6.000 6.417 107 3.000 3.910 130peningkatan wawasan hukum dan bahaya destruktif
Pemuda kader yang difasilitasi dalam 4.000 4.050 101 5.000 7.200 144pengembangan kewirausahaan pemuda
67Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201966
Indikator Pemuda kader yang difasilitasi
dalam peningkatan wawasan hukum dan
bahaya destruktif dicapai melalui program
Pelatihan Kader Pemuda Anti Narkoba. Pada
Tahun 2019 telah dilatih 3.910 Pemuda Anti
Narkoba. Bila dibandingkan dengan target
dalam RKP Tahun 2019 (3.000 orang),
capaian untuk Indikator ini sebesar 130%.
Namun bila dibandingkan dengan capaian
tahun 2018, terjadi penurunan jumlah Kader
Pemuda Anti Narkoba yang dilatih, yaitu
dari 6.417 tahun 2018 menjadi 3.910 tahun
2019. Penurunan jumlah pemuda yang
dilatih menjadi Kader Pemuda Anti Narkoba
Tahun 2019 disebabkan perubahan durasi
pelatihan (dari 3 hari 2 malam tahun 2018,
menjadi 4 hari 3 malam tahun 2019). Durasi
pelatihan tahun 2019 relatif lebih lama
dibandingkan tahun 2018 yang berakibat
pada bertambahnya biaya kegiatan, namun
kualitas kegiatan menjadi meningkat.
Sedangkan untuk indikator Pemuda kader
yang difasilitasi dalam pengembangan
kewirausahaan pemuda terjadi peningkatan
capaian dari 4.050 orang tahun 2018
menjadi 7.200 orang tahun 2019. Indikator
ini pada tahun 2019 dilaksanakan
melalui kegiatan perkuliahan tentang
kewirausahaan. Kegiatan ini terlaksana atas
kerja sama dengan 20 Perguruan Tinggi di
Jabodetabek dengan peserta 5.100 orang.
Kegiatan lainnya melalui Penumbuhan
minat kewirausahaan bagi 2.100 pemuda
melalui workshop di Kabupaten Tegal,
Wajo, Pandeglang, Mandalika, dan Kota
Semarang. Capaian tahun 2019 ini telah
melebihi target yang ditetapkan tahun 2019
sebanyak 5.000 orang. Dengan demikian,
realisasi untuk indikator Pemuda kader
yang difasilitasi dalam pengembangan
kewirausahaan pemuda Tahun 2019
sebesar 144%.
7. Pemberdayaan Disabilitas dan Lansia
a. Pemberdayaan Disabilitas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016
tentang penyandang disabilitas menempatkan
perlindungan sosial sebagai salah satu
komponen dari kesejahteraan sosial. Undang-
Undang ini menegaskan bahwa pemerintah baik
pusat maupun daerah wajib menyelenggarakan
penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan
hak-hak penyandang disabilitas.
Pada tahun 2019 dari target mengoordinasikan
dan menyinkronisasikan penyusunan 11
peraturan pelaksana yang dimandatkan
dalam UU No. 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas, tiga di antaranya
telah diundangkan, yaitu PP No. 52 tahun
2019 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
bagi Penyandang Disabilitas, PP No. 70 tahun
2019 tentang Pemenuhan Hak Penyandang
Disabilitas, dan revisi Permensos No. 21 tahun
2017 tentang Kartu Penyandang Disabilitas.
Sedangkan delapan peraturan perundang-
undangan lainnya masih dalam proses. Fokus
kebijakan yang disusun melalui regulasi
turunan Undang-Undang Penyandang
Disabilitas adalah mengatur mekanisme
koordinasi lintas kementerian dalam
rangka pemberdayaan dan peningkatan
kesejahteraan sosial bagi penyandang
disabilitas yang meliputi rehabilitasi sosial,
jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial.
Capaian lainnya selama tahun 2019 adalah
program Asistensi Sosial Penyandang
Disabilitas (ASPD) melalui penyaluran
manfaat kepada 24.498 Penerima Manfaat
(PM), dengan besaran Rp300.000,00/bulan/
PM, dengan total sebesar Rp80,993 miliar.
Sementara terdapat 2 PM yang gagal salur,
dikarenakan data tidak valid sehingga tidak
dapat membuka rekening.
67Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201966
b. Pemberdayaan Lansia
Tantangan pemerintah pada lansia adalah
menjamin keberadaan lansia bisa tetap sehat,
aktif, dan mandiri. Program Perlindungan
Sosial, di antaranya diberikan kepada lansia
yang jenis pekerjaannya rentan, berisiko
(precarious dan vulnerable work) dan cen-
derung tidak formal dan tidak memiliki
jaminan sosial, serta lansia yang menjadi
bagian kelompok masyarakat minoritas dan
marginal (miskin, transgender, masyarakat
adat dan disabilitas).
Selama tahun 2019 program Asistensi Sosial
Lanjut Usia (ASLU) telah bertransformasi
menjadi ‘Bantu LU’ dengan adanya
perubahan sasaran menjadi lanjut usia tidak
potensial dan pemanfaatan bantuan. ‘Bantu
LU’ telah disalurkan kepada 30.000 PM,
besaran Rp200.000,00/bulan/PM, dengan
total sebesar Rp73,781 miliar, yang meliputi
bantuan dalam hal layanan kesehatan, layanan
publik, dan penambahan gizi lanjut usia.
Gambar 3.14. Pemanfaatan BANTU LU Tahun 2019
IKU-6 Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung kemantapan pemberdayaan
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Kemenko PMK
Tahun 2019, target dari Indikator Kinerja Utama
(IKU-6) – “Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK
yang mendukung kemantapan pemberdayaan”,
seperti yang ditunjukkan Tabel 3.21, adalah 10
kebijakan. Sama seperti IKU-4, maka IKU-6 pun
merupakan hasil rekomendasi dari Tim Evaluator
Reformasi Birokrasi KemenPAN-RB tahun
2018 yang kemudian dijadikan dasar reviu atas
Rencana Strategis Kemenko PMK tahun 2019.
Tentunya, IKU-6 ini merupakan IKU yang pertama
kali dijadikan Perjanjian Kinerja Kemenko PMK,
sehingga tidak bisa dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya.
Bantuan diberikan dalam bentuk
BANTU LU merupakantransformasi dari AsistensiLanjut Usia Terlantar (ASLUT)
69Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201968
Sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.20,
maka pada tahun 2019, capaian IKU-6 adalah 10
kebijakan. Berarti, realisasi capaian IKU-6 adalah
100%. Keberhasilan atas realisasi IKU-6 ini lebih
banyak disebabkan oleh peran Kemenko PMK
dalam mengoordinasikan dan menyinkronisasi-
kan perumusan dan penetapan kebijakan bidang
pembangunan manusia dan kebudayaan dengan
kementerian/lembaga lain. Kebijakan yang akan
disusun didasarkan pada proses penyusunan
bertahap (cascading), berjenjang mulai dari
analis kebijakan dalam penyediaan data, lalu
dirumuskan oleh Pejabat Eselon IV menjadi
bahan draf usulan rekomendasi kebijakan yang
kemudian oleh pejabat Eselon III dirumuskan
menjadi Draf Usulan Rekomendasi Kebijakan.
Selanjutnya, Pejabat Eselon II akan mensintesis
menjadi Usulan Rekomendasi Kebijakan. Pejabat
Eselon I akan memperluas cakupan usulan
rekomendasi kebijakan ini sehingga menjadi
rekomendasi Kebijakan yang kemudian pada
akhirnya Menteri Koordinator merumuskannya
dan menetapkannya menjadi Kebijakan. Melalui
perjalanan panjang penyusunan kebijakan
dan keterlibatan para analis kebijakan secara
berjenjang (cascading) diharapkan dapat
menghasilkan sebuah kebijakan yang berkualitas.
Kebijakan yang telah dikoordinasikan dalam
mendukung pencapaian Jumlah Kebijakan/
Regulasi bidang PMK yang mendukung
kemantapan pemberdayaan terlihat pada
Tabel 3.24.
No. KEBIJAKAN/REGULASI
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2019 Tentang Syarat dan Tata Cara Penunjukan Wali.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Koordinasi Perlindungan Anak
5. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017 Tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan keluarga
6. Surat Keputusan Bupati tentang RPKP/Masterplan Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Penghasilan Tetap Perangkat Desa
8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pengembangan Taman Bumi (Geopark)
9. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari APBN;
Tabel 3.24. Kebijakan/Regulasi Bidang PMK yang Mendukung Kemantapan Pemberdayaan
Penjelasan lebih rinci mengenai kebijakan/
regulasi bidang PMK dalam mendukung
kemantapan pemberdayaan yang dikoordinasi
oleh Kemenko PMK yang telah dihasilkan adalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang
Anak sebagai generasi penerus bangsa
memiliki peran penting dalam pembangunan
nasional. Oleh karena itu, anak wajib
mendapatkan perlindungan dari negara
sesuai dengan ketentuan UUD 1945 yang
menyatakan bahwa anak berhak atas
69Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201968
perlindungan dari kekerasan. Pesatnya
arus globalisasi dan dampak negatif dari
perkembangan di bidang teknologi informasi
dan komunikasi, memunculkan fenomena baru
kekerasan seksual terhadap anak. Kekerasan
seksual terhadap anak merupakan kejahatan
serius (serious crimes) yang semakin
meningkat dari waktu ke waktu dan secara
signifikan mengancam dan membahayakan
jiwa anak, merusak kehidupan pribadi dan
tumbuh kembang anak, serta mengganggu
rasa kenyamanan, ketentraman, keamanan,
dan ketertiban masyarakat. Kehadiran UU
ini diharapkan dapat mengatasi fenomena
kekerasan seksual terhadap anak, memberi
efek jera terhadap pelaku, dan mencegah
terjadinya kekerasan seksual terhadap anak.
Melalui UU ini, kekerasan terhadap anak
akan mendapatkan tambahan pidana pokok
berupa pidana mati dan pidana seumur hidup,
serta pidana tambahan berupa pengumuman
identitas pelaku. Selain itu, pelaku akan
mendapatkan hukuman kebiri kimia, pe-
masangan alat pendeteksi elektronik, dan
rehabilitasi.
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-Undang ini menjangkau batas usia
untuk melakukan perkawinan, perbaikan
norma sebelumnya dengan menaikkan batas
minimal umur perkawinan bagi wanita. Dalam
hal ini batas minimal umur perkawinan bagi
wanita disamakan dengan batas minimal
umur perkawinan bagi pria, yaitu 19 tahun.
Batas usia dimaksud dinilai telah matang
jiwa raganya untuk dapat melangsungkan
perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan
perkawinan secara baik tanpa berakhir pada
perceraian dan mendapat keturunan yang
sehat dan berkualitas. Diharapkan dengan
kenaikan batas umur yang lebih tinggi dari
16 tahun bagi wanita untuk kawin akan
mengakibatkan laju kelahiran yang lebih
rendah dan menurunkan risiko kematian ibu
dan anak. Selain itu juga dapat terpenuhinya
hak-hak anak sehingga mengoptimalkan
tumbuh kembang anak termasuk
pendampingan orang tua serta memberikan
akses anak terhadap pendidikan setinggi
mungkin.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2019
Tentang Syarat dan Tata Cara Penunjukan
Wali
Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk
melindungi hak dan memenuhi kebutuhan
dasar Anak serta mengelola harta Anak
agar dapat menjamin tumbuh kembang
dan kepentingan terbaik bagi Anak. Dalam
keadaan tertentu di mana fungsi Orang
Tua sebagai tumpuan tumbuh kembang
anak tidak lagi dapat memenuhi hak-hak
Anak, maka kepentingan Anak terabaikan.
Penyebab terabaikannya kepentingan Anak
yaitu bersumber pada Orang Tua yang tidak
cakap melakukan perbuatan hukum atau tidak
diketahui tempat tinggal atau keberadaannya,
sehingga untuk kelangsungan hidup, tumbuh
kembang, dan perlindungan Anak perlu
menunjuk Wali yang berasal dari Keluarga
Anak, Saudara, orang lain, atau badan hukum
yang ditetapkan oleh Pengadilan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun
2019 Tentang Penyelenggaraan Koordinasi
Perlindungan Anak
Menurut Peraturan Pemerintah ini anak adalah
sumber daya manusia yang diharapkan
mampu bertanggung jawab dalam keber-
langsungan bangsa dan negara. Oleh karena
itu, pemerintah perlu menyelenggarakan
Perlindungan Anak secara terkoordinasi agar
dapat terlaksana secara efektif, efisien, dan
terpadu guna mewujudkan kesejahteraan Anak
serta memberikan jaminan terhadap pemenuhan
Hak Anak dan Perlindungan Khusus Anak
71Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201970
dalam situasi dan kondisi tertentu. Koordinasi
penyelenggaraan Perlindungan Anak diper-
lukan mengingat kegiatan Perlindungan
Anak merupakan kegiatan lintas sektoral
yang melibatkan banyak lembaga terkait.
Penyelenggaraan Koordinasi Perlindungan
Anak bertujuan untuk meningkatkan upaya
pemenuhan Hak Anak dan Perlindungan
Khusus Anak serta meningkatkan hubungan
kerja yang sinergi dan harmonis dalam
pemenuhan Hak Anak dan Perlindungan Khusus
Anak; dan memperoleh data dan informasi
penyelenggaraan Perlindungan Anak.
5. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017
Tentang Gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan keluarga
Menurut Peraturan Pemerintah ini Gerakan
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
(Gerakan PKK) adalah gerakan dalam
pembangunan masyarakat untuk masyarakat,
menuju terwujudnya Keluarga yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat,
sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan
keadilan gender, serta kesadaran hukum dan
lingkungan.
6. Surat Keputusan Bupati tentang RPKP/
Masterplan Kawasan Perdesaan Prioritas
Nasional (KPPN)
Pembangunan Kawasan Perdesaan adalah
pembangunan kawasan perdesaan yang
dilakukan atas prakarsa masyarakat, meliputi
penyusunan rencana tata ruang Kawasan
Perdesaan secara partisipatif, pengembangan
pusat pertumbuhan antar Desa secara
terpadu, penguatan kapasitas masyarakat,
kelembagaan dan kemitraan ekonomi, dan
pembangunan infrastruktur antar perdesaan
yang dilakukan melalui mekanisme tahapan,
persiapan, perencanaan, penetapan, pe-
laksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan
serta pengendalian dan pengawasan.
Kehadiran Surat Keputusan Bupati ini untuk
memastikan pelaksanaan pembangunan
kawasan perdesaan yang menjadi prioritas
nasional di sebuah kabupaten.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019
Tentang Penghasilan Tetap Perangkat Desa
Peraturan pemerintah ini dibuat dalam rangka
meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Melalui
PP ini diharapkan kesejahteraan kepala Desa,
sekretaris Desa, dan perangkat Desa lainnya
diperhatikan dan dijamin pemerintah melalui
penyesuaian penghasilan tetap kepala
Desa, sekretaris Desa, dan perangkat Desa
lainnya, sehingga pelayanan terhadap warga
masyarakat berjalan efektif dan efisien.
8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2019
Tentang Pengembangan Taman Bumi
Peraturan Presiden ini bertujuan untuk
melakukan tata kelola Pengembangan Geopark
guna mewujudkan pelestarian (geoheritage),
keanekaragaman hayati (biodiversity), dan
keragaman budaya (cultural diversity) yang
dilakukan bersama-sama melalui tiga pilar,
meliputi upaya konservasi, edukasi, dan
pembangunan perekonomian bagi masyarakat
secara berkelanjutan.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2015 Tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa
Perubahan terhadap Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa dimaksudkan untuk
menyempurnakan beberapa ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah tersebut, khususnya
untuk lebih memperkuat kedudukan Desa
sebagai kesatuan masyarakat hukum dalam
71Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201970
penyelenggaraan pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa. Penyempurnaan Peraturan
Pemerintah ini sekaligus diarahkan untuk
memperkuat keserasian dan sinergi dalam
pelaksanaan peraturan dan kebijakan
mengenai Desa.
Sejalan dengan hal tersebut Peraturan
Pemerintah ini memuat penyempurna-
an pengaturan mengenai pembagian
kewenangan antara kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pemerintahan dalam negeri dan
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pembangunan desa,
pembangunan kawasan perdesaan, dan
pemberdayaan masyarakat desa, penghasilan
tetap kepala Desa dan perangkat Desa,
tata cara musyawarah Desa, belanja Desa,
keuangan dan kekayaan Desa, kerja sama Desa,
Badan Usaha Milik Desa, serta perencanaan
pembangunan Desa dan kawasan perdesaan.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016
Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang
Dana Desa Yang Bersumber Dari APBN
Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan
untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penggunaan Dana Desa melalui
perbaikan tahapan penyaluran Dana Desa.
Percepatan penyaluran Dana Desa harus
tetap memperhatikan aspek akuntabilitas.
Oleh karena itu, penyaluran Dana Desa
akan dilakukan berdasarkan kinerja atas
penyaluran dan penggunaan Dana Desa
tahap sebelumnya. Mekanisme pelaporan
Dana Desa akan lebih dipertajam sehingga
pelaporan tersebut dibuat sejalan dengan
Dana Desa yang telah disalurkan.
73Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201972
Menko PMK pada Peringatan Hari Ibu Ke-91, di Semarang
73Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201972
SS-3
3.2.3. Sasaran Strategis III
Meningkatnya kualitas koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan,
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan yang
diarahkan pada pembangunan karakter bangsa
untuk mendukung kemantapan gotong royong
Pencapaian kinerja untuk Sasaran Strategis
3 (SS-3) – “meningkatnya kualitas koordinasi
dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan
manusia dan kebudayaan untuk mendukung
Kemantapan Pembangunan Karakter” diukur
oleh dua indikator kinerja utama (IKU), yaitu
IKU-7 – Indeks kepuasan pemangku kepentingan
atas efektivitas dan efisiensi koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia
dan kebudayaan dalam mendukung Kemantapan
Pembangunan Karakter dan IKU-8 – Jumlah
kebijakan/regulasi bidang PMK yang diarahkan
pada pembangunan karakter bangsa dalam
mendukung kemantapan pembangunan karakter.
Pengukuran kinerja untuk SS-3 diperlihatkan
pada Tabel 3.25
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET CAPAIANREALISASI
[%]
Meningkatnya kualitas
koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan serta
pengendalian pelaksanaan
kebijakan pembangunan
manusia dan kebudayaan yang
diarahkan pada pembangunan
karakter bangsa untuk
mendukung Kemantapan
Pembangunan Karakter
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas
efektivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan dan pelaksanaan, serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan yang
diarahkan pada pembangunan karakter bangsa
dalam mendukung kemantapan gotong royong
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang
mendukung kemantapan gotong royong
5,18 5,21 100,58
(Skala 6)
10 10 100
Tabel 3.25. Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis 3
75Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201974
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Kemenko PMK
Tahun 2019, target akhir dari IKU-7 “Indeks
kepuasan pemangku kepentingan atas efek-
tivitas dan efisiensi koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan ke-
bijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijak-
an pembangunan manusia dan kebudayaan
dalam mendukung Kemantapan Pembangunan
Karakter (IKS-K) adalah angka indeks 5,18 (skala
6). IKU-7 ini merupakan indeks tingkat kepuasan
K/L atas KSP yang dilakukan Kemenko PMK
yang diarahkan pada pembangunan karakter
bangsa untuk mendukung kemantapan gotong-
royong yang diperoleh berdasarkan hasil survei
eksternal yang dilakukan oleh mitra independen.
Sama seperti halnya IKU-3 dan IKU-5, maka
yang diukur dalam survei eksternal adalah (i)
kebijakan, program/kegiatan, dan manfaat KSP,
(ii) persiapan, sarana dan prasarana, pelaksanaan,
dan kompetensi kepemimpinan rapat, serta
(iii) perumusan, monitoring dan evaluasi, serta
tindak lanjut hasil rapat. Survei eksternal ini
menggunakan metode indepth interview dan
self enumeration dengan pendampingan penuh.
Metode Indepth interview dilakukan ketika
petugas pencacah atau enumerator dapat
diberikan kesempatan oleh responden untuk
melakukan wawancara langsung dan probbing
untuk menggali semua informasi dari responden.
Sedangkan metode self enumeration dengan
pendampingan penuh dilakukan ketika responden
ingin melakukan sendiri kuesioner yang dilakukan
oleh enumerator, maka enumerator berkewajiban
memberikan penjelasan kepada responden setiap
pertanyaan yang ada pada kuesioner sebelum
dilakukan pengisian.
Berdasarkan hasil survei eksternal, capaian IKS-K
Kemenko PMK adalah 5,21. Berarti, realisasi
capaian terhadap target indikator ini adalah
100,58%. Pencapaian IKU-7 ini menandakan
bahwa persepsi pemangku kepentingan terhadap
efektivitas dan efisiensi koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian (KSP) program/kegiatan yang
diarahkan pada pembangunan karakter yang
mendukung kemantapan gotong royong yang
dilakukan oleh Kemenko PMK telah berhasil
mencapai target.
Capaian IKS-K tahun 2019 ini mengalami
peningkatan dibandingkan dengan capaian
IKS-K tahun 2018 yang sebesar 5,11. Hal ini
memperlihatkan bahwa persepsi pemangku
kepentingan yang semakin baik terhadap
efektivitas dan efisiensi koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian (KSP) program/kegiatan yang
mendukung kemantapan gotong royong yang
dilakukan oleh Kemenko PMK. Bahkan, capaian
IKS-K tahun 2019 telah mencapai predikat
‘Sangat Memuaskan’, predikat tertinggi dari
nilai persepsi. Bila dibandingkan dengan target
IKS-K dalam Renstra Kemenko PMK tahun 2019
yang sebesar 5,18 (sangat memuaskan), maka
nilai IKS-B tahun 2019 telah mencapai target.
Kedepannya, predikat ‘Sangat Memuaskan’ ini
harus dipertahankan. Tentunya, diperlukan kerja
keras agar pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian program/kegiatan yang
diarahkan pada pembangunan karakter bangsa
dalam mendukung kemantapan gotong royong
oleh Kemenko PMK dapat diapresiasi para
pemangku kepentingan dan hasil predikat
‘Sangat Memuaskan’ tetap diberikan.
IKU-7 Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan atas Efektivitas dan Efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan yang diarahkan pada pembangunan karakter bangsa dalam mendukung kemantapan Gotong Royong
75Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201974
Kepuasan pemangku kepentingan atas
efektivitas dan efisiensi koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian yang dilakukan Kemenko
PMK di antaranya terhadap kebijakan/ program/
kegiatan Jaminan Kesehatan Nasional, Revolusi
Mental, penguatan pendidikan karakter
dan Pancasila, Pemajuan kebudayaan, dan
Keolahragaan.
1. Jaminan Kesehatan Nasional
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
merupakan program strategis nasional dalam
menjamin pemenuhan kebutuhan dasar
rakyat. Rakyat yang sehat merupakan modal
dasar dalam membangun masyarakat yang
sejahtera, maju, dan berkebudayaan. Program
JKN diselenggarakan berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas dengan
tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan.
Tabel 3.26. Capaian Realisasi Kepesertaan JKN
PROGRAM%REALISASI
[106 Jiwa]TARGET
[106 Jiwa] %REALISASI[106 Jiwa]
TARGET[106 Jiwa] %REALISASI
[106 Jiwa]TARGET
[106 Jiwa]
RPJMN 2015-2019TAHUN 2019TAHUN 2018
JKN 251,7 215,7 85,70 254,8 223,3 87,64 254,8 223,3 87,64
Tabel 3.26 menunjukkan bahwa pada tahun
2019 kepesertaan JKN mencapai 223,3
juta jiwa atau sebesar 87,6% dari target
yang ditetapkan sebesar 254,8 juta jiwa.
Kepesertaan JKN tahun 2019 ini di antaranya
merupakan peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI) seperti yang ditunjukkan Tabel 3.27.
Jika dibandingkan tahun 2018 yang sebesar
215,7 juta jiwa, maka capaian tahun 2019
telah mengalami peningkatan. Capaian tahun
2019 masih lebih rendah dari target RPJMN
2015-2019 yang sebesar 254,8 juta jiwa atau
realisasinya 87,64%.
Tabel 3.27. Realisasi Kepesertaan JKN Tahun 2019
No. SEGMEN PESERTA JUMLAH, [Jiwa]
1 PBI APBN 96.516.666
2 PPU 53.529.136
3 PBPU 30.248.656
4 BP 5.012.085
5 PBI APBD 38.842.476
JUMLAH 223.334.804
Belum optimalnya pencapaian atas target
kepesertaan JKN sesuai target RPJMN 2015-
2019 dimungkinkan mengingat beberapa
permasalahan yang masih dihadapi, seperti:
(1) masih adanya Badan Usaha (BU) yang
belum tertib (tidak mendaftarkan semua
pekerja dan mendaftarkan di bawah upah yang
diterima pekerja) mendaftarkan pekerjanya
dalam program JKN; (2) tingkat keaktifan
peserta Pekerja Bukan Penerima Upah/PBPU
(informal/mandiri) hanya mencapai 53,7%;
serta terdapat 27,443 juta data peserta
bermasalah yang sampai dengan saat ini
terus dilakukan pembersihan data (cleansing)
77Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201976
bersama K/L terkait (Kemendagri, Kemensos,
Kemenkes, BPKP, dan BPJS Kesehatan).
Dalam upaya meningkatkan kepatuhan
pemberi kerja dan mendorong kepesertaan
dalam program JKN, Kemenko PMK bersama
K/L sedang menginisiasi penerbitan Instruksi
Presiden kepada Pimpinan K/L untuk
mempersyaratkan kepesertaan jaminan sosial
dalam pemberian pelayanan publik.
2. Revolusi Mental
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)
tahun 2015-2019 dilaksanakan berdasarkan
Inpres No. 12 tahun 2016, di mana Kemenko
PMK diberi tugas untuk melakukan koordinasi,
sinkronisasi, serta pengendalian pelaksanaan
GNRM. Selama lima tahun pelaksanaan, GNRM
sudah membawa perubahan yang positif dan
nyata untuk bangsa Indonesia.
Revolusi Mental memiliki tiga tujuan. Pertama,
untuk membangkitkan kesadaran dan
membangun sikap optimistik dalam menatap
masa depan Indonesia sebagai negara dengan
kekuatan besar untuk berprestasi tinggi dan
produktif sehingga menjadi bangsa yang
maju dan modern. Kedua, untuk mengubah
cara pandang, cara pikir, sikap, perilaku, dan
cara kerja yang berorientasi pada kemajuan
dan kemodernan sehingga Indonesia menjadi
bangsa yang besar dan berdaya saing sehingga
mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa
lain. Ketiga, untuk mewujudkan Indonesia
yang berdaulat dalam politik, berdikari
dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam
kebudayaan melalui pembentukan manusia
Indonesia baru yang unggul.
GerakanIndonesiaBersatu
GerakanIndonesiaMelayani
GerakanIndonesia
Bersih
GerakanIndonesia
Tertib
GerakanIndonesia
Mandiri
Konsistensi cara pandang Pemerintah yang berorientasi pada pemenuhan hak sosial warga negara terhadappelayanan dasar secara merata dan tanpa diskriminasi
Peningkatan fasilitas pe-layanan publik dengan terus berkomitmen dalam pemban-gunan fasilitas Mal Pelayanan Publik sebagai perluasan dari Pelayanan Terpadau Satu Pintu
Pembangunan infrastruktur yangmemungkinkan terjadinya perubahanberkesinambungan di bidang sosial dan ekonomi
Konsistensi cara kerja Pemerintahdengan pendekatan pembangunan yangberfokus terhadap kepentingan publik
Sosialisasi dan implementasi GNRM Kepada Masyarakat
Gambar 3.15. Lima Program GNRM
77Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201976
Gambar 3.16. Indeks Dimensi Penyusun ICRM Indonesia, 2018
Melalui Program Strategi Penguatan pusat-
pusat perubahan gerakan Revolusi Mental,
Gerakan Nasional Revolusi Mental fokus pada
lima program besar, yaitu Gerakan Indonesia
Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan
Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri,
dan Gerakan Indonesia Bersatu.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan
penguatan pusat-pusat perubahan revolusi
mental melalui lima gerakan tersebut,
diperlukan data dan informasi yang dapat
menjadi ukuran dan monitor, sejauh mana
nilai-nilai dalam lima gerakan telah menjadi
bagian dalam kehidupan bangsa. Dalam
hal ini, Kemenko PMK bekerja sama dengan
BPS, menyusun suatu Indeks Capaian
Revolusi Mental (ICRM) yang dimaksudkan
untuk memberikan gambaran atau capaian
revolusi mental ditinjau dari persepsi
masyarakat atas kondisi sekitarnya dan
apresiasi masyarakat yang mendukung
tumbuhnya lima dimensi gerakan revolusi
mental.
Pada Gambar 3.16, terlihat capaian ICRM
Indonesia pada tahun 2018 sebesar 67,01,
artinya masih butuh usaha keras di antara
para pelaku perubahan dalam mempraktikkan
dan membudayakan nilai-nilai tujuan revolusi
mental. Capaian tertinggi terletak pada Gerakan
Indonesia Melayani yang baru mencapai angka
78,90%. Artinya sebanyak 78,90% masyarakat
setuju bahwa negara telah hadir melindungi
kepentingan warganya melalui implementasi
nyata pelayanan publik yang cepat, tidak
bertele-tele, jelas dari segi biaya, dan tanggap
terhadap keluhan masyarakat. Dimensi dengan
capaian terendah adalah Dimensi Gerakan
Indonesia Mandiri, yang baru mencapai
47,25%. Artinya, apresiasi masyarakat dalam
mendukung kemajuan Gerakan Indonesia
Mandiri melalui capaian setiap indikator
penyusunnya baru mencapai 47,25%.
65,42
78,90
47,25
75,5067,99
Gerakan Indonesabersatu
Gerakan IndonesaMelayani
Gerakan IndonesaBersih Gerakan Indonesa
Tertib
ICRM, [%]
Gerakan IndonesaMandiri
79Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201978
Secara rata-rata, dari 34 provinsi yang
tersebar di penjuru Indonesia, terdapat 15
provinsi yang menghasilkan nilai ICRM di atas
angka nasional, sedangkan sisanya berada
di bawah angka nasional. Bali merupakan
provinsi dengan ICRM tertinggi, yaitu
80,03%. Sedangkan ICRM terendah adalah
Papua, yaitu 54,11%, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.17.
54,1
1
57,8
0
59,6
6
60,1
8
61,2
7
61,3
0
61,3
6
62,1
4
62,2
0
62,8
2
63,8
7
64,2
8
64,7
0
64,7
6
65,1
5
65,3
7
65,4
5
66,1
3
66,5
0
67,0
1
67,8
5
68,5
1
68,5
5
68,9
5
69,0
0
69,0
5
70,1
2
71,2
4
71,5
9
72,1
5
72,8
5
74,2
3
75,2
7
78,0
4
80,0
3
ICRM
, [%
]
PROVINSI, [-]
Gambar 3.17. Indeks Capaian Revolusi Mental (ICRM) menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2018
Sumber: BPS Indeks Capaian Revolusi Mental, 2018
3. Penguatan Pendidikan Karakter dan
Pancasila
Salah satu Nawacita Presiden Joko Widodo
adalah memperkuat pendidikan karakter
bangsa. Menindaklanjuti hal tersebut Kemenko
PMK melakukan fungsi KSP atas program
pendidikan karakter siswa melalui program
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
dan Pendidikan Pancasila. Pembentukan
karakter ditanamkan melalui empat aspek,
yaitu olah pikir, olah hati, olah rasa/karsa,
dan olah raga. PPK bertujuan menanamkan
nilai-nilai pembentukan karakter bangsa
secara masif dan efektif melalui lembaga
pendidikan dengan prioritas nilai-nilai
tertentu yang menjadi fokus pembelajaran,
pemahaman, pengertian, dan praktik. Nilai-
nilai tersebut diharapkan dapat mengubah
perilaku, cara berpikir, dan cara bertindak.
PPK memfokuskan pada penguatan lima
nilai utama, yaitu religius, nasionalis, gotong
royong, mandiri, dan integritas. PPK dilakukan
secara menyeluruh dan sistematis mulai dari
PAUD, SD, SMP, SMA/SMK.
Nilai-nilai PPK ini sebenarnya merupakan
turunan dari tiga nilai utama GNRM, yaitu
Integritas, Etos Kerja, dan Gotong Royong.
Revolusi Mental inilah yang kemudian menjadi
dasar penguatan pendidikan karakter dan
pendidikan Pancasila. Hal ini sesuai dengan
amanat Perpres No. 87 Tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter, di mana PPK
ini didefinisikan sebagai gerakan pendidikan
di bawah tanggung jawab satuan pendidikan
untuk memperkuat karakter peserta didik
melalui harmonisasi olah hati, olah rasa,
olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan
dan kerja sama antara satuan pendidikan,
keluarga, dan masyarakat sebagai bagian
79Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201978
dari GNRM. Terlihat pada Gambar 3.18, PPK
ditargetkan untuk diterapkan di 218.989
sekolah. Untuk jumlahnya meningkat pesat
dari awal program ini dimulai pada 2016 yang
hanya dilaksanakan di 542 sekolah. Melonjak
menjadi 64.213 sekolah di 2017, sementara
pada 2018 jumlahnya mencapai 188.646
sekolah.
Gambar 3.18. Grafik Perkembangan PPK Tahun 2016-2019
25000
20000
10000
15000
5000
0
Sebelum Perpres Setelah Perpres No.87 Tahun 2017
2016
542
218.989
2017 2018 2019+
Total Sekolah:
218,989 Sekolah
PPK telah tersosialisasi setelah
terbitnya Perpres 87/2017 tentang
PPK melalui kegiatan sosialisasi, Surat
Edaran, Permendikbud dan metode
pengimbasan.
Sasaran PPK:
Peserta Didik, Guru, Kepala Sekolah,
KomiteSekolah, Pengawas, Dinas
Kependidikan Provinsi Kabupaten/kota
dan seluruh UPT kemendikbud
di daerah.
64.213
188.646
4. Pemajuan Kebudayaan
Dalam upaya implementasi Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan oleh Kementerian/Lembaga
dan stakeholders terkait, Kemenko PMK
bersama dengan Kemdikbud, Bappenas,
dan BPS melaksanakan peluncuran Indeks
Pembangunan Kebudayaan (IPK). Indeks
Pembangunan Kebudayaan ini diperlukan
untuk mengukur capaian pembangunan
kebudayaan sesuai dengan amanat Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Pemajuan Kebudayaan.
Penyusunan IPK mengacu pada kerangka
pengukuran kebudayaan yang disusun
UNESCO yaitu Culture Development
Indicators (CDIs), serta menyesuaikan
dengan dinamika dan kebutuhan
pembangunan kebudayaan di tingkat
nasional dan daerah. Terdapat 31 indikator
penyusun indeks tersebut yang dirangkum
dalam tujuh dimensi pengukuran, di
antaranya Ekonomi Budaya, Pendidikan,
Ketahanan Sosial Budaya, Warisan Budaya,
Ekspresi Budaya, Budaya Literasi, dan
Gender. Adapun metode dan sumber data
dikembangkan untuk menghitung angka
Indeks Pembangunan Kebudayaan secara
nasional dari 34 provinsi di Indonesia.
Indeks Pemajuan Kebudayaan sendiri
bukan menilai mengenai nilai budaya
daerah, melainkan mengukur capaian
pembangunan kebudayaan di daerah.
PP
K, [
seko
lah
]
Tahun, [-]
81Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201980
30,55
69,67
36,5741,11
72,84
55,03
54,97
Pendidikan
Gender
Budaya Literasi
Ekspresi Budaya
Warisan Budaya
Ketahanan SosialBudaya
Ekonomi Budaya
IPK, [%]
Gambar 3.19. Indeks Pembangunan Kebudayaan Tahun 2018
Pada tahun 2019, Indeks Pembangunan
Kebudayaan yang dihitung berdasarkan
data yang ada di tahun 2018 menunjukkan
angka 53,74. Dari 7 dimensi yang diukur,
dimensi ketahanan sosial budaya memiliki
nilai yang paling tinggi dengan angka 72,84,
sedangkan dimensi IPK yang terendah
adalah dimensi ekonomi budaya di angka
30,55. Berdasarkan hasil penghitungan di
provinsi, Provinsi DI Yogyakarta memiliki
IPK paling tinggi sebesar 73,79 dan provinsi
paling rendah adalah Provinsi Papua
sebesar 46,25. Dari total 34 provinsi, sejumlah
21 provinsi memiliki Indeks Pembangunan
Kebudayaan di bawah angka nasional.
Upaya pemajuan kebudayaan Indonesia tidak
hanya dilakukan di dalam negeri, melainkan
juga digaungkan di luar negeri. Situs
Warisan Budaya Tambang Batubara Ombilin
Sawahlunto telah ditetapkan sebagai Warisan
Dunia pada Sidang Komite Warisan Dunia
ke-32 yang berlangsung di Baku, Azerbaijan,
pada 30 Juni-10 Juli 2019. Penetapan ini
merupakan perwujudan dari diplomasi
kebudayaan Indonesia dan dilakukan
bersama-sama dengan Kemdikbud.
5. Keolahragaan
a. PON XX PAPUA 2020
Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah pesta
olahraga nasional di Indonesia yang diadakan
setiap empat tahun sekali dan diikuti seluruh
provinsi di Indonesia, Pekan Olahraga
Nasional ini sebagai wadah bagi para atlet
untuk menampilkan kemampuannya agar
bisa menjadi yang terbaik dan bertujuan
untuk memelihara persatuan dan kesatuan
bangsa, menjaring bibit atlet potensial dan
meningkatkan prestasi olahraga.
Rapat Anggota Tahunan (RAT) Komite
Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Tahun
2014 yang dihadiri sebanyak 94 peserta, 34
KONI Pengurus Provinsi dan 60 Pengurus
Besar/Pengurus Pusat, dalam rapat tersebut
81Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201980
melalui mekanisme pemungutan suara,
Papua terpilih sebagai tuan rumah untuk PON
dan PEPARNAS Tahun 2020 mengalahkan
Bali, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan dan Aceh. Penetapan Papua sebagai
tuan rumah diperkuat dengan penetapan
melalui Surat Keputusan (SK) Menpora No.
0110 tahun 2014 tertanggal 2 April 2014.
Dalam mendukung penyelenggaraan Pekan
Olahraga Nasional XX dan Pekan Paralimpik
Nasional XVI Tahun 2020, Presiden
Republik Indonesia mengeluarkan Inpres
No. 10 Tahun 2017 untuk menginstruksikan
kepada Kementerian dan Lembaga serta
Gubernur, Walikota, dan Bupati terkait untuk
mengambil langkah-langkah pembangunan
dan langkah-langkah yang diperlukan sesuai
tugas, fungsi dan kewenangan masing-
masing secara terkoordinasi dan terintegrasi
untuk mendukung penyelenggaraan PON
XX dan Peparnas XVI Tahun 2020 di Provinsi
Papua sesuai dengan Master Plan yang
sudah ditetapkan. Secara khusus Presiden
menginstruksikan kepada Menko PMK untuk
mengoordinasikan perencanaan, persiapan,
dan pelaksanaan penyelenggaraan PON XX
dan PEPARNAS XVI Tahun 2020 di Provinsi
Papua. Selain itu, untuk mengakomodasi
K/L yang belum masuk dalam Inpres 10
tahun 2017 telah disiapkan rancangan Inpres
percepatan dukungan penyelenggaraan PON
XX dan Peparnas XVI.
b. SEA Games 2019 Filipina
Terkait dengan capaian lainnya di tahun 2019,
Kemenko PMK juga telah melaksanakan KSP
Persiapan Kontingen Indonesia mengikuti
Sea Games Filipina 2019. SEA Games ke-30
Filipina Tahun 2019, diselenggarakan pada
30 November – 12 Desember 2019, di empat
kluster terpisah, yaitu: Metro Manila, Subic,
Clark City, dan Southern Luzon, dengan
mempertandingkan 56 cabang olahraga dan
memperebutkan 650 medali emas.
Indonesia mengirimkan kontingen yang
berkekuatan 841 atlet dan 462 official yang
bertanding di 52 cabang olahraga, dengan
target 54 medali emas dan dapat memperbaiki
peringkat dari Sea Games sebelumnya yaitu
peringkat 5 SEA Games Kuala Lumpur 2017.
Pada saat pelepasan kontingen, Presiden
Republik Indonesia menargetkan Indonesia
dapat duduk pada peringkat kedua. Secara
realistis target untuk dapat duduk diperingkat
kedua akan sulit dicapai mengingat Indonesia
mengirimkan kontingen yang terdiri dari 60%
atlet muda, yang menjadikan SEA Games
sebagai sasaran antara untuk Asian Games
dan Olimpiade. Di samping itu, penentuan
cabang olahraga dan nomor pertandingan
dalam penyelenggaraan SEA Games
sangat didominasi oleh potensi tuan rumah
mendapatkan medali sebanyak mungkin,
sehingga banyak terdapat cabang olahraga
dan nomor pertandingan yang memang tidak
biasa dan tidak dimiliki oleh Indonesia. Hasil
akhir SEA Games 2019, Indonesia berhasil
melampaui target 54 Medali Emas dengan
berhasil meraih 72 Medali Emas dan berada
pada peringkat 4 besar.
83Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201982
Tabel 3.28. Capaian RPJMN 2015-2019 Bidang Olahraga
INDIKATORNo. CAPAIAN2019
CAPAIAN2018
CAPAIAN2017
BASELINE 2014
SASARAN2019
1. Budaya olahraga Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
• Meningkatnya persentase penduduk 26,9 27,61 (2015) 31,33 35,0 35,0*) berusia 10 tahun ke atas yang melakukan olahraga [%]
• Peserta olahraga massal, petualang, 8.000 8.000 14.000 8.000 8.000*) tantangan dan wisata [orang/tahun]
2. Prestasi Olahraga Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
• Peringkat pada Asian Games 17 - 4 4) 4)
• Peringkat pada Asian Para Games (PG 9 - 5 4) 4)
• Peringkat pada SEA Games 5 1) 5 4) 4 1) 4
• Peringkat pada ASEAN 2 1 4) 1 (Juara Umum) Pelaksanaan
Para Games (PG) 2020
• Olahragawan andalan yang dibina 2.000 1.320 1.453 2.000 2.000
[orang/tahun]
• Bibit olahragawan yang difasilitasi 16.000 12.400 16.400 16.000 16.000
dalam Pemanduan Bakat Cabang
Olahraga Unggulan [orang/tahun]
• Olahragawan yang difasilitasi dalam 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
pengembangan olahragawan
berbakat [orang/tahun]
• Jumlah PPLP/PPLM yang memenuhi n.a n.a n.a* 30 30
standar [unit]
• Penghargaan kepada olahragawan dan
tenaga keolahragaan yang berprestasi
(Emas/Perak/Perunggu) 2)
4/5/11
(Asian
Games 2014)
9/11/18
(Asian PG
2014)
38/63/90
(SEA Games
2017)
126/75/50
(Asean PG
2017)
31/24/43
(Asian Games
2018)
37/47/51
(Asian PG
2018)
60/63/90 1) 3)
(SEA Games
2019)
4) (Asean
PG 2019)
4/5/11
(Asian
Games 2014)
9/11/18
(Asian PG
2014)
Keterangan: 1) Perbaikan Target, 2) Indikator Baru, 3) Prediksi Sesuai Target Peringkat, 4) Tidak ada even pada tahun dimaksud
Perjanjian Kinerja Kemenko PMK Tahun
2019, target dari Indikator Kinerja Utama
(IKU-8) – “Jumlah kebijakan/regulasi bidang
PMK yang diarahkan pada pembangunan
karakter untuk mendukung kemantapan
gotong royong” adalah 10 kebijakan. Sama
seperti IKU-4 dan IKU-6, maka IKU-8 ini
pun merupakan hasil rekomendasi dari Tim
Evaluator Reformasi Birokrasi KemenPAN-
RB tahun 2018 yang kemudian dijadikan
dasar reviu atas Rencana Strategis
Kemenko PMK tahun 2019. Tentunya, IKU-
IKU-8 Jumlah kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukungkemantapan gotong royong
83Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201982
8 ini merupakan IKU yang pertama kali
dijadikan Perjanjian Kinerja Kemenko PMK,
sehingga tidak bisa dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya.
Sebagaimana diperlihatkan pada Tabel
3.29, maka pada tahun 2019, capaian IKU-
8 adalah 10 kebijakan. Berarti, realisasi
capaian IKU-6 adalah 100%. Keberhasilan
atas realisasi IKU-8 ini lebih banyak
disebabkan oleh peran Kemenko PMK
dalam mengoordinasikan dan menyin-
kronisasikan perumusan dan penetapan
kebijakan bidang pembangunan manusia
dan kebudayaan dengan kementerian/
lembaga lain. Kebijakan yang akan disusun
didasarkan pada proses penyusunan
bertahap (cascading), berjenjang mulai
dari analis kebijakan dalam penyediaan
data, lalu dirumuskan oleh Pejabat Eselon
IV menjadi bahan draf usulan rekomendasi
kebijakan yang kemudian oleh pejabat
Eselon III dirumuskan menjadi Draf Usulan
Rekomendasi Kebijakan. Selanjutnya, Pejabat
Eselon II akan mensintesis menjadi Usulan
Rekomendasi Kebijakan. Pejabat Eselon I akan
memperluas cakupan usulan rekomendasi
kebijakan ini sehingga menjadi rekomendasi
Kebijakan yang kemudian pada akhirnya
Menteri Koordinator merumuskannya dan
menetapkannya menjadi Kebijakan. Melalui
perjalanan panjang penyusunan kebijakan
dan keterlibatan para analis kebijakan
secara berjenjang (cascading) diharapkan
dapat menghasilkan sebuah kebijakan yang
berkualitas.
Kebijakan yang telah dikoordinasikan dalam
mendukung pencapaian Jumlah Kebijakan/
Regulasi bidang PMK yang mendukung
kemantapan pemberdayaan terlihat pada
Tabel 3.29.
No. KEBIJAKAN/REGULASI
1. Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2019 Tentang Penguatan Dan Pengembangan Sistem Informasi Gempa Bumi
dan Peringatan Dini Tsunami
2. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pri
oritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019
3. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penanganan Konflik Sosial
di Bidang Sosial
4. Surat Keputusan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM RI Nomor 77 Tahun 2016 Tentang Tim Koordinasi
Kementerian/Lembaga dalam Penanggulangan Terorisme
5. Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2019 Tentang Prosedur dan Mekanisme Penyaluran Cadangan Beras
Pemerintah Untuk Penanggulangan Keadaan Darurat Bencana Dan Kerawanan Pangan Pasca Bencana
6. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Dukungan Penyelenggaraan Asian Games XVIII Tahun 2018
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan
8. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah dan
Strategi kebudayaan.
9. Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2018 Tentang Hari Wayang Nasional
10. Peraturan Presiden Nomor 142 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional
Tahun 2018 – 2025
Tabel 3.29. Kebijakan/Regulasi Bidang PMK Yang Mendukung Kemantapan Gotong Royong
85Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201984
Penjelasan lebih rinci mengenai kebijakan/
regulasi bidang PMK dalam mendukung
kemantapan pemberdayaan yang dikoordinasi
oleh Kemenko PMK yang telah dihasilkan
adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2019
Tentang Penguatan Dan Pengembangan
Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan
Dini Tsunami
Sebagai upaya peningkatan keselamatan jiwa
dan mengurangi kerugian materiil masyarakat
dari bencana gempa bumi dan tsunami, telah
disiapkan Perpres Nomor 93 tahun 2019
tentang Penguatan dan Pengembangan
Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami.
Regulasi ini penting untuk mewujudkan
kemandirian dan kehandalan dalam mengelola
pemanfaatan sistem informasi secara
sinergi antar institusi melalui penguatan
peran Kementerian dan Lembaga dalam
peningkatan sistem dan layanan informasi
gempa bumi dan tsunami.
2. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI Nomor
16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2019
Sebagai salah satu sumber pendapatan
Desa, pemanfaatan/penggunaan Dana
Desa, menjadi wajib berdasarkan daftar
kewenangan Desa, hak asal-usul dan
kewenangan lokal berskala Desa. Dana Desa
diprioritaskan untuk pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat. Penggunaan dana
desa dan diatur dengan Peraturan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019.
Berdasarkan pasal 5 dan pasal 10 Permendesa
ini, dana desa dapat digunakan untuk
pencegahan, penanganan dan pemulihan
pascakonflik. Untuk itu Permendesa ini untuk
menindaklanjuti URK Penanggulangan Konflik
Sosial, URK Optimalisasi Peran Kelembagaan
Penyelesaian Konflik dan URK Pemulihan
Pascakonflik.
3. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 26
Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Penanganan Konflik Sosial di Bidang Sosial
Dalam Peraturan Menteri Sosial ini, terdapat
Bab II Pencegahan Konflik Sosial Pasal 3 s.d
Pasal 12 yang memuat beberapa hal terkait
koordinasi, kewenangan, dan program
pencegahan konflik sosial. Dengan adanya
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2017 tersebut, Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah daerah dapat
menyusun program-program terkait dengan
pencegahan konflik sosial, misal pembentukan
forum keserasian sosial, penguatan pranata
sosial, forum dialog, sarasehan, dan lain-lain.
4. Surat Keputusan Menteri Koordinator Politik,
Hukum, dan HAM RI Nomor 77 Tahun 2016
Tentang Tim Koordinasi Kementerian/
Lembaga dalam Penanggulangan Terorisme
SK Menkopolhukam Nomor 77 tahun 2016
merupakan salah satu output tugas dan
fungsi Kemenko PMK terkait tanggung
jawab untuk melakukan sinkronisasi
program Kementerian/Lembaga, dan
terkait penanggulangan terorisme. Dengan
terbitnya SK Menkopolhukam ini, Kemenko
PMK mengoordinasikan Kementerian/
Lembaga dalam rangka mendukung
Satgas penanggulangan terorisme di
wilayah NTB, Sulteng, dan Jawa Timur. SK
Menkopolhukam Nomor 77 tahun 2016
tentang Tim Koordinasi Kementerian/
Lembaga dalam Penanggulangan Terorisme
ini disusun untuk menindaklanjuti URK
Penanggulangan Konflik Sosial. Dengan
adanya Satgas Penanggulangan Terorisme
melalui SK Menkopolhukam tersebut, upaya
penanggulangan terorisme diharapkan bisa
berjalan secara optimal.
85Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201984
5. Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun
2019 Tentang Prosedur dan Mekanisme
Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah
Untuk Penanggulangan Keadaan Darurat
Bencana Dan Kerawanan Pangan Pasca
Bencana
Permensos ini mengatur prosedur dan
mekanisme penyaluran CBP (Cadangan Beras
Pemerintah) untuk penanggulangan keadaan
darurat bencana dan kerawanan pangan
pascabencana dengan tahapan penyaluran:
penetapan status darurat bencana oleh
pemda serta penunjukkan instansi dinas sosial
provinsi/kabupaten/kota sebagai penyedia
data penerima bantuan dan penyalur beras
bantuan sosial.
6. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2016
Tentang Dukungan Penyelenggaraan Asian
Games XVIII Tahun 2018
Instruksi Presiden ini dimaksudkan untuk
memperlancar penyelenggaraan dan sukses
prestasi Indonesia dalam Asian Games
XVIII Tahun 2018. Dampaknya Inpres ini
adalah suksesnya Indonesia dalam prestasi,
penyelenggaraan, dan juga administrasi.
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017
Tentang Pemajuan Kebudayaan
Pemajuan Kebudayaan merupakan upaya
meningkatkan ketahanan budaya dan
kontribusi budaya Indonesia di tengah
peradaban dunia melalui Perlindungan,
Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan
Kebudayaan. Pemajuan Kebudayaan bertujuan
untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya
bangsa, memperkaya keberagaman budaya,
memperteguh jati diri bangsa, memperteguh
persatuan dan kesatuan bangsa, mencerdaskan
kehidupan bangsa, meningkatkan citra
bangsa, mewujudkan masyarakat madani,
meningkatkan kesejahteraan rakyat,
melestarikan warisan budaya bangsa,
dan mempengaruhi arah perkembangan
peradaban dunia, sehingga Kebudayaan
menjadi haluan pembangunan nasional.
Perwujudan dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan
salah satunya adalah Pekan Kebudayaan
Nasional (PKN) dalam rangka melestarikan
dan menggiatkan kegiatan kebudayaan
tingkat nasional dan Indeks Peluncuran
Kebudayaan (IPK) dalam mengukur capaian
pembangunan kebudayaan.
8. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2018
Tentang Tata Cara Penyusunan Pokok Pikiran
Kebudayaan Daerah dan Strategi kebudayaan
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah merupakan
dokumen yang memuat kondisi faktual dan
permasalahan yang dihadapi daerah dalam
upaya Pemajuan Kebudayaan beserta usulan
penyelesaiannya. Peraturan Presiden ini
mengatur tata cara penyusunan Pokok Pikiran
Kebudayaan Daerah kabupaten/kota, tata
cara penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan
Daerah provinsi, tata cara penyusunan Strategi
Kebudayaan, pemantauan dan evaluasi, dan
pendanaan.
9. Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2018
Tentang Hari Wayang Nasional
Wayang Indonesia telah tumbuh dan
berkembang menjadi aset budaya nasional
yang memiliki nilai sangat berharga dalam
pembentukan karakter dan jati diri bangsa
Indonesia. United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
telah mengukuhkan wayang Indonesia ke
dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda
Warisan Manusia (Representatiue List of the
Intangible Cultural Heritage of Humanity).
Penghargaan ini merupakan pengakuan
internasional yang mampu meningkatkan citra
positif dan martabat bangsa Indonesia serta
menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan
terhadap wayang Indonesia. Dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kecintaan
87Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201986
masyarakat terhadap upaya pemajuan wayang
Indonesia, Pemerintah menetapkan tanggal 7
November sebagai Hari Wayang Nasional.
10. Peraturan Presiden Nomor 142 Tahun 2018
Tentang Rencana Induk Pengembangan
Ekonomi Kreatif Nasional Tahun 2018 – 2025
Meningkatkan daya saing bangsa dan
kontribusi usaha Ekonomi Kreatif dalam
perekonomian nasional merupakan peran
penting pemerintah, sehingga diperlukan
kerangka strategis pengembangan Ekonomi
Kreatif nasional dalam jangka panjang yang
menjadi pedoman bagi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah secara terintegrasi dan
kolaboratif. Oleh karena itu, perlu didukung
dengan kreativitas sumber daya manusia dan
inovasi dalam penumbuhan usaha kreatif yang
dituangkan dalam bentuk Rencana Induk
Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional
(Rindekraf) yang selaras dengan perencana-
an pembangunan nasional. Rindekraf ini
memuat prinsip pengembangan Ekonomi
Kreatif nasional, visi dan misi, tujuan dan
ruang lingkup, dan arah kebijakan, sasaran,
strategi, dan pemangku kepentingan.
3.3. Realisasi Anggaran Tahun 2019
Pada Tahun 2019 Kemenko PMK mendapat-
kan alokasi anggaran sebesar
Rp342.898.144.000,00. Anggaran tersebut
digunakan untuk mendukung pelaksanaan
tugas Kemenko PMK yang dilakukan melalui
program koordinasi pengembangan kebijakan
pembangunan manusia dan kebudayaan
dan program dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya. Kedua
program tersebut menyerap anggaran sebesar
Rp280.747.806.049,00 atau realisasinya
sebesar 81,87% dengan rincian seperti terlihat
pada Tabel 3.30.
KODE DAN URAIAN PROGRAM
Tabel 3.30. Realisasi Anggaran Kemenko PMK Tahun 2019
PAGU [Rp]
CAPAIAN[Rp]
REALISASI[Rp]
01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan 152.349.144.000 141.906.562.753 93,15 Tugas Teknis Lainnya Kemenko PMK
06 Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan 190.549.000.000 138.841.243.296 72,86 Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
TOTAL 342.898.144.000 280.747.806.049 81,87
Penyerapan anggaran Kemenko PMK yang
masih di bawah 90% di antaranya disebab-
kan, oleh: (1) adanya kebijakan di internal
organisasi untuk melakukan penghematan,
seperti perjalanan dinas menggunakan kelas
ekonomi, baik dalam maupun luar negeri
untuk semua pejabat dan staf, (2) kebijakan
untuk melakukan penghematan pada ke-
giatan monitoring dan evaluasi mengingat
telah efektifnya penggunaan media informasi
dan komunikasi di lingkungan Kemenko PMK,
dan, (3) adanya efisiensi anggaran pengada-
an barang/jasa dari pokok anggaran pada
DIPA Kemenko PMK.
87Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201986
TAHUN PAGU CAPAIAN [%]REALISASI
2018 382.103.310.000 269.130.210.078 70,43
2019 342.898.144.000 280.747.806.049 81,87
Tabel 3.31. Perbandingan Realisasi Anggaran Kemenko PMK Antara Tahun 2018 dan Tahun 2019
Bila dibandingkan dengan serapan anggaran
pada tahun 2018, secara nominal serapan
tahun 2019 lebih besar sebagaimana terlihat
pada Tabel 3.31. Namun, karena pagu DIPA
tahun 2019 lebih kecil daripada pagu DIPA
tahun 2018, secara persentase realisasi
pada TA 2019 menjadi lebih besar. Bila
dibandingkan terhadap penyerapan anggaran
secara nasional, yang sebesar 93,9% dari
total Pagu APBN 2019, maka penyerapan
anggaran Kemenko PMK terlihat lebih rendah.
Hal ini dimungkinkan mengingat beberapa
kegiatan yang tidak bisa terlaksana akibat
gagal pengadaan barang/jasa dan adanya
efisiensi dari proses pengadaan barang/
jasa pada beberapa kegiatan. Meskipun
penyerapan anggaran lebih rendah dari 90%,
namun secara keseluruhan Sasaran Strategis
Kemenko PMK dan target Indikator Kinerja
Utama dapat tercapai dengan baik.
89Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201988
Menko PMK memimpin upacara puncak Ekspedisi Bakti Pemuda PMK utk NKRI di RINDAM IV/
Diponegoro Magelang, Jateng.
89Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201988
BAB IVP E N U T U P
SEPANJANG TAHUN 2019, Kemenko PMK
yang mempunyai tugas membantu Presiden
untuk melaksanakan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian (KSP) urusan kementerian
dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang
pembangunan manusia dan kebudayaan, telah
melaksanakan berbagai kegiatan di bidang
pembangunan manusia dan kebudayaan, melalui
Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya di lingkungan Kemenko
PMK yang didasarkan pada tiga Sasaran Strategis
dan lima Indikator Kinerja Utama yang telah
ditetapkan dalam perjanjian kinerja 2019.
Berbagai upaya untuk mencapai target yang
telah ditetapkan dalam rangka peningkatan
pembangunan manusia dan kebudayaan
tersebut dilakukan melalui proses KSP dalam
proses perencanaan dan pelaksanaan program
dan kegiatan di bidang pembangunan manusia
dan kebudayaan dengan kementerian/lembaga
terkait.
Dari hasil evaluasi kinerja capaian Kemenko PMK
selama tahun 2019 secara umum, seluruh target
kinerja yang telah ditetapkan dalam perjanjian
kinerja 2019 dapat tercapai dengan baik. Seluruh
data dan informasi, serta kendala yang dihadapi
tahun 2019 menjadi masukan dan perbaikan
dalam menyusun rencana program/kegiatan di
tahun selanjutnya.
Guna meningkatkan kinerja Kemenko PMK di
tahun 2020, langkah-langkah rencana tindak
lanjut yang akan dilakukan antara lain:
1. Memaksimalkan fungsi Koordinasi, Sinkronisa-
si, dan Pengendalian (KSP) terhadap program-
program prioritas bidang pembangunan
manusia dan kebudayaan;
2. Melakukan reviu terhadap Renstra Kemenko
PMK 2015-2019;
3. Penetapan Perjanjian Kinerja Kemenko PMK
tahun 2020 dan seterusnya akan dilaksanakan
dengan lebih memperhatikan keberhasilan
kementerian secara berjenjang (cascading)
sampai tingkat Staf.
4. Perlunya proses bisnis yang menetapkan
mekanisme kerja Kemenko PMK dengan
Kementerian/Lembaga agar hasil pem-
bangunan nasional lebih terarah dan tepat
sasaran.
Demikian laporan kinerja ini disusun sebagai
laporan akuntabilitas Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
selama tahun 2019.
91Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201990
Menko PMK menyerahkan beasiswa pendidikan dalam proses pembangunan SMK ‘Aisyiyah Insan Utama Kota
Prabumulih, Sumatera Selatan
91Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201990
LAMPIRANLAMPIRAN 1
Perjanjian Kinerja Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
93Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201992
MENTERI KOORDINATORBIDANG PEMBANGUNAN MANSUIA DAN KEBUDAYAAN
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Puan MaharaniJabatan : Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Pada tahun 2019 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran pernjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Jakarta, Januari 2019
Menteri Koordinator BidangPembangunan Manusia dan Kebudayaan,
Puan Maharani
93Laporan Kinerja KEMENKO PMK 2019Laporan Kinerja KEMENKO PMK 201992
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Kementerian : Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan KebudayaanTahun Anggaran : 2019
Sasaran Strategis TargetIndikator Kinerja
Meningkatnya kualitaskoordinasi dan sinkronisasiperumusan, penetapan, danpelaksanaan kebijakan sertapengendalian pelaksanaankebijakan pembangunanmanusia dan kebudayaanuntuk mendukungkemantapan pelayanan dasardan pemenuhan kebutuhandasarMeningkatnya kualitaskoordinasi dan sinkronisasiperumusan, penetapan, danpelaksanaan kebijakan sertapengendalian pelaksanaankebijakan pembangunanmanusia dan kebudayaanuntuk mendukungkemantapan pemberdayaanMeningkatnya kualitaskoordinasi dan sinkronisasiperumusan, penetapan, danpelaksanaan kebijakan sertapengendalian pelaksanaankebijakan pembangunanmanusia dan kebudayaan yangdiarahkan pada pembangunankarakter bangsa untukmendukung kemantapangotong royong
(1) (3)(2)Tingkat capaian K/L terhadap target Indikator IPM di Bidang 100%PendidikanTingkat capaian K/L terhadap target Indikator IPM di Bidang 100%KesehatanIndeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan 5,18efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, (Skala 6)dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakanpembangunan manusia dan kebudayaan dalam mendukungkemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasarJumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung 15kemantapan pelayanan dasar dan pemenuhan kebutuhan dasarIndeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan 5,20efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan (Skala 6)pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakanpembangunan manusia dan kebudayaan dalam mendukungkemantapan pemberdayaanJumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung 10kemantapan pemberdayaan
Indeks kepuasan Pemangku Kepentingan atas efektivitas dan 5,18efisiensi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan (Skala 6) pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakanpembangunan manusia dan kebudayaan yang diarahkan padapembangunan karakter bangsa dalam mendukung kemantapangotong royong
Jumlah Kebijakan/Regulasi bidang PMK yang mendukung 10kemantapan gotong royong
Program Anggaran (Rp)Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 152.349.114.000,-Kemenko PMKKoordinasi Pengembangan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 190.549.000.000,-Jumlah Anggaran T.A. 2019 342.898.144.000,-
Jakarta, Januari 2019Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,
Puan Maharani
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
Jl. Medan Merdeka Barat No.3Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110
(021) 346 0111 www.kemenkopmk.go.id