lakip kemenko bidang perekonomian tahun 2011 1

59
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2011

Upload: andrew-takumansang

Post on 11-Aug-2015

117 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011

TRANSCRIPT

Page 1: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

TAHUN 2011

Page 2: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1
user
Typewritten text
user
Typewritten text
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Page 3: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

i

Pengantar

P uji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat Nya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011.

Laporan ini merupakan pertanggungjawaban Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam menyelenggarakan Pemerintahan di bidang perekonomian, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian dan Lembaga. Melalui kerja keras serta dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, secara bertahap telah dilaksanakan berbagai kegiatan sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2010 – 2014. Untuk masing-masing kegiatan telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator) sehingga evaluasi terhadap capaian kinerja menjadi jelas, terukur dan akuntabel. Didalam laporan ini disajikan Target dan Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2011 yang terdiri : (1) Indeks Ketahanan Pangan, (2) Indeks Ketahanan Energi, (3) Indeks Percepatan Pembangunan Infrastruktur, dan (4) Indeks Perbaikan Iklim Investasi dan Iklim Usaha. Melalui laporan ini, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berharap dapat memberikan gambaran objektif tentang kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada tahun 2011, walaupun tentunya kita sadari bersama bahwa masih banyak kinerja yang telah kita capai selain IKU tersebut, terutama yang non kwantitatives yang sampai saat ini hal tersebut belum sepenuhnya dapat terfasilitasi dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah kita. Kepada semua Pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan buku ini, kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, Maret 2012 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian M. HATTA RAJASA

user
Typewritten text
ttd.
Page 4: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

ii

Ringkasan Eksekutif

Dalam rangka memenuhi amanat Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) Tahun 2011.

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: PER-

03/M.EKON/07/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian tanggal 4 Juli 2007 Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian mempunyai tugas membantu presiden dalam

mensinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan,

dan pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut di atas, Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian mempunyai rencana stratejik yang berorientasi pada hasil

yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 tahun yaitu Tahun 2010-2014, yang

antara lain mencakup Visi, Misi, Tujuan, serta sasaran yang ingin dicapai

berdasarkan pada outcome.

Untuk mengukur keberhasilan dari implementasi Rencana Stratejik tahun 2011,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menetapkan target untuk masing-

masing sasaran yang akan dicapai sesuai dengan Instruksi Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian Nomor. 1 Tahun 2008 tentang Sistem Manajemen

Kinerja Berbasis Strategi Kemenko Bidang Perekonomian, Permenko nomor Per-

02/M.EKON/02/2010 tentang IKU di lingkungan Kemenko Bidang Perekonomian,

dan Surat Edaran nomor SE-07/SESM.EKON/06/2011 tentang pengukuran

capaian IKU Kemenko Bidang Perekonomian, dan evaluasi terhadap

Page 5: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

iii

capaian target Key Performance Indicators (KPIs) Tematik, Quick

Win.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara

transparan, baik kepada Pimpinan di Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian maupun kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sehingga dapat memberikan

umpan balik guna peningkatan kinerja pada tahun-tahun yang akan datang.

Page 6: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

iv

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ………………………………………………………………………….… i

Ikhtisar ksekutif ……………………………………………………………..……………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang …………………………………………………………… 1

B. Tugas Pokok dan Fungsi ……………………………………….…… 1

C. Struktur Organisasi ………………………………………...………. 2

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Visi …………………………………………….………..………..… 4

B. Misi ……………………………………………………………………….. 4

C. Tujuan ……………………………………………………………………… 4

D. Sasaran Strategis ……………………………………………………….. 5

E. Rencana dan Perjanjian Kinerja Tahun 2011 ……………….. 8

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Pengukuran Capaian Kinerja …………………………………… 11

B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja … ……………………….. 13

BAB IV PENUTUP

LAMPIRAN :

Lampiran 1. Form Rencana Kinerja Tahun 2011 (RKT)

Lampiran 2. Form Pengukuran Kinerja 2011

Lampiran 3. Laporan Capaian Target IKU Tahun 2011

Page 7: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai salah satu unsur

pelaksana pemerintah, mempunyai peranan yang strategis dalam mengkoordinasikan

perencanaan dan penyusunan kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di

bidang perekonomian.

Sebagai organisasi yang menangani masalah koordinasi di bidang perekonomian,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memerlukan pembenahan sistem

koordinasi dan sinkronisasi yang baik dengan didukung oleh aparatur birokrat yang

profesional. Sejalan dengan itu maka pembangunan aparatur negara dilakukan melalui

reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

B. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik

Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir melalui Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi

Kementerian/Lembaga bahwa Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

mempunyai tugas membantu presiden dalam mensinkronkan dan

mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan

di bidang perekonomian.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian menyelenggarakan fungsi:

a) Koordinasi perencanaan dan peyusunan kebijakan di bidang perekonomian;

b) Sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian;

c) Pengendalian penyelenggaraan kebijakan, sebagaimana dimaksud pada huruf

a dan huruf b;

d) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;

Page 8: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 2

e) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

f) Pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh presiden;

g) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas

dan fungsinya kepada presiden.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi, Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian mengkoordinasikan:

1. Kementerian Keuangan;

2. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

3. Kementerian Perindustrian;

4. Kementerian Perdagangan;

5. Kementerian Pertanian;

6. Kementerian Kehutanan;

7. Kementerian Perhubungan;

8. Kementerian Kelautan dan Perikanan;

9. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

10. Kementerian Pekerjaan Umum;

11. Komunikasi dan Informasi;

12. Kementerian Riset dan Teknologi;

13. Kementerian Negara Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah;

14. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal;

15. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara.

Kemudian dalam Peraturan Presiden RI Nomor 10 tahun 2005 tentang Unit

Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana

terakhir diubah dengan Peraturan Presiden RI Nomor 17 Tahun 2007, Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian terdiri dari:

1. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan;

2. Deputi Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan;

3. Deputi Bidang Koordinasi Energi, Sumber Daya Mineral dan Kehutanan;

4. Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan;

5. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah;

Page 9: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 3

6. Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembiayaan

Internasional;

7. Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

8. Staf Ahli Bidang Hukum dan Kelembagaan;

9. Staf Ahli Bidang Persaingan Usaha;

10. Staf Ahli Bidang Penanggulangan Kemiskinan;

11. Staf Ahli Bidang Investasi dan Kemitraan Pemerintah-Swasta;

12. Staf Ahli Bidang Ketenagakerjaan;

13. Staf Ahli Bidang Inovasi Teknologi dan Lingkungan Hidup;

14. Inspektorat.

Seiring dengan perkembangan kebutuhan organisasi, sekaligus untuk

meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas koordinasi di bidang perekonomian, maka

sesuai dengan persetujuan dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara melalui

surat Nomor: S-1575/M.PAN/6/2007, telah ditetapkan Peraturan Menteri Koordiansi

Bidang Perekonomian Nomor: PER-03/M.EKON/07/2007 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Koordiantor Bidang Perekonomian sebagai pengganti Peraturan

Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian sebelumnya.

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, tertuang

dalam bagan struktur organisasi sebagai berikut;

Page 10: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 4

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

2010-2014 merupakan proses yang berkelanjutan dan sistematis dalam rangka

melaksanakan kebijakan di bidang perekonomian untuk mewujudkan tercapainya

sasaran strategis yang telah ditetapkan. Renstra Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian mencakup visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis sebagai berikut:

A. Renstra 2010-2014

1. Visi

“Terwujudnya lembaga koordinasi dan sinkronisasi pembangunan

ekonomi yang efektif dan berkelanjutan”.

Visi ini menunjukkan bahwa Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

mempunyaia tugas untuk mengkoordinasikan program/kegiatan dan kebijakan bagi

pengembangan perekonomian Indonesia sehingga dapat menjadi suatu

perekonomian nasional yang mandiri untuk memperkokoh kondisi dalam negeri,

sehingga tangguh dalam menghadapi era globalisasi.

2. Misi

“Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan,

dan pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian”.

Misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan adanya reformasi di bidang

ekonomi, perkembangan perekonomian dalam negeri maupun internasional, kondisi

era globalisasi yang semakin kompetitif, serta kebutuhan atau tuntutan dari

masyarakat akan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan

bertanggung jawab.

3. Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan Misi yang akan

dicapai atau dihasilkan dalamwaktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Dengan

formulasi tujuan strategis ini, maka Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh

Page 11: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 5

organisasi dalam memenuhi visi dan misinya dengan mempertimbangkan sumber

daya dan kemampuan yang dimiliki. Tujuan yang ingin dicapai dalam koordinasi

pembangunan perekonomian adalah :

“Sinkronisasi dan Koordinasi perencanaan, penyusunan, dan

pelaksanaan kebijakan bidang perekonomian yang efektif dalam

meningkatkan daya saing perekonomian”.

4. Sasaran Strategis

Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam sinkronisasi dan koordinasi adalah

sebagai berikut :

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja

1. Ketersediaan pasokan dan

keterjangkauan bahan pangan pokok

untuk seluruh lapisan masyarakat

- Persentase rekomendasi sinkronisasi

kebijakan bidang pertanian,

perkebunan, dan perikanan yang

diimplementasikan

2. Kelanjutan revitalisasi pertanian,

perikanan dan kehutanan

- Persentase rekomendasi hasil

koordinasi kebijakan pengembangan

urusan perikanan dan peternakan

yang diimplementasikan

3. Pertumbuhan ekonomi perdesaan

dalam rangka ketahanan pangan

- Persentase rekomendasi terhadap

penyelesaian masalah implementasi

kebijakan kehutanan

- Persentase penanganan masalah

ketahanan pangan yang dapat

diselesaikan

- Persentase rekomendasi hasil

koordinasi kebijakan ketahanan

pangan yang diimplementasikan

Page 12: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 6

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja

4. Peningkatan koordinasi percepatan

kebijakan dan sinkronisasi

implementasi kebijakan sektor

energi, sumber daya mineral dan

kehutanan guna mengoptimalkan

pertumbuhan ekonomi.

- Persentase hari stock BBM PSO

(bersubsidi) nasional

- Persentase wilayah mengalami padam

bergilir ( beban puncak ≥ 10 MW)

- Persentase pemenuhan batubara

dalam negeri

- Persentase deforestasi dan degradasi

hutan

5. Peningkatan koordinasi perencanaan

kebijakan dan sinkronisasi

implementasi kebijakan percepatan

penggunaan energi alternatif dalam

rangka mendukung ketahanan energi

- Persentase pengurangan BBM yang

tersubsitusi oleh energi alternative

- Persentase rekomendasi terhadap

penyelesaian masalah implementasi

di bidang energi alternative

6. Penguatan tata kelola dan

akuntabilitas implementasi

pengelolaan industri ekstraktif

(Extractive Industries Transparancy

Initiative/EITI).

- Persentase partisipasi stakeholder

terhadap kebijakan EITI

- Persentase rekomendasi terhadap

penyelesaian masalah implementasi

di bidang EITI

7. Percepatan pertumbuhan industri

nasional, peningkatan ekspor non

migas yang memiliki nilai tambah

tinggi dan nilai inovasi, meningkat

dan meratanya pertumbuhan

investasi langsung, meningkatnya

peran UMKM dan industri jasa

termasuk pariwisata

- Persentase rekomendasi kebijakan di

bidang industri dan perdagangan

yang terimplementasikan

- Indeks efektifitas pelaksanaan

kebijakan di bidang industri dan

perdagangan

- Persentase rekomendasi kebijakan

logistiknasional, peningkatan ekspor,

investasi dan pemberdayaan UMKM

yang terimplementasikan

8. Pengurangan ketimpangan

pembangunan antar wilayah

- Persentase kasus infrastruktur dan

pengembangan wilayah yang

terselesaikan

Page 13: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 7

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja

9. Peningkatan dukungan infrastruktur

dan pembangunan transportasi

untuk pertumbuhan perekonomian

- Persentase rekomendasi kebijakan

urusan penataan ruang dan

pengembangan wilayah yang

terimplementasi

- Persentase hasil rekomendasi kajian

yang diimplementasikan sebagai

kebijakan bidang penataan ruang dan

pengembangan wilayah

- Persentase keberlanjutan pelayanan

infrastruktur

- Persentase rekomendasi kebijakan

urusan infrastruktur transportasi

yang terimplementasi

- Persentase hasil rekomendasi kajian

yang diimplementasikan sebagai

kebijakan bidang infrastruktur

transportasi.

10. Peningkatan kerjasama ekonomi

bilateral, multilateral, dan regional

yang mendukung dan mendorong

pertumbuhan ekonomi

- Persentase penyelesaian kesepakatan

bilateral, regional dan multilateral di

bidang perdagangan, investasi dan

pembiayaan internasional yang

disepakati

- Jumlah kesepakatan baru bilateral,

regional dan multilateral di bidang

perdagangan, investasi dan

pembiayaan internasional.

11. Peningkatan budaya organisasi

berbasis kinerja dan Kompetensi

- Indeks Iklim organisasi yang baik

- Persentase pemanfaatan ICT dalam

proses bisnis

12. Penguatan tata kelola organisasi

yang baik

- Laporan Keuangan Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian

dengan predikat WTP

Page 14: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 8

Sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merupakan

bagian integral dalam proses perencanaan strategis dan merupakan dasar yang kuat

untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja organisasi. Lebih jauh sasaran

strategis ini diharapkan menjamin suksesnya pencapaian kinerja jangka panjang yang

sifatnya menyeluruh bagi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan kinerja

nasional yang ditetapkan Presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional periode 2010-2014.

Sedangkan untuk Indikator kinerja monitoring sasaran pembangunan nasional

khususnya untuk Pertumbuhan ekonomi, Penurunan tingkat pengangguran dan

Penurunan tingkat kemiskinan, serta Stabilitas harga dicapai melalui lintas sektor.

Kegiatan monitoring lintas sektor meliputi :

No. Key Monitoring Indikator (KMI)

Target

1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi 7% pada akhir tahun 2014

2. Tingkat Penurunan Pengangguran 5-6% pada akhir tahun 2014

3. Tingkat Penurunan Kemiskinan 8-10% pada akhir tahun 2014

4. Stabilitas Harga ( Tingkat Inflasi) 5-6 % pertahun

B. Rencana Kinerja Tahunan 2011

Berdasarkan Sasaran Strategis dalam Renstra 2010-2014 dan Instruksi Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 1 Tahun 2008 tentang Sistem Manajemen

Kinerja berbasis Strategi dan Permenko Per-02/M.EKON/02/2010 tentang IKU

dilingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Surat Edaran No. SE-

07/SESM.EKON/06/2011 tentang pengukuran Capaian IKU, maka telah ditetapkan

Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun

2011 yang terdiri : (1) Indeks Ketahanan Pangan, (2) Indeks Ketahanan Energi, (3)

Indeks Percepatan Pembangunan Infrastruktur, dan (4) Indeks Perbaikan Iklim

Investasi dan Iklim Usaha sebagai berikut:

Page 15: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 9

Tabel : Rencana Kinerja Kemenko Bidang Perekonomian 2011

Sasaran yang ingin dicapai (outcome) Indikator Kinerja (IK) Target IK 2011

(1) (2) (3)

Stabilitas Harga Beras Volatilitas Harga Beras < 25%

Peningkatan Produksi Beras

Laju Kenaikan Produksi Beras 3,2%

Ketersediaan Stok Beras Volume Stok Beras 1,5 Juta Ton

Pemenuhan Pasokan Energi

Jumlah hari Stok Premium 17

Jumlah hari Stok Minyak Tanah 1) 25

Jumlah hari Stok Solar 2) 20

Jumlah wilayah mengalami padam listrik bergilir (beban

puncak ≥ 10 MW) 3

Pemenuhan Kebutuhan Energi

Rasio Elektrifikasi 68

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Premium 3)

0

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Minyak Tanah 4) 1,28

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Solar 5) 0

Rasio Pemenuhan Gas DN-Industri 30

Rasio Pemenuhan Gas DN-Listrik 45

Rasio pemenuhan batu bara dalam negeri 100

Ketersediaan anggaran untuk percepatan pembangunan infrastruktur

Kenaikan rata-rata anggaran APBN Pusat tahunan untuk sektor infrastruktur

50%

Efektifitas pelaksanaan pembangunan sektor infrastruktur

Tingkat penyerapan anggaran APBN Pusat tahunan pembangunan infrastruktur

85%

Page 16: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 10

Sasaran yang ingin dicapai (outcome)

Indikator Kinerja (IK) Target IK 2011

(1) (2) (3)

Peningkatan aksesibilitas dan konektivitas

Pembangunan fisik baru dan peningkatan kapasitas jalan Nasional (termasuk jalan tol dan jalan strategis nasional)

3717 Km

Pembangunan fisik baru panjang jalur kereta api termasuk jalur ganda

85 Km

Persentase rumah tangga yang terlayani broadband (internet berkecepatan tinggi)

7%

Peningkatan Pelayanan Investasi

Jumlah daerah yang telah membentuk lembaga pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) sesuai dengan target yang telah ditentukan

22 Propinsi dan 428 Kab/Kota

Jumlah PTSP di Daerah yang mengoperasionalkan sistem pelayanan informasi dan pelayanan investasi secara elektronik (SPIPISE) dalam rangka mendukung percepatan pelayanan perizinan investasi memulai usaha/starting businesssecara terintegrasi dan terpadu

33 Propinsi dan 90 Kab/Kota

Peningkatan Peringkat Doing Business

Jumlah daerah yang telah ditentukan untuk dilakukan penilaian dalam melakukan percepatan pelayanan perizinan memulai usaha (starting business) sesuai waktu yang telah ditentukan (17 hari kerja) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

1 Propinsi dan 1 Kab/Kota

Page 17: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 11

Sasaran yang ingin dicapai (outcome)

Indikator Kinerja (IK) Target IK 2011

(1) (2) (3)

Realisasi Investasi Langsung

Jumlah realisasi investasi per tahun yang dapat dicapai dalam rangka perbaikan iklim investasi di Indonesia

320 Triliun

Page 18: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 12

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Pengukuran dan analisis capaian kinerja di berbagai unit kerja dilakukan dengan

mengacu pada dokumen Renstra 2010-2014 Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, melalui penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian Nomor :PER-02/M.EKON/06/2010, dan pelaksanaannya didasarkan

pada Surat Edaran Sesmenko Nomor :SE-07/SES.M.EKON/06/2011 tentang

Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Utama yang meliputi :

A. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA

1) Indeks Ketahanan Pangan dalam rangka terlaksananya sinkronisasi dan

koordinasi kebijakan di bidang ketahanan pangan secara optimal, adalah 4 (baik),

dengan unsur perhitungan sebagai berikut :

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

(1) (2) (3) (4) (5)

Stabilitas Harga Beras Volatilitas Harga Beras < 25% 16,13% 165%

Peningkatan Produksi Beras Laju Kenaikan Produksi Beras 3,2% -1,63% 0%

Ketersediaan Stok Beras Volume Stok Beras 1,5 Juta

Ton 1,12 jt ton 75%

Page 19: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 13

2) Indeks Ketahanan Energi dalam rangka terlaksananya sinkronisasi dan

koordinasi kebijakan di bidang energi secara optimal, adalah 4 (baik), dengan unsur

perhitungan sebagai berikut :

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

(1) (2) (3) (4) (5)

Pemenuhan Pasokan Energi

Jumlah hari Stok Premium 17 17,18 101%

Jumlah hari Stok Minyak Tanah 1) 25 60,17 241%

Jumlah hari Stok Solar 2) 20 19,98 100%

Jumlah wilayah mengalami padam listrik bergilir (beban puncak ≥ 10 MW)

3 0 100%

Pemenuhan Kebutuhan Energi

Rasio Elektrifikasi 68 70 103%

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Premium 3) 0 0 100%

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Minyak Tanah 4)

1,28 1,52 119%

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Solar 5) 0 0 100%

Rasio Pemenuhan Gas DN-Industri 30 27 90%

Rasio Pemenuhan Gas DN-Listrik 45 42 93%

Rasio pemenuhan batu bara dalam negeri 100 100 100%

Page 20: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 14

3) Indeks Percepatan Pembangunan Infrastruktur dalam rangka terlaksananya

sinkronisasi dan koordinasi kebijakan di bidang Infrastruktur secara optimal, adalah

4 (baik), dengan unsur perhitungan sebagai berikut :

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

(1) (2) (3) (4) (5) Ketersediaan anggaran untuk percepatan pembangunan infrastruktur

Kenaikan rata-rata anggaran APBN Pusat tahunan untuk sektor infrastruktur

50% 49% 98%

Efektifitas pelaksanaan pembangunan sektor infrastruktur

Tingkat penyerapan anggaran APBN Pusat tahunan pembangunan infrastruktur

85% 87% 102%

Peningkatan aksesibilitas dan konektivitas

Pembangunan fisik baru dan peningkatan kapasitas jalan Nasional (termasuk jalan tol dan jalan strategis nasional)

3717 Km 3345 KM 90%

Pembangunan fisik baru panjang jalur kereta api termasuk jalur ganda

85 Km 85 KM 100%

Persentase rumah tangga yang terlayani broadband (internet berkecepatan tinggi)

7% 8,2% 117%

4) Indeks Perbaikan Iklim Investasi dan Ikilim Usaha dalam rangka terlaksananya

sinkronisasi dan koordinasi kebijakan di bidang iklim investasi dan iklim usaha

secara optimal, adalah 4 (baik), dengan unsur perhitungan sebagai berikut :

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

(1) (2) (3) (4) (5)

Peningkatan Pelayanan Investasi

Jumlah daerah yang telah membentuk lembaga pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) sesuai dengan target yang telah ditentukan

22 Propinsi dan 428 Kab/Kota

16 Propinsi dan 434

Kab/Kota 87%

Jumlah PTSP di Daerah yang mengoperasionalkan sistem pelayanan informasi dan pelayanan investasi secara elektronik (SPIPISE) dalam rangka mendukung percepatan

33 Propinsi dan 90 Kab/Kota

33 Propinsi dan 90

Kab/Kota 100%

Page 21: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 15

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

(1) (2) (3) (4) (5) pelayanan perizinan investasi memulai usaha/starting businesssecara terintegrasi dan terpadu

Peningkatan Peringkat Doing Business

Jumlah daerah yang telah ditentukan untuk dilakukan penilaian dalam melakukan percepatan pelayanan perizinan memulai usaha (starting business) sesuai waktu yang telah ditentukan (17 hari kerja) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

1 Propinsi dan 1 Kab/Kota

1 Propinsi dan 1

Kab/Kota 100%

Realisasi Investasi Langsung

Jumlah realisasi investasi per tahun yang dapat dicapai dalam rangka perbaikan iklim investasi di Indonesia

320 Triliun 240 triliun 75%

B. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA

1. INDEKS KETAHANAN PANGAN

Ketahanan Pangan, Kebijakan Perberasan

Outcome/Sasaran strategis yang dicapai dari quick win ini adalah :

a. Stabilisasi harga produk pangan (beras)

b. Peningkatan produk pangan (beras)

c. Jaminan ketersediaan stock (beras)

Langkah-langkah yang dilakukan, yaitu meningkatkan sinkronisasi dan

koordinasi guna :

a. Meningkatkan pemenuhan sarana produksi

b. Mengoptimalkan pemenuhan lahan dan infrastruktur

c. Meningkatkan investasi di bidang pangan

d. Meningkatkan efektivitas pengadaan pemerintah di bidang pangan

e. Meningkatkan kelancaran distribusi pangan

f. Mengelola ekspor dan impor dengan optimal

Page 22: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 16

g. Menciptakan diversifikasi pangan

h. Mengembangkan tenaga penyuluh yang handal

Sebagaimana diketahui bahwa beberapa negara produsen saat ini cenderung

lebih mengamankan produksinya untuk kebutuhan dalam negeri, yaitu membatasi

ekspor pangannya, sedangkan beberapa negara lainnya mulai meningkatkan impor

pangan guna mengamankan stoknya dalam upaya menjaga stabilisasi pasokan dan

harga. Beberapa negara termasuk Indonesia berupaya meningkatkan produksi,

termasuk pencapaian swasembada pangan beras, jagung secara berkelanjutan, serta

kedelai, gula, dan daging. Untuk itu perlu dukungan seluruh pemangku kepentingan,

baik pemerintah, masyarakat/petani dan dunia usaha untuk memperkuat ketahanan

pangan nasional.

Aspek ketersediaan pangan merupakan salah satu pilar ketahanan pangan. Dalam

hal ini beras masih menjadi komoditi yang cukup penting dalam struktur pangan

masyarakat Indonesia. Sekitar 95% masyarakat masih menjadikan beras sebagai

makanan pokok. Dari sisi pengeluaran golongan masyarakat berpendapatan rendah,

65,4% pendapatannya digunakan untuk kebutuhan pangan dan 24,3% di dalamnya

ditujukan untuk pembelian beras. Untuk itulah kebijakan Pemerintah yang pro-

kemiskinan, yaitu dengan menyalurkan beras bersubsidi kepada masyarakat

tersebut, dimaksudkan untuk membantu mereka menghadapi gejolak harga yang

terjadi.

Telah dilakukan koordinasi dalam rangka peningkatan produksi pangan pokok

terutama beras, untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh lapisan masyarakat

termasuk meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah seperti pemberian

bantuan beras bersubsidi (Rasdi/Raskin).

Melalui kebijakan perberasan, terakhir dengan Inpres No. 7 Tahun 2009, telah

dilakukan koordinasi dengan berbagai instansi, lembaga terkait dan pemerintah

daerah untuk lebih berperan mendukung peningkatan produksi dan produktivitas

gabah, pengamanan harga dan stok, serta penyaluran Rasdi.

Page 23: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 17

Koordinasi ini dilaksanakan melalui Rakornis tingkat Eselon I dan Rakortas yang

dipimpin langsung oleh Menko Perekonomian. Sementara untuk daerah telah

dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dengan mengundang pemerintah daerah dari

beberapa Provinsi masing-masing; wilayah barat di Bandung – Jawa Barat dan

wilayah timur di Makassar – Sulawesi Selatan. Kemudian dilanjutkan dengan

pertemuan para Pakar Perberasan di Bogor – Jawa Barat. Sementara khusus untuk

daerah tertentu dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yaitu di Pekanbaru – Riau dan

Lampung. Di samping itu, dalam rangka mendorong percepatan pelaksanaan

diversifikasi pangan pokok; peningkatan gizi masyarakat dan mencari solusi sistemik

terhadap masalah ketahanan pangan telah dilakukan pula rapat koordinasi/FGD di

daerah, masing-masing di Pontianak, Yogyakarta, Banjarmasin, dan Medan.

Sebagai bahan pangan pokok, perkiraan produksi padi secara nasional pada

tahun 2011 berdasarkan Angka Ramalan III BPS mencapai 65,39 juta ton GKG atau

menurun 1,63% dibandingkan tahun 2010. Jumlah ini lebih rendah 4,95% dari

sasaran RKP Kementan 2011 sebesar 68,80 juta ton. Hal ini disebabkan penurunan

baik luas panen seluas 29,07 ha (0,22%) maupun produktivitas sebesar 0,71

kuintal/ha (1,42%). Penurunan ARAM III ini disebabkan oleh 2 (dua) hal utama,

yaitu: a) Keadaan iklim kering ekstrim pada pertanaman Juni – Agustus 2011; b)

Luas tanaman terkena OPT dan puso akibat OPT 2011 (masing-masing 620.807 ha

dan 38.067 ha); c) Terserang kekeringan 2011 seluas 169.904 ha lebih tinggi

dibanding 2010 seluas 94.480 ha. Kondisi iklim ekstrim di atas kurang

menguntungkan dibanding dengan kondisi iklim kering basah pada periode yang

sama. Disamping itu telah terjadi pergeseran musim tanam di beberapa daerah

surplus beras dari bulan Oktober ke bulan Nopember 2011.

Grafik: Harga Beras Umum Grafik: Harga Beras Termurah

S

P

Page 24: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 18

Des'09 Des'10 Des'11 Des'10 vs Des'09 Des'11 vs Des'10

Beras Umum 6.938 9.082 10.100 30,90 11,21

Beras Termurah 5.604 7.292 8.103 30,12 11,12

Minyak Goreng 9.995 11.386 11.575 13,92 1,66

Terigu 7.615 7.523 7.514 -1,21 -0,12

Gula 9.515 10.402 10.100 9,32 -2,90

Daging Sapi 60.957 64.884 69.924 6,44 7,77

Daging Ayam 22.074 23.737 24.258 7,53 2,19

Telur Ayam 13.021 14.517 15.798 11,48 8,83

Tempe/Tahu 7.675 8.065 8.244 5,07 2,22

Cabe Rawit/Merah 17.803 39.222 30.051 120,31 -23,38

Bawang Merah 13.058 21.407 13.611 63,94 -36,42

Rata-rata Harga PerubahanKomoditas

ada periode Puasa/Lebaran dicapai stabilitas harga bahan pangan melalui langkah,

antara lain: i) pemantauan dan evaluasi perkembangan harga pangan pokok secara

intensif, baik harian maupun mingguan; ii) melaksanakan Rakortas Tingkat

Menteri hampir setiap minggu selama periode tersebut; iii) melakukan Safari

Ramadhan di berbagai daerah; iv) menetapkan kebijakan OP beras BULOG secara

intensif di daerah-daerah yang harganya naik; v) memutuskan kebijakan Pasar

Murah Bahan Pangan Pokok selama Ramadhan.

Secara umum untuk stabilisasi harga bahan pangan pokok yaitu: beras, gula,

minyak goreng, kedelai, terigu, daging sapi, daging ayam, dan telur ayam dimonitor

dan dievaluasi secara intensif melalui Tim Stabilisasi Pangan, yang pada tahun 2011

telah melakukan Rakortas Tingkat Menteri dan Rapat Koordinasi Teknis tingkat

Eselon I yang dilaksanakan di Jakarta maupun didaerah lainnya.

Tabel : Perkembangan Harga Pangan Pokok

Data : BPS

Page 25: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 19

Stabilisasi harga pangan pokok merupakan salah satu prioritas yang dilakukan

oleh Pemerintah untuk mendukung stabilisasi ekonomi nasional, meningkatkan

pendapatan petani, dan peningkatan ketahanan pangan. Secara umum untuk

stabilisasi harga bahan pangan pokok yaitu beras, gula, minyak goreng, kedelai,

terigu, daging sapi, daging ayam, dan telur ayam dimonitor dan dievaluasi secara

intensif melalui Tim Stabilisasi Pangan. Berdasarkan BPS, stabilitas harga tahun 2011

lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Rata-rata kenaikan harga beras (Beras

Umum dan Termurah) bulan Desember tahun 2011 sebesar 10,2 persen dibanding

kenaikan harga tahun sebelumnya pada periode yang sama (y-o-y) sebesar 30,5

persen. Kenaikan harga rata-rata Desember 2011 vs Desember 2010 (y-o-y) untuk

minyak goreng 1,6% sebelumnya 15,7%, gula (3%) sebelumnya 9,3%, kedelai (2,11% )

sebelumnya 0,2%, daging ayam (0,16%) sebelumnya 7,5%, telur ayam 7,9%

sebelumnya 11,5%, sedang daging sapi dan terigu tidak terlalu berbeda.

Harga di tingkat produsen GKP periode Januari – Desember 2011 berada di

atas HPP. Harga eceran beras 2011 cenderung naik, dimulai sejak awal Mei sejalan

dengan mulai berakhirnya panen. Realisasi Pengadaan beras dalam negeri sampai

dengan 30 Desember 2011 (PSO): 1.730.153 ton atau 69,21 % dari target pengadaan

sebesar 2,5 juta ton dan Stok per 30 Desember 2011 sebesar 1,122 juta ton (termasuk

389.187 ton CBP), sehingga ketahanan stok untuk 4,12 bulan. Terkait dengan

pelaksanaan impor beras telah ditugaskan kepada Perum Bulog untuk melaksanakan

impor beras dalam rangka memperkuat cadangan beras pemerintah. Kontrak Bulog I

(Nov 2010 s/d Maret 2011) sebesar 1,998 juta ton, terealisasi 1,848 juta ton (92,51%)

sedangkan kontrak Bulog II (Agt 2011 s/d Nov 2011) sebesar 1,750 juta ton,

terealisasi 0,977 juta ton (55,81% per 28 Des 2011). Sehingga kontrak total

impor/Pengadaan Luar Negeri sebesar 3,748 juta ton, dengan total realisasi sebesar

2,825 juta ton (75,37%). Mengingat pelaksanaan revisi HPP gabah/beras selama

beberapa tahun terakhir ini cenderung mendorong peningkatan inflasi sehingga

pemerintah memutuskan untuk tidak melakukan revisi terhadap HPP sebagaimana

termuat dalam Inpres Nomor 7 tahun 2009. Guna memperkuat cadangan beras yang

dikelola oleh pemerintah, Perum BULOG dapat melakukan pengadaan gabah/beras

di atas HPP sebagaimana tertuang dalam Inpres Nomor 8 tahun 2011 tanggal 15 April

2011.

Page 26: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 20

Untuk mengantisipasi perubahan iklim ekstrim telah diterbitkan Inpres Nomor

5 tahun 2011 tanggal 2 Maret 2011 tentang Pengamanan Produksi Beras Nasional

Dalam Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrim. Instruksi ini ditujukan kepada 11 Menteri,

Kepala Kepolisian Negara RI, Panglima TNI, 3 Kepala Badan, Para Gubernur dan

Bupati/Walikota. Secara garis besarnya, Inpres tersebut lebih diarahkan pada aspek

non price policy yang lebih jelas/terinci, khususnya dalam mendorong peningkatan

produksi dan produktivitas serta menjadi pelengkap Inpres Perberasan Nomor 7

tahun 2009 yang lebih bersifat price policy.

Beberapa hal kebijakan non harga tersebut antara lain: a) antisipasi dan respon

cepat menghadapi kondisi iklim ekstrim; b) meningkatkan luas lahan, pemanfaatan

lahan terlantar, dan pengelolaan air irigasi; c) meningkatkan ketersediaan benih,

pupuk, dan pestisida; d) meningkatkan tata kelola usaha tani dan kinerja petugas

lapangan; e) menyalurkan bantuan bagi daerah yang mengalami puso; f)

meningkatkan fungsi Badan Usaha Milik Negara dalam penyediaan lahan; g)

meningkatkan sarana alsintan dan pasca panen. Hal ini diharapkan sebagai

kebijakan untuk mendukung upaya pencapaian surplus beras 10 juta ton pada tahun

2014.

Di samping itu, guna mendorong efektifitas dan efisiensi percepatan penyaluran

bantuan benih dan pupuk kepada petani telah ditetapkan Perpres Nomor 14 tahun

2011 tanggal 2 Maret 2011 tentang Bantuan Langsung Benih Unggul dan Pupuk

melalui mekanisme PSO.

Demikian juga dalam aspek perlindungan bagi petani, telah dilakukan

pergantian tanaman padi yang mengalami puso. Upaya perluasan lahan untuk

meningkatkan produksi pangan khususnya beras dihadapkan pada kendala alih

fungsi lahan cukup tinggi dan penetapan RTRW yang belum rampung di beberapa

daerah. Untuk itu perlu upaya segera merealisir penerapan PP No. 1/2011 tentang

Penetapan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, yaitu pada daerah-

daerah yang RTRW-nya telah rampung.

Demikian juga program pemanfaatan tanah terlantar yang masih dalam taraf

identifikasi yang dicapai baru sekitar 850 ribu ha, sehingga saat ini sedang dan akan

Page 27: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 21

dilakukan sosialisasi terkait tanah terlantar yang telah teridentifikasi kepada

stakeholders untuk menghindari penuntutan di kemudian hari.

Terkait penyediaan dan penyaluran BLBU dan BLP melalui PSO yang mengalami

keterlambatan, maka pelaksanaannya melalui mekanisme tender sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, dengan telah terbitnya DIPA

2012 maka Kementan telah dapat melaksanakan pengadaannya. Selain itu terdapat

kendala pengadaan beras BULOG dari dalam negeri yang belum optimal, meskipun

telah diterapkan kebijakan HPP yang fleksibel, namun harga pasar terus cenderung

naik melebihi tingkat HPP. Sehingga besaran HPP akan dievaluasi kembali

berdasarkan tingkat kualitas, termasuk upaya pengamanan stok beras melalui

tambahan pengadaan dari luar negeri. Bahwa penyerapan yang belum optimal atau

tersisa 35% atas cadangan anggaran untuk menjaga stabilitas harga pangan dan

mendorong peningkatan produksi sebesar Rp 2,6 triliun rupiah akibat K/L terkait

yang terlambat mengajukan usulannya.

Untuk itu pemanfaatan dana kontijensi 2012 sebesar Rp 2 triliun ke depan

perlu dihindari kendala keterlambatan pengajuan usulan dari K/L tersebut. Langkah

ke depan lainnya untuk meningkatkan produksi gabah/padi, sedang disusun road-

map Pencapaian Surplus Beras 10 Juta Ton pada 2014 sebagai bagian dari Kluster 4.

2. INDEKS KETAHANAN ENERGI

Outcome/Sasaran strategis yang dicapai dari program ini adalah pemenuhan

pasokan energi dan pemenuhan kebutuhan energi.

Untuk tercapainya sasaran strategis ini, dilakukan langkah-langkah

sinkronisasi dan koordinasi agar tercipta sinergi dari masing-masing

Kementerian/Lembaga, termasuk antara pemerintah pusat dan daerah, dalam

rangka:

a. Meningkatkan penghematan pemakaian energi

b. Mengoptimalkan konservasi energi

c. Meningkatkan diversifikasi energi

d. Meningkatkan kerjasama internasional di bidang energi

Page 28: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 22

e. Meningkatkan produksi

f. Meningkatkan cadangan

g. Meningkatkan investasi sarana dan prasarana energi

Permasalahan utama terkait gas bumi adalah pasokan gas bumi untuk

domestik tidak mencukupi real demand yang ada disebabkan kontrak gas banyak

yang sudah terikat kontrak jangka panjang. Sementara itu ketiadaan infrastruktur

gas juga membuat cadangan gas yang ada di Kalimantan dan Papua belum dapat

dipergunakan untuk memenuhi pusat-pusat industri yang terletak di pulau Jawa

dan Sumatra.

Shortage pasokan gas untuk PLTGU milik PLN belum dapat diatasi, dimana

total kebutuhan gas tahun 2011 sebesar 2.060 bbtud hanya dipenuhi 832 bbtud,

bahkan pengurangan PLTGU Muara tawar pada tahun 2010 sebesar 100 bbtud

belum sepenuhnya berhasil tergantikan. Hal yang sama terjadi pada industri di

Jawa Barat, Jawa Tengah/Timur serta Sumatera Utara dimana real demand gas

yang mencapai 1.529 bbtud hanya dapat dipenuhi sebesar 494 bbtud .

Kebutuhan gas untuk industri pupuk sebesar 760 bbtud secara umum dapat

terpenuhi namun ketersediaan bersifat jangka pendek dan belum tersedia

komitment jangka panjang. Keseluruhan masalah tersebut berakibat pada

terjadinya shortage pasokan gas dalam negeri yang dapat mengganggu ketahanan

energi maupun ketahanan pangan. Akibat langsung dari shortage gas adalah

terus membengkaknya besaran subsidi yang dipikul Pemerintah karena

pembangkit PLN harus tetap menggunakan BBM solar yang jauh lebih mahal dari

gas dan industri tidak dapat mengembangkan kapasitasnya.

Diperlukan langkah terobosan agar shortage gas yang terjadi jangan sampai

menghilangkan kesempatan derasnya investasi asing (FDI) yang masuk saat ini

ke Indonesia. Pembenahan kerangka kebijakan yang dilakukan adalah melalui

serangkaian pengaturan baik disisi pasokan maupun distribusi serta kebijakan

harga.

Page 29: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 23

Dibidang harga telah ditetapkan harga gas untuk transportasi sedangkan

harga gas untuk industri diarahkan menuju keekonomian agar supaya sektor

migas Indonesia tetap menarik bagi investor untuk tetap menanamkan

modalnya. Sementara harga gas untuk listrik telah mengikuti sepenuhnya harga

keekonomian /business to business.

Upaya mencari alternatif sumber gas baru untuk memenuhi kebutuhan

domestik terus dilakukan melalui berbagai cara seperti evaluasi ulang kontrak

jangka panjang, peningkatan produksi sumur gas marginal, pengalihan

kontrak/diversion ataupun mekanisme swap gas. Sementara kebijakan untuk

memecahkan bottleneck infrastruktur harus cepat diselesaikan melalui

penyediaan prasarana penerima gas (LNG receiving terminal) serta

pembangunan prasarana pipa transmisi serta pipa distribusi.

Pembangunan fasilitas penerima gas yang dapat menampung LNG

Bontang, Tangguh ataupun import LNG, ditetapkan pada lokasi utama terjadinya

shortage gas yaitu Teluk Jakarta, Belawan dan Jawa Tengah dalam bentuk

Floating Storage Receiving Unit (FSRU). Bersamaan dengan itu juga dipercepat

rencana pembangunan jaringan transmisi pipa Cirebon-Semarang-Gresik serta

jaringan distribusi gas kota sehingga diharapkan dapat segera mengakhiri konflik

ketersediaan gas domestik.

Pemenuhan gas untuk industri pupuk merupakan ketetapan yang telah

diamanatkan dalam Inpres no 2 tahun 2010 dan telah ditetapkan Menko

Perekonomian mengkoordinasikan kebijakan harga gas atas dasar kesepakatan

instansi terkait. Alokasi gas untuk industri pupuk tahun 2011 untuk PT Pusri, PT

PKG, PT PIM, PT PKC dan PT Pupuk Kaltim telah dapat diselesaikan namun

kesepakatan harga terus dicari mendekati harga keekonomian.

Upaya mencari alternatif tambahan sumber pasokan gas domestik dicari

melalui serangkaian koordinasi seperti pengkajian ekspor LNG jangka panjang

termasuk evaluasi expor gas alam ke Singapura serta kemungkinan pengalihan

gas Conoco Philip untuk lifting minyak Chevron Duri memakai batubara.

Page 30: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 24

Untuk memperluas mekanisme swap yang sudah berjalan sebagaimana

pola pemenuhan gas PT Pupuk Iskandar Muda juga dijalankan untuk mekanisme

swap lainnya termasuk pengalihan kontrak Sempra LNG Tangguh serta swap gas

untuk listrik dari Jambi Merang. Pertimbangan pemilihan pembangunan FSRU

di Teluk Jakarta, Belawan dan Jawa Tengah adalah diperlukan solusi segera

penyelesaian masalah ketersediaan pasokan gas untuk domestik yang berlarut-

larut.

Pembangunan FSRU Teluk Jakarta akan menjadi receiving terminal

pertama dengan kapasitas 3 MTPA yang diharapkan selesai konstruksi akhir

tahun 2011 dengan sumber gas dari Bontang sebesar 200 bbtud. Beroperasinya

FSRU Teluk Jakarta akan mengakhiri kebuntuan pemanfaatan LNG di Jakarta,

Banten dan Jabar karena kendala infrastruktur.

Sementara pembangunan FSRU Belawan dijadwalkan beroperasi

pertengahan 2013 dan FSRU Jawa Tengah akhir tahun 2013. Kendala yang

dihadapi untuk FSRU Teluk Jakarta dari PT Nusantara Regas meliputi perijinan,

penerapan azas cabotage, jaminan pemerintah serta adanya proyek reklamasi

dari Pemda Jakarta melibatkan banyak institusi terkait yang harus

dikoordinasikan pada akhirnya dapat diselesaikan ditingkat Rakor Menko

Perekonomian sehingga jadwal yang sudah ditargetkan dapat tetap dilaksanakan.

Perluasan jaringan pipa transmisi dan distribusi dilakukan bertahap,

dimana jalur pipa transmisi Semarang –Tambak Lorok- Blora sebagai bagian

jaringan Cirebon–Semarang–Gresik dan jaringan Kalimantan- Jawa

diprioritaskan untuk memasok kebutuhan listrik PLTGU Tambak Lorok dan

industri di Jawa Tengah yang berasal dari sumber gas Petronas lapangan

Kepodang serta Pertamina lapangan Gundih.

Page 31: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 25

Gambar: Kilang Minyak Chevron Pacific Indonesia

Jaringan pipa distribusi juga menjadi perhatian dan telah dilakukan

perluasan jaringan gas kota di Bekasi, Jakarta, Depok, Tarakan, Sengkang dan

Sidoarjo. Seluruh upaya pembenahan sistem dengan pemenuhan infrastruktur

gas secara komprehensif ditahun 2011 diharapkan menjadi dasar solusi

penyelesaian pasokan gas domestik dalam jangka panjang.

Upaya debotlenecking gas nasional melalui pembenahan kerangka

kebijakan serta pembangunan FSRU dan jaringan pipa merupakan solusi antara

disamping upaya peningkatan lifting minyak dan gas yang secara pararel berjalan

berdampingan.

Dalam hal upaya peningkatan produksi terhambat maka FSRU merupakan

solusi yang ampuh dalam mengatasi kelangkaan gas domestik karena sekaligus

menghilangkan ketergantungan pada sumber gas domestik yang telah terikat

kontrak jangka panjang. Perubahan akan segera terlihat dengan telah

beroperasinya FSRU teluk Jakarta dengan dampak mengurangi ketergantungan

pada BBM solar yang jauh lebih mahal, berdampak penghematan subsidi yang

dikeluarkan pemerintah.

Dampak perubahan ditahun 2011 adalah ketersediaan pasokan gas untuk

domestik yang meliputi pupuk, listrik dan industri terus meningkat dari tahun

sebelumnya dengan kriteria berkurangnya konsumsi solar HSD untuk

Page 32: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 26

pembangkit sebesar 10 % serta terus meningkatnya porsi domestik hingga

mencapai 52 % dibanding ekspor.

Secara makro pendapatan negara yang didapat dari export gas dapat

tergantikan dengan peningkatan nilai tambah yang didapat seandainya gas

tesebut dipakai untuk industri dalam negeri berupa peningkatan lapangan kerja,

peningkatan output produk manufaktur, peningkatan pajak dari produk yang

dihasilkan yang secara keseluruhan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi

yang lebih tinggi dari target konvensional sebesar 6.5-7 %.

3. INDEKS PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Sasaran strategis yang dicapai dari program ini adalah Peningkatan Daya

Saing Wilayah, Peningkatan Aksesibilitas dan Konektivitas, dan Ketersediaan

Infrastruktur yang Menunjang Investasi.

Tercapainya sasaran strategis di atas, dilakukan melalui sinkronisasi dan

koordinasi yang terkait dengan :

a. Alokasi pendanaan

b. Memastikan ketersediaan lahan

c. Mengembangan kawasan ekonomi

d. Dukungan regulasi (debotlenecking, masterplan)

e. Meningkatan peran pemda dan swasta (PPP)

f. Penyediaan infrastruktur secara merata (PSO, Perintis, USO)

Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) 2011-2025 merupakan langkah awal untuk mengangkat

Indonesia menjadi Negara maju dan menjadi kekuatan 10 besar di dunia pada

tahun 2025, dan 6 besar dunia pada tahun 2050 melalui pertumbuhan ekonomi

tinggi yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia menetapkan

sejumlah program utama dan kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus

pengembangan strategi dan kebijakan. Berdasarkan kesepakatan tersebut, fokus

Page 33: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 27

dari pengembangan MP3EI ini diletakkan pada 8 program utama, yaitu pertanian,

pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta

pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama tersebut terdiri dari

22 kegiatan ekonomi utama.

Untuk mendukung pengembangan kegiatan ekonomi utama, telah

diindikasikan investasi yang dilaksanakan pada periode 2011 - 2014 di keenam

koridor ekonomi tersebut dengan nilai sekitar Rp. 4.000 Triliun. Dari jumlah

tersebut, Pemerintah akan berkontribusi sekitar 10% dalam bentuk pembangunan

infrastruktur dasar, seperti: jalan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, serta rel kereta

dan pembangkit tenaga listrik, sedangkan sisanya diupayakan akan dipenuhi dari

swasta, BUMN dan kerjasama pemerintah-BUMN-swasta.

Dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan MP3EI, diperlukan

pembangunan infrastruktur yang baik. Sebagai salah satu dari tiga pilarnya, MP3EI

sudah mengidentifikasi beberapa proyek pembangunan infrastruktur. Proyek

pembangunan infrasturktur yang dilakukan terbagi dalam beberapa kelompok

seperti pembangunan infrasturktur transportasi, telamatika, perumahan, sumber

daya air dan pembenahan tata ruang Jabodetabek.

Pembenahan tata ruang menjadi salah isu krusial saat ini. Hal ini berkaitan

dengan efektifitas dalam proses pembangunan, baik dalam kaitannya dengan

menarik minat investasi dan keselarasan dalam pelaksanaan pembangunannya

dengan tujuan terciptanya integrasi konsep pengembangan wilayah dan penataan

ruang yang adil dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, kebijakan penataan ruang dan pengembangan wilayah harus

tetap menjadi perhatian untuk dikoordinasikan khususnya berkaitan dengan

pemantauan dalam rangka penyusunan, pelaksanaan serta evaluasinya.

Terkait dengan pengembangan mega urban dalam rangka mendukung

pelaksanaan MP3EI di Koridor Ekonomi Jawa diinisiasi pula konsep

pengembangan “Jabodetabek Area” yang berpegang pada prinsip pembangunan

Page 34: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 28

kota masa depan yang berkelanjutan. Implementasi Jabodetabek Area

mengintegrasikan penataan perkotaan berwawasan lingkungan yang

mengutamakan inovasi dalam penyediaan infrastruktur dan perumahan dan

permukiman yakni melalui pembangunan hunian vertikal yang mantap, menata

dan mengantisipasi munculnya hunian kumuh atau liar di sekitar kawasan industri

melalui pembangunan hunian pekerja serta mendorong pembangunan kawasan

permukiman mandiri.

Desain Jabodetabek Area mengedepankan pembangunan kota yang

seimbang guna meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas masayarakat

perkotaan. Untuk itu, kunci utama pelaksanaan konsep pengembangan

Jabodetabek Area ini ialah revisi penataan ruang kawasan Jabodetabek sebagai

penunjang Housing and Urban Development di wilayah tersebut.

Salah satu fast track project di Jabodetabek Area, yaitu pembenahan sistem

transportasi Jabodetabek. Upaya dan rencana pembangunan moda transportasi

massal yang telah dilakukan antara lain adalah pembangunan sarana dan

prasarana kereta api menuju Bandara Soekarno–Hatta via Tangerang, serta

pembangunan MRT South-North dan East-West. Selain sistem transportasi massal

yang mulai dikembangkan, disusun Perpres Master Plan Transportasi yang

terintegrasi untuk wilayah Jabodetabek serta pembentukan Otorita Transportasi

Jabodetabek, yang berfungsi sebagai sebuah lembaga khusus yang dibentuk untuk

menjalankan Master Plan Transportasi Jabodetabek yang bertanggung jawab

langsung kepada Presiden.

Pembangunan infrastruktur transportasi juga menjadi isu penting dalam

MP3EI. Ada beberpa proyek besar dalam pembangunan infrastruktur transportasi.

Pertama penetapan Makassar sebagai hub internasional wilayah Indonesia Timur,

yang diluncurkan pada tanggal 31 Mei 2011 dengan membuka 13 rute baru ke

wilayah Indonesia Timur. Kedua, pembangunan Bandara Internasional Lombok

(BIL), yang telah mulai beroperasi pada bulan awal Oktober 2011 dan diresmikan

oleh Presiden RI pada tanggal 20 Oktober 2011. Ketiga, pengembangan dermaga di

Belawan sepanjang 350 m yang akan dimulai pada tahun 2012. Keempat,

Page 35: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 29

pembangunan bandara Kualanamu direncanakan akan selesai pada tahun 2012.

Kelima, pembangunan Kalibaru direncanakan akan dilaksanakan ground breaking

pada September 2012. Keenam, pemantauan terhadap persiapan penetapan

Pelabuhan Kuala Tanjung dan Bitung sebagai Hub Internasional. Ketujuh,

persiapan pembangunan Jembatan Selat Sunda, yang salah satu persiapan tersebut

dilakukan dengan menerbitkan Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan

Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda. Selain itu, dalam rangka

meningkatkan keselamatan transportasi, telah disusun Raperpres Komite Nasional

Keselamatan Transportasi yang tinggal menunggu disahkan oleh Presiden.

Pembangunan meta infrastruktur seperti telematika juga perlu terus

dipercepat guna meningkatkan daya saing bangsa dan mewujudkan ekonomi

berbasis pengetahuan. Telematika telah mampu menyediakan jangkauan dan

pilihan layanan yang semakin memudahkan berbagai lapisan masyarakat untuk

mendapatkan akses komunikasi baik suara, gambar maupun data.

Saat ini, kecuali Maluku dan Papua, seluruh kota besar di pulau Jawa dan pulau-

pulau utama lainnya telah dijangkau oleh backbone jaringan serat optik. Sementara

itu, pasar produk telematika juga semakin membesar setiap tahunnya. Namun

demikian untuk mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di

masa depan, pengembangan infrastruktur telematika perlu disesuaikan dengan

kecenderungan internasional dan perkembangan teknologi baru yang tersedia.

Untuk itu pemerintah Indonesia telah menargetkan pembangunan National

Broadband Network (NBN) dalam kurun waktu 2010-2015.

Sebagai penunjang, pembangunan infrastruktur sumber daya air juga sangat

penting untuk dipercepat guna mendukung sustainbility ketersediaan air, salah

satunya adalah pembangunan Waduk Pandanduri di Lombok Timur NTB dengan

investasi senilai Rp. 728 Miliyar. Manfaat dari proyek ini adalah untuk penyediaan

air untuk lahan irigasi total 10.350 Hektar dari lahan non teknis menjadi teknis

dari produksi semula 3,5 ton per hektar menjadi 6 ton per hektar, serta dapat

mengurangi debit banjir, dan mendukung pengembangan sektor wisata di Koridor

Ekonomi Bali – Nusa Tenggara.

Page 36: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 30

Selain itu proyek Bendungan Titab akan dibangun di Desa Ularan, Buleleng,

Bali yang dibiayai oleh APBN dengan perkiraan investasi sebesar Rp. 481 Miliar.

Pembangunan ini diharapkan akan bermanfaat bagi keperluan masyarakat petani,

mencegah banjir, dan lebih lanjut dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik.

Peningkatan potensi ekonomi yang telah disebutkan, peningkatan

kemampuan SDM dan IPTEK Nasional menjadi salah satu dari 3 (tiga) strategi

utama pelaksanaan MP3EI. Hal ini dikarenakan pada era ekonomi berbasis

pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi

hasil penemuan menjadi produk inovasi.

Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi

kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Oleh karena itu, tujuan utama di dalam sistem pendidikan dan pelatihan untuk

mendukung hal tersebut diatas haruslah bisa menciptakan sumber daya manusia

yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan sains dan

teknologi.

Agar MP3EI ini memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan

terukur ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.

Untuk mensosialisasikan proyek-proyek yang tertuang dalam MP3EI ini diadakan

Roadshow ke sejumlah daerah-daerah di Indonesia dan di luar negeri. Negara-

Negara yang sudah dikunjungi adalah Amerika dan Cina sedangkan daerah-daerah

di Indonesia yang direncanakan akan dikunjungi adalah Makasar, Bali, dan Medan.

Pembahasan bottlenecking tentang regulasi yang menghambat proyek fast

track masih terus dilakukan dengan sejumlah Kementerian terkait. Pembahasan

telah dilakukan sebayak 2 kali dari bulan Juni 2011.

Sebagai langkah pembentukan Komite P3EI telah diadakan Sidang Rakor

Terbatas tentang MP3EI dan KP3EI pada tanggal 6 Juli 2011 di Kantor Sekretaris

Kabinet yang dipimpin oleh Bapak Presiden RI dan dihadiri semua Menteri yang

terkait P3EI.

Dalam mewujudkan studi Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia yang

telah dilakukan sebelumnya, maka disusunlah suatu Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI sendiri berdiri

Page 37: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 31

dengan 3 (tiga) pilar, yaitu pengembangan Koridor Ekonomi, Konektivitas

Nasional, dan SDM – IPTEK.

Pengembangan MP3EI dilakukan dengan pendekatan terobosan

(breakthrough) dan bukan Business as Usual. MP3EI dimaksudkan untuk

mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berimbang,

berkeadilan, dan berkelanjutan.

Masterplan ini memiliki dua kata kunci, yaitu percepatan dan perluasan.

Dengan adanya MP3EI diharapkan Indonesia mampu mempercepat pegembangan

berbagai program pembangunan yang ada, terutama dalam mendorong

peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan

infrastruktur dan energi, serta pembangunan SDM dan IPTEK.

Untuk mendapatkan manfaat yang konkret serta dampak yang terukur,

langkah-langkah percepatan dan perluasan dirumuskan secara terfokus,

berdasarkan kesepakatan dengan semua pemangku kepentingan terkait. Telah

ditetapkan 8 program utama dan 22 kegiatan ekonomi utama. Selain itu juga telah

ditetapkan 6 (enam) Koridor Ekonomi sebagai pusat-pusat pertumbuhan yang

diharapkan dapat mendorong perkembangan ekonomi di seluruh wilayah

Nusantara. Dengan demikian, para pelaku ekonomi dapat memilih bidang

usahanya secara jelas sesuai dengan minat maupun keunggulan potensi

wilayahnya.

Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi

akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan

pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD 15.500 dengan nilai

total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 Triliun. Untuk

mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persen

pada periode 2011 – 2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode 2015 – 2025.

Pembangunan Koridor Ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan

keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Telah

ditetapkan 6 Koridor Ekonomi seperti yang tergambar dalam gambar berikut.

Page 38: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 32

Gambar: Peta 6 Koridor Ekonomi Indonesia

Tema pembangunan masing-masing Koridor Ekonomi dalam

percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Koridor Ekonomi Sumatera memiliki tema pembangunan sebagai “Sentra

Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional”;

2. Koridor Ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai “Pendorong

Industri dan Jasa Nasional”;

3. Koridor Ekonomi Kalimantan memiliki tema pembangunan sebagai “Pusat

Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang dan Lumbung Energi Nasional”;

4. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai “Pusat Produksi

dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, dan

Pertambangan Nasional”;

5. Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara memiliki tema pembangunan sebagai

“Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional”;

6. Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku memiliki tema pembangunan

sebagai “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan Pertambangan

Nasional”.

Page 39: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 33

Pengembangan MP3EI berfokus pada 8 program utama, yaitu: pertanian,

pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, telematika, dan pengembangan

kawasan strategis. Delapan program utama tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi

utama yang disesuaikan dengan potensi dan nilai strategisnya masing-masing di

koridor yang bersangkutan. Dalam Peluncuran MP3EI, Presiden RI melakukan

pencanangan groundbreaking di empat lokasi di Indonesia, yaitu: Sei Mangkei

(Sumatera Utara), Cilegon (Banten), Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), dan

Timika (Papua), dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Sei Mangkei (Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

Di lokasi ground breaking ini akan dibangun Proyek Pengembangan

Kawasan Industri Kelapa Sawit Sei Mangke yang akan dilaksanakan oleh PT.

Perkebunan Negara III (PTPN III) dengan perkiraan investasi mencapai Rp

1,8 Triliun sampai tahun 2014 dan akan menyerap lebih kurang 3.000 tenaga

kerja. Di samping itu, di lokasi ini juga ikut diluncurkan Proyek

Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan 1 dan 2 dengan

total kapasitas 88 Mega Watt, di Provinsi Aceh. Proyek ini terletak di dekat

kota Takengon, Ibukota Kabupaten Aceh Tengah di Daratan Tinggi Gayo,

yang akan didanai dari pinjaman lunak JICA (Japan International

Cooperation Agency) dengan perkiraan biaya Rp 3,5 Triliun, proyek ini

diharapkan selesai akhir tahun 2015.

Proyek lain yang siap mendukung kelancaran semuanya itu adalah

pembangunan “Telkom True Broadband Access National”, yaitu di Koridor

Ekonomi Sumatera, dan siap dibangun 2.423.000 homepass dengan

investasi sebesar Rp. 4,1 Triliun dari 2011-2015 dengan menggunakan

anggaran internal Telkom.

2. Cilegon (Banten)

Di lokasi ini dilaksanakan Proyek Pembangunan Pabrik Baja Modern yang

merupakan joint operation antara PT. Krakatau Steel dengan POSCO Korea

Selatan. Investasi yang ditanamkan nantinya berjumlah Rp. 60 triliun yang

terdiri dari dua tahap. Tahap pertama investasinya akan berjumlah Rp. 30

triliun. Pabrik baru ini memiliki kapasitas produksi, pada tahap pertama,

sekitar 2,5 juta ton baja industri per tahun. Pada saat full operation

Page 40: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 34

nantinya, kapasitas produksinya mencapai sekitar 5 juta ton baja industri per

tahun.

Disamping itu, dilakukan pula pencanangan proyek proyek FSRU (Floating

Storage & Regasification Unit) Jawa Barat yang bertujuan untuk

dimungkinkannya penghematan pemerintah dari pemanfaatan LNG untuk

pembangkit Muara Karang dan Tanjung Priok. Nilai proyek sekitar Rp 59

Triliun yang terdiri dari nilai penjualan gas ke PLN (pada tingkat harga

minyak mentah US$ 70/bbl) selama periode 2012 s.d 2022 (11 tahun) dan

kontrak sewa FSRU serta investasi pembangunan pipa dan onshore receiving

facilities (asumsi kurs USD1 =Rp 9.000).

Selain kedua proyek di atas, hari ini juga ikut diluncurkan Proyek Perluasan

Pabrik Stamping, Engine, Casting, dan Assembling Kendaraan Bermotor

oleh PT. Astra Daihatsu Motor berlokasi di Kawasan Industri Surya Cipta

km. 54, Jakarta – Karawang dengan investasi mencapai Rp. 2,4 Triliun dan

produksi pertamanya akan dimulai operasi pada tahun 2014 dan

pengembangan kapasitas penuh berupa produksi mobil 100.000/thn akan

selesai pada tahun 2016. Pabrik mobil ini akan menyerap 5000 orang tenaga

kerja.

Proyek Ground Breaking lainnya adalah Proyek Jalan Bebas Hambatan

Tanjung Priok seksi E2 dan NS yang berlokasi di Jakarta. Proyek ini dibiayai

oleh JBIC, Pemerintah Pusat, Pemda, PT. Angkasa Pura dan Jasa Marga

dengan investasi mencapai Rp. 1,6 Triliun dan akan dimulai pada tahun

2011.

Sebagai rangkaian terakhir, dari lokasi ini pun ikut diluncurkan Proyek

Chemical Grad Alumunium (CGA) berlokasi di Tayan, Kabupaten Sanggau,

Kalimantan Barat. Pelaksana proyek ini adalah PT. Antam yang diharapkan

akan selesai pembangunannya pada tahun 2013 dengan perkiraan investasi

mencapai Rp. 4,3 Triliun.

Proyek lain yang siap mendukung kelancaran semuanya itu adalah

pembangunan “Telkom True Broadband Access National” yaitu di Koridor

Ekonomi Jawa, dan siap dibangun 8.735.800 homepass dengan investasi

Page 41: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 35

sebesar 13,745 Triliun dari tahun 2011-2015 dengan menggunakan anggaran

internal Telkom.

3. Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat)

Proyek-proyek yang akan diluncurkan dari lokasi Ground Breaking Lombok

Timur, Nusa Tenggara Barat meliputi Proyek Waduk Pandan Duri,

Bendungan Titab, Perluasan Bandara Ngurah Rai, dan Penerbangan Jalur

Baru Garuda Indonesia, dan Proyek True Broadband Access National.

Proyek Waduk Pandan Duri berlokasi di Kabupaten Lombok Timur, NTB.

Investor pelaksana melibatkan Pemerintah Pusat dan Pemda dengan

perkiraan investasi Rp. 728 Miliar yang direncanakan selesai pada tahun

2014. Manfaat dari proyek ini adalah untuk penyediaan air untuk lahan

irigasi total 10.350 Hektar dari lahan non teknis menjadi teknis dari produksi

semula 3,5 ton per hektar menjadi 6 ton per hektar, serta dapat mengurangi

debit banjir, dan mendukung pengembangan sektor wisata di Koridor

Ekonomi Bali-Nusa Tenggara.

Dalam rangka mempercepat pelaksanaan pembangunan bendungan

Pandanduri, Pemerintah Provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten Lombok

Timur sejak tahun 2005 secara bersama-sama melaksanakan pembebasan

lahan untuk areal genangan seluas 306,5 hektar dengan dana sebesar Rp.

81,02 Miliar rupiah dari rencana total areal seluas 442 hektar.

Selain itu, untuk mendukung pengembangan Koridor Ekonomi Bali-Nusa

Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata maka direalisasikan proyek

rencana Pembangunan Bandara Internasional Ngurah Rai dengan berbagai

kegiatan proyek dengan nilai proyek Rp.2,05 triliun, dengan sumber dana

dari BUMN.

Sementara itu proyek Bendungan Titab akan dibangun di Desa

Ularan,Buleleng, Bali dilaksanakan oleh pemerintah pusat,dengan sumber

dana dibiayai oleh APBN dengan perkiraan investasi Rp.481 miliar dan akan

dimulai pada tahun 2011.

Disamping itu, di lokasi ini juga ikut diluncurkan Proyek Penerbangan Jalur

Baru Garuda Indonesia dengan investor pelaksana PT. Garuda Indonesia.

Page 42: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 36

Jalur ini akan melayani penerbangan dari Makasar ke 13 kota besar di

Indonesia Bagian Timur dan Luar Negeri, yaitu: Manado, Ternate, Ambon,

Biak, Jayapura, Denpasar, Surabaya, Jakarta, Balikpapan,Timika, Palu,

Gorontalo dan Singapura. Pembukaan hub di Makasar ini selain

dilaksanakan sebagai salah satu program pengembangan network, juga

dalam rangka mendukung MP3EI.

Proyek lain yang siap mendukung kelancaran semuanya itu adalah

pembangunan “Telkom True Broadband Access National”, yaitu di Koridor

Ekonomi Bali dan NusaTenggara, dan siap dibangun 475.600 homepass

dengan investasi sebesar Rp.787 Miliar dari 2011-2015 dengan menggunakan

anggaran internal Telkom.

4. Timika (Papua)

Di lokasi Groundbreaking Timika, Papua, yang terletak di Koridor Ekonomi

Papua-Kepulauan Maluku, akan dibangun Proyek Jalan Raya Timika -

Enarotali sepanjang 269 km dengan investasi sebesar Rp. 900 Miliar yang

akan dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah

Kabupaten Merauke. Lalu Proyek Jalan Raya dari Merauke – Waropko

sepanjang 511 km yang akan membutuhkan dana sebesar Rp. 2,2 Triliun,

sebagai tahap kedua, sebelum akhirnya menembus ke Jayapura.

Selain itu di Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Timur, Koridor

Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku akan dibangun Proyek Pertambangan

dan Pabrik Pengolahan Nikel dan Kobal dengan Teknologi Hidrometallurgi.

Proyek ini didanai oleh PT. Weda Bay Nickel sebesar Rp. 50 Triliun yang

akan dilaksanakan dalam dua tahapdengan penyerapan tenaga kerja

sebanyak 2.500-3.000 orang pada saat operasi.

Selain kedua proyek tersebut, juga ikut diluncurkan akan dibangun Proyek

PLTS Miangas di Sulawesi Utara, di Koridor Ekonomi Sulawesi dan Proyek

PLTS Sebatik Kalimantan Timur, di KE Kalimantan dengan kapasitas

masing-masing adalah 150 kwh dan 200 kwh yang akan dimulai tahun 2011

oleh PT. PLN. Kedua PLTS ini merupakan bagian dari proyek pembangunan

dari proyek PLTS 100 Pulau. Tujuan dari pembangunan proyek PLTS 100

Page 43: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 37

pulau adalah untuk memberi fasilitas kelistrikan di 100 pulau terluar

Indonesia tanpa tergantung pada bahan bakar energi konvensional.

Proyek lain yang siap mendukung kelancaran semuanya ini adalah

pembangunan “Telkom True Broadband Access National” di Koridor

Ekonomi Papua dan Kep.Maluku, dan siap dibangun 129.600 homepass

dengan investasi sebesar Rp. 281 Miliar dengan anggaran internal Telkom.

Nota Kerjasama Kerjasama (Memorandum of Cooperation) untuk

membangun Jabodetabek Metropolitan Priority Areas for Investment and

Industry telah ditandatangani antara Menteri Perekonomian Indonesia dan

Menteri Perekonomian Jepang di Bali, Indonesia pada 10 Desember 2010.

Dalam MoC tersebut kedua belah pihak menyadari kebutuhan untuk

konsultasi reguler antaraperwakilan tingkat tinggi dari pemerintah dan

sektor swastaJepang dan lembaga-lembaga terkait di Indonesia (selanjutnya

disebut sebagai "Konsultasi TingkatTinggi untuk Promosi Investasi "atau"

Konsultasi") dalam rangka menciptakan peningkatan iklim investasi di

daerah.Kedua belah pihak jugaberbagi pandangan bahwa Konsultasi pertama

akan diselenggarakan pada kuartal pertamatahun 2011.Tujuan Konsultasi ini

adalah untuk mengeksplorasi, dengan semangat timbal balik, cara-cara

untuk mempromosikan investasi langsung di Indonesia dengan

memperhatikan peraturan yang terkait, peraturan dan praktik yang lebih

kondusif untuk investasi langsung.Dalam rangka mencapaihasil yang nyata,

Konsultasi akan terdiri dari serangkaianputaran. Pada setiap putaran,

Konsultasiakan fokus pada isu-isuyang mendesakdan menarik kesimpulan

yang konkrit dalam waktukurang lebih satu tahun.

Berikut adalah gambaran mengenai integrasi dari berbagai peraturan yang

berlaku dalam penyusunan Master Plan MPA:

Page 44: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 38

Integrasi Rencana Penataan Ruang dengan Master Plan MPA

Studi Master Plan di Jabodetabek Metropolitan Area ini direncanakan

selesai pada April 2012, yang mencakup pembangunan infrastruktur fisik

dari sudut pandangperbaikan ikliminvestasi di wilayah MPA. Infrastruktur

fisikmeliputi: pelabuhan internasional, bandara internasional,

jaringantransportasi massal, jaringan jalan, kawasan industri, pembangunan

kota baru, pasokan air dan sistem pembuangan kotoran, sistem manajemen

limbah,sistem manajemen banjir dan infrastruktur tenaga listrik. Adapun

Master Plan MPA ini akan mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Review dan analisis kondisi eksisting di Jabodetabek MPA, yang

mencakup:

1. Kondisi sosial ekonomi Indonesia dan MPA saat ini, danprediksi

untuk tahun 2030;

2. Kondisi/kinerja saat ini (termasuk daya saing internasional) dari

target sektor di MPA,dan kemungkinan tantangan masa depan;

3. Kerangka administratif dan legislatif saat ini;

4. Rencana Pemerintah (MP3EI), rencana pembangunan nasional,

rencana pembangunan daerah, sector rencana pembangunan, dll

Page 45: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 39

dan kemajuan mereka termasuk proyeknya serta pelaksanaan atau

operasi;

5. Penelitian terakhir (masterplan, studi kelayakan, studi terkait) dari

JICA,

lembaga donor lainnya dan lembaga penelitian (ERIA, dll), dan

kemajuan/pemanfaatannya;

6. Rencana investasi dan kegiatan bisnis oleh sektor swasta.

4. INDEKS PERBAIKAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

Sasaran strategis yang dicapai dari program ini adalah peningkatan

pelayanan investasi, peningkatan peringkat doing business, dan realisasi investasi

langsung.

Sasaran strategis di atas dicapai melalui langkah-langkah sinkronisasi dan

koordinasi untuk :

a. Meningkatkan kepastian hukum melalui keharmonisasn peraturan

perundang-undangan

b. Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal melalui

penyederhanaan prosedur

c. Meningkatkan kelancaran arus barang dan mengurangi ekonomi biaya tinggi

d. Meningkatkan pernanan sektor perdagangan di kawasan ekonomi khusus

e. Membangun kelembagaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Untuk mendukung percepatan pelayanan perizinan dan non perizinan

memulai usaha (starting business) di bidang investasi perlu didukung oleh para

pegawai yang menguasai tugas pelayanan perizinan dan non perizinan di PTSP.

Oleh karena itu BKPM melalui Pusdiklat, telah melakukan pendidikan kepada

para pegawai di PTSP DKI Jakarta dan dan Kota Batam dalam rangka

memberikan pembekalan pengetahuan tentang proses perizinan dan non

perizinan yang perlu dilakukan.

Agar para pegawai PTSP dalam pelaksanaan tugas dapat bekerja sesuai

dengan mutu pelayanan berkualitas sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

Page 46: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 40

dengan peraturan perundang-undangan, maka melalui Surat Edaran Menteri

Dalam Negeri, Menteri PAN dan Kepala BKPM kepada semua Kepala Daerah

diminta agar membuat SOP pelayanan perizinan dan non perizinan untuk

pelaksanaan tugas pelayanan di setiap PTSP.

Untuk mengontrol para pegawai yang melakukan pelayanan perizinan dan

non perizinan telah melakukan pelayanan sesuai dengan yang telah ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan, sesuai dengan Perpres No. 27 Tahun 2009

di PTSP diperintahkan untuk membuat layanan pengaduan (help desk).

Untuk terbentuknya layanan pengaduan tersebut melalui rapat-rapat intensif

dengan PTSP DKI dan kunjungan ke PTSP Batam diminta agar segera dibuat

layanan pengaduan (help desk) tersebut. Melalui layanan pengaduan tersebut para

pengguna layanan (investor) dapat mengadukan pelayanan yang kurang baik oleh

para pegawai PTSP ke Kepala Daerah setempat atau ke Tim Pertimbangan PTSP

yang di Ketuai oleh Menko Perekonomian dan Menteri dalam Negeri selaku Ketua

Harian PTSP.

Terwujudnya percepatan proses penyelesaian perizinan dan non perizinan,

kepada semua PTSP di daerah dilengkapi dengan pengoperasian sistem

pelayanan informasi dan pelayanan investasi secara elektronik yang terintegrasi

kedalam dan terkoneksi dengan PTSP di Pusat/BKPM.

Melalui pengoperasian optimalisasi sistem SPIPISE, proses perizinan dan

non perizinan di PTSP-PTSP Daerah dapat lebih dipercepat, sehingga lama waktu

proses pelayanan perizinan dan non perizinan memulai usaha dapat dilakukan

sebagaimana target yang ditentukan yaitu 17 hari kerja.

Optimalisasi penggunaan sistem SPIPISE, BKPM telah melakukan

pendidikan/pelatian kepada para pegawai PTSP sesuai dengan sistem yang telah

dibangun melalui Portal SPIPISE di BKPM.

Untuk mendorong PTSP-PTSP di daerah dapat melakukan pelayanan

perizinan dan non perizinan dalam jangka waktu 17 hari kerja. Instansi

Pemerintah terkait (BKPM, Kementerian PAN & RB, dan Kementerian Dalam

Negeri) telah melakukan beberapa kali kegiatan workshop/seminar/rapat-rapat

untuk mensosialisasikan kesepakatan yang ada dalam SKB 4 Menteri dan Kepala

Page 47: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 41

BKPM, serta SEB Menteri Dalam Negeri, Menteri PAN dan RB, serta Kepala

BKPM berkenaan dengan percepatan pelaksanaan perizinan dan non perizinan

memulai usaha selama 17 hari kerja.

Untuk dapat dilakukan pelayanan perizinan dan non perizinan secara

terpadu satu pintu, diperlukan adanya pelimpahan kewenangan dari SKPD-SKPD

ke Badan PTSP yang akan melaksanakan pelayanan perizinan dan perizinan.

Untuk mendorong terjadinya percepatan proses pendelegasian kewenangan

tersebut instansi Pemerintah secara bersama-sama telah beberapa kali

melakukan monitoring dan rapat-rapat yang melibatkan para pejabat PTSP

terkait guna diketahui telah banyak kewenangan yang telah dilimpahkan untuk

selanjutnya dimintakan kepada Kepala Daerah setempat untuk segera melakukan

proses pendelegasian secepatnya. Telah dapat berjalan pelayanan perizinan dan

non perizinan di PTSP sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, dapat

diukur melalui IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) berkenaan dengan telah

dapat berjalanan layanan perizinan dan non perizinan yang dilakukan secara

mudah, murah, cepat dan transparan.

Untuk mengetahui IKM ini BKPM dan instansi Pemerintah terkait, telah

melakukan survey dan monitoring kepada layanan pengaduan (help desk) yang

ada atau meminta komentar dari para pengguna jasa layanan.

Penyelesaian hambatan/kendala dalam kepengurusan perizinan dan

perizinan, kendala waktu penyelesaian maupun kendala sulitnya memperoleh

perizinan dan non perizinan dilakukan melalui wadah Tim Pertimbangan PTSP.

Permasalahan yang dihadapi oleh para investor dalam mengurus perizinan

dan non perizinan yang disampaikan melalui help desk ataupun langsung ke Tim

Pertimbangan diselesaikan melalui rapat-rapat dengan melibatkan para pejabat

instansi Pemerintah terkait.

Pengajuan permohonan perizinan dan non perizinan secara online sistem :

1. PTSP DKI dan PTSP Batam telah dioperasikan SPIPISE yang terkoneksi

dengan SPIPISE Pusat/BKPM. Dengan telah adanya sistem SPIPISE yang

Page 48: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 42

terkoneksi hambatan waktu perizinan yang perlu diselesaikan oleh PTSP

Pusat/BKPM dapat dilakukan melalui layanan sistem ini.

2. Sudah ada beberapa investor yang melakukan permohonan melalui

layanan SPIPISE online ini, namun dalam prakteknya belum dapat

berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini disebabkan karena belum

terbiasanya para pengguna jasa ini melakukan permohonan secara online

sistem.

3. Direncanakan layanan perizinan sistem online ini akan dipublikasikan

pada akhir bulan Desember 2011 pada acara investor gathering di NTT

yang akan dilaksanakan oleh BKPM bekerjasama dengan Kemenko

Perekonomian dan Pemerintah Provinsi NTT.

Dalam hal Mengukur Dampak Perubahan dilakukan monitoring terhadap

Peraturan Gubernur dan Peraturan Daerah (Perda) yang disesuaikan dengan

Perpres No.27 Tahun 2009 dan SKB 4 Menteri dan Kepala BKPM, serta SEB

Menteri Dalam Negeri, Menteri PAN dan RB dan Kepala BKPM. Dengan semakin

banyaknya pendelegasian kewenangan dari SKPD ke PTSP, dan Proses

penyelesaian perizinan dan non perizinan memulai usaha dilakukan secara terpadu

satu pintu di PTSP di DKI Jakarta dan Kota Batam.

Proses pelayanan perizinan dan non perizinan dilakukan semakin cepat,

mudah, efisien dan transparan dari lama proses sebelumnya yang terus didorong

untuk mencapa proses dalam jangka waktu 17 hari.

Berfungsinya layanan pengaduan/help desk di PTSP DKI dan PTSP Batam

yang diharapkan dapat digunakan untuk penyelesaian hambatan perizinan dan non

perizinan di PTSP DKI Jakarta dan Kota Batam dapat dicarikan solusinya.

Indikasi telah terintegrasikannya proses perizinan dan non perizinan di DKI

Jakarta dan Kota Batam dengan Pemerintah Pusat/BKPM, apabila beberapa

investor dapat mengajukan permohonan perizinan secara online.

Page 49: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 43

5. KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)

Sebagai implementasi Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Menko Bidang Perekonomian ditunjuk menjadi

Ketua Dewan Nasional KEK dengan tugas mengkoordinasikan pengembangan

KEK sebagaimana ditetapkan melalui Keputusan Presiden No. 8 Tahun 2010

tentang Dewan Nasional KEK. Tugas Dewan Nasional KEK diatur dalam

Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional KEK dan Dewan

Kawasan KEK.

Tugas Kemenko Perekonomian yang harus dicapai dalam pengembangan

KEK sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2010-2014 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2011 adalah:

1. Selesainya 70% peraturan pelaksanaan UU KEK, dan

2. Penetapan 2 lokasi KEK.

Sesuai dengan tugas tersebut, Kemenko Perekonomian bertugas

melakukan koordinasi kebijakan serta sinkronisasi dalam penyusunan peraturan

pelaksanaan UU No. 39 Tahun 2009 yang dilaksanakan oleh BKPM, Kementerian

Perdagangan, Kementerian Perindustrian, serta sosialisasinya ke daerah.

Beberapa hal yang telah dicapai selama tahun 2011 adalah:

1. Dua Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penetapan Kawasan Ekonomi

Khusus, yaitu KEK Sei Mangke di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera

Utara dan KEK Tanjung Lesung di Kabupaten Pandegelang, Provinsi Banten;

2. Dua Rencana Aksi untuk kedua lokasi Kawasan Ekonomi Khusus tersebut;

3. 3 (tiga) Rancangan Pengaturan terkait ketenagakerjaan, meliputi: Rancangan

Peraturan Pemerintah tentang Lembaga Kerjasama Tripartiet khusus di

KEK; Rancangan Peraturan Presiden tentang Dewan Pengupahan di Kawasan

Ekonomi Khusus; dan Rancangan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi tentang Forum Serikat Pekerja/Buruh di Kawasan Ekonomi

Khusus;

4. Pengaturan pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di KEK

melalui Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

5. 2 (dua) pedoman evaluasi usulan pembentukan KEK. Dua pedoman tersebut

telah dituangkan dalam 2 (dua) Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian selaku Ketua Dewan Nasional KEK, yaitu Pedoman

Page 50: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 44

Pengusulan Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus dan Pedoman Evaluasi

Usulan Kawasan Ekonomi Khusus;

6. Konsep Rencana Induk Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang

substansinya merupakan strategi nasional pengembangan KEK di Indonesia,

potensi sektor yang potensial dikembangkan pada kawasan tertentu, dan road

map dalam penyelenggaraan KEK di Indonesia.

Target dan Pencapaian Kegiatan Penyelenggaraan KEK Pada Tahun 2011

No Target

Pencapaian

1. Dua Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penetapan lokasi KEK

Telah diselesaikan dua Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penetapan KEK Sei Mangkei dan KEK Tanjung Lesung. Saat ini menunggu pengesahan presiden.

2. Dua Rencana Aksi Penyelenggaraan KEK

Telah diselesaikan 2 (dua) Rencana Aksi penyelenggaraan KEK Sei Mangkei dan KEK Tanjung Lesung.

3. Rancangan Pengaturan terkait ketenagakerjaan di KEK

Telah diselesaikan 1. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang

Lembaga Kerjasama Tripatriet di Kawasan Ekonomi Khusus

2. Rancangan Peraturan Presiden tentang Dewan Pengupahan di KEK

3. Rancangan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang tentang Forum serikat pekerja/ buruh di Kawasan Ekomomi Khusus

4. Pengaturan tentang Pelaksanaan PTSP di KEK

Telah diselesaikan pengaturan tentang pelaksanaan PTSP di KEK melalui Peraturan Kepala BKPM 6 Tahun 2011

5. Pedoman pengusulan pembentukan, evaluasi KEK, dan Standar Pelayanan Infrastruktur

Telah diselesaikan dan ditetapkan: 1. Pedoman Pengusulan Pembentukan KEK

melalui Peraturan Menko Perekonomian selaku Ketua Dewan Nasional Kawasan Ekonom Khusus No. 7 Tahun 2011

2. Pedoman Evaluasi Usulan Pembentukan KEK melalui Peraturan Menko Perekonomian selaku Ketua Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus No. 8 Tahun 2011

3. Standar Pelayanan Infrastruktur Minimal. 6. Rencana Induk Nasional

KEK

Telah diselesaikan konsep Rencana Induk Nasional Kawasan Ekonomi Khusus.

Sumber: Sekretariat Dewan Nasional KEK, 2011

Page 51: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 45

Dengan pencapaian tersebut, maka seluruh sasaran pengembangan KEK

yang menjadi tugas Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah dapat

dicapai. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi prioritas di

tahun 2012 agar tidak menjadi hambatan dalam penyelenggaraan Kawasan

Ekonomi Khusus, yaitu:

1. Penyelesaian pengaturan terkait dengan fasilitas perpajakan, kepabeanan dan

cukai di Kawasan Ekonomi Khusus;

2. Penyelesaian pengaturan terkait dengan fasilitas non fiskal di Kawasan

Ekonomi Khusus, seperti pertanahan dan keimigrasian;

3. Penyempurnaan pengaturan terkait dengan persyaratan usulan serta

pengaturan skema kerjasama pemerintah dan swasta pasca operasi KEK.

BAB IV

Page 52: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2011

MENKO BIDANG PEREKONOMIAN 46

PENUTUP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian Tahun 2011 merupakan perwujudan pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas pokok dang fungsi, kebijakan, program dan kegiatan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kepada semua elemen masyarakat

yang menjadi stakeholders.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian telah dapat merealisasikan Program dan Kegiatan Tahun 2011, hal

ini dapat dilihat dengan Capaian kinerja Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian Tahun 2011.

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam pelaksanaanya telah dikeluarkan

Surat Edaran Sesmenko nomor 7 tahun 2011, tentang pengukuran Capaian

Indikator Kinerja Utama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang

meliputi : Indeks Ketahanan Pangan, Indeks Ketahanan Energi, Indeks Percepatan

Pembangunan Infrastruktur dan Indeks Perbaikan Iklim Investasi dan Iklim

Usaha.

Tantangan ataupun kendala yang dihadapi pada tahun 2011, misalnya

masalah infrastruktur, masih banyak hambatan untuk merealisasikan Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), serta

lambatnya pembahasan RUU Pengadaan Lahan/tanah.

Keberhasilan pelaksanaan capaian kinerja tersebut diatas tidak terlepas dari

dukungan, kerjasama dan partisipasi semua pihak. Reformasi birokrasi yang telah

dan sedang dilaksanakan pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

merupakan hal yang tidak terpisahkan bagi tercapaianya kinerja. Perubahan yang

berlangsung terus menerus dalam berbagai aspek diharapkan dapat meningktakan

kinerja pada masa yang akan datang.

Page 53: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

RENCANA KINERJA TAHUNAN

KEMENTERIAN : KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN : 2011

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3)

Stabilitas Harga Beras Volatilitas Harga Beras < 25%

Peningkatan Produksi Beras Laju Kenaikan Produksi Beras 3,2%

Ketersediaan Stok Beras Volume Stok Beras 1,5 Juta Ton

Pemenuhan Pasokan Energi

Jumlah hari Stok Premium 17

Jumlah hari Stok Minyak Tanah 1) 25

Jumlah hari Stok Solar 2) 20

Jumlah wilayah mengalami padam listrik bergilir (beban puncak ≥ 10 MW) 3

Pemenuhan Kebutuhan Energi Rasio Elektrifikasi 68

Page 54: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3)

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Premium 3) 0

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Minyak Tanah 4)

1,28

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Solar 5) 0

Rasio Pemenuhan Gas DN-Industri 30

Rasio Pemenuhan Gas DN-Listrik 45

Rasio pemenuhan batu bara dalam negeri 100

Ketersediaan anggaran untuk percepatan pembangunan infrastruktur

Kenaikan rata-rata anggaran APBN Pusat tahunan untuk sektor infrastruktur

50%

Efektifitas pelaksanaan pembangunan sektor infrastruktur

Tingkat penyerapan anggaran APBN Pusat tahunan pembangunan infrastruktur 85%

Peningkatan aksesibilitas dan konektivitas

Pembangunan fisik baru dan peningkatan kapasitas jalan Nasional (termasuk jalan tol dan jalan strategis nasional)

3717 Km

Page 55: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3)

Pembangunan fisik baru panjang jalur kereta api termasuk jalur ganda

85 Km

Persentase rumah tangga yang terlayani broadband (internet berkecepatan tinggi)

7%

Peningkatan Pelayanan Investasi

Jumlah daerah yang telah membentuk lembaga pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) sesuai dengan target yang telah ditentukan

22 Propinsi dan 428 Kab/Kota

Jumlah PTSP di Daerah yang mengoperasionalkan sistem pelayanan informasi dan pelayanan investasi secara elektronik (SPIPISE) dalam rangka mendukung percepatan pelayanan perizinan investasi memulai usaha/starting businesssecara terintegrasi dan terpadu

33 Propinsi dan 90 Kab/Kota

Peningkatan Peringkat Doing Business

Jumlah daerah yang telah ditentukan untuk dilakukan penilaian dalam melakukan percepatan pelayanan perizinan memulai usaha (starting business) sesuai waktu yang telah ditentukan (17 hari kerja) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

1 Propinsi dan 1 Kab/Kota

Realisasi Investasi Langsung Jumlah realisasi investasi per tahun yang dapat dicapai dalam rangka perbaikan iklim investasi di Indonesia

320 Triliun

Page 56: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

PENGUKURAN KINERJA

Kementerian : Koordinator Bidang Perekonomian Tahun : 2011

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

PROGRAM

ANGGARAN

PAGU REALISASI %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Stabilitas Harga Beras

Volatilitas Harga Beras < 25% 16,13% 165%

Koordinasi Pengembangan Urusan Pangan

3.300.000 3.159.553 95,74

Peningkatan Produksi Beras

Laju Kenaikan Produksi Beras 3,2% -1,63% 0%

Ketersediaan Stok Beras Volume Stok Beras

1,5 Juta Ton 1,12 jt ton 75%

Pemenuhan Pasokan Energi

Jumlah hari Stok Premium 17 17,18 101%

Koordinasi dan Sinkronisasi

Kebijakan Bidang Energi dan

Ketenagalistrikan

1.000.000 762.767 76,28

Jumlah hari Stok Minyak Tanah 1) 25 60,17 241%

Jumlah hari Stok Solar 2)

20 19,98 100%

Jumlah wilayah mengalami padam listrik bergilir (beban puncak ≥ 10 MW)

3 0 100%

Pemenuhan Kebutuhan Energi

Rasio Elektrifikasi 68 70 103% Koordinasi dan Sinkronisasi

Kebijakan Bidang Pertambangan

Umum

1.000.000 901.007 90,10

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Premium 3)

0 0 100%

Page 57: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

PROGRAM

ANGGARAN

PAGU REALISASI %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Minyak Tanah 4)

1,28 1,52 119%

Penurunan Kuota BBM Bersubsidi-Solar 5)

0 0 10 0%

Rasio Pemenuhan Gas DN-Industri 30 27 90%

Rasio Pemenuhan Gas DN-Listrik 45 42 93%

Rasio pemenuhan batu bara dalam negeri

100 100 100%

Ketersediaan anggaran untuk percepatan pembangunan infrastruktur

Kenaikan rata-rata anggaran APBN Pusat tahunan untuk sektor infrastruktur

50% 49% 98%

Koordinasi Pengembangan

Urusan Penataan Ruang dan

Pengembangan Wilayah

32.420.531 21.070.766 64,99

Efektifitas pelaksanaan pembangunan sektor infrastruktur

Tingkat penyerapan anggaran APBN Pusat tahunan pembangunan infrastruktur

85% 87% 102%

Peningkatan aksesibilitas dan konektivitas

Pembangunan fisik baru dan peningkatan kapasitas jalan Nasional (termasuk jalan tol dan jalan strategis nasional)

3717 Km 3345 KM 90%

Page 58: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

PROGRAM

ANGGARAN

PAGU REALISASI %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Pembangunan fisik baru panjang jalur kereta api termasuk jalur ganda

85 Km 85 KM 100%

Persentase rumah tangga yang terlayani broadband (internet berkecepatan tinggi)

7% 8,2% 117%

Peningkatan Pelayanan Investasi

Jumlah daerah yang telah membentuk lembaga pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) sesuai dengan target yang telah ditentukan

22 Propinsi dan 428 Kab/Kota

16 Propinsi dan 434

Kab/Kota 87%

Koordinasi Kebijakan Perbaikan Iklim

Usaha

1.300.000 1.248.366 96,03

Jumlah PTSP di Daerah yang mengoperasionalkan sistem pelayanan informasi dan pelayanan investasi secara elektronik (SPIPISE) dalam rangka mendukung percepatan pelayanan perizinan investasi memulai usaha/starting businesssecara terintegrasi dan terpadu

33 Propinsi dan 90 Kab/Kota

33 Propinsi dan 90

Kab/Kota 100%

Peningkatan Peringkat Doing Business

Jumlah daerah yang telah ditentukan untuk dilakukan penilaian dalam

1 Propinsi dan 1 Kab/Kota

1 Propinsi dan 1

Kab/Kota 100%

Koordinasi Pengembangan dan Penerapan Sistem

Nasional Single

3.800.000 3.275.819 86,21

Page 59: Lakip Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2011 1

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

PROGRAM

ANGGARAN

PAGU REALISASI %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

melakukan percepatan pelayanan perizinan memulai usaha (starting business) sesuai waktu yang telah ditentukan (17 hari kerja) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Windows dan Integrasi kedalam

system ASW.

Realisasi Investasi Langsung

Jumlah realisasi investasi per tahun yang dapat dicapai dalam rangka perbaikan iklim investasi di Indonesia

320 Triliun 240 triliun 75%

Koordinasi Peningkatan Ekspor

dan Peningkatan Investasi (PEPI).

3.000.000 2.428.925 80,96

Jumlah Anggaran : 46.820.531.000,- Jumlah Realisasi Anggaran : 33.567.974.000 (71,69%) Program : Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian.