laporan akuntabilitas kinerja kedeputian · pdf filemenyusun dokumen rencana kinerja tahun ......
TRANSCRIPT
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
KEDEPUTIAN BIDKOOR
KOMINFOTUR
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat nikmat kesehatan dan kekuatan sehingga penyusunan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, lnformasi
dan Aparatur dapat disusun dan diselesaikan. Penyusunan LAKIP ini adalah sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas kinerja Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi,
lnformasi dan Aparatur (Deputi VII), salah satu unit kerja di bawah Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, yang mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang
terkait dengan isu di bidang komunikasi, informasi, dan aparatur.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka setiap Instansi Pemerintah diwajibkan
untuk menyusun dan menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) pada akhir tahun. Penyusunan LAKIP ini berpedoman kepada Permenpan
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Penyusunan LAKIP berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang
Koordinasi Komunikasi, lnformasi dan Aparatur. Penetapan Renstra tersebut
mempertimbangkan berbagai faktor, khususnya dinamika lingkungan strategis, dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2016 – 2019, serta kewenangan
yang telah ditetapkan oleh Visi dan Misi organisasi, yaitu koordinator dalam
perencanaan dan perumusan kebijakan nasional di bidang politik, hukum, dan
keamanan. Selain memuat pernyataan visi dan misi organisasi, Renstra juga berisikan
sejumlah Tujuan Strategis, Sasaran Strategis, dan Program yang merupakan bentuk
komitmen untuk dilaksanakan. Demi pencapaian visi tersebut, selanjutnya setiap tahun
disusun Rencana Kinerja sebagai penjabaran dan pemutakhiran dari Renstra. Dalam
hal ini Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, lnformasi dan Aparatur juga telah
menyusun dokumen Rencana Kinerja Tahun (RKT) 2016.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 2
Sebagai penjelasan terhadap implementasi dari Renstra maupun RKT maka
disusun dokumen LAKIP. LAKIP Kedeputian Bidkoor Kominfotur tahun 2016,
diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan, baik kepada pimpinan
maupun kepada semua pemangku kepentingan. Selain itu, LAKIP juga diharapkan
dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja untuk tahun-tahun yang akan
datang.
Jakarta, Januari 2017
Deputi Bidang Koordinasi
Komunikasi, informasi dan Aparatur
Warsono
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................... 4
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 6
B. Tugas dan Fungsi ......................................................................................... 6
C. Organisasi ..................................................................................................... 7
D. Struktur Organisasi .........................................................................................9
BAB II : PERENCANAAN KINERJA
Perjanjian Kinerja............................................................................................ 10
BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja............................................................................................. 12
B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja .......................................................... 12
C. Kinerja penunjang ......................................................................................... 28
D. Permasalahan dan tantangan ....................................................................... 37
E. Realisasi Anggaran ....................................................................................... 40
BAB IV : Penutup......................................................................................................... 42
LAMPIRAN I...................................................................................................................43
LAMPIRAN II .................................................................................................................44
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016
tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara dan Lembaga dan Peraturan
Presiden Nomor 43 Tahun 2016 tentang Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum dan Keamanan, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan
Keamanan Nomor : Per-4/Menko/Polhukam/10/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kemenko Polhukam, bahwa Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan
Aparatur (Kominfotur) mempunyai tugas membantu Menko Polhukam dalam
mengoordinasikan dan mensinkronisasikan perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan
isu di bidang komunikasi, informasi, dan aparatur.
Pengukuran capaian hasil koordinasi dan sinkronisasi di bidang komunikasi,
informasi, dan aparatur tahun 2016 sesuai dengan pasal 19 Peraturan Presiden Nomor
29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, diperoleh
melalui pemenuhan berbagai lndikator Kinerja yang dinyatakan dalam bentuk
pernyataan, baik kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan Koordinasi di bidang komunikasi, informasi, dan aparatur yang
dilakukan oleh Deputi Bidkoor Kominfotur tidak dapat dilepaskan dari pencapaian
kinerja Kemenko Polhukam. Melalui koordinasi dan sinkronisasi kebijakan yang
dilakukan, Kedeputian Bidkooor Kominfotur telah mendorong pelaksanaan tugas teknis
yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga terkait agar lebih efektif dan optimal,
melalui rekomendasi kebijakan dan langkah tindak Ianjut yang diberikan.
Adapun capaian pengelolaan di bidang komunikasi, informasi, dan aparatur
ditandai dengan beberapa permasalahan yang berhasil dijembatani. Di bidang
komunikasi dan informasi, Kemenko Polhukam telah mendorong implementasi
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) di Lembaga
Penyiaran di daerah, mengkoordinasikan dan mendorong K/L terkait untuk segera
mensahkan revisi Undang-Undang Nomor 32 tentang Penyiaran.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 5
Di Bidang Telekomunikasi dan Informatika Kemenko Polhukam
mengkoordinasikan permasalahan terkait RUU Perubahan UU No 11 Tahun 2008
tentang lnformasi dan Transaksi Elektronik (ITE), mengkoordinasikan RUU Tata Kelola
e-Gov dengan Kemenkominfo dan KemenPAN RB, selain itu Kemenko Polhukam
melalui Desk Ketahanan dan Keamanan lnformasi Cyber Nasional (DK2|CN) telah
melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan K/L terkait, seperti Kemenkominfo,
Kemenpan dan RB, dan Lemsanneg dalam rangka pembentukan Badan Cyber
Nasional.
Adapun di bidang Tata Kelola Pemerintahan, terdapat sejumlah pencapaian
yang cukup baik seperti: Reformasi Birokrasi di tingkat K/L yang telah mencapai
persentase 100%, terkoordinasi permasalahan 16.000 Bidan PTT yang akan diangkat
untuk menjadi CPNS, pengangkatan tenaga honorer K2, dan terkoordinasinya
permasalahan kesenjangan Tunjangan Kinerja Dosen Perguruan Tinggi Negeri.
Disamping itu Kemenko Polhukam mendorong untuk segera disahkan RPP Manajemen
ASN dan RPP tentang Perangkat Daerah. Sedangkan di bidang peningkatan pelayanan
publik Kemenko Polhukam mendorong disahkannya RPP tentang Ganti Rugi
Pelayanan Publik dan RPP tentang Inovasi Daerah.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi,
Informasi dan Aparatur (Kominfotur) Tahun 2016 disusun sebagai bentuk
pertanggungjawaban kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi Kemenko
Polhukam. Amanat penyusunan Laporan Kinerja telah ditetapkan dalam
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah yang mewajibkan bagi setiap Instansi Pemerintah untuk
menyusun dokumen perencanaan strategis berupa Rencana Strategis, Rencana
Kinerja Tahunan, Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja. Secara
teknis, tata cara penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja berpedoman pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi
Nomor 29 tahun 2010.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kominfotur Tahun
2016 memberikan informasi mengenai pencapaian kinerja dalam mencapai
sasaran strategisnya melalui pelaksanaan program dan kegiatan Kemenko
Polhukam TA 2016. Selain wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas
dan fungsi, Laporan Kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas kepada publik,
sesuai dengan tuntutan reformasi birokrasi. Laporan Akuntabilitas Kinerja juga
bermanfaat sebagai alat utama dalam rangka pemantauan, penilaian, evaluasi
dan pengendalian atas kualitas kinerja sekaligus menjadi pendorong perbaikan
kinerja dalam rangka terciptanya tata kelola kepemerintahan yang baik.
B. Tugas dan Fungsi
Sesuai dengan Peraturan Menko Polhukam Nomor 04 tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan, Deputi Bidang Koordinasi Kominfotur mempunyai tugas menyiapkan
sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 7
kebijakan di bidang komunikasi, informasi, dan aparatur, dan melakukan fungsi
sebagai berikut:
1. Sinkronisasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di
bidang komunikasi, informasi, dan aparatur;
2. Penyiapan koordinasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan
kebijakan di bidang komunikasi, informasi, dan aparatur;
3. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang masalah atau
kegiatan di bidang komunikasi, informasi, dan aparatur; dan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan.
Untuk mendukung pelaksananaan tugas dan fungsi, Deputi Bidang
Koordinasi Kominfotur mengkoordinasikan Kementerian/Lembaga sebagai
berikut:
1. Kementerian Komunikasi dan lnformasi;
2. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
C. Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016, Unit
Kerja Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, lnformasi dan Aparatur
(Kominfotur)r, dibantu oleh 5 (lima) Pejabat Eselon II yang terdiri untuk pejabat
setingkat eselon ll terdiri dari :
1. Sekretaris Deputi;
2. Asisten Deputi Koordinasi lnformasi Publik dan Media Massa;
3. Asisen Deputi Koordinasi Telekomunikasi dan lnformatika;
4. Asisten Deputi Koordinasi Tata Kelola Pemerintahan;
5. Asisten Deputi Koordinasi Peningkatan Pelayanan Publik.
Para Asisten Deputi dalam melaksanakan tugasnya masing-masing
dibantu oleh 2 (dua) orang pejabat setingkat eselon Ill (Kepala Bidang).
sedangkan untuk Sekretaris Deputi dibantu oleh Kepala Bagian Program dan
Evaluasi serta Kepala Bagian Tata Usaha dan Umum.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 8
Sedangkan di Sekretariat atau Tata Usaha, terdiri dari 4 orang Kasubbag
dan 4 orang staf TU serta 2 orang analis.
Struktur Organisasi Kedeputian VII
Deputi VII/Kominfotur
Marsda TNI WarsonoNRP. 505475 Sekretaris Deputi
Marsma TNI AsepChaerudin, M.A.S.S
NRP. 509037
Kabag Program danEvaluasi
Kol. Sus. Drs. DwiBudi HaryantoNRP. 522976
Kasubbag PenyusunanProgram
RM.Riandi J. Sulistyono,M.Si
NIP. 198508072008121001
Kasubbag Pemantauan danEvaluasi
Moh. MuslihNIP. 196608231991031004
Kabag TU dan UmumDrs. Raja SuryaDharma M. M.Si
NIP.195909291995031001
Kasubbag Tata Usaha
Besse Parida, S.AgNIP. 197604272008102001
Kasubbag Umum
Mayor Ckm. Dr. AanWiryadi
NRP. 11960000100765
Sertu Santika NugrahaNRP. 21070393601287
Leana Amalo, S.HNIP. 198301012008102001
Sertu Alien MeimadhonaNRP. 535445
Nur RahmanNIP. 197709052006041009
Asdep Informasi Publikdan Media Massa
Drs. Muztahidin., M.MNIP. 196106151990031001
Asdep Telekomunikasi danInformatika
Dr. Sigit Priyono,G.S.C.,S.Ip., M.Sc
NRP. 505519
Asdep Tata KelolaPemerintahan
Drs. Seger RahadiyonoNIP. 195903151982101001
Asdep PeningkatanPelayanan Publik
Drs. Agung Pratistho, M.SiNIP. 196706251991031001
Kabid Media Massa
Kol.Sus. BebenNurpadilah
NRP. 522979
Kabid InformasiPublik
Drs. SuciptoNIP.
195912101981031008
Kabid Informatika
Kol.Chb. FerdinandM., S.E
NRP. 1900026531265
Kabid Telekomunikasi
Kol. Caj. Benny Y.Pasaka, M.ScNRP. 33296
Kabid Kelembagaandan Ketatalaksanaan
Noor Aras Arief, S.ENIP.
197006251994031001
Kabid SDM danPengawasan Aparatur
SuheriNIP.
196106051981101001
Kabid PeningkatanPelayanan
AdministrasiFitri Prihantini,M.AP
NIP.197210261994032001
Kabid PeningkatanBarang dan Jasa
Johanna Novita. M.APNIP.
197211181995032001
Analis Komunikasi danInformasi Bidang
KehumasanDevinta H. Fauziah, S.I.KomNIP. 199007202014022002
Analis Komunikasi danInformasi Bidang
InformatikaEky Adhiputra, S.Kom
NIP. 198908012014021001
BAB ll
PERENCANAAN KINERJA
A. Perjanjian Kinerja 2016
Rencana Kinerja Tahunan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja lnstansi Pemerintah merupakan upaya dalam membangun
manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel, dan berorientasi
hasil. Selanjutnya, Penetapan Kinerja disusun sebagai komitmen dari Rencana
Kinerja Tahunan yang harus dicapai oleh instansi pemerintah dalam rangka
meningkatkan efektivitas, akuntabilitas instansi Pemerintah. Kemenko Polhukam
telah menetapkan indikator dan target kinerja yang digunakan sebagai acuan dalam
pengukuran kinerja. Perjanjian Kinerja adalah kontrak kinerja para pejabat atas
kegiatan yang dilaksanakan selama 1 (satu) tahun anggaran beserta target
pencapaiannya. Pada akhir tahun anggaran penetapan kinerja digunakan sebagai
dasar evaluasi kinerja dan penilaian kinerja. Adapun penetapan kinerja Kedeputian
Bidkoor Kominfotur tahun 2016 adalah sebagai berikut :
SASARANSTRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET
(1) (2) (3)
Meningkatnya kualitaskoordinasi,sinkronisasi danpengendaliankebijakan di bidangKomunikasi,Informasi, danAparatur;
1.Persentase penyelesaian sengketainformasi publik;
2.Persentase permasalahan bidangTelekomunikasi yang terselesaikan;
3.Persentase permasalahanReformasi Birokrasi yangterselesaikan
4.Persentase meningkatnyaimplementasi pelayanan prima
60%
70%
70%
50%
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 11
B. Anggaran Kegiatan
Anggaran Kegiatan Penyelenggaraan Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi,
Informasi dan Aparatur: Rp 6.468.949.000,- (Enam Miliar Empat Ratus Enam Puluh
Delapan Juta Sembilan Ratus Empat Puluh Sembilan Ribu Rupiah). Anggaran
tersebut mengalami beberapa kali pemotongan terkait kebijakan Pemerintah dalam
hal efisiensi anggaran, di bawah ini adalah proses pemotongan dan penambahan
anggaran Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan Aparatur Tahun
2016:
• Pada Bulan Juni 2016 pemotongan anggaran jilid pertama Kedeputian VII
sebesar Rp.1.375.737.000,- .
• Total Anggaran semula Rp 7.548.686.000,- menjadi Rp 6.172.949.000,-
• Pada Bulan Juli 2016 terdapat penambahan anggaran optimalisasi sebesar Rp
1,5 Miliar
• Pada awal September 2016, pemotongan anggaran jilid kedua Kedeputian VII
sebesar Rp 1.000.000.000,-.
• Total penambahan anggaran optimalisasi sebesar Rp 500.000.000,-
Total keseluruhan anggaran Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan
Aparatur Tahun 2016 adalah sebesar Rp Rp 6.468.949.000,- (Enam Miliar Empat
Ratus Enam Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Empat Puluh Sembilan Ribu
Rupiah).
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 12
BAB Ill
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja
Capaian kinerja merupakan dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan
kegiatan, dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja ditetapkan untuk
Kedeputian Bidkoor Kominfotur tahun 2016 dengan realisasi kinerja pada setiap dari
indikator Sasaran Strategis yang akan diukur. Secara garis besar, capaian kinerja
Kedeputian Bidkoor Kominfotur pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Persentasi
1 2 3 4 5
Meningkatnya kualitaskoordinasi,sinkronisasi danpengendaliankebijakan di bidangKomunikasi, Informasi,dan Aparatur;
1. Persentasepenyelesaian sengketainformasi publik;
2.Persentasepermasalahan bidangTelekomunikasi yangterselesaikan;
3.PersentasepermasalahanReformasi Birokrasiyang terselesaikan
4.Persentasemeningkatnyaimplementasipelayanan prima
60%
70%
70%
50%
B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
Hasil pengukuran Kinerja Kedeputian VII menunjukkan bahwa rata-rata capaian
kinerja dan 1 sasaran strategis yang diukur dengan 4 IKU melalui rekomendasi
kebijakan yang efektif dengan capaian kinerja sebesar 100%.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 13
1. Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Sengketa informasi publik terjadi karena adanya tindakan pihak Badan Publik
yang tidak memenuhi kewajiban pelayanan informasi publik sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang menimbulkan ketidakpuasan atau
keberatan dari Pengguna Informasi Publik. Kemenko Polhukam melalui
Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan Aparatur telah
melakukan koordinasi dalam rangka menindaklanjuti sengketa informasi yang
ada di pusat dan daerah melalui rapat koordinasi dengan Komisi Informasi
Pusat dan Komisi Informasi Daerah. Kemenko Polhukam ikut mendorong
Kementerian/Lembaga terkait untuk menyelesaikan kasus sengketa informasi
secara tuntas dan hal tersebut ditindaklanjuti oleh Komisi Informasi Pusat
dengan menyelesaikan sebagian besar sengketa informasi.
Selama Januari s/d Desember 2016, Komisi Informasi Pusat telah menerima
dan meregister permohonan penyelesaian sengketa informasi sebanyak 64
register dengan rincian sebagai berikut :
Periode Jumlah
Januari 5 register
Februari 2 register
Maret 11 register
April 8 register
Mei 7 register
Juni 2 register
Juli 2 register
Agustus 4 register
September 8 register
Oktober 4 register
November 3 register
Desember 8 register
Total 64 Register
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 14
Dari 64 kasus tersebut, sebanyak 38 berasal dari perseorangan dan 26 dari
Badan Hukum, Terdapat satu permohonan yang tidak layak register karena
tidak melengkapi legal standing berupa Akta Notaris, pengesahan Kemenkum
& HAM dan Surat Kuasa yang diajukan oleh pemohon LBH Jakarta selaku
kuasa dari Makmud Murod/ Sri Wahyungsih dengan termohon BPN Jakarta
Barat. Dengan tambahan tersebut maka jelas permohonan penyelesaian
sengketa dari 2010 s/d 2016 sebanyak 2.684 kasus permohonan sengketa.
Rekapitulasi register sengketa yang telah diselesaikan dari Januari -
Desember 2016 sebanyak 54 register sebagai berikut :
Periode Sepakat Putusan Putusan Penetapan Total
Mediasi Ajudikasi Sela Pencabutan
Januari - - - - 0
Februari 1 - - - 1
Maret 1 - - - 1
April 1 - - - 1
Mei - 1 - - 1
Juni - - - 1 1
Juli - 15 4 - 19
Agustus 5 1 - 3 9
September 1 - - 1
Oktober 1 5 - 2 8
November 4 2 4 - 10
Desember - 2 - - -
Jumlah 13 27 8 6 54
Dengan bertambahnya 54 kasus permohonan pada Januari – Desember
2016 maka jumlah permohonan sengketa mencapai 2.684 kasus dari 2.620
kasus pada tahun 2015 dan jumlah penyelesaian sengketa dari 816 menjadi
870, seperti tabel dibawah ini :
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 15
Tahun Jumlah Permohonan Jumlah yang diselesaikan
2010 76 51
2011 419 186
2012 323 237
2013 377 125
2014 1354 123
2015 71 94
2016 64 54
Jumlah 2.683 870
2. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS)
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS)
diharapkan mampu mendorong lembaga penyiaran untuk memperkokoh
integritas nasional, membina jati diri dan mencerdaskan kehidupan bangsa
dalam rangka membangun masyarakat yang demokratis dan berkepribadian.
Pedoman Perilaku Penyiaran memberi arah dan tujuan agar lembaga
penyiaran; menjunjung tinggi dan meningkatkan persatuan dan kesatuan
NKRI, meningkatkan kesadaran terhadap hukum, menghormati prinsip-
prinsip demokrasi dan HAM, serta menghormati dan menjunjung tinggi hak
dan kepentingan publik.
Lembaga penyiaran di Indonesia, baik lembaga penyiaran publik, lembaga
penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, maupun lembaga
penyiaran lokal belum sepenuhnya memperhatikan penghormatan terhadap
nilai-nilai persatuan, agama, ras, dan antar golongan, penghormatan
terhadap nilai dan norma kesopanan dan kesusilaan, penghormatan terhadap
etika profesi, penghormatan terhadap hak privasi, dan juga belum
memperhatikan perlindungan terhadap kepentingan publik sebagaimana
pedoman perilaku penyiaran yang telah ditentukan oleh Komisi Penyiaran
Indonesia.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 16
Kondisi tersebut dimungkinkan karena lembaga penyiaran lebih berorientasi
kepada selera pasar (market oriented) dan cenderung mengejar keuntungan
financial dan kurang memperhatikan tujuan lembaga penyiaran sebagaimana
yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Kondisi ini juga
dapat dimungkinkan karena kurang optimalnya pengawasan yang dilakukan
oleh Komisi Penyiaran Indonesia, khususnya Komisi Penyiaran Daerah.
Kemenko Polhukam melalui Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi
dan Aparatur dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah melakukan upaya
maksimal untuk melakukan pemantauan konten siaran lembaga-lembaga
penyiaran yang ada di wilayah Provinsi. Dari hasil koordinasi di beberapa
provinsi dapat diperoleh data sebagai berikut
a. Adanya keterbatasan tenaga pemantauan belum semua mata acara dari
lembaga penyiaran dapat di-cover oleh tim pemantau. Sementara peran
masyarakat yang diharapkan dapat membantu peningkatan mutu konten
siaran melalui sikap kritis dan pengaduannya kepada komisi penyiaran
juga mulai mengalami penurunan. Ini mungkin disebabkan karena
masyarakat mulai apatis melihat kenyataan bahwa Komisi Penyiaran
belum begitu kuat untuk mengubah prilaku pengelola penyiaran untuk
mentaati Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran
(SPS).
b. Menjelang Pilkada semakin banyak lembaga penyiaran partisan yang
tidak netral dan terjadi penyimpangan konten siaran, sehingga banyak
aduan terhadap ketidaknetralan media tersebut ke KPI.
c. Berbagai peringatan yang telah diberikan oleh Komisi Penyiaran terhadap
berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh lembaga penyiaran
mendapatkan respon yang cukup baik, keberadaan Komisi Penyiaran
diakui dan diterima oleh berbagai lembaga penyiaran. Namun demikian itu
tidak menjadi jaminan bahwa lembaga penyiaran menjadi taat dan patuh
pada Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran
(SPS).
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 17
d. Lembaga Penyiaran Publik baik TVRI maupun RRI terbukti sangat taat
dan patuh pada Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program
Siaran (SPS).
e. Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan Aparatur
memberikan rekomendasi bahwa KPI dan KPID harus berperan aktif dalam
menyosialisasikan tentang aturan-aturan P3SPS sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan ditindaklanjuti dengan diselenggarakannya Sosialisasi
secara intens tentang P3 SPS oleh KPI di daerah.
3. Revisi terhadap Undang-Undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
Pada Bulan Agustus 2016, Pemerintah mengeluarkan Rancangan Revisi
Undang-Undang tentang Penyiaran. Meski ditujukan untuk memperbaiki
konten agar undang-undang menjadi lebih demokratis, RUU Penyiaran justru
dianggap beberapa pihak memundurkan demokrasi bagi para pakar dan
pelaku penyiaran.
Kemenko Polhukam melalui Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi
dan Aparatur telah berkoordinasi dengan berbagai pihak khususnya
memberikan rekomendasi kepada Komisi I DPR RI untuk segera mensahkan
Revisi UU No 32 tentang Penyiaran, dan rekomendasi telah diterima oleh
Komisi I DPR RI
4. Penyelesaian Permasalahan di Bidang Telekomunikasi & Informatika
Pembentukan Badan Siber Nasional (BASINAS) sudah dalam tahap
penandatanganan R-Perpres oleh Presiden. Disamping itu pencapaian dari
pelaksanaan Desk Cyber Nasional (DCN) pada tahun 2016 adalah sebagai
berikut:
a. Diselenggarakannya Cybersecurity Policy Exercise bersama Belanda
dan Australia di Jakarta;
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 18
b. Salah satu Anggota DCN ditunjuk sebagai Wakil Cyberspace Indonesia
di PBB;
c. DCN ditunjuk sebagai Pendiri dan Ketua Cybersecurity Alliance for
Mutual Progress (CAMP) bersama 43 Negara;
d. DCN sebagai koordinator penyelesaian masalah Slot Satelit Pertahanan;
e. DCN sebagai koordinator dalam investigasi dan perbaikan terkait
pembobolan sistem LPSE yang terjadi secara masif (nasional).
5. Tata Kelola Pemerintahan (Reformasi Birokrasi).
Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai
tata kelola pemerintahan yang baik (good govenance) dengan melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan. Sejumlah aspek yang menjadi ruang lingkup perubahan dan
pembaharuan tersebut meliputi aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur.
Reformasi birokrasi merupakan proses yang berkelanjutan dan bukan
pekerjaan yang bisa dilihat hasilnya secara instan. Saat ini pelaksanaannya
telah memasuki tahun keenam sejak adanya Peraturan Presiden Nomor 81
Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010- 2025. Dalam
kurun waktu enam tahun tersebut telah cukup banyak perubahan-perubahan
signfikan yang terkait dengan Tata Kelola Pemerintahan.
Pemantapan koordinasi Tata Kelola Pemerintahan dilaksanakan dalam
rangka untuk memperoleh data-data dan informasi pelaksanaan program
peningkatan koordinasi tata kelola pemerintahan, sebagai bahan untuk
menyusun rekomendasi evaluasi program koordinasi tata kelola
pemerintahan dalam mengatasi masalah untuk mendorong percepatan
reformasi birokrasi dan optimalisasi implementasi PP Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah. Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 19
pemantapan koordinasi program tata kelola pemerintahan, diperoleh
data/informasi sebagai berikut:
a. Dalam kontek percepatan Reformasi Birokrasi berdasarkan Peraturan
Menteri PANRB Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map RB 2015-2019
Pada umumnya Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota
Dalam telah melakukan upaya pelaksanaan reformasi birokrasi namun
belum terlaksana secara optimal, karena itu. Kemenko Polhukam perlu
mendorong Kemen PANRB dan Kemdagri serta instansi terkait untuk
mencari solusi pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan upaya
percepatan terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik sesuai grand
design RB Nasional di tingkat daerah.
b. Implementasi PP Nomor 18 Tahun 2016
Penataan kelembagaan Pemerintah Daerah sesuai amanat PP Nomor 18
Tahun 2016 telah dilakukan oleh seluruh Pemerintah Daerah di tingkat
Provinsi, Kabupaten, dan Kota, namun hasil yang diperoleh (Rancangan
Perda) belum semuanya seperti yang diharapkan yaitu memenuhi prinsip
tepat fungsi dan tepat ukuran, masih ada beberapa daerah yang
organisasinya lebih besar dari sebelumnya. Untuk itu Kemenko
Polhukam perlu mendorong Kemendagri untuk mengimplementasikan
dan memantau perkembangan pelaksanaan PP Nomor 18 tahun 2016
tentang Perangkat Daerah sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23
tahun 2014 tentang Pemda, agar penyelenggaraan pemerintah an di
daerah dapat berjalan efektif dan efisien.
c. Perkembangan Reformasi Nasional berdasarkan hasil koordinasi dengan
Kementerian PAN dan RB.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 20
Target2019
Target2016
Realisasi2016
TargetRKP2017
A Birokrasi Yang Bersih dan Akuntabel
1. Opini WTP atas Laporan Keuangan
a. Kementerian/Lembaga % 95% 65% 87%b. Provinsi % 85% 85% 73%c. Kabupaten % 65%
57%48%
d. Kota % 65% 56%
2. Tingkat Kapabilitas APIP (level 3)
a. Kementerian/Lembaga % 85% 9,09% 40%b. Provinsi % 85% 8,82% 40%c. Kabupaten/Kota % 85% 2,36% 30%
3. Tingkat Kematangan Implementasi SPIP (level 3)
a. Kementerian/Lembaga % 85% 3,41% 45%
b. Provinsi % 85% 8,82% 45%c. Kabupaten/Kota % 85% 3,15% 30%
4. Instansi Pemerintah yang Akuntabel (Skor B atas SAKIP)
a. Kementerian/Lembaga % 85% 70% 82,93% 75%b. Provinsi % 75% 48% 64,71% 57%c. Kabupaten/Kota % 50% 21% 9,03% 31%
5. Penggunaan e-Procurement terhadap Belanja Pengadaan
Penggunaan e-Procurement terhadapBelanja Pengadaan
% 80% 40% 34% 60%
B Birokrasi Yang Efektif dan Efisien
1. Indek Reformasi Birokrasi Rata-Rata Nasionala. Kementerian/Lembaga Skor 1-
10075 66,77 61
b. Provinsi Skor 1-100
60 53,33 40
c. Kabupaten/Kota Skor 1-100
45 56 25
2. Indeks ProfesionalitasASN
Skor 1-100
86 N/A N/A
3. Indeks Government Nasionala. Kementerian/Lembaga Skor 0-
43,4 N/A
b. Provinsi Skor 0-4
N/A
c. Kabupaten/Kota Skor 0-4
N/A
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 21
d. Segera disahkannya Beberapa Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
Manajemen ASN. Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan
Aparatur telah mendorong Kementerian Sekretariat Negara untuk
menindaklanjuti proses otentifikasi RPP Manajemen PNS.
6. Peningkatan implementasi pelayanan prima
Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan Aparatur melaksanakan
koordinasi dalam rangka peningkatan implementasi pelayanan prima dengan
menyelenggarakan Rapat koordinasi dan pemantauan ke beberapa daerah
yang melibatkan Kementerian/Lembaga terkait (Kementerian PAN dan RB,
KSP dan Ombudsman RI).
Beberapa permasalahan yang telah diinventarisasi selama melaksanakan
koordinasi dan pemantauan adalah rendahnya kepatuhan/implementasi
Standar Pelayanan mengakibatkan berbagai jenis maladministrasi berikutnya
yang didominasi oleh perilaku aparatur atau secara sistematis terjadi di
instansi pelayanan publik, misalnya: ketidakjelasan prosedur, ketidakpastian
jangka waktu layanan, pungli, korupsi, ketidakpastian layanan perijinan
C Birokrasi Yang Memiliki Pelayanan Publik Yang berkualitas1. Indeks Integritas Aparatur
Indeks Integritas AparaturSkor 0-10
9
6,24(pusat)4,73(daerah)
2.a. Kementerian/Lembaga % 100% K:
80%L:35%
K: 44%L:66,67%
K: 58%L: 55%
b. Pemerintah Provinsi % 100% 70% 39,39% 54,50%c. PemerintahKabupaten/Kota
% 80% 20% 18,00% 30,50%
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 22
investasi, kesewenang-wenangan secara makro mengakibatkan rendahnya
kualitas pelayanan publik.
Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan Aparatur berhasil
mengkoordinasikan permasalahan tersebut dengan melibatkan Ombudsman
RI untuk mengevaluasi laporan-laporan pengaduan masyarakat terkait
dugaan maladministrasi kegiatan pelayanan publik yang mengakibatkan
rendahnya pelayanan publik. Berikut data-data laporan pengaduan
masyarakat terkait implementasi pelayanan publik.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 23
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 24
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 25
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 26
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 27
Beberapa permasalahan lain di bidang Pelayanan Publik yang telah di
koordinasikan Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan Aparatur
dengan Kementerian/Lembaga terkait adalah sebagai berikut:
a) Pengesahan RPP Tentang Ganti Rugi Pelayanan Publik
Pengesahan RPP tentang Ganti Rugi Pelayanan Publik Masih
terkendala dari Kementerian Keuangan tentang bentuk anggaran
disediakan sebelum ada kasus atau setelah ada kasus (tuntutan),
Kemenko Polhukam merekomendasikan untuk segera menyelesaikan
pembahasan RPP tersebut dengan melibatkan Kementerian PAN dan RB,
Kementerian Keuangan dan Ombudsman RI.
b) Standar Pelayanan Publik
Dalam rangka mendukung implementasi Standar Pelayanan Publik maka
ditetapkanlah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survey Kepuasan
Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Berdasarkan pemantauan dan evaluasi Deputi Bidang Koordinasi
Komunikasi, Informasi dan Aparatur di pusat dan daerah melalui Rapat
Koordinasi dan Kunjungan Kerja, diperoleh data bahwa belum semua K/L
dan Pemprov/Kab/Kota melakukan pemangkasan birokrasi melalui
penerapan deregulasi perizinan dan non perizinan khususnya pada
penyelenggaraan PTSP di daerah, sehingga Permenpan-RB nomor
16/2014 tentang pedoman survey kepuasan terhadap penyelenggaraan
pelayanan publik belum sepenuhnya diterapkan.
Adanya permasalahan tersebut Kemenko Polhukam melalu Deputi Bidang
Koordinasi Kominfotur segera mendorong K/L dan Pemprov/Kab/Kota
untuk melaksanakan survey kepuasan masyarakat dan rekomendasi
tersebut ditindak lanjuti dengan dilaksanakannya Survey Kepuasan
Masyarakat di 8 Provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 28
Yogyakarta, Jawa Timur, Bengkulu, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan
Tengah).
C. Kinerja penunjang
Selain capaian kinerja yang telah menetapkan sebagai indikator dan target
kinerja yang digunakan sebagai acuan dalam pengukuran kinerja, Kedeputian
Bidkoor Kominfotur juga telah melakukan kinerja penunjang sebagai berikut :
1. RUU RTRI (Radio Televisi Republik Indonesia)
Kehadiran Rancangan Undang-Undang tentang Radio Televisi Republik
Indonesia (RUU RTRI) memiliki kedudukan yang strategis terutama dalam
rangka pengembangan lembaga penyiaran publik di tanah air. RUU RTRI
akan membuat kedudukan RTRI kuat, dasar hukumnya sebagai lembaga
negara penyelenggara penyiaran publik. Selain itu, RUU RTRI akan
membawa dampak pengelolaan SDM dan aset, pengembangan kualitas
program siaran dan akuntabilitas kinerja.
RUU RTRI akan menjadikan kelembagaan penyiaran publik modern yang
sesuai dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan materi penyiaran
publik. Pegawai RTRI akan diisi oleh pegawai professional/SDM kreatif
berstatus sebagai PNS dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK)/non-PNS.
Permasalahannya adalah sampai saat ini RUU RTRI belum disahkan dan
hasil pemantauan Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan
Aparatur di daerah adalah terjadinya krisis Sumber Daya Manusia/Pegawai
Penyiaran di RRI dan TVRI, khususnya untuk Pegawai Negeri Sipil yang
diproyeksikan menduduki jabatan struktural.
Untuk menjembatani permasalahan tersebut Kemenko Polhukam melalui
Deputi Bidkoor Kominfotur menyelenggarakan Rapat Koordinasi Eselon I
dengan mengundang Dirjen IKP Kemenkominfo, Kementerian PAN dan RB,
Dirut TVRI dan Dirut RRI. Hasil Rapat Koordinasi merekomendasikan agar
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 29
dibuka kembali penerimaan pegawai penyiaran khusus untuk LPP RRI dan
TVRI serta segera disahkannya Rancangan Undang-Undang RTRI. Sampai
saat ini rekomendasi tersebut belum ditindak lanjuti karena masih dalam
pembahasan di DPR RI.
2. Revisi PP 52 dan 53 Tahun 2000
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengajukan revisi PP
52 dan 53 tahun 2000. Pasal 12 revisi PP 52 tahun 2000 membahas
mengenai network sharing. Dalam revisi PP tersebut dijelaskan aturan
network sharing merupakan kewajiban bagi seluruh operator telekomunikasi
di Indonesia. Selama kapasitas tersedia. Sekilas memang revisi ini akan
memberikan dampak positif terhadap industri telekomunikasi di Indonesia.
Namun beberapa pakar dan forum telekomunikasi menilai revisi beleid yang
tidak diimbangi dengan komitmen pembangunan infrastruktur, tentu akan
menguntungkan operator yang kurang produktif dalam membangun jaringan
infrastrktur. Khususnya operator yang selama ini membangun infrastruktur
di daerah terpencil atau perbatasan.
Kemenko Polhukam melalui Deputi Bidkoor Kominfotur merekomendasikan
kepada Kemenkominfo di dalam Rapat Koordinasi agar proses revisi
ditinjau ulang dan melibatkan stakeholders terkait.
3. Perkembangan Proses Perizinan Google Loon
Hal-hal yang mengemuka dalam rapat sebagai berikut;
a. Perkembangan Proses Perizinan Project Loon yang telah dilengkapi dan
yang masih dalam tahap finalisasi sejauh ini sudah hampir selesai,
seperti:
1) Persyaratan dan perizinan dari Kementerian Komunikasi dan
Informatika telah dilengkapi oleh Project Loon.
2) Proses pengurusan Diplomatic Clearance di Kementerian Luar
Negeri sedang menunggu finalisasi pemilihan agen pelayanan
pesawat terbang (agen terpilih akan bekerja dengan tim dari
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 30
Kementerian Luar Negeri untuk menggunakan sistem aplikasi
online).
b. Proses pengurusan Security Clearance diharapkan segera selesai
mengingat pertemuan untuk membahas persoalan teknis serta
pernyataan Non-Surveillance Statement dengan Asisten Komunikasi
dan Elektronik Panglima TNI (Askomlek) telah dijadwalkan dalam waktu
dekat.
c. Hal lain yang masih diperlukan oleh Project Loon adalah Flight Plan
Approval dari Kementerian Perhubungan.
d. Persetujuan Anggota Dewan International Civil Aviation Organization
(ICAO) :
1) Project Loon telah memiliki dokumen yang menunjukan
persetujuan/pernyataan ICAO bahwa balon Project Loon sudah
sesuai dengan ketentuan ICAO.
2) ICAO sebagai organisasi tidak memberikan pernyataan/sertifikat
serupa karena memiliki tugas utama untuk mengaudit regulator.
3) Project Loon dapat memberikan dokumen yang menunjukan bahwa
uji coba Project Loon telah disetujui di 12 negara anggota dewan
ICAO, yang meliputi: Australia, Brazil, Kanada, Prancis, Amerika
Serikat, Argentina, Bolivia, Meksiko, Norwegia, Portugal, Afrika
Selatan dan Malaysia.
4) Karena memiliki standar keamanan yang tinggi Project Loon telah
disetujui untuk melintasi ruang udara 12 negara anggota dewan
ICAO.
5) Sebagai negara yang sedang sedang berusaha untuk menjadi
anggota dewan ICAO, Indonesia seharusnya dapat turut mengikuti
standar keselamatan udara dan penerbangan dari negara-negara
dewan ICAO yang sudah memberikan persetujuan atau dukungan
untuk Project Loon.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 31
6) Keputusan untuk tidak menyetujui terlaksananya uji coba Project
Loon dikarenakan faktor keselamatan dapat menimbulkan kontradiksi
dalam pemahaman standar keselamatan.
e. Izin Terbang (Overflight Permission)
1) Kemenkopolhukam telah menerima salinan surat yang dikirim oleh
Menteri Perhubungan kepada Presiden yang berisi kekhawatiran
untuk mengeluarkan izin terbang untuk Project Loon, meliputi :
Ketinggian penerbangan sipil yang terlalu dekat dengan balon
Project Loon, dan balon akan diterbangkan dari luar Indonesia
membuat pemerintah Indonesia tidak dapat dengan mudah
melakukan verifikasi terhadap muatan balon.
2) Alasan mengapa Project Loon mengusulkan untuk meluncurkan dan
mendaratkan balon di luar Indonesia adalah karena dibutuhkannya
peralatan khusus dalam proses peluncuran, izin kerja untuk para ahli
dalam tim Project Loon dan kelengkapan perizinan tambahan lainnya
yang dapat menunda / memperpanjang masa persiapan
pelaksanaan tahap uji coba Project Loon di Indonesia.
3) Alasan penundaan pemberian Flight Plan Approval kepada Project
Loon adalah menjamin dan selalu menjadikan keselamatan publik
sebagai prioritas utama yaitu keselamatan peberbangan.
4) Google bertanggung jawab atas seluruh kerugian jika terjadi akibat
kecelakaan yang disebabkan langsung oleh Project Loon. Sebagai
pendukung, Surat Pernyataan Standar Keamanan dan
Pertanggungjawaban Project Loon telah dikirimkan kepada Menteri
Perhubungan dengan salinan yang ditujukan kepada Menteri
Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya dan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sebelum rapat
koordinasi kedua ini dilaksanakan.
Dari pelaksanaan rapat koordinasi tersebut dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 32
a. Perkembangan Proses Perizinan Project Loon masih dalam tahap
finalisasi.
b. Proses pengurusan Security Clearance untuk membahas persoalan
teknis serta pernyataan Non-Surveillance Statement dengan Asisten
Komunikasi dan Elektronik Panglima TNI (Askomlek) telah dijadwalkan
dalam waktu dekat.
c. Project Loon telah memiliki dokumen yang menunjukan
persetujuan/pernyataan ICAO bahwa balon Project Loon sudah sesuai
dengan ketentuan ICAO.
d. Alasan penundaan pemberian Flight Plan Approval kepada Project
Loon oleh Kementerian Perhubungan adalah untuk menjamin dan
selalu menjadikan keselamatan publik sebagai prioritas utama yaitu
keselamatan peberbangan
e. Google bertanggung jawab atas seluruh kerugian jika terjadi akibat
kecelakaan yang disebabkan langsung oleh Project Loon.
4. Deteksi dini konflik horizontal menggunakan IT di media sosial
Kemeko Polhukam menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD)
membahas Pemanfaatan TIK dalam Deteksi Dini Konflik Horizontal di Media
Sosial, dalam rangka mengantisipasi dampak media sosial yang semakin
berkembang.
Hasil dari FGD tersebut memberikan rekomendasi sebagai berikut:
a. Kemenko Polhukam akan mengadakan rapat untuk mengintegrasikan
sistem peringatan dini konflik yang ada di BNPT, Polri, serta Kominfo,
dan yang akan dibuat oleh Kemendagri, agar masing-masing dapat
saling memberikan informasi dan melakukan deteksi dini dari semua lini
secara cepat.
b. Menetapkan bahwa sistem deteksi dini pusat yang akan dikelola
Kemenko Polhukam masuk dalam crisis centre agar tidak overlapping.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 33
c. Menetapkan badan yang bertanggung jawab atas kajian konflik di
Indonesia agar bisa membedah tipologi konflik, dan memprediksi pola
konflik yang akan terjadi.
d. Bersinergi dengan LSM dan masyarakat untuk membantu pola
peringatan dini di tingkat komunitas, dan membina masyarakat sesuai
dengan UU penanganan konflik, dalam menangani konflik dengan
sistem peringatan dini.
e. Mengkoordinir Kemenkominfo, BNPT, untuk meningkatkan literasi
media, sosialisasi dan edukasi terkait internet sehat agar masyarakat
juga tahu terkait sanksi hukum, apa yang dikatakan melanggar hukum
dalam menggunakan TIK dan perlu diberikan pemahaman terkait
konflik dan deteksi dini konflik.
f. Memetakan isu-isu konflik, dan mencari stakeholder dalam setiap isu
yang berbeda, serta membangun agenda setting dalam merespon isu
tersbut secara cepat.
g. Mengundang tenaga TIK yang professional untuk mengadakan kajian
khusus tentang teknologi apa saja yang paling tepat dan dibutuhkan
dalam sistem peringatan dini di Indonesia.
h. Mengkoordinir, memonitor dan mengevaluasi Kementerian/ Lembaga
terkait yang memiliki minimal dua kanal-kanal sosial media yang
terverifikasi. Kanal-
i. kanal sosial media harus secara continue dan aktif menyiarkan konten
positif terkait pencegahan konflik.
j. Menyediakan informasi satu pintu yang dibutuhkan oleh masyarakat
ketika momentum konflik terjadi, untuk mendapatkan konten first hand
information dari Kementerian/ Lembaga yang bertanggung jawab.
k. Kominfo merupakan pihak yang bertanggung jawab memproduksi
informasi yang dibutuhkan masyarakat. Pesan yang diproduksi berisi
fakta kejadian, informasi mengenai aspek keamanan dan aspek
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 34
pertolongan yang diberikan pemerintah. Workflow terkait diseminasi
informasi dalam penanganan konflik perlu dibuat dan rutin
disimulasikan.
l. Pemerintah harus memiliki program yang kreatif mengikuti
perkembangan zaman terkait konten ajakan partisipasi publik untuk
pengamanan swadaya lingkungan, tidak menyebarkan pesan yang
sifatnya provokasi, HOAX, serta tidak mudah terhasut isu/pesan yang
tidak bisa dipertanggung jawabkan.
m. Pemerintah harus memiliki sistem verifikasi berita hoax ataupun tidak
yang dapat dilaporkan oleh masyarakat agar tidak melebar isu-isu yang
salah terkait dengan kebijakan pemerintah.
5. Penanganan Bidan Desa PTT menjadi CPNS
Pada tanggal 28 September 2016 Kementerian PAN dan RB telah
menerima kehadiran perwakilan Forum Bidan Desa yang menuntut agar
16.000 Bidan Desa yang telah mendapat rekomendasi dari Gubernur dan
BupatiWalikota dapat diangkat menjadi CPNS.
Pertimbangan untuk merekrut semua Bidan PTT menjadi CPNS karena
sudah memenuhi tiga hal. Selain memiliki SK dari Menteri Kesehatan,
keberadaannya terindentifikasi dan memiliki rekomendasi dari masing-
masing kepala daerah. Selain itu, perjuangan para bidan yang bekerja 24
jam sehari, tidak memikirkan gaji yang kecil dan memperjuangkan serta
menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijakan pemerintah mengenai Kartu
Indonesia Sehat (KIS).
Kedeputian Bidkoor Kominfotur sesuai dengan tugas dan fungsinya telah
menyelenggarakan rapat koordinasi Tingkat Eselon I dengan mengundang
Kementerian/Lembaga terkait seperti Kementerian PAN & RB, BKN, dan
Kementerian Kesehatan untuk membahas permasalahan ini serta
menghasilkan sejumlah rekomendasi. Dalam rangka program Nawacita,
pemerintah perlu memberikan perhatian khusus kepada para Bidan Desa
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 35
dimaksud, khususnya yang terkait dengan status kepegawaian, pembinaan
karier dan kesejahteraannya, dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Bidan desa masih sangat dibutuhkan untuk ditempatkan di daerah
terpencil dansangat terpencil;
2) Bidan Desa merupakan ujung tombak pelaksanaan program pelayanan
dasar khususnya pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan
kesehatan ibu dan anak serta pelayanan penyakit yang bersifat umum
bagi masyarakat di desa;
3) lmplikasi terhadap resiko fiskal sangat kecil, mengingat anggaran untuk
membayar insentif Bidan Desa melalui Kementerian Kesehatan telah
dianggarkan dalam APBN untuk setiap tahun;
4) Memberikan rasa keadilan dan kemanusiaan terhadap para Bidan Desa
yang telah mengabdi di daerah terpencil dan sangat terpencil guna
memberikan kegairahan kerja yang pada akhirnya diharapkan mampu
menurunkan tingkat kematian ibu dan anak.
Pertimbangan tersebut menjadi dasar Kemenko Polhukam memberikan
rekomendasi kepada Kementerian PAN dan RB untuk segera mengangkat
Bidan PTT menjadi CPNS dengan berkoordinasi dengan K/L terkait.
Rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti dengan diangkatnya Bidan PTT
menjadi CPNS secara bertahap.
6. Tunjangan Kinerja Dosen dan Tenaga Kependidikan pada Perguruan
Tinggi Negeri.
Sampai dengan akhir tahun 2016, terdapat 36 Perguruan Tinggi Swasta
yang statusnya telah berubah menjadi Perguruan Tinggi Negeri baru
(PTNB). Tujuan dialihkannya status perguruan tinggi swasta (PTS) menjadi
perguruan tinggi negeri (PTN), adalah untuk meningkatkan dan
memeratakan akses pendidikan di seluruh penjuru Tanah Air. Rata-rata dari
PTNB tersebut berada di daerah pinggiran dan perbatasan. Adanya PTNB
membuat animo mahasisiwa baru semakin meningkat. Tapi, di sisi lain
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 36
timbul masalah baru, seperti adanya kesenjangan jumlah Tunjangan Kinerja
antara Perguruan Tinggi Negeri yang satu dengan yang lain.
Terkait dengan permasalahan tersebut, Kemenko Polhukam telah
mengkoordinasikan melalui rapat koordinasi bersama sejumlah pihak
terkait. Melalui rapat tersebut, dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
a. Perlu adanya pembahasan lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut
oleh KemenristekDikti dan Forum Rektor Bersama;
b. Kemenko Polhukam memberikan rekomendasi dengan mendorong
Kementerian PAN & RB untuk mengadakan rapat antara Kemenristek-
Dikti, BKN dan Kemenkeu dengan para Rektor Universitas Negeri di
seluruh Indonesia untuk membahas tentang Tunjangan Kinerja para
Dosen di PTN;
c. Hasil rekomendasi tersebut telah ditindak lanjuti dengan adanya
penyelenggaraan Rapat Koordinasi antara Kemenristek-Dikti dan Forum
Rektor Bersama dan hasilnya masih dalam pembahasan lebih lanjut.
7. Penanganan Eks Tenaga Honorer Kategori 2 (THK2)
Permasalahan tenaga honorer telah mengemuka sejak tahun 2005.
Kebijakan pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri
Sipil telah berakhir pada Desember 2014. Namun kenyataannya masih
terdapat sekitar 439.956 tenaga honorer yang belum diangkat yang terus
menuntut untuk diangkat menjadi CPNS.
Terkait permasalahan ini, Kemenko Polhukam melalui Kedeputian Bidkoor
Kominfotur telah melakukaan koordinasi dengan berbagai pihak tekait demi
mencari solusi masalah tersebut.
Hasil Rapat Kerja Kemenpan RB dengan Komisi ll DPR RI sepakat untuk
mengangkat tenaga honorer kategori ll sejumlah 439.956 orang menjadi
PNS melalui beberapa tahapan.Tahapan pemenuhan pengangkatan tenaga
honorer kategori ll seperti tersebut pada butir pertama, akan dilakukan
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 37
pembicaraan pada rapat kerja berikutnya guna mendengarkan road map
penanganan eks tenaga honorer kategori ll 2016- 2019.
Pengangkatan dari Kementerian PAN-RB, dimulai secara bertahap dari
tahun 2015 sampai dengan paling lambat tahun 2019. Komisi ll DPR RI dan
Kementerian PAN- RB sepakat untuk membicarakan dukungan keuangan
negara bersama dengan Kementerian Keuangan dan menyiapkan landasan
hukum dalam penyelesaian masalah tenaga honorer kategori ll.
Adapun estimasi gaji dan pensiun eks tenaga honorer kategori ll selama 1
tahun, untuk gaji adalah sebesar Rp. 23.815.850.250.600,- dan untuk
pensiun sebesar Rp. 14.725.005.098.400,-. Biaya tersebut menjadi beban
pemerintah pusat (K/L) dan pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota).
D. Permasalahan dan tantangan
Di dalam pelaksanaan pencapaian kinerja bidang komunikasi, informasi, dan
aparatur, disadari masih dijumpai permasalahan dan tantangan yang harus
dihadapi pada tahun-tahun mendatang, yaitu :
1. Sengketa Informasi:
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS)
Lembaga penyiaran di Indonesia, baik lembaga penyiaran publik, lembaga
penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, maupun lembaga
penyiaran lokal belum sepenuhnya memperhatikan penghormatan terhadap
nilai-nilai persatuan, agama, ras, dan antar golongan, penghormatan
terhadap nilai dan norma kesopanan dan kesusilaan, penghormatan terhadap
etika profesi, penghormatan terhadap hak privasi, dan juga belum
memperhatikan perlindungan terhadap kepentingan publik sebagaimana
pedoman perilaku penyiaran yang telah ditentukan oleh Komisi Penyiaran
Indonesia.
Kondisi tersebut dimungkinkan karena lembaga penyiaran lebih berorientasi
kepada selera pasar (market oriented) dan cenderung mengejar keuntungan
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 38
financial dan kurang memperhatikan tujuan lembaga penyiaran sebagaimana
yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Kondisi ini juga
dapat dimungkinkan karena kurang optimalnya pengawasan yang dilakukan
oleh Komisi Penyiaran Indonesia, khususnya Komisi Penyiaran Daerah.
2. Tata Kelola Pemerintahan
RPP Manajemen ASN
Masih tertundanya pengesahan RPP Manajeman ASN yang sudah lebih dari
2 tahun dan saat ini Kemenko Polhukam telah mendorong Kementerian
Sekretariat Negara untuk segera menindaklanjuti proses otentikasi.
3. Peningkatan implementasi pelayanan prima
a. Evaluasi Pemantapan Koordinasi Peningkatan Pelayanan Publik.
Pemantapan koordinasi Peningkatan Pelayanan Publik dilaksanakan
dalam rangka untuk memperoleh data-data pelaksanaan program
peningkatan Pelayanan Publik sebagai bahan untuk menyusun
rekomendasi evaluasi program Peningkatan Pelayanan Publik dalam
mengatasi masalah pelayanan di bidang barang, jasa dan administrasi
serta pengawasannya dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Adapun
hasil dari pelaksanaan kegiatan pemantapan koordinasi program
Peningkatan Pelayanan Publik, diperoleh data/informasi sebagai berikut :
1) Dalam konteks kelembagaan guna mendukung penyelenggaraan
pelayanan publik yang berkualitas :
Dalam peningkatan kapasitas kelembagaan dan penataan organisasi
berjalan cukup baik, hanya dalam penempatan SDM Aparatur masih
belum tepat fungsi sesuai kompetensi masing-masing pegawai yang
ada, hal ini menjadikan kesan seolah-olah kurang tenaga SDM
Aparatur;
2) Dalam konteks Ketatalaksanaan :
Masih terdapat adanya tumpang tindih regulasi dan kejelasan
kewenangan serta masih belum ditetapkannya 1 Rancangan Perpres
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 39
Tentang Mekanisme dan Ketentuan Pembayaran Ganti Rugi
Pelayanan Publik dari UU Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik;
3) Dalam kontek Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
Penyelenggara Pelayanan Publik :
Dalam hal pengawasan, SPIP telah dilibatkan sejak mulai
perencanaan sampai dengan evaluasi program, namun tindak lanjut
dari rekomendasi hasil temuan pengawasan masih terdapat beberapa
hal yang belum dapat ditindaklanjuti sebab menyangkut kebijakan
Pimpinan. Disamping itu, berlangsungnya otonomi daerah ada
beberapa hal seperti tidak adanya transparansi yang kurang sesuai
dengan konsep administrasi pemeritahan, dan pembinaan
kepegawaian kurang berjalan baik, karena para pimpinan daerah
pada umumnya pejabat daerah sekaligus pejabat politik yang dipilih
langsung oleh rakyat yang kurang memahami manajemen birokrasi;
4) Dalam kontek sumber daya manusia penyelenggara pelayanan
publik: Sebagian besar aparatur daerah khususnya pelaksana
pelayanan publik belum merubah paradigma dari dilayani menjadi
melayani dan masih adanya primordial sempit dengan mengutamakan
kekerabatan dan pertemanan;
5) Kesadaran untuk melaksanakan layanan terpadu satu pintu belum
maksimal, ada beberapa dinas-dinas di daerah yang belum
menyerahkan kewenangannya ke kepala PTSP, namun sudah
dilakukan langkah-langkah penyatuan beberapa layanan dalam satu
atap/terpadu satu pintu;
6) Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi :
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
melaksanakan tugas mulai berlangsung dan semakin meningkat.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 40
b. Kendala Utama Kualitas Pelayanan Publik :
1) Rendahnya kepatuhan/implementasi Standar Pelayanan
mengakibatkan berbagai jenis maladministrasi berikutnya yang
didominasi oleh perilaku aparatur atau secara sistematis terjadi di
instansi pelayanan publik, misalnya: ketidakjelasan prosedur,
ketidakpastian jangka waktu layanan, pungli, korupsi, ketidakpastian
layanan perijinan investasi, kesewenang-wenangan secara makro
mengakibatkan rendahnya kualitas pelayanan publik.
2) Mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, hambatan pertumbuhan
investasi.
3) Pencapaian target RPJPN, RPJMN, RKP yang terkait sektor
pelayanan publik barang, jasa dan administrasi bakal terhambat.
4) Kepercayaan publik terhadap aparatur dan pemerintah menurun yang
berpotensi mengarah pada apatisme publik.
E. Realisasi Penyerapan Anggaran.
Pagu anggaran Kedeputian Bidang Koordinasi Komunikasi, lnformasi, dan
Aparatur T.A 2016 adalah sebesar Rp. 6.468.949.000,-, sedangkan
penyerapannya sebesar Rp. 6.425.337.006,- sehingga sisa anggaran sebesar
Rp. 43.611.994,- atau 99,3 %.
Penanggungjawab Anggaran Realisasi
Asdep Koordinasi Informasi Publik
dan Media Massa
Rp 1.144.770.000,- Rp 1.131.714.298,-
Asdep Koordinasi Telekomunikasi
dan Informatika
Rp 2.819.853.000,- Rp 2.798.541.149,-
Asdep Koordinasi Tata Kelola
Pemerintahan
Rp 788.301.000,- Rp 786.925.040,-
Asdep Koordinasi Peningkatan 1.014.390.000,- Rp 1.007.674.259,-
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 41
Pelayanan Publik
Sekretaris Deputi Rp 701.635.000,- Rp 700.482.260,-
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 42
BAB IV
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja lnstansi Pemerintah (LAKIP) Kedeputian Bidkoor
Kominfotur, Kemenko Polhukam Tahun 2016 disusun untuk mewujudkan akuntabilitas
kepada pihak-pihak yang memberi amanah dan perwujudan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dan fungsi serta media untuk menginformasikan capaian kinerja
Kedeputian Bidkoor Kominfotur tahun anggaran 2016. LAKIP Kedeputian Bidkoor
Kominfotur Tahun 2016 ini diharapkan dapat berperan sebagai alat kendali kualitas
kinerja serta alat pendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan yang transparan
danakuntabel. Pelaporan Kinerja ini menjadi media evaluasi, sekaligus menjadi
instrument untuk melakukan perbaikan yang tepat dan berkesinambungan. Oleh karena
itu, hal terpenting dari pelaporan ini adalah menggali pelajaran untuk pembenahan ke
depan. Keberhasilan pelaksanaan capaian kinerja di bidang komunikasi, informasi dan
aparatur tersebut di atas tidak terlepas dari dukungan, kerja sama dan partisipasi
semua pihak. Kami menyadari bahwa pelaksanaan kinerja Kedeputian Bidkoor
Kominfotur masih menemui beberapa permasalahan dan tantangan yang mensyaratkan
perlunyapeningkatan kualitas kinerja terkait koordinasi dan sinkronisasi yang Iebih
intensif dalam rangka menjawab permasalahan yang ada.
Demikian dan terima kasih.
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 43
LAMPIRAN I
No SS IKU Penanggungjawab Anggaran Realisasi
1 Meningkatnyakualitaskoordinasi,sinkronisasidanpengendaliankebijakan dibidangKomunikasi,Informasi,dan Aparatur;
1. Persentasepenyelesaiansengketa informasipublik;
2.PersentasepermasalahanbidangTelekomunikasiyang terselesaikan;
3.PersentasepermasalahanReformasi Birokrasiyang terselesaikan
4.Persentasemeningkatnyaimplementasipelayanan prima
Asdep KoordinasiInformasi Publikdan Media Massa
Asdep KoordinasiTelekomunikasidan Informatika
Asdep KoordinasiTata KelolaPemerintahan
Asdep KoordinasiPeningkatanPelayanan Publik
Rp 1.144.770.000,-
Rp 2.819.853.000,-
Rp 788.301.000,-
Rp 1.014.390.000,-
Rp 1.131.714.298,-
Rp 2.798.541.149,-
Rp 786.925.040,-
Rp 1.007.674.259,-
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 44
Lampiran II
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 45
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 46
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 47
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 48
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 49
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 50
FOTO KEGIATAN KEDEPUTAN BIDANG KOORDINASI
KOMUNIKASI, INFORMASI DAN APARATUR
FKK Pelayanan Publik, Manado (6/4/2016)
Simposium Nasional tentang Tragedi 1965, Hotel Aryaduta (18/4/2016)
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 51
FKK Tata Kelola Pemerintahan, Lampung (11/5/2016)
Forum Tematik Bakohumas, Mabes TNI (17/5/2016)
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 52
FKK Tata Kelola Pemerintahan, Padang (25/5/2016)
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 53
Hari Pengungsi Dunia, Goethe Institute (20/6/2016)
Seminar Kerjasama Keamanan Cyber Indonesia-Australia (20/7/2016)
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 54
International Meeting on Counter Terrorism, Bali (9/8/2016)
Pelantikan Sesmenko Polhukam (4/10/2016)
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 55
Rakor tentang Pembentukan Satgas Saber Pungli (24/10/2016)
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 56
FKK tentang Keamanan Siber Nasional, Bandung (27/10/2016)
Rakor tentang Pengamanan Domain mil.id (7/11/2016)
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 57
Seminar Kerjasama Keamanan Cyber Indonesia-Korea Selatan (13/12/2016)
L A K I P D E P U T I B I D K O O R K O M I N F O T U R T A H U N 2 0 1 6 Page 58