laporan kelompok 2 (minyak ikan)

17
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat. Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran antara lain: Dalam bentuk sediaan padat: Pil, Tablet, Kapsul. Supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat: Krim, Salep. Dalam bentuk cair: Sirup, Eliksir, Suspensi, Emulsi dan lain-lain. Emulsi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu siatem terdispersi dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa. Sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak merupakan fase pembawanya, sistem ini disebut emulsi dalam minyak. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larut obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengelmusi atau surfaktan yang cocok. Emulsi juga bisa

Upload: agung-dwi-rahmawan

Post on 28-Dec-2015

361 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif

dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan

banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat,

kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa

harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.

Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran antara lain: Dalam

bentuk sediaan padat: Pil, Tablet, Kapsul. Supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah

padat: Krim, Salep. Dalam bentuk cair: Sirup, Eliksir, Suspensi, Emulsi dan lain-lain. Emulsi

merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat diartikan

sebagai suatu siatem terdispersi dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang

lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak merupakan fase terdispersi dan larutan air

merupakan fase pembawa. Sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya jika air

atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak merupakan fase pembawanya,

sistem ini disebut emulsi dalam minyak. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat

cair atau larut obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengelmusi

atau surfaktan yang cocok. Emulsi juga bisa diartikkan sistem dua fase, yang salah satu

cairannya terdispersi dalam cairan lain, terdispersi merata ke dalam pembawanya.

Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan Emulsi yaitu bahan obat

mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk

sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan,

diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan

obat. Contohnya adalah emulsi minyak ikan. Emulsi minyak ikan merupakan suatu sediaan

emulsi yang memiliki khasiat sebagai sumber vitamin A dan D.

1.2 Tujuan

a. untuk mentukan formulasi sediaan emulsi.

b. untuk memberikan informasi tentang sifat dan khasiat beberapa bahan obat.

c. untuk memberikan informasi tentang metode pembuatan sediaan emulsi.

d. untuk menentukan metode evaluasi sediaan emulsi.

Page 2: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori tentang Emulsi

2.1.1 Pengertian Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan

yang lain, dalam bentuk tetesan kecil (FI IV, hal:6)

Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri

dari minimal 2 atau lebih cairan yang tidak bercampur satu sama lain, dimana

cairan yang satu terdispersi didalam cairan yang lain dan untuk memantapkannya

diperlukan penambahan emulgator. (voight 398)

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan

kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur (ansel)

2.1.2 Komponen emulsi

a) Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi,

terdiri atas :

Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdipersi/ fase dalam, yaitu

zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.

Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase keluar, yaitu zat cair dalam

emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar emulsi tersebut.

Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan

emulsi.

b) Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam

emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Contohnya: pengawet yang sering

digunakan dalam sediaan emulsi adalah metil-, etil-, dan butil-paraben, asam benzoat

dan senyawa amonium kuarterner.

2.1.3 Tipe emulsi

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal,

emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu :

a) Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yang

terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai

fase internal dan air sebagai fase eksternal.

Page 3: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

b) Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau M/A (air dalam minyak), adalah emulsi yang

terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai

fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.

2.1.4 Tujuan pemakaian emulsi

Emulsi dibuat untuk mendapatkan preparat atau sediaan yang stabil dan merata atau

homogen dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. Tujuan pemakain

emulsi adalah :

a) Untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau per oral. Umumnya emulsi tipe O/W.

b) Untuk dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O, tergantung pada

banyak faktor, misalnya sifat zatnya atau efek terapi yang dikehendaki.

2.1.5 Teori terbentuknya emulsi

Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal empat macam teori yang melihat

proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda.

Teori tegangan permukaan (surface tension)

Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut

daya kohesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu

zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidakadanya keseimbangan daya

kohesi.

Teori orientasi bentuk baji (Oriented wedge)

Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya

kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang bersifat suka air

atau mudah larut dalam air, dan ada bagian yang suka minyak atau mudah larut

dalam minyak.

Teori film plastik (Interfacial film)

Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan

minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase

dispers atau fase internal.

Teori lapisan listrik rangkap (Electric double layer)

Jika minya terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan

dengan permukaan minyak akan bermuatan jenis, sedangkan lapisan berikutnya

akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya.

2.1.6 Bahan-bahan pengemulsi (emulgator)

Page 4: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

Emulgator alam, yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit.

Dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :

1) Emulgator dari tumbuh-tumbuhan

Pada umumnya, termasuk golongan karbohidrat dan merupakan emulgator tipe

O/W, sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, dan dapat dirusak

oleh bakteri. Oleh karena itu pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu

menambahkan bahan pengawet

2) Emulgator hewani

3) Emulgator dari mineral

2.1.7 Cara pembuatan emulsi

a) Metode gom kering atau metode kontinental

Dalam metode ini, zat pengemulsi (biasanya Gom Arab) dicampur dengan minyak

terlebih dulu, kemudian ditambah air untuk membentuk korpus emulsi, baru

diencerkan dengan sisa air yang tersedia.

b) Metode gom basah atau metode inggris

Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut dalam air)

agar membentuk suatu musilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan

untuk membentuk emulsi, kemudian diencerkan dengan sisa air.

c) Metode botol atau metode botol forbes

Ditambahkan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan

mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam

botol kering, ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian campuran tersebut

dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.

2.1.8 Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi

a) Mortir dan stamper

b) Botol

c) Mixer dan blender

d) Homogenizer

e) Colloid mill

2.1.8 Cara membedakan tipe emulsi.

a) Dengan pengenceran fase

Emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air dan tipe w/o dapat diencerkan dengan

minyak

b) Dengan pengecatan atau pewarnaan

Page 5: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

Emulsi + larutan sudan tiga dapat memberi warna merah pada emulsi tipe w/o

Emulsi + larutan metilen biru dapat memberikan warna biru pada emulsi tipe o/w

c) Dengan kertas saring atau kertas tissu

Jika emulsi diteteskan pada kertas saring terjadi noda minyak berarti emulsi tersebut

tipe w/o, tetpai jika terjadi basah merata berarti emulsi tersebut tipe o/w

d) Dengan konduktivitas listrik

Lampu neon akan menyala jika elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w,

dan akan mati jika dicelupkan emulsi tipe w/o.

2.2 Dasar Teori tentang Minyak Ikan

Minyak ikan banyak mengandung omega-3 yang terdiri atas Arachidonic Acid atau

AA, EPA atau Eicosapentaenoic Acid, dan Docosahexaenovic Acid atau DHA. Omega-3

sendiri adalah jenis lemak tidak jenuh ganda yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh

manusia. Karena itu, omega-3 dianggap penting sebagai asam lemak esensial. Dan minyak

ikan, terutama yang dibuat dari hati ikan Kod banyak mengandung vitamin A, B, D, dan

kalsium.Untuk menyempurnakan kandungannya, ada juga produsen minyak ikan yang

menambahkan minyak yang diekstraksikan dari ikan Kapelin.

Adanya kandungan nutrisi tersebut membuat minyak ikan punya banyak manfaat.

Antara lain:

Menjaga sel-sel tubuh tetap baik.

Mengoptimalkan perkembangan sel-sel tubuh, terutama otak.

Membangun jaringan saraf di retina, sehingga penglihatan anak menjadi lebih baik.

Menambah nafsu makan, karena minyak ikan mengandung vitamin B, yang bisa

merangsang nafsu makan anak.

Membantu pertumbuhan tulang dan gigi.

Meskipun punya banyak manfaat, bukan berarti minyak ikan boleh diberikan dalam

jumlah banyak, atau bahkan berlebihan. Minyak ikan adalah suplemen tambahan yang tidak

boleh dikonsumsi secara berlebihan, karena malah akan dibuang percuma. Minyak ikan bisa

diberikan kepada anak yang kekurangan enzim dalam tubuhnya, misalnya setelah sakit - tapi

bukan sakit berat -, dan membutuhkan suplemen tambahan, untuk memperbaiki nafsu

makannya.

Minyak ikan bisa diberikan mulai anak usia satu tahun, dengan takaran satu sendok

makan per hari. Sedang anak yang usianya kurang dari enam bulan sebaiknya tidak diberi

Page 6: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

minyak ikan, karena kekebalan tubuh masih belum bagus, sehingga dikhawatirkan malah

akan berdampak buruk, misalnya alergi.

Cara menghilangkan bau amis dari minyak ikan, dapat mengonsumsinya bersamaan

dengan sirup yang mengandung vitamin C. Atau bisa juga langsung minum suplemen yang

mengandung minyak ikan, yang rasanya manis.

Page 7: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Formulasi

Formula Baku

Emulsi Minyak Ikan (Fornas halaman 217)

Komposisi : Oleum Iecoris Aselli 100 g

Glycerolum 10 g

Gummi Arabicum 30 g

Oleum Cinnamoni gtt VI

Aqua destilata hingga 215 g

Rancangan Formulasi

R/ Oleum Iecoris Aselli 28 g

Glycerolum 5 %

CMC-Na 0,5 %

BHT 0,05 %

Oleum Cinnamoni gtt II

Aquades ad 60 ml

3.2 Alasan Pemilihan Bahan

1. Oleum Iecoris Aselli

Dipilih oleum iecoris aselli sebagai bahan aktif karena memiliki manfaat yang baik

sebagai multivitamin yaitu sumber vitamin A dan vitamin D.

2. CMC-Na

Dipilih CMC-Na sebagai emulgator karena CMC-Na bisa menstabilkan suspensi

3. Glycerolum

Dipilih glycerolum sebagai pemanis karena gliserol memiliki kandungan minyak

sehingga mudah larut dalam minyak ikan

4. BHT

Dipilih BHT sebagai pengawet karena di dalam emulsi minyak ikan terdapat

komponen minyak dan lemak yang apabila tidak disimpan dengan baik lama

kelamaan akan tengik. Peristiwa tersebut dikarenakan asam lemak tidak jenuh dalam

Page 8: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

bahan tersebut teroksidasi oleh udara, cahaya, dan kerja bakteri. Untuk mencegah

proses tersebut maka dipilih BHT sebagai pengawet yang bersifat antioksidan.

5. Oleum Cinnamoni

Dipilih oleum cinamoni sebagai pengaroma karena

3.3 Monografi Bahan

1. Oleum Iecoris Aselli

Nama Latin : Oleum Iecoris Aselli

Nama Lain : Minyak ikan

Pemerian : Cairan minyak, encer, berbau khas, tidak tengik, rasa dan bau

seperti ikan

Kelarutan : Sukar larut dalam etanol; mudah larut dalam eter, dalam

kloroform, dalam karbon disulfide, dan dalam etil asetat (FI IV halaman 628).

Khasiat : Sumber vitamin A dan vitamin D (FI III halaman 457).

Bobot Jenis : Antara 0,918 dan 0,927

Indeks bias : 1,478 sampai 1,482

Bilangan asam : Tidak lebih dari 1,2

Bilangan iodium : 120 sampai 180

Bilangan penyabunan : 180 sampai 190

2. CMC-Na

Nama Latin : Carboxymethylcellulosum natricum

Nama Lain : Karboksimetilselulosa natrium

Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem; higroskopik.

Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut

dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organic lain

Khasiat : Emulgator ( 0,25-1% )

pH : Antara 6,5 sampai 8,5

3. Oleum Cinnamoni

Nama Latin : Oleum Cinnamoni

Nama Lain : Minyak Kayu manis

Pemerian : Cairan; suling segar berwarna kuning; bau dan rasa khas. Jika

disimpan dapat menjadi coklat kemerahan.

Kelarutan :

Khasiat : Pengaroma

Bobot Jenis : 1,000 sampai 1,035

Page 9: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

Rotasi optic : 00 sampai -20

Indeks bias : 1,573 sampai 1,595

4. Glycerolum

Nama Latin : Glycerolum

Nama Lain : Gliserin

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh

berbau khas lemah. Higroskopik; netral terhadap lakmus.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam

kloroform; dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.

Khasiat : Pemanis sampai 20%

Bobot Jenis : 1,255 sampai 1,260

Indeks bias : Antara 1,471 dan 1,474

5. BHT

Nama Latin : Buthylis Hidroxytoluenum

Nama Lain : BHT, Butil hidroksi toluena

Pemerian : Hablur padat, putih; bau khas, lemah

Kelarutan : Tidk larut dalam air dan dalam propilen glikol; mudah larut dalam

etanol, dalam kloroform dan dalam eter

Khasiat : Pengawet (0,01-0,1 %)

Density (bulk) : 0,48-0,60 g/cm3

Density (true) : 1,031 g/cm3

Titik nyala : 1270C (open cup)

Titik lebur : 700 C

Kadar air : 40,05%

Berat jenis : 1,006 pada suhu 200 C

0,890 pada suhu 800 C

0,883 pada suhu 900 C

0,800 pada suhu 1000 C

3.4 Perhitungan Bahan

1. Oleum Iecoris Aselli

Untuk 1 botol sediaan = 28g

Untuk 12 botol sediaan = 28g × 12 = 336 g

2. Glycerolum

Page 10: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

Untuk 1 botol sediaan = 5

100×60=3 g

Untuk 12 botol sediaan = 3g × 12 = 36 g

3. CMC-Na

Untuk 1 botol sediaan = 0,5100

×60=0,3 g

Untuk 12 botol sediaan = 0,3 g × 12 = 3,6 g

4. BHT

Untuk 1 botol sediaan = 0,05100

×60=0,03 g=30mg

Untuk 12 botol sediaan = 0,03 g × 12 = 0,36 g

5. Oleum Cinnamoni

Untuk 1 botol sediaan = 2 tetes

Untuk 12 botol sediaan = 2 tetes × 12 = 24 tetes

3.5 Cara Pembuatan

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Disetarakan timbangan

3. Dikalibrasi botol 60 ml sebanyak 6 buah

4. Ditimbang CMC-Na sebanyak 1,8 gram lalu dimasukkan ke dalam mortir

5. Diukur air panas sebanyak 60 ml lalu dimasukkan ke dalam mortir

6. Campuran diaduk dengan cepat dan kuat sampai terbentuk musilago

7. Ditimbang minyak ikan sebanyak 168 gram menggunakan cawan porselen

8. Dimasukkan ke dalam mortir yang berisi musilago sedikit demi sedikit sambil digerus

kuat dan cepat

9. Ditimbang 18 gram gliserol menggunakan cawan porselen lalu dimasukkan ke dalam

mortir dan diaduk kuat dan cepat

10. Ditimbang 0,18 gram BHT dimasukkan ke dalam mortir lalu digerus dengan kuat dan

cepat

11. Ditambahkan oleum cinamoni 12 tetes lalu digerus sampai homogen

12. Ditambahkan aquades ad 360 ml ke dalam mortir sedikit demi sedikit lalu digerus

sampai homogen

13. Dimasukkan hasil ke dalam 6 botol yang telah dikalibrasi sampai tanda batas

14. Diberi etiket berwarna putih

Page 11: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

15. Diulangi prosedur kerja yang sama untuk membuat emulsi minyak ikan sampai 12

botol

BAB IV

EVALUASI SEDIAAN

4.1 Evaluasi Sediaan Emulsi

1. Organoleptis

Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari sediaan emulsi pada penyimpanan pada suhu

endah 5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing 12 jam.

2.   Volume Terpindahkan (Anonim b. 1995. Halaman 1089)

Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 10 wadah, dan

selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10 wadah

satu persatu.

Prosedur:

Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan

kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah

dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udaa pada waktu

penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit.

Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran: volume rata-

rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun volume

wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah

volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu

wadahpun volumenya kurang dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak

lebih dari satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari volume

yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata

larutan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada

etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang

dari 90 % seperti yang tertera pada etiket.

3. Penentuan viskositaas

Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas dilakukan dengna viskometer

brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).

Page 12: Laporan Kelompok 2 (Minyak Ikan)

4. Metode pengenceran

Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas piala kemudian diencerkan dengan

air. JIka dapat diencerkan maka emulsi tipe minyak dalam air dan sebaliknya.

5. Metode percobaan cincin

Jika satu tetes emulsi yang diuji diteteskan pada kertas saring maka emulsi minyak dalam

air dalam waktu singkat membentuk cincin air disekeliling tetesan.

6. Metode warna

Beberapa tetes larutan bahan pewarna lain ( metilen ) dicampurkan ke dalam contoh

emulsi. Jika selurih emulsi berwarna seragam maka emulsi yang diuji berjenis minyak dalam

air, oleh karena air adalah fase luar. Sampel yang diuji bahan warna larut sudan III dalam

minyak pewarna homogen pada sampel berarti sampel tipe air dalam minyak karena pewarna

pelarut lipoid mampu mewarnai fase luar.

7. Penentuan Bobot Jenis

Penentuan bobot jenis suatu emulsi dengan cara menggunakan alat yaitu piknometer

8. Penentuan pH

Penentuan pH suatu emulsi dilakukan dengan cara diukur menggunakan pH meter