laporan keg.5&6

Upload: febriyanti17

Post on 18-Jul-2015

869 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

I.

JUDUL DIFUSI OSMOSIS DAN PLASMOLISIS

II.

TUJUAN Kegiatan 5 1. Mengamati gejala difusi osmosis 2. Menemukan faktor yang mempengaruhi osmosis 3. Menunjukan prinsip dasar arah aliran air pada peristiwa osmosis Kegiatan 6 1. Menemukan fakta tentang gejala plasmolisis 2. Menunjukan faktor penyebab plasmolisis 3. Menunjukan hubungan antara plsmolisis dengan status potensial osmotik antara cairan selnya dengan larutan di lingkungannya

III.

LATAR BELAKANG Tumbuhan membutuhkan air, gas-gas, dan ion-ion yang diambil dari lingkungannnya. Antara air, gas-gas dan ion-ion saling berhubungan dalam memenuhi kebutuhan tumbuhan. Ion tersedia dalam tanah, sehingga penyerapannnya harus dalam bentuk terlarut dalam air tanah. Sedangkan gas CO2 dan O2 diserap oleh tumbuhan dalam bentuk yang berbeda. Gas CO2 diserap melalui daun yang digunakan dalam fotosintesis, sedangkan gas O2 diserap melalui lentisel dan akar. O2 yang diserap oleh akar berasal dari air tanah yang mengandung O2. Untuk masuknya ion-ion, air maupun gas-gas kedalam tumbuhan harus menembus dinding sel dan membran sel yang selektif permiable. Walaupun dinding sel tebal, dalam dinding sel terdapat banyak pori-pori atau ruang-ruang yang mudah dilalui larutan tanah gas-gas, sehingga tidak menimbulkan masalah untuk penyerapan. Sebaliknya, membran sel yang lipo-protein hanya memiliki pori yang lembut dan bermuatan, sehingga tidak setiap zat dengan mudah melewatinya. Permeabilitas membran terhadap ion-

ion adalah paling rendah. Dengan kata lain, ion-ion sulit menembus membran, maka penyerapannya pun paling sulit. Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya plasmalemma atau membran plasma dari dinding sel karena dehidrasi (sel kehilangan air). Peristiwa ini terjadi dari jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial osmotik lebih tinggi. Dalam keadaan tersebut, air sel akan terdorong untuk berdifusi ke luar sel menembus membran (osmosis). Salah satu fenomena akibat dehidrasi sel adalah terjadinya plasmolisis. Dalam keadaan tertentu, sel masih mampu kembali kedalam seperti semula bila jaringan dikembalikan ke air murni. Peristiwa ini dikenal sebagai gejala deplasmolisis. Bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipotonis sampai isotonis, maka sel-sel jaringan tidak akan mengalami plasmolisis. Berdasarkan hal ini, maka metode plasmolisis dapat digunakan sebagai salah satu metode penaksiran nilai potensial osmotik jaringan. Sebagai perkiraan terdekat, potensial osmotik jaringan ditaksir eqivalen dengan potensial osmotik suatu larutan yang telah menimbulkan plasmolisis sebesar 50% yang disebut incipient plasmolysis.

IV.

DASAR TEORI

1. Difusi Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion),d ifusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated difusion). Difusi melalui membrane berlangsung karena molekul -molekul yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahanbahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, memmbran sel juga sangat

permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam garam mineral , tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus membrane. Proses masuknya molekul besar yang melibatkan transforter dinamakan difusi difasilitasi, yaitu pelaluan zat melalui rnembran plasrna yang melibatkan protein pembawa atau protein transforter. Protein transporter tergolong protein transmembran yang memliki tempat perlekatan terhadap ion atau molekul vang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau ion memiliki protein transforter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein transforter yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel. Protein transporter untuk grukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung, sel-sel lemak dan sel-sel hati, karena sel sel tersebut selalu membutuhkan glukosa untuk diubah menjadi energi.

(http://kireidwi.blog.friendster.com/2008/09/mekanisme-difusi-dan-osmosisdalam-sel) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu a. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi. b. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi. c. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya. d. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.

e.

Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

Dalam mengambil zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas, dan salah satunya adalah difusi. Ada dua jenis difusi yang dilakukan, yaitu difusi biasa dan difusi khusus. Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hydrophobic atau tidak berpolar / berkutub. Molekul dapat langsung berdifusi ke dalam membran plasma yang terbuat dari phospholipids. Difusi seperti ini tidak memerlukan energi atau ATP(Adenosine Tri-Phosphate). Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hydrophilic atau berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan protein khusus yang memberikan jalur kepada partikel-partikel tersebut ataupun membantu dalam perpindahan partikel. Hal ini dilakukan karena partikelpartikel tersebut tidak dapat melewati membran plasma dengan mudah. Protein-protein yang turut campur dalam difusi khusus ini biasanya berfungsi untuk spesifik partikel.

2. Osmosis Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi permeabel. Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan

yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. jadi, pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan .sebagai larutan hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis. Apakah yang terjadi jika sel tumbuhan atau hewan, misalnya sel darah merah ditempatkan dalam suatu tabung yang berisi larutan dengan sifat larutan yang berbeda-beda? Pada larutan isotonis, sel tumbuhan dan sel darah merah akan tetap normal bentuknya. Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan mengembang dari ukuran normalnya dan mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah /lisis, hal irri karena sei hewan tidak memiliki dinding sel. Pada larutan hipertonis, sel tumbuhan akan kehilangan tekanan turgor dan mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari dinding sel), sedangkan sel hewan/sel darah merah dalam larutan hipertonis menyebabkan sel hewan/sel darah merahmengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput karena kehilangan air. Seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

3. Plasmolisis Plasmolisis adalah peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membran plasma dari dinding sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan garam lebih dari 1%). Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit terkecil kehidupan, terjadi sirkulasi keluar-masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis dengan lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengan mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar bisa masuk. Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada dalam larutan hipertonik. Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana sitoplasma mengerut dan menjauhi

dinding sel. Sehingga dapat terjadi cytorrhysis runtuhnya dinding sel. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik. Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis. Plasmolisis adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan bahwa sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat, artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam dan dinamis dengan lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka ia harus ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk. Kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan mudah ia mengaturnya ia bisa mencapai

homeostatis/seimbang. Terkadang sel juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi sel dipaksakan keluar karena tekanan di luar lebih besar, jika terjadi demikian maka terjadilah lisis / plasmolisis yang membawa sel itu mati. Plasmolisis adalah contoh kasus transportasi sel secara osmosis di mana terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui membran semi permeabel. Plasmolisis dapat memberikan gambaran untuk menentukan besarnya nilai osmosis sebuah sel. Jika sel tumbuhan di tempatkan dalam larutan yang hipertonik terhadap cairan selnya, maka air akan keluar dari sel tersebut sehingga plasma akan menyusut. Bila hal ini berlangsung terus menerus, maka plasma akan terlepas dari dinding sel disebut plasmolisis. Jika sel tumbuhan, misalnya sel Spirogyra di letakkan dalam larutan yang hipertonik terhadap sitosol sel tersebut, maka air yang berada dalam

vakuola merembes keluar dari sel. Akibatnya protoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel. Jika sebatang tanaman air tawar atau darat di letakkan ke dalam air laut, sel- selnya dengan cepat kehilangan turgornya dan tanaman tersebut menjadi layu. Hal ini disebabkan karena air laut itu hipertonik terhadap sitoplasma. Dengan demikian air berdifusi dari sitoplasma ke air laut sehingga sel-sel itu mengkerut. Keadaan ini disebut plasmolisis (Kimball, 1994). Apabila konsentrasi larutan dalam sel tinggi, air akan masuk sel dan terjadi endosmosis. Hal ini menyebabkan tekanan osmosis sel menjadi tinggi. Keadaan yang demikian dapat memecahkan sel (lisis). Jadi, lisis adalah hancurnya sel karena rusaknya atau robeknya membran plasma. Sebaliknya, apabila konsentrasi larutan di luar sel lebih tinggi, air dalam sel akan keluar dan terjadi eksosmosis. Eksosmosis pada hewan akan menyebabkan pengerutan sel yang disebut krenasi dan pada tumbuhan akan menyebabkan terlepasnya membran dari dinding sel yang disebut plasmolisis. Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992). Tjitrosomo (1987) menyatakan bahwa sel yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis. Jika suatu sel dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air yang nilainya tinggi (=0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air yang lebih rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar sel masuk ke dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang. Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial

air larutan dengan nilainya di dalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikelpartikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952). Di bawah ini merupakan gambar literatur dari proses sel yang mengalami plasmolisis.

Berikut adalah gambar dari sel daun Rhoe discolor yang berada dalam lingkungan berbeda. Sel tumbuhan dalam kondisi lingkungan berbeda

Sebelum plasmolisis

Sesudah plasmolisis

V.

HIPOTESIS Kegiatan 5 Semakin pekat larutan sukrosa (konsentrasi besar), maka kecepatan osmosisnya lebih cepat. Kegiatan 6 Apabila sayatan daun Rhoe discolor diberikan tetesan larutan yang memiliki potensial osmotiknya tinggi (larutan sukrosa), maka akan terjadi plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa yang ditetesi, semakin banyak jumlah sel yang terplasmolisis.

VI.

ALAT DAN BAHAN Kegiatan 5 Alat 1. Pipa kaca berskala dengan penyumbat karetnya 2. Cawan petri 3. Pipet tetes mulut panjang 4. Pisau tajam 5. Pelubang gabus Bahan 1. Larutan gula sukrosa (0, 50, dan 100%) 2. Karet penyumbat berlubang 1 (untuk memasukan pipa kaca berskala) 3. Kentang Kegiatan 6 Alat 1. Mikroskop 2. Gelas benda dan penutup 3. Botol vial 4. Pipet tetes 5. Silet Bahan 1. Daun Rhoe discolor 2. Larutan sukrosa (0,14 M dan 0,18M)

VII.

CARA KERJA Kegiatan 5 kentang dibuat irisan bentuk kubus dengan ukuran 3 x 3 x 3 x cm

dua sumuran dengan pelubang gabus dibuat dengan diameter 2 cm dan dalam 2 cm

larutan gula dimasukan pada sumuran samapai setengah bagian lubang sumuran

lubang sumuran ditutup dengan karet penyumbat yang telah diberi pipa kaca berskala dan dipastikan rapat

permukaan larutan gula dibuat 0,5 cm dari permukaan kentang

kentang ditempatkan pada cawan petri yang telah diisi sedikit air

perubahan ketinggian air diamati pada pipa kaca tiap 10 menit

Kegiatan 6 4 botol vial yang berisi larutan sukrosa 0,14 M; 0,18 M; 0,22 M; dan 0,26 M masing-masing sebanyak 10 ml

dibuat beberapa sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoe discolorsayatan diletakan pada gelas banda, kemudian ditetesi sedikit air dan ditutp dengan kaca penutupnya

sayatan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran kecil kemudian perbesaran yang semakin besar

jumlah sel yang penuh dengan warna ungu yang terdapat dalam bidang pengamatan dihitung

larutan gula diteteskan pada tepi gelas penutupnya, lalu diamati dan dicacat kapan saja terjadi persel-sel beranthosian tadi secara terus menerus selama 2 menit

sel yang mengalami pemudaran warna antosianin ungu atau bahkan transparan dihitung data dimasukan dalam tabel dan dibuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dengan plasmolisis yang terjadi

VIII.

DATA HASIL PENGAMATAN Kegiatan 5 a. Larutan sukrosa 50 % Pengamatan 10 menit ke Pipa kawat Pipa kawat Keterangan

berskala yang berskala yang berisi larutan berisi sukrosa (A) air

(kontrol) (B) 0.015 0.015 Pada sukrosa terjadi

0 1

0.04 0.06

kenaikan larutan setinggi 0.02 ml 2 0.07 0.015 Pada sukrosa terjadi

kenaikanlarutan setinggi 0.01 ml 3 0.075 0.015 Pada sukrosa terjadi

kenaikan 0.005 ml

b. Larutan sukrosa 100% Pengamatan menit ke 10 Pipa berskala berisi kawat Pipa yang berskala larutan berisi (kontrol) (B) 0.02 0.02 Pada terjadi larutan 0.02 ml 2 0.08 0.02 Pada terjadi sukrosa sukrosa kenaikan setinggi kawat Keterangan yang air

sukrosa (A) 0 1 0.04 0.06

kenaikanlarutan setinggi 0.02 ml 3 0.095 0.02 Pada terjadi 0.015 ml sukrosa kenaikan

10 menit

20 menit

30 menit

Kegiatan 6Perlakuan sukrosa Keadaan sel dalam satu bidang pandang Terplasmolisis (%) 29 36,70 % 28 51 % 26 47,3 % 160 39,5 % Tak (%) 50 63,30 % 27 49 % 29 52,7 % 245 60,5 % Waktu mulai terplasmolisis terplasmolisis ( detik ke-) 68

0,14 M

0,18 M

89

0,22 M

24

0,26 M

48

IX.

ANALISIS Kegiatan 6 Larutan sukrosa 0,14 M Jumlah sel terplasmolisis : 29 sel Jumlah sel yangtak terplasmolisis : 50 sel Persentase terplasmolisis

Persentase tak terplasmolisisi

Larutan sukrosa 0,18 M Jumlah sel terplasmolisis : 28 sel Jumlah sel yangtak terplasmolisis : 27 sel Persentase terplasmolisis

Persentase tak terplasmolisisi

Larutan sukrosa 0,22 M Jumlah sel terplasmolisis : 26 sel Jumlah sel yangtak terplasmolisis : 29 sel Persentaseterplasmolisis

Persentase tak terplasmolisisi

Larutan sukrosa 0,26 M Jumlah sel terplasmolisis : 160 sel Jumlah sel yangtak terplasmolisis : 245 sel

Persentaseterplasmolisis

Persentase tak terplasmolisisi

Hubungan Antara Konsentrasi Larutan Sukrosa dengan Plasmolisis70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 konsentrasi larutan sukrosa

X.

PEMBAHASAN Berdasarkan percobaan yang dilakukan, yang berjudul difusi osmosis memiliki tujuan antara lain mengamati gejala difusi osmotic, menemukan faktor yang mempengaruhi osmosis dan menunjukkan prinsip dasar arah aliran air pada peristiwa osmosis sedangkan pada percobaan dengan temaplasmolisis bertujuan antara lain menemukan fakta tentang gejala plasmolisis, menunjukkan faktor penyebab terjadinya plasmolisis,

mendeskripsikan peristiwa plasmolisis, dan menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara cairan selnya dengan larutan di lingkungannya.

Dalam percobaan kali ini, bahan yang digunakan sebagai osmometer sederhana untuk mengetahui gejala difusi osmotik adalah membran kentang. Sedangkan yang digunakan larutan sukrosa 50%, dan larutan sukrosa 100%.

1. Osmosis Osmosis adalah perpindahan molekul melewati membran selektif

permeable dari larutan dengan konsentrasi rendah (hipotonik) kelarutan dengan konsentrasi tinggi (hipertonik). Konsentrasi dalam hal ini adalah pelarut, jadi pada peristiwa osmosis yang mengalami perpindahan adalah pelarutnya. Pada percobaan ini digunakan dua bahan yang digunakan sebagai membran selektif permeable atau osmometer yaitu kentang. a. Kentang Pada percobaan osmosis yang pertama digunakan membran kentang. Dalam percoban yang dilakukan, kentang dibuat dengan ukuran (3x3x6)cm kemudian dibuat dua sumuran dengan kedalaman 2 cm. Pada permukaan kentang dibuat dua sumuran dengan diameter menyesuaikan dengan besar pipa kaca yang dipakai. Lubang tersebut tidak sampai tembus pada bagian dasarnya, karena bagian dasar inilah yang berperan sebagai membran dalam percobaan ini. Kemudian lubang ditutup dengan karet penyumbat yang telah diberi pipa kaca berskala. Penutupan ini harus dipastikan rapat, sehingga setelah larutan gula dimasukkan dalam pipa berskala, larutan tersebut tidak merembes naik melewati celah antara kentang dan karet penyumbat. Pada pipa kaca berskala dimasukkan masing-masing larutan sukrosa 50% dan larutan sukrosa 100%. Lalu kentang diletakkan pada cawan petri yang telah diisi sedikit air dan diamati perubahan ketinggian air pada pipa kaca. Dalam percobaan ini, kelompok I sampai 4 mengunakan larutan sukrosa 50 %, kelompok 5 sampai 8 menggunakan larutan gula 100%.

Pembagian ini bertujuan untuk mengetahui apakah konsentrasi larutan dapat berpengaruh pada peristiwa osmosis dalam percobaan kali ini. Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan data sebagai berikut : a) Larutan gula 50 % 1. Kelompok 4 Pada menit ke-10, pada pipa A (larutan sukrosa) terjadi penambahan volume sebesar 0.02 ml kemudian pada menit ke-20, pada pipa A terjadi penambahan volume sebesar 0.01 ml dan pada menit ke-30, pada pipa A terjadi penambahan volume sebesar 0.005 ml dan pada pipa B tidak terjadi penambahan volume sejak menit pertama. Berdasarkan tabel diatas dapat diamati bahwa semakin lama, sumuran yang diisi oleh larutan sukrosa 50% mengalami kenaikan volume. Dan jika diamati, semakin lama semakin lambat kenaikannya. Jadi, ada perubahan volume atau ketinggian air pada pipa yang dapat diamati. Hal ini karena konsentrasi sukrosa (zat terlarut) semakin berkurang, sedangkan air yang masuk semakin banyak. Semakin kecil konsentrasi zat terlarut maka gaya osmosisnya semakin kecil sehingga semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menyerap air. Sedangkan untuk sumuran yang terisi oleh air, tidak akan terjadi perubahan kenaikan air. Hal ini karena gaya air sama dengan gaya diluar sel, sehingga tekanannya sama dan sulit menyerap air. Padahal seharusnya konsentrasi air pada sumuran ini berkurang, namun karena banyaknya air yang ada di luar kentang maka perubahan ini tidak teramati dan laruatan sukrosa yang digunakan perbandingngannya terlalu sedikit dibanding air. Dalam percobaan ini apabila kentang yang digunakan sebagai membrane plasma terlalu tebal atau besar maka reaksi osmosis akan berlangsung cukup lama.

Faktor-faktor yang mempengauhi osmosis adalah Konsentrasi Semakin besar gradient (perbedaan) konsentrasi antara dua larutan kecepatan rata-rata osmosisnya menjadi semakin tinggi. Ukuran molekul Molekul dengan ukuran yang lebih kecil ditransportasikan lebih cepat dari pada molekul yang berukuran lebih besar pada suhu yang sama. Wujud materi Osmosis akan sangat lambat terjadi jika zatnya berwujud padat. Osmosis akan lebih cepat pada zat cair dan sangat cepat pada zat yang berwujud gas. Suhu Suhu panas dapat mempercepat gerakan molekul-molekul sehingga meningkatkan kecepatan rata-rata difusi. Sebaliknya, suhu dingin akan menurunkan kecepatan rata-rata osmosis. b) Larutan gula 100% 1. Kelompok 5 Pada menit ke-10, pada pipa A (larutan sukrosa) terjadi penambahan volume sebesar 0.02 ml kemudian pada menit ke-20, pada pipa A terjadi penambahan volume sebesar 0.02 ml dan pada menit ke-30, pada pipa A terjadi penambahan volume sebesar 0.015 ml dan pada pipa B tidak terjadi penambahan volume sejak menit pertama. Berdasarkan data percobaan di atas dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut: Perubahan volume atau ketinggian larutan (air) pada pipa kaca berskala terjadi baik pada kontrol maupun kelompok percobaan. Kontrol dapat dilihat hasilnya pada kelompok 4 dan kelompok 5, yaitu perubahan volume atau ketinggian larutan (air) pada pipa kaca berskala setiap 10 menit tidak mengalami penurunan. Dengan tidaknya adanya perubahan volume atau ketinggian larutan (air) pada pipa kaca berskala setiap menit

perhitungan, hal ini terjadi karena peristiwa osmosis. Terjadi peristiwa osmosis yaitu jika molekul pelarut mengalir dari larutan yang hipotonis (konsentrasi air atau pelarutnya tinggi) melalui membrane selektifpermeabel yang dalam hal ini adalah kentang, ke larutan yang hipertonis (konsentrasi air atau pelarutnya rendah). Gaya air sama dengan gaya diluar sel. Dalam percobaan, larutan yang hipotonis yaitu larutan yang berada di luar sel (kentang), sedangkan larutan yang di dalam sel (kentang) bersifat hipertonis. Larutan hipotonis menggunakan air akuades, sedangkan larutan hipertonis menggunakan larutan gula dengan berbagai konsentrasi. Perpindahan molekul air (pelarut) ini akan terus terjadi sampai konsentrasi larutan keduanya sama atau dengan kata lain adalah isotonis. Tidak terdapat perbedaan tingkat perubahan volume atau ketinggian larutan (air) pada pipa kaca dari ketiga perlakuan. Perbedaan perubahan volume atau ketinggian larutan (air) pada pipa kaca dapat dilihat pada data hasil percobaan dari kedelapan kelompok percobaan yaitu terbagi dalam dua kelompok percobaan, yaitu kelompok 1 sampai 4 dengan perlakuan larutan gula konsentrasi 50%, dan kelompok 5 sampai 8 dengan perlakuan larutan gula konsentrasi 100%. Pada setiap menit perhitungan yang telah ditentukan kecepatan perubahan volume atau ketinggian larutan (air) pada pipa kaca, dipengaruhi dan ada kaitannya dengan konsentrasi larutan gula yang ada di dalam sel (kentang). Hal ini terbukti pada data hasil percobaan dari kedua kelompok percobaan dengan perlakuan yang berbeda yaitu larutan sukrosa yang digunakan percobaan dari kedua kelompok mempunyai konsentrasi yang berbeda yaitu 50% dan 100%. Terjadi perbedaan kecepatan masuknya air ke dalam lubang yang berisi larutan gula dengan konsentrasi yang berbeda karena konsentrasi larutan gula yang ada di dalam sel (kentang) akan mempengaruhi aliran pelarut (air) dari larutan yang hipotonis (konsentrasi pelarut atau airnya

tinggi) yang masuk ke dalam larutan hipertonis (konsentrasi pelarut atau airnya rendah). Hal ini dapat dilihat pada data hasil percobaan bahwa semakin besar konsentrasi larutan sukrosa yang berada di dalam sel (kentang), maka akan semakin cepat pula aliran masuknya air (pelarut) ke dalam lubang yang berisi larutan sukrosa. 2. Plasmolisis Pada praktikum kegiatan 6 ini praktikan melakukan percobaan tentang plasmolisis. Pada percobaan ini praktikan menggunakan sel daun Rhoe discolor sebagai bahan sel yang diuji untuk terjadinya plasmolisis. Penggunaan daun Rhoe discolor ini karena sel-sel pada daun Rhoe discolor berwarna ungu, sehingga memudahkan praktikan untuk mengamati terjadinya plasmolisis. Hipotesis konsentrasi yang praktikan kemukakan adalah semakin tinggi yang ditambahkan, semakin banyak sel yang

sukrosa

terplasmolisis. Alasan praktikan mengemukakan hal ini karena sesuai teori jika konsentrasi larutan di luar sel tinggi akan mengakibatkan air dalam sel terdorong untuk berdifusi keluar sel menembus membran. Ini merupakan gejala dari osmosis. Terjadinya osmosis ini akan mengakibatkan terjadinya plasmolisis jika terjadi secara terus menerus. Pada percobaan yang dilakukan, larutan sukrosa yang diberikan pada sel memiliki potensial osmotik yang lebih tinggi dari pada potensial sel daun Rhoe discolor, sehingga beberapa sel dari daun Rhoe discolor akan mengalami plasmolisis. Plasmolisis yang terjadi pada daun Rhoe discolor adalah berupa pudarnya warna ungu sel daun Rhoe discolor atau bahkan warna selnya menjadi transparan. Ini karena plasmolisis yang terjadi dalam sel daun Rhoe discolor akan menyebabkan bagian dari sel terdorong keluar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Keluarnya bagian sel yang terus menerus akan mengakibatkan bagian dalam sel kosong atau terlihat transparan jika dilihat dibawah mikroskop.

Data yang praktikan peroleh dari percobaan dengan menambahkan beberapa konsentrasi larutan sukrosa yaitu 0,14M; 0,18M; 0,22M; dan 0,26M memiliki perbedaan. Data yang diperoleh untuk sayatan pertama daun Rhoe discolor adalah terlihat adanya 79 sel yang berwarna ungu. Kemudian setelah praktikan memberikan beberapa tetes larutan sukrosa 0,14 M di bagian sisi yang terdekat dengan sayatan sel terlihat adanya peristiwa plasmolisis pada sayatan tersebut. Plasmolisis ini terlihat karena beberapa sel yang berwarna ungu memudar warnanya dan bahkan terlihat adanya sel yang transparan. Waktu mulai terjadinya plasmolisis yaitu pada detik ke- 68. Lamanya waktu mulai plasmolisis dikarenakan sulitnya tetesan larutan sukrosa 0,14 M ke bagian sel yang berada di tengah. Setelah dilakukan pengamatan selama 2 menit, jumlah sel plasmolisis yang dapat diamati oleh praktikan adalah sebanyak 29 sel, sehingga yang tidak terplasmolisis berjumlah 50 sel. Jumlah yang terplasmolisis tidak mencapai 50% dari jumlah sel seuruhnya, sehingga tidak sesuai dengan yang seharusanya. Hal ini dikarenakan sulitnya tetesan larutan sukrosa 0,14 M ke bagian sel yangberada di tengah. Selain itu, sel-sel yang berwarna ungu menyebar dan kebanyakan dibagian tengah sayatan sehingga butuh waktu yang lama untuk dapat terplasmolisis semua.persentase untuk sel yang terplasmolisis yaitu hanya 36,7%. Untuk sayatan yang kedua ukuran sayatan lebih kecil dari sayatan yang pertama. Setelah praktikan mengamati dibawah mikroskop, terlihat jumlah sel yang lebih sedikit dari jumlah sel pada sayatan pertama yaitu hanya 55 sel. Setelah praktikan menberikan tetesan larutan sukrosa 0,18 M pada bagian sisi preparat, terlihat beberapa sel yang mengalami plasmolisis. Jumlah sel yang terplasmolisis yang dapat praktikan amati adalah 28 sel. Waktu mulia terjadinya plasmolisis yaitu pada detik ke- 89. Waktu mulai terjadinya plamolisis ini cukup lama, sehingga waktu plasmolisis yang praktikan amati hanya selama 31 detik. Waktu yang singakat ini dapat memplasmolisis sel yang banyak. Hal ini dikarenakan konsentrasi larutan sukrosa lebih besardari yang sebelumnya. Persentase sel yang terlasmolisis yaitu 51%.

Untuk sayatan yang ketiga, praktikan memberikan tetesan larutan sukrosa 0,22 M. Konsentrasi larutan sukrosa lebih tinggi dari yang sebelumnya. Sebelum ditetesi larutan sukrosa, praktikan mengamati dibawah mikroskop jumlah selnya yaitu 55 sel. Jumlah sel ini sama dengan jumlah sel pada sayatan yang kedua. Setelah diberikan tetesan larutan sukrosa 0,22 M, jumlah sel yang terplasmolisis yaitu 26 sel. Waktu mulai terplasmolisis yaitupadadetik ke- 24, sehingga lebih banyak waktu untuk mengamati plasmolisis dibandingkan saat mengamati sayatan kedua. Namun waktu yang lama ini tidak memebuat jumlah sel yang terplasmolisis banyak. Hal ini kurang dapat diketahui sebabnya karena praktikan hanya meminta data dari kelompok lain. Kemungkinan terjadinya kesalahan ini adalah kurang cermatnya praktikan kelompok lain tersebut dalam mengamati perubahan. Selain itu juga kemungkinan kebanyakan sel berada dibagian tengah sayatan. Untuk sayatan terakhir atau sayatan keempat, data yang digunakan praktikan juga merupakan data kelompok lain. dari data yang diperoleh bahwa larutan sukrosa yang diteteskan pada jaringan adalah larutan sukrosa 0,26 M. Jumlah sel yang diamati dibawah mikroskop adalah 405 sel. Setelah jaringan tersebut ditetesi larutan sukrosa 0,28 M terdapat beberapa sel yang mengalami plasmolisis. Jumlah sel yang terplasmolisis sebanyak 160 sel dan yang tak terplasmolisis sebanyak 245 sel. Waktu mulai terjadinya plasmolisis pada detik ke- 48. Dari data yang diperoleh terlihat sekali pengaruh konsentrasi terhadap jumlah sel yang terplasmolisis. Seperti hipotesis yang telah praktikan kemukakan bahwa semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, semakin banyak sel yang terplasmolisis, data untuk sayatan yang keempat ini menjawab hipotesis tersebut. Dari semua data hasil percobaan, hanya pada sayatan kedua yaitu sayatan yang ditetesi larutan sukrosa 0,18 M saja yang mengalami plasmolisis lebih dari 50% yaitu 51%. Berdasarkan tabel, potensial osmotik sel dapar diketahui sebesar -4,50 atm. Sedangkan untuk sayatan sel lainnya tidak dapat diketahui potensial osmotiknya karena jumlah sel yang terplasmolisis tidak lebih dari 50%.

XI.

KESIMPULAN Kegiatan 5 1. Faktor yang mempengaruhi osmosis adalah :

Ukuran molekul yang meresap. Keterlarutan lipid: Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi meresap lebih cepat daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti lipid.

Luas permukaan membrane.Kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan membran yang disediakan untuk resapan adalah lebih besar.

Ketebalan membrane. Suhu.

2. Peristiwa osmosis adalah peristiwa bergeraknya molekul pelarut dari konsentrasi pelarut tinggi ke konsetrasi pelarut yang rendah. 3. Semakin tinggi konsentrasi gula maka proses osmosis semakin cepat.

Kegiatan 6 Berdasarkan pada percobaan dan literatur, dapat disimpulkan: 1. Terdapat fakta tentang gejala plasmolisis yaitu yang terjadi pada daun Rhoe discolor. Daun tersebut sebelum mengalami plasmolisis sel-selnya utuh berwarna ungu, tapi ketika ditetesi larutan sukrosa maka sebagian selnya mengalami pemudaran warna dari warna ungu menjadi transparan, yang mengindikasikan gejala plasmolisis. 2. Faktor yang menyababkan plasmolisis adalah karena sel kehilangan air atau dehidrasi sel. 3. Peristiwa Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya plasmalemma atau membran plasma dari dinding sel karena dehidrasi (sel kehilangan air). Jika jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial osmotik lebih tinggi, maka air dalam sel akan terdorong untuk

berdifusi ke luar sel menembus membran, sehingga jaringan tersebut akan mengalami plasmolisis.

XII.

JAWABAN DISKUSI Kegiatan 6 1. Terdapat perbedaan respons sel-sel epidermis pada larutan sukrosa yang berbeda konsentrasinya. Sel-sel epidermis akan mengalami plasmolisis lebih cepat dan lebih banyak jika konsentrasi larutan sukrosa semakin tinggi. Berdasarkan literatur, dapat dijelaskan jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. 2. Bentuk hubungan antara tingkat plasmolisis dengan konsentrasi larutan sukrosa adalah cenderung linear. Jadi, semakin tinggi konsentrasi maka tingkat plasmolisis semakin besar. 3. Apabila tekanan osmotik larutan di luarnya sama dengan tekanan osmotik cairan selnya, maka sel-sel jaringan tidak akan mengalami plasmolisis. 4. Jika berdasarkan percobaan, gejala plasmolisis sudah dapat dilihat pada konsentrasi 0.14%. 5. Plasmolisis dapat terjadi karena jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial osmotik yang lebih tinggi. Jika sel tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Berdasarkan nilai osmosis plasmolitikum, besarnya nilai osmosis cairan sel setelah terjadi plasmolisis kurang lebih 50% adalah

sebesar -4,50 Atm. Hal ini dapat dianalisis dari data yang ada bahwa dengan plasmolisis sebesar 50.91% yang mendekati nilai 50% terjadi pada konsentrasi larutan sukrosa 0.18 M. Pada larutan dengan konsentrasi 0.18 M tersebut, potensial osmotiknya sebesar -4,50 M. 6. Sel atau jaringan yang sudah terplasmolisis masih dapat kembali normal bila dikembalikan ke lingkungan air biasa. K ondisi mengkerutnya sitoplasma dan menjauhi dinding sel bisa

dikembalikan setelah meneteskan kembali air di atas sayatan daun Rhoeo discolor. Dengan meneteskan air, maka membuat kondisi luar sel hipotonik sehingga air bisa memasuki sel sesuai prinsip osmosis. 7. Pengertian plasmolisis adalah proses keluarnya cairan yang ada di dalam sel menuju keluar sel dikarenakan konsentrasi di luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel. 8. Berdasarkan peristiwa plasmolisis ini dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur atau memperkirakan tekanan osmotik suatu jaringan dengan cara memperkirakan tentang besarnya nilai cairan osmotik cairan sel melalui tabel Potensial Osmotik (PO). 9. Kondisi potensial osmotik jaringan tumbuhan xerofit atau halofit dibandingkan pada tumbuhan air tawar adalah ..............................

XIII.

TUGAS PENGEMBANGAN A. OSMOSIS 1. Apakah potensial air 1 Mol larutan garam (NaCl) sama dengan 1 Mol larutan glukosa?

Jawab: tidak, karena tekanan osmosis () mempunyai persamaan yaitu =n.M.R.T dengan demikian besarnya tekanan osmosis antara larutan garam (NaCl) tidak sama dengan larutan glukosa sebab besarnya tekanan osmosis akan dipengaruhi oleh n. n yaitu banyaknya ion yang terdapat

dalam suatu senyawa. Jika larutan garam mempunyai jumlah ion (n) sebanyak 2, sedangkan larutan gula tidak memiliki ion (n) maka, tekanan osmosis larutan garam (NaCl) lebih besar daripada larutan glukosa, dengan demikian akan mempengaruhi potensial air di dalamnya.

2. Apakah laju difusi dari jaringan kentang dipengaruhi oleh jenis larutan perendamnya? Jawab: Iya, karena jenis larutan perendam akan mempunyai viskositas atau tingkat kekentalan zat yang berbeda. Hal ini akan berpengaruh pada kecepatan difusi-osmosis karena peristiwa tersebut terjadi karena mengalirnya larutan yang lebih pekat atau kental ke larutan yang lebih encer begitu sebaliknya.

3. Apa saja akan terjadi bila jaringan kentang ditempatkan pada larutan dengan potensial osmotiknya lebih rendah dari potensial osmotic cairan jaringannya? Jawab: larutan yang berada di dalam kentang akan berkurang, karena air (pelarut) yang berada di dalam kentang akan mengalir keluar menuju ke potensial larutannya lebih rendah. Hal ini jika berlangsung terus-menerus akan menimbulkan pelarut atau air dari larutan yang berada di dalam kentang lama-kelamaan akan habis.

B. PLASMOLISIS 1. Dapatkah penaksiran potensial air jaringan didasarkan pada air larutan perendam yang belum menimbulakanplasmolisis?

Jawab: tidak, karena menurut literature sebagai perkiraan terdekat potensial osmotic jaringan baru dapat ditaksir eqivalen dengan potensial osmotic suatu larutan apabila suatu larutan tersebut telah menimbulkan plasmolisis sebesar 50%. Untuk mencari nilai taksiran terdekat besarnya potensial air jaringan didasarkan pada air larutan perendam dapat ditentukan jika telah mengakibatkan keadaan incipient plasmolysis. Penentuan nilai potensial osmotic jaringan tersebut dapat dengan melihat tabel Potensial Osmotic (PO)beberapa molaritas larutan sukrosa pada suhu 20o C menurut A. Ursprung dan G. Blum pada buku petunjuk praktikum.

2. Apa maksud penggunaan epidermis bagian bawah daun Rhoe discolor untuk percobaan plasmolisis? Jawab: tujuannya adalah untuk memudahkan dalam pengamatan baik sebelum terplasmolisis maupun sesudah terplasmolisis. Dengan adanya warna antosianin ungu pada bagian bawah daun Rhoe discolor, maka dalam penghitungan sel-selnya menjadi lebih mudah selain itu dengan adanya warna antosianin ungu pada bagian bawah daun Rhoe discolor juga memudahkan dalam membedakan mana sel yang terplasmolisis dengan yang tiidak. Dengan demikian sel yang mengalami pemudaran warna antosianin ungu, bahkan keadaan sel dalam satu bidang pandang menjadi transparan, keadaan yang demikian inilah yang disebut sel terplasmolisis.

3. Mengapa potensial osmotic taksiran berdasar potensial osmotic larutan perendam penyebab keadaan incipient plasmolysis selalu lebih rendah dari potensial osmotic epidermis yang sebelumnya?

Jawab: Karena potensial osmotik yang sama ( yang ditaksir ) sudah menyababkan plasmolisis 50%. Berarti potensial osmotik yang sebenarnya harus lebih rendah dari pada itu.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Transpor Pasif. http://id.wikipedia.org/wiki/Transpor_pasif . Diakses tanggal 25 April 2011 pukul 18.43 WIB. ______ . 2010. Osmosis. http://id.wikipedia.org/wiki/Osmosis. Diakses tanggal 25 April 2011 pekul 18.64 WIB. ______ . 2010. Difusi. http://id.wikipedia.org/wiki/Difusi. Diakses tanggal 25 April 2011 pekul 18.54 WIB. Aurita, Aurilia. 2008. Mekanisme Difusi dan Osmosis dalam Sel.

http://kireidwi.blog.friendster.com/2008/09/mekanisme-difusi-danosmosis-dalam-sel . Diakses tanggal 25 April 2011 pukul 18.40 WIB Burnie, David.2000. Jendela Iptek Seri II: Kehidupan. Jakarta: Balai Pustaka. Champbell, Neil A.2003. Biologi Jilid II edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Dwidjoseputro.1962.Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Jeka.2009. Difusi, Osmosis, dan Imbibisi. .

http://agrica.wordpress.com/2009/01/03/difusi-osmosis-dan-imbibisi/ Diakses tanggal 25 April 2011 pukul 18.40 WIB. Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga, Jakarta. Kimball, John W. 1994. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. D Van Nostrand Company Inc., New York. Nasir, Mohammad dkk.1992. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Noorhidayati dan Siti Wahidah Arsyad. 2009. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Banjarmasin : FKIP UNLAM Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992.Plant Physiology.California:Wadswovth Publishing co Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition.New York:Mc Graw Hill Company Suyitno,dkk.2010.Petunjuk Praktikum Biologi Dasar II. Yogyakarta:FMIPA UNY. Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung : Angkasa Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Jakarta : Bumi Angkasa.