laporan kasus urologi

45
LAPORAN KASUS UROLOGI “Seorang Laki – laki usia 70th datang dengan keluhan sulit berkemih sejak 24 jam terakhir” Trainer : dr. Arum Kartika Dewi Oleh : 1. Wendhi Haryo Suwarno H2A008044 2. Alifia Assyifa H2A010002 3. Anita Mayasari H2A010006 4. Devi Yanuar Permatasari H2A010011 5. Eka Budhiarti H2A010014 6. Fitria Wijayanti H2A010019 7. Hera Dwi Priharti H2A010023 8. Iqbal Donarika Widagdo H2A010026 9. Oktavia Candra Utami H2A010038 10. Syarifah Alfi Azzulfa A. H2A010048

Upload: ariafialiya

Post on 27-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Urologi

LAPORAN KASUS UROLOGI

“Seorang Laki – laki usia 70th datang dengan keluhan sulit berkemih sejak 24 jam

terakhir”

Trainer : dr. Arum Kartika Dewi

Oleh :1. Wendhi Haryo Suwarno H2A008044

2. Alifia Assyifa H2A010002

3. Anita Mayasari H2A010006

4. Devi Yanuar Permatasari H2A010011

5. Eka Budhiarti H2A010014

6. Fitria Wijayanti H2A010019

7. Hera Dwi Priharti H2A010023

8. Iqbal Donarika Widagdo H2A010026

9. Oktavia Candra Utami H2A010038

10. Syarifah Alfi Azzulfa A. H2A010048

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2014

Page 2: Laporan Kasus Urologi

LATAR BELAKANG

Penyakit prostat merupakan penyebab yang sering terjadi pada berbagai

masalah saluran kemih pada pria. Insidennya menunjukan peningkatan sesuai

dengan umur, terutama mereka yang berusia 60 tahun. Sebagian besar penyakit

prostat menyebabkan pembesaran organ yang mengakibatkan terjadinya

penekanan/pendesakan uretra pars intraprostatik, keadaan ini menyebabkan

gangguan aliran urine, retensi akut dari infeksi traktus urinarius memerlukan

tindakan kateterlisasi segera. Penyebab penting dan sering dari timbulnya gejala

dan tanda ini adalah hipertropi prostat dan karsinoma prostat.

Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar

bledder neckdan bagian proksimal uretra. Kelenjar prostat berguna untuk

melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang ada diuretra dan vagina, serta

menambah cairan alkalis pada cairan seminalis. Pada beberapa pasien dengan usia

diatas 50 tahun, kelenjar prostatnya mengalamiperbesaran, karena terjadi

perubahan keseimbangan testosterone dan estrogen, pada beberapa kasus kelenjar

prostat bisa memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbataliran

urin dengan menutupi orifisium uretra. Kondisi ini dikenal sebagai

hiperplasiaprostatik jinak (BPH), perbesaran, atau hipertrofi prostat. BPH adalah

kondisi patologis yangpaling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang

paling sering untuk intervensi medispada pria di atas usia 60 tahun .

Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna

padapopulasi usia lanjut, dengan bertumbuhnya usia akan terjadi perubahan

keseimbangantestosteron estrogen. Berdasarkan angka autopsy perubahan

mikroskopik pada usia 30-40tahun. Bila perubahan mikroskopik berkembang akan

terjadi perubahan patologik anatomiyang ada pada pria usia 50 tahun, angka

kejadiannya sekitar 50 %. Usia 80 tahun sekitar 80%dan usia 90 tahun 100%.

Prevalensi meningkat sejalan dengan peningkatan usia pada priadan insiden pada

negara berkembang meningkat karena adanya peningkatan umur harapanhidup.1

Karsinoma prostat ialah keganasan pada laki-laki yang sangat sering

didapat.Angka kejadian diduga 19% dari semua kanker pada pria dan

2

Page 3: Laporan Kasus Urologi

merupakankarsinoma terbanyak kedua setelah karsinoma paru (22%). Insidensi

karsinomaprostat meningkat 6% setiap tahunnya dan karena sering terjadi pada

pria usia tua,karsinoma prostat menduduki peringkat ke-21 di antara tumor yang

potensialmenyebabkan kematian.

Sampai saat ini etiologi yang mempengaruhi terjadinya karsinoma

prostatbelum diketahui pasti. Angka kejadian meningkat sejalan dengan

bertambahnyausia, dan diperkirakan perubahan endokrin pada usia lanjut

merupakan penyebabkelainan ini. Faktor genetik tampaknya juga berpengaruh

terhadap angka kejadiankarsinoma prostat, terbukti ada kecenderungan terjadi

dalam rumpun keluarga,dan di Amerika serikat, orang kulit hitam 50% lebih

banyak terkena karsinomaprostat daripada bangsa kulit putih.

Diagnosa kanker prostat dapat dilakukan atas kecurigaan pada saat

pemeriksaan colok dubur yang abnormal atau peningkatan Prostate Specific

Antigen (PSA). Kecurigaan ini kemudian dikonfirmasi dengan biopsi, dibantu

dengan Trans Rectal Ultrasound Scanning (TRUSS). Ada 50% lebih lesi yang

dicurigai pada saat colok dubur terbukti sebagai kanker prostat. Nilai prediksi

colok dubur untuk mendeteksi kanker prostat 21,53%. Sensitifitas colok dubur

tidak memadai untuk mendeteksi kanker prostat, tapi spesifisitasnya tinggi. Bila

didapatkan tanda ganas pada colok dubur, maka hampir semua kasus memang

terbukti kanker prostat karena nilai prediktifnya 80%.

3

Page 4: Laporan Kasus Urologi

KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. B

Umur : 70th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/bangsa : Jawa / Indonesia

Pekerjaan : Pensiunan PDAM

Alamat : Mrican

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 05 Mei 2014

jam 09.30 WIB

A. Keluhan Utama : Tidak bisa buang air kecil

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Dari tadi malam belum bisa buang air kecil, nyeri (+) saat

berkemih, saat akan berkemih harus mengejan, urin menetes saat akhir

berkemih. Terakhir BAK jam 20.00 WIB. Darah (-), sensasi tidak

tuntas saat berkemih. Tiap malam berkemih tiap 2 jam. Pancaran air

kemih kurang kuat. Demam (-), mual (-), muntah(-), pinggang sakit

(+), batu (-), nanah (-), buih (-). Keluhan mulai terasa berat 1 bulan

terakhir, awal mulai keluhan 6 bulan yang lalu. Pasien hanya minum

obat penghilang nyeri. 1 th yang lalu pernah seperti ini, gejala prostat

dan pasien hanya berobat jalan. BAB agak terganggu, feses konsistensi

keras dan kecil – kecil, warna normal, kadang ada darah. BB turun

secara cepat +- 5 kg dalam 1 bulan, nafsu makan normal.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat gangguan buang air kecil tidak lancar (+),

Riwayat trauma : disangkal

Riwayat Pembesaran kelenjar prostat : (+)

Riwayat penyakit kelamin : disangkal

4

Page 5: Laporan Kasus Urologi

Riwayat asam urat : disangkal

Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

Riwayat kencing manis : disangkal

Riwayat sakit magh : disangkal

Riwayat sakit ginjal : disangkal

Riwayat gagal ginjal : disangkal

Riwayat infeksi saluran kemih : disangkal

Riwayat operasi :disangkal

Riwayat pemakaian kateter : disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini.

Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

Riwayat kencing manis : disangkal

Riwayat gagal ginjal : disangkal

Riwayat asam urat : disangkal

E. Riwayat Pribadi

Riwayat merokok : 20 th yang lalu, 1 bungkus

Riwayat minum

Air putih : 1 – 2 gelas belimbing

perhari

Teh : 1 gelas perhari

Riwayat menahan BAK : kadang - kadang

Riwayat sering duduk : disangkal

Pasien suka makan berlemak dan jeroan

F. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien menggunakan BPJS, dirumah tinggal dengan isteri dan 3 orang

anak (sudah bekerja). Penghasilan Rp 4.000.000,- /bulan. Lingkungan

rumah padat penduduk.

5

Page 6: Laporan Kasus Urologi

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 05 Mei 2014, Pukul 10.00 WIB

A. Keadaan umum : Tampak kesadaran

B. Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4, V5, M6)

C. Vital sign

1. TD : 160/90 mmHg

2. Nadi : 80x/menit regular, isi dan tegangan cukup

3. RR : 20 x/menit (reguler)

4. Suhu : 36,7º C (aksiler)

D. Status Gizi

1. TB : 156 cm

2. BB : 50 Kg

3. BMI : 20,55

4. Kesan : cukup

E. Status Internus

1. Kulit : warna sawo matang, turgor kulit turun (-), ikterik (-),

petekie (-)

2. Kepala : kesan mesosefal, rambut hitam lurus

3. Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,

central, reguler dan isokor 3mm, mata keruh (-/-)

4. Hidung : deformitas (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-)

5. Telinga :hiperemis (-/-), serumen (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri

tekan mastoid (-/-)

6. Mulut : bibir kering (-), bibir sianosis (-), bibir pucat (-), lidah

kotor (-), gusi berdarah (-), caries (-), tonsil (T1/T1)

7. Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-)

8. Thorax :

Paru -paru

Paru depan Paru belakang

Inspeksi

6

Page 7: Laporan Kasus Urologi

Statis

Dinami

s

Normochest, simetris, kelainan

kulit (-/-), sudut arcus costa

dalam batas normal, ICS dalam

batas normal

Pengembangan pernafasan paru

Normal

Normochest, simetris, kelainan

kulit (-/-)

Pengembangan pernapasan paru

normal

Palpasi Simetris (N/N), Nyeri tekan (-/-),

ICS dalam batas normal, taktil

fremitus dalam batas normal

Simetris (N/N), Nyeri tekan

(-/-), ICS dalam batas normal,

taktil fremitus dalam batas

normal

Perkusi

Kanan

Kiri

Sonor seluruh lapang paru

Batas paru hati

Sonor seluruh lapang paru.

Sonor seluruh lapang paru

Peranjakan paru

Sonor seluruh lapang paru.

Auskultasi Suara dasar vesicular, Ronki

(-/-), Wheezing (-/-)

Suara dasar vesicular, Ronki (-/-),

Wheezing (-/-)

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

SD : vesikuler SD : vesikuler

ST : ronki (-), wheezing (-) ST : ronki (-), wheezing (-)

Jantung

Inspeksi ictus cordis tidak tampak

Palpasi Ictus cordis teraba pada ICS IV 1-2 cm ke arah medial

linea midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus

epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-)

Perkusi Batas atas jantung : ICS II linea parastrenal sinistra

Pinggang jantung : ICS III linea parasternal

7

Page 8: Laporan Kasus Urologi

Kesan

sinistra

Batas kanan bawah : ICS V linea parasternal dextra

Batas kiri bawah : ICS V 2 cm kearah linea

midcalvicula sinistra

Konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler,

suara jantung tambahan (-)

9. Abdomen

Inspeksi Permukaan datar, warna sama seperti kulit di

sekitar, ikterik (-), striae (-), spider angioma (-),

venectasi (-), benjolan suprapubik (-)

Auskultasi Bising usus (+) normal 9x/ menit, bunyi usus

suprapubik (+)

Perkusi Tympani seluruh lapang abdomen, redup region

suprapubik, nyeri regio suprapubik (+)

Pekak sisi (-), pekak alih (-), undulasi (-), ketok

ginjal (+/+)

Pekak hepar: liver span 8 cm

Pekak lien (-)

terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra

Palpasi Nyeri tekan seluruh regio abdomen (-)

Nyeri tekan regio suprapubik (+)

Hepar dan lien tidak teraba, ballotemen ginjal (+)

10. Ekstremitas

Superior Inferior

Capilary refill

Akral dingin

Edema

<2”/<2”

-

-

-

<2”/<2”

-

-

8

Page 9: Laporan Kasus Urologi

Sianosis

Gerak

Kekuatan

Reflek fisiologis

Reflek patologis

+

5/5

t.d.l

t.d.l

-

+

5/5

t.d.l

t.d.l

11. Genitalia pria

Inspeksi

a. Penis

b. MUE

c. Scrotum

warna sama seperti warna sekitar, gland penis

terlihat, benjolan (-), sircumsisi (+), tanda

radang(-), darah (-), nanah (-), phimosis (-),

paraphimosis (-)

tidak ada kelainan

kontur scrotum (N), benjolan (-), tanda radang

(-)

Palpasi

a. Penis

b. Scrotum

c. Region Inguinal

dan femoris

benjolan (-), nyeri tekan (-), secret (-)

nyeri tekan (-), benjolan (-)

testis 2 buah, ukuran keduanya sama, konsistensi

(N)

Benjolan (-), kelenjar limfonodi (N)

12. Rectal Toucher

Inspeksi Massa perianal (+), konsistensi kenyal, jumlah

1, perabaan licin, nyeri tekan (+)

Tonus spingter ani Kuat, BCR (+)

Ampula recti Normal,

Mukosa recti Perabaan kasar (+),

9

Page 10: Laporan Kasus Urologi

Prostat Konsistensi keras (+), nyeri tekan (+), diameter

> 4, sulcus medianus (-), permukaan berbenjol

– benjol pada semua lobus, polus anterior tidak

teraba

Inspeksi Darah (-), tinja (-), sekret (-)

13. Pemasangan kateter

Tidak ada hambatan, urin dapat keluar dengan lancar.

IV. RESUME

Dari anamnesis didapatkan adanya retensi urin sejak tadi malam,

nokturia (+), hesistensi (+), terminal dribling (+), polakisuria (+), disuria (+),

straining (+), nyeri pinggang (+) sejak 1 bulan terakhir, riwayat pembesaran

prostat 1 tahun yang lalu, bb turun (5 kg dalam 1 bulan terakhir), nafsu makan

tetap, sensasi tidak puas saat berkemih (+), konstipasi sejak 1 bulan terakhir,

kadang – kadang terdapat darah setelah bab, riwayat konsusmsi air minum yang

kurang (1 -2 gelas belimbing perhari), riwayat konsumsi makanan berlemak (+),

riwayat merokok 20 th (1 hari 1 bungkus).

Dari pemeriksaan fisik didapatkan, tekanan darah 160/90 mmhg,

konjungtiva anemis (+/+), perkusi redup region suprapubik, nyeri tekan regio

suprapubik (+), nyeri ketok costovertebra (+), renal balottement (+). Pada

inspeksi rektal ditemukan massa perianal (+), konsistesi kenyal, jumlah 1,

perabaan licin, nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan RT ditemukan mukosa rekti

kasar, prostat konsistensi keras, nyeri tekan (+), diameter > 4, sulcus medianus (-),

permukaan berbenjol – benjol pada semua lobus, tidak bisa digerakkan, polus

anterior tidak teraba.

V. DAFTAR ABNORMALITAS

ANAMNESIS1. Retensi urin sejak tadi malam

PEMERIKSAAN FISIK17. Tekanan Darah 160/90 mmHg

10

Page 11: Laporan Kasus Urologi

2. Nokturia

3. Hesistensi (+)

4. Terminal dribling (+)

5. Polakisuria (+)

6. Disuria (+)

7. Straining (+)

8. Nyeri pinggang (+), 1 bulan

yang lalu

9. Riwayat pembesaran prostat 1

tahun yang lalu

10. BB turun (5 kg dalam 1 bulan

terakhir), nafsu makan tetap

11. Sensasi tidak puas saat

berkemih (+)

12. Konstipasi sejak 1 bulan

terakhir

13. Kadang – kadang terdapat darah

setelah BAB

14. Riwayat konsusmsi air minum

yang kurang (1 -2 gelas

belimbing perhari)

15. Riwayat konsumsi makanan

berlemak (+)

16. Riwayat merokok 20 th (1 hari

1 bungkus)

18. Konjungtiva anemis (+/+)

19. Perkusi redup region suprapubik

20. Nyeri tekan regio suprapubik (+)

21. Nyeri ketok costovertebra (+)

22. Balottement ginjal (+)

23. Massa perianal (+), konsistesi

kenyal, jumlah 1, perabaan licin,

nyeri tekan (+)

24. Mukosa rekti kasar

25. Prostat Konsistensi keras, nyeri

tekan (+), diameter > 4, sulcus

medianus (-), permukaan

berbenjol – benjol pada semua

lobus, tidak bisa digerakkan,

polus anterior tidak teraba

VI. PROBLEM

Masalah Aktif Masalah Pasif

1. Retensi urin et causa suspect

Benigna Prostat Hipertophy

2. Retensi urin et causa suspect

1. Minum air putih kurang

2. Riwayat konsusmsi makanan

11

Page 12: Laporan Kasus Urologi

neoplasma prostat maligna

3. Suspect hidronefrosis

4. Konstipasi et causa suspect

Benigna / maligna Prostat

Hipertophy

5. Hemoroid externa

6. Tekanan darah 160/90 mmHg

(Hipertesi grade II, JNC VII)

7. Suspect Anemia

berlemak

3. Riwayat merokok

4. Riwayat BPH sebelumnya

VII. DIAGNOSIS BANDING

1. Retensi urin et causa

a. suspect Benigna Prostat Hipertophy

b. suspect neoplasma prostat maligna

2. Suspect hidronefrosis

3. Konstipasi et causa suspect Benigna / maligna Prostat Hipertophy

4. Hemoroid externa

5. Tekanan darah 160/90 mmHg (Hipertesi grade II, JNC VII)

6. Suspect Anemia

VIII. DIAGNOSIS

Retensi urin et causa suspect Neoplasma prostat maligna

IX. INITIAL PLAN

A. Retensi urin et causa suspect Neoplasma prostat maligna

1. Ip. Dx

a. S :

b. O :

Pemeriksaan Patologi Anatomi

USG (transabdominal dan Transrektal)

Pemeriksaan Darah lengkap

PSA

12

Page 13: Laporan Kasus Urologi

2. Ip. Tx

a. Medika Mentosa

Amoxicilin tab 500mg 3 dd tab I

Asam mefenamat tab 500mg 3 dd tab I

b. Non Medika mentosa

Pemasangan kateter

Konsul spesialis bedah urologi

3. Ip. Mx

a. KU / TV

b. Volume urin

c. Komplikasi pemasangan kateter

4. Ip. Ex

a. Menjelaskan mengenai penyakit pasien

b. Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang kan dilakukan

c. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari penyakit

d. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penatalaksanaan

5. PROGNOSIS

a. Qua ad vitam : Dubia

b. Qua ad sanam : Dubia

c. Qua ad fungsionam : Dubia

B. Hidronefrosis

1. Ip. Dx

S :

O :

IVP

Pemeriksaan Darah lengkap

2. Ip. Tx

a. Medika Mentosa (-)

b. Non Medika mentosa

Konsul spesialis bedah urologi

3. Ip. Mx

13

Page 14: Laporan Kasus Urologi

KU / TV

Volume urin

Komplikasi pemasangan kateter

4. Ip. Ex

a. Menjelaskan mengenai penyakit pasien

b. Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang kan dilakukan

c. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari penyakit

d. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penatalaksanaan

5. PROGNOSIS

a. Qua ad vitam : Dubia

b. Qua ad sanam : Dubia

c. Qua ad fungsionam : Dubia

C. Hipertensi Sekunder

1. Ip. Dx

S :

O :

2. Ip. Tx

a. Medika Mentosa

Captopril tab 12,5mg 1 dd tab I

b. Non Medika mentosa

Konsul spesialis penyakit dalam

3. Ip. Mx

KU / TV

Komplikasi organ target

4. Ip. Ex

a. Menjelaskan mengenai penyakit pasien

b. Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang kan dilakukan

c. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari penyakit

d. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penatalaksanaan

5. PROGNOSIS

14

Page 15: Laporan Kasus Urologi

a. Qua ad vitam : Dubia

b. Qua ad sanam : Dubia

c. Qua ad fungsionam : Dubia

D. Anemia

1. Ip. Dx

S :

O :

Pemeriksaan Darah Lengkap (Hb, MCV, MCHC)

2. Ip. Tx

a. Medika Mentosa

Fe tab 250mg 1 dd tab I

b. Non Medika mentosa

Konsul spesialis penyakit dalam

3. Ip. Mx

KU / TV

4. Ip. Ex

a. Menjelaskan mengenai penyakit pasien

b. Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang kan dilakukan

c. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari penyakit

d. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penatalaksanaan

5. PROGNOSIS

a. Qua ad vitam : Dubia

b. Qua ad sanam : Dubia

c. Qua ad fungsionam : Dubia

E. Hemoroid Ekterna

1. Ip. Dx

S :

O :

15

Page 16: Laporan Kasus Urologi

2. Ip. Tx

a. Medika Mentosa

Borraginol zalf

b. Non Medika mentosa

Konsul spesialis bedah

3. Ip. Mx

KU / TV

Perdarahan, nyeri, pembesaran hemoroid

4. Ip. Ex

a. Menjelaskan mengenai penyakit pasien

b. Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang kan dilakukan

c. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari penyakit

d. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penatalaksanaan

5. PROGNOSIS

a. Qua ad vitam : ad bonam

b. Qua ad sanam : ad bonam

c. Qua ad fungsionam : ad bonam

PEMBAHASAN

16

Page 17: Laporan Kasus Urologi

A. PROSTAT

1. Anatomi prostat

Prostat adalah organ genital yang hanya di temukan pada pria karena

merupakan penghasil cairan semen yang hanya dihasilkan oleh pria.

Prostat berbentuk piramid, tersusun atas jaringan fibromuskular yang

mengandung kelenjar. Prostat pada umumnya memiliki ukuran dengan

panjang 1,25 inchi atau kira – kira 3 cm, mengelilingi uretra pria.

Dalam hubungannya dengan organ lain, batas atas prostat

bersambung dengan leher bladder atau kandung kemih. Di dalam prostat

didapati uretra. Sedangkan batas bawah prostat yakni ujung prostat

bermuara ke eksternal spinkter bladder yang terbentang diantara lapisan

peritoneal. Pada bagian depannya terdapat simfisis pubis yang dipisahkan

oleh lapisan ekstraperitoneal. Lapisan tersebut dinamakan cave of Retzius

atau ruangan retropubik. Bagian belakangnya dekat dengan rectum,

dipisahkan oleh fascia Denonvilliers

17

Page 18: Laporan Kasus Urologi

Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul.

Kapsul ini terdiri dari 2 lapisan yaitu :

a. True capsule : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat

b. False capsule : lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung,

menyelimuti bladder atau kandung kemih. Sedangkan Fascia

Denonvilliers berada pada bagian belakang.

2. Histologi

Prostat merupakan suatu kumpulan kelanjar yang terdiri dari 30 - 50

kelenjar tubuloalveolar, dibentuk dari epitel bertingkat silindris atau

kuboid yang bercabang. Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars

prostatika, menembus prostat. Secara histologi, prostat memiliki 3 zona

yang berbeda yaitu:

a. Zona sentral

b. Zona perifer

c. Zona transisional

B. KANKER PROSTAT

1. Definisi

Kanker prostat adalah keganasan pada prostat yang diderita pria

berusia lanjut dengan kejadian puncak pada usai 65 - 75 tahun. Penyebab

kanker prostat tidak diketahui secara tepat, meskipun beberapa penelitian

telah menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan

peningkatan kadar hormon testosteron. Usia lanjut mengalami penurunan

beberapa unsur esensial tubuh seperti kalsium dan vitamin D. Penurunan

18

Page 19: Laporan Kasus Urologi

kandungan kalsium tubuh mengakibatkan berbagai penyakit, diantaranya

adalah osteoporosis, sehingga timbul paradigma bahwa pada usia lanjut

untuk mengkonsumsi kalsium dalam jumlah banyak. Tetapi pola makan

dengan kalsium tinggi secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker

prostat pada usia lanjut.

Lebih.dari 95 % kanker prostat bersifat adenokarsinoma. Selebihnya

didominasi transisional sel karsinoma. Penelitian menunjukkan bahwa 60 -

70% kasus kanker prostat terjadi pada zona perifer sehingga dapat diraba

sebagai nodul – nodul keras irregular. Fenomena ini nyata pada saat

pemeriksaan rectum dengan jari (Digital Rectal Examination). Nodul –

nodul ini memperkecil kemungkinan terjadinya obstruksi saluran kemih

atau uretra yang berjalan tepat di tengah prostat. Sebanyak 10 – 20 %

kanker prostat terjadi pada zona transisional, dan 5 – 10 % terjadi pada

zona sentral.

2. Etiologi dan Faktor resiko kanker prostat

Dari berbagai penelitian dan survei, disimpulkan bahwa etiologi dan faktor

resiko kanker prostat adalah sebagai berikut.

a. Usia

Resiko menderita kanker prostat dimulai saat usia 50 tahun pada

pria kulit putih, dengan tidak ada riwayat keluarga menderita kanker

prostat. Sedangkan pada pria kulit hitam pada usia 40 tahun dengan

riwayat keluarga satu generasi sebelumnya menderita kanker prostat.

Data yang diperoleh melaui autopsi di berbagai negara menunjukkan

sekitar 15 – 30% pria berusia 50 tahun menderita kanker prostat secara

samar. Pada usia 80 tahun sebanyak 60 – 70% pria memiliki gambaran

histologi kanker prostat.

b. Ras dan tempat tinggal

Penderita prostat tertinggi ditemukan pada pria dengan ras Afrika –

Amerika.Pria kulit hitam memiliki resiko 1,6 kali lebih besar untuk

menderita kanker prostat dibandingkan dengan pria kulit putih.

19

Page 20: Laporan Kasus Urologi

c. Riwayat keluarga

Kanker prostat didiagnosa pada 15% pria yang memiliki ayah atau

saudara lelaki yang menderita kanker prostat, bila dibandingkan dengan

8% populasi kontrol yang tidak memiliki kerabat yang terkena kanker

prostat. Pria yang satu generasi sebelumnya menderita kanker prostat

memiliki resiko 2 - 3 kali lipat lebih besar menderita kanker prostat

dibandingkan dengan populasi umum. Sedangkan untuk pria yang 2

generasi sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 9 - 10

kali lipat lebih besar menderita kanker prostat.

d. Faktor hormonal

Testosteron adalah hormon pada pria yang dihasilkan oleh sel

Leydig pada testis yang akan ditukar menjadi bentuk metabolit, berupa

dihidrotestosteron (DHT) di organ prostat oleh enzim 5 - α reduktase.

Beberapa teori menyimpulkan bahwa kanker prostat terjadi karena

adanya peningkatan kadar testosteron pada pria, tetapi hal ini belum

dapat dibuktikan secara ilmiah. Beberapa penelitian menemukan

terjadinya penurunan kadar testosteron pada penderita kanker prostat.

Selain itu, juga ditemukan peningkatan kadar DHT pada penderita

prostat, tanpa diikuti dengan meningkatnya kadar testosteron.

e. Pola makan

Pola makan diduga memiliki pengaruh dalam perkembangan

berbagai jenis kanker atau keganasan. Pengaruh makanan dalam

terjadinya kanker prostat belum dapat dijelaskan secara rinci karena

adanya perbedaan konsumsi makanan pada rasa atau suku yang

berbeda, bangsa, tempat tinggal, status ekonomi dan lain sebagainya.

3. Gejala Klinis Kanker Prostat

Secara medik, kanker prostat umumnya tidak menunjukkan gejala

khas. Karena itu, sering terjadi keterlambatan diagnosa. Gejala yang ada

umumnya sama dengan gejala pembesaran prostat jinak, yaitu buang air

kecil tersendat atau tidak lancar. Keluhan dapat juga berupa nyeri tulang

20

Page 21: Laporan Kasus Urologi

dan gangguan saraf. Dua keluhan itu muncul bila sudah ada penyebaran ke

tulang belakang

Tahap awal (early stage) yang mengalami kanker prostat umumnya

tidak menunjukkan gejala klinis atau asimptomatik. Pada tahap berikutnya

(locally advanced) didapati obstruksi sebagai gejala yang paling sering

ditemukan. Biasanya ditemukan juga hematuria yakni urin yang

mengandung darah, infeksi saluran kemih, serta rasa nyeri saat berkemih.

Pada tahap lanjut (advanced) penderita yang telah mengalami metastase di

tulang sering mengeluh sakit tulang dan sangat jarang menhgalami

kelemahan tungkai maupun kelumpuhan tungkai karena kompresi korda

spinalis.

4. Pemeriksaan Kanker Prostat

Diagnosa kanker prostat dapat dilakukan atas kecurigaan pada saat

pemeriksaan colok dubur yang abnormal atau peningkatan Prostate

Specific Antigen (PSA). Kecurigaan ini kemudian dikonfirmasi dengan

biposi,dibantu oleh trans rectal ultrasound scanning (TRUSS). Ada 50%

lebih lesi yang dicurigai pada saat colok dubur yang terbukti suatu kanker

prostat. Nilai prediksi colok dubur untuk mendeteksi kanker prostat

21,53%. Sensitifitas colok dubur tidak memadai untuk mendeteksi kanker

prostat tapi spesifisitasnya tinggi,namun bila didapatkan tanda ganas pada

colok dubur maka hampir semua kasus memang terbukti kanker prostat

karena nilai prediktifnya 80%.

a. Digital Rectal Examination

Pemeriksaan rutin prostat yang di perlukan adalah pemeriksaan

rektum dengan jari atau digital rectal examination. Pemeriksaan ini

menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan ke dalam rektum untuk

meraba prostat. Penemuan prostat abnormal pada DRE berupa nodul

atau indurasi hanya 15 – 25 % kasus yang mengarah ke kanker prostat.

b. Pemeriksaan kadar Prostat Spesifik Antigen

Prostat Spesifik Antigen (PSA) adalah enzim proteolitik yang

dihasilkan oleh epitel prostat dan dikeluarkan bersamaan dengan cairan

21

Page 22: Laporan Kasus Urologi

semen dalam jumlah yang banyak. Prostat Spesifik Antigen memiliki

nilai normal ≤ 4ng/ml. Pemeriksaan PSA sangat baik digunakan

bersamaan dengan pemeriksaan DRE dan TRUSS dengan biopsy.

Peningkatan kadar PSA bias terjadi pada keadaan Benign Prostate

Hyperplasya (BPH), infeksi saluran kemih dan kanker prostat sehingga

dilakukan penyempurnaan dalam interpretasi nilai PSA yaitu PSA

velocity atau perubahan laju nilai PSA, densitas PSA dan nilai rata –

rata PSA, yang nilainya bergantung kepada umur penderita

Rata-rata nilai normal Prostat Spesifik Antigen menurut umur

Pasien yang memiliki kadar PSA lebih dari 10 ng/mL biasanya

menderita kanker prostat. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa

hanya 2% laki – laki yang menderita BPH yang memiliki kadar PSA

lebih dari 10 ng/mL. Sedangkan dari 103 pasien dengan semua

stadium kanker prostat, 44% memiliki kadar PSA lebih dari 10

ng/mL . Dimana 305 nya dapat ditemukan pada pasien dengan stadium

kanker T1 – 2, NX, M0. Dengan demikian jelaslah bahwa ada

hubungan antara peningkatan PSA dengan stadium kanker prostat.

c. Biopsi prostat

Biopsi prostat merupakan “gold standart” untuk menegakkan

diagnose kanker prostat.. Pemeriksaan biopsi prostat menggunakan

panduan transurectal ultrasound scanning (TRUSS) sebagai sebuah

biopsi standar. Namun seringnya penemuan mikroskopis kanker prostat

ini terjadi secara insidentil dari hasil TURP atau pemotongan prostat

pada penyakit BPH

22

Page 23: Laporan Kasus Urologi

Pemeriksaan biopsi prostat dilakukan apabila ditemukan

peningkatan kadar PSA serum pasien atau ada kelainan pada saat

pemeriksaan DRE atau kombinasi keduanya yaitu ditemukannya

peningkatan kadar PSA serum dan kelainan pada DRE. Pada

pemeriksaan mikroskopis ini sebagian besar karsinoma prostat adalah

jenis adenokarsinoma dengan derajat diferensiasi berbeda – beda. 70%

adenokarsinoma prostat terletak di zona perifer, 20% di zona

transisional dan 10% di zona sentral. Namun penelitian lain

menyatakan bahwa 70% kanker prostat berkembang dari zona perifer,

25% zona sentral dan zona transisional dan beberapa daerah periuretral

duct adalah tempat – tempat yang khusus untuk beningn prostate

hyperplasia (BPH). Pada hasil biopsi prostat, sebagian besar kanker

prostat adalah adenokarsinoma dengan derajat yang berbeda – beda.

Kelenjar pada kanker prostat invasif sering mengandung fokus atipia

sel atau Neoplasia Interaepitel Prostat (PIN) yang diduga merupakan

prekusor kanker prostat.

d. Pencitraan

Dalam melakukan pencitraan, ada beberapa jenis pencitraan yang

biasa di pakai dalam mendiagnosis kanker prostat diantaranya yaitu :

i. Transrectal Ultrasound Scanning (TRUSS)

Transrectal Ultrasound Scanning (TRUSS) adalah

pemeriksaan yang digunakan untuk menentukan lokasi kanker

prostat yang lebih akurat dibandingkan dengan DRE, juga

merupakan panduan klinisi untuk melakukan biopsi prostat sehingga

TRUSS juga sering dikatakan sebagai “a biopsy – guidence”. Selain

untuk panduan biopsi, TRUSS juga digunakan untuk mengukur

besarnya volume prostat yang diduga terkena kanker. Transrectal

Ultrasound juga digunakan dalam tindakan cryosurgery dan

brachytherapy. Untuk temuan DRE yang normal namun ada

peningkatan kadar PSA (biasanya lebih dari 4) dapat juga digunakan

23

Page 24: Laporan Kasus Urologi

TRUSS untuk melihat apakah ada kemungkinan terjadi keganasan

pada prostat.

ii. Endorectal Magnetic Resonance Imaging (MRI)

iii. Axial Imaging (CT – MRI)

Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat apakah pasien

penderita kanker prostat menderita metastase ke tulang pelvis atau

kelenjar limfe sehingga klinisi bias menetukan terapi yang tepat bagi

pasien. Namun perlu diingat juga bahwa penncitraan ini cukup

memakan biaya dan sensitivitasnya juga terbatas hanya sekitar 30 –

40% .

5. Grading dan Staging Kanker Prostat

Kanker prostat biasanya mengalami metastase ke kelenjar

limfe pelvis kemudian metastase berlanjut ke tulang – tulang pelvis →

vertebra lumbalis → femur → vertebra torakal → kosta. Lesi yang

sering terjadi pada metastase di tulang adalah lesi osteolitik

(destruktif), lebih sering osteoblastik (membentuk tulang). Adanya

metastasis osteoblastik merupakan isyarat yang kuat bahwa kanker

prostat berada pada tahap lanjut.

Untuk menentukan grading, yang paling umum di gunakan di

Amerika adalah sistem Gleason. Skor untuk sistem ini adalah 1 – 5

berdasarkan pola secara pemeriksaan spesimen prostat di laboratorium

Patologi Anatomi. Ada 2 skor yang harus dilihat dalam sistem

Gleason yaitu :

a. Skor primer adalah penilaian yang diberikan berdasarkan gambaran

mikroskopik yang paling dominan pada spesimen yang diperiksa

b. Skor sekunder adalah gambaran mikroskopik berikutnya yang

paling dominan setelah yang pertama.

Total skor untuk Gleason adalah jumlah dari skor primer dan

skor sekunder dimana masing – masing rentang nilai untuk skor

primer dan sekunder adalah 1 - 5 dan totalnya 2 – 10. Bila total skor

Gleason 2 – 4, maka specimen dikelompokkan kedalam kategori well

24

Page 25: Laporan Kasus Urologi

– differentiated, sedangkan bila skor Gleason 5 – 6 dikategorikan

sebagai moderate differentiated dan skor Gleason 8 – 10

dikelompokkan sebagai poor differentiated. Tidak jarang skor

Gleason bernilai 7 sesekali di masukkan ke dalam kategori moderate

differentiated, namun bisa dimasukkan kedalam kategori poor

differentiated. Kerancuan ini diatasi dengan cara sebagai berikut :

a. Bila skor primer Gleason adalah 3 dan skor sekunder 4, maka di

masukkan ke dalam kategori moderate differentiated.

b. Bila skor primer Gleason 4 dan skor sekunder 3 maka di masukkan

ke dalam kategori poor differentiated, karena memiliki prognosis

yang lebih buruk daripada yang memiliki skor primer Gleason 3.

Skor garding menurut nealson

Sedangkan staging TNM digunakan untuk melihat hasil DRE

dan TRUS bukan dari hasil BIOPSY

25

Page 26: Laporan Kasus Urologi

Luas tumor primer (T)

26

Page 27: Laporan Kasus Urologi

STATUS KELENJAR GETAH BENING REGIONAL (N)

METASTASIS JAUH (M)

6. Penanganan Kanker Prostat

Sebelum dilakukan penanganan terhadap kanker prostat, perlu

diperhatikan faktor – faktor yang berhubungan dengan prognosis

kanker prostat yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu faktor –

faktor prognostik klinis dan patologis kanker prostat. Faktor

prognostik klinis adalah faktor – faktor yang dapat dinilai melalui

pemeriksaan fisik, tes darah, pemeriksaan radiologi dan biopsi prostat.

Faktor klinis ini sangat penting karena akan menjadi acuan untuk

mengidentifikasi karakteristik kanker sebelum dilakukan pengobatan

27

Page 28: Laporan Kasus Urologi

yang sesuai. Sedangkan faktor patologis adalah faktor – faktor yang

yang memerlukan pemeriksaan, pengangkatan dan evaluasi kesuruhan

prostat.

Faktor – prognostik antara lain :

a. Usia pasien

b. Volume tumor

c. Grading atau Gleason score

d. Ekstrakapsular ekstensi

e. 5. Invasi ke kelenjar vesikula seminalis

f. 6. Zona asal kanker prostat

g. 7. Faktor biologis seperti serum PSA, IGF, p53 gen penekan tumor

dan lain – lain.

Penangangan kanker prostat di tentukan berdasarkan

penyakitnya apakah kanker prostat tersebut terlokalisasi, penyakit

kekambuhan atau sudah mengalami metastase. Selain itu juga perlu

diperhatikan faktor – faktor prognostik diatas yang sangat penting

untuk melakukan terapi kanker prostat.

Untuk penyakit yang masih terlokalisasi langkah pertama yang

dilakukan adalah melakukan watchfull waiting atau memantau

perkembangan penyakit. Watchfull waiting merupakan pilihan yang

tepat untuk pria yang memiliki harapan hidup kurang dari 10 tahun

atau memiliki skor Gleason 3 + 3 dengan volume tumor yang kecil

yang memiliki kemungkinan metastase dalam kurun waktu 10 tahun

apabila tidak diobati (Choen, J. J. dan Douglas M. D., 2008). Sumber

lain menuliskan bahwa watchfull waiting dilakukan bila pasien

memiliki skor Gleason 2 – 6 dengan tidak adanya nilai 4 dan 5 pada

nilai primer dan sekunder karena memiliki resiko yang rendah untuk

berkembang.

Sekarang ini, pria yang memiliki resiko sangat rendah (very

low risk) terhadap kanker prostat dan memilih untuk tidak melakukan

pengobatan, tetapo tetap dilakukan monitoring. Menurut Dr. Jonathan

28

Page 29: Laporan Kasus Urologi

Epstein, seorang ahli patologi dari Rumah Sakit Johns Hopkins

mengemukakan beberapa kriteria yang termasuk kedalam golongan

resiko rendah terhadap kanker prostat (very low risk) :

a. Tidak teraba kanker pada pemeriksaan DRE (staging T1c)

b. Densitas PSA (jumlah serum PSA dibagi dengan volume prostat)

kurang dari 0,15

c. Skor Gleason kurang atau sama dengan 6 dengan tidak

ditemukannya pola yang bernilai 4 atau 5

d. Pusat kanker tidak lebih dari 2 atau kanker tidak melebihi 50% dari

bagian yang di biopsi.

Radikal prostatektomi adalah prosedur bedah standar yang

mengangkat prostat dan vesika seminalis. Prognosis pasien yang

melakukan radikal prostatektomi tergantung dengan gambaran

patologis spesimen prostat.

29

Page 30: Laporan Kasus Urologi

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.

Jakarta : Media Aesculapius

2. Basuki B. Purnomo. 2000. Dasar-Dasar Urologi. Malang : Fakultas

kedokteran Brawijaya. Buhmeida, A., et al. 2006.

3.  Prognostic Factor in Prostate Cancer . In : Diagnostic Pathology.

Finlandia: BioMed Central Ltd. Available from

http://www.diagnosticpathology.org/content/1/1/4 [Accessed 5 Mei 2014]

4. Choen, J. J. and Douglas M. D. 2008. Localized Prostate Cancers. In :

Chabner, B.A., et al . ed. Harrison’s Manual of Oncology. USA : The

McGraw – Hill Companies, Inc.

5. Haas, G. P dan Wael A. S. 1997. Epidemiology of Prostate Cancer . CA –

A Cancer Journal for Clinicians. 47 (5) : 273– 287.

6. Jefferson, K and Natasha J. 2009. Prostate Cancer . In : Probert, J. L., ed.

An Atlas of Investigation and Diagnosis Urology. UK: Clinical Publishing

Oxford.

7. K. O. H, William, et al. 2000. Neoplasm of the Prostate. In : C. Bast,

Robert et al, ed. Holland - Frei Cancer Medicine 5th Edition. USA : BC

Decker Inc.

30