laporan kasus urologi
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS UROLOGI
“Seorang Laki – laki usia 70th datang dengan keluhan sulit berkemih sejak 24 jam
terakhir”
Trainer : dr. Arum Kartika Dewi
Oleh :1. Wendhi Haryo Suwarno H2A008044
2. Alifia Assyifa H2A010002
3. Anita Mayasari H2A010006
4. Devi Yanuar Permatasari H2A010011
5. Eka Budhiarti H2A010014
6. Fitria Wijayanti H2A010019
7. Hera Dwi Priharti H2A010023
8. Iqbal Donarika Widagdo H2A010026
9. Oktavia Candra Utami H2A010038
10. Syarifah Alfi Azzulfa A. H2A010048
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
LATAR BELAKANG
Penyakit prostat merupakan penyebab yang sering terjadi pada berbagai
masalah saluran kemih pada pria. Insidennya menunjukan peningkatan sesuai
dengan umur, terutama mereka yang berusia 60 tahun. Sebagian besar penyakit
prostat menyebabkan pembesaran organ yang mengakibatkan terjadinya
penekanan/pendesakan uretra pars intraprostatik, keadaan ini menyebabkan
gangguan aliran urine, retensi akut dari infeksi traktus urinarius memerlukan
tindakan kateterlisasi segera. Penyebab penting dan sering dari timbulnya gejala
dan tanda ini adalah hipertropi prostat dan karsinoma prostat.
Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar
bledder neckdan bagian proksimal uretra. Kelenjar prostat berguna untuk
melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang ada diuretra dan vagina, serta
menambah cairan alkalis pada cairan seminalis. Pada beberapa pasien dengan usia
diatas 50 tahun, kelenjar prostatnya mengalamiperbesaran, karena terjadi
perubahan keseimbangan testosterone dan estrogen, pada beberapa kasus kelenjar
prostat bisa memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbataliran
urin dengan menutupi orifisium uretra. Kondisi ini dikenal sebagai
hiperplasiaprostatik jinak (BPH), perbesaran, atau hipertrofi prostat. BPH adalah
kondisi patologis yangpaling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang
paling sering untuk intervensi medispada pria di atas usia 60 tahun .
Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna
padapopulasi usia lanjut, dengan bertumbuhnya usia akan terjadi perubahan
keseimbangantestosteron estrogen. Berdasarkan angka autopsy perubahan
mikroskopik pada usia 30-40tahun. Bila perubahan mikroskopik berkembang akan
terjadi perubahan patologik anatomiyang ada pada pria usia 50 tahun, angka
kejadiannya sekitar 50 %. Usia 80 tahun sekitar 80%dan usia 90 tahun 100%.
Prevalensi meningkat sejalan dengan peningkatan usia pada priadan insiden pada
negara berkembang meningkat karena adanya peningkatan umur harapanhidup.1
Karsinoma prostat ialah keganasan pada laki-laki yang sangat sering
didapat.Angka kejadian diduga 19% dari semua kanker pada pria dan
2
merupakankarsinoma terbanyak kedua setelah karsinoma paru (22%). Insidensi
karsinomaprostat meningkat 6% setiap tahunnya dan karena sering terjadi pada
pria usia tua,karsinoma prostat menduduki peringkat ke-21 di antara tumor yang
potensialmenyebabkan kematian.
Sampai saat ini etiologi yang mempengaruhi terjadinya karsinoma
prostatbelum diketahui pasti. Angka kejadian meningkat sejalan dengan
bertambahnyausia, dan diperkirakan perubahan endokrin pada usia lanjut
merupakan penyebabkelainan ini. Faktor genetik tampaknya juga berpengaruh
terhadap angka kejadiankarsinoma prostat, terbukti ada kecenderungan terjadi
dalam rumpun keluarga,dan di Amerika serikat, orang kulit hitam 50% lebih
banyak terkena karsinomaprostat daripada bangsa kulit putih.
Diagnosa kanker prostat dapat dilakukan atas kecurigaan pada saat
pemeriksaan colok dubur yang abnormal atau peningkatan Prostate Specific
Antigen (PSA). Kecurigaan ini kemudian dikonfirmasi dengan biopsi, dibantu
dengan Trans Rectal Ultrasound Scanning (TRUSS). Ada 50% lebih lesi yang
dicurigai pada saat colok dubur terbukti sebagai kanker prostat. Nilai prediksi
colok dubur untuk mendeteksi kanker prostat 21,53%. Sensitifitas colok dubur
tidak memadai untuk mendeteksi kanker prostat, tapi spesifisitasnya tinggi. Bila
didapatkan tanda ganas pada colok dubur, maka hampir semua kasus memang
terbukti kanker prostat karena nilai prediktifnya 80%.
3
KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Umur : 70th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Pensiunan PDAM
Alamat : Mrican
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 05 Mei 2014
jam 09.30 WIB
A. Keluhan Utama : Tidak bisa buang air kecil
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Dari tadi malam belum bisa buang air kecil, nyeri (+) saat
berkemih, saat akan berkemih harus mengejan, urin menetes saat akhir
berkemih. Terakhir BAK jam 20.00 WIB. Darah (-), sensasi tidak
tuntas saat berkemih. Tiap malam berkemih tiap 2 jam. Pancaran air
kemih kurang kuat. Demam (-), mual (-), muntah(-), pinggang sakit
(+), batu (-), nanah (-), buih (-). Keluhan mulai terasa berat 1 bulan
terakhir, awal mulai keluhan 6 bulan yang lalu. Pasien hanya minum
obat penghilang nyeri. 1 th yang lalu pernah seperti ini, gejala prostat
dan pasien hanya berobat jalan. BAB agak terganggu, feses konsistensi
keras dan kecil – kecil, warna normal, kadang ada darah. BB turun
secara cepat +- 5 kg dalam 1 bulan, nafsu makan normal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat gangguan buang air kecil tidak lancar (+),
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat Pembesaran kelenjar prostat : (+)
Riwayat penyakit kelamin : disangkal
4
Riwayat asam urat : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat sakit magh : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat gagal ginjal : disangkal
Riwayat infeksi saluran kemih : disangkal
Riwayat operasi :disangkal
Riwayat pemakaian kateter : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini.
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat gagal ginjal : disangkal
Riwayat asam urat : disangkal
E. Riwayat Pribadi
Riwayat merokok : 20 th yang lalu, 1 bungkus
Riwayat minum
Air putih : 1 – 2 gelas belimbing
perhari
Teh : 1 gelas perhari
Riwayat menahan BAK : kadang - kadang
Riwayat sering duduk : disangkal
Pasien suka makan berlemak dan jeroan
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien menggunakan BPJS, dirumah tinggal dengan isteri dan 3 orang
anak (sudah bekerja). Penghasilan Rp 4.000.000,- /bulan. Lingkungan
rumah padat penduduk.
5
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 05 Mei 2014, Pukul 10.00 WIB
A. Keadaan umum : Tampak kesadaran
B. Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4, V5, M6)
C. Vital sign
1. TD : 160/90 mmHg
2. Nadi : 80x/menit regular, isi dan tegangan cukup
3. RR : 20 x/menit (reguler)
4. Suhu : 36,7º C (aksiler)
D. Status Gizi
1. TB : 156 cm
2. BB : 50 Kg
3. BMI : 20,55
4. Kesan : cukup
E. Status Internus
1. Kulit : warna sawo matang, turgor kulit turun (-), ikterik (-),
petekie (-)
2. Kepala : kesan mesosefal, rambut hitam lurus
3. Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
central, reguler dan isokor 3mm, mata keruh (-/-)
4. Hidung : deformitas (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-)
5. Telinga :hiperemis (-/-), serumen (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-)
6. Mulut : bibir kering (-), bibir sianosis (-), bibir pucat (-), lidah
kotor (-), gusi berdarah (-), caries (-), tonsil (T1/T1)
7. Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-)
8. Thorax :
Paru -paru
Paru depan Paru belakang
Inspeksi
6
Statis
Dinami
s
Normochest, simetris, kelainan
kulit (-/-), sudut arcus costa
dalam batas normal, ICS dalam
batas normal
Pengembangan pernafasan paru
Normal
Normochest, simetris, kelainan
kulit (-/-)
Pengembangan pernapasan paru
normal
Palpasi Simetris (N/N), Nyeri tekan (-/-),
ICS dalam batas normal, taktil
fremitus dalam batas normal
Simetris (N/N), Nyeri tekan
(-/-), ICS dalam batas normal,
taktil fremitus dalam batas
normal
Perkusi
Kanan
Kiri
Sonor seluruh lapang paru
Batas paru hati
Sonor seluruh lapang paru.
Sonor seluruh lapang paru
Peranjakan paru
Sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi Suara dasar vesicular, Ronki
(-/-), Wheezing (-/-)
Suara dasar vesicular, Ronki (-/-),
Wheezing (-/-)
Tampak anterior paru Tampak posterior paru
SD : vesikuler SD : vesikuler
ST : ronki (-), wheezing (-) ST : ronki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi ictus cordis tidak tampak
Palpasi Ictus cordis teraba pada ICS IV 1-2 cm ke arah medial
linea midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus
epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi Batas atas jantung : ICS II linea parastrenal sinistra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternal
7
Kesan
sinistra
Batas kanan bawah : ICS V linea parasternal dextra
Batas kiri bawah : ICS V 2 cm kearah linea
midcalvicula sinistra
Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler,
suara jantung tambahan (-)
9. Abdomen
Inspeksi Permukaan datar, warna sama seperti kulit di
sekitar, ikterik (-), striae (-), spider angioma (-),
venectasi (-), benjolan suprapubik (-)
Auskultasi Bising usus (+) normal 9x/ menit, bunyi usus
suprapubik (+)
Perkusi Tympani seluruh lapang abdomen, redup region
suprapubik, nyeri regio suprapubik (+)
Pekak sisi (-), pekak alih (-), undulasi (-), ketok
ginjal (+/+)
Pekak hepar: liver span 8 cm
Pekak lien (-)
terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra
Palpasi Nyeri tekan seluruh regio abdomen (-)
Nyeri tekan regio suprapubik (+)
Hepar dan lien tidak teraba, ballotemen ginjal (+)
10. Ekstremitas
Superior Inferior
Capilary refill
Akral dingin
Edema
<2”/<2”
-
-
-
<2”/<2”
-
-
8
Sianosis
Gerak
Kekuatan
Reflek fisiologis
Reflek patologis
+
5/5
t.d.l
t.d.l
-
+
5/5
t.d.l
t.d.l
11. Genitalia pria
Inspeksi
a. Penis
b. MUE
c. Scrotum
warna sama seperti warna sekitar, gland penis
terlihat, benjolan (-), sircumsisi (+), tanda
radang(-), darah (-), nanah (-), phimosis (-),
paraphimosis (-)
tidak ada kelainan
kontur scrotum (N), benjolan (-), tanda radang
(-)
Palpasi
a. Penis
b. Scrotum
c. Region Inguinal
dan femoris
benjolan (-), nyeri tekan (-), secret (-)
nyeri tekan (-), benjolan (-)
testis 2 buah, ukuran keduanya sama, konsistensi
(N)
Benjolan (-), kelenjar limfonodi (N)
12. Rectal Toucher
Inspeksi Massa perianal (+), konsistensi kenyal, jumlah
1, perabaan licin, nyeri tekan (+)
Tonus spingter ani Kuat, BCR (+)
Ampula recti Normal,
Mukosa recti Perabaan kasar (+),
9
Prostat Konsistensi keras (+), nyeri tekan (+), diameter
> 4, sulcus medianus (-), permukaan berbenjol
– benjol pada semua lobus, polus anterior tidak
teraba
Inspeksi Darah (-), tinja (-), sekret (-)
13. Pemasangan kateter
Tidak ada hambatan, urin dapat keluar dengan lancar.
IV. RESUME
Dari anamnesis didapatkan adanya retensi urin sejak tadi malam,
nokturia (+), hesistensi (+), terminal dribling (+), polakisuria (+), disuria (+),
straining (+), nyeri pinggang (+) sejak 1 bulan terakhir, riwayat pembesaran
prostat 1 tahun yang lalu, bb turun (5 kg dalam 1 bulan terakhir), nafsu makan
tetap, sensasi tidak puas saat berkemih (+), konstipasi sejak 1 bulan terakhir,
kadang – kadang terdapat darah setelah bab, riwayat konsusmsi air minum yang
kurang (1 -2 gelas belimbing perhari), riwayat konsumsi makanan berlemak (+),
riwayat merokok 20 th (1 hari 1 bungkus).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, tekanan darah 160/90 mmhg,
konjungtiva anemis (+/+), perkusi redup region suprapubik, nyeri tekan regio
suprapubik (+), nyeri ketok costovertebra (+), renal balottement (+). Pada
inspeksi rektal ditemukan massa perianal (+), konsistesi kenyal, jumlah 1,
perabaan licin, nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan RT ditemukan mukosa rekti
kasar, prostat konsistensi keras, nyeri tekan (+), diameter > 4, sulcus medianus (-),
permukaan berbenjol – benjol pada semua lobus, tidak bisa digerakkan, polus
anterior tidak teraba.
V. DAFTAR ABNORMALITAS
ANAMNESIS1. Retensi urin sejak tadi malam
PEMERIKSAAN FISIK17. Tekanan Darah 160/90 mmHg
10
2. Nokturia
3. Hesistensi (+)
4. Terminal dribling (+)
5. Polakisuria (+)
6. Disuria (+)
7. Straining (+)
8. Nyeri pinggang (+), 1 bulan
yang lalu
9. Riwayat pembesaran prostat 1
tahun yang lalu
10. BB turun (5 kg dalam 1 bulan
terakhir), nafsu makan tetap
11. Sensasi tidak puas saat
berkemih (+)
12. Konstipasi sejak 1 bulan
terakhir
13. Kadang – kadang terdapat darah
setelah BAB
14. Riwayat konsusmsi air minum
yang kurang (1 -2 gelas
belimbing perhari)
15. Riwayat konsumsi makanan
berlemak (+)
16. Riwayat merokok 20 th (1 hari
1 bungkus)
18. Konjungtiva anemis (+/+)
19. Perkusi redup region suprapubik
20. Nyeri tekan regio suprapubik (+)
21. Nyeri ketok costovertebra (+)
22. Balottement ginjal (+)
23. Massa perianal (+), konsistesi
kenyal, jumlah 1, perabaan licin,
nyeri tekan (+)
24. Mukosa rekti kasar
25. Prostat Konsistensi keras, nyeri
tekan (+), diameter > 4, sulcus
medianus (-), permukaan
berbenjol – benjol pada semua
lobus, tidak bisa digerakkan,
polus anterior tidak teraba
VI. PROBLEM
Masalah Aktif Masalah Pasif
1. Retensi urin et causa suspect
Benigna Prostat Hipertophy
2. Retensi urin et causa suspect
1. Minum air putih kurang
2. Riwayat konsusmsi makanan
11
neoplasma prostat maligna
3. Suspect hidronefrosis
4. Konstipasi et causa suspect
Benigna / maligna Prostat
Hipertophy
5. Hemoroid externa
6. Tekanan darah 160/90 mmHg
(Hipertesi grade II, JNC VII)
7. Suspect Anemia
berlemak
3. Riwayat merokok
4. Riwayat BPH sebelumnya
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Retensi urin et causa
a. suspect Benigna Prostat Hipertophy
b. suspect neoplasma prostat maligna
2. Suspect hidronefrosis
3. Konstipasi et causa suspect Benigna / maligna Prostat Hipertophy
4. Hemoroid externa
5. Tekanan darah 160/90 mmHg (Hipertesi grade II, JNC VII)
6. Suspect Anemia
VIII. DIAGNOSIS
Retensi urin et causa suspect Neoplasma prostat maligna
IX. INITIAL PLAN
A. Retensi urin et causa suspect Neoplasma prostat maligna
1. Ip. Dx
a. S :
b. O :
Pemeriksaan Patologi Anatomi
USG (transabdominal dan Transrektal)
Pemeriksaan Darah lengkap
PSA
12
2. Ip. Tx
a. Medika Mentosa
Amoxicilin tab 500mg 3 dd tab I
Asam mefenamat tab 500mg 3 dd tab I
b. Non Medika mentosa
Pemasangan kateter
Konsul spesialis bedah urologi
3. Ip. Mx
a. KU / TV
b. Volume urin
c. Komplikasi pemasangan kateter
4. Ip. Ex
a. Menjelaskan mengenai penyakit pasien
b. Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang kan dilakukan
c. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari penyakit
d. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penatalaksanaan
5. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : Dubia
b. Qua ad sanam : Dubia
c. Qua ad fungsionam : Dubia
B. Hidronefrosis
1. Ip. Dx
S :
O :
IVP
Pemeriksaan Darah lengkap
2. Ip. Tx
a. Medika Mentosa (-)
b. Non Medika mentosa
Konsul spesialis bedah urologi
3. Ip. Mx
13
KU / TV
Volume urin
Komplikasi pemasangan kateter
4. Ip. Ex
a. Menjelaskan mengenai penyakit pasien
b. Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang kan dilakukan
c. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari penyakit
d. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penatalaksanaan
5. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : Dubia
b. Qua ad sanam : Dubia
c. Qua ad fungsionam : Dubia
C. Hipertensi Sekunder
1. Ip. Dx
S :
O :
2. Ip. Tx
a. Medika Mentosa
Captopril tab 12,5mg 1 dd tab I
b. Non Medika mentosa
Konsul spesialis penyakit dalam
3. Ip. Mx
KU / TV
Komplikasi organ target
4. Ip. Ex
a. Menjelaskan mengenai penyakit pasien
b. Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang kan dilakukan
c. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari penyakit
d. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penatalaksanaan
5. PROGNOSIS
14
a. Qua ad vitam : Dubia
b. Qua ad sanam : Dubia
c. Qua ad fungsionam : Dubia
D. Anemia
1. Ip. Dx
S :
O :
Pemeriksaan Darah Lengkap (Hb, MCV, MCHC)
2. Ip. Tx
a. Medika Mentosa
Fe tab 250mg 1 dd tab I
b. Non Medika mentosa
Konsul spesialis penyakit dalam
3. Ip. Mx
KU / TV
4. Ip. Ex
a. Menjelaskan mengenai penyakit pasien
b. Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang kan dilakukan
c. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari penyakit
d. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penatalaksanaan
5. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : Dubia
b. Qua ad sanam : Dubia
c. Qua ad fungsionam : Dubia
E. Hemoroid Ekterna
1. Ip. Dx
S :
O :
15
2. Ip. Tx
a. Medika Mentosa
Borraginol zalf
b. Non Medika mentosa
Konsul spesialis bedah
3. Ip. Mx
KU / TV
Perdarahan, nyeri, pembesaran hemoroid
4. Ip. Ex
a. Menjelaskan mengenai penyakit pasien
b. Menjelaskan mengenai penatalaksanaan yang kan dilakukan
c. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari penyakit
d. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penatalaksanaan
5. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : ad bonam
b. Qua ad sanam : ad bonam
c. Qua ad fungsionam : ad bonam
PEMBAHASAN
16
A. PROSTAT
1. Anatomi prostat
Prostat adalah organ genital yang hanya di temukan pada pria karena
merupakan penghasil cairan semen yang hanya dihasilkan oleh pria.
Prostat berbentuk piramid, tersusun atas jaringan fibromuskular yang
mengandung kelenjar. Prostat pada umumnya memiliki ukuran dengan
panjang 1,25 inchi atau kira – kira 3 cm, mengelilingi uretra pria.
Dalam hubungannya dengan organ lain, batas atas prostat
bersambung dengan leher bladder atau kandung kemih. Di dalam prostat
didapati uretra. Sedangkan batas bawah prostat yakni ujung prostat
bermuara ke eksternal spinkter bladder yang terbentang diantara lapisan
peritoneal. Pada bagian depannya terdapat simfisis pubis yang dipisahkan
oleh lapisan ekstraperitoneal. Lapisan tersebut dinamakan cave of Retzius
atau ruangan retropubik. Bagian belakangnya dekat dengan rectum,
dipisahkan oleh fascia Denonvilliers
17
Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul.
Kapsul ini terdiri dari 2 lapisan yaitu :
a. True capsule : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat
b. False capsule : lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung,
menyelimuti bladder atau kandung kemih. Sedangkan Fascia
Denonvilliers berada pada bagian belakang.
2. Histologi
Prostat merupakan suatu kumpulan kelanjar yang terdiri dari 30 - 50
kelenjar tubuloalveolar, dibentuk dari epitel bertingkat silindris atau
kuboid yang bercabang. Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars
prostatika, menembus prostat. Secara histologi, prostat memiliki 3 zona
yang berbeda yaitu:
a. Zona sentral
b. Zona perifer
c. Zona transisional
B. KANKER PROSTAT
1. Definisi
Kanker prostat adalah keganasan pada prostat yang diderita pria
berusia lanjut dengan kejadian puncak pada usai 65 - 75 tahun. Penyebab
kanker prostat tidak diketahui secara tepat, meskipun beberapa penelitian
telah menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan
peningkatan kadar hormon testosteron. Usia lanjut mengalami penurunan
beberapa unsur esensial tubuh seperti kalsium dan vitamin D. Penurunan
18
kandungan kalsium tubuh mengakibatkan berbagai penyakit, diantaranya
adalah osteoporosis, sehingga timbul paradigma bahwa pada usia lanjut
untuk mengkonsumsi kalsium dalam jumlah banyak. Tetapi pola makan
dengan kalsium tinggi secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker
prostat pada usia lanjut.
Lebih.dari 95 % kanker prostat bersifat adenokarsinoma. Selebihnya
didominasi transisional sel karsinoma. Penelitian menunjukkan bahwa 60 -
70% kasus kanker prostat terjadi pada zona perifer sehingga dapat diraba
sebagai nodul – nodul keras irregular. Fenomena ini nyata pada saat
pemeriksaan rectum dengan jari (Digital Rectal Examination). Nodul –
nodul ini memperkecil kemungkinan terjadinya obstruksi saluran kemih
atau uretra yang berjalan tepat di tengah prostat. Sebanyak 10 – 20 %
kanker prostat terjadi pada zona transisional, dan 5 – 10 % terjadi pada
zona sentral.
2. Etiologi dan Faktor resiko kanker prostat
Dari berbagai penelitian dan survei, disimpulkan bahwa etiologi dan faktor
resiko kanker prostat adalah sebagai berikut.
a. Usia
Resiko menderita kanker prostat dimulai saat usia 50 tahun pada
pria kulit putih, dengan tidak ada riwayat keluarga menderita kanker
prostat. Sedangkan pada pria kulit hitam pada usia 40 tahun dengan
riwayat keluarga satu generasi sebelumnya menderita kanker prostat.
Data yang diperoleh melaui autopsi di berbagai negara menunjukkan
sekitar 15 – 30% pria berusia 50 tahun menderita kanker prostat secara
samar. Pada usia 80 tahun sebanyak 60 – 70% pria memiliki gambaran
histologi kanker prostat.
b. Ras dan tempat tinggal
Penderita prostat tertinggi ditemukan pada pria dengan ras Afrika –
Amerika.Pria kulit hitam memiliki resiko 1,6 kali lebih besar untuk
menderita kanker prostat dibandingkan dengan pria kulit putih.
19
c. Riwayat keluarga
Kanker prostat didiagnosa pada 15% pria yang memiliki ayah atau
saudara lelaki yang menderita kanker prostat, bila dibandingkan dengan
8% populasi kontrol yang tidak memiliki kerabat yang terkena kanker
prostat. Pria yang satu generasi sebelumnya menderita kanker prostat
memiliki resiko 2 - 3 kali lipat lebih besar menderita kanker prostat
dibandingkan dengan populasi umum. Sedangkan untuk pria yang 2
generasi sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 9 - 10
kali lipat lebih besar menderita kanker prostat.
d. Faktor hormonal
Testosteron adalah hormon pada pria yang dihasilkan oleh sel
Leydig pada testis yang akan ditukar menjadi bentuk metabolit, berupa
dihidrotestosteron (DHT) di organ prostat oleh enzim 5 - α reduktase.
Beberapa teori menyimpulkan bahwa kanker prostat terjadi karena
adanya peningkatan kadar testosteron pada pria, tetapi hal ini belum
dapat dibuktikan secara ilmiah. Beberapa penelitian menemukan
terjadinya penurunan kadar testosteron pada penderita kanker prostat.
Selain itu, juga ditemukan peningkatan kadar DHT pada penderita
prostat, tanpa diikuti dengan meningkatnya kadar testosteron.
e. Pola makan
Pola makan diduga memiliki pengaruh dalam perkembangan
berbagai jenis kanker atau keganasan. Pengaruh makanan dalam
terjadinya kanker prostat belum dapat dijelaskan secara rinci karena
adanya perbedaan konsumsi makanan pada rasa atau suku yang
berbeda, bangsa, tempat tinggal, status ekonomi dan lain sebagainya.
3. Gejala Klinis Kanker Prostat
Secara medik, kanker prostat umumnya tidak menunjukkan gejala
khas. Karena itu, sering terjadi keterlambatan diagnosa. Gejala yang ada
umumnya sama dengan gejala pembesaran prostat jinak, yaitu buang air
kecil tersendat atau tidak lancar. Keluhan dapat juga berupa nyeri tulang
20
dan gangguan saraf. Dua keluhan itu muncul bila sudah ada penyebaran ke
tulang belakang
Tahap awal (early stage) yang mengalami kanker prostat umumnya
tidak menunjukkan gejala klinis atau asimptomatik. Pada tahap berikutnya
(locally advanced) didapati obstruksi sebagai gejala yang paling sering
ditemukan. Biasanya ditemukan juga hematuria yakni urin yang
mengandung darah, infeksi saluran kemih, serta rasa nyeri saat berkemih.
Pada tahap lanjut (advanced) penderita yang telah mengalami metastase di
tulang sering mengeluh sakit tulang dan sangat jarang menhgalami
kelemahan tungkai maupun kelumpuhan tungkai karena kompresi korda
spinalis.
4. Pemeriksaan Kanker Prostat
Diagnosa kanker prostat dapat dilakukan atas kecurigaan pada saat
pemeriksaan colok dubur yang abnormal atau peningkatan Prostate
Specific Antigen (PSA). Kecurigaan ini kemudian dikonfirmasi dengan
biposi,dibantu oleh trans rectal ultrasound scanning (TRUSS). Ada 50%
lebih lesi yang dicurigai pada saat colok dubur yang terbukti suatu kanker
prostat. Nilai prediksi colok dubur untuk mendeteksi kanker prostat
21,53%. Sensitifitas colok dubur tidak memadai untuk mendeteksi kanker
prostat tapi spesifisitasnya tinggi,namun bila didapatkan tanda ganas pada
colok dubur maka hampir semua kasus memang terbukti kanker prostat
karena nilai prediktifnya 80%.
a. Digital Rectal Examination
Pemeriksaan rutin prostat yang di perlukan adalah pemeriksaan
rektum dengan jari atau digital rectal examination. Pemeriksaan ini
menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan ke dalam rektum untuk
meraba prostat. Penemuan prostat abnormal pada DRE berupa nodul
atau indurasi hanya 15 – 25 % kasus yang mengarah ke kanker prostat.
b. Pemeriksaan kadar Prostat Spesifik Antigen
Prostat Spesifik Antigen (PSA) adalah enzim proteolitik yang
dihasilkan oleh epitel prostat dan dikeluarkan bersamaan dengan cairan
21
semen dalam jumlah yang banyak. Prostat Spesifik Antigen memiliki
nilai normal ≤ 4ng/ml. Pemeriksaan PSA sangat baik digunakan
bersamaan dengan pemeriksaan DRE dan TRUSS dengan biopsy.
Peningkatan kadar PSA bias terjadi pada keadaan Benign Prostate
Hyperplasya (BPH), infeksi saluran kemih dan kanker prostat sehingga
dilakukan penyempurnaan dalam interpretasi nilai PSA yaitu PSA
velocity atau perubahan laju nilai PSA, densitas PSA dan nilai rata –
rata PSA, yang nilainya bergantung kepada umur penderita
Rata-rata nilai normal Prostat Spesifik Antigen menurut umur
Pasien yang memiliki kadar PSA lebih dari 10 ng/mL biasanya
menderita kanker prostat. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa
hanya 2% laki – laki yang menderita BPH yang memiliki kadar PSA
lebih dari 10 ng/mL. Sedangkan dari 103 pasien dengan semua
stadium kanker prostat, 44% memiliki kadar PSA lebih dari 10
ng/mL . Dimana 305 nya dapat ditemukan pada pasien dengan stadium
kanker T1 – 2, NX, M0. Dengan demikian jelaslah bahwa ada
hubungan antara peningkatan PSA dengan stadium kanker prostat.
c. Biopsi prostat
Biopsi prostat merupakan “gold standart” untuk menegakkan
diagnose kanker prostat.. Pemeriksaan biopsi prostat menggunakan
panduan transurectal ultrasound scanning (TRUSS) sebagai sebuah
biopsi standar. Namun seringnya penemuan mikroskopis kanker prostat
ini terjadi secara insidentil dari hasil TURP atau pemotongan prostat
pada penyakit BPH
22
Pemeriksaan biopsi prostat dilakukan apabila ditemukan
peningkatan kadar PSA serum pasien atau ada kelainan pada saat
pemeriksaan DRE atau kombinasi keduanya yaitu ditemukannya
peningkatan kadar PSA serum dan kelainan pada DRE. Pada
pemeriksaan mikroskopis ini sebagian besar karsinoma prostat adalah
jenis adenokarsinoma dengan derajat diferensiasi berbeda – beda. 70%
adenokarsinoma prostat terletak di zona perifer, 20% di zona
transisional dan 10% di zona sentral. Namun penelitian lain
menyatakan bahwa 70% kanker prostat berkembang dari zona perifer,
25% zona sentral dan zona transisional dan beberapa daerah periuretral
duct adalah tempat – tempat yang khusus untuk beningn prostate
hyperplasia (BPH). Pada hasil biopsi prostat, sebagian besar kanker
prostat adalah adenokarsinoma dengan derajat yang berbeda – beda.
Kelenjar pada kanker prostat invasif sering mengandung fokus atipia
sel atau Neoplasia Interaepitel Prostat (PIN) yang diduga merupakan
prekusor kanker prostat.
d. Pencitraan
Dalam melakukan pencitraan, ada beberapa jenis pencitraan yang
biasa di pakai dalam mendiagnosis kanker prostat diantaranya yaitu :
i. Transrectal Ultrasound Scanning (TRUSS)
Transrectal Ultrasound Scanning (TRUSS) adalah
pemeriksaan yang digunakan untuk menentukan lokasi kanker
prostat yang lebih akurat dibandingkan dengan DRE, juga
merupakan panduan klinisi untuk melakukan biopsi prostat sehingga
TRUSS juga sering dikatakan sebagai “a biopsy – guidence”. Selain
untuk panduan biopsi, TRUSS juga digunakan untuk mengukur
besarnya volume prostat yang diduga terkena kanker. Transrectal
Ultrasound juga digunakan dalam tindakan cryosurgery dan
brachytherapy. Untuk temuan DRE yang normal namun ada
peningkatan kadar PSA (biasanya lebih dari 4) dapat juga digunakan
23
TRUSS untuk melihat apakah ada kemungkinan terjadi keganasan
pada prostat.
ii. Endorectal Magnetic Resonance Imaging (MRI)
iii. Axial Imaging (CT – MRI)
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat apakah pasien
penderita kanker prostat menderita metastase ke tulang pelvis atau
kelenjar limfe sehingga klinisi bias menetukan terapi yang tepat bagi
pasien. Namun perlu diingat juga bahwa penncitraan ini cukup
memakan biaya dan sensitivitasnya juga terbatas hanya sekitar 30 –
40% .
5. Grading dan Staging Kanker Prostat
Kanker prostat biasanya mengalami metastase ke kelenjar
limfe pelvis kemudian metastase berlanjut ke tulang – tulang pelvis →
vertebra lumbalis → femur → vertebra torakal → kosta. Lesi yang
sering terjadi pada metastase di tulang adalah lesi osteolitik
(destruktif), lebih sering osteoblastik (membentuk tulang). Adanya
metastasis osteoblastik merupakan isyarat yang kuat bahwa kanker
prostat berada pada tahap lanjut.
Untuk menentukan grading, yang paling umum di gunakan di
Amerika adalah sistem Gleason. Skor untuk sistem ini adalah 1 – 5
berdasarkan pola secara pemeriksaan spesimen prostat di laboratorium
Patologi Anatomi. Ada 2 skor yang harus dilihat dalam sistem
Gleason yaitu :
a. Skor primer adalah penilaian yang diberikan berdasarkan gambaran
mikroskopik yang paling dominan pada spesimen yang diperiksa
b. Skor sekunder adalah gambaran mikroskopik berikutnya yang
paling dominan setelah yang pertama.
Total skor untuk Gleason adalah jumlah dari skor primer dan
skor sekunder dimana masing – masing rentang nilai untuk skor
primer dan sekunder adalah 1 - 5 dan totalnya 2 – 10. Bila total skor
Gleason 2 – 4, maka specimen dikelompokkan kedalam kategori well
24
– differentiated, sedangkan bila skor Gleason 5 – 6 dikategorikan
sebagai moderate differentiated dan skor Gleason 8 – 10
dikelompokkan sebagai poor differentiated. Tidak jarang skor
Gleason bernilai 7 sesekali di masukkan ke dalam kategori moderate
differentiated, namun bisa dimasukkan kedalam kategori poor
differentiated. Kerancuan ini diatasi dengan cara sebagai berikut :
a. Bila skor primer Gleason adalah 3 dan skor sekunder 4, maka di
masukkan ke dalam kategori moderate differentiated.
b. Bila skor primer Gleason 4 dan skor sekunder 3 maka di masukkan
ke dalam kategori poor differentiated, karena memiliki prognosis
yang lebih buruk daripada yang memiliki skor primer Gleason 3.
Skor garding menurut nealson
Sedangkan staging TNM digunakan untuk melihat hasil DRE
dan TRUS bukan dari hasil BIOPSY
25
Luas tumor primer (T)
26
STATUS KELENJAR GETAH BENING REGIONAL (N)
METASTASIS JAUH (M)
6. Penanganan Kanker Prostat
Sebelum dilakukan penanganan terhadap kanker prostat, perlu
diperhatikan faktor – faktor yang berhubungan dengan prognosis
kanker prostat yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu faktor –
faktor prognostik klinis dan patologis kanker prostat. Faktor
prognostik klinis adalah faktor – faktor yang dapat dinilai melalui
pemeriksaan fisik, tes darah, pemeriksaan radiologi dan biopsi prostat.
Faktor klinis ini sangat penting karena akan menjadi acuan untuk
mengidentifikasi karakteristik kanker sebelum dilakukan pengobatan
27
yang sesuai. Sedangkan faktor patologis adalah faktor – faktor yang
yang memerlukan pemeriksaan, pengangkatan dan evaluasi kesuruhan
prostat.
Faktor – prognostik antara lain :
a. Usia pasien
b. Volume tumor
c. Grading atau Gleason score
d. Ekstrakapsular ekstensi
e. 5. Invasi ke kelenjar vesikula seminalis
f. 6. Zona asal kanker prostat
g. 7. Faktor biologis seperti serum PSA, IGF, p53 gen penekan tumor
dan lain – lain.
Penangangan kanker prostat di tentukan berdasarkan
penyakitnya apakah kanker prostat tersebut terlokalisasi, penyakit
kekambuhan atau sudah mengalami metastase. Selain itu juga perlu
diperhatikan faktor – faktor prognostik diatas yang sangat penting
untuk melakukan terapi kanker prostat.
Untuk penyakit yang masih terlokalisasi langkah pertama yang
dilakukan adalah melakukan watchfull waiting atau memantau
perkembangan penyakit. Watchfull waiting merupakan pilihan yang
tepat untuk pria yang memiliki harapan hidup kurang dari 10 tahun
atau memiliki skor Gleason 3 + 3 dengan volume tumor yang kecil
yang memiliki kemungkinan metastase dalam kurun waktu 10 tahun
apabila tidak diobati (Choen, J. J. dan Douglas M. D., 2008). Sumber
lain menuliskan bahwa watchfull waiting dilakukan bila pasien
memiliki skor Gleason 2 – 6 dengan tidak adanya nilai 4 dan 5 pada
nilai primer dan sekunder karena memiliki resiko yang rendah untuk
berkembang.
Sekarang ini, pria yang memiliki resiko sangat rendah (very
low risk) terhadap kanker prostat dan memilih untuk tidak melakukan
pengobatan, tetapo tetap dilakukan monitoring. Menurut Dr. Jonathan
28
Epstein, seorang ahli patologi dari Rumah Sakit Johns Hopkins
mengemukakan beberapa kriteria yang termasuk kedalam golongan
resiko rendah terhadap kanker prostat (very low risk) :
a. Tidak teraba kanker pada pemeriksaan DRE (staging T1c)
b. Densitas PSA (jumlah serum PSA dibagi dengan volume prostat)
kurang dari 0,15
c. Skor Gleason kurang atau sama dengan 6 dengan tidak
ditemukannya pola yang bernilai 4 atau 5
d. Pusat kanker tidak lebih dari 2 atau kanker tidak melebihi 50% dari
bagian yang di biopsi.
Radikal prostatektomi adalah prosedur bedah standar yang
mengangkat prostat dan vesika seminalis. Prognosis pasien yang
melakukan radikal prostatektomi tergantung dengan gambaran
patologis spesimen prostat.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius
2. Basuki B. Purnomo. 2000. Dasar-Dasar Urologi. Malang : Fakultas
kedokteran Brawijaya. Buhmeida, A., et al. 2006.
3. Prognostic Factor in Prostate Cancer . In : Diagnostic Pathology.
Finlandia: BioMed Central Ltd. Available from
http://www.diagnosticpathology.org/content/1/1/4 [Accessed 5 Mei 2014]
4. Choen, J. J. and Douglas M. D. 2008. Localized Prostate Cancers. In :
Chabner, B.A., et al . ed. Harrison’s Manual of Oncology. USA : The
McGraw – Hill Companies, Inc.
5. Haas, G. P dan Wael A. S. 1997. Epidemiology of Prostate Cancer . CA –
A Cancer Journal for Clinicians. 47 (5) : 273– 287.
6. Jefferson, K and Natasha J. 2009. Prostate Cancer . In : Probert, J. L., ed.
An Atlas of Investigation and Diagnosis Urology. UK: Clinical Publishing
Oxford.
7. K. O. H, William, et al. 2000. Neoplasm of the Prostate. In : C. Bast,
Robert et al, ed. Holland - Frei Cancer Medicine 5th Edition. USA : BC
Decker Inc.
30