laporan kasus saraf

50
LAPORAN KASUS KEPANITERAAN UMUM SISTEM SARAF “SEORANG LAKI-LAKI DATANG DENGAN KELUHAN SULIT BERJALAN DAN TREMOR” Trainer : dr. Dyah Mustika Nugraheni Disusun Oleh : Kelompok I 1. Adetia Krisna H2A008002 2. Amalia Isnaini H2A010003 3. Dienia Nop Ramliana H2A010010 4. Diskta Winza Ronica H2A010013 5. Fiska Rahmawati H2A010017 6. Indah Nurul Maghfiroh H2A010025 7. Maria Ulfah H2A010032 8. Nuzulia Ni’matina H2A010037 9. Reza Adityas Trisnadi H2A010043 10. Sandhy Hapsari Andamari H2A010046

Upload: sandhyandaa

Post on 22-Jul-2016

72 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Parkinson

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Saraf

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN UMUM

SISTEM SARAF

“SEORANG LAKI-LAKI DATANG DENGAN KELUHAN

SULIT BERJALAN DAN TREMOR”

Trainer : dr. Dyah Mustika Nugraheni

Disusun Oleh :

Kelompok I

1. Adetia Krisna H2A008002

2. Amalia Isnaini H2A010003

3. Dienia Nop Ramliana H2A010010

4. Diskta Winza Ronica H2A010013

5. Fiska Rahmawati H2A010017

6. Indah Nurul Maghfiroh H2A010025

7. Maria Ulfah H2A010032

8. Nuzulia Ni’matina H2A010037

9. Reza Adityas Trisnadi H2A010043

10. Sandhy Hapsari Andamari H2A010046

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2014

Page 2: Laporan Kasus Saraf

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn Bambang

Umur : 63 tahun

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mrican

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Status : Menikah

No RM : -

Tanggal masuk RS : 07 April 2014

II. ANAMNESA

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa tanggal 07 April 2014

jam 09.30 WIB di Poli Umum di Rumah Sakit Roemani.

Keluhan utama : kedua kaki sulit berjalan dan tremor seluruh

anggota gerak

RPS :

Pasien Tn. B datang ke poli umum dengan keluhan sulit berjalan

sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan tremor dirasakan 1 tahun yang lalu

bersamaan pada kedua tangan dan kaki. Satu tahun yang lalu, pasien sudah

mengeluh kakinya kaku untuk berjalan dan tremor hanya pada saat

menulis. Keluhan dirasakan secara terus menerus dan semakin lama terasa

semakin memberat, sehingga pasien mengalami kesusahan untuk memulai

berjalan. Keluhan dirasakan semakin memberat jika pasien stres atau

banyak pikiran, dan terasa ringan jika pasien sedang beristirahat. Kesulitan

menulis (+), tulisan menjadi kecil (+), kaki kesemutan (-), mati rasa (-),

sakit kepala (-), pandangan kabur (-), indra perasa tidak ada gangguan.

Makan minum dibantu, bicara agak sulit. Gangguan BAK (-), BAB (-),

seksual (-). Mengkonsumsi MSG (+), konsumsi obat mual muntah (-),

jamu (-). Pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter.

RPD :

Riwayat sakit yang sama disangkal.

Page 3: Laporan Kasus Saraf

Riwayat tekanan darah tinggi disangkal.

Riwayat penyakit gula disangkal.

Riwayat alergi obat dan atau makanan disangkal.

Riwayat mondok disangkal.

Riwayat sakit jantung disangkal.

Riwayat hilang kesadaran disangkal.

Riwayat trauma di tulang belakang disangkal.

RPK :

Riwayat sakit yang sama disangkal.

Riwayat enyakit jantung disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien dahulu bekerja dikantor bagian administrasi.

Kebiasaan merokok disangkal.

Kebiasaan minum alkohol disangkal.

Kebiasaan berolahraga jarang.

Pasien pensiunan PNS, biaya kesehatan ditanggung BPJS.

III.PEMERIKSAAN FISIK

Pemerikaan fisik dilakukan tanggal 07 April 2014 Pukul 09.45 WIB.

Keadaan Umum : Sulit berjalan

Kesadaran : Compos Mentis

Vital sign :

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 80x /menit, irama regular, isi dan tegangan cukup

RR : 22x/menit reguler

Suhu : 370 C (aksiler)

STATUS INTERNA

Kulit : Sama dengan warna kulit sekitar

Kepala : kesan mesocephal

Mata : Corpus alineum (-/-); konjungtiva anemis (-/-),

Page 4: Laporan Kasus Saraf

konjungtiva hiperemis (-/-), ikterik (-/-); reflek

cahaya direk (+/+); reflek cahaya indirek (+/+);

edem palpebra (-/-); pupil isokor 3mm/3mm.

Hidung : Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)

Telinga : Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), Nyeri tragus (-/),

sekret (-/-)

Mulut : Lembab (-), Sianosis (-), perot (-), lidah kotor (-),

stomatitis (-), hiperemis (-), karies gigi (-).

Leher : Limfonodi (-), pembesaran tiroid (-), JVP (-),

gerakan terbatas, kaku kuduk (tidak bisa dinilai),

deviasi trakea (-), penggunaan otot bantu nafas (-),

Thorax :

Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC IV LMCS, tak kuat angkat

Perkusi : Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal

sinistra

Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal

sinistra

Batas kiri bawah jantung : ICS V 1cm medial Linea

mid clavicula sinistra

Batas kanan bawah jantung : ICS V Linea sternalis dextra

Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal & murni,

Suara mitral M1 & M2 M1 > M2

Suara aorta A1 & A2 A1 < A2

Suara pulmonal P1 & P2 P1 < P2

Bising jantung (-), gallop (-).

Page 5: Laporan Kasus Saraf

Pulmo

Dextra Sinistra

Depan

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Warna sama dengan

warna sekitar, simetris

statis & dinamis,

retraksi (-).

Stem fremitus normal

kanan = kiri.

Sonor seluruh lapang

paru.

SD paru vesikuler (+),

suara tambahan paru:

wheezing (-), ronki (-).

Warna sama dengan

warna sekitar, simetris

statis & dinamis,

retraksi (-).

Stem fremitus normal

kanan = kiri.

Sonor seluruh lapang

paru.

SD paru vesikuler (+),

suara tambahan paru:

wheezing (-), ronki (-).

Belakang

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Tampak normal.

Stem fremitus kanan =

kiri.

Sonor seluruh lapang

paru.

SD paru vesikuler (+),

suara tambahan paru :

wheezing (-), ronki (-).

Tampak normal.

Stem fremitus kanan =

kiri.

Sonor seluruh lapang

paru.

SD paru vesikuler (+),

suara tambahan paru:

wheezing (-), ronki (-).

Abdomen

Inspeksi : Dinding abdomen datar, spider nevi (-), massa (-),warna

kulit sama dengan warna kulit sekitar

Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit)

Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak hepar (+),

ascites (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar & Lien tak teraba

Page 6: Laporan Kasus Saraf

Ekstremitas :

Superior Inferior

Akral pucat -/- -/-

Akral hangat +/+ +/+

Deformitas -/- -/-

Capillary Refill < 2 detik/< 2 detik < 2 detik/< 2 detik

STATUS NEUROLOGIS

Kesadaran : Compos mentis

Kuantitatif : GCS 15, ( E 4, V 5, M 6 )

Kualitatif :Tingkah laku : baik

Perasaan hati : khawatir

Orientasi : Tempat: Baik, Waktu: Baik, Orang: baik,

Sekitar: baik

Jalan Pikiran : Realistik

Kecerdasan : Baik

Daya ingat baru : Baik

Daya ingat lama : Baik

Kemampuan bicara : Baik

Sikap tubuh : Membungkuk

Cara berjalan : Sulit

Gerakan abnormal : (+) tremor

Badan:

- Atrofi otot punggung : -

- Atrofi otot dada : -

- Neri’s sign : -

Vertebra :

- Bentuk : Normal ( skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-) )

- Nyeri tekan : -

Page 7: Laporan Kasus Saraf

- Gerakan :Tidak dilakukan

Reflek dinding perut : Kanan (+), Kiri (+)

Anggota Gerak Atas

Inspeksi Kanan Kiri

Drop hand - -

Pitcher’s hand - -

Warna Kulit - -

Claw hand - -

Kontraktur - -

Lengan atas Kanan Kiri

Gerakan Simetris , terbatas Simetris , terbatas

Kekuatan 4/4/4 4/4/4

Tonus Hipertoni Hipertoni

Sensibilitas Normal Normal

Nyeri - -

Termis Normal Normal

Diskriminasi Normal Normal

Posisi Normal Normal

Vibrasi Normal Normal

Refleks Fisiologis :

1. Biceps

2. Triceps

+/ N

+/ N

+/ N

+/ N

Sensoris :

1. Rasa

Gramestesia

2. Rasa Barognosia

3. Rasa

Topognosia

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Page 8: Laporan Kasus Saraf

Lengan bawah Kanan Kiri

Gerakan Simetris , terbatas Simetris , terbatas

Kekuatan 4/4/4 4/4/4

Tonus Hipertoni Hipertoni

Sensibilitas Normal Normal

Nyeri - -

Termis Normal Normal

Diskriminasi Normal Normal

Posisi Normal Normal

Vibrasi Normal Normal

Refleks Fisiologis :

1. Radius

2. Ulna

Sensoris :

1. Rasa

Gramestesia

2. Rasa

Barognosia

3. Rasa

Topognesia

+/ N

+/ N

Normal

Normal

Normal

+/ N

+/ N

Normal

Normal

Normal

Tangan Kanan Kiri

Gerakan Simetris , terbatas Simetris , terbatas

Kekuatan 4/4/4 4/4/4

Tonus Hipertoni Hipertoni

Sensibilitas Normal Normal

Nyeri - -

Termis Normal Normal

Diskriminasi Normal Normal

Posisi Normal Normal

Page 9: Laporan Kasus Saraf

Vibrasi Normal Normal

Refleks Fisiologis :

1. Hoffman troman +/ N +/ N

Sensoris :

1. Rasa

Gramestesia

2. Rasa Barognosia

3. Rasa

Topognosia

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Anggota Gerak Bawah

Inspeksi Kanan Kiri

Drop foot Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Warna Kulit Sama seperti warna sekitar Sama seperti warna

sekitar

Kontraktur Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tungkai Atas Kanan Kiri

Gerakan Simetris , terbatas Simetris , terbatas

Kekuatan 4/4/4 4/4/4

Tonus Hipertoni Hipertoni

Sensibilitas Normal Normal

Nyeri - -

Termis Normal Normal

Diskriminasi Normal Normal

Posisi Normal Normal

Vibrasi Normal Normal

Refleks Fisiologis :

1. Patella +/ N +/ ↑

Page 10: Laporan Kasus Saraf

2. Achilles +/ N +/ ↑

Sensoris :

1. Rasa

Gramestesia

2. Rasa

Barognosia

3. Rasa

Topognosia

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Tungkai Bawah Kanan Kiri

Gerakan Simetris , terbatas Simetris , terbatas

Kekuatan 4/4/4 4/4/4

Tonus Hipertoni Hipertoni

Sensibilitas Normal Normal

Nyeri - -

Termis Normal Normal

Diskriminasi Normal Normal

Posisi Normal Normal

Vibrasi Normal Normal

Refleks Fisiologis :

1. Achilles +/ N +/ ↑

Sensoris :

1. Rasa Gramestesia

2. Rasa Barognosia

3. Rasa Topognosia

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Kaki Kanan Kiri

Gerakan Simetris , terbatas Simetris , terbatas

Kekuatan 4/4/4 4/4/4

Tonus Hipertoni Hipertoni

Page 11: Laporan Kasus Saraf

Sensibilitas Normal Normal

Nyeri - -

Termis Normal Normal

Diskriminasi Normal Normal

Posisi Normal Normal

Vibrasi Normal Normal

Refleks Fisiologis :

1. Achilles +/ N +/ ↑

Sensoris :

1. Rasa Gramestesia

2. Rasa Barognosia

3. Rasa Topognosia

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Refleks Patologis :

Refleks Patologis :

1. Babinski

2. Chaddock

3. Oppenheim

4. Gordon

5. Tes Lasegue

6. Tes O’Conael

7. Tes Patrik

8. Tes Kontra patrik

9. Tes Gaenslen

10. Tes Homan

11. Gonda

12. Bing

13. Rossolimo

14. Mendel Becterew

15. Tes Brudzinki II

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Page 12: Laporan Kasus Saraf

16. Tes Kernig

17. Klonus Paha

18. Klonus Kaki

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Nervus kranialis

N. I (OLFAKTORIUS) Lubang hidung Kanan Lubang hidung Kiri

Daya Pembau Normosomi Normosomi

N. II (OPTIKUS) Mata Kanan Mata Kiri

Daya Penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pengenalan Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Medan Penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Perdarahan Arteri/Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Fundus Okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. III (OKULOMOTORIS) Mata Kanan Mata Kiri

Ptosis - -

Gerak Mata Ke Atas + +

Gerak Mata Ke Bawah + +

Gerak Mata Ke Media + +

Ukuran Pupil 3mm 3mm

Bentuk Pupil Isokor Isokor

Reflek Cahaya Langsung + +

Reflek Cahaya Konsesuil + +

Reflek Akomodasi + +

Strabismus Divergen - -

Diplopia - -

Page 13: Laporan Kasus Saraf

N. IV (TROKHLEARIS) Mata Kanan Mata Kiri

Gerak Mata Lateral Bawah + +

Strabismus Konvergen - -

Diplopia - -

N. V (TRIGEMINUS) Kanan Kiri

Mengigit N N

Membuka Mulut N N

Sensibilitas Muka Atas N N

Sensibilitas Muka Tengah N N

Sensibilitas Muka Bawah N N

Reflek Kornea + +

Reflek Bersin Tidak dilakukan

pemeriksaan

Tidak dilakukan

pemeriksaan

Reflek Masseter + +

Reflek Zigomatikus + +

Trismus - -

N. VI (ABDUSEN) Mata Kanan Mata Kiri

Gerak Mata Lateral Bebas ke segala arah Bebas ke segala

arah

Starbismus Konvergen - -

Diplopia - -

N. VII (FASIALIS) Kanan Kiri

Kerutan Kulit Dahi + +

Kedipan Mata + +

Lipatan Nasolabial + +

Sudut Mulut + +

Mengerutkan Dahi + +

Page 14: Laporan Kasus Saraf

Mengerutkan Alis + +

Menutup Mata + +

Meringis + +

Tik Fasial - -

Lakrimasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Daya Kecap 2/3 Depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflek Fisuo-Palpebra Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflek Glabella Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflek Aurikulo-Palpebra Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tanda Myerson Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tanda Chovstek Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. VIII (AKUSTIKUS) Kanan Kiri

Mendengar Suara Berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Mendengar Detik Arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Rinne AC > BC AC>BC

Tes Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada

lateralisasi

Tes Schwabach Penderita = pemeriksa Penderita =

pemeriksa

N. IX

(GLOSSOFARINGEUS)

KANAN KIRI

Arkus Faring Simetris Simetris

Daya Kecap 1/3 Belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflek Muntah Tidak dilakukan

pemeriksaan

Tidak dilakukan

pemeriksaan

Sengau - -

Tersedak - -

Page 15: Laporan Kasus Saraf

N. X (VAGUS) Kanan Kiri

Arkus faring Simetris Simetris

Reflek muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Bersuara Suara tidak serak

Menelan + +

N. XI (AKSESORIUS) Kanan Kiri

Memalingkan Kepala + +/↓

Sikap Bahu + +/↓

Mengangkat Bahu + +/↓

Trofi Otot Bahu - -

N. XII (HIPOGLOSUS)

Sikap lidah N

Artikulasi -

Tremor lidah +

Menjulurkan lidah -

Kekuatan lidah Tidak dilakukan pemeriksaan

Atrofi otot lidah -

Fasikulasi lidah -

Koordinasi Langkah dan Keseimbangan

Cara Berjalan : Sulit

Tes Romberg : ( - )

Ataksia : ( - )

Apraxia : ( - )

Disdiadokhinesis : ( - )

Rebound phenomen : ( - )

Nistagmus : ( - )

Dimetria : ( - )

Page 16: Laporan Kasus Saraf

- Tes telunjuk-hidung : ( + ) lambat

- Tes telunjuk-telunjuk : ( + ) lambat

- Tes telunjuk-telunjuk-hidung : ( + ) lambat

Fungsi Vegetatif

- Miksi : Inkontinentia urin (-), Retensio urin (-), Anuria (-),

Poliuria (-)

- Defekasi : Inkontinentia alvi (-), Retensio alvi (-)

IV. DAFTAR MASALAH

Anamnesis :

1. Tidak bisa berjalan sejak 3 bulan

2. Resting tremor kedua tangan dan kaki

3. Mikrografia

Pemeriksaan Fisik :

4. KU : Tampak lemah

5. Postur badan membungkuk ke depan

6. Drooling

7. Mikrografia

8. Rigiditas (semua ekstremitas)

9. Tes telunjuk-telunjuk (+) lambat

10. Tes telunjuk-hidung (+) lambat

11. Bradikinesia

Assessment

No Masalah aktif Masalah pasif

1 Suspek Penyakit Parkinson

V. INITIAL PLAN

Page 17: Laporan Kasus Saraf

IP Dx : Suspek Parkinson

IP Monitoring :

1. Gejala parkinson

2. T : tremor

R : rigiditas

A : Akinesia

P : Postural instability

3. ESO

4. Fungsional penderita

IP Tatalaksana dan Edukasi :

1. Konsultasi di Poli Saraf

2. Konsultasi Rehabilitas medik

3. Pengobatan

VI. RESUME

Pasien Tn. B datang ke poli umum dengan keluhan sulit berjalan

sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan sulit berjalan dirasakan pada kedua kaki.

Keluhan tremor dirasakan bersamaan pada kedua tangan dan kaki. Satu

tahun yang lalu, pasien sudah mengeluh kakinya kaku untuk berjalan dan

tremor hanya pada saat menulis. Keluhan dirasakan secara terus menerus

dan semakin lama terasa semakin memberat, sehingga pasien mengalami

kesusahan untuk memulai berjalan. Keluhan dirasakan semakin memberat

jika pasien stres atau banyak pikiran, dan terasa ringan jika pasien sedang

beristirahat. Pasien juga mengeluh kesulitan menulis dan tulisannya

menjadi kecil. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak lemah,

sikap badan membungkuk ke depan, drooling, mikrografia, rigiditas pada

semua ekstremitas, tes telunjuk-telunjuk (+) lambat, tes telunjuk-hidung

(+) lambat, bradikinesia.

Page 18: Laporan Kasus Saraf

ANALISIS KASUS

Problem (anamnesis dan PF)

Hypothesis(DD)

Mechanism (Patogenesis)

More Info(Px

Penunjang)

Dont Know Learning Issues Problem solving

Anamnesis :1. Tidak bisa

berjalan sejak 3 bulan

2. Resting tremor kedua tangan dan kaki

3. Mikrografia

Pemeriksaan Fisik :4. KU : Tampak

lemah5. Postur badan

membungkuk ke depan

6. Drooling7. Mikrografia8. Rigiditas (semua

ekstremitas)9. Tes telunjuk-

telunjuk (+) lambat

10. Tes telunjuk-

1. Drug induced Parkinson.

2. Parkinson hemibalisme

3. Khorea atau Huntington

4. Parkinsonisme

Dx:Suspek Parkinson

Degenerasi neuronDopaminergik pada Substansia nigra

Dopamine

Gangguan keseimbangan dopaminergik dan kolinergik dicorpus striatum

Gangguan motorik:-Gerakan involunter-Gerakan lambat-Perubahan postur-Perubahan tonus otot

1. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

2. PET (Positron Emission Tomography)

1. Refleks fisio palpebra

2. Refleks auriculo palpebra

3. Refleks myerson

4. Tanda chovtex

5. Pitcher’s hand

6. Tes O’conae

7. Tes Gaenslen

1. Refleks fisio palpebra: Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara pemeriksa seolah-olah mencolokkan benda ke arah mata pasienN berkedip

2. Refleks auriculo palpebra: Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara pemeriksa bertepuk tangan di

IP Dx : Suspek Parkinson

IP Monitoring :

5. Gejala parkinson6. T : tremor

R : rigiditasA : AkinesiaP : Postural

instability7. ESO8. Fungsional

penderita

IP Tatalaksana dan Edukasi :

4. Konsultasi di Poli Saraf

5. Konsultasi Rehabilitas medik

6. Pengobatan

Page 19: Laporan Kasus Saraf

hidung (+) lambat11. Bradikinesia

depan mata pasien.N berkedip

3. Refleks Myerson: Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara pemeriksa mengetuk tulang hidung 1x ke pasien.N berkedip

4. Tanda chovtex:Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara pemeriksa mengetuk di depan kelenjar parotis atau di depan aurikula.

Page 20: Laporan Kasus Saraf

N berkedip

5. Pitcher’s hand: Bentuk tangan seperti penangkap bola baseball.

6. Tes O’conae:Sama seperti cross laseque (kaki difleksikan pada sendi panggul dengan sendi lutut tetap ekstensi dengan tahanan sudut >60 derajat, namun bila tungkai tidak nyeri maka respon (+) kontralateral Sakit

Page 21: Laporan Kasus Saraf

7. Tes GaenslenKaki satu ditekuk, posisi supain, kaki yang satunya digantungkan dan merasa nyeri (+) (ABN) pada kaki yang di gantungkan.

Page 22: Laporan Kasus Saraf

PEMBAHASAN

1. Latar belakang

Penyakit parkinson berasal dari nama seorang Ingrris james Perkinson

yang merupakan suatu penyakit yang umum dan terdapat di seluruh dunia.

Penyakit ini jenis penyakit neurodegeneratif yang paling sering ditemukan di

dunia. Kejadian penyakit Parkinson sekitar 0,5-1% pada orang usia 65-69 tahun,

meningkat 1-3% pada orang usia 80 tahun atau lebih. Pada umumnya, penyakit

berlangsung progesif (memburuk) secara berangsur selama bertahun – tahun dan

pada 40 – 70 % dari penderita disusul dengan keruntuhan mental dan suatu bentuk

demensia yang aka berlainan dengan penyakit Alzheimer. Penyakit parkinson

yang diketahui menurun melalui genetik secara autosomal resesif maupun

dominan berjumlah genetik sekitar 5% dari seluruh kasusna. Penyakit ini bila

tidak ditangani dengan baik akan diderita selama rata – rata 10 – 15 tahun,

penyakit selalu berakhir dengan prognosis jelek, kematian.1

Studi epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat interaksi komplkes

antara faktor genetik dan lingkungan dalam kemunculan penyakit ini. Beberapa

faktor risiko dari penyakit parkinson meliputi riwayat keluarga parkinson, laku –

laki cedera kepala, konsumsi ari sumur dan hidup di desa. Sementara itu, faktor

pencegahan terjadinya penyakit parkinson meliputi minum kopi, merokok,

penggunaan NSAID dan terapi pengganti esterogen pada wanita postmenopose.1

Sampai saat ini sayangnya dunia kedokteran belum dapat menemukan

obat untuk menyembuhkan penyakit Parkinson secara total, namun hanya

mengurangi gejala-gejalanya saja atau memperpanjang harapan hidup.

Pengobatan yang dilakukan pun tidak dapat disamaratakan antara pasien satu

dengan pasien lainnya. Pengobatan medis yang dilakukan untuk membantu pasien

agar dapat bergerak dengan lebih normal adalah pemberian obat-obatan levodopa,

Page 23: Laporan Kasus Saraf

antishitamin, antidepresi, antikolinergik, dan lain sebagainya. Kepada penderita

penyakit parkinson disarankan untuk segera rujuk ke spesialis saraf dan terus

berusaha melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri agar otot tidak semakin

kaku karena jarang digunakan. Bisa juga dilakukan terapi fisik di pusat-pusat

rehabilitasi medis yang terdekat. Perbanyak makanan bergizi dan kaya serat

karena pada umumnya penderita mengalami konstipasi (susah buang air besar)

karena berkurangnya aktivitas fisik yang mereka lakukan.1

2. Epidemiologi

Penyakit parkinson cukup sering ditemukan, mungkin mengenai 1 – 2 %

populasi berusia lebih dari 60 tahun, tanpa adanya bias jenis kelamin yang

signifikan. Distribusi ditemukan di seluruh dunia, walaupun tampaknya lebih

sering terjadi di Eropa dan Amerika Utara.2

3. Definisi

Penyakit parkinson adalah suatu kondisi degeneratif yang terutama

mengenai jaras ektrapiramidal yang mengandung neurotransmitor dopamin, dan

karakteristiknya adalah trias yang terdiri dari akninesia (hambatan gerakan),

rigiditas, tremor gerakan gemetar ke atas bawah, biasanya mengenai anggota

gerak atas.3

4. Jenis-Jenis Parkinson’s :4

a. Penyakit parkinson (parkinson primer), awitan rata-rata usia 55 tahun

dan lebih sering mengenai pria dengan perbandingan pria dan wanita (3:2)

b. Drug induced parkinsonism, obat-obat yang menghambat reseptor

dopamin-D2 di korpus striatum (fenotiazine dan bultirophenome) atau

yang menurukan produksi dopamin di korpus striatum (resepin dan

tetrabenazine)

Page 24: Laporan Kasus Saraf

c. Sindrom hemiparkinson-hemiatrofi, berkaitan dengan hemiparkinson

dan hemiatrofi bagian tubuh ipsilateral atau hemiatrofi kontralateral dari

sisi yang terkena parkinsonisme

d. Parkinsonisme pascaencephalitis, gejalanya mirip dengan parkinson

(perlahan) tatapi pada penyakit ini sering terjadi krisis okulogirik dan

menyebabkan mata berdeviasi dengan posisi tetap selama beberapa menit

sampai beberapa jam. Terdapat juga gangguan tingkah laku, tik, distonia,

dan kelemahan okuler.

e. 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydroperidine-induced parkinsonisme

(MPTP), akibat penyalahgunaan obat

f. Parkinson vaskular, penncetusnya hipertensi. Sifat kronis progresif,

“freezing” dan reflrks postural, tremor jarang terjadi, dan obat parkinson

kurang memuaskan.

g. Cortical bangsal ganglionic degeneratif, ditandai dengan rigiditas

distonia pada lengan yang terkena, dan gejala kortikal (apraksia, hilang

sensitibilitas, refleks mioklonus dan tremor.

h. Parkinson-dementia-amyotropic-lateral-sclerotic complex of guam

adalah kombinasi parkinson, demensia, gangguan motorneuron, supra

nuclear gaze defect.

i. Pakinson demensia lain adalah adanya bradifenia, parkinson, dan

demensia.

j. Multiple System Atrophy (MSA) terdiri dari 4 sindrom yaitu degenerasi

striatonigral, sindrom Shy-Drager, atrofi oli vopontoserebral, dan sindrom

amiotrofi parkinsonisme.

5. Faktor Risiko:5

a. Usia, karena penyakit Parkinson umumnya dijumpai pada usia lanjut dan

jarang timbul pada usia di bawah 30 tahun.

Page 25: Laporan Kasus Saraf

b. Ras, di mana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit Parkinson

daripada orang Asia dan Afrika.

c. Genetik, factor genetik amat penting dengan penemuan berbagai

kecacatan pada gen tertentu yang terdapat pada penderita penyakit

parkinson, khususnya penderita Parkinson pada usia muda.

d. Toksin (seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine (MPTP),

CO, Mn, Mg, CS2, methanol, etanol dan sianida), penggunaan herbisida

dan pestisida, serta jangkitan.

e. Cedera kranio serebral, meski peranannya masih belum jelas, dan

f. Tekanan emosional, yang juga dipercayai menjadi faktor risiko.

6. Patofisiologi

Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit parkinson terjadi karena

penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia

nigra sebesar 40 – 50% yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik

(Lewy bodies). Lesi primer pada penyakit parkinson adalah degenerasi sel saraf

yang mengandung neuromelanin di dalam batang otak, khususnya di substansia

nigra pars kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata telanjang.6

Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan dopamin dari ujung saraf

nigrostriatum akan merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan reseptor D2

(inhibitorik) yang berada di dendrit output neuron striatum. Output striatum

disalurkan ke globus palidus segmen interna atau substansia nigra pars retikularis

lewat 2 jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek berkaitan dengan

reseptor D2 . Maka bila masukan direk dan indirek seimbang, maka tidak ada

kelainan gerakan. Pada penderita penyakit parkinson, terjadi degenerasi

kerusakan substansia nigra pars kompakta dan saraf dopaminergik nigrostriatum

sehingga tidak ada rangsangan terhadap reseptor D1 maupun D2. Gejala penyakit

Page 26: Laporan Kasus Saraf

parkinson belum muncul sampai lebih dari 50% sel saraf dopaminergik rusak dan

dopamin berkurang 80%.6

Reseptor D1 yang eksitatorik tidak terangsang sehingga jalan reseptor D1

yang eksitatorik tidak terangsang sehingga jalur direk dengan neurotransmitter

GABA (inhibitorik) tidak teraktifasi. Reseptor D2 yang inhibitorik tidak

terangsang, sehingga jalur indirek dari putamen ke globus palidus segmen

eksterna yang GABAergik tidak ada yang menghambat sehingga fungsi

inhibitorik terhadap globus palidus segmen eksterna berlebihan. Fungsi inhibisi

dari saraf GABAergik dari globus palidus segmen ekstena ke nukleus

subtalamikus melemah dan kegiatan neuron nukleus subtalamikus meningkat

akibat inhibisi. Terjadi peningkatan output nukleus subtalamikus ke globus

palidus segmen interna / substansia nigra pars retikularis melalui saraf

glutaminergik yang eksitatorik akibatnya terjadi peningkatan kegiatan neuron

globus palidus / substansia nigra. Keadaan ini diperhebat oleh lemahnya fungsi

inhibitorik dari jalur langsung, sehingga output ganglia basalis menjadi berlebihan

kearah talamus.7

Saraf eferen dari globus palidus segmen interna ke talamus adalah

GABAergik sehingga kegiatan talamus akan tertekan dan selanjutnya rangsangan

dari talamus ke korteks lewat saraf glutamatergik akan menurun dan output

korteks motorik ke neuron motorik medulla spinalis melemah terjadi hipokinesia.7

Page 27: Laporan Kasus Saraf

Gambar 1. Bagan patofisiologi penyakit parkinson7

Gambar 2. Keseimbangan dopamin dan cholinergic8

Page 28: Laporan Kasus Saraf

7. Manifestasi Klinis

Gejala gejala pertama biasanya berupa perasaan lemas pada otot-otot yang

cenderung untuk gemetar, terutama pada lengan dan jari-jari tangan. Kelemahan

dan gemetaran ini berkembang secara sedikit demi sedikit dan lambat sehingga

penderitanya jarang dapat menceritakan sejak kapan ia mulai merasakan tangan

dan kakinya tidak lagi mengikuti perintahnya. Kegesitan, ketangkasan, dan

kemantapan gerakan makin lama makin didesak oleh kelambanan, kecangguanan

dan kekakuan gerakan.9

Pada waktu berdiri dan berjalan, penderita tidak dapat mempertahankan

sikap tegak dan cenderung untuk semakin membungkuk. Pada waktu berjalan,

tubuh penderita akan doyong ke depan, kedua tungkai seolah-olah terpaksa untuk

cepat melangkah dengan ujung jari-jari kaki yang menggeser dengan laju

berjalannya yang semakin cepat dan tidak dapat dihentikan oleh kemauan.9

Gemetaran pada tangan dan jari-jari masih dapat ditahan sejenak, namun

begitu perhatian dialihkan mulailah kembali bergemetar seolah-olah menghitung

uang logam atau memulung-mulung pil. Sewaktu makan, tangan yang memegang

sendok sukar mengambil makanan dan sukar pula menyampaikannya ke mulut.

Tulisan menjadi kecil-kecil, sehingga akhirnya tulisan maupun tanda tangan

menjadi berubah dan tidak bisa dibaca.9

Pada tahap lebih lanjut, penderita akan mengalami kesulitan untuk

berbalik ke kiri atau ke kanan pada saat berbaring terlentang. Perawatan tubuh

sehari-hari serta makan minum memerlukan bantuan orang lain. Tidak ada

gerakan otot wajah yang mencerminkan emosi suka dan duka dan sedih senang.

Kesukaran bergerak yang mengenai otot rahang bawah serta otot wajah akan

membuat penderita sukar bicara, bicaranya pelan, serta air liur dapat mengalir dari

mulut. Intelegensi pasien tetap utuh dan tidak mengalami kemunduran.9

Page 29: Laporan Kasus Saraf

Secara ringkas, gejala klinis utama terdiri atas 3 gejala yang selalu bangkit dalam kombinasi (trias), yaitu tremor, rigiditas,

akinesia/bradikinesia.9

Tabel 1. Temuan Neurologis utama pada PD

Temuan Neurologis Keterangan

Tremor istirahat* Gerakan memilin pada jari tangan yang khas; tremor

berkurang dengan gerakan voluntar selama tidur.

Bradikinesia* Perlahan-lahan dalam memulai dan mempertahankan

gerakan

Rigiditas roda pedati* Gerakan dihalangi dengan “menangkap” ; resistensi

relatif konstan sepanjang rentang gerakan.

Kelainan posisi tubuh

dan cara berjalan*

Membungkuk, berjalan dengan kaki diseret, cara

berjalan yang capat, berbalik badan secara bersamaan

(en bolic).

Mikrografia Tulisan tangan yang kecil-kecil dan secara perlahan;

tremor dapat jelas terlihat ketika menggambar lingkaran

yang konsentrik.

Wajah seperti topeng Mata yang melotot, tidak berkedip, ekspresi dingin,

berkedip 2 atau 3 kali/menit (kedip normal 12-20 kali/

menit)

Suara datar (monoton) Bicara tanpa ekspresi

Refleks Hiperaktif

glabelar

Sensitivitas yang berlebihan terhadap ketukan jari di atas

glabela (antara alis mata) menyebabkan pasien berkedip

setiap kali ketukan.

Anamnesis10

RPS :

1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan diri, jelaskan maksud Anda

2. Tanyakan keluhan utama:

3. Kapan pertama kali memperhatikan adanya kesulitan berjalan/tremor,

dan sebagainya?

Page 30: Laporan Kasus Saraf

4. Apakah ditemukan oleh pasien sendiri/orang lain?

5. Pernahkan pasien jatuh?

6. Pernahkan pasien mengalami kesulitan saat membalikkan badan

ditempat tidur?

7. Apakah pasien tidak mampu melakukan hal-hal yang ingin mereka

lakukan?

8. Apa akibat fungsional dari gangguan yang dialami oleh pasien?

RPD :10

1. Periksa riwayat kondisi terkait (missal penyakit Wilson/ penyakit

neurologis lain, keracunan karbon monoksida).

2. Obat-obat : pernahkah diberi obat antidopaminergik, seperti

neuroleptik ? pernahkah pasien mendapat terapi dengan misalnya

levodopa ? bagaimana responnya ? apakah perbaikan bervariasi seiring

waktu setelah pemberian obat ? adakah manifestasi efek samping obat

(misalnya diskinesia, atau bingung?)

Pemeriksaan Fisik 10

1. Periksa wajah, postur, cara berjalan pasien ?

2. Berapa jauh pasien dapat berjalan ? bisakah dia berbalik?

3. Bisakah dia bangkit dari kursi?

4. Bisakah dia naik tangga?

5. Adakah tremor? Jika ya , dimana?

6. Apakah meningkat atau menurun saat bergerak?

7. Adakah rigiditas (pada ekstremitas, batang tubuh?)

8. Adakah bradikinesia? Bisakah pasien melakukan gerakan bergantian

dengan cepat?

8. Penatalaksanaan11

1. Medikamentosa

Page 31: Laporan Kasus Saraf

a. Antagonis Reseptor Dopamine-D

Obat-obatan neuroleptic bermanfaat untuk pengobatan tic. Risperidon,

olanzapin, dan ziprasidon memberikan efek klinis yang kurang lebih sama

dengan neuroleptic klasik tetapi dengan efek samping yang lebih kecil.

b. Agonis Dopamin

Bromokriptin berfungsi untuk mengurangi frekuensi tic, umumnya terjadi

dala m beberapa minggu pertama pengobatan.

c. Obat lain

Gauifenesin, klonidin, norephinefrin reuptake inhibitor (desipramin),

injeksi toksin botulinum (botox), dan baclofen (mungkin merupakan

pilihan utama pasien dengan tic distonia), tetrabenazin, benzodiazepine

(klonazepam), leviteracitam, SSRI (Klomiparin dan fluoksetin),

ondansetron, naltrekson, kannabinoid.

Page 32: Laporan Kasus Saraf

2. Bedah Saraf

Bedah saraf stereotatic, baik dengan pemasangan stimulator otak atau dengan

mengeksisi jaringan, jarang dilakukan dengan pasien tik.

3. Diet

Beberapa makanan tambahan yang digunakan sebagai obat mungkin

memperberat efek tik (obat herbal yang banyak mengandung efedrin, gingko,

kafein, guarana, dan komponen lainnya)

4. Pengobatan lain

Terapi perilaku bertujuan memberikan pemahaman, sehingga tik dapat

direspons secara terarah. Terapi ini memberikan hasil yang memuaskan.

Page 33: Laporan Kasus Saraf

9. Pemeriksaan penunjang

Tidak ada pemeriksaan untuk menegakan diagnostik pada penyakit

Parkinson.Pemeriksaan klinis dan anamneses serta respon pasien tentang

pemakaian obat terhadap penyakit dapat memperkuat dugaan diagnosa. Bila

terdapat adanya demensia klinis,CT scan memperlihatkan atropi serebral. EEG

hanya memperlihatkan sedikit kelambatan pengosongan lambung dan

hipomolitas.

10. Edukasi

1. Infomasikan pada pasien bahwa pasien akan di konsulkan kepada dr.spesialis

saraf untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahayu RA. Penyakit parkinson. Dalam: Sudoyo AW et al (editor). Buku ajar

ilmu penyakit dalam. Ed 5. Jakarta : interna publishing.

2. Ginsberg. L. Lecture Notes: Neurologi Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. 2008

3. Ginsberg. L. Lecture Notes: Neurologi Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. 2008

Page 34: Laporan Kasus Saraf

4. Dewanto G dkk. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana penyakit Saraf.

2009. Jakarta : EGC.

5. Dewanto G dkk. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana penyakit Saraf.

2009. Jakarta : EGC.

6. Husni A: Penyakit parkinson, patofisiologi, diagnosis dan wacana terapi.

Disampaikan pada Temu Ilmiah Nasional I dan konferensi kerja III PERGEMI .

2002. Semarang.

7. Joesoef AA. Patofisiologi dan managemen penyakit parkinson. Dalam:

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan V. 2001. Surabaya : FK. Unair 27 – 53.

8. Olanow C.W, Tatton W.G. Etiology and pathogenesis of parkinson′s disease .

Annu. 1999 : Rev. Neurosci. 22: 123 – 44.

9. Harsono, dss. 2007. Kapita Selekta Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas

Gajah Mada. Gajah Mada University Press. Hal 333-334.

10. Jonathan gleadle. 2005. At A Glance. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. EMS.

Jakarta. Hal 178.

11. D, George (et al). Panduan praktik diagnosa dan tatalaksana penyakit saraf.

2009. Jakarta : EGC.