laporan kasus lena maya
DESCRIPTION
dgvjkdgfkulgaslTRANSCRIPT
Laporan kasus
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 1
Laporan kasus
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ali Mustafa
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Timbang Langsa
Suku : China
Tanggal Masuk : 04 Desember 2014 Pukul : 18.45
WIB
ANAMNESA
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Telaah : Pasien datang ke RSUD Langsa dengan keluhan Sesak
nafas sejak 5 hari yang lalu, dan memberat 1 hari terakhir, sesak
nafas yang dirasakan pasien memberat pada saat pasien
memberat pada saat pasien beraktifitas ringan, seperti berjalan
menuju ke kamar mandi, namun sesak nafas berkurang pada saat
pasien beristirahat, sesak nafas pada malam hari tidak ada. Akhir-
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 2
Laporan kasus
akhir ini pasien mengatakan mudah lelah sehingga aktifitas pasien
sedikit terbatas.
Selain itu pasien mengalami batuk berdahak sejak 1 hari
terakhir dengan dahak yang kental berwarna putih, batuk berdarah
tidak ada. Batuk yang dialami pasien terus menerus
sehinggaterkadang membuat pasien mengalami sesak nafas, nyeri
dada tidak ada, jantung berdebar-debar tidak ada.
Selama di rumah pasien mengatakan tidak bisa tidur pada
malam hari jika tidak menggunakan 4 alas bantal, pasien juga
mengeluhkan kakinya terlihat bengkak, nyeri ulu hati tidak ada,
mual tidak ada, muntah tidak ada, buang air besar dan buang air
kecil dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Riwayat Hipertensi (+)
2. Riwayat DM (-)
3. Riwayat Penyakit Jantung (-)
4. Riwayat Gastritis (-)
Riwayat trauma disangkal.
Riwayat Konsumsi Obat-Obatan :
1. Tidak Ada
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 3
Laporan kasus
Anemnesa Organ:
Jantung : Ada kelainan Tulang : Tidak ada
kelainan
Sirkulasi : Tidak ada kelainan Otot : Tidak ada
kelainan
Saluran Pernafasan : Ada kelainan Darah : Tidak ada
kelianan
Ginjal dan Saluran kencing : Tidak Ada
kelainan
Endokrin : tidak ada
kelainan
Saluran Cerna : Tidak ada Kelainan Genitalia : Tidak ada
kelainan
Hati dan Saluran Empedu : Tidak Ada
kelainan
Pancaindra : Tidak ada
kelainan
Sendi : Tidak ada kelainan Psikis : Tidak ada
kelainan
STATUS PRESENT KEADAAN PENYAKIT
Sensorium : Compos
mentis
Tekanan Darah : 150/80
mmHg
Temperatur : 36,5°C
Pernafasan : 24 x/menit
Anemia : tidak ada Edema : ada
Ikterus : tidak ada Eritema : tidak
ada
Sianosis : tidak ada Turgor : tidak ada
Dispnoe : ada Sikap Tidur Paksa : tidak
ada
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 4
Laporan kasus
Nadi : 87 x/menit
KEADAAN GIZI
BB : 70 kg TB : 167 cm
RBW : ( 70/167-100 ) x 100 % = 92 % (Nutrisi baik)
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA LEHER
Inspeksi :
Rambut : Tidak ada kelainan
Wajah : Tidak ada kelainan
Alis mata : Tidak ada kelainan
Bulu mata : Tidak ada kelainan
Mata : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Bibir : Tidak ada kelainan
Lidah : Tidak ada kelainan
Inspeksi:
Struma : Tidak ada
kelainan
Kelenjar limfe :Tidak ad
kelainan
Posisi trakea : Medial
TVJ : 5-2 cmH20
THORAK
THORAK DEPAN THORAK BELAKANG
Inspeksi
Bentuk : Normal
Dada Tertinggal : tidak ada
Inspeksi
Bentuk : Asimetris
Dada tertinggal : tidak
ada
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 5
Laporan kasus
Venektasi : tidak ada
Palpasi
Paru : Nyeri tekan : tidak ada
Fremitus taktil : Kanan =
kiri pada
Lapang paru atas
Jantung : Ictus cordis :
teraba di ics v linea
midclavikula sinistra 2
jari ke medial
Perkusi
Paru : Sonor
Batas Relatif : ICS VI
Dextra
Batas Absolut : ICS VII
dextra
Jantung :
Batas jantung atas : ICS III linea
midclavucula sinistra
Batas jantung kiri : ICS VI 1 jari
medial linea midclavicula sinistra
Batas jantung kanan : ICS IV
Venektasi : tidak ada
Palpasi
Paru : Nyeri tekan : tidak ada
Fremitus taktil : Kanan =
kiri pada
lapang
paru atas
Perkusi
Paru : Sonor
Auskultasi
Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : Tidak ada
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 6
Laporan kasus
linea
parasternalis dextra
Auskultasi
Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : Murmur
sistolik (+), gallop (+)
Bunyi Jantung: M1 > M2 A2
> A1
P2 > P1 A2 = P2
ABDOMEN GENITALIA
Inspeksi
Simetris, Bengkak (-),
Venektasi (-) Sikatrik (-)
Palpasi
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Perkusi: Timpani (+)
Auskultasi: Peristaltik Usus :
Tidak dilakukan pemeriksaan
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 7
Laporan kasus
(+) normal
EKSTREMITAS
Ekstremitan Atas
Bengkak : Tidak ada
Merah : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
Gangguan fungsi : Tidak ada
Ekstremitas Bawah
Bengkak : Tidak ada
Merah : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
Gangguan fungsi : Tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Haematology
Haemoglobin
Leucocyte
Trombocyte
Hematokrit
Laju Endap Darah
15,9
13.300
269.000
49,1
-
14 -18
5000 – 10.000
150000 - 450000
40 - 48
10 – 20
g/dl
/mm3
/mm3
%
mm/jam
Klinik Darah
Glukosa S 113
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 8
Laporan kasus
Urin
Warna
Protein
Bilurubin
Reduksi
Sedimen
Leucocyte
Erythrocyte
Epithel cell
Ca. Oxalat
Cylinder
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Radiologi
Posisi Foto PA
Hasil foto Thorax tanggal 4-12-2014
- Jaringan soft tissue : normal, tidak ada pembengkakan/ swelling
- Trakea : Medial- Clavicula : Sejajar- Scapula : Normal- Intercostalis : Normal
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 9
Laporan kasus
- Sudut sinus costoprenicus: Kanan tajam, Kiri tidak bisa dinilai- Mediastinum : Parahilus Hipervascularisasi, bercak radio
opak (+), pada Hemi thorax kiri garis pleura (+)- Diafragma : Tidak dapat dinilai- CTR tidak dapat dihitung
DIAGNOSIS BANDING
- Heart Faillure FC III
- Cor Pulomonal Cronicum (CPC)
- Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
- Pneumonia
DIAGNOSIS KERJA
- Heart Faillure FC III
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 10
Laporan kasus
PENATALAKSANAAN
Nonfarmakologis :
- Aktifitas Ringan
- Diet tinggi protein dan tinggi kalori, Diet rendah natrium,
Diet rendah lemak.
Farmakologis :
- Ringer laktat 100 tetes/menit
- Cefotaxime 1 gr / 8jam
- Furosemid 1 amp / 8jam
- Ramipril 2,5 mg 1x1
- Bisoprolol 5 mg 1x1
- Aspilet 80 mg 1x1
Penjajakan :
1. Darah Rutin
2. Urin Rutin
3. Ureum/Creatinin
4. Albumin
5. Foto Thorax PA
6. EKG
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 11
Laporan kasus
PERKEMBANGAN SELAMA RAWAT INAP
Tanggal S O A P
5-12-
2014
- Sesak
Nafas,
Batuk
TD : 150/100
mmHg
HR :
88x/menit
RR :
26x/menit
T : 36.9 °C
HF
FC III
- Ringer laktat 10
tetes/menit
- Cefotaxime 1 gr / 8 jam
- Furosemid 1 amp / 8
jam
- Ramipril 2,5 mg 1x1
- Bisoprolol 5 mg 1x1
- Aspilet 80 mg 1x1
6-12-
2014
- Sesak
Nafas,
Batuk
TD:140/90
mmHg
HR: 84x/menit
RR :
24x/menit
T : 36°C
HF
FC III
- Furosemid 40 mg 2x1
- Ramipril 2,5 mg 1x1
- Bisoprolol 5 mg 1x1
- Aspilet 80 mg 1x1
7-12-
2014
- Batuk TD :180/100
mmHg
HR: 87x/menit
HF
FC III
- Furosemid 40 mg 2x1
- Letonal 100 mg 2x1
- Codein 10 mg 3x1
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 12
Laporan kasus
RR :
24x/menit
T : 36,5°C
- Valsartan 160 mg 1x1
- Alprazolam 0,5 mg 1x1
8-12-
2014
- Batuk TD :150/100
mmHg
HR: 78x/menit
RR :
24x/menit
T : 36,5°C
HF
FC III
- Furosemid 40 mg 2x1
- Letonal 100 mg 2x1
- Codein 10 mg 3x1
- Valsartan 160 mg 1x1
- Alprazolam 0,5 mg 1x1
PROGNOSIS
Osteoartritis biasanya berjalan lambat. Masalah utama yang sering dijumpai
adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila
harus menanggung beban, terutama pada lutut. Masalai ini berarti bahwa orang
tersebut harus membiasakan diri dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru
ini sering kali meliputi perubahan pola makan yang sudah terbetuk seumur hidup
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 13
Laporan kasus
dan olahraga, manipulasi obat-obatan yang diberikan , dan pemakaian alat-alat
bantu.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 14
Laporan kasus
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya
penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi
ringan. Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan
progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan inflamasi
ringan, dan ditandai dengan adanya kerusakan dan abrasi rawan sendi serta
pembentukan tulang baru pada permukaan sendi.1,2,5
Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan (weight
bearing) misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu,
sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki. Terjadinya osteoartritis dipengaruhi
oleh faktor-faktorresiko yaitu umur (proses penuaan), genetik, kegemukan, cedera
sendi, pekerjaan,olah raga, anomali anatomi, penyakit metabolik, dan penyakit
inflamasi sendi.5
B. EPIDEMIOLOGI
Osteoartritis adalah bentuk penyakit sendi tersering di dunia. Mengenai sekitar
7% populasi di Amerika Serikat; mengenai 60% sampai 70% orang berusia lebih
dari 65 tahun. Resiko untuk OA sendi lutut sekitar 45% dan untuk OA sendi hip
sekitar 25%. 1. Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 15
Laporan kasus
tahun,30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun.Osteoartritis lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Sebelum usia 50 tahun pria memiliki
prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita, namun setelah usia 50 tahun
wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria.2
C. ETIOLOGI
Seringkali penyebab OA tidak diketahui. Hal ini terutama berkaitan dengan
penuaan, tetapi faktor lain juga dapat menyebabkan OA :2
1. Osteoartritis cenderung untuk menurun dalam keluarga.
2. Osteoartritis banyak terjadi pada wanita.
3. Kelebihan berat badan meningkatkan resiko.
4. Fraktur atau cedera sendi lainnya bias menyebabkan osteoartritis di
kemudian hari.
5. Pemakaian sendi berlebihan jangka panjang di tempat kerja atau dalam
olahraga dapat menyebabkan osteoartritis.
Kondisi medis yang dapat menyebabkan osteoartritis meliputi:2
1. Gangguan pendarahan yang menyebabkan pendarahan pada sendi, seperti
hemophilia.
2. Gangguan yang menghambat pasokan darah dekat persendian, seperti
nekrosis avaskular.
3. Jenis lain arthritis, seperti gout kronis, atau rheumatoid.
D. PATOFISIOLOGI
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 16
Laporan kasus
Komponen kartilago mengalami disorganisasi dan degradasi pada OA.2,3
1. Faktor mekanis yang menyebabkan pelepasan enzim (kolagenase dan
stromelysin) menyebabkan pemecahan proteoglikan dan gangguan kolagen
tipe II.
2. Terdapat kehilangan matriks kartilago, terutama pada permukaan medial
kartilago. Sejumlah kecil kartilago tipe I menggantikan tipe II yang normal,
sehingga terjadi perubahan pada diameter dan orientasi serat kolagen yang
mengubah biomekanika dari kartilago. Rawan sendi kemudian kehilangan
sifat kompresibilitasnya yang unik.
3. Sitokin inflamasi (interleukin-1 [IL-1], prostaglandin E2 [PGE 2], faktor
nekrosis tumor α [TNF α], Interleukin-6 [IL-6], oksida nitrat) meningkatkan
inflamasi sendi dan degenerasi kartilago.
4. Kondrosit menjadi tidak responsif terhadap faktor pertumbuhan, seperti
transforming growth factor-β dan insulin-like growth factor, dan tidak
mampu sepenuhnya mengkompensasi kehilangan matriks.
Ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasi kartilago terjadi dengan
abrasi, cekungan dan fisura pada permukaan artikular.
5. Kartilago artikular menjadi overhidrasi dan membengkak.
6. Degradasi matriks dan overhidrasi mengakibatkan kehilangan kekakuan dan
elastisitas kompresif pada tranmisi yang memberikan tekanan mekanis besar
ke tulang subkondral.
7. Tulang trabekular subkondral rusak dan kehilangan “shock absorber”
hidraulik normalnya; kista tulang dapat terbentuk akibat tekanan tulang
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 17
Laporan kasus
subkondral yang berlebihan ini. Mekanisme perbaikan pada tepi permukaan
artikular menyebabkan terbentuknya osteofit.
Beberapa pasien ditemukan memiliki berbagai bentuk kristal kalsium yang
terkonsentrasi dalam kartilago artikular yang rusak. Patogenesis deposisi kristal
belum jelas, tetapi berhubungan dengan lebih cepatnya progresi penyakit pada
pasien tersebut. Kartilago artikular memerlukan beban berat fisiologis dan gerakan
untuk memungkinkan penetrasi nutrien yang memadai dari cairan sinovial ke dalam
kartilago, beban non-fisiologis (baik berlebihan maupun kurang) mengakibatkan
buruknya nutrisi kartilago.2,3
Sendi manusia memerlukan mobilitas maksimal saat menghindari cedera
jaringan artikular. Terdapat hipotesis bahwa terdapat “refleks muskular protektif”
yang mencegah sendi mendapat beban yang lebih besar dari kisaran normalnya.
Dipostulasikan bahwa gangguan aktivitas muskular mungkin berperan dalam
patogenesis OA.2,3
Instabilitas sendi berhubungan dengan resio tinggi OA. Meningkatkan
kekuatan otot “yang menjembatani” melintasi sebuah sendi dapat memperbaiki
stabilitas sendi, mengurangi beban sendi, dan mengurangi tekanan mekanis. Jadi,
olah raga dapat mengurangi gejala dan memperbaiki fungsi sendi, meskipun hanya
terjadi sedikit perbaikan dari pemeriksaan radiologis. Nyeri OA sangat dipercaya
diakibatkan oleh tiga penyebab mayor : nyeri akibat gerakan dari faktor mekanis,
nyeri saat istirahat akibat inflamasi sinovial, dan nyeri malam hari akibat hipertensi
intraoseus.4,5
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 18
Laporan kasus
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis ialah nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, pembengkakan sendi dan perubahan gaya berjalan.2,3
Berikut akan dijelaskan tentang manifestasi klinik OA;
1. Nyeri
Nyeri OA tersembunyi pada saat onset tetapi muncul secara progresif. Nyeri
ini merupakan campuran berbagai macam nyeri / penyakit dari beberapa
struktur (tulang, sinovial, ligamen dan kapsul, otot) pasien sering sulit
menjelaskan nyerinya (seperti sakit gigi) timbul pada saat istirahat dan nyeri
bertambah dengan aktivitas terutama pada penumpu berat badan. Malam hari
nyeri bertambah (berkaitan dengan suhu tubuh peningkatan aliran darah
meningkatkan stimulasi pada reseptor nyeri).2,3
2. Kekakuan
Kaku sendi setelah imobilisasi khas dan menonjol pada sendi penumpu berat
badan setelah duduk lama. Pada pasien dengan kombinasi kaku sendi setelah
imobilisasi dan kaku sendi pagi hari yang menonjol, dipikirkan suatu
diagnosis ganda, seperti OAoleh karena komplikasi polimialgia rematika
atau rematoid artritis.2,3
3. Pembengkakan
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 19
Laporan kasus
Pembengkakan sendi pada OA biasanya keras dan menonjol tulangnya. Hal
ini disebabkan adanya penebalan kapsul dan osteofit yang besar. Efusi
synovial menambah pembengkakan sendi, dimana mungkin lebih jelas
(menonjol) oleh disuse artrofi otot di sekitarnya. Pembengkakan sedikit aktif
pada stadium awal (misalnya nodus Heberden) dan sedikit eritema. Ciri pada
inflamasi yang berlebihan menunjukkan adanya gout atau sepsis artritis.2,3
4. Krepitasi
Krepitasi biasanya terasa pada gerakan sendi pada OA, krepitasi jelas
terdengar pada stadium yang lanjut pada OA. Krepitasi ini berhubungan
dengan tidak ratanya/ kasarnya permukaan sendi.2,3
5. Kehilangan fungsi
Gangguan pada kekuatan dan mobilitas sendi mungkin berhubungan satu
atau beberapa faktor : Permukaan sendi yang tidak rata (dengan palpasi
terdengar krepitasi), kontraktur kapsul, hambatan (blok) mekanik
(disebabkan osteofit), spasme otot dan / kelemahan, ketidakstabilan.2,3
6. Deformitas
Secara kosmetik, pasien mengeluh tungkainya membentuk O atau deformitas
varus dan berbentuk X atau deformitas valgus pada lutut. 2,3
Tempat predileksi osteoartritis adalah sendi karpometakarpal I,
metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Tanda-tanda
peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 20
Laporan kasus
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat dan kemerahan.4
F. DIAGNOSIS
Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang. Diagnosis OA lutut ditetapkan berdasarkan kriteria
Subcommittee American College of Rheumatology (ACR). Kriteria tersebut adalah
sebagai berikut : 2,7
Tabel 1. Kriteria diagnosis osteoarthritis lutut menurut The American College of
Rheumatology (ACR) 1986
Klinis dan laboratoris Klinis dan radiologis Klinis
Nyeri lutut ditambah
sedikitnya lima dari
sembilan hal berikut ini:
-Usia >50 tahun
- Kekakuan <30 menit
- Krepitasi
- Nyeri tulang
- Pembengkakan tulang
- Perabaan tidak hangat
- LED <40 mm/jam
- RF < 1:40
- Tanda cairan sinovia OA
Nyeri lutut ditambah
sedikitnya satu dari tiga
hal berikut ini:
- Usia >50 tahun
- Kekakuan <30 menit
- Krepitasi + osteofit
Nyeri lutut ditambah
sedikitnya tiga dari enam
hal berikut ini:
- Usia > 50 tahun
- Kekakuan <30 menit
- Krepitasi
- Nyeri tulang
- Pembengkakan tulang
- Perabaan tidak hangat
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 21
Laporan kasus
Tes-tes provokasi yang dilakukan untuk memeriksa sendi lutut antara lain:3,4
a. Anterior Drawer Test
Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum lutut.
Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45˚.Lutut fleksi
dan kedua kaki sejajar.Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka
akan terjadi gerakan hiperekstensi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor.
Posisi pemeriksa di depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal,
artinya tes drawer positif.
Gambar 1 : Anterior drawer test
b. Posterior Drawer Test
Posterior Drawer Testsama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja
menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.
Gambar 2. Posterior Drawer Test.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 22
Laporan kasus
c. Appley Compresion Test
Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri dilutut yang disebabkan oleh
robeknya meniskus. Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai
bawah ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit
pasien.Lanjutkan penekanan itu sambil memutar tungkai ke arah dalam
(endorotasi) dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping
medial atau lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan
lateral sangat mungkin ada.
d. Appley Distraction Test
Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada
persendian lutut. Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley
Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai
bawah keluar dan kedalam dan lakukan fiksasi.Apabila pada distraksi sambil
ekso dan endo rotasi itu terdapat nyeri maka itu disebabkan oleh lesi di ligamen.
(a) (b)
Gambar 3. (a) Appley Comppresion Test; (b) Appley Distraction Test
e. Tes McMurray
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 23
Laporan kasus
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi
meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang.Dengan satu tangan
pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut.
Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi/
endorotasidan secara perlahan-lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi ‘klek’
atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus medial atau bagian
posteriornya yang mungkin terobek.
Gambar 4: McMurray
f. Tes Lachman
Pada tes ini penderita berbaring terlentang dengan lutut pada posisifleksi
kira-kira dalam sudut 10º – 20º dengan tungkai diputar secara eksternal. Satu
tangan dari pemeriksaan mestabilkan tungkai bawah dengan memegang bagian
akhir atau ujung distal daritungkai atas, dan tangan yang lain memegang
bagian proksimal dari tulang tibia,kemudian usahakan untuk digerakkan ke arah
anterior.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 24
Laporan kasus
Gambar 5. Tes Lachman
Pemeriksaan penunjang:7
a. Pemeriksaan radiologi foto polos lutut
Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren
&Lawrence :18
Derajat 0 :radiologi normal.
Derajat1 :penyempitan celah sendi meragukan.
Derajat2 :osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.
Derajat3 :osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi,
sklerosis sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang.
Derajat4 :osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang
nyata, sklerosis yang berat dan deformitas kontur tulang yang
nyata.
b. Pemeriksaan laboratorium darah : LED dan darah rutin lainnya normal,
faktor rematoid (-).
c. Analisis cairan sendi : viskositas baik, kekentalan musin normal.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 25
Laporan kasus
G. REHABILITASI MEDIK PADA OSTEOARTRITIS
Dari segi rehabilitasi medik, penanganan OA genu ditekankan pada
problem dan dampak yang ditimbulkannya. Perlu diperhatikan problem
rehabilitasi seperti impairment, disability, atau handicap (pasien tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya akibat hambatan psikologis, sosial,
vokasional dan lingkungan fisik di sekeliling pasien yang tidak
memungkinkannya melakukan aktivitas dengan baik). Tujuan:6,7
1. Mengurangi nyeri dan spasme
2. Memperbaiki lingkup gerak sendi
3. Meningkatkan kekuatan otot
4. Memperbaiki fungsi
5. Meningkatkan kualitas hidup
6. Istirahat Terapi panas, dingin, listrik, masase
7. Latihan (exercise) khusus
8. Ortosis/ assistivedevice
9. Proteksi/ pemeliharaan sendi
10. Penurunan berat badan (diet)
11. Konseling/ psikologi
Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada penderita osteoarttritis antara
lain:2,3,7
1. Fisioterapi
a. Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi
peradangan, mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 26
Laporan kasus
mengurangi nyeri. Dapat juga menggunakan es yang dikompreskan pada
sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupa cryotherapy, kompres es dan
masase es.
b. Terapi panas superficial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub
kutis saja (Hot pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath)
Sedangkan terapi panas dalam, yaitu panas dapat menembus sampai ke
jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot, tulang, dansendi [(MWD),
(SWD), (USD)].Pada kasus OA digunakan SWD (short wave diathermi) dan
USD (ultra sound diathermi).
c. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan alat yang
digunakan untuk menghilangkan nyeri, melancarkan aliran darah ke sendi
dan mengurangi nyeri melalui peningkatan ambang rangsang nyeri.
d. Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan
membuat ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih
mudah digerakan. Suhu air yang hangat akan membantu mengurangi nyeri,
relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.
e. Latihan penguatan otot. Latihan diketahui dapat meningkatkan dan
mempertahankan pergerakan sendi, menguatkan otot, meningkatkan
ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang menyeluruh.
Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, perenggangan dan
rekreasi. Olahraga yang memperberat kerja sendi sebaiknya dihindari.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 27
Laporan kasus
2. Terapi okupasi untuk latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari
(AKS). Untuk latihan, bisa dilakukan dengan bantuan peralatan di ruang
okupasi.
3. Ortotik Prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan
mengoreksi kecacatan, mengontrol gerakan bawah sadar, menyangga berat
badan dan menambah kekuatan. Pada penderita OA biasa dilakukan rencana
penggunaan knee brace atau knee support.
4. Sosial Medis. Tujuannya adalah untuk sosialisasi dan pengembangan,
penyembuhan, pemberian bantuan, rehabilitasi dan perlindungan sosial,
pemberian informasi dan nasehat.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 28
Laporan kasus
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Tn.M, 55 tahun datang ke RSUD langsa dengan keluhan nyeri sendi
sejak 1 bulan yang lalu. Diagnosis pada pasien ini adalah osteoatrithis dengan
diagnosis banding Arthitis rheumatoid, gout artrithis, oesteoporosis.Nyeri sendi dan
bengkak pada kedua lutut dan mata kaki dan tidak bisa diluruskan. Nyeri dirasakan
pertama sejak ± 1 tahun yang lalu yang lalu dan memberat sejak 1 bulan terakhir.
Nyeri terasa seperti kesetrum, tidak menjalar dan bersifat hilang timbul. Nyeri
dirasakan berkurang saat beristirahat dan mengkonsumsi obat anti nyeri. Lutut
berbunyi “klik” saat berjalan. Kekakuan dirasakan saat bangun tidur, dengan durasi
± 5-10 menit. BAB normal, BAK normal. Hal ini diperkuat dengan hasil dari
pemeriksaan fisis di temukan nyeri sendi, kekakuan, krepitasi, kehilangan fungsi
dan bengkak di kedua lutut dan dari pemeriksaaan serologi / Immunology : RA Test
(positive).
Jika dilihat dari kasus ini termasuk Osteoartithis. Hal ini dipikirkan karena
terjadi degeratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, ditandai
dengan adanya kerusakan, dan abrasi rawan sendi, juga dipengaruhi beberapa faktor-
faktor resiko umur (proses penuaan), genetik, kegemukan, cedera sendi, pekerjaan,
olah raga, anomalio anatomi, penyakit metabolic, dan penyakit inflamasi sendi.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 29
Laporan kasus
Pada penatalaksanaan di RSUD Langsa, diberikan Renadinac sebagai
NSAID (non-steroidal anti-inflamantory drugs) sebagai analgetis, antipiretis, serta
antiradang dan lansoprazole untuk mencegah sekresi asam lambung berlebihan dan
mencegah tukak lambung.
BAB V
KESIMPULAN
Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan
progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan inflamasi
ringan, dan ditandai dengan adanya kerusakan dan abrasirawan sendi serta
pembentukan tulang baru pada permukaan sendi.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 30
Laporan kasus
Seringkali penyebab OA tidak diketahui. Hal ini terutama berkaitan dengan
penuaan, tetapi faktor lain juga dapat menyebabkan OA :
1. Osteoartritis cenderung untuk menurun dalam keluarga.
2. Osteoartritis banyak terjadi pada wanita.
3. Kelebihan berat badan meningkatkan resiko.
4. Fraktur atau cedera sendi lainnya bias menyebabkan osteoartritis di
kemudian hari.
5. Pemakaian sendi berlebihan jangka panjang di tempat kerja atau dalam
olahraga dapat menyebabkan osteoartritis.
Manifestasi klinis ialah nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, pembengkakan sendi dan perubahan gaya berjalan.
Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang,
DAFTAR PUSTAKA.
1. Davey Patrick. At a Glance Medicine. Jakarta: PT Erlangga;2002.p.190.
2. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FKUI; 2006.p.1195-201.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 31
Laporan kasus
3. Carter MA. Osteoartritis. In: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep
klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006.p.1380-4.
4. Underwood JCE. Patologi umum dan sistemik. Edisi 2. Jakarta: EGC;
2000.p.829-31.
5. Brasher VL. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen. Edisi
2. Jakarta: EGC; 2007.p.351-7.
6. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif. SMF/Bagian
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK UNAIR. PKB
Rehabilitasi Medik: Surabaya; 2005.
7. Mansjoer A. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI, 1999; 525-6.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 32