pembelajaran ips di sekolah alam (studi kasus...

175
PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH ALAM (Studi Kasus Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : LENA FADYA 11140150000014 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: trannhan

Post on 21-Jul-2019

262 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH ALAM

(Studi Kasus Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

LENA FADYA

11140150000014

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH ALAM (Studi Kasus Sekolah Citra

Alam Ciganjur Jakarta Selatan

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Lena Fadya

11140150000014

Mengesahkan

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Andri Noor Ardiansyah, M.Si Anissa Windarti, M.Sc

NIP. 198403122015031 002 NIP. 19820802 201101 2 005

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Pembelajaran IPS di Sekolah Alam (Studi Kasus Sekolah

Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan)” disusun oleh Lena Fadya, NIM

11140150000014, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui

bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan

pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 27 Desember 2018

Yang Mengesahkan,

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Andri Noor Ardiansyah, M.Si Anissa Windarti, M.Sc

NIP. 198403122015031 002 NIP. 19820802 201101 2 005

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian yang berjudul

“Pembelajaran IPS di Sekolah Alam (Studi Kasus Sekolah Citra Alam

Ciganjur Jakarta Selatan)” yang disusun oleh:

Nama : Lena Fadya

NIM : 11140150000014

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Telah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 16 November

2018.

Jakarta, 16 November 2018

Yang Menguji,

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Andri Noor Ardiansyah, M.Si Anissa Windarti, M.Sc

NIP. 198403122015031 002 NIP. 19820802 201101 2 005

i

ABSTRAK

Lena Fadya (11140150000014). Pembelajaran IPS di Sekolah Alam (Studi

Kasus Sekolah Citra Alam Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan). Skripsi

Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Univesitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran IPS di sekolah

Citra Alam. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Yaitu mendeskripsikan mulai dari lingkungan sekolah Citra Alam,

Proses dan interaksi pembelajaran, model pembelajaran IPS yang digunakan dan

bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran IPS. Pengumpulan data dalam

penulisan ini dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen.

Sumber data diperoleh dari kepala sekolah, guru IPS dan siswa citra alam.

Adapun lokasi penelitian di sekolah Citra Alam Ciganjur Jagakarsa Jakarta

Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sekolah Citra Alam mengedepankan

pendidikan lingkungan, pendidikan karakter, dan mengasah kemampuan siswa

selain dari kemampuan akademik sesuai dengan minat dan bakatnya.

Pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam mencakup perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Pada prosesnya,

pembelajaran IPS terbagi kedalam pembelajaran di dalam kelas, pembelajaran di

luar kelas namun masih sekitar lingkungan sekolah, dan pembelajaran outing,

yaitu pembelajaran ke suatu tempat untuk mengaplikasikan seluruh materi

pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. Model pembelajaran IPS yang

digunakan di sekolah Citra Alam adalah model pembelajaran cooperative

learning. Karena seluruh metode pembelajaran yang digunakan dikemas dalam

pembelajaran kolaboratif atau kelompok. Baik kelompok besar atau kelompok

kecil. Adapun respon siswa terhadap pembelajaran IPS yaitu positif. Respon

positif dinyatakan siswa dengan menyatakan kelebihan dari pembelajaran IPS

yaitu santai dan seru. Respon positif yang diberikan siswa terhadap pembelajaran

IPS tidak terlepas dari strategi pengajaran yang diberikan guru. Terkait model,

metode, dan teknik pengajaran.

Kata Kunci: Pembelajaran IPS, Model Pembelajaran, Sekolah alam.

ii

ABSTRACT

This study aims to studies learning models in natural image schools. The

study used a qualitative approach with descriptive methods. That is describing

starting from the natural environment school environment, social studies learning

model used and how students respond to social studies learning. Data collection

in this writing is done through observation, interviews, and document studies.

Sources of data were obtained from the principal, social studies teacher and

students of natural imagery. The research location at the Ciganjur Jagakarsa

South Jakarta natural image school. The results of the study show that natural

image schools prioritize environmental education, character education, and

sharpen students' abilities other than academic abilities according to their

interests and talents. Learning in natural schools is divided into learning in the

classroom, learning outside the classroom but still around the school

environment, and outing learning, namely learning to a place to apply all the

subject matter that has been learned in school. The IPS learning model used in

natural image schools is a cooperative learning model. Because all learning

methods used are packaged in collaborative or group learning. Both large groups

or small groups. The students' responses to social studies learning were 64.28%

which stated a positive response. Positive responses are expressed by students

with the advantages of social studies learning which is relaxed and exciting. The

positive response given by students to social studies learning is inseparable from

the teaching strategies given by the teacher. Related models, methods, and

teaching techniques.

Keywords: Social Studies Learning, Learning Model, School of Nature.

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas nikmat

yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Pembelajaran IPS di Sekolah Alam (Studi Kasus Sekolah Citra Alam

Ciganjur Jakarta Sekatan)” Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam

mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Andri Noor Ardiansyah, M.Si dan Anissa Windarti, M.Sc selaku dosen

pembimbing yang telah membantu, meluangkan waktu dan memberikan

semangat kepada penulis.

5. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan semangat dan telah memberikan

pengalaman yang sangat menyenangkan selama studi.

6. Kedua orang tua yang saya cintai H. Ahyar dan Hj. Yayah, yang telah

mendukung, memberikan semangat dan mendo‟akan dengan ikhlas setiap

saat untuk kelancaran studi penulis.

7. Siti Kholifah dan Leni Redha sebagai kakak adik penulis yang selalu

memberikan semangat dan perhatian yang luar biasa kepada penulis untuk

segera menyelesaikan studi sarjana ini.

iv

8. Keluarga besar yang saya banggakan yang telah menyemangati,

mendukung dan mendoakan untuk kesuksesan penulis.

9. Kepala sekolah Citra Alam yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melakukan kegiatan penelitian di sekolah Citra Alam

10. Kak Bani dan Kak Riska selaku guru IPS di sekolah Citra Alam yang telah

menemani penulis selama proses kegiatan penelitian dan memberikan

informasi terkait pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam

11. Tim GIS and Remote Sensing UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis untuk berbagi ilmu pemetaan dan memberikan

semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman Pendidikan IPS khususnya konsentrasi geografi angkatan

2014 yang selalu membantu dan saling menyemangati dan satu sama lain.

13. Seluruh pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini, semoga Allah SWT memberikan pahala sebagai balasannya.

14. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, khususnya

bagi penulis dan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan ilmu

pengetahuan yang semakin berkembang.

Alhamdulillahirobbilalamin

Jakarta, 19 Desember 2018

Penulis

Lena Fadya

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT .............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 8

D. Rumusan Penelitian .......................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8

F. Manfaat Penelitisan .......................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis ............................................................................. 10

1. Pembelajaran IPS ......................................................................... 10

2. Model Pembelajaran .................................................................... 16

3. Hakikat Sekolah Alam ................................................................. 34

B. Hasil Penelitian yang Relavan ......................................................... 39

C. Kerangka Berfikir ............................................................................. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 46

B. Metode Penelitian ............................................................................. 46

vi

C. Sumber Data ..................................................................................... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 49

E. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ......................................................... 51

F. Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 52

G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sekolah Citra Alam ............................................ 55

1. Profil Sekolah .............................................................................. 55

2. Visi Sekolah Citra Alam .............................................................. 57

3. Misi Sekolah Citra Alam ............................................................. 57

4. Filosofi Sekolah ........................................................................... 58

5. Kurikulum Sekolah Citra Alam ................................................... 59

6. Sarana dan Prasarana Sekolah Citra Alam .................................. 59

7. Program dan Kegiatan Belajar Sekolah Citra Alam .................... 62

B. Hasil Penelitian ................................................................................ 65

1. Perencanaan Pembelajaran IPS ................................................... 65

a. Rencana Perangkat Pembelajaran ............................................ 65

b. Kurikulum dan Kompetensi Guru .......................................... 66

2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS .................................................... 68

a. Materi Pembelajaran IPS ........................................................ 70

b. Sumber Pembelajaran ............................................................. 70

c. Metode Pembelajaran ............................................................. 71

d. Media dan Alat Pembelajaran ................................................. 72

e. Proses dan Interkasi Pembelajaran ......................................... 73

3. Evaluasi Pembelajaran ................................................................. 86

C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 87

1. Model Pembelajaran di Sekolah Citra Alam ............................... 89

2. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran IPS ................................. 92

D. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 93

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 94

B. Implikasi ........................................................................................... 94

C. Saran ................................................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 97

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... 101

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Pieget ........................................ 19

Tabel 2.2 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Relavan ....................................... 42

Tabel 3.1 Waktu Penelitian .................................................................................... 47

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ............................................................... 51

Tabel 4.1 Sarana dan Prasana Sekolah Citra Alam Tingkat SMP ......................... 60

Tabel 4.2 Program dan Kegiatan Belajar ................................................................ 62

Tabel 4.3 Instrumen Pertanyaan Siswa .................................................................. 78

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................... 45

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 47

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Jagakarsa ............................................ 57

Gambar 4.2 Saung Kantor dan Ruang Guru .......................................................... 61

Gambar 4.3 Ruang Kantin dan Mini Outbond ....................................................... 61

Gambar 4.4 Green House dan Kolam Ternak Ikan ................................................ 61

Gambar 4.5 Proses Belajar Mengajar di Dalam Kelas ........................................... 74

Gambar 4.6 Proses Pembelajaran di Luar Kelas .................................................... 79

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru IPS

Lampiran 4 Pedoman Wawancara Siswa

Lampiran 5 Pedoman Dokumentasi

Lampiran 6 Hasil Wawancara

Lampiran 7 Hasil Observasi

Lampiran 8 Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian

Lampiran 9 Format Jurnal Penilaian Siswa

Lampiran 10 Brosur Sekolah Citra Alam

Lampiran 11 RPP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Menghadapi dunia yang semakin global ini, kemajuan teknologi dan

perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak

lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia

terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.

Menghadapi masalah modern tantangan peningkatan sumber daya manusia di

Indoneisa menjadi suatu hal yang tidak dapat dilupakan. Sehingga

peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia menjadi tantangan

bagi dunia pendidikan untuk pembangunan bangsa. Sebagaimana yang

termaktub dalam buku yang berjudul Etika dan Moralitas Pendidikan Peluang

dan Tantangan bahwa pendidikan dapat dipahami sebagai proses melatih

pesera didik untuk mengembangkan pengetahuan melalui sejumlah

pengalaman-pengalaman belajar sesuai bidangnya dan pikiran, sehingga

peserta didik memiliki karakter unggul menjunjung tinggi nilai etis dalam

berinteraksi dengan masyarakat sebagai bagian dari pengabdiannya dan dalam

memenuhi kebutuhan hidup dirinya maupun keluarganya.1 Namun melihat

pada pengertian di atas kenyataannya Indonesia belum bisa meningkatkan

kualitas pendidikan, kita dapat merasakan bahwa cita-cita pendidikan yang

tertuang dalam tujuan pendidikan Nasional tidak terealisasi hingga kini.

Sebagaimana yang termaktub dalam Undang-Undang RI No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, yang

berbunyi:2

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

1 Syaiful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan: Peluang dan Tantangan, (Jakarta:

Prenada Media Group, 2013), hal. 43. 2 UU, SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaanya 2000-2004, (Jakarta:CV. Tamita

Utama, 2004). hlm. 7.

2

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.”

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan

guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada

peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses

pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya

bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan

siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat

meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.

Melihat dari sebuah indikator keberhasilan diatas, yaitu berkenaan

dengan kemampuan guru mengembangkan model pembelajaran yang tepat,

aktif dan menyenangkan sesuai tujuan di atas, maka kenyataannya yang

terjadi adalah model pembelajaran yang di praktikkan pada beberapa sekolah

cenderung bersifat konvensional. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan pakar

pendidikan dan isu-isu nasional terkait sekolah-sekolah di Indonesia yang

bersifat konven. Serta pengamatan peneliti pada beberapa sekolah di

kabupaten Purwakarta pun bersifat konvensional. Konvensional yang di

maksud disini adalah pembelajaran yang ditandai dengan teknik ceramah

diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan. Sehingga

suasana belajar siswa kurang aktif (teacher center) dan kurang

menyenangkan.

Menurut Brooks & Brooks penyelenggaraan pembelajaran

konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa

penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru”

dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang

sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.

Dalam bukunya Pedagogy of the Operessed, Freire menegaskan

bahwa pola pendidikan yang selama ini terjadi bahwa hubungan antara guru

dan murid dengan menggunakan model “watak bercerita” (narrative):

3

seorang subyek yang bercerita (guru) dan objek-objek yang patuh dan

mendengarkan (murid-murid). Konsep pendidikan itu disebut oleh Freire

sebagai pendidikan “gaya bank”. Yang akhirnya murid hanya beraktivitas

seputar menerima pengetahuan, mencatat, dan menghafal.3

Trianto dalam bukunya menyebutkan berdasarkan hasil analisis

penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan

dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajarannya,

menurut Trianto suasana kelas cenderung teacher centered sehingga siswa

menjadi pasif. Guru lebih suka menerapkan gaya model tersebut sebab tidak

memerlukan alat dan bahan praktik.

Lebih spesifik Rudy Gunawan dalam bukunya menulis point-point

terkait problematika pembelajaran IPS, yaitu:

1. Sebagian guru IPS belum terampil meggunakan beberapa model mengajar

seperti cooperative learning, inquiry, problem solving atau dengan

menggunakan pendekatan perspektif global misalnya.

2. Ketersediaan alat dan bahan belajar di sebagian besar sekolah, ikut

memperngaruhi proses belajar mengajar IPS.

3. Karena itu (point 1 dan 2), proses belajar mengajar IPS masih dilakukan

dalam bentuk pembelajaran konvensional, sehingga peserta didik hanya

memperoleh hasil secara faktual saja, dan tidak mendapat hasil proses.

4. Dalam hal implementasi atau proses pelaksanaan kurikulum ini guru yang

mendapat sosialisasi dalam bentuk penataran atau diklat sangat terbatas

sekali, sehingga faktor ini juga menyebabkan mereka masih belum

memahami hakikat kurikulum baru ini sebagaimana mestinya.

5. Sebagaian besar masyarakat Indonesia belum siap untuk mengadaptasi

atau mengadopsi budaya dan peradaban asing yang mulai merambah

secara global, karena berbenturan dengan nilai-nilai tradisi ataupun

agama.4

3 Rakhmat Hidayat, Pedagogi Kritis:Sejarah, Perkembangan, dan Pemikiran, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013), hlm. 9. 4 Rudy Gunawan, Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta,

2013), hlm. 92.

4

Dalam point tersebut disebutkan karena ketersediaan alat dan bahan

ajar serta belum terampilnya guru menggunaka beberapa model pembelajaran

maka akibatnya adalah pembelajaran berjalan konvensional.

Nanang Martono menyebutkan dalam bukunya, Pada dasarnya ada

beberapa faktor yang menjadi penyakit akut praktik pendidikan nasional.

Faktor tersebut diantaranya adalah: pendidikan nasional menegdepankan hasil

dari pada proses pendidikan itu sendiri. Akibatknya seluruh komponen

pendidikan terutama guru dan murid dipaksa untuk menyelesaikan

serangkaian tugas.5

Hasil observasi yang dilakukan oleh Sunarto pada sekolah-sekolah di

Jawa Tengah menunjukan, hampir 80% guru masih menggunakan pendekatan

pembelajaran konvensional, pendekatan konvensional menurut Sunarto

dimaknai pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru,

metode pembelajaran lebih banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi,

dan materi pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan

kompetensi.6

Menurut pengamatan peneliti secara pribadi, terdapat beberapa

sekolah di kabupaten Purwakarta yang juga menerapkan sistem pembelajaran

konvensional. Hal ini diamati pada pembelajaran IPS tingkat SMP. Metode

pembelajaran yang digunakan hanya terbatas pada metode ceramah kemudian

siswa diberikan tugas dalam bentuk soal, sumber belajar hanya terbatas pada

bahan ajar dalam buku paket, dan media pembelajaran yang tidak beragam.

Hal-hal tersebut terjadi secara konvesional pada sekolah-sekolah di Indonesia

termasuk secara khusus di Kabupaten Purwakarta tingkat SMP.

Masalah selanjutnya adalah siswa-siswa mempunyai kepribadian yang

berbeda-beda, maka mereka juga mempunyai cara belajar yang berbeda.7

5 Nanang Martono, Dunia Lebih Indah Tanpa Sekolah (Jakarta: Mitra Wacana Media,

2014), hlm. 2. 6 Sunarto. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namun Paling Disukai.

https://www.google.co.id/amp/s/sunartombs.wordpress.com. diakses pada 8 Januari 2019. Pukul

08.29. 7 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, (Jakarta: Indeks, 2008),

hlm. 168.

5

Siswa yang belajar dengan gaya belajar visual bisa belajar dengan baik,

dengan melihat orang lain melakukannya.8 Biasanya mereka menyukai

informasi yang disampaikan secara berurutan dan seksama. Mereka senang

menuliskan semua yang diucapkan oleh guru, selama pelajaran berlangsung

mereka umumnya tenang dan jarang terganggu oleh suara gaduh, para

pembelajaran visual ini kontras dengan pembelajar auditorim yang sering

tidak peduli apa yang dilakukan oleh guru. Pembelajar auditori belajar dengan

mengandalkan kemampuan mendengar dan mengingat.9 Sedangkan

pembelajar kinestetik dapat belajar terutama dengan terlibat secara langsung

dalam aktivitas, mereka cenderung imflusif dan kurang sabar selama pelajaran

berlangsung.10

Mereka mungkin diliputi perasaan gelisah kecuali mereka

dapat bergerak bebas dan melakukan sesuatu. Cara belajar mereka bisa tampak

sembrono dan serampangan.11

Melihat dari cara belajar siswa yang berbeda,

cara belajar siswa dengan tipe kinestetik dirasa kurang cocok dengan sekolah

konvensional.

Dari berbagai permasalahan dan seiring berkembangnya dunia

pendidikan yang semakin beragam, maka munculah berbagai sekolah

alternatif sebagai suatu pilihan dari adanya kelemahan sekolah konvensional.

Salah satunya adalah sekolah alam. Sekolah berbasis alam kini sedang

menajdi trend di sejumlah kota. Secara umum biasanya, alasan memilih

sekolah alam karena kecenderungan anak yang secara perilaku cukup aktif,

susah dikoordinasi, cenderung suka menciptakan hal-hal baru, dan tidak begitu

suka rutinitas, atau siswa semacam ini disebut dengan siswa tipe belajar

kinestetik. Bayangkan, seorang anak yang hiperaktif bersekolah di sekolah

formal, betapa anak tersebut justru akan keliatan tidak responsif ketika sang

guru mengajar. Paling fatal adalah ketika ia kemudian hadir sebagai

penganggu ketenangan dan kenyamanan belajar kawan-kawan sekelasnya.

8 Mel Silberman, Pembelajaran Aktif 101 Strategi untuk Mengajar Secara Aktif, (

Jakarta: Permata Puri Media, 2013), hlm. 5-6. 9 Ibid., hlm. 6. 10 Ibid. 11 Ibid.

6

Kesadaran semacam inilah yang semestinya terus ditumbuhkan kepada para

orang tua sehingga jika mempunyai anak yang susah mengikuti metode

sekolah formal, dapat segera memutuskan sekolah di sekolah alternatif yang

berbasis alam.12

Secara umum sekolah alam adalah suatu bentuk pendidikan alternatif

mengenai sistem sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta.

Sedangkan pengertian sekolah alam menurut para ahli, salah satunya

komunitas sekolah alam (2005) mendefinisikan bahwa sekolah alam adalah

sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta yang menggunakan

sumber daya alam di lingkungan sekitar sekolah. Proses belajar pada sekolah

alam berlangsung dengan menyenangkan di alam terbuka, tanpa tekanan dan

jauh dari kebosanan dan peserta didik akan merasa nyaman. Sehingga tujuan

dari sekolah alam secara umum adalah memberikan pendidikan yang

menyenangkan, memberikan pendidikan sesuai dengan masa perkembangan

peserta didik.13

Menurut Satmoko Budi Santoso dalam bukunya menyebutkan

salah satu kelebihan dari sekolah alam yaitu, sekolah alam cenderung

membebaskan keinginan kreatif anak, sehingga anak akan menemukan sendiri

bakat dan kemampuan berlebih yang dimilikinya.14

Sekolah alam mengambil filosofi yang diambil dari cara pendidikan

Allah kepada Rasulullah SAW dan pendidikan Rasulullah dalam mengajarkan

ilmu kepada sahabat-sahabatnya. Rasulullah belajar dari pengalaman (yang

diberikan Allah) pembentukan mental yang kuat sebelum yang lain.

Pembentukan mental ini adalah akhlak yang kuat, kebaikan yang menjadi

dasar segala tindakan. Sekolah alam tidak hanya belajar di alam tetapi

mengambil pelajaran alam yang diciptakan Allah menjadi hikmah yang

berlimpah. Sejumlah situs internet menyebutkan bahwa sekolah alam lahir

12 Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak, ( Yogyakarta: Diva Press,

2010), hlm. 11. 13 Ibid., hlm. 11 14 Ibid., hlm. 13

7

dengan harapan dapat mengembalikan nilai-nilai essensial manusia dalam

menyatu dengan alam.15

Ir. Lendo Novo merupakan penggagas sekolah alam yang didirikan di

Jakarta sejak tahun 1998 mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia hanya

lebih difokuskan pada pelajaran akademik, padahal aspek utama yang perlu

difokuskan dalam pendidikan anak-anak usia sekolah adalah pendidikan

karakter, karena hal ini berkorelasi langsung terhadap pembentukan jati diri

bangsa. Sekolah Alam kini sudah menjadi bahasan publik dalam dunia

pendidikan yang mencoba untuk bersanding pada sekolah-sekolah

internasional.16

Salah satunya adalah sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta

Selatan yang juga memberikan pendidikan berbasis alam yang terus

mengembangkan pendidikan sehingga mampu bersanding dengan sekolah-

sekolah internasional. Seperti sekolah pada umumnya Sekolah Citra Alam

Ciganjur juga menyediakan pendidikan dari tingkat PG-TK, SD, SMP, sampai

SMA.

Berangkat dari latar belakang permasalahan mengenai sekolah

konvensional di atas dan munculnya sekolah alternatif berbasis alam di

Indonesia maka penulis sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh

bagaimana model pembelajaran IPS berbasis alam di sekolah alam. Untuk itu

peneliti memberi judul dalam penelitian tentang “Pembelajaran IPS di

Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat ditemukan,

beberapa masalah yang akan diidentifikasi yaitu sebagai berikut:

Proses pembelajaran IPS yang dipraktikkan di sekolah-sekolah

cenderung bersifat konvensional, konvensional yang dimaksud adalah

pembelajaran yang ditandai dengan teknik ceramah diiringi dengan penjelasan

15 Ibid., hlm. 11 16 Ibid., hlm 11.

8

serta pembagian tugas dan latihan sehingga pembelajaran kurang aktif dan

menyenangkan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka peneliti membutuhkan

spesifikasi kajian agar pembahasan lebih terfokus, oleh karena itu, peneliti

membatasi permasalahan sebagai berikut: Proses pembelajaran IPS yang

dipraktikkan di sekolah-sekolah cenderung bersifat konvensional.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah di kemukakan, maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana proses pembelajaran

IPS di Sekolah Citra Alam Ciganjur pada tingkat SMP?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran IPS di sekolah

Citra Alam Ciganjur pada tingkat SMP.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis,sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran

bagi dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi:

a. Bagi peneliti, dapat menambah bahan kajian untuk penelitian lebih

lanjut dan mendalam tentang permasalahan terkait.

9

b. Bagi guru, dapat menjadikan wawasan tentang bagaimana proses

pembelajaran IPS di Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan

pada tingkat SMP.

c. Bagi masyarakat, dapat menjadi sebuah paradigma baru bahwa belajar

IPS juga dapat diintegrasikan dengan lingkungan alam sekitar. Belajar

IPS di alam terbuka lebih menyenangkan dan tidak akan

membosankan. Manfaat lainnya yaitu dapat menjadi sebuah informasi

bagi masyarakat yang mencari sekolah alternatif untuk pendidikan

anaknya.

10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Deskripsi Teoritis

Pembahasan pada kajian teori ini, dibagi ke dalam empat teori utama

yaitu pembelajaran IPS, model pembelajaran dan hakikat sekolah alam.

Pembahasan dari keempat teori tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran IPS

a. Pendidikan IPS

IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-

disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam

nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (Social Science),

maupun ilmu pendidikan. Sosial Science Education (SSEC) dan

National Concil for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “

Social Science Education “ dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS

mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari jumlah mata

pelajaran seperti geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah,

antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.17

Tujuan pendidikan berdasarkan falsafah negara, maka telah

dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu “Mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,

yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap

dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaaan”.18

Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut tersirat tujuan

bangsa Indonesia untuk menjadi makhluk sosial yang menjadi tujuan

17 Rudy Gunawan, Pendidikan IPS: Filosofi Konsep dan Aplikasi (Bandung:

Alfabeta, 2013), hlm. 17. 18 Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan

pelaksanaannya (Jakarta: Sinar Gafika, 1992). Cet. Ketiga, hlm. 4.

11

dasar pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Berkaitan dengan

tujuan nasional di atas, kemudian apa tujuan pendidikan IPS yang akan

dicapai? Tentu saja harus dikaitkan dengan kebutuhan dengan

tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak.

Secara lebih rinci dan lebih konkrit, Wiryohandoyo

merumuskan tujuan pendidikan IPS sebagai berikut:

Pertama, aspek penalaran (pengetahuan) dan pemahaman)

mencakup pemahaman tentang sejarah dan kebudayaan sendiri dan

umat manusia, lingkungan geografis, cara manusia memerintah

bangsanya, struktur kebudayaan dan cara hidup manusia, pengaruh

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap peningkatan

taraf hidup manusia, dan pengaruh pertambahan penduduk terhadap

lingkungan fisik dan sumber daya alam.

Kedua, aspek nilai dan sikap, meliputi bermacam-macam norma

sosial dan nilai-nilai sosiokultural yang bertumpu pada ideologi

pancasila dalam kehidupan masyarakat kita yang plural dan beragam.

Ketiga, aspek keterampilan. Dalam hal ini adalah keterampilan-

keterampilan yang berhubungan dengan kesanggupan pengetahuan dan

pemhamannya ke dalam tindakan konkrit sehingga yang bersangkutan

dapat memperkenalkannya dalam kehidupan sehari-hari

bermasyarakat.19

Sejalan dengan tujuan tersebut, tujuan pendidikan IPS menurut

Nursid Sumaatmaja, (2006) yang dikutip dalam buku Pendidikan IPS

Filosofi Konsep dan Aplikasi yaitu “Membina anak didik menjadi

warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, dan kepedulian

sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”.20

19 Abdi Madrasah, Definisi dan Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),

diakses dari http://googleweblight.com/i?u=http://www.abdimadrasah.com/2014/05/definisi-dan-

tujuan-mata-pelajaran-ips.html?m%3D1&hl=en-ID, pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 13.12. 20 Rudi Gunawan, op.cit., hlm. 18.

12

b. Pengertian Pembelajaran IPS

Menurut Gangne dan Briggs (1989) yang dikutip oleh

Nurochim dalam buku perencanaan pembelajaran ilmu-ilmu sosial

mengartikan pembelajaran sebagai instruction atau pembelajaran

adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar

siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun

sedemikian rupa untuk memengaruhi dan mendukung terjadinya proses

belajar siswa yang bersifat internal.21

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar.22

Sapriya dkk, dalam buku Konsep Dasar IPS dalam bukunya

menyatakan bahwa istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan

nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di

perguruan tinggi yang identik dengan istilah “Social Studies” dalam

kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara

Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih

dikenal dengan social studies di negara lain itu merupakan hasil

kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia”.23

Menurut Trianto Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan

integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu social seperti: sosiologi,

sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu

Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena social

yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang-

cabang ilmu-ilmu soial (sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, politik

21 Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2013) hlm. 17-18. 22 UU, SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaanya 2000-2004 , (Jakarta: CV. Tamita

Utama, 2004), hlm. 6

23 Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), hlm. 3.

13

hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari

kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang

ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.24

Dari beberapa pengertian di atas mengenai pengertian

pembelajaran IPS penulis menyimpulkan bahwa pembealajaran IPS

adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji masalah sosial dimana IPS

dikaji dalam beberapa cabang ilmu seperti sosiologi, antropologi,

ekonomi, geografi, sejarah, ilmu psikologi, ilmu hukum yang mana

sasaran utama dalam pembahasannya adalah social science.

c. Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Kenworthy dalam Depdiknas terdapat tiga

karakteristik tujuan IPS, yaitu: Pendidikan kemanusiaan, pendidikan

kewarganegaraan dan pendidikan intelektual. Pertama pendidikan

kemanusiaan memiliki arti bahwa IPS harus membantu anak

memahami pengalamannya dalam menemukan arti atau makna dalam

kehidupannya. Dalam tujuan pertama ini terkandung unsur pendidikan

nilai. Kedua, pendidikan kewarganegaraan mengandung arti bahwa

siswa harus dipersiapkan untuk berpartisipasi secara efektif dalam

dinamika kehidupan masyarakat. Ketiga, pendidikan intelektual

mengandung arti bahwa anak membutuhkan bimbingan dan arahan

untuk memecahkan masalah yang dikembangkan dari konsep-konsep

ilmu sosial.25

Menurut Skeel dan Jarolimek yang dikutip Lasmawan

Menuturkan, melalui pembelajaran IPS siswa diharapkan mampu

dikembangkan aspek pengetahuan dan pengertian (knowledge and

understanding), aspek sikap dan nilai (attitude and value), serta aspek

keterampilan (skill). Pembelajaran IPS berusaha membantu siswa

24 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi

Pustak, 2007), Cet. 1, hlm. 124. 25 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, ( Jakarta: Prenada

Media Group, 2014), hlm., 30-31.

14

dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi,

sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami

lingkungan sosial masyarakatnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS

dirumuskan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkunagannya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global.26

Menurut Sapriya, dkk dalam bukunya, pembelajaran dan

evaluasi hasil belajar IPS mengemukakan tujuan pokok pembelajaran

IPS, yaitu:

1) Membina siswa agar mampu mengembangkan

pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta

konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat

interdisipliner/komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial

2) Membina siswa agar mampu mengembangkan dan

mempraktekkan keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan

intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan

imu-ilmu sosial.

3) Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai

dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural

maupun individual.

26 Ahmad Susanto, Ibid., hlm. 31.

15

4) Membina siswa kearah turut mempengaruhi nilai-nilai

kemasyarakatan serta juga dapat mengembangkan

menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya.

5) Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan

kemasyarakatan baik sebagai individual maupun sebagai warga

negera.27

d. Karakteristik Pembelajaran IPS

Trianto dalam bukunya yang berjudul Model Pembelajaran

Terpadu dalam Teori dan Praktek menjelaskan bahwa mata pelajaran

IPS di SMP/MTS memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai

berikut:

1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur

geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan,

sosiologi, bahkan juha bidang humaniora, pendidikan dan agama.

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS bersal dari

struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang

dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau

topik (tema) tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut

berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan

interdisipliner dan multidisipliner.

4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut

peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip

sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan,

struktur, proses, dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan

hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,

keadilan dan jaminan keamanan.

27 Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, ( Bandung: UPI Press,

2006), hlm., 13

16

5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga

dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta

kehidupan manusia secara keseluruhan.28

2. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Sebelum membahas tentang model pembelajaran, terlebih

dahulu kita mengkaji apa yang dimaskud dengan model. Menurut

Meyer yang dikutip oleh Trianto bahwa secara menyeluruh model

dimaknakan sebagai suatu obyek atau konsep yang digunakan untuk

merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi

untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Sebagai contoh, model

pesawat terbang, yang terbuat dari kayu, plastik dan lem adalah model

nyata dari pesawat terbang. Contoh lain adalah ide politik, opini publik

diibaratkan sebagai sebuah pendulum sebab ia berubah-ubah tiap

periodik nya dari kiri ke kanan begitu terus berkelanjutan. Secara

terminologi, kita dapat mengatakan bahwa pendulum adalah sebuah

model untuk opini publik. Dalam matematika kita juga mengenal

istilah model matematika yaitu sebuah model yang bagian-bagiannya

terdiri dari konsep matematik, seperti ketetapan (konstanta), variabel,

fungsi, persamaan, pertidaksamaan, dan sebagainya.

Model pesawat tebang dan pendulum adalah obyek nyata;

tetapi mereka bukanlah model matematika. Lalu apa yang di maksud

dengan model pembelajaran sendiri? Menurut Joyce yang dikutip oleh

Trianto bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau

suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya

buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya

Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan

28 Trianto, opcit., hlm. 126.

17

kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik

sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut tercapai.29

Adapun Soekanto, dkk mengemukakan maksud dari model

pembelajaran adalah: kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi

para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas pembelajaran

benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara

sistematis. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen

dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan

arah bagi guru untuk mengajar.30

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas

dari pada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran

mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi,

metode, atau prosedur. Ciri-ciri tertentu ialah:

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya;

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar

(tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil;

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai31

29 Trianto, Pengembangan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pusataka

Raya, 2009), hlm.

73-74. 30 Ibid., hlm. 74. 31 Ibid., hlm. 74.

18

b. Teori yang Melandasi Model Pembelajaran

1) Teori Konstruktivisme

Teori kontruktivisme menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan infromasi kompleks,

mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama merevisinya

apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-

benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka

harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu

untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori

ini berkembang dari kerja pieget, vygotsky, teori-teori pemrosesan

informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori

Bruner.

Menurut teori kontruktivis ini, satu prinsip yang paling

penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak

hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa

harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru

dapat memeberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau

menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi

sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk

belajar.32

2) Teori Perkembangan Kognitif Pieget

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh

manipulasi dan interkasi aktif anak dengan lingkungan.

Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa

pengalaman-pengalamam fisik dan manipulasi lingkungan penting

bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa

interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi

dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada

akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.

32 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif (Jakarta: Prenada Media

Group, 2010), hlm. 28.

19

Teori perkembangan piaget mewakili kontruktivisme,

yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses

dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan

pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan

interaksi-interaksi mereka.

Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh

mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia

dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif.

Tabel 2.1

Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Pieget

Tahap Perkiraan Usia Kemampuan-kemampuan

Utama

Sensorimotor Lahir sampai 2 tahun Terbentuknya konsep

“kepermanenan objek” dan

kemajuan gradual dari

perilaku reflektif ke perilaku

yang mengarah kepada tujuan.

Praoperasional 2 sampai 7 tahun Perkembangan kemampuan

menggunakan simbol-simbol

untuk menyatakan objek-

objek dunia. Pemikiran masih

egosentris dan sentrasi.

Operasi

Konkret

7 tahun 11 tahun Perbaikan dalam kemampuan

untuk berpikir secara logis,

kemampuan-kemampuan baru

termasuk penggunaan operasi-

operasi yang dapat balik.

Pemikiran tidak lagi sentrasi

tetapi desentrasi, dan

pemecahan masalah tidak

begitu dibatasi oleh

keegosemtrisan.

OPerasi

Formal

11 tahun sampai

dewasa

Pemikiran abstrak dan murni

simbolis mungkin dilakukan.

Masalah-masalah dapat

dipecahkan melalui

penggunaan eksperimentasi

sistematis.

20

Menurut Piaget, perkembangan kognitif sebagian besar

bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan

aktif berinteraksi dengan lingkungannya.33

3) Teori Belajar Bemakna David Ausubel

Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar

bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses

dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relavan yang

terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling

penting yang memengaruhi belajar ialah apa yang diketahui

siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian. Pertanyaan inilah

yang menjadi inti dari teori belajar Ausubel. Dengan demikian

agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru

harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam

struktur kognitif siswa.

Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa

menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat

diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa

yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sehingga

jika dikaitkan dengan model pembelajaran berbasis masalah, di

mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik sangat

memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa

sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan

yang nyata.34

4) Teori Penemuan Jerome Bruner

Salah satu model intruksional kognitif yang sangat

berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal

dengan belajar penemuan (discovey learning). Bruner

menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan

pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusiaBerusaha

33 Ibid., hlm. 29. 34 Ibid., hlm. 37.

21

sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan

yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-

benar bermakna.

Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar

melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan

prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh

pengalaman, dan melakukan eskperimen-eksperimen yang

mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu

sendiri.35

5) Teori Belajar John Dewey

John Dewey menetapkan sebuah konsep pendidikan

yang menyatakan bahwa kelas harusnya dijadikan sebagai

cermin masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai

laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Dewey

mengharuskan guru menciptakan di dalam lingkungan

belajarnya suatu sistem sosial yang bercirikan dengan prosedur

demokrasi dan proses ilmiah.

Model yang dikembangkan oleh Dewey adalah

menggabungkan pandangan-pandangan proses sosial yang

demokratis dengan penggunaan strategi-strategi intelektual

atau ilmiah untuk membantu manusia menciptakan

pengetahuan dan masyarakat yang teratur dengan baik.

Selanjutnya, Dewey dalam bukunya “Democracy and

Education” merekomendasikan bahwa keseluruhan sekolah

merupakan miniature demokrasi yang mana siswa

berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan

diharapkan melalui partisipasi secara bertahap, belajar

35 Ibid., hlm. 38.

22

bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk kesempurnaan

masyarakat manusia.36

6) Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky

Vygostsky berpendapat seperti Pieget, bahwa siswa

membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pemikiran dan

kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan

bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis

menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi,

dan stimulus respons, faktor sosial sangat penting artinya bagi

perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan

konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan.

Teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek

sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses

pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani

tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut

masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of

proximal depelopment, yakni daerah tingkat perkembanagan

sedikit di atas perkembangan sesorang saat ini. Vygotsky yakin

bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul

dalam percakapan dan kerjasama antar-individu sebelum

fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu

tersebut.37

7) Teori Pembelajaran Perilaku

Skinner, salah seorang tokoh yang sangat berperan dalam

teori pembelajaran perilaku yang telah mempelajari hubungan

antara tingkah laku dan konsekuensinya mengemukakan bahwa

belajar merupakan perubahan perilaku.

Prinsip yang paling penting dalam teori belajar perilaku

adalah bahwa perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi-

36 Trianto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada

Media Group, 2014), hlm. 218. 37 Op.cit., hlm. 38.

23

konsekuensi langsung dari perilaku tersebut. Konsekuensi yang

menyenangkan disebut penguat, sedangkan konsekuensi yang

tidak menyenangkan disebut hukuman. Penggunaan konsekuensi-

konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk

mengubah perilaku sering disebut pengkondisian operan.

Dengan diberikannya penguatan dan hukuman itu, maka

akn terjadi perubahan perilaku. Karena itu pemberian konsekuensi

penguatan atau hukuman yang sesegera mungkin akan lebih baik

dari pada diberikan belakangan dan akan memberikan pengaruh

positif terhadap perilaku selanjutnya.38

c. Jenis-Jenis Model Pembelajaran

1) Model Pembelajaran Kontekstual

Elaine B. Johnson yang dikutip oleh Rusman dalam

bukunya Model-Model Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru menjelaskan bahwa “Pembelajaran

kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk

menyusun pola-pola yang mewujudkan makna.

Lebih lanjut, Elaine mengatakan bahwa pembelajaran

kontekstual adalah suatu sistem pemebelajaran yang cocok dengan

otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan

akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi,

pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif

dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat,

sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan

dan mengkaitkannya dengan dunia nyata.39

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta

38 Ibid., hlm. 39. 39 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet.5. hlm. 187.

24

didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen

utama pembelajaran efektif, yakni kontruktivisme

(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry).

Masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling),

dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).40

Tujuan Pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali

siswa berupa pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih

realistis karena inti pembelajaran ini adalah untuk mendekatkan

hal-hal yang teoritis ke praktis. Dalam konteks ini, peserta didik

perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status

apa mereka, dan bagaimana mencapainya.41

Hal ini akan siswa

sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya

nanti.Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

model kontekstual seorang guru harus membuat desain atau

skenario pembelajarannya, pada intinya pengembangan setiap

komponen CTL tersebut dalam pembelajarannya dapat dilakukan

sebagai berikut.42

a) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan

belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri,

menemukan sendiri, dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan baru yang harus dimilikinya

b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua

topic yang diajarkan.

c) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan

pertanyaan-pertanyaan.

40 Tukiran Taniredja, Dkk, Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung:

Alfabeta, 2013), hlm. 49. 41 Ibid., hlm. 50. 42

Rusman, opcit., hlm. 199-200.

25

d) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan

kelompok berdiskusi, Tanya jawab, dan lain sebagainya.

e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa

melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.

f) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap

kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

g) Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan

yang sebenarnya pada setiap siswa.

2) Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Soejadi dikutip oleh Rusman dalam bukunya

Model-Model Pembelajaran Mengembangkan profesionalisme

Guru, menjelaskan bahwa teori yang melandasi pembelajaran

kooperatif adalah teori kontruktivisme. Pada dasarnya pendekatan

teori kontruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di

mana siswa harus secara individual menemukan dan

mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa

informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu.

Pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara

aktif dan positif dalam kelompok. Dalam teori kontruktivisme ini

lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa dihadapkan pada

masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya

menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau keterampilan

yang diharapkan.43

Dalam pembelajaran kooperatif guru lebih kepada sebagai

fasilitator. Siswa yang secara langsung berkesempatan untuk

menerapkan ide-idenya untuk ditransferkan kepada teman lainnya.

Dalam hal ini siswa saling bertukar pengatahuan. Maka

pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara

berkelompok. Dalam pelaksnaanya guru memberikan tugas

terstruktur yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan

43 Ibid., hlm. 201.

26

terjadinya interaksi satu sama lain antara peserta didik dalam

proses belajar.

Menurut Tom V. Savage mengemukakan bahwa

cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan

kerja sama dalam kelompok.44

Dalam pembejaran ini akan tercipta

sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi

yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan

siswa dengan guru. (multi way traffic communication).

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar

dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakan dengan pembelajaran kelompok yang asal-asalan

Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif

dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan

lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran

tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa saling

membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan

sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembealajaran oleh

guru.

Menurut Ditnaga Dikti, pada dasarnya, kegiatan

pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu: orientasi,

bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan.

Menurut Stahl (1994), Ciri-ciri model pembelajaran

kooperatif adalah:45

a) Belajar bersama dengan teman

b) Selama proses belajar terdiri tatap muka antar teman

c) Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok

d) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

e) Belajar dalam kelompok kecil

f) Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat

44 Ibid., hal 203.

45 Tukiran Taniredja, Dkk, opcit., hlm. 59

27

g) Keputusan tergantung pada siswa sendiri

h) Siswa aktif

Langkah-langkah cooperative learning menurut Stahl 1994,

Slavin 1983 dalam buku Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif

oleh Tukiran Taniredja dijelaskan secara operasional sebagai

berikut:46

a) Guru merancang rencana program pembelajaran.

b) Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, dosen merancang lembar

observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan

siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok

kecil.

c) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru

mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual

maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun

mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar

berlangsung.

d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-

masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada

saat diskusi dikelas ini, guru bertindak sebagai moderator

3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan

berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan

konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk

menghadapi segala sesuatu yang baru dan komplesitas yang ada.47

Karakterisitik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai

berikut.

a) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di

dunia nyata yang tidak terstruktur;

46 Ibid., hlm. 63. 47 Rusman, opcit., hlm. 232

28

b) Permasalahan yang membutuhkan perspektif ganda (multiple

perspective);

c) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,

sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi

kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

d) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

e) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,

penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan

proses yang esensial dalam PMB;

f) Belajar adalah kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif;

g) Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah

sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk

mencari solusi dari sebuah permasalahan;

h) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi

dari sebuah proses belajar; dan

i) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan

proses belajar.

Dalam model pemebelajaran PMB guru harus

menggunakan prose pembelajaran yang akan menggerakan siswa

menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar

sepanjang hayat. Lingkungan belajar yang dibangun guru harus

mendorong cara berfikir reflektif, evaluasi kritis, dan cara berfikir

yang berdayaguna. Peran guru dalam PBM berbdeda dengan peran

guru di dalam kelas.

Guru dalam PBM terus berfikir tentang beberapa hal, yaitu:

1) bagaimana dapat merancang dan menggunakan permasalahan

yang ada di dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil

belajar?; 2) bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses

pemecahan masalah, pengarahan diri, dan belajar dengan teman

sebaya?; 3) dan bagaimana memandang diri mereka sendiri sebagai

pemecahan masalah yang aktif? Guru dalam PBM juga memusatkan

29

perhatiannya pada: 1) memfasilitasi proses PBM; mengubah cara

berpikir, mengembangkan keterampilan inquiri, menggunakan

pembelajaran kooperatif; 2) melatih siswa tentang strategi

pemecahan masalah; pemberian alasan yang mendalam,

metakognisi, berpikir kritis, dan berpikir secara sistem; dan 3)

menjadi perantara proses penguasaan informasi; meneliti lingkungan

informasi, mengakses sumber informasi yang beragam. Dan

mengadakan koneksi.48

4) Model Pembelajaran PAKEM

PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan) berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus

berpusat pada anak (student-centered-learning) dan pembelajaran

terbebani atau takut. Untuk itu, aspek fun is learning menjadi salah

satu aspek penting dalam pembelajaran PAKEM, disamping itu

upaya untuk terus memotivasi anak agar mengadakan eksplorasi,

kreasi, dan bereksperimen terus dalam pembelajaran. Di samping itu,

PAKEM adalah penerjemahan dari empat pilar pendidikan yang

dirancangkan oleh UNESCO: (1) leraning to know (2) learning to

do, (3) learning to be, (4) learning to life together.49

PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi

pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM diharapkan

berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan.

Pembelajaran Partisipatif, yaitu pembelajaran yang

menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran

(child center/student center) bukan pada dominasi guru dalam

penyampaian materi pelajaran (teacher centered). Siswa diberikan

48 Ibid., hlm. 232-234. 49 Rusman, Ibid., hlm. 321-232

30

kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan

pembelajaran, sementara guru sebagai fasilitator dan mediator

sehingga siswa mampu berperan dan berpartisipatisi aktif dalam

mengaktualisasikan kemampuannya di luar kelas.

Pembelajaran Aktif, pembelajaran aktif memiliki persamaan

dengan model self discovery learning, yakni pembelajaran yang

dilakukan oleh siswa untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga

dapat dijadikan sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan

dalam kehidupan sehari-hari, siswa terlibat secara aktif dan berperan

dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak

memberikan bimbingan.

Pembelajaran Kreatif, yaitu proses pembelajaran yang

mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan

kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan

menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi,

misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah.

Pembelajaran Efektif, pembelajaran dikatakan efektif jika

mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk

kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin

dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan serta

mendidik mereka dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

pembelajaran.

Pembelajaran Menyenangkan, merupakan suatu proses

pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat

antara guru dan siswa tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan,

dengan kata lain pembelajaran menyengkan adalah adanya pola

hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses

pembelajaran.50

50 Rusman, Ibid., hlm. 322-326.

31

5) Model Pembelajaran inkuiri

Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (1993: 193),

menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau

inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan

lebih mendalam. inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti

pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu

proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau

memahami informasi.51

Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu

rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal

seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu: (1) keterlibatan

siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2)

keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa

tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.52

Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan

inkuiri bagi siswa yaitu:

a) aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang

siswa berdiskusi

b) inkuiri berfokus pada hipotesis; dan

c) penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta)

Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru yaitu

sebagai berikut.

51 Trianto, Ibnu Badar. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.

(Jakarta: Prenada Media Group, 2015), hlm. 78. 52 Ibid., hlm. 78.

32

a) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah

berpikir.

b) Fasilitator, menunjukan jalan keluar jika siswa mengalami

kesulitan

c) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.

d) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan

kelas. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

e) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.

f) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai

siswa.

Pembelajaran inkuri dirancang untuk mengajak siswa secara

langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relative

singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan weil (1992),

menunjukan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman

sains, produktif dalam berfikir kreatif, dan siswa menjadi terampil

dalam memperoleh dan menganalisis informasi.53

Adapun ciri-ciri dari pembelajaran inkuri adalah:54

a) Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara

maksimal untuk mencari dan menemukan.

b) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari

dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang

dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menimbulkan sikap

percaya diri (self belief)

c) Tujuan dari pembelajaran inkuiri yaitu mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau

53 Ibid., hlm. 79. 54 Ibid., hlm. 80.

33

mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari

proses mental.

Langkah-langkah pembelajaran inkuiri:55

a) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Kegiatan inkuri

dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk

meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan itu

dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk

merumuskan hipotesis.

b) Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara

atau pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji

dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru

menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang

mungkin. Dari semua gagasan yang ada dipilih salah satu

hipotesis yang relavan dengan permasalahan yang diberikan.

c) Mengumpulkan data. Hipotesis digunakan untuk proses

pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel,

matriks, atau grafik.

d) Analisis data. Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis

yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang

diperoleh. Dari data percobaan yang didapat menguji hipotesis

yang telah dirumuskan. Apabila ternyata hipotesis itu salah

atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses

inkuiri yang telah dilakukannya.

e) Membuat kesimpulan. Langkah penutup dari pembelajaran

inkuri yaitu membuat kesimpulan sementara berdasarkan data

yang diperoleh siswa

55 Ibid., hlm. 83-84.

34

3. Hakikat Sekolah Alam

a. Pengertian Sekolah Alam

Sekolah berbasis alam merupakan salah satu sekolah alternatif

yang muncul sebagai antitesa dan keprihatinan atas sistem pendidikan

konvensional yang selama ini berjalan. Komunitas Sekolah Alam

(2005) dikutip dalam jurnal An-Nisaa Citra Dien dengan judul

Perbedaan Kecerdasan Emosi Siswa Sekolah Dasar Ditunjau dari

Model Pembelajaran Sekolah Reguler, Sekolah Alam, dan

Homescooling mendefinisikan sekolah alam sebagai sekolah dengan

konsep pendidikan berbasis alam semesta yang menggunakan sumber

daya alam di sekitar sekolah.

Pada dasarnya sekolah alam didirikan bertujuan untuk

mendidik manusia yang beriman dan bertakwa pada Allah serta

berakhlakul karimah. Sesuai dengan firman Allah bahwa apa yang ada

di alam semesta ini memberikan pelajaran, sesuai dengan tanda-tanda

kebesaran tentunya bagi mereka yang berfikir. Sekolah alam

merupakan sekolah yang dibangun di alam terbuka agar mengetahui

pembelajaran dari semua makhluk hidup di alam ini secara langsung.

Proses belajar berlangsung dengan menyenangkan di alam

terbuka, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Sehingga peserta didik

akan merasa nyaman. Hal ini disesuaikan dengan masa perkembangan

peserta didik yang mana mereka bukanlah makluk „instan‟, mereka

mengalami perkembangan dari waktu ke waktu baik dari segi fisik,

psikis, sosial maupun spiritual.56

Berbeda dengan sekolah pada umumnya yang menggunakan

sistem ruangan berupa kelas, para siswa di sekolah alam lebih banyak

berinteraksi di alam terbuka sehingga terbentuk pembelajaran langsung

pada materi dan pembelajaran bersifat pengalaman. Sekolah alam

merupakan sekolah yang unik, dengan lingkungan sekolah yang

56 Annisa Nur Citra Dien, Dkk, Perbedaan Kecerdasan Emosi Siswa Sekolah Dasar

Ditinjau dari Model Pembelajaran Sekolah Reguler, Sekolah Alam, Home Schooling, (Surakarta:

Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret), hlm. 5.

35

natural bukan merupakan suasana gedung bertingkat. Bangunan di

sekolah alam adalah bangunan alami yang terbuat dari kayu, dengan

ruangan kelas, ruang kepala sekolah, dan ruangan tata usaha di desain

seperti rumah panggung. Lingkungan sekitarnya adalah media

pembelajaran. Di sekolah tersebut siswa dikenalkan dengan lingkungan

kehidupan nyata.

Menurut Mayati sejak dini anak-anak diperkenalkan dengan

kehidupan nyata, anak-anak di sekolah alam dibebaskan untuk tidak

berseragam, justru mengenakan pakaian bermain lengkap dengan

sepatu boot-nya yang membuat mereka bebas untuk bereksplorasi

dengan dengan lingkungannya. Keberagaman dipandang sebagai

sesuatu yang unik di sekolah alam. Dan keseragaman tidak dipandang

dari apa yang dikenakan, tapi pada akhlak, perilaku, sikap dan

semangat belajar dan rasa ingin tahu mereka.57

Secara ideal, dasar konsep tersebut berangkat dari nilai-nilai

al-Qur‟an dan Sunnah yang menyatakan bahwa hakikat penciptaan

manusia adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dengan begitu

para penggagas sekolah alam yakin hakikat tujuan pendidikan adalah

membantu anak didik tumbuh menjadi anak didik yang berkarakter.

b. Karakteristik Sekolah Alam

Satmoko Budi Santoso dalam bukunya yang berjudul Sekolah

Alternatif Mengapa Tidak. Membedakan 9 karakteristik Sekolah Alam

di antaranya adalah:

1) Sekolah Alam cenderung memberikan kebebasan kreatifitas anak,

sehingga anak menemukan sendiri dan kemampuan yang berlebih

yang dimilikinya.

2) Konsep pembelaran sambil bermain cenderung menjadikan

pemahaman sekolah bukan merupakan beban, melainkan hal yang

57 Maryati, Sekolah Alam, Alternatif Pendidikan Sains yang Membebaskan dan

Menyenangkan, (Yogyakarta: Jurnal Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta) hlm. 186-

187.

36

menyenangkan. Sekolah alam orientasinya memfokuskan kepada

kelebihan yang dimiliki dengan metode pencarian yang tidak baku

dan relatif menyenangkan diterima anak lewat bentuk-bentuk

permainan.

3) Guru atau tenaga pengajar sekolah berbasis alam, guru-guru atau

fasilitaor memiliki akhlak yanh baik, kreatifitas, dan mampu

memberikan rangsangan perkembangan atau menjadi partner yang

baik bagi anak-anak atau remaja binaanya

4) Metodologi yang diterapkan cenderung mengarah pada pencapaian

logika berfikir dan inovasi yang baik dalam bentuk action learning

(praktek nyata). Bentuk kurikulumnya bisa saja 40 dan 60. Artinya

40% adalah teori dan 60% adalah praktek.

5) Pada Sekolah Alam juga dipersiapkan perlengkapan perpustakaan

yang baik dan buku-buku rujukan dari berbagai sumber yang dapat

dipertanggung jawabkan untuk mendukung perjalanannya praktek

metodologi action learning.

6) Yang menarik di Sekolah Alam bukan murid saja yang belajar.

Guru pun dituntut untuk terus belajar. Yang ditanamkan adalah

bahwa pada dasrnya, semua makhluk berkewajiban untuk belajar.

Yang juga ditanamkan pada Sekolah Alam bahwa pelajaran yang

ada bukanlah hanya mengejar nilai, namun yang penting adalah

memahami seberapa jauh proses belajar tersebut dapat dinikmati

dan diterapkan dengan baik.

7) Sekolah yang berbasis alam pastilah dilengkapi berbagai macam

pepohonan yang ada disekitarnya, misalnya area apotik hidup,

pohon kelapa, pisang, ketela, padi, jambu, rambutan, manga dan

sebagainya.

8) Materi pembelajaran tentu saja disesuaikan dengan kompetensi

kurikulum pada rentang waktu tertentu dan terprogram secara

matang, Misalnya pada bulan tertentu, kurikulum dan praktik

pembelajarannya di area apotek hidup atau di kebun.

37

9) Untuk mengukur sejauh mana motivasi murid diterima dipublik,

maka sekali dalam satu semester (enam bulan sekali), biasanya

diadakan evaluasi. Misalnya dengan mengadakan pasar murah,

pameran produksi pertanian, maupun pameran produksi

pertukangan. Dalam moment inilah hasil karya sang murid akan

mendapatkan apresiasi yang sesuai dengan karya ciptaanya.

Berdasarkan karakteristik diatas, dapat disimpulkan

sejumlah karakteristik kelebihan-kelebihan yang berkaitan dengan

keberadaan sekolah alam.58

c. Pembelajaran di Sekolah Alam

Proses pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Alam dalam

suasana fun learning. Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan

menimbulkan suasana tersebut, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan.

Dengan menggunakan konsep fun learning, Sekolah Alam telah

mengubah sekolah menjadi sebuah miniatur kehidupan yang tidak saja

natural dan riil, tetapi juga indah dan nyaman. Proses pembelajaran

berubahn menjadi aktivitas kehidupan riil yang dihayati dengan penuh

kegembiraan. Dengan begitu akan tumbuh kesadaran pada anak-anak

bahwa belajar adalah asik dan sekolah menjadi identik dengan

kegembiraan.59

Dari penjelasan diatas mengenai bagaimana pembelajaran di

Sekolah Alam, penulis menyimpulkan bahwa secara kesimpulan

pembelajaran di sekolah alam adalah belajar bersama alam dengan

praktek atau melakukan langsung, eksplorasi, dan eksperimen. Hal ini

biasa dilakukan dengan outing/observasi/magang dan outbond.

Sekolah alam berusaha membangun kemampuan-kemampuan

dasar anak yang membuat proaktif dan adaptif terhadap perubahan-

58 Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak, ( Yogyakarta: Diva Press, 2010),

hlm. 13-18. 59 Maryati, op.cit., hlm. 187.

38

perubahan lingkungan. Kemampuan berfikir logis misalnya. Seorang

anak yang mampu berfikir logis, lebih penting dari pada sekedar

mendapat nilai tinggi dalam matematika. Sebab kemapuan itu yang

memberikan kekuatan “mencerna” masalah-masalah hidupnya.

Misalnya latihan outbond, yang melatih keberanian, kesabaran,

keuletan, kerjasama, dan tim kepemimpinan. Latihan ini membanngun

struktur mentalitas mereka secara kuat yang membuat mereka tahan

terhadap goncangan-goncangan hidup.

Konsep outbond dapat membentuk jiwa kepemimpinan kepda

setiap peserta didik dan pendidik sendiri. Karena konsep outbond

dilatarbelakangi dari program-program militer yang penuh dengan

tantangan. Seorang militer mendapatkan latihan yang keras melalui

permainan-permainan yang lebih dikenal dengan outbond. Outbond

dapat mewakili kondisi medan pertempuran yang berat.

Kepemimpinan di militer dan hal ini terbukti dengan banyak jabatan

presiden yang di emban oleh kalangan militer.60

Annisa Nur Citrra Dien, Dkk, menggambarkan secara

keseluruhan bagaimana proses pembelajaran di Sekolah Alam yaitu:

1) Ruang kelas terbuka

2) Halaman sekolah luas dan tertutup. Kebutuhan siswa terpenuhi di

dalam sekolah.

3) Materi pelajaran di berikan dengan pemberian materi kelas dan juga

praktek.

4) Kegiatan belajar learning by doing, siswa belajar sambil melakukan

.

5) Jadwal belajar rutin telah ditentukan. Beberapa kegiatan belajar di

sekolah alam antara lain, outbond, green lab, unit kegiatan eco shop,

menabung sampah, dan radio, market day, dan sebagainya.

60 Heri Maulana, Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Alam, (Yogyakarta:

Jurnal Khasanah Ilmu), hlm. 28.

39

6) Masing-masing kelas memiliki 2 guru kelas. Guru menjadi teladan.

Guru dan calon guru mendapatkan training rutin agar kepasitasnya

sebagai guru meningkat.

7) Kurikulum yang digunakan kurikulum Diknas dan Kurikulum

Sekolah Alam.

8) Evaluasi tertulis dilakukan sesuai ketentuan Diknas seperti UTS dan

UAS, evaluasi lainnya adalah hasil selama pembelajaran yang

diamati dan dinilai oleh guru kelas.61

B. Hasil Penelitian yang Relavan

Terdapat hasil penelitian terdahulu yang secara umum memberikan

gambaran mengenai model pembelajaran di Sekolah Alam. Adapun hasil

penelitian tersebut adalah:

1. Zulfah Fikriah. 62

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013. Dengan judul “Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Alam

Indonesia (Studi Kasus Sekolah Alam Indonesia Ciganjur)”. Penelitian

ini membahas bagaimana model pembelajaran matematika di Sekolah

Alam Indonesia, selain itu penelitian ini terfokus pada model

pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar yaitu pada siswa dan siswi kelas 4,

5, dan 6 SD.

Penelitian yang ditulis oleh Zulfah Fikriah, menghasilkan

kesimpulan bahwa “Pembelajaran matematika di Sekolah Alam Indonesia

memenuhi karakteristik model pembelajaran tematik/terpadu.

Pembelajaran berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung

dan menggunakan prinsip sambil bermain.

Perbedaan dari penelitian yang hendak diteliti oleh penulis,

mengenai model pembelajaran di Sekolah Alam. Penelitian terfokus pada

model pembelajaran IPS pada tingkat SMP. Tempat yang menjadi lokasi

61 Annisa Nur Citra Dien, Dkk, op.cit, hlm. 8. 62 Zulfah Fikriah, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Alam Indonesia ,

(Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syatrif Hidayatullah Jakarta, 2013), hlm. 76.

40

penelitian adalah Sekolah Citra Alam Ciganjur Jagakarsa Jakarta

Selatan.63

2. Puji Santoso.64

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2011. Dengan judul “ Pelaksanaan Pembelajaran IPS Tingkat SMP Pada

Sekolah Alam Indonesia Ciganjur Jakarta Selatan”. Penelitian ini

membahas bagaiamana pelaksanaan Pembelajaran IPS pada Tingkat SMP

di Sekolah Alam Indonesia.

Penelitian yang ditulis oleh Puji Santoso menghasilkan

kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS tingkat SMP pada

Sekolah Alam Indonesia Ciganjur dibagi ke dalam tiga tahapan

pelaksanaan pembelajaran yaitu:

a. Tahap Perencanaan Pembelajaran

Dalam kegiatan perencanaan pembelajaran yaitu guru

menyusun lesson plan (silabus) dan weekly plan sheet (RPP), yang

dilakukan pada rapat kerja 6 bulan sekali atau awal semester untuk

program satu semester.

b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Pada tahap ini guru membagi menjadi tiga kegiatan yaitu:

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan terkahir kegiatan

penutup/tindak lanjut.

c. Tahap Evaluasi atau Penilaian

Pada tahap ini evaluasi yang sering dilakukan yaitu evaluasi

keseharian siswa dan proyek untuk kelas VII dan VIII sedangkan

evaluasi atau penilaian pembelajaran untuk kelas IX semester 2 tidak

lagi belajar teori akan tetapi siswa mengerjakan latihan soal-soal

untuk Ujian Akhir Sekolah.

64 Puji Santoso, Pelaksanaan Pembelajaran Tingkat SMP pada Sekolah Alam Indonesia

Ciganjur Jakarta Selatan, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syari.f

Hidayatullah Jakarta, 2011), hlm. 66-67.

41

Perbedaan Penelitian yang hendak diteliti oleh penulis,

penulis membahas terkait model pembelajaran IPS di sekolah alam

yang ada dalam tahap pelaksanaan pembelajaran di sekolah alam.

3. Agus Thohir.65

Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo

Semarang 2010. Dengan judul “Implementasi Model Sekolah Alam di

Pendidikan Anak Usia Dini Ar-Ridho Semarang dalam Tinjauan

Pendidikan Islam”. Penelitian ini membahas bagaimana model sekolah

alam di PAUD Ar-Ridho Semarang, serta bagaimana penerapan model

sekolah alam di PAUD Ar-Ridho dalam tinjauan pendidikan Islam.

Penelitian yang ditulis oleh Agus Thohir menghasilkan

kesimpulan bahwa:

a. Sekolah alam menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang

dilakukan melalui tema. Metode belajarnya menggunakan alam sekitar.

Sekolah alam di PAUD Ar-Ridho mengembangkan kurikulum khas,

hal ini sebagai keputusan untuk menciptakan alternatif dalam

pengembangan model sekolah alam. Selain itu desain rancang bangun

tata ruang kelas dan gedung sekolah juga menjadi ciri khas yang

membedakan sekolah alam dengan sekolah pada umumnya.

Karakteristik lain adalah dengan dukungan site plann desain

lingkungan yang dibuat sebagai media laboratorium untuk

pemanfaatan dalam proses pembelajaran.

b. Penerapan model sekolah alam di PAUD Ar-Ridho Semarang dalam

pelaksanaanya sudah berjalan dengan sederhana. Selain menggunakan

metode pendekatan Webbed (jejaring) dalam pembelajarannya peserta

didik diajarkan untuk bersahabat dengan alam. Dalam proses

pembelajarannya menjadikan alam sebagai basis media untuk

mengakrabkan peserta didik terhadap nilai-nilai Islam. Bila dilihat dari

tujuan didirikannya sekolah alam dan dirunut berawal dari gagasan

yang dimunculkan oleh Bapak H. Nurul Khamdi, B. Eng beserta

65 Agus Thohir, Implementasi Model Sekolah Alam di Pendidikan Anak Usia Dini Ar-

Ridho Semarang dalam Tinjauan Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama

Islam Negeri Walisongo, 2010).

42

teman-teman dekatnya bahwa sekolah alam bertujuan ingin

mencerahkan manusia berkualitas dalam urusan dunia maupun akhirat.

Tabel 2. 2

Perbedaan dan Persamaan Penelitian Relavan

No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Model Pembelajaran

Matematika di Sekolah

Alam Indonesia (Studi

Kasus Sekolah Alam

Indonesia Ciganjur).

Oleh: Zulfah Fikriah.66

1. Obyek utama penelitan

mengkaji tentang

sekolah alam.

2. Spesifikasi penelitian

pada model

pembelajaran.

1. Penelitian yang ditulis oleh

Zulfah Fikriah terfokus pada

penelitian model pembelajaran

matematika.

2. Penelitian terfoksu pada

model pembelajaran tingkat

Sekolah Dasar. (kelas IV, V

dan VI).

2. Pelaksanaan

Pembelajaran IPS

Tingkat SMP Pada

Sekolah Alam

Indonesia Ciganjur

Jakarta Selatan.

Oleh: Puji Santoso.67

1. Obyek utama

penelitan mengkaji

tentang sekolah alam.

2. Spesifikasi penelitian

terfokus pada

pembelajaran IPS.

1. Penelitian terfokus pada

pelaksaan pembelajaran IPS di

sekolah alam (Perencanaan,

Pelaksanaan pembelajaran, dan

penilaian/evaluasi).

`3. Implementasi Model

Sekolah Alam di

Pendidikan Anak Usia

Dini Ar-Ridho

Semarang dalam

Tinjauan Pendidikan

Islam.68

1. Obyek utama penelitan

mengkaji tentang sekolah

alam.

2. Spesifikasi penelitian

pada model pembelajaran

1. Penelitian yang ditulis oleh

Agus Thohir menjelaskan

mengenai model pembelajaran

sekolah alam secara garis

besar.

2. Penelitian menggunakan

tinjauan pendidikan Islam.

3. Penelitian terfokus pada

Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD)

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang

diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke

66 Zulfah Fikriah, Opcit., hlm 76.

67 Puji Santoso, Opcit. 68 Agus Thohir, Opcit.

43

pendidikan menengah, yang mana sasaran utama dari mata pelajaran ini

adalah pengembangan aspek teoritis seperti yang menjadi penekanan pada

social science. Dalam pembelajaran dan pengajaran IPS tidak bisa terelakkan

oleh 3 hal yaitu: guru, siswa dan materi ajar.

Dalam prosesnya para siswa di sekolah memiliki karakter yang

berbeda-beda, maka mereka juga mempunyai cara belajar yang berbeda. Siswa

dengan tipe belajar auditori belajar dengan mengandalkan kemampuan

mendengar dan mengingat, siswa dengan tipe belajar visual belajar dengan

mengandalkan kemampuan melihat apa yang dilakuakan orang lain di

sekitarnya. Siswa dengan tipe belajar auditori dan visual ini umumnya tidak

terkendala mengikuti cara belajar pada sekolah konvensional. Lain halnya

dengan tipe belajar kinestetik, siswa dengan tipe belajar ini kesulitan jika

mengikuti kegiatan belajar sekolah formal pada umumnya. Siswa dengan tipe

belajar kinestetik belajar terutama harus terlibat secara langsung, bergerak

bebas serta melakukan sesuatu.

Menghadapi masalah perbedaan cara belajar setiap siswa maka salah

satu indakator keberhasilan proses belajar adalah cara penyampaian atau

terkait dengan model pembelajaran yang dipilihnya, mengikuti cara belajar

siswa. Model pembelajaran yang tepat dapat memudahkan siswa memahami

apa yang telah tersampaikan. Serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

Model pembelajaran yang disediakan sekolah formal sangat beragam.

beberapa model yang banyak di gunakan dalam pembelajarn di sekolah

formal adalah model pembelajaran kooperatif, kontekstual, inkuiri, PAKEM,

dan model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Dari kesekian banyak

model pembelajaran yang disajikan di sekolah formal, tidak mewakili macam-

macam gaya belajar siswa. Salah satunya adalah siswa dengan gaya belajar

kinestetik yang belajar harus terlibat langsung, bebas dan melakukan sesuatu

Berkaitan dengan permasalahan tersebut maka muncul berbagai

sekolah alternatif, salah satunya adalah sekolah alam yang menyediakan

konsep pendidikan berbasis alam semesta. pendidikan di sekolah alam ini

dilakukan di alam terbuka agar mengetahui pembelajaran dari semua makhluk

44

hidup di alam ini secara langsung. Oleh karena itu sekolah alam merupakan

alternatif bagi siswa yang belajar cenderung implusif atau biasa disebut

dengan tipe belajar kinestetik.

Sekolah alam yang melibatkan alam secara langsung dalam proses

pembelajarannya, maka apa model pembelajaran yang digunakan di sekolah

45

SEKOLAH FORMAL

MASALAH

Karakter siswa berbeda. Gaya belajar siswa AUDITORI

VISUAL

KINESTETIK

Salah satu indikator

keberhasilan proses belajar

adalah cara penyampaian

atau terkait dengan model

pembelajaran.

Model

pembelajaran

Kontekstual

Kooperatif

Inkuiri

PMB

PAKEM Model pembelajaran

sekolah formal belum

mampu mewakili semua

gaya belajar siswa

Siswa dengan tipe belajar

kinestetik umumnya

terkendala dengan model

pembelajaran sekolah

formal.

Gaya belajar

kinestetik

1. Terlibat secara

langsung

2. Bebas melakukan

sesuatu

3. imflusif

SEKOLAH ALTERNATIF

SEKOLAH ALAM

Pendidikan berbasis alam

semesta. Proses

pembelajaran

berlangsung di alam

terbuka dengan konsep

belajar sambil bermain.

Model Pembelajaran

Sekolah Alam

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Citra Alam yang

berlokasi di Jalan Damai II No. 54 RT 4/ RW 2 Ciganjur, Jagakarsa,

Jakarta Selatan. Berikut ini merupakan peta lokasi Sekolah Citra Alam

Gambar 3.1

Peta Lokasi Penelitian

Adapun pertimbangan dan alasan peneliti memilih Sekolah

Citra Alam sebagai tempat penelitian adalah:

a. Pertimbangan peneliti memilih lokasi penelitian di Sekolah Citra Alam

Ciganjur yaitu Sekolah Citra Alam merupakan salah satu sekolah alam

Indonesia yang terdapat tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama).

b. Dalam proses pembelajarannya pada Sekolah Citra Alam tingkat SMP,

siswa mempelajari mata pelajaran IPS, alasan ini akan memudahkan

peneliti dalam melaksanakan penelitian terkait.

47

c. Alasan lain adalah Sekolah Citra Alam memiliki perkembangan cukup

pesat dan memiliki banyak siswa dibandingkan dengan sekolah alam

lainnya. Hingga kini Sekolah Citra Alam mencoba meretas pendidikan

berkualitas dengan orientasi pembentukan karakter peserta didik yang

siap menjadi kader pembangunan masa depan umat dan membimbing

mereka menjadi khalifah Allah di muka bumi.

2. Waktu Penelitian

Adapun kegiatan penelitian ke Sekolah Citra Alam Ciganjur

dimulai pada penyusunan proposal yaitu pada hari Selasa, 7 November

2017.

Tabel 3.1

Waktu Penelitian

Kegiatan Penelitian Tahun 2018

DES JAN FEB MAR APR

1. Penyusunan

Proposal

2. Penyusunan Bab I

3. Penyusunan Bab

II

4. Penyusunan Bab

III

5. Penyusunan Bab

IV dan Kesimpulan

B. Metode Penelitian

Mengingat penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji

hipotesis maka pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif,

yaitu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma

pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivist (seperti makna jamak

dari pengalaman individual, maka yang secara sosial dan historis dibangun

dengan maksud mengembangkan suatu teori atau pola). Metode kualitatif

48

berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi

tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti

sendiri.69

Peneliti mengumpulkan data penting secara terbuka terutama

dimaksudkan untuk mengembangkan tema-tema dari data. Proses

penelitian kualitatif lebih fleksibel dalam artian langkah selanjutnya akan

ditentukan oleh temuan selama proses penelitian.70

Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata-

kata menurut pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan

penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata apa yang

melatarbelakangi reponden berperilaku.71

Penelitian yang memberikan

sebuah gambaran yang jelas dan akurat tentang materi atau fenomena yang

sedang diselidiki, karena belakangan ini isu mengenai pendidikan tentang

sekolah alam banyak dibicarakan. Maka peneliti akan menelaah lebih

dalam khususnya pembelajaran IPS pada Sekolah Citra Alam Ciganjur

tingkat SMP.

Dengan menggunakan metode tersebut peneliti bertujuan untuk

menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau

fenomena realitas yang sebenarnya yang menjadi objek penelitian agar

lebih mendalam.

C. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spradley dinamakan dengan “social situation".72

Situasi sosial

terdiri dari tiga elemen yaitu:

69 Husaini Usman, Dkk, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),

hlm. 78. 70 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, ( Jakarta: Indeks, 2017),

hlm. 11. Edisi ke-2. 71 Husaini Usman, Dkk, op.cit., hlm. 130. 72 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods, (Bandung: Alfabeta, 2016),

hlm. 297.

49

1. Pelaku (actors), merupakan pelaku atau orang-orang yang sedang

memainkan peran. Adapun pelaku dalam penelitian ini ialah kepala

sekolah, guru dan peserta didik.

2. Tempat ( Place ), merupakan tempat kejadian di mana kegiatan

dilakukan. Adapun tempat dalam penelitian ini ialah Sekolah Citra

Alam.

3. Aktivitas ( activities ), merupakan segalam aktivitas yang dilakukan

pelaku di tempat tersebut dalam konteks yang sesungguhnya. Adapun

aktivitas dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran baik di

kelas maupun diluar kelas.73

Adapun teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Yang dimaksud dengan pertimbangan di sini adalah

mempertimbangkan siapa saja yang akan dijadikan informan yang dapat

memberikan informasi dan data yang baik sehingga akan memudahkan

peneliti menemukan objek atau situasi sosial yang di teliti. Kriteria yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu guru IPS dan siswa sekolah Citra

Alam Ciganjur yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran IPS.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data penelitian menggunakan teknik yang

diperlukan dalam penelitian yaitu:

1. Wawancara

Metode wawancara juga biasa disebut dengan metode

interview atau disebut sebagai metode wawancara. Metode wawancara

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

73 Ibid., hlm. 313.

50

menggunakan pedoman (guide) wawancara.74

Dalam penelitian ini

penulis menggunakan pedoman wawancara atau wawancara

terstruktur, yaitu wawancara yang dilaksanakan secara terencana

dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

Dalam melakukan penelitian ini peneliti akan melakukan

wawancara dengan kepala sekolah untuk memperoleh data sekolah

Citra Alam dan guru mata pelajaran IPS untuk memperoleh data

bagaimana atau apa model yang digunakan pada mata pelajaran IPS

dan bagaimana implementasi penerapannya. Selain kepada guru mata

pelajaran IPS dan kepala sekolah wawancara juga dilakukan kepada

siswa yang mengikuti pembelajaran IPS, untuk memperoleh informasi

atau data mengenai bagaimana respon siswa terhadap model

pembelajaran IPS yang diterapkan oleh guru mata pelajaran IPS dan

apa kelebihan/kekurangan metode pembelajaran tersebut.

2. Observasi

Observasi adalah cara pengambilan data dengan cara

menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain

pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.75

Dengan cara pengambilan data melalui observasi peneliti akan

mengamati langsung terhadap objek penelitian, bagiamana model

pembelajaran IPS di Sekolah Citra Alam dan bagaimana implementasi

model pembelajaran tersebut. Peneliti akan mengamati secara langsung

dan terjun dalam pembelajaran IPS bersama guru mata pelajaran IPS

untuk melihat bagaimana model pembelajaran tersebut diterapkan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi non

partisipan, yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton

atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik

74 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-format

Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen, dan

Pemasaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), hlm. 133. 75 Ibid., hlm. 142.

51

penelitian.76

Jadi dalam observasi non partisipan observer (peneliti)

tidak ikut dalam kehidupan orang yang akan di observasi, dan secara

terpisah berkedudukan selaku pengamat. Dalam hal ini peneliti

mengamati bagaimana kegiatan pembelajaran di sekolah alam

berlangsung.

3. Dokumentasi

Pada intinya metode documenter adalah metode yang

digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian besar data yang

tersedia bisa berbentuk, catatan harian, kenang-kenangan, laporan, dan

sebagainya. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam

arti luas termasuk monumen, artefak, foto, tape, microfilm, disc,

sdrom, hard-disk, dan sebagainya. 77

E. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

76 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analsiis Data, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2011), hlm. 40. 77 Burhan Bungin, op.cit., hlm. 153-154.

Variabel Sub Variabel Indikator Teknik

Pengambilan

data

Instrumen dan

alat

Sasaran

Objek

1. Sekolah

Alam

a. Profil

Sekolah

1) Visi

sekolah

2) Misi

sekolah

3) Filosofi

sekolah

4) Kurikulum

sekolah

5) Sarana dan

Prasarana

sekolah

6) Program

dan

1. Observasi

2. Wawancara

3. Dokumentasi

1. Lembar

wawancara

2. Lembar

observasi

3. Lembar ceklis

dokumentasi

1. Kepala

sekolah

2. Guru

52

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pada penelitian kualitatif, tingkat keabsahan lebih ditekankan pada

data yang diperoleh. Melihat hal tersebut maka kepercayaan data hasil

penelitian dapat dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap

keberhasilan sebuah penelitian. Data yang valid dapat diperoleh dengan

melakukan uji kredibilitas (validitas internal) terhadap data hasil penelitian

sesuai dengan prosedur uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif.

Pengujian kredibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

kegiatan

sekolah

b. Status

Sekolah

Status Sekolah di

DEPDIKNAS

Wawancara

Lembar wawancara

Kepala

sekolah

Citra

Alam

2. Proses

Pembelaja

ran IPS

a. Perencanaan

Pembelajaran

1) Kurikulum IPS

2) Rencana

Perangkat

Pembelajaran

(RPP)

1. Wawancara

2. Dokumentasi

1. Lembar

observasi

2. Lembar

wawancara

3. Lembar ceklis

dokumentasi

Guru IPS

b. Pelaksanaan

Pembelajaran

1) Materi

Pembelajaran

2) Sumber

Pembelajaran

3) Metode

Pembelajaran

4) Media

Pembelajaran

5) Proses

Pembelajaran

6) Aktifitas Siswa

1. Observasi

2. Wawancara

3. Dokumentasi

c. Evalusasi

Pembelajaran

Evaluasi

Pembelajaran

1. Observasi

2. Wawancara

53

triangulasi. Triangulation adalah proses penguatan bukti dari individu-

individu yang berbeda dalam deskripsi dan tema-tema dalam penelitian

kualitatif. Peneliti menguji setiap sumber informasi dan bukti-bukti

temuan untuk mendukung sebuah tema.78

1. Triangulasi Sumber. Menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data

yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan sesuai

dengan apa yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut. Peneliti akan

melakukan pemilahan data yang sama dan data yang berbeda untuk

dianalisis lebih lanjut.

2. Triangulasi Teknik. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya

dengan melakukan observasi, wawancara, atau dokumentasi. Apabila

terdapat hasil yang berbeda maka peneliti melakukan konfirmasi

kepada sumber data guna memperoleh data yang dianggap benar.

3. Triangulasi Waktu. Narasumber yang ditemui pada pertemuan awal

dapat memberikan informasi yang berbeda pada pertemuan

selanjutnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecekan berulang-

ulang agar ditemukan kepastian data yang kredibel.79

G. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

terkumpul dari berbagai sumber yang diperoleh dari wawancara,

pengamatan lokasi, dan dokumentasi, kemudian data yang terkumpul,

dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan ke dalam bahasa yang mudah

dipahami dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas.

78 Emzir, op.cit, hlm. 82. 79 Simbah Wuri, Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif, diakses dari

http://raraswurimiswandaru.blogspot.co.id/2016/04/uji-keabsahan-data-dalam-penelitian.html,

pada 20 Mei 2018. Pukul 10.17.

54

Proses pengumpulan dan penganalisaan data peneliti ini

berpedoman kepada langkah-langkah analisis data penelitian kualitatif,

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Pertama, reduksi data meliputi proses pemilihan, pemfokusan,

penyederhanaan, pengabstraksian, dan pengkatagorian data untuk

memudahkan pengorganisasian data.

Kedua, penyajian data merupakan rakitan organisasi informasi

ataupemaparan data yang tersusun secara sistematis dengan

memperlihatkan kaitan alur data dan menggambarkan apa yang

sebenarnya terjadi sehingga memudahkan peneliti menarik kesimpulan.

Secara umum penyajian dalam penelitian ini ditampilkan dalam bentuk

teks naratif.

Ketiga, penarikan kesimpulan yang dilakukan sejak tahap

pengumpulan data dengan cara mencatat dan memaknai fenomena

menunjukan keteraturan, kondisi yang berulang-ulang, serta pola-pola

yang dominan. Pada tahapan ini kesimpulan yang diperoleh biasanya

kurang jelas, menyeluruh, bersifat sementara, tetapi selanjutnya akan

semakin tegas dan memiliki dasar yang kuat setelah makna teruji

kebenaran dan keabsahan. Verifikasi data yang dimaksud dengan

perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, pengecekan sejawat,

kecukupan referensial, dan pengecekan keanggotaan.80

80 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).

55

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sekolah Citra Alam

1. Profil Sekolah Citra Alam

Sekolah Citra Alam merupakan sekolah yang berada di bawah

naungan yayasan Citra Nurul Falah Khaled Azmi dimana tidak hanya

terdapat Sekolah Dasar (SD) melainkan juga terdapat beberapa jenjang

pendidikan yaitu Play Group (PG), Taman Kanak-kanak (TK),

Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

(SMA). Latar belakang pendirian Sekolah Citra Alam berawal dari

kepedulian seorang pengamat pendidikan Ir. Lendo Novo yang

memiliki latar belakang ADHD. Beliau ingin mendirikan sekolah yang

ramah terhadap anak yang tidak bisa duduk diam manis di dalam kelas.

Sehingga Ir. Lendo Novo memutuskan untuk bekerjasama dengan

pemilik yayasan Citra Nurul Falah mendirikan sekolah alam. Berawal

dari 3 orang siswa di Play Group kemudian bertambah menjadi 7

orang siswa. Hingga sekarang sekolah Citra Alam terus berkembang

dan membuka beberapa jenjang dari PG-TK sampai jenjang SMA.

Pendiri sekolah berpandangan bahwa setiap anak terlahir dengan

keunikannya dan mereka berhak untuk mendapatkan pendidikan yang

layak sesuai dengan Undang-Undang yang ada. Adapun pandangan

tersebut diwujudkan dalam bentuk visi, misi, serta tujuan sekolah.81

Sekolah Citra Alam beralamat di Jalan Damai II No. 54

Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan, didirikan pada tahun 2000 dengan

menerapkan kurikulum karakter yang berlandaskan Asmaul Husna,

integrated study pada pelajaran agama dengan pelajaran lainnya yang

dapat mengasah kepekaan siswa terhadap keberadaan Allah SWT.

Keinginan yang kuat dari Ir. Lendo Novo bersama ketua yayasan yang

menginginkan sekolah alternatif dengan konsep sekolah yang

81 Transkip Wawancara Kepala Sekolah (Ratu Meylani)

56

menyenangkan tetapi tetap mempunyai kekuatan di karakter. Sehingga

munculnya Sekolah Citra Alam yang bertujuan untuk mewadahi anak-

anak yang sulit untuk mengikuti kegiatan di sekolah yang formal.

Menurutnya sekolah adalah tempat yang menyenangkan.

Dalam perkembannya sekolah alam tidak hanya menawarkan

sekolah berbasis alam, tetapi juga menawarkan pendidikan inklusi dan

pendidikan karakter dimana karakter ini nantinya akan membentuk jati

diri pribadi, lalu jati diri keluarga, dan berkembang membentuk jati

diri bangsa. Sistem pendidikan di sekolah Citra Alam adalah

kolaborasi antara sistem pendidikan nasional dan sistem pendidikan

Sekolah Citra Alam itu sendiri. Kurikulum pada sekolah ini merupakan

kurikulum yang bermuatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

dengan pendekatan riset, inovasi dan aplikasi. Sekolah Citra Alam

dipercaya sebagai sekolah induk bagi beberapa sekolah dan menjadi

sekolah model bagi sekolah alam yang terjaring dalam Jaringan

Sekolah Alam Nasional (JSAN).

Gambar 4.1

Peta Adminitrasi Kelurahan Ciganjur

Pada saat ini Sekolah Citra Alam tingkat SMP memiliki sekitar

83 peserta didik. 14 siswa kelas 7A, 14 siswa kelas 7B dan 14 siswa

57

kelas 8A, 13 siswa kelas 8B, 13 siswa kelas 9A dan 14 Siswa kelas 9B.

Masing-masing kelas memiliki sekitar 1-4 anak berkebutuhan khusus.

2. Visi Sekolah Citra Alam

Visi Sekolah Citra Alam tingkat SMP sama dengan semua

jenjang pendidikan lainnya yaitu: “Mempersiapkan khalifah yang

berakhlak karimah, jujur bertanggung jawab, serta menebar kasih

sayang melalui pendidikan yang berkualitas berbasis alam dan

budaya”.82

Visi tersebut memberikan kesan bahwa sekolah citra alam

memiliki tujuan yang komprehensif. Dimana penekanan visi ini lebih

kepada penumbuhan karakter yang positif agar peserta didik menjadi

manusia yang berguna sebagai khalifah fil ard di muka bumi.

3. Misi Sekolah Citra Alam

Untuk mewujudkan visi sekolah, berikut adalah upaya-upaya

yang dilakukan sekolah dan dituangkan dalam misi:

a. Membentuk dan mempersiapkan pribadi yang mencintai dan

mengamalkan Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

b. Pendidikan diarahkan agar anak didik dapat menjadi anak yang

produktif (dalam ibadah dan bekerja), mandiri (dalam hidup dan

berusaha) dan berakhlak mulia pada alam dan manusia.

c. Membentuk pribadi yang diarahkan agar dapat mencintai belajar,

mencintai sesama makhluk Allah, berempati, berfikir kritis, dapat

memecahkan masalah

d. Membentuk pribadi yang dapat mengapresiasi budaya dan

kesenian.

e. Menyelenggarakan pendidikan yang menumbukan kepedulian dan

kecintaan terhadap alam.

82 Transkip Wawancara dengan Kepala Sekolah, Ratu Meylani. ( 24 Mei 2018).

58

f. Menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan potensi

intelektual, psikologi, fisik dan sosial yang diseimbangkan oleh

aspek spiritual, penanaman dan pengembangan karakter positif,

untuk menjadi masyarakat pembelajar yang bertanggung jawab.

Misi yang diusungkan sekolah adalah langkah untuk

mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Misi tersebut secara

keseluruhan menggambarkan program dan rangkaian kegiatan

yang di jalankan oleh sekolah Citra Alam. Program tersebut

meliputi penyelenggaraan ibadah. Pembentukan karakter dan

pengembangan bakat, selain itu yang terkandung dalam misi

tersebut adalah menumbuhkan kecintaan kepada sesama makhluk

Allah (sesama manusia dan alam sekitarnya). Misi tersebut

direalisasikan dengan rangkaian kegiatan yang di jalankan oleh

pembelajaran di sekolah Citra Alam. Dalam penyelenggaraan

ibadah siswa diarahkan untuk terbiasa melakukan kewajiban-

kewajiban ibadah seperti pada jam sholat seluruh siswa wajib

mengikuti shalat berjamaah di masjid, sebelum kegiatan belajar

mengajar dimulai, seluruh siswa wajib melakukan sholat dhuha.

Dalam proses pembelajaran juga dikaitkan dengan nilai-nilai

keagamaan seperti membaca doa, membaca Al-Qur‟an. Selain itu

siswa juga dibiasakan untuk hormat kepada guru-guru sebagai

orang tua di sekolah.

4. Filosofi Sekolah

a. Al-I’tibar

Mengambil pelajaran, memikirkan, mensyukuri nikmat dan

menggali rahasia alam ciptaan allah.

b. Al-Intifa’

Mengambil manfaat dan mendayagunakan sebaik-baiknya.

c. Al-Ishlah

Memperbaiki, menjaga kelestarian alam dan memelihara sesuai

dengan maksud penciptaan-nya.83

83 Brosur Sekolah Citra Alam Ciganjur.

59

Filosofi ini berkaitan dengan dasar-dasar pemikiran yang

menjadi acuan terselenggaranya sekolah Citra Alam dan kemudian

direalisasikan pada suluruh visi-misi, program, hingga seluruh

rangkaian kegiatan pembelajaran di sekolah Citra Alam.

5. Kurikulum Sekolah Citra Alam.

Kurikulum yang diterapkan di sekolah Citra Alam merupakan

kurkulum nasional yaitu kurikuum 2013 dan diperkaya dengan

kurikulum internasional.84

Kurikulum 2013 yang di terapkan dalam

sekolah Citra Alam sama dengan sekolah pada umumnya yaitu

bermuatan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pada prosesnya

pembelajaran tidak hanya mengacu pada kurikulum nasional saja tetapi

diperkaya dengan kurikulum internasional yang bermuatan riset,

inovasi, dan aplikasi.

Anak-anak tidak hanya mendapat pelajaran akademik seperti

sekolah-sekolah lain pada umumnya, namun juga mendapat

pengetahuan dan pengalaman melalui lingkungan hidup, kesenian,

outbond, sosialisasi dan lain-lain

6. Sarana dan Prasarana Sekolah Citra Alam

Sarana prasarana merupakan komponen penting dalam

pendidikan. Di sekolah sarana prasarana menjadi penunjang

terselanggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Maka sekolah

Citra Alam berupaya semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan

sekolah. Adapun data mengenai sarana dan prasarana sekolah Citra

Alam Ciganjur adalah sebagai berikut:

84 Transkip Wawancara Kepala Sekolah (Ratu Meylani)

60

Tabel 4.1

Tabel Sarana dan Prasarana Sekolah Citra Alam Tingkat SMP

No. Nama Fasilitas Fungsi

1 Ruang kelas 7 – 9 Ruang belajar

2 Kantor dan TU Ruang adminitrasi sekolah

3 Lab computer Praktik Komputer

4 Perpustakaan Ruang belajar, membaca, dll.

5 Kantin sehat Ruang makan warga sekolah

6 Masjid Tempat ibadah, sholat

berjamaah.

7 Green House Tempat praktik menanam,

beternak

8 Lapangan Lapangan bola, basket

9 Ruang Art Tempat membuat kesenian,

menyimpan projek kesenian

siswa

10 Ruang serba guna Ruang belajar, kumpulan

oraganisasi dll.

11 Area Parkir Parkir motor, mobil post satpam

12 Saung guru Istirahat guru

13 Koperasi Koperasi alat-alat tulis dll.

Seluruh bangunan di sekolah Citra Alam dibuat lebih terbuka

seperti sekolah alam pada umumnya. Fasilitas yang banyak terlihat

pada saat observasi adalah bangunan saung atau panggung yang

merupakan ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang

perpustakaan, dan ruang serbaguna. Di bawah panggung ruang TU

terdapat kantin, koperasi serta tempat makan yang terbuka. Di sekitar

kantin sekolah juga terdapat ruang tunggu untuk orang tua siswa,

ruang tunggu ini dibuat lesehan di bawah rumah panggung. Fasilitas

lain sebagai ciri khas dari sekolah alam adalah outbond dan fasilitas

bermain seperti sepeda, ayunan, dan lain-lain. Pada jam istirahat siswa-

siswi bermain di area sekolah menggunakan fasilitas permainan yang

ada.

61

Gambar 4.2

Saung kantor dan Ruang guru

Gambar 4.3

Ruang Kantin dan Mini Outbond

Fasilitas sekolah Citra Alam yang lain sebagai penunjang

proses pembelajaran adalah lab komputer, green house yang digunakan

sebagai tempat belajar menanam, dan kolam kecil untuk tempat belajar

ternak ikan. Di depan halaman sekolah terdapat lapangan basket, selain

untuk bermain basket lapangan ini digunakan untuk upacara pada hari

senin. Selain itu ada pula lapangan serbaguna yang terbuat dari rumput

halus, biasanya digunakan untuk aktivitas organisasi sekolah.

Gambar 4.4

Green House dan Kolam Ternak

62

Selain bangunan panggung ada pula bangunan lain yang

terbuat dari tembok yaitu ruangan kelas SMP dan masjid. Pada ruang

kelas SMP meskipun terbuat dari tembok namun tetap memberikan

unsur alami karena tembok tidak diwarnai dengan cat, yang terlihat

adalah tembok batu bata yang telah dihaluskan. Sehingga suasana

kelas sangat sejuk dan nyaman. Di dalam ruangan kelas sebagian

besar adalah jendela terbuka yang menghadap langsung ke pepohonan

tinggi di luar kelas. Sama seperti ruangan kelas, ruangan masjid yang

terdapat di sekolah Citra Alam juga bersifat terbuka tidak ada pintu

dan jendala pada masjid, keadaan masjid dapat terlihat jelas dari luar.

Selain itu, tempat wudhu masjid tersebut dibuat lebih terbuka, dan

toilet yang dibuat dari batu kali

7. Program dan Kegiatan Belajar Sekolah Citra Alam85

Tabel 4.2

Program dan Kegiatan Belajar

Regular Activity

Sholat Dhuha,

Asma‟ul Husna,

dan Dhuhur

berjamaah

1. Melatih siswa dalam

beribadah secara benar

dengan penghayatan

2. Membangun kebersamaan

dalam berjama‟ah

3. Membangun nilai-nilai

positif, tanggung jawab dan

kedisiplinan siswa

Pembiasaan,

reflesksi

(penghayatan),

kultum

Snack Time dan

Lunch

4. Menanamkan nilai dan etika

makan yang tepat dan baik

kepada siswa

5. Menumbuhkan rasa syukur

dan menghargai terhadap

pemberian Allah.

6. Menumbuhkan suasana

keakraban dan rasa peduli

diantara sesama teman

Bersama-sama

di bawah

pengamatan

dan

pengarahan

dari guru kelas

85 Brosur Sekolah Citra Alam PG/TK, SD, SMP dan SMA.

63

Circle Time 1. Menanamkan nilai-nilai

karakter, kebersamaan,

teamwork, dan persahabatan

2. Proses edukasi dan

pembelajaran

3. Menguatkan ikrar diri sebagai

hamba dan makhluk Allah

Dilakukan

pada setiap

hari senin,

antara lain

dalam bentuk

game, refleksi

dan juga

upacara.

Kegiatan Belajar

Mengajar sesuai

kurikulum sekolah

1. Menumbuhkan kemauan dan

semangat pembelajar dalam

diri setiap siswa

2. Membangun kemandirian dan

keterampilan belajar siswa

3. Mengoptimalkan potensi dan

kecerdasan siswa

Active

Learning,

eksplorasi,

game,

collaborative

learning, CTL,

SCAM, Home

Visit, dan

lainnya.

Peak Activity

Fieldtrip 1. Mengamati dan mempelajari

media atau objek

pembelajaran yang tidak bisa

dihadirkan di kelas/ sekolah

2. Mengkontekstualkan

pembelajaran di

kelas/sekolah ke dalam realita

atau praktik yang lebih

konkrit.

3. Belajar “real word”, sesuai

konteksnya, dan menjadikan

siswa memiliki learning

experience yang sesuai

dengan fakta dan kenyataan

yang sebenarnya.

Outing ke

tempat/objek

yang

memenuhi

tujuan

pembelajaran

Assembly dan

Exhibisi

1. Aktualisasi dan ekspresi

pembelajaran siswa dalam

bentuk performance

2. Mengkomunikasikan pesan-

pesan pembelajaran dalam

karya dan penampilan

Hasil karya,

drama, music,

dan presentasi

Special Activity

MOS (Masa

Orientasi Siswa

1. Mempersiapkan siswa belajar

di sekolah dengan melakukan

pengenalan kepada guru,

Kolaborasi

kegiatan di

dalam dan di

64

lingkungan, fasilitas, dan

program.

2. Memberikan beberapa

kegiatan warming up seperti

parade, art, workshop, dan

lain-lain.

luar kelas

ParAde (Pekan

Ramadhan

Edukatif)

1. Menanamkan esensi nilai-

nilai keagamaan dalam

kehidupan siswa

2. Menerapkan praktif

keagamaan secara

menyeluruh dan

berkesinambungan

3. Menumbuhkan kepekaan dan

kepeduliaan sosial terhadap

sesama.

Pendalaman

agama Iqro,

dzikir,

eksplorasi

karya diri,

serta mengkaji

pengetahuan

ramadhan atau

topik lain yang

dapat

meningkatkan

keimanan

siswa

bakti atau aksi

sosial.

Camping (SD dan

SMP)

1. Mengasah keberanian,

kemandirian, kerja sama,

inovasi, dan kepedulian

siswa.

2. Membentuk karakter yang

kuat dan solutif dalam

kebutuhan survive hidupnya

Pembiasaan

diri

Game dan

Timework

Interaksi dan

Eksplorasi

Alam

Environment Day 1. Menanamkan nilai-nilai

kecintaan dan kepeduliaan

terhadap alam dan

lingkungan

2. Menumbuhkan pribadi yang

bijak dan arif dalam

membangun hubungan

dengan alam

Peringatan

hari-hari besar

lingkungan

Workshop,

pameran dan

performance

lainnya

Islamic Day 1. Menanamkan esensi nilai-

nilai keagamaan dalam

kehidupan siswa

2. Memahami sejarah Islam dan

pentingnya bagi kehidupan

saat ini dan masa depan

Peringatan

hari-hari besar

Islam

Refleksi,

lomba,

pameran, dan

performance

lainnya

National Day 1. Menanamkan esensi nilai- Peringatan

65

nilai ke-Indonesia-an dalam

kehidupan siswa

2. Memahami sejarah bangsa

dan negara serta pentingnya

bagi kehidupan saat ini dan

ke depan

hari-hari besar

Nasional

Refleksi,

lomba,

pameran dan

performance

lainnya.

PAT (Perayaan

Akhir Tahun)

1. Mengapresiasi hasil karya

siswa dan pertunjukan siswa

2. Membangun kerja sama yang

sinergis antar guru, siswa dan

juga orang tua siswa

Sesuai dengan

ide, gagasan

serta konsep

acara.

B. Hasil Penelitian

1. Perencanaan Pembelajaran IPS

a. Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP)

Pada awal tahun pelajaran Sekolah Citra Alam melakukan rapat

koordinasi. Rapat koordinasi berisi pemaparan dari setiap guru kelas

mengenai penentuan tema belajar dan persiapan guru kelas membuat

RPP sesuai silabus.

Penentuan tema belajar setiap tahunnya, dengan

menggabungkan setiap mata pelajaran dalam satu tema. Tema belajar

ditentuntukan dengan melihat keseluruhan materi pada masing-masing

mata pelajaran. Biasanya beberapa mata pelajaran digabungkan dalam

satu tema belajar.

Namun pada semester ini, tema belajar berbeda-beda pada

masing-masing mata pelajaran. Tema belajar Mata pelajaran IPS pada

semester ganjil adalah “Cintai Negeri, Isi Kemerdekaanya!”. Tema ini

melihat secara keseluruhan isi materi IPS yang dipelajari pada

semester itu. Sebagian besar adalah mata pelajaran sejarah yang juga di

dalamnya berisi materi pemaparan proses kemerdekaan Indonesia dan

pasca kemerdekaan. Sehingga dipilih satu tema besar yang tepat dan

menggambarkan isi materi secara keseluruhan.

Hasil wawancara menunjukan di sekolah Citra Alam Rencana

Perangkat Pembelajaran atau RPP disebut dengan weekly plan.

66

Sedangkan silabus disebut dengan lesson plan. Namun hasil observasi

weekly plan untuk perencanaan pembelajaran IPS ditulis dalam format

yang sama dengan RPP yang membedakan hanya terdapat tema yaitu

“Cintai Negeri, Isi Kemerdekaanya dan sub tema yaitu“

Mempertahankan Kemerdekaan”. Menurut konfirmasi bahwa weekly

plan yang dibuat dengan format RPP bersifat sementara karena masih

pada awal materi. Penyususnan RPP atau disebut dengan weekly plan

dilakukan oleh seluruh guru mata pelajaran dengan tetap mengacu

pada kurikulum nasional. Hasil observasi dan wawancara menunjukan

bahwa guru-guru sekolah Citra Alam khususnya guru IPS

mempersiapkan weekly plan sebelum pembelajaran.

Unsur-unsur yang tertulis dalam Rencana Perangkat

Pembelajaran atau RPP IPS di sekolah Citra Alam meliputi

kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator hasil belajar, tujuan

pembelajaran, rincian materi yang akan disampaikan, metode

pembelajaran yang digunakan, media, alat dan sumber belajar,

langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan terakhir penilaian

pembelajaran.

b. Kurikulum dan Kompetensi Guru

Sama seperti sekolah lain kurikulum mata pelajaran IPS di

sekolah Citra Alam mengikuti kurikulum nasional yaitu kurikulum

2013, yang memuat kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagai

berikut:

1) Kompetensi Inti

a) K-1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

b) K-2. Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan

keluarga, teman, guru dan tetangga.

c) K-3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati

(mendengar, melihat, membaca, dan menanya berdasarkan rasa

ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

67

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan

disekolah.

d) K-4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,

sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan

yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

2) Kompetensi Dasar

a) Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan

waktu dengan segala perubahannya.

b) Menunjukkan perilaku rasa ingin tahu, peduli, menghargai dan

tanggung jawab terhadap kelembagaan sosial, budaya,

ekonomi, dan politik

c) Memahami usaha mempertahankan kemerdekaan

d) Menyajikan hasil pemahaman usaha mempertahankan

kemerdekaan.

Kurikulum 2013 diterapkan di Sekolah Citra Alam pada tahun

2015.

Terkait kompetensi guru, guru IPS sekolah Citra Alam

mengembangkan silabus sendiri. Selain itu guru IPS melakukan

pemetaan stadndar kompetensi dasar pada mata pelajaran IPS. Tujuan

pemetaan standar kompetensi dasar ini untuk mengidentifikasi materi

pembelajaran, melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

dan memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan.86

Pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan guru IPS sesuai dengan isi kurikulum

dan mengkaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

86 Jakiatin Nisa, dkk, Identifikasi Pembelajaran IPS Berbasis Literasi Geografi Dalam

Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan Peserta Didik, (FITK UIN Jakarta: Sosio Didaktika,

2017), hlm.6.

68

2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS

Pelaksanaan di sekolah Citra Alam dimulai dari pukul 07.30 WIB

sampai dengan pukul 15.00, pada jam 07.30-08.00 adalah persiapan kelas.

Dimana pada jam ini kegiatan siswa sebelum pembelajaran adalah sholat

dhuha berjamaah, dilanjut dengan membaca Al-Quran dan membersihkan

kelas. Kegiatan ini adalah rutinitas sebelum pembelajaran dimulai selama

30 menit. Proses pembelajaran di dalam kelas dimulai dengan sesi enjoy

moment yaitu perbincangan hangat antara siswa dengan guru kelas. Enjoy

moment sebelum pembelajaran ini memiliki tujuan mempersiapkan

kondisi siswa dalam menerima pelajaran dengan memberikan pemanasan

berupa perbincangan santai dan terbuka.

Pemberian materi per-mata pelajaran dimulai pukul 08.00 sampai

pukul 09.20 kurang lebih 1 jam 20 menit untuk jam pertama. Setelah jam

pertama selesai dilanjutkan dengan istirahat pertama yaitu dari pukul

09.20-09.50 kurang lebih 30 menit untuk waktu istirahat. Proses

pembelajaran dilanjutkan kembali pada pukul 09.50-11.40 dalam waktu ini

siswa dapat menerima 2 mata pelajaran. Kegiatan siswa selajutnya yaitu

ISHOMA, dimana pada jam ini siswa melakukan kegiatan sholat

berjamaah di masjid bersama seluruh siswa dan guru. Setelah selesai

sholat berjamaah adalah waktu free play dan snack time. Pada waktu ini

siswa biasanya membeli makanan di kantin sekolah, setelah makan selesai

beberapa siswa memilih bermain di sekitar sekolah dengan fasilitas yang

ada seperti outbond, bermain sepeda dan permainan lain. Pembelajaran di

lanjutkan kembali pada pukul 13.00-14.30. Pada jam ini siswa mendapat 2

mata pelajaran. Kemudian pada pukul 14.30-14.40 adalah penutup

kegiatan pembelajaran berupa doa dan refleksi.

Penelitian dilakukan di kelas 9B yang memiliki jadwal pelajaran

hari senin meliputi mata pelajaran matematika, setelah enjoy moment,

PKN, dan bahasa Indonesia. Pada hari selasa, setelah dhuha atau gym

adalah peajaran PAI, sosial, dan bimbingan konseling, biologi dan

matematika. Untuk hari rabu diisi dengan mata pelajaran BBQ (belajar

69

baca Qur‟an), Bahasa Indonesia, fisika, dan musik. Sedangkan untuk hari

kamis pembelajaran diisi dengan English, outbond, mata pelajaran ART

dan biologi. Kemudian hari aktif terakhir siswa atau hari jumat diisi

dengan sosial, English, Drama, dan uji coba ujian nasional, yaitu khusus

untuk kelas 9.

Secara garis besar mata pelajaran yang didapat di sekolah Citra

Alam seperti sekolah konvensional pada umumnya di sekolah Citra Alam

siswa mendapat mata pelajara umum seperti matematika, Bahasa

Indonesia, IPS/Sosial, B. Inggris, IPA, PAI dan bimbingan konseling,

namun ada beberapa mata pelajaran yang berbeda dikarenakan selain

mengacu pada kurikulum nasional sekolah Citra Alam juga memiliki

kurikulum lokal. Maka selain mata pelajaran umum seperti biasanya,

sekolah Citra Alam memiliki mata pelajaran khusus seperti musik,

ART/kesenian, BBQ, drama dan outbond, selain yang tergabung dalam

mata pelajaran ada pula program khusus sekolah seperti kegiatan gym

setiap hari kamis atau menanam tanaman dan kegiatan outing atau

kunjungan ke suatu tempat. Hal ini sejalan dengan tujuan dari sekolah

alam itu sendiri yaitu selain memiliki kemampuan bidang akademis

sekolah alam juga mengasah kemampuan siswa dalam bidang lain melalui

pengalaman-pengalaman atau life skill.

Proses pembelajaran di sekolah Citra Alam secara umum dapat

berbentuk pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas namum masih di

sekitar lingkungan sekolah. Selain itu juga setiap satu tahun pembelajaran

terdapat kegiatan outing atau kunjungan ke suatu tempat yang

berhubungan dengan seluruh materi pelajaran secara terorganisir dalam

waktu. 70% pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam dilakukan di luar

kelas menggunakan fasilitas yang ada di area sekolah, atau sekedar belajar

di luar untuk variasi pembelajaran seperti di halaman sekolah.

Pada pelaksanan pembelajaran IPS diperoleh data mengeanai proses

pembelajaran IPS meliputi:

70

a. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran dikembangkan sendiri oleh guru IPS

melihat pada silabus. Materi yang disampaikan guru IPS pada saat

observasi dibagi menjadi dua, observasi pertama yaitu

“mempertahankan kemerdekaan” materi ini disampaikan di dalam

kelas atau disebut dengan pembelajaran indoor, dan materi yang

kedua yaitu perubahan sosial, materi yang kedua ini dilakukan dengan

pembelajaran di luar kelas. Hasil wawawancara terkait dengan

pembelajaran di luar kelas dan bagaimana mengkaitkan antara materi

dengan lingkungan sekitar.

Hasil wawancara tersebut menyebutkan bahwa tidak semua

materi IPS dilakukan di luar kelas, hal ini karena guru IPS melihat

pada karakteristik materi pelajaran dan kondisi siswa. Jika sekiranya

lebih efektif dilakukan di dalam kelas, maka pembelajaran akan

dilakukan di dalam kelas, pun sebaliknya. Namun pembelajaran di

dalam kelas juga dilakukan dengan situasi yang aktif. Kemudian tidak

semua materi pembelajaran IPS dikaitkan dengan lingkungan sekitar.

materi yang biasa dikaitkan dengan lingkungan sekitar adalah

sosiologi, geografi dan ekonomi. Misalnya tentang perubahan sosial.

siswa dihadapkan dengan masyarakat langsung untuk menanyakan

perubahan sosial yang dirasakan selama beberapa tahun. Pertanyaan

yang di tanyakan meliputi apa yang berubah dan dampaknya terhadap

masyarakat itu sendiri sendiri.

b. Sumber Pembelajaran

Sumber belajar yang digunakan guru IPS sekolah Citra Alam

tidak hanya mengandalkan bahan ajar dalam buku paket, tetapi juga

memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah. Hasil wawancara

menyebutkan bahwa guru IPS mengandalkan lingkungan sekitar

sebagai sumber belajar. Yang biasa dijadikan sumber belajar oleh guru

IPS adalah area sekolah, koperasi, museum, dan beberapa lembaga

71

ekonomi sekitar sekolah. Cara penerapannya misalnya pada mata

pelajaran geografi yaitu pada materi pengetahuan peta, siswa-siswa

ditugaskan membuat peta yang simbol-simbol nya dibuat dari ranting

pohon, daun atau lainnya.

Hasil observasi menunjukan bahwa guru IPS sekolah Citra

Alam telah memanfaatkan lingkungan masyarakat sebagai sumber

belajar yaitu pada mata pelajaran sosiologi, terkait materi perubahan

sosial. Dimana siswa menanyakan secara langsung kepada masyarakat

sebagai sumber atau saksi mata terkait perubahan sosial yang terjadi.

Hasil observasi juga menunjukan meskipun menggunakan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar tetapi sumber pembelajaran

pada buku paket tetap sebagai sumber utama dalam pembelajaran IPS.

c. Metode Pembelajaran

Berdasarkan hasil konfrimasi dari berbagai sumber wawancara

pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam banyak menggunakan metode

pembelajaran discovery learning, problem solving, dan project based

learning. Pada kegiatan observasi, metode pembelajaran IPS yang

digunakan oleh guru IPS pada materi sejarah adalah discovery

learning, pada prosesnya pembelajaran discovery learning ini

dipadukan dengan metode pembelajaran menarik yaitu half stay-half

stray. Pembelajaran ini secara sistematis dijabarkan dalam langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Guru meminta siswa untuk duduk sesuai anggota kelompoknya

2) Guru menjelaskan awal kedatangan sekutu setelah kemerdekaan

dan sikap yang saat itu diambil Indonesia (mengamati) siswa

bertanya tentang hasil pengamatannya (menanya)

3) Siswa lain dibolehkan untuk menjawab

4) Guru memberikan dan meluruskan materi yang tepat

72

5) Guru memberikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok

dan masing-masing kelompok memilih 3 amplop yang berisi

materi yang berbeda (perjuangan bersenjata di berbagai daerah

dan berbagai diplomasi)

6) Siswa melakukan diskusi untuk menuliskan ringkasan dari materi

yang didapat (mengolah informasi)

7) Dalam kelompok tersebut sebagian diam di tempat untuk menjadi

pemateri sebagian lagi berkeliling mencari materi (menalar)

8) Siswa kembali berdiskusi untuk menentukan mana yang benar

dan mana yang salah kemudian menuliskannya (literasi)

9) Perwakilan kelompok memprsentasikan kronologi yang paling

tepat tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan

(mengkomunikasikan)87

Dalam proses mengaplikasikannya metode pembelajaran ini

dikemas dalam teknik pembelajaran ceramah singkat (menjeskan

materi), kerja kelompok, diskusi, presentasi dan game.

d. Media dan Alat Pembelajaran

Guru IPS sekolah Citra Alam memahami bahwa media

pembelajaran adalah faktor penting untuk mencapai hasil belajar yang

diharapkan. Media pembelajaran yang digunakan guru IPS sekolah

Citra Alam beragam namun cenderung konvensional. Yang paling

sering digunakan dalam pembelajaran IPS adalah media pembelajaran

jenis audio-visual salah satunya adalah proyektor. 88

Persepsi guru IPS menyatakan bahwa media pembelajaran

yang digunakan harus bersifat mengaktifkan siswa. Namun

kenyataannya guru IPS juga banyak menggunakan media konvensional

dalam proses pembelajaran IPS seperti media gambar yang ditulis di

papan tulis, kertas karton dll.

87 RPP IPS Kelas 9 Semester 1 Sekolah Citra Alam. 88 Transkip Wawancara Guru IPS (Bani Jamaludin)

73

Adapun alat belajar yang digunakan dalam pembelajaran IPS

berdasarkan hasil pengamatan dan dokumentasi yaitu alat-alat tulis dan

white board. Pada materi sejarah guru IPS biasa menggunakan amplop

sebagai alat belajar yang berisi ringkasan materi, dinamakan amplop

perjuangan . Dari amplop yang diberikan, masing-masing kelompok

menulis kembali materi dalam amplop, ditulis pada lembaran kertas

yang tersedia, kemudian mencari materi yang berbeda dari kelompok

lainnya.

e. Proses dan Interaksi Pembelajaran

Proses pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam secara umum

dapat berbentuk pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas namum

masih di sekitar lingkungan sekolah. Selain itu juga setiap satu tahun

pembelajaran terdapat kegiatan outing atau kunjungan ke suatu tempat

yang berhubungan dengan seluruh materi pelajaran secara terorganisir

dalam waktu tertentu.

1) Pembelajaran di dalam kelas

Pembelajaran di dalam kelas meliputi kegiatan pembuka,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pembuka setelah

kegiatan enjoy moment, guru menkondusifkan kelas, mengucapkan

salam berdoa melakukan absensi, dan menyampaikan tujuan

pembelajaran. Materi yang dipelajari saat penulis melakukan

penelitian adalah “mempertahankan kemerdekaan”. Dalam

kegiatan pembuka guru bersama dengan siswa menyanyikan lagu

maju tak gentar dengan suara yang lantang agar membangkitkan

semangat siswa di awal pembelajaran. Sambil menyanyikan lagu,

juga diiringi dengan mengoper benda. Siswa yang mendapat

bendanya di saat lagu berhenti harus maju ke depan dan

memberikan kata-kata mutiara. Setelah kegiatan ice breaking

tersebut, guru menyampaikan apersepsi menanyakan bagaimana

nasib Indonesia setelah Jepang kalah pada perang dunia 2? Disini

74

siswa berlomba-lomba mengemukakan pendapat dan bertanya

kepada guru di kelas. Apersepsi ini sekaligus sebagai kegiatan

review mata pelajaran sebelumnya yaitu tentang perang dunia

kedua. Setelah berbincang-bincang dan saling memgemukakan

pendapat, guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok. Masing-

masing kelompok diberi nama pahlawan-pahlawan Indonesia.

Selanjutnya adalah kegiatan inti. Setiap pembelajaran

biasanya guru akan menanyakan apakah akan belajar indoor atau

outdoor. Pada materi saat itu kelas 9B memilih untuk indoor atau

di dalam kelas. Kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan

mengerjakan tugas kelompok. Metode yang digunakan guru saat

belajar di dalam kelas adalah half stay-half stray. Guru

memberikan lembar kerja siswa yang dinamakan amplop

perjuangan, kepada setiap kelompok dan masing-masing kelompok

memilih 3 amplop yang berisi materi yang berbeda (perjuangan

bersenjata diberbagai daerah dan berbagai diplomasi). Siswa

melakukan diskusi untuk menuliskan ringkasan materi yang

didapat. Setelah selesai menuliskan ringkasan sebagian anggota

berkeliling mencari materi lain pada kelompok yang lainnya. Disini

setiap kelompok berlomba-lomba mencari sebanyak-banyaknya

informasi dari kelompok lain dan menuliskannya pada lembar kerja

siswa. Pada kegiatan ini pula pembelajaran terlihat sangat aktif dan

bersemangat.

Gambar 4.5

Proses Belajar Mengajar di Dalam Kelas

75

Guru sekolah Citra Alam dalam mengajar memang

diharuskan untuk aktif mengiringi siswa. Dalam aktivitasnya guru

memandu siswa yang kurang dan lambat dalam bekerja. di kelas

9B ada sekitar 2 anak yang berkebutuhan khusus (ABK) yang

harus mendapat panduan khusus dari guru kelas saat mengerjakan

tugas. Selain itu guru juga turut aktif menyemangati dan

memotivasi siswa saat belajar. Guru akan memberikan kejutan

hadiah untuk kelompok yang baik dalam bekerja sama dan banyak

mengumpulkan informasi. Di dalam kelas guru hampir tidak duduk

di kursi. Aktivitas guru sangat aktif dalam memotivasi, mengecek

tugas, dan memandu tugas siswa.

Pada prosesnya meskipun belajar di dalam kelas siswa dan

guru tetap terlihat aktif. Jarak antara peserta didik dan guru sangat

dekat dan hangat hampir seluruh siswa terlihat banyak bertanya

kepada guru dan diiringi candaan-candaan saat belajar. Mereka

juga dibebaskan untuk duduk lesehan atau dikursi. Mengingat

kebanyakan siswa-siswi di sekolah Citra Alam memang memiliki

gaya belajar yang kinestetik. mereka tidak bisa berlama-lama

duduk diam. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari guru IPS yang

berpendapat bahwa:

Di sekolah alam mereka senang pembelajaran yang aktif dan

terlibat. seperti diskusi dengan teman-temannya. Kalau

sekolah konvensional mereka lebih cenderung senang jika

guru nya saja yang menjelaskan. mereka tinggal

mendengarkan dan menulis.”89

89 Transkip Wawancara dengan Guru IPS. ( 24 Agustus 2018).

76

Setelah proses diskusi dan mencari informasi selesai guru

mengumumkan pemenang kelompok yang mendapatkan hadiah.

Pemenang kelompok adalah kelompok 4 dan mendapatkan reward

berupa tolak angin dengan alasan dari guru orang pintar minum

tolak angin. Kegiatan selanjutnya adalah menulis rangkuman

masing-masing siswa secara bergiliran mengisi kolom di papan

tulis berupa tanggal dan peristiwa sejarahnya. Misalnya peristiwa

Bandung lautan api beserta tanggalnya. Siswa yang belum

mendapat giliran menulis di papan tulis, mencatat di buku tulisnya.

Setelah proses kegiatan inti selesai selanjutnya adalah

kegiatan penutup. Sebelum menyimpulkan bersama-sama, guru

meminta salah satu siswa untuk menyimpulkan materi yang

didapat serta kesan dan pesan pembelajarannya, apakah senang

atau bosan. Setelah itu, guru memberikan pesan mengenai

pentingnya kerjasama dalam kelompok serta menghargai pendapat

teman dan peduli terhadap lingkungan. Terakhir ditutup dengan

penjelasan materi pembelajaran selanjutnya dan doa bersama.

Pada prosedurnya kegiatan pembelajaran di sekolah Citra

Alam sama dengan sekolah pada umumnya meliputi kegiatan

pembuka, kegiatan inti, dan penutup secara sistematis. Pada

kegiatan inti pembelajaran juga merujuk pada proses belajar K13

yaitu mengamati, menanya mengolah informasi, menalar, literasi

dan mengkomunikasikan kemudian dijabarkan pada langkah-

langkah pembelajaran/kegiatan inti.

Yang membedakan secara garis besar adalah suasana kelas

yang lebih santai dan lebih menyenangkan pada sekolah alam.

Pembelajaran juga dipengaruhi atas kemauan siswa. Namun guru

juga tetap berperan penting dalam pencapaian proses pembelajaran

di kelas. Karena tetap pada prinsip dasarnya bahwa sekolah alam di

buat oleh Ir. Lendo Novo sebagai alternatif sekolah yang lebih

menyenangkan dan pro terhadap anak, sesuai dengan apa yang

77

menjadi latar belakang didirikannya sekolah alam oleh Ir. Lendo

Novo. Hal ini juga di ungkapkan oleh kepala sekolah Citra Alam:

”Yang melatarbelakangi adanya sekolah alam adalah

berawal dari kepedulian seorang pengamat pendidikan

yaitu Ir. Lendo Novo yang mempunyai sifat ADHD,

semacam hiperaktif, beliau ingin membuat sekolah yang

ramah dan pro terhadap anak-anak yang tidak bisa diam

dan duduk manis di sekolah”.90

2) Pembelajaran di luar kelas

Pembelajaran di luar kelas adalah pembelajaran peserta

didik di luar kelas (outdoor learning), namun masih mencakup

lingkungan sekolah. Pembelajaran di luar ini biasanya dilakukan

di kawasan sekolah itu sendiri mengandalkan fasilitas yang ada

dan di luar kawasan sekolah namun tidak jauh jaraknya dengan

sekolah. Misalnya di masyarakat atau di pemukiman sekitar

sekolah Citra Alam.

Untuk pembelajaran IPS itu sendiri, pada semester ganjil,

guru kelas memilih untuk melakukan pembelajaran di luar kelas

mengandalkan masyarakat sekitar sekolah. Materi yang dipelajari

saat penulis melakukan kegiatan penelitian adalah “Perubahan

Sosial” yang merupakan bagian dari mata pelajaran sosiologi.

Secara sistematis pembelajaran di luar kelas juga mencakup

kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Pada kegiatan pembuka guru mengucap salam, melakukan

absensi kelas dan kemudian menjelaskan cara pengerjaan

kegiatan pembelajaran di luar kelas. Guru membagikan siswa ke

dalam beberapa kelompok. satu kelompok beranggotakan 2

orang, masing-masing kelompok diberi nama tokoh-tokoh

sosiologi seperti Selo Soemardjan. Dalam satu kelompok satu

anggota bertugas sebagai reporter dan satu anggota lain bertugas

sebagai dokumenter. Setelah itu guru memberikan instrumen

90 Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah, Ratu Meylani. ( 24 Mei 2018).

78

pertanyaan yang akan ditanyakan siswa kepada masyarakat yang

berumur lebih dari 18 tahun. Guru memberikan waktu satu jam

kepada siswa untuk mencari narasumber dan menanyakan terkait

perubahan sosial di masyarakat secara sistematis berdasarkan

pertanyaan yang ada dalam pedoman wawancara yang diberikan

guru. Isi dari pedoman wawancara meliputi 3 pertanyaan untuk

narasumber dan satu pertanyaan dijawab oleh kelompok sendiri.

Tabel 4.3

Instrumen Pertanyaan Siswa

Pertanyaan Sumber

Bagaimana kondisi masyarakat 10

tahun yang lalu

Masyarakat

Apa perbedaan kondisi

masyarakakat 10 tahun lalu dengan

kondisi masyarakat saat ini

Masyarakat

Bagaimana sikap ibu/bapak

menghadapi perbedaan-perbedaan

tersebut

Masyarakat

Apa itu perubahan sosial-budaya

menurut para ahli yang menjadi

nama kelompok mu (misal menurut

Kingsley Davis)

Siswa

Dalam prosesnya beberapa siswa ada yang memlilih untuk

melakukan wawancara pada para guru dan staff sekolah, adapula

yang memilih wawancara ke masyarakat di luar kawasan sekolah.

Setelah kegiatan wawancara selesai, selanjutnya adalah

pengumpulan tugas. Teks pedoman wawancara yang sudah diisi

diperiksa oleh guru kelas. Kemudian guru menyuruh semua

kelompok untuk mempresentasikan hasil wawancara di depan

teman-teman kelas, berikut juga siswa menjelaskan kesan-kesan

pembelajaran.

79

Gambar 4.6

Proses Pembelajaran di Luar Kelas

Kegiatan penutup pembelajaran diakhiri dengan guru

memberikan kesimpulan pembelajaran dengan singkat terkait

dengan materi perubahan sosial budaya. Setelah itu guru bersama

siswa menonton hasil dokumentasi siswa-siswi saat malakukan

wawancara. Seperti biasaanya setiap pembelajaran terdapat sesi

enjoy moment antara guru dan siswa. Enjoy moment dilakukan

dengan melihat hasil dokumentasi masing-masing kelimpok secara

bergiliran. Disini siswa dan guru berbincang-bincang sambil

bercanda. Secara tidak langsung guru juga sesekali melemparkan

pertanyaan terkait dengan materi dan secara spontan siswa juga

memberikan jawaban.

Pada intinya pembelajara di luar kelas secara prosedur sama

dengan pembelajaran indoor. Meliputi kegiatan pembuka, kegiatan

inti dan penutup. Pada pembelajaran di luar kelas guru hanya

sedikit menyampaikan gambaran materi. Peserta didik langsung ke

lapangan untuk melakukan wawancara. Sebelumnya guru hanya

menjelaskan intruksi terkait kegiatan wawancara serta gambaran

materi secara singkat sekitar 15 menit. Pendekatan pembelajaran

80

yang di tekankan oleh guru IPS adalah student center 60%

pembelajaran berpusat pada siswa.

70% proses pembelajaran di sekolah Citra Alam adalah

pembelajaran di luar kelas (otdoor learning). Untuk mata pelajaran

IPS itu sendiri pemilihan pembelajaran indoor atau outdoor

disesuaikan dengan jenis materinya. Jika pembelajaran lebih efektif

dilakukan di dalam kelas seperti mata pelajaran jenis hitungan,

maka pembelajaran akan dilakukan di dalam kelas. Namun jika

materi pembelajaran bisa memanfaatkan sarana lingkungan sekitar

sekolah, pembelajaran akan dilakukan di luar kelas. Menurut guru

IPS sendiri bahwa konsep pembelajaran di luar kelas adalah

bagaimana caranya menggunakan sarana lingkungan sekolah Citra

Alam beserta lingkungan di luarnya atau warga masyarakat sebagai

media pembelajaran.

Pendekatannya lebih kepada active learning dan

integrative dalam artian memadukan berbagai konsep

maksudnya adalah IPS itu bukan hanya belajar di kelas

dan mendengarkan tetapi bagaimana caranya

menggunakan sarana lingkungan sekolah Citra Alam

beserta lingkungan di luarnya atau warga masyarakat

sebagai media pembelajaran. Jadi siswa-siswa di sekolah

Citra Alam 80% belajar diluar. Karena kecenderungan

siswa sekolah Citra Alam jika kebanyakan di kelas tidak

bisa, standar anak disana maksimal 20 Menit adalah

materi selebihnya eksplor di luar tergantung dengan materi

pelajaran. Jika sejarah biasanya pembelajaran berbentuk

projek dengan menggunakan metode role playing. Siswa

siswi membuat projek berupa film yang menggarap

semacam produser, sutradara dan propertinya adalah anak-

anak. Jika ekonomi anak-anak di arahkan kedunia nyata

misalnya ke warung, koperasi bahkan mereka belajar

entrepreneur. Jika Sosiologi misalnya tentang perubahan

sosial biasaya siswa di tugaskan ke masyarakat untuk

menanyakan secara langsung.”91

91 Transkip Wawancara Guru IPS, ibid.

81

3) Pembelajaran di luar area sekolah (outing)

Outing merupakan bagian dari proses pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa mengaplikasikan ilmu-ilmu

yang telah di pelajari di sekolah. Kegiatan outing direncanakan

oleh guru kelas pada awal tahun ajaran yang kemudian

didiskusikan dengan para orang tua siswa. Setelah itu guru dengan

beberapa orang tua siswa melakukan survei awal ke tempat-tempat

yang akan di tuju.

Sebelum kegiatan outing ke tempat tujuan seluruh

siswa dan guru melakukan simulasi yaitu 3 hari sebelum

keberangkatan, agar tujuan kegiatan outing bisa tercapai terkait

waktu, dan kegiatan yang akan di lakukan di tempat berjalan

dengan baik.

Tempat tujuan untuk pembelajaran outing adalah

Gunung Salak yang berada di Kabupaten Bogor. Pembelajaran

outing ini diikuti oleh guru dan siswa SMP sekolah Citra Alam.

Kegiatan yang dilakukan adalah camping selama 3 hari. Seperti

yang tercantum pada program dan kegiatan sekolah Citra Alam

bahwa tujuan dari pada program outing berupa kegiatan camping

bertujuan untuk mengasah keberanian, kemandirian, kerjasama,

inovasi, dan kepedulian siswa. Tujuan lain yang tertulis dalam

program adalah membentuk karakter yang kuat dan solutif dalam

kebutuhan survive hidupnya.

Setiap guru mata pelajaran disini memandu siswa dan

siswi untuk mengaplikasikan materi yang sudah dipelajari di kelas.

Misalnya untuk mata pelajaran IPS sendiri siswa-siswi

mengkaitkan kegiatan dengan bagaimana kenampakan alam di

tempat kegiatan, ekosistem, hidrosfer, geosfer, lithosfer yang

tergabung dalam mata pelajaran geografi. Sedangkan untuk mata

pelajaran sejarah dan sosiologi siswa-siswa mengkaitkan dengan

nilai norma sosial dan sejarah lokal. Untuk mata pelajaran ekonomi

82

siswa-siswi dapat mengkaitkan dengan aktivitas ekonomi

penduduk, proses ekonomi dan keuangan.

Tidak ada prosedur yang jelas mengenai jalannya

pembelajaran IPS pada kegiatan outing. Guru hanya memberikan

intruksi kepada siswa-siswi agar bisa menghubungkan apa saja

yang ditemui, dirasakan, dan dilaksanakan dengan beberapa materi

IPS yang telah di pelajari, termasuk beberapa materi yang telah di

sebutkan di atas. Hal ini sesuai dengan pertnyataan dari guru IPS

bahwa materi IPS bertujuan untuk mengenalkan sebuah materi

dasar terkait dengan ilmu sosial untuk di terapkan pada dunia

nyata. Mengenalkan bahwa IPS bukan hanya sekedar materi, tetapi

IPS adalah kehidupan sehari-hari.

“Menurut saya tujuan pembelajaran IPS secara umum

mengenalkan sebuah materi dasar terkait dengan ilmu

sosial maupun yang ada di dalam nya. Terkait dengan

masyarakat dan bagaimana caranya menerapkan dunia

nyata kepada mereka. mengenalkan bahwa IPS bukan

hanya sekedar materi, IPS adalah kehidupan sehari-hari.

dari seputar masalah sosial, masalah lingkungan,

masalah alam sekitar, berbicara masa lalu, masa yang

akan datang dan saat ini.”92

f. Aktivitas Siswa

Pembelajaran di sekolah Citra Alam selalu

mengusahakan pembelajaran yang aktif, menarik dan nyaman,

namun tetap memperhatikan penguasaan materi pada siswa. Hal

ini dapat dilihat pada hasil observasi yang menitik beratkan

pada bagaimana guru membuat siswa tertarik pada materi

pelajaran dan bagaiamana respon siswa terhadap proses

pembelajaran di kelas. Hal ini dapat terlihat pada observasi

harian meliputi kehadiran siswa, perhatian siswa, keaktifan

siswa dan proses mengerjakan tugas.

92 Transkip Wawancara Guru IPS, Ibid.

83

1) Kehadiran Siswa

Mengenai kehadiaran siswa di kelas, penulis

mengkategorikan menjadi menjadi siswa yang datang tepat

waktu, datang tepat waktu tetapi tidak serius atau

menunjukan ketidaksiapan untuk mengikuti pelajaran dan

siswa yang datang terlambat. Hasil observasi menunjukan

bahwa ada sekitar 9 orang dari 14 siswa kelas 9B yang

datang tepat waktu dan mengikuti pembelajaran dengan

baik. Sisanya yaitu siswa yang datang terlambat sekitar 5

orang. Siswa yang datang tepat waktu tetapi tidak serius

mengikuti pelajaran tidak ada. Mereka yang datang

terlambat dengan alasan rumah yang jaraknya jauh dengan

sekolah sehingga mebutuhkan waktu yang lama untuk

sampai di sekolah pagi hari. Salah satu siswa berkata bahwa

memang selalu ada siswa yang datang terlambat, namun

lebih banyak siswa yang datang tepat waktu.

2) Perhatian Siswa

Perhatian siswa di kelas meliputi siswa yang

memperhatikan penjelasan materi pelajaran IPS dengan fokus,

siswa yang cukup sekedar memperhatikan, tetapi tidak fokus,

dan siswa yang benar-benar tidak memperhatikan penjelasan

materi pelajaran. Hasil observasi penulis menemukan bahwa

siswa yang memperhatikan dengan fokus sebanyak 10 orang

dari 14 siswa di kelas 9B. Siswa yang memperhatikan tapi tidak

fokus sebanyak 4 orang, siswa yang tidak fokus ini ditunjukan

dengan tidak bisa menjawabnya siswa terhadap pertanyaan

guru, siswa yang tidak fokus ini biasanya melamun saat guru

menjelaskan meskipun perhatiannya kepada guru yang sedang

mengajar di depan kelas. Indikator yang ketiga dari perhatian

siswa yaitu siswa yang tidak memperhatikan sama sekali. Di

84

kelas 9B tidak ada siswa yang tidak memperhatikan sama

sekali, misalnya sambil main-main atau sambil mengobrol.

Kebanyakan dari siswa adalah memperhatikan dengan fokus

penjelasan gurunya. Karena guru hanya menyampaikan materi

singkat. ada waktu dimana siswa bergerak aktif dan ada waktu

enjoy moment untuk bersantai.

3) Keaktifan Siswa

Perhatian peneliti selanjutnya adalah mengenai keaktifan

siswa. Untuk keaktifan siswa di kelas peneliti membagi ke

dalam dua, yaitu keaktifan bertanya dan keaktifan

mengemukakan pendapat. Terkait keaktifan bertanya terbagi

lagi menjadi aktif bertanya dan pertanyaan sesuai dengan

materi yang dipelajari atau bertanya mengenai tugas, aktif

bertanya namun dengan pertanyaan yang lebih luas atau di luar

materi pelajaran yang sedang dipelajari, dan terakhir siswa

yang tidak aktif bertanya atau hanya mendengarkan penjelasan

materi tanpa mengajukan pertanyaan. Hasil Penelitian

menunjukan bahwa siswa yang banyak bertanya dari 14 siswa

di kelas 9B sebanyak 6 orang. Siswa yang aktif bertanya tetapi

di luar materi sekitar 2 orang. dan siswa yang tidak aktif

bertanya atau tidak bertanya sama sekali selama pembelajaran

sebanyak 6 orang siswa.

Sedangkan mengenai keaktifan mengemukakan

pendapat, terbagi menjadi siswa yang mengemukakan

pendapatnya dengan aktif, siswa yang mengemukakan pendapat

sesekali waktu, dan siswa yang tidak mengemukakan

pendapatnya sama sekali. Hasil observasi peneliti

mengemukakan bahwa siswa yang aktif mengemukakan

pendapat sebanyak 5 orang. Siswa yang hanya sesekali

mengemukakan pendapat sebanyak 7 orang. dan 7 orang siswa

85

yang sama sekali tidak mengemukakan pendapat dan hanya

diam saat berdiskusi dengan teman atau guru. Keaktifan siswa

saat pembelajaran tidak terlepas dari strategi mengajar guru

yang harus membuat daya tarik siswa untuk lebih aktif.

4) Pengerjaan Tugas Siswa

Pengamatan terakhir adalah mengenai proses pengerjaan

tugas atau latihan yang diberikan guru IPS pada saat

pembelajaran. Proses pengerjaan latihan atau worksheet yang

diberikan guru setiap akhir penjelasan materi pelajaran IPS

dilakukan oleh seluruh siswa yang hadir pada hari tersebut.

Tugas dikerjakan berkelompok. Dalam pengerjaan tugas atau

latihan terbagi menjadi siswa mengerjakan tugas kelompok

dengan aktif, siswa yang mengerjakan tugas kelompok tetapi

tidak serius atau hanya sekedar gabung dalam kelompok, dan

siswa yang tidak mengerjakan tugas kelompok sama sekali.

Hasil observasi peneliti menunjukan bahwa siswa yang

mengerjakan tugas kelompok dengan aktif 10 orang. Siswa

yang mengerjakan tugas kelompok tetapi tidak serius atau

hanya mengerjakan sekedarnya sebanyak 3 orang. dan 0 siswa

yang tidak mengerjakan tugas latihan sama sekali. Secara

keseluruhan hampir semua siswa ikut andil dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya. Pada prosedurnya guru

selalu mengawasi siswa, siswa yang tidak mengerjakan tugas

akan diberikan sanksi yaitu menjelaskan materi secara pribadi.

3. Evaluasi Pembelajaran

Selain melakukan perencanaan pembelajaran setiap guru harus

melakukan penilaian atau evaluasi. Penilaian dilakukan untuk melihat

sejauh mana perkembangan siswa dan pemahaman siswa pada materi

pelajaran selama pross belajar. Penilaian belajar siswa di sekolah Citra

Alam dapat mencakup perkembangan siswa secara kuantitatif maupun

86

kualitatif. Penilaian kuantitatif yaitu peniliaian pengukuran berbentuk

nilai angka terhadap hasil tugas siswa dan ulangan-ulangan. Sedangkan

penilaian kualitatif mencakup nilai keseharian siswa di sekolah.

Penilaian/evaluasi selalu dilakukan oleh guru kelas setiap

kegiatan pembelajaran. Penilaian sehari-hari biasaya dalam bentuk

nilai-nilai tugas yang diberikan oleh guru, biasanya tugas diberikan

untuk dikerjakan secara kelompok. Karena pembelajaran dalam bentuk

kelompok maka selain nilai angka, guru IPS juga memberikan nilai

masing-masing individu, apakah bekerja sama dengan baik, apakah

melakukan tugas dengan baik, Nilai tersebut akan di akumulasikan

dalam bentuk nilai angka pula.

Guru IPS juga melakukan evaluasi terkait perkembangan-

perkembangan siswa dengan menjadi komentator secara langsung

meskipun kebanyakan bersifat subjektif. Dalam Rencana Perangkat

Pembelajaran Penilaian mencakup penilaian sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Pada penilaian sikap guru IPS menilai setiap tingkah

laku siswa sehari hari yang kemudian akan ditulis dalam catatan

perilaku siswa. Format penulisan penilian sikap berisi catatan prilaku

siswa dan butir-butir perilaku siswa yang ditulis oleh guru kelas,

kemudian akan dilaporkan kepada pihak orang tua siswa. Tabel

penilaian sikap dapat dilihat pada lampiran 9.

Pada penilaian pengetahuan guru IPS melakukan observasi

pengetahuan peserta peserta didik dalam bentuk mengamati diskusi

dan presentasi siswa dari hasil tugas kelompok. Penskoran aktivitas

diberi skor rentang 1-4 dan nilai maksimal adalah 100. Adapun kriteria

skor diantaranya yaitu Skor 1 jika jawaban siswa hanya berupa

menjawab saja, skor 2 jika jawaban berupa mendefinisikan, skor 3 jika

jawaban berupa mendefinsikan dan sedikit uraian, skor 4 jika jawaban

berupa mendefinisikan dan penjelasan logis. Nilai siswa adalah skor

perolehan dikali 25. Contoh tabel penilaian pengetahuan dapat dilihat

pada tabel 9.

87

Untuk Penilaian keterampilan dilakukan dengan mengetahui

kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan melakukan tugas

tertentu di dalam berbagai macam konteks sesuai dengan indikator

pencapaian kompetensi. Penilaian keterampilan dilakukan dengan

berbagai teknik, antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek dan

penilaian portofolio. Tabel penskoran kinerja siswa dapat dilihat pada

lampiran

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Sekolah Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan tidak terlepas dari unsur-

unsur sekolah alam pada umumnya yang menampilkan pembelajaran berbasis

lingkungan. Hal ini terlihat pada seluruh rangkaian program dan kegiatan

belajar sekolah Citra Alam yang mengarah pada eksistensi alam. Seperti

fieldtrip, camping, eksplorasi, assembly dan exhibisi, Sehingga benar adanya

bahwa sekolah Citra Alam merupakan pilihan dimana siswa dapat

bereksplorasi di alam dan menjadikan alam sebagai sumber belajar yang tidak

akan ada habisnya. Pada kelebihan ini sekolah alam menjadi salah satu

sekolah alternatif yang cocok untuk anak yang memiliki perilaku hipper aktif.

Selain dari mengarah pada eksistensi alam, sekolah Citra Alam juga

menanamkan pendidikan karakter dimana study skill dan soft skill merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar siswa sehari-hari.93

Keterampilan tersebut merupakan wujud “connection” antara materi belajar

dengan kehidupan kongkrit sehari-hari. Di sekolah Citra Alam siswa

diarahkan untuk menerapkan belajar mandiri, bertanggung jawab mengenal

dirinya (masa remajanya) dengan baik. Program sekolah yang sudah ditulis

pada pembahasan sebelumnya, dirancang untuk mengembangkan berfikir

kritis, berfikir maju, tanggung jawab, disiplin dan values lainnya pada diri

siswa dengan kegiatan belajar yang menantang.

Selain mengarah kepada pendidikan karakter positif dan eksistensi

alam, yang ditekankan di sekolah Citra Alam yaitu mengasah keterampilan

93 Brosur Sekolah Citra Alam PG/TK, SD, SMP, SMA.

88

siswa sesuai dengan bakat dan minatnya. Maka di sekolah Citra Alam selain

mengasah potensi akademik berupa mata pelajaran umum seperti matematika,

IPS, IPA, bahasa Indonesia, English, ada pula kegiatan atau mata pelajaran

lain seperti music, drama, outbound, project yang dipresentasikan dalam

bentuk hasil karya dan performance. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan

dengan tujuan selain daripada potensi akademik, potensi lainnya juga dapat

dikembangkan.

Dari ketiga hal yang telah di sebutkan tadi, penjelasan penulis tersebut

sesuai dan sejalan dengan visi dan misi dari sekolah Citra Alam itu sendiri

yang secara garis besar menekankan pada pendidikan karakter, pendidikan

lingkungan dan mengasah potensi siswa selain dari pada potensi akademik

yang dimilikinya.

Proses pembelajaran di sekolah Citra Alam secara keseluruhan sama

dengan sekolah formal pada umumnya, karena sekolah Citra Alam juga

mengacu pada kurikulum nasional, namun pembelajaran sekolah Citra Alam

mengemas pembelajaran yang ada di sekolah formal dengan pembelajaran

yang lebih menyenangkan. Terutama dengan lingkungan sekolah dan fasilitas

yang memadai.

Proses pembelajaran di sekolah Citra Alam penulis membagi ke dalam

tiga bagian yaitu pembelajaran di dalam kelas, pembelajaran di luar kelas

namun masih berada pada lingkungan sekolah dan pembelajaran outing. 70%

pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam adalah pembelajaran di luar kelas

dengan mengandalkan lingkungan sekitar sebagai media belajar baik itu

lingkungan alam dan sosial. Pada prosedurnya proses belajar mengajar di

sekolah Citra Alam sama dengan pembelajaran di sekolah lain meliputi

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup dengan sistem

mengacu pada kurikulum nasional.

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS bermacam-

macam disesuaikan dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi yang

dipelajari. Jenis-jenis metode yang biasa digunakan oleh guru IPS adalah

discovery learning, problem solving atau project based learning. Dari ketiga

89

metode ini pembelajaran dilakukan dengan teknik ceramah singkat, presentasi,

diskusi kelompok, game, role play, proyek mandiri, penemuan terbimbing

atau eksperimen.94

Metode juga teknik yang digunakan pada proses pembelajaran IPS di

kelas menunjukan respon yang positif hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara beberapa siswa sekolah Citra Alam yang menunjukan perasaan

senang. Prinsip yang perlu diperhatikan pula pada pemilihan metode dan

teknik mengajar oleh guru sekolah alam adalah hangat, antusias, tertantang,

variatif, luwes, positif, dan disiplin diri. Sedangkan perannya adalah guru

sebagai motivasi ekstrinsik (alat perangsang dari luar), sebagai strategi

pengajar, dan sebagai alat mencapai tujuan pembelajaran.

1. Model Pembelajaran IPS di Sekolah Citra Alam

Pada awal tahun pelajaran sekolah Citra Alam melakukan rapat

koordinasi mengenai rencana kerja untuk setiap departemen di sekolah

Citra Alam temasuk didalamnya guru mata pelajaran. Dalam rapat kerja,

para guru kelas mendapatkan tugas untuk merancang lesson plan atau

program tahunan yang kemudian diterjemahkan ke dalam weekly plan atau

rencana mingguan kemudian di buatkan uraian pembelajaran.

Sekolah Citra Alam mewajibkan setiap guru mata pelajaran

membuat tema belajar dalam satu semester. Tema belajar dibuat bersama

guru mata pelajaran lain. Namun pada semester ini mata pelajaran IPS

tidak diintegrasikan dengan mata pembelajaran lain. Sehingga mata

pelajaran IPS memiliki tema sendiri yang berbeda dengan mata pelajaran

lain, yaitu “Cintai negeri mu, isi kemerdekaanya!”. Pembuatan tema

diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang

sedang dipelajari.

Tema yang diangkat harus berkaitan dan menggambarkan seluruh

materi-materi yang akan dipelajari pada setiap mata pelajaran di kelas

yang bersangkutan dan bersifat problematik namun menarik serta memiliki

94 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Bani Jamaludin, ( 29 Agustus 2018).

90

pesan positif bagi kehidupan siswa. Seperti tema pada mata pelajaran IPS

yang dibuat secara pribadi oleh guru IPS mengangkat tema “Cintailah

negerimu isi kemerdekaanya!” tema ini mengandung nilai positif

mengenai ajakan cinta kepada negeri dan menjadi warga negara yang

seutuhnya.

Untuk menentukan model pembelajaran yang digunakan pada

sebuah pembelajaran penulis melihat secara keseluruhan pada strategi

pembelajaran yang dikemas oleh guru IPS. Strategi pembelajaran yang

dilihat meliputi pendekatan pembelajaran, metode yang digunakan dan

teknik mengajar yang digunakan oleh guru IPS.

Berdasarkan karakteristik yang ditemukan dari pendeskripsian

data hasil penelitian, terkait bagaimana pelaksanaan pembelajran IPS yang

dijabarkan dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Maka mengacu pada teori dan penjabaran langkah-langkah model

pembelajaran yang dibahas pada bab 2, pembelajaran IPS di sekolah Citra

Alam telah menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning.

Karena hampir dari setiap metode pembelajaran yang di gunakan di

sekolah Citra Alam semuanya dikemas dalam pembelajaran kooperatif

atau kerja kelompok baik itu kelompok kecil atau kelompok besar.

Pembelajaran kooperatif diterapkan pada pembelajaran di dalam kelas, di

luar kelas, maupun pembelajaran outing. Hasil temuan tersebut peneliti

mengakaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh Tom. V. Savage yang

dikutip oleh Rusman dalam bukunya, bahwa “cooperative learning adalah

suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok”.95

Menurut Rusman tidak hanya sebatas belajar dalam kelompok, siswa dapat

saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan

sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.96

Pembelajaran IPS kolaboratif di sekolah Citra Alam minimal terdiri dari 2

orang siswa setiap kelompok. Sesuai dengan pernyataan dari Rusman

95 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet.5. hlm. 203. 96 Ibid., hlm. 203-204.

91

bahwa pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif. Pembelajaran IPS di

sekolah alam pula menerapkan prinsip dasar tersebut dimana peserta didik

mencari informasi dan penjelasan dari teman kelompok lainnya. Strategi

semacam ini diterapkan dalam metode half stay half stray yang digunakan

guru IPS terlihat pada saat observasi penelitian. Secara keseluruhan

pembelajaran kooperatif pada pembelajaran IPS di sekolah Citra Alam

memenuhi ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran kooperatif yang

dikemukakan oleh Stahl (1994) telah dibahas pada bab 2. Yaitu:

a. Belajar bersama dengan teman

b. Selama proses belajar terdiri tatap muka antar teman

c. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok

d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

e. Belajar dalam kelompok kecil

f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat

g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri

h. Siswa aktif 97

Pada intinya model pembelajaran kooperatif harus

memungkinkan adanya interaksi sosial setiap pembelajaran baik itu

interaksi antar sesama siswa atau interaksi siswa dengan guru. (multi way

traffic communication).

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya

yang ditulis oleh Zulfah Fikriah. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa

model pembelajaran di Sekolah Alam Indonesia menerapkan model

pembelajaran tematik/terpadu dengan jenis jejaring laba-laba.98

Perbedaan

ini karena dikarenakan perbedaan fokus penelitian. Pada penelitian

sebelumnya yang ditulis oleh Zulfah Fikriah, fokus penelitian pada kelas

4 dan 5 Sekolah Dasar. Selain itu, fokus penelitian juga terkait dengan

97 Tukiran Taniredja, Dkk, Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung:

Alfabeta, 2013), hlm. 59. 98 Zulfah Fikriah, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Alam Indonesia ,

(Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syatrif Hidayatullah Jakarta, 2013), hlm. 78.

92

mata pelajaran matematika. Sehingga tentu akan memiliki perbedaan

dengan penelitian saat ini yang memilih fokus penelitian pada kelas SMP

dengan mata pelajaran IPS. Maka model pembelajaran disesuaikan

dengan tingkat kelas dan mata pelajaran. Model pembelajaran tematik

belum tentu cocok untuk mata pelajaran IPS dan model pembelajaran

tematik yang di terapkan pada tingkat sekolah dasar belum tentu cocok

untuk tingkat kelas SMP.

Secara garis besar tujuan dari pada pembelajaran kooperatif

terebut adalah membangun interaksi antara siswa satu dengan siswa

lainnya atau siswa dengan guru. Sehingga dengan interaksi tersebut dapat

membangun kerja sama, kepekaan, kepedulian, menghargai, menghormati

terhadap sesama.

2. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran IPS

Respon siswa sekolah Citra Alam terhadap pembelajaran IPS

diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa kelas 9B. Dari 14 orang

siswa di temukan hasil wawancara mengenai respon siswa terhadap

pembelajaran IPS. Dari 14 siswa sebanyak 9 orang siswa menyatakan

respon positif. dan sebanyak 5 orang siswa yang menyatakan respon netral.

Dari hasil wawancara siswa mengenai komentar positif menyatakan

kelebihan dari model pembelajaran IPS adalah santai dan seru. Komentar

positif juga di nyatakan oleh guru IPS itu sendiri bahwa dengan model

pembelajaran yang digunakan secara keseluruhan siswa antusias selama

proses kegiatan. Namun terdapat hambatan selama proses kegiatan

pembelajaran yaitu sulit mengkondusifkan siswa. Adapun kekurangannya

adalah materi yang diberikan tidak sebanyak model yang biasa. Jadi

biasanya materi pembelajaran dalam satu bab harus disampaikan sekitar 2-

3 pertemuan.

Respon positif, netral dan negatif tersebut dipengaruhi beberapa

faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah tingkat kesulitan materi

pelajaran, kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran, hubungan

93

siswa dengan guru di dalam maupun di luar kelas, serta model

pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Lebih dominannya respon

positif diberikan oleh siswa kelas 9B dipengaruhi oleh interaksi para siswa

dengan guru dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Maka

pada prosesnya kak Bani selaku guru IPS mencoba mengembangkan

berbagai metode dan teknik belajar yang menarik dan membangun minat

belajar siswanya.

Dalam proses pembelajaran IPS di kelas 9B menunjukan bahwa

rata-rata siswa yang datang tepat waktu dan siap untuk mengikuti pelajaran

adalah 9 siswa, untuk siswa yang sekedar memperhatikan 4 dan siswa

yang memperhatikan dengan fokus 10 siswa, untuk keaktifan bertanya 7

siswa, keaktifan mengemukakan pendapat 5 siswa, sedangkan siswa yang

aktif mengerjakan tugas IPS adalah 10 siswa.

Presentase tersebut menunjukan bahwa siswa dapat memperhatikan

dengan fokus maupun sekedar mendengarkan namun siswa tetap dapat

menerima materi pelajaran dengan baik. Hal ini menunjukan perbedaan

sekolah alam dengan sekolah konvensional. Pada sekolah konvesnional

lebih banyak menekankan perhatian penuh pada penjelasan guru, namun di

sekolah alam lebih memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih

bagaimana mereka menerima pelajaran di kelas, namun tetap dalam

koridor yang baik.

D. Keterbatasan Penelitian

Terdapat keterbatasan dalam penulisan ini. Keterbatasan yang pertama

adalah mengenai kurangnya informasi dalam penulisan terkait jumlah siswa,

jumlah guru, struktur organisasi sekolah, jumlah ruangan di sekolah maupun

jumlah sarana dan prasarana di sekolah Citra Alam. Keterbatasan ini karena

dalam kegiatan penelitian selama 4 kali, penelitian tidak mendapatkan data

atau dokumen mengenai informasi tersebut, karena pegawai tata usaha yang

ada di sekolah Citra Alam saat itu adalah karyawan baru. Data yang bisa

didapatkan adalah jumlah guru dan jumlah siswa namun tidak update dengan

94

tahun ajaran baru saat ini. Hasil penelitian hanya mendapatkan data terkait

jumlah siswa dengan wawancara. Sehingga dapat dipastikan bahwa informasi

profil sekolah dalam penulisan ini kurang lengkap.

Dokumen yang kurang lengkap lainnya data lesson plan (RPP). Pada

sekolah alam RPP disebut dengan lesson plan, format dari lesson plan agak

berbeda dengan RPP. Namun peneliti tidak mendapatkan data dari lesson

plan. Guru yang diobservasi memberikan rencana pembelajaran dengan RPP.

Menurut guru IPS karena masih pada awal tahun ajaran baru sementara format

lesson plan di ganti dengan RPP. Maka dalam penelitian ini, tidak

mendapatkan informasi yang jelas mengenai penggambaran lesson plan yang

merupakan ciri khas dari sekolah alam.

Keterbatasan lainnya adalah mengenai informasi pembelajaran outing

yang kurang lengkap bagaimana prosedur yang terjadi di tempat

pembelajaran. penelitian hanya terbatas pada saat simulasi atau persiapan

pemberangkatan, penelitian tidak masuk ke dalam serangkaian kegiatan outing

selama 3 hari di Bogor. Sehingga kegaiatan lain pada saat outing di tempat

hanya didapatkan dengan wawancara kepada guru kelas.

95

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian melalui observasi, wawancara dan studi dokumen

dapat ditemukan kesimpulan yaitu, proses pembelajaran sekolah Citra Alam

mencakup perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi

pembelajaran. Model pembelajaran IPS yang diterapkan adalah cooperative

learning, karena berbagai metode atau strategi pembelajaran yang digunakan

di padukan dengan pembelajaran kelompok. Proses dan interaksi

pembelajaran, guru IPS sekolah Citra Alam menggunakan metode

pembelajaran discovery learning kemudian dipadukan dengan metode

pembelajaran menarik half stay-half stray. Dalam prosesnya guru

memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah, yaitu lingkungan alam dan sosial

sebagai sumber belajar, namun sumber belajar dalam buku paket tetap menjadi

sumber utama dalam pembelajaran IPS. Media pembelajaran yang digunakan

guru IPS sekolah Citra Alam beragam namun cenderung konvensional. Yang

paling sering digunakan dalam pembelajaran IPS adalah media pembelajaran

jenis audio-visual salah satunya adalah proyektor.

B. Implikasi

Hasil penelitian menyebutkan bahwa respon yang diberikan siswa

terhadap mata pelajaran IPS dipengaruhi oleh bagaimana hubungan atau

interaksi siswa dengan guru serta model pembelajaran yang digunakan guru

IPS. Hal ini juga menjadi salah satu indikator keberhasilan proses

pembelajaran IPS. Maka hal tersebut mengandung implikasi bahwa setiap

guru harus mengembangkan model pembelajaran yang menarik dan

membangun minat siswa dalam belajar. Serta merancang pengelolaan kelas

yang baik termasuk menjaga hubungan dalam berinteraksi dengan siswa,

memotivasi, dan memandu siswa dalam bekerja.

96

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan saran untuk disampaikan

kepada beberapa pihak yaitu:

1. Bagi Guru

a. Guru diharapkan tidak hanya menguasai metode pembelajaran yang

menarik tetapi juga dapat menguasai pengelolaan kelas dan

pengelolaan waktu yang baik, agar seluruh materi dapat tersampaiakan

sesuai dengan waktu yang telah ada.

b. Guru diharapkan dapat lebih memperhatikan terkait perencanaan

pembelajaran/lesson plan yang update setiap akan mengajar. Agar

pembelajaran dapat dilaksanakan dengan prosedur yang jelas sesuai

dengan lesson plan.

2. Bagi Pihak Sekolah

a. Bagi pihak sekolah diharapkan lebih memperbanyak fasilitas

pembelajaran IPS yang dibutuhkan. Terutama buku-buku sumber

belajar, lab IPS, dan alat peraga. Hal ini sebagai penunjang

pembelajaran IPS yang lebih efektif dan efisien.

b. Sekolah diharapkan dapat lebih meng-update terkait profil sekolah

setiap tahunnya. Mencakup struktur organisasi sekolah, jumlah guru,

jumlah siswa dan jumlah sarana prasana yang tersedia.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Bagi penelitian selanjutnya dapat lebih memperhatikan dalam

menggunakan waktu yang telah diberikan pihak sekolah untuk

mengikuti seluruh serangkaian kegiatan sekolah, maupun terkait

deadline waktu pengerjaan skripsi, agar seluruh kebutuhan data

penelitian didapat dengan baik dan lengkap.

b. Dapat menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah

agar penelitian lebih terstruktur dan berjalan lancar sesuai dengan

kebutuhan.

97

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budi Santoso, Satmoko. 2010. Sekolah Alternatif Mengapa Tidak. Yogyakarta:

Diva Press.

Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-

Format Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan

Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Predana

Media Group.

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Gunawan, Rudy. 2013. Pendidikan IPS: Filosofi Konsep dan Aplikasi. Bandung:

Alfabeta.

Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada..

Nurochim. 2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, (Jakarta: Indeks, 2008),

hlm. 168.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sadia, Wayan. 2014. Model-Model Pembelajaran Sains Konstruktivistik.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sagala, Syaiful. 2013. Etika dan Moralitas Pendidikan: Peluang dan Tantangan.

Jakarta: Predana Media Group.

Samiaji. Dkk, 2017. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.

Sapriya, Dkk. 2006. P embelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung:

UPI Press

Sapriya, Dkk. 2006. Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Press.

Siberman, Mel. 2013. Pembelajaran Aktif 101 Strategi untuk Mengajar Secara

Aktif. Jakarta: Permata Puri Media.

98

Susanto, 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta:

Prenada Media Group

Taniredja, Tukiran. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.

Bandung: Alfabeta

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:

Prestasi Pusataka.

Trianto. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi

Pusataka Raya.

Usaman, Husaini, Dkk. 2014. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi

Akasara.

Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan

pelaksanaannya. 1992. Jakarta: Sinar Gafika.

UU SISDAKNAS. 2004. SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya 2004-2005.

Jakarta: CV. Tamita Utama.

Jurnal

Maryati. 2011. Sekolah Alam, Alternatif Pendidikan Sains yang Membebaskan

dan Menyenangkan. Yogyakarta: Jurnal Fakultas MIPA Universitas

Negeri Yogyakarta

Maulana, Heri. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Alam. Yogyakarta:

Jurnal Khasanah Ilmu.

Nisa, Jakiatin, Dkk. Identifikasi Pembelajaran IPS Berbasis Literasi Geografi

Dalam Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan. FITK UIN Jakarta:

Sosio Didaktika. 2017.

Nur Citra. Annisa., DKK. Perbedaan Kecerdasan Emosi Siswa Sekolah Dasar

Ditinjau dari Model Pembelajaran Sekolah Reguler, Sekolah Alam,

Home Schooling. Surakarta: Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret.

Skripsi

Fikriah, Zulfah. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Alam

Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syatrif

Hidayatullah Jakarta.

99

Khafidhatul Khasanah, Konsep dan Implementasi Sekolah Berbasis Alam di SD

Alam Smart Kids Dusun Pewarakan Bawang Banjarnegara Jawa

Tengah ( Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan

Kalijaga, 2012).

Santoso, Puji. 2011. Pelaksanaan Pembelajaran Tingkat SMP pada Sekolah Alam

Indonesia Ciganjur Jakarta Selatan. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Thohir, Agus. 2010. Implementasi Model Sekolah Alam di Pendidikan Anak Usia

Dini Ar-Ridho Semarang dalam Tinjauan Pendidikan Islam. Semarang:

Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo.

Internet

Sugeng, Model Pembelajaran Konvensional, diakses dari

http://jendelainformasi15.blogspot.co.id/2015/10/model-pembelajaran-

konvensional.html?m=1, pada tanggal 5 November pukul 12.07.

http://sekoahsip.blogspot.co.id/2015/04/definisi-dan-contoh-sekolah-

alam.html?m=1, Diakses Pada Tanggal 13 November 2107, Pukul 06.27.

Wuri, Simbah. Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif, diakses dari

http://raraswurimiswandaru.blogspot.co.id/2016/04/uji-keabsahan-data-

dalam-penelitian.html, pada 20 Mei 2018. Pukul 10.17.

Abdi Madrasah, Definisi dan Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS), diakses dari

http://googleweblight.com/i?u=http://www.abdimadrasah.com/2014/05/

definisi-dan-tujuan-mata-pelajaran-ips.html?m%3D1&hl=en-ID, pada

tanggal 28 Maret 2018 pukul 13.12.

100

Lampiran-Lampiran

101

LAMPIRAN 1

PEDOMAN OBSERVASI

Rumusan

Masalah

Indikator Sasaran Sumber

Analisis Model

Pembelajaran

IPS di Sekolah

Citra Alam

1. Lingkungan

Sekolah

1. Mengmati tempat /

lokasi penelitian

meliputi:

a. Kondisi geografi

b. Lingkungan

sekolah

c. Fasilitas sekolah

dan kegunaanya

d. Suasana belajar

di SMP Citra

Alam

Sekolah

Analisis Model

Pembelajaran

IPS di Sekolah

Citra Alam

2. Pelaksanaan

Pembelajaran

1. Kegiatan Pembelajaran

a. Pembuka

b. Kegiatan Inti

c. Penutup/Refleksi

2. Aktivitas siswa

a. Kehadiran siswa

b. Perhatian siswa

c. Keaktifan siswa di

kelas

d. Pengerjaan tugas

siswa

3. Penggunaan metode

pembelajaran

a. metode

pembelajaran yang

di gunakan

b. langkah-langkah

metode

pembelajaran yang

di gunakan

Kelas

Analisis Model

Pembelajaran

IPS di Sekolah

Citra Alam

3. Penilaian

(Evaluasi

Pembelajaran)

1.Proses Penilaian

Kelas

102

LAMPIRAN 2

PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

Objek Tujuan Kepala Sekolah Citra Alam Ciganjur

I. Responden

1. Hari/Tgl :

2. Waktu :

3. Tempat :

4. Nama/Inisial :

II. Butir Pertanyaan

No. INDIKATOR PERTANYAAN

1 Sejarah berdirinya sekolah 1. Apa yang melatarbelakangi

berdirinya sekolah Citra Alam

ciganjur?

2. Bagaimana Sejarah sekolah Citra

Alam didirikan?

2 Visi-Misi Sekolah Citra Alam 1. Bagaimana visi-misi sekolah

Citra Alam Ciganjur?

2. Menurut bapak/ibu apa makna

yang terkandung didalam visi

misi tersebut?

3 Tujuan Sekolah Citra Alam

Ciganjur

1. Tujuan apa yang ingin dicapai

oleh Sekolah Citra Alam

Ciganjur?

2. Apakah sejauh ini tujuan

103

tersebut sudah tercapai?

4 Status sekolah di DEPDIKNAS 1. Bagaimana status sekolah Citra

Alam Ciganjur di Depdiknas?

5 Kurikulum sekolah 1. Kurikulum Apa yang digunakan

sekolah Citra Alam?

6. Perbedaan sekolah Citra Alam

dengan sekolah alam lainnya.

1. Menurut bapak/ibu apa

perbedaan sekolah Citra Alam

Ciganjur dengan sekolah alam

yang lain?

104

LAMPIRAN 3

PEDOMAN WAWANCARA GURU IPS

Objek Tujuan Guru IPS Sekolah Citra Alam (SMP)

I. Responden

1. Hari/Tgl :

2. Waktu :

3. Tempat :

4. Nama/Inisial :

II. Butir Pertanyaan

No. INDIKATOR PERTANYAAN

1 Pembelajaran di luar kelas

(outdoor learning)

3. Bagaimana konsep pembelajaran

di luar kelas yang diterapkan di

Sekolah Citra Alam?

4. Apakah setiap mata pelajaran

IPS dilakukan di luar kelas?

5. Apa hambatan yang biasa

didapatkan dalam menerapkan

pembelajaran di luar kelas?

6. Fasilitas apa yang digunakan

dalam pembelajaran di luar

kelas/outdoor learning?

7. Apa kelebihan dan kekurangan

pembelajaran di luar kelas?

2 Pembelajaran dengan

lingkungan atau alam sekitar

3. Bagaimana konsep pembelajaran

dengan lingkungan alam sekitar?

4. Bagaimana cara mengkaitkan

materi IPS dengan lingkungan

alam sekitar?

5. Apakah semua materi pelajaran

dikaitkan dengan lingkungan

alam sekitar?

3 Materi IPS (Ilmu Pengetahuan

Sosial)

1. Secara umum apa tujuan dari

pembelajaran IPS?

2. Menurut anda, apa peran

pendidikan IPS dalam

105

perkembangan peserta didik?

3. Apa target yang ingin dicapai

dalam pemebelajaran IPS?

4. Materi IPS seperti apa yang

paling diminati oleh siswa-siswi

sekolah Citra Alam.

5. Apakah perbedaan proses

pembelajaran IPS di sekolah

alam dengan sekolah formal?

4 Model pembelajaran IPS di

sekolah alam

2. Model pembelajaran apa yang

biasa digunakan dalam proses

pembelajaran IPS di Sekolah

Citra Alam

3. Bagaimana penerapan/langkah-

langkah model pembelajaran IPS

yang digunakan?

4. Media pembelajaran apa yang

biasa digunakan untuk

mendukung proses

pembelajaran?

5. Bagaimana respon siswa dalam

proses pembelajaran

menggunakan model

pembelajaran tersebut?

5 Kelebihan dan kekurangan

model pembelajaran yang

digunakan

2. Menurut bapak/ibu apa kelebihan

dan kekurangan model

pembelajaran yang diterapkan.

6 Hambatan dalam penerapan

model pembelajaran.

1. Apa hambatan yang didapatkan

dalam menerapkan model

pembelajaran IPS?

2. Apa solusi bapak/ibu dalam

mengangani hambatan yang

didapatkan?

7 Harapan untuk perkembangan

peserta didik.

1. Apa harapan bapak/ibu untuk

perkembangan peserta didik

selama mengikuti serangkaian

pembelajaran IPS?

106

LAMPIRAN 4

PEDOMAN WAWANCARA SISWA

Objek Tujuan Siswa/Siswi Sekolah Citra Alam Ciganjur

I. Responden

1. Hari/Tgl :

2. Waktu :

3. Tempat :

4. Nama/Inisial :

II. Butir Pertanyaan

No. INDIKATOR PERTANYAAN

1 Pembelajaran di luar kelas

(outdoor learning)

8. Bagaimana pembelajaran di luar

kelas/outdoor learning yang

biasa diterapkan guru IPS?

9. Apakah tanggapan anda

mengenai pembelajaran diluar

kelas?

10. Apakah setiap mata pelajaran

IPS dilakukan dengan outdoor

learing?

3 Materi IPS (Ilmu Pengetahuan

Sosial)

6. Apa yang anda pelajari mengenai

materi IPS?

7. Matari IPS yang mana yang

paling diminati oleh siswa?

8. Kesulitan apa yang kamu

107

dapatkan dalam proses

pembelajaran IPS?

4 Strategi mengajar guru IPS

6. Strategi belajar atau model

pembelajaran apa yang biasa

diterapkan oleh guru IPS dalam

proses pembelajaran?

7. Bagimana langkah-langkah atau

cara guru IPS mengajar?

5 Respon siswa terhadap

pembelajaran IPS

3. Apa yang kamu rasakan saat

pembelajaran IPS senang, atau

biasa saja. Menarik atau biasa

saja.

108

LAMPIRAN 5

PEDOMAN DOKUMENTASI

Rumusan

Masalah

Indikator Sasaran Sumber

Analisis Model

Pembelajaran

IPS di Sekolah

Citra Alam

1. Profil Sekolah 1.Visi sekolah

2. Misi sekolah

3. Filosofi sekolah

4. Kurikulum

Sekolah

5. Jumlah siswa dan

guru

6. Program dan

Kegiatan sekolah

Brosur dan

Dokumen TU

2. Fasilitas

Sekolah

Sarana prasarana

sekolah dan

kegunaanya.

Brosur sekolah

dan foto

dokumentasi

3. Perencanaan

Pembelajaran

1. RPP

2. Silabus

Dokumentasi

dan foto

4. Pelaksanaan

Pembelajaran IPS

1. Proses

pembelajaran

a. aktivitas

siswa

b. aktivitas guru

Foto kegiatan

pembelajara di

kelas

109

LAMPIRAN 6

HASIL WAWANCARA

Objek Tujuan: Kepala Sekolah Citra Alam.

I. Responden

1. Hari/Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018

2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB

3. Tempat : Ruang Kepala Sekolah Citra Alam Ciganjur

4. Nama Inisial : Kak Jamil

II. Item Pertanyaan

1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya sekolah Citra Alam Ciganjur?

Jawaban: yang melatar belakangi adalah berawal dari kepedulian seorang

pengamat pendidikan yaitu Ir. Lendo Novo yang mempunyai sifat ADHD,

semacam hiperaktif, beliau ingin membuat sekolah yang ramah dan pro

terhadap anak-anak yang tidak bisa diam dan duduk manis di sekolah.

Beliau membanyangkan ingin membuat sekolah yang sejuk banyak pohon.

Akhirnya belian bekerja sama dengan ketua yayasan citra nurul falah

untuk mewujudkan keinginannya

2. Bagaimana Sejarah sekolah Citra Alam didirikan?

Jawaban: Sekolah Citra Alam didirikan oleh Ir. Lendo Novo bekerja sama

dengan yayasan citra nurul falah. berawal dari tingkat play group yang

hanya memiliki murid 3 orang, kemudian berkembang juga mendirikan

tingkat SD yang jumlah muridnya sekitar 5, 7, 10 dan terus berkembang

sampai sekarang menjadi 2 kelas untuk SD dan bertambah lagi SMP SMA

juga membuka untuk anak berkebutuhan khusus.

110

3. Bagaimana visi-misi sekolah Citra Alam Ciganjur?

Jawaban:

4. Menurut bapak/ibu apa makna yang terkandung didalam visi misi

tersebut?

Jawaban: visi misi tersebut mengandung arti menurut saya secara

keseluruhan ingin menjadikan anak-anak khalifah fil ardh.yang cinta

kepada dirinya sendiri, agamanya, kepada bumi, kepada orang tuanya

sehingga menjadi kaffah.

5. Tujuan apa yang ingin dicapai oleh Sekolah Citra Alam Ciganjur?

Jawaban: anak-anak tidak hanya memiliki kemampuan akademis saja

tetapi juga pendidikan karakter dan kemampuan masing-masing individu.

Kita ingin membuat paradigma baru bahwa sekolah itu tidak menakutkan.

Sekolah adalah tempat yang menyenangkan.

6. Apakah sejauh ini tujuan tersebut sudah tercapai?

Jawaban: Itu bisa ditanyakan langsung kepada anak-anaknya. Tapi saya

rasa sejauh ini anak-anak senang belajar. dan minimal mereka tau

kelebihan mereka itu saja sudah cukup.

7. Bagaimana status sekolah Citra Alam Ciganjur di Depdiknas?

Jawaban: sama seperti sekolah formal

8. Kurikulum Apa yang digunakan sekolah Citra Alam?

Jawaban: kurikulumnya sama seperti sekolah pada umumnya, mungkin

hanya ada tambahan kurikulum lokal

9. Menurut bapak/ibu apa perbedaan sekolah Citra Alam Ciganjur dengan

sekolah alam yang lain?

Jawaban: nafasnya sama, tidak ada perbedaan.

111

HASIL WAWANCARA

Objek Tujuan: Guru IPS

I. Responden

1. Hari/Tanggal : Selasa, 7 Agustus 2018

2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB

3. Tempat : Ruang Guru Sekolah Citra Alam Ciganjur

4. Nama.Inisial : Bani Jamaludin, S.Hum.

II. Item Pertanyaan

1. Bagaimana konsep pembelajaran di luar kelas yang diterapkan di

Sekolah Citra Alam?

Jawaban:

Pendekatan nya lebih ke active learning dan integrative dalam artian

memadukan berbagai konsep maksudnya adalah IPS itu bukan hanya

belajar di kelas dan mendengarkan tetapi bagaimana caranya

menggunakan sarana lingkungan sekolah Citra Alam beserta lingkungan di

luarnya atau warga masyarakat sebagai media pembelajaran. Jadi siswa-

siswa di sekolah Citra Alam 90% belajar diluar. Karena kecenderungan

siswa sekolah citra alam jika kebanyakan dikelas tidak bisa.standar anak

disana Maksimal 20 Menit adalah materi selebihnya eksplor di luar

tergantung dengan mata pelajaran, Jika sejarah biasanya pembelajaran

berbentuk projek dengan menggunakan metode role playing. siswa siswi

membuat projek berupa film yang menggarap semacam produsers

utradara dan propertinya adalah anak-anak. Jika ekonomi anak-anak di

112

arahkan kedunia nyata misalnya ke warung, koperasi bahkan mereka

belajar entrepreneur. Jika Sosiologi misalnya tentang perubahan.

2. Apakah setiap mata pelajaran IPS dilakukan di luar kelas?

Jawaban: 80% pembelajaran dilakukan di luar kelas. Namun pada awalnya

guru tetap menyampaikan materi dan memberikan pengarahan maksimal

20 menit. Sehingga mereka tau konsep dasarnya dan apa yang harus

mereka lakukan.

3. Apa hambatan yang biasa didapatkan dalam menerapkan

pembelajaran di luar kelas?

Jawaban: Hamabatan yang dirasakan lebih kepada sulit untuk

mengkondusipkan siswa. Mengkondusifkan anak SMP tidak semudah

mengkondusifkan anak SMA. Namun hambatan itu tergantung juga pada

kreativitas dari seorang guru itu sendiri.

4. Fasilitas apa yang digunakan dalam pembelajaran di luar

kelas/outdoor learning?

Jawaban: Sarana atau fasilitas yang di gunakan adalah alam sekitar dan

lingkungan masyarakat.

5. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran di luar kelas?

Jawaban: Kelebihanya banyak. salah satunya adalah membuka wawasan

untuk lebih peka terhadap lingkungan. dengan gaya belajar yang bebas

siswa cenderung lebih inisiatif. Karena di sekoah citra alam demokrasi

anak-anak bebas untuk berfikir. Kekurangan pembelajaran di luar kelas

adalah susah mengkondusifkan anak-anak. Misalnya keteteran jika

membawa anak-anak ke masyarakat, mereka belum mengerti sepenuhnya

terkait etika dan tatakrama yang baik.

6. Bagaimana konsep pembelajaran dengan lingkungan alam sekitar?

Jawaban: pembelajaran yang baik itu adalah siswa belajar mendengar,

mengamati, merasakan dari ketiga hal tersebut maka akan ada timbul

proses berfikir setelah berfikir akan ada proses untuk melakukan. secara

keseluruhan proses pembelajaran di sekolah alam yaitu belajar dalam

kehidupan nyata. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu.

113

7. Bagaimana cara mengkaitkan materi IPS dengan lingkungan alam

sekitar?

Jawaban: Misalnya materi pajak siswa di tugaskan untuk membawa resi

belanja yang sudah tertera pajaknya. Jadi jangan biarkan IPS itu berada di

dunia angan-angan. tarik IPS itu ke dunia nyata. Jika materinya geogerafi

tentunya memnfaatkan linkungan yang ada misalnya membuat peta.

kemudian pembuatan legendanya terbuat dari ranting-ranting pohon atau

daun.

8. Apakah semua materi pelajaran dikaitkan dengan lingkungan alam

sekitar?

Jawaban: Tidak semua. Hanya terkadang. ada beberapa yang tidak selalu

dikaitkan dengan alam misalnya siswa tetap membuat projek dan

dikerjakan di luar kelas, atau siswa membuat mid mapping di dalam kelas,

atau pembelajaran dengan game.

9. Secara umum apa tujuan dari pembelajaran IPS?

Jawaban: menurut saya tujuan pembelajaran IPS secara umum

mengenalkan sebuah materi dasar terkait dengan ilmu sosial maupun yang

ada di dalam nya. Terkait dengan masyarakat dan bagaimana caranya

menerapkan dunia nyata kepada mereka. mengenalkan bahwa IPS bukan

hanya sekedar materi, IPS adalah kehidupan sehari-hari. dari seputar

masalah sosial, masalah lingkungan, masalah alam sekitar, berbicara masa

lalu, masa yang akan datang dan saat ini.

10. Menurut anda, apa peran pendidikan IPS untuk perkembangan

peserta didik?

Jawaban: Peserta didik pada awalnya masih menganggap IPS itu sebuah

materi hapalan, maka dari itu dalam kesempatan belajar bersama mereka,

saya memberikan momentum kepada mereka bahwa IPS itu bukan hapalah

loh, IPS itu dipelajari dan ada disekitar kita. Jadi dibuat semenarik

mungkin agar hilang stigma tentang IPS itu hapalan.

11. Apa target yang ingin dicapai dalam pemebelajaran IPS?

114

Jawaban: Minimal di semester 1 saya membuat tema besar untuk semua

pelajaran Geografi, sejarah, sosiologi itu adalah cintai negeri mu isilah

kemerdekaannya!. Misal dalam pembelajaran Geografi kita harus

mengenal kenampakan alam negara kita, potensi sumber daya nya, Untuk

sejarah dikenang kemudian di hargai. Masih nyambung dengan tema besar

tersebut.

12. Materi IPS seperti apa yang paling diminati oleh siswa-siswi sekolah

Citra Alam.

Jawaban: Sejauh ini yang paling di minati adalah sejarah. Karena mereka

senang cerita. kalau geografi mereka mempunyai stigma dengan

hapalannya, kemudian kalau ekonomi di sinonimkan dengan hitungan.

Jadi untuk hal ini kita menyesuaikan siswa, kalau misalnya siswa saat itu

ingin membahasa sejarah atau sosiologi kita sampaikan materi itu, sesuai

dengan keinginanan siswa.

13. Apakah perbedaan proses pembelajaran IPS di sekolah alam dengan

sekolah formal?

Jawaban: Di sekolah alam anak-anak jika sudah dalam kondisi siap belajar

mereka mudah untuk di arahkan, karena lingkungannya juga mendukung

untuk proses pembelajaran. Kalau yang saya rasain di sekolah formal kita

harus mengarahkan dahulu mereka untuk masuk kelas, kemudian belajar.

Di sekolah alam mereka senang pembelajaran yang aktif dan terlibat.

seperti diskusi dengan teman-temannya. Kalau sekolah formal mereka

lebih cenderung senang jika guru nya saja yang menjelaskan. mereka

tinggal mendengarkan dan menulis.

14. Model pembelajaran apa yang biasa digunakan dalam proses

pembelajaran IPS di Sekolah Citra Alam/

Jawaban: biasaya tergantung materi jika materinya abstrak itu

menggunakan discovey learning, kalau semacam pengetahuan yang

konkret saya biasanya menggunakan problem solving.

15. Bagaimana penerapan/langkah-langkah model pembelajaran IPS

yang digunakan?

115

Jawaban: Tergantung kebutuhan. untuk penerapan nya seperti biasa.

Kegiatan pendahuluan. menyampaikan salam, menyampaikan tujuan

pembelajaran, apersepsi. biasanya disini juga menjelaskan perjanjian

kepda siswa untuk wajib mendengarkan materi sekitar 20 menit tidak ada

yang ngobrol atau berbicara setelahnya baru akan ada projek dll. setelah

kegiatan pendahuluan biasanya tidak langsung masuk kepada kegiatan inti,

guru biasanya menggunakan enjoy moment, seperti cerita-cerita, games

kecil, ketawa-ketawa dan semacamnya. Kemudian kegiatan inti

menyampaikan materi sekitar 20 menit untuk pengenalan materi

dilanjutkan dengan membuat projek bersama kelompok atau individu.

Untuk kegiatan penutupan guru menyampaikan kesimpulan. setelah itu

guru meminta pendapat kepada siswa tentang bembelajaran IPS, terkait

dengan kesan-kesan, kemudian beberapa anak-anak di suruh

menyampaikan kesimpulan. Jika materi sudah di rasa di mengerti oleh

siswa, kegiatan belajar di akhiri. Jika materi belum sepenuhnya

tersampaikan biasanya dilanjutkan pekan depan dan siswa diberi tugas

terkait dengan materi. Untuk prosedur hampir semua sama seperti sekolah

pada umumnya.

16. Media pembelajaran apa yang biasa digunakan untuk mendukung

proses pembelajaran?

Jawaban: biasanya menggunakan proyektor dan tentunya media yang ada

disekolah ini. Selain itu tentunya mediakonvensional seperti ppan tulis,

kertas karton, dll.

17. Bagaimana respon siswa dalam proses pembelajaran menggunakan

model pembelajaran tersebut? Mereka antusias.

18. Menurut bapak/ibu apa kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran yang diterapkan.

Jawaban: Kelebihan nya semua anak ikut terlibat dalam proses

pembelajaran. Kekurangannya materi yang diberikan tidak sebanyak

model yang biasa, karena kita disini fokus agar anak ikut aktif dan

116

terlibat,. Jadi biasanya materi pembelajaran dalam satu bab harus di

sampaikan sekitar 1-3 pertemuan.

19. Apa hambatan yang didapatkan dalam menerapkan model

pembelajaran IPS

Jawaban: tetap di stigma pada siswanya bahwa IPS itu materi hapalan dan

membosankan

20. Apa solusi bapak/ibu dalam mengangani hambatan yang didapatkan?

Jawaban : Solusinya Metode dan media pembelajarannya kreatif, inovatif

dan tentunya bervariasi tidak itu-itu terus.

21. Apa harapan bapak/ibu untuk peserta didik selama mengikuti

serangkaian pembelajaran IPS?

Jawaban: Bisa mencintai negerinya.

117

HASIL WAWANCARA

Objek Tujuan: Guru IPS

I. Responden

1. Hari/Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018

2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB

3. Tempat : Ruang Guru Sekolah Citra Alam Ciganjur

4. Nama.Inisial : Riska

II. Item Pertanyaan

1. Bagaimana konsep pembelajaran di luar kelas yang diterapkan di

Sekolah Citra Alam?

Jawaban: Pembelajaran di luar kelas yaitu pembelajaran di area sekolah

dengan memanfaatkan fasilitas atau media yang ada di sekitar sekolah.

Baik itu media alam di sekolah atau media sosial, seperti lingkungan

masyarakat.

Apakah setiap mata pelajaran IPS dilakukan di luar kelas?

Jawaban: Tidak semuanya, kita melihat materi dan situasi anak-anak.

Kadang saya akan menanyakan apakah akan belajar indoor atau outdoor .

Jika materi lebih efektif diluar kelas kami bawa siswa untuk belajar di luar

kelas. Atau jika kondisi siswa terlihat bosan, kita juga belajar diluar kelas

misalnya di rumput atau di bawah pohon yang sejuk.

2. Apa hambatan yang biasa didapatkan dalam menerapkan

pembelajaran di luar kelas?

Jawaban: Hambatan pasti ada, yang dirasakan lebih kepada sulit untuk

mengkondusipkan siswa. Membuat mereka bagaimana benar-benar siap

118

belajar sehingga bisa fokus. Kalau yang lainnya tergantung dari kita

sendiri yang mengelola kelas.

3. Fasilitas apa yang digunakan dalam pembelajaran di luar

kelas/outdoor learning?

Jawaban: fasilitas sekolah, atau fasilitas yang ada di lingkungan kita.

fasilitas alam atau fasilitas sosial masyarakat.

4. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran di luar kelas?

Jawaban: Kelebihanya banyak, yang pasti membuat siswa terlihat lebih

aktif dan tidak mudah bosan. Kalau kekurangannya mungkin lebih sulit

mengkondusifkan siswanya. Karena banyak kegaduhan-kegaduhan kalau

belajar di luar kelas.

5. Bagaimana konsep pembelajaran dengan lingkungan alam sekitar?

Jawaban: pembelajaran dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di

lingkungan kita. Bahwa materi IPS bisa di kaitkan dengan yang ada di

depan kita. Sehingga siswa bisa merasa bahwa IPS bukan hanya teori,

tetapi fakta yang terjadi di sekitar kita.

6. Bagaimana cara mengkaitkan materi IPS dengan lingkungan alam

sekitar?

Jawaban: Misalnya seperti tadi, mata pelajaran sosiologi, kita membawa

siswa keluar untuk menanyakan langsung bagaimana perubahan sosial

yang terjadi selama beberapa tahun ini. Apa yang masayarakat rasakan

dampaknya terhadap perubahan sosial. Atau misalnya tentan geografi

dengan membuat peta yang bahan-bahan nya bisa dari alam, dari ranting

pohon, daun atau yang lainnya.

7. Apakah semua materi pelajaran dikaitkan dengan lingkungan alam

sekitar?

Jawaban: Tidak semuanya. tergantung dari materinya. Kita juga tetap

banyak belajar di dalam kelas. Mengerjakan tugas atau game.

8. Secara umum apa tujuan dari pembelajaran IPS?

Jawaban: menurut saya tujuan pembelajaran IPS secara umum

mengenalkan sebuah materi dasar terkait dengan ilmu sosial maupun yang

119

ada di dalam nya. Terkait dengan masyarakat dan bagaimana caranya

menerapkan dunia nyata kepada mereka. mengenalkan bahwa IPS bukan

hanya sekedar materi, IPS adalah kehidupan sehari-hari. dari seputar

masalah sosial, masalah lingkungan, masalah alam sekitar, berbicara masa

lalu, masa yang akan datang dan saat ini.

9. Menurut anda, apa peran pendidikan IPS untuk perkembangan

peserta didik?

Jawaban: Membantu mengembangkan kepekaan bagi peserta didik. Agar

anak-anak tidak antipati. maka salah satu perannya yaitu mengembankan

sikap empati misalnya saat terjadi gempa anak-anak tau dasar

penyebabnya maka disitu yang harus dibangun adalah sikap empati, apa

yang harus mereka lakukan ketika terjadi gempa. Ketika belajar tentang

sejarah kan otomatis berbicara masa lalu misalnya masa demokrasi, berarti

mereka akan bisa menggambar kan demokrasi dahulu seperti apa. Disini

otomatis mereka berfikir dan belajar bagaimana menjalankan kehidupan

yang akan datang.

10. Apa target yang ingin dicapai dalam pemebelajaran IPS?

Jawaban: Bagi saya targetnya adalah, anak-anak sudah mau belajar, sudah

mau membuka diri untuk mengenal IPS itu sudah bersyukur. Target yang

atau harapan yang lebih tinggi membuat mereka sadar tentang lingkungan

mereka sendiri.

11. Materi IPS seperti apa yang paling diminati oleh siswa-siswi sekolah

Citra Alam.

Jawaban: Jika di bilang paling suka, tergantung kreatifitas guru. Jika guru

menggunakan cara belajar yang kreatif peserta didik pasti senang. Tapi

kalau metode nya biasa saja seperti ceramah mau materinya semenarik

apapun materinya mereka bosan. Jadi, kembali kepada strategi guru dalam

mengajar.

12. Apakah perbedaan proses pembelajaran IPS di sekolah alam dengan

sekolah formal?

120

Jawaban: Menurut saya, hampir sama, perbedaanya hanya jika di sekolah

formal materi bisa 80% dan projek 20%, kalau di sekolah alam ini

kebalikannya. Sekolah alam lebih kepada eksplor di luar atau membuat

projek atau permainan. Materi hanya sekitar 30%-50%.

13. Model pembelajaran apa yang biasa digunakan dalam proses

pembelajaran IPS di Sekolah Citra Alam

Jawaban: Tematik (integrative) dan active learning.

14. Bagaimana penerapan/langkah-langkah model pembelajaran IPS

yang digunakan?

Jawaban: Tergantung kebutuhan. untuk penerapan nya seperti biasa.

Kegiatan pendahuluan. menyampaikan salam, menyampaikan tujuan

pembelajaran, apersepsi. biasanya disini juga menjelaskan perjanjian

kepda siswa untuk wajib mendengarkan materi sekitar 20 menit tidak ada

yang ngobrol atau berbicara setelahnya baru akan ada projek dll. setelah

kegiatan pendahuluan biasanya tidak langsung masuk kepada kegiatan inti,

guru biasanya menggunakan enjoy moment, seperti cerita-cerita, games

kecil, ketawa-ketawa dan semacamnya. Kemudian kegiatan inti

menyampaikan materi sekitar 20 menit untuk pengenalan materi

dilanjutkan dengan membuat projek bersama kelompok atau individu.

Untuk kegiatan penutupan guru menyampaikan kesimpulan. setelah itu

guru meminta pendapat kepada siswa tentang bembelajaran IPS, terkait

dengan kesan-kesan, kemudian beberapa anak-anak di suruh

menyampaikan kesimpulan. Jika materi sudah di rasa di mengerti oleh

siswa, kegiatan belajar di akhiri. Jika materi belum sepenuhnya

tersampaikan biasanya dilanjutkan pekan depan dan siswa diberi tugas

terkait dengan materi. Untuk prosedur hampir semua sama seperti sekolah

pada umumnya.

15. Media pembelajaran apa yang biasa digunakan untuk mendukung

proses pembelajaran?

Jawaban: Yang pasti media utama adalah lingkungan. Lingkungan disini

adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial terutama lingkungan sekitar

121

sekolah citra alam. Selain itu tiap satu tahun sekolah citra alam

mengadakan feel trip dan LDK camp. Misalnya untuk tahun ini kunjungan

ke Kediri mereka diberikan jurnal terkait bagaimana kondisi sosial,

budaya, ekonomi masyarakat di daerah tersebut. kemudian kan di kaitkan

dengan materi IPS di kelas. Feel trip juga bertujuan untuk mengenalkan

anak-anak terhadap dunia luar, dengan harapan membangun kepekaan

terhadap dunia luar. karena disana mereka merasakan serangkaian

kegiatan-kegiatan masyarakat desa yang mereka kunjungi seperti ikut

kegiatan menanam pohon, kegiatan mendaki dll.

16. Bagaimana respon siswa dalam proses pembelajaran menggunakan

model pembelajaran tersebut?

Jawaban: Yang pasti senang. responsive, dan itu tergantung bagaimana

cara guru membawa suasana kelas.

17. Menurut bapak/ibu apa kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran yang diterapkan.

Jawaban: Kelebihan nya pasti banyak, salah satunyas iswa benar-benar

merasa belajar dan gurunya lebih kreatif. kekuarangannya waktu untuk

menyampaikan mata pelajaran yang kurang.

18. Apa hambatan yang didapatkan dalam menerapkan model

pembelajaran IPS

Jawaban: Lebih kepada waktu untuk menyampaikan terhambat karena kita

banyak melakakuan projek dan kegiatan-kegiatan di luar penyampaian

materi. hambatan lainnya kurangnya suasana kondusif di dalam kelas

karena beberapa siswa over aktif.

19. Apa solusi bapak/ibu dalam mengangani hambatan yang didapatkan?

Jawaban : Solusinya guru lebih mempersiapkan dan mengatur prosedur

pembelajaran lebih matang, agar serangkaian kegiatan pembelajaran

berjalan lancar antara materi dan kegiatan di luar materi.

20. Apa harapan bapak/ibu untuk peserta didik selama mengikuti

serangkaian pembelajaran IPS?

122

Jawaban: Anak-anak dapat mengambil nilai dari setiap serangkaian

pembelajaran. baik proses belajarnya kerjasamanya, solidaritas dengan

sesama, nilai tanggung jawab, nilai kedisiplinan, nilai kemandirian, dll.

jadi siswa tidak hanya mendapatkan pelajaran dari segi teori tetapi juga

pengalaman, kemudian dari pengalaman itu bisa mengambil nilai-nilai.

123

HASIL WAWANCARA

Objek Tujuan: Siswa SMP Citra Alam

I. Responden

1. Hari/Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018

2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB

3. Tempat : Siswa SMP Citra Alam Ciganjur

4. Nama Inisial : Abi

II. Item Pertanyaan

1. Bagaimana pembelajaran diluar kelas/outdoor learning yang biasa

diterapkan guru IPS?

Jawaban:

Pembelajaran selain dikelas, misalnya disekitar sekolah, dilapangan atau di

rumput-rumput menggunakan fasilitas yang ada di sekolah ini.

2. Apakah tanggapan anda mengenai pembelajaran diluar kelas?

Jawaban:

Lebih baik. Karena tidak cepet bosan

3. Apakah setiap mata pelajaran IPS dilakukan dengan outdoor learning?

Jawaban:

Tidak semuanya. Tergantung gurunya juga, atau tergantung siswanya

kalau mau diluar kita belajar diluar kelas.

4. Apa yang anda pelajari pada mengenai materi IPS?

Jawaban:

Banyak. IPS mempelajari ilmu-ilmu sosial.

5. Materi IPS yang mana yang paling diminati oleh siswa?

Jawaban:

Sukanya sejarah karena banyak cerita-cerita.

124

6. Kesulitan apa yang kamu dapatkan dalam proses pembelajaran IPS?

Jawaban:

Saat pembelajaran ada hitungan mungkin.

7. Strategi belajar atau model pembelajaran apa yang biasa diterapkan oleh

guru IPS dalam proses pembelajaran?

Jawaban:

Banyak. Biasanya kerja kelompok, diskusi, permainan.

8. Bagimana langkah-langkah atau cara guru IPS mengajar?

Jawaban:

Menjelaskan materi, tanya jawab, kemudian diberi tugas kelompok,

pembelajaran kelompok bisa diluar atau didalam kelas tergantung gurunya.

9. Apa yang kamu rasakan saat pembelajaran IPS senang, atau biasa saja.

Menarik atau biasa saja.

Jawaban:

Menarik. lebih santai.

125

HASIL WAWANCARA

Objek Tujuan: Siswa SMP Citra Alam

I. Responden

1. Hari/Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018

2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB

3. Tempat : Siswa SMP Citra Alam Ciganjur

4. Nama Inisial : Rava

II. Item Pertanyaan

1. Bagaimana pembelajaran diluar kelas/outdoor learning yang biasa

diterapkan guru IPS?

Jawaban:

Pembelajaran diluar kelas yaitu pembelajaran dengan lingkungan sekitar

yang ada di sekolah. Atau pembelajaran ke masyarakat sekitar.

2. Apakah tanggapan anda mengenai pembelajaran diluar kelas?

Jawaban:

Tidak jenuh.

3. Apakah setiap mata pelajaran IPS dilakukan dengan outdoor learning?

Jawaban:

Tidak, itu tergantung gurunya atau tergantung dari materinya.

4. Apa yang anda pelajari pada mengenai materi IPS?

Jawaban:

Mempelajari seputar ilmu-ilmu sosial.

5. Materi IPS yang mana yang paling diminati oleh siswa?

Jawaban:

126

Semuanya suka. Karena pelajarannya lebih santai.

6. Kesulitan apa yang kamu dapatkan dalam proses pembelajaran IPS?

Jawaban:

Sulit ketika harus membaca buku. Karena saya agak tidak suka membaca.

7. Strategi belajar atau model pembelajaran apa yang biasa diterapkan oleh

guru IPS dalam proses pembelajaran?

Jawaban:

Kerja kelompok, disukusi, permainan, tebak-tebakan, tanya jawab, dll.

8. Bagimana langkah-langkah atau cara guru IPS mengajar?

Jawaban:

Biasanya menjelaskan materi kesananya tergantung. Bisa mengerjakan

tugas kelompok, atau membuat projek, kadang game-game kecil

9. Apa yang kamu rasakan saat pembelajaran IPS senang, atau biasa saja.

Menarik atau biasa saja.

Jawaban:

lebih santai dan seru, karena pelajarannya mungkin tidak terlalu terkesan

sulit.

127

HASIL WAWANCARA

Objek Tujuan: Siswa SMP Citra Alam

I. Responden

1. Hari/Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018

2. Waktu : 10.00 s/d 12.00 WIB

3. Tempat : Siswa SMP Citra Alam Ciganjur

4. Nama Inisial : Tegar

II. Item Pertanyaan

1. Bagaimana pembelajaran diluar kelas/outdoor learning yang biasa

diterapkan guru IPS?

Jawaban:

Pembelajaran di area sekolah. Biasanya didepan kelas, duduk di bawah

pohon atau di lapangan.

2. Apakah tanggapan anda mengenai pembelajaran diluar kelas?

Jawaban:

Lebih suka saja, dibanding belajar di dalam kelas. Tetapi tergantung mood

dari siswa-siswanya, kadang lebih suka belajar di kelas juga kalau

belajarnya pake game.

3. Apakah setiap mata pelajaran IPS dilakukan dengan outdoor learning?

Jawaban:

Tidak, dikelas juga sering.

4. Apa yang anda pelajari pada mengenai materi IPS?

Jawaban:

Banyak, ada pelajaran sejarah, sosiologi, ekonominya dan sosiologi.

5. Materi IPS yang mana yang paling diminati oleh siswa?

Jawaban:

Saya lebih suka ekonomi dan sejarah.

Sukanya sejarah karena banyak cerita-cerita.

128

6. Kesulitan apa yang kamu dapatkan dalam proses pembelajaran IPS?

Jawaban:

Tidak ada kesulitan.

7. Strategi belajar atau model pembelajaran apa yang biasa diterapkan oleh

guru IPS dalam proses pembelajaran?

Jawaban:

Banyak. misalnya ceramah, tugas, atau game, atau membuat projek atau

keterampilan, kebanyakan mengerjakan tugas kelompok.

8. Bagimana langkah-langkah atau cara guru IPS mengajar?

Jawaban:

Menjelaskan materi, kemudian enjoy moment, kadang siswa disuruh

membaca buku IPS, dan terakhir siswa diberi tugas sambil permainan.

9. Apa yang kamu rasakan saat pembelajaran IPS senang, atau biasa saja.

Menarik atau biasa saja.

Jawaban:

senang.

129

LAMPIRAN 7

HASIL OBSERVASI

Objek yang di Amati Hasil Penelitian

Lingkungan Sekolah

1. Mengamati tempat / lokasi

penelitian meliputi:

e. Kondisi geografi

f. Lingkungan

sekolah

g. Fasilitas sekolah

dan kegunaanya

h. Suasana belajar di

SMP Citra Alam

a. Kondisi Geografi: Sekolah Citra Alam

berada di Keluruhan Ciganjur Kecamatan

Jagakarsa dan merupakan bagian dari

Kota Jakarta Selatan. Kecamatan

Jagakarsa berbatasan dengan Kota

Tangerang Selatan di sebeleah barat,

kemudian di sebelah timur berbatasan

dengan Kota Jakarta Timur, dan di

sebelah Selatan berbatasan dengan Kota

Depok Jawa barat. Kelurahan Ciganjur

sendiri berada di bagian selatan

Kecamatan Jagakarsa. Lokasi Sekolah

Citra Alam berada di tengah pemukiman

yang cukup jauh dari jalan raya, yaitu di

Jalan Damai II. Akses untuk menuju

lokasi sekolah bisadi tempuh

menggunakan angkutan kota. Namun

Untuk bisa masuk ke Jalan Damai hanya

bisa menggunakan kendaran pribadi,

tidak ada angkutan umum yang masuk ke

Jalan Damai II.

b. Lingkungan Sekolah: Lingkungan

sekolah Citra Alam sangat membawa

kesan natural. Jika di lihat dari luar pagar

sekolah terlihat seperti kawasan wisata.

Dimana banyak pohon rimbun dan

130

berbatang tinggi di dalamnya. bangunan

sekolah sebagian besar adalah rumah

panggung. Rumah panggung ini adalah

ruang kepala sekolah, tata usaha, ruang

guru, perpustakaan, dan sebagian

ruangan kelas SD. Beberapa bagunan ada

pula seperti bangunan biasa, tetapi masih

membawa kesan natural karena tembok

tersusun dari batuan-batuan alam.

Sekolah Citra alam sendiri terbagi

menjadi 2 wilayah, wilayah atas sekolah

adalah untuk kelas PGTK dan sarana

bermainnya, selain itu di wilayah bagian

atas sekolah terdapat kantor yayasan

sekaligus tempat rapat yayasan dan

sekolah. Kemudian di wilayah bagian

bawah sekolah adalah bangunan kelas

SD, SMP dan SMA serta sarana lainnya.

Jarak antara wilayah atas dan bawah

sekolah cukup jauh, untuk naik ke bagian

atas sekolah harus menaiki tangga batu

yang cukup tinngi. Suasana di Kawasan

sekolah Citra Alam cukup ramai karena

jumlah siswa dari semua jenjang yang

cukup banyak. Diluar jam pelajaran

siswa-siswi bermain di sekitar sekolah

menggunakan fasilitas sekolah, seperti

outbond. bersepeda, ada pula yang

berolahraga di lapangan.

c. Fasilitas Sekolah: Fasiltas sekolah

terdiri dari ruangan kelas, kantor TU,

131

ruang kepala sekolah, ruang guru,

perpustakaan, kantin sekolah, koperasi,

ruang praktek seperti empang untuk

ternaik ikan, ruang praktek menanam

tanaman yang di namakan green house.

Di tengah sekolah antara kelas SMP dan

SD terdapat lapangan kecil yang alasnya

adalah rumput halus. Lapangan ini biasa

di gunakan untuk latihan organisasi. Saat

kunjungan kesana lapangan kecil ini

sedangan digunakan untuk latihan baris

berbaris. Di bagian depan sekolah tepat

di balik gerbang masuk terdapat lapangan

basket yang berhadapan dengan masjid.

Di samping kanan lapangan basket

terdapat beberapa toilet sekolah. Selain

itu, beberapa fasilitas bemain yang

disediakan di sekolah adalah outbond,

sepeda keliling, dan fasilitas lain untuk

proses pembelajaran

d. Suasana Belajar: Suasana belajar dalam

prosesnya sangat aktif baik siswa

maunpun guru. Proses belajar hampir

sama karena kurikulum sekolah juga

mengikuti kurikulum nasional dari

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan

penutupan. yang berbeda disini lebih

aktif antara siswa dengan siswa lain atau

guru dan siswa, pengajar disini adalah

kakak sehingga jarak mereka sangat

dekat seperti kakak dan adik. selain itu

132

terkesan tidak terlalu formal karena siswa

dan guru sendiri memakai pakaian bebas.

Hampir disetiap tembok kelas terdapat

jendela yang terbuka yang menghadap

langsung ke pohon-pohon tinggi yang

ada di luar kelas. Sehingga suasana

belajar terlihat sangat nyaman.

e. Ruang Belajar di Sekolah Citra Alam:

Ruangan belajar di SMP Sekolah Citra

Alam terbuat dari tembok yang tersusun

dari batu alam sehingga masih terkesan

natural. Di dalam kelas terdapat 15 kursi

yang terpisah untuk siswa, 1 kursi dan

meja untuk guru, 1 kursi dan meja untuk

guru pendamping khusus. Di dalam kelas

terdapat fasilitas lemari terbuka yang

terbuat dari kayu untuk menyimpan alat-

alat belajar. selain itu terdapat dispenser,

dan kaca. tempat duduk siswa dibuat

later u menghadap ke papan tulis. Di

depan kelas terdapat tanaman dan tempat

sampah.

f. Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah

Citra Alam: Siswa masuk pukul 07.30

kegiatan pertama adalah sholat dhuha

berjamah dari jam 07.30-08.00. Setelah

itu dilanjutkan pada proses pembelajaran

di kelas atau di luar kelas dari jam 08.00-

09.20. Pada jam 09.20-09.50 istirahat.

Kemudian pada jam 09.50-11.50

melanjutkan pembelajaran. Jam 11.50-

133

13.00 adalah istirahat kedua. diisi dengan

kegiatan sholat berjamaah di masjid

kemudian makan siang bersama

(ISOMA). Pembelajaran di lanjutkan

kembali setelah istirahat pada pukul

13.00-14.30. Kegiatan terakhir sebelum

pulang yaitu doa dan refleksi pada pukul

14.30.

Pelaksanaan Pembelajaran

2. Kegiatan Pembelajaran

d. Pembuka

e. Kegiatan Inti

f. Penutup/Refleksi

a. Pembukaan: Sebelum masuk pada

kegiatan peendahuluan guru menkondusifkan

kelas dengan mengatur meja dan kursi siswa.

Guru mentugaskan siswa untuk membuang

sampah. Proses pendahuluan di lakukan

dengan mengucapkan salam, berdoa

bersama, guru menannyakan kabar,

mereview pembelajaran yang lalu, dan

kemudian ice breaking dengan menyanyikan

lagu maju tak gentar bersama sama dengan

suara yang lantang. Dengan tujuan

menumbuhkan mood dan semngat siswa.

Kegiatan menyanyi juga diiringi dengan

mengoper benda. sampai lagu berhenti siswa

yang memegang barang saat lagu berhenti

maju ke depan membuat kata-kata mutiara

berisi motivasi. Guru menanyakan kepada

siswa apakah ingin belajar di kelas atau di

dalam kelas. (outdoor/indoor). Pada hari itu

siswa memilih untuk belajar di dalam

ruangan kelas. Kemudian dalam kegiatan

pendahulan guru membagi siswa ke dalam

beberapa kelompok. Kelompok yang dibuat

134

saat itu adalah 4 kelompok. Masing-masing

kelompoknya berisi 3-4 anggota.

b. Kegiatan Inti: Pada kegiatan inti, guru

menulis catatan singkat di papan tulis

semacam peta konsep. sekitar 10-15 menit

guru menjelaskan materi pembelajaran dan

siswa mendengarkan. Selesai berbicara

sebelum masuk ke kegiatan kelompok guru

bersama siswa menyanyi kembali lagu-lagu

kebangsan sebagai waktu enjoy moment.

Setelah selesai, siswa melakukan kerja

kelompok dengan tugasnya yaitu membuat

ringkasan peristiwa-peristiwa sejarah seperti

misalnya peristiwa ”bandung lautan api” dari

amplop yang diberikan oleh guru. Masing-

masing kelompok berisi pembahasan yang

berbeda dalam amplop tersebut. yang diberi

nama “amplop perjuangan”. Siswa diberi

waktu 10 menit untuk membuat ringkasan.

Tugas ini dikerjakan bersama-sama engan

masing-masing kelompoknya. Setelah selesai

melakukan ringkasan selama 10 menit,

masing-masing kelompok berkeliling untuk

mencari informasi dari peristiwa sejarah

yang berbeda dari kelompok lain. Kelompok

yang paling banyak mendapatkan informasi

dari kelompok lain (informasi berupa

peristiwa sejarah), akan mendapatkan reward

dari guru. Dalam kegiatan tersebut kelompok

yang paling banyak mendapatkan informasi

adalah kelompok 3 dengan 9 informasi

135

peristiwa sejarah di Indonesia, dan keluar

sebagai pemenang kelompok mendapatkan

hadian berupa 1 buah tolak angin.

c. Penutup/refleksi: Beberapa siswa

ditunjuk untuk membuat rangkuman sendiri

di papan tulis semacam peta konsep berisi

peristiwa-peristiwa sejarah meliputi tanggal

kejadian dan tokoh yang terlibat. Penulisan

adalah pengetahuan siswa sendiri. Kemudian

siswa lain bergelirian untuk menulis di papan

tulis. Setelah itu semua siswa menulis

catatan yang sudah di tulis oleh tema-

temannya di papan tulis. (yaiu rangkuman

mengenai peristiwa sejarah yang di tulis

dalam peta konsep). Setelah selesai satu

orang siswa di tunjuk untuk menyimpulkan

pembelajaran yang di dapat beserta kesan-

kesan dan hikmah-hikmahnya selama proses

pembelajaran berlangsung. Terakhir di tutup

dengan doa dan salam.

3. Aktivitas siswa

a. Kehadiran Siswa

b. Perhatian Siswa

c. Keaktifan Siswa di

Kelas

d. Pengerjaan Tugas

Siswa

a. Kehadiran siswa: Mengenai kehadiaran

siswa di kelas, Penulis mengkategorikan

menjadi menjadi siswa yang datang tepat

waktu, datang tepat waktu tetapi tidak serius

atau menunjukan ketidaksiapan untuk

mengikuti pelajaran dan siswa yang datang

terlambat. Hasil observasi menunjukan

bahwa ada sekitar 9 orang dari 14 siswa

kelas 9B yang datang tepat waktu dan

mengikuti pembelajaran dengan baik.

Sisanya yaitu siswa yang datang terlambat

136

sekitar 5 orang. Siswa yang datang tepat

waktu tetapi tidak serius mengikuti pelajaran

tidak ada. Mereka yang datang terlambat

dengan alasan rumah yang jaraknya jauh

dengan sekolah sehingga mebutuhkan waktu

yang lama untuk sampai di sekolah pagi hari.

Salah satu siswa berkata bahwa memang

selalu ada siswa yang datang terlambat,

namun lebih banyak siswa yang datang tepat

waktu.

b. Perhatian Siswa: Perhatian siswa di kelas

meliputi siswa yang memperhatikan

penjelasan materi pelajaran IPS dengan

fokus, siswa yang cukup sekedar

memperhatikan, tetapi tidak fokus, dan siswa

yang benar-benar tidak memperhatikan

penjelasan materi pelajaran. Hasil observasi

penulis menemukan bahwa siswa yang

memperhatikan dengan fokus sebanyak 10

orang dari 14 siswa di kelas 9B. Siswa yang

memperhatikan tapi tidak fokus sebanyak 4

orang, siswa yang tidak fokus ini ditunjukan

dengan tidak bisa menjawabnya siswa

terhadap pertanyaan guru, siswa yang tidak

fokus ini biasanya melamun saat guru

menjelaskan meskipun perhatian nya kepada

guru yang sedang mengajar di depan kelas.

Indikator yang ketiga dari perhatian siswa

yaitu siswa yang tidak memperhatikan sama

sekali. Di kelas 9B siswa tidak ada siswa

yang tidak memperhatikan sama sekali.

137

Misalnya sambil main-main atau sambil

mengobrol. Kebanyakan dari siswa adalah

memperhatikan dengan fokus penjelasan

gurunya. Karena guru hanya menyampaikan

materi singkat. ada waktu dimana siswa

bergerak aktif dan ada waktu enjoy moment

untuk bersantai.

c. Keaktifan Siswa: Perhatian peneliti

selanjutnya adalah mengenai keaktifan

siswa. Untuk keaktifan siswa di kelas

peneliti membagi ke dalam dua, yaitu

keaktifan bertanya dan keaktifan

mengemukakan pendapat. Terkait keaktifan

bertanya terbagi lagi menjadi aktif bertanya

dan pertanyaan sesuai dengan materi yang

dipelajari atau bertanya mengenai tugas,

aktif bertanya namun dengan pertanyaan

yang lebih luas atau di luar materi pelajaran

yang sedang di pelajari, dan terakhir siswa

yang tidak aktif bertanya atau hanya

mendengarkan penjelasan materi tanpa

mengajukan pertanyaan. Hasil Penelitian

menunjukan bahwa siswa yang banyak

bertanya dari 14 siswa di kelas 9B sebanyak

6 orang. Siswa yang aktif bertanya tetapi di

luar materi sekitar 2 orang. dan siswa yang

tidak aktif bertanya atau tidak bertanya sama

sekali selama pembelajaran sebanyak 6

orang siswa.

Sedangkan mengenai keaktifan

mengemukakan pendapat, terbagi menjadi

138

siswa yang mengemukakan pendapatnya

dengan aktif, siswa yang mengemukakan

pendapat sesekali waktu, dan siswa yang

tidak mengemukakan pendapatnya sama

sekali. Hasil observasi peneliti

mengemukakan bahwa siswa yang aktif

mengemukakan pendapat sebanyak 5 orang.

Siswa yang hanya sesekali mengemukakan

pendapat sebanyak 7 orang. dan 7 orang

siswa yang sama sekali tidak mengemukakan

pendapat dan hanya diam saat berdiskusi

dengan teman atau guru. Keaktifan siswa

saat pembelajaran tidak terlepas dari strategi

mengajar guru yang harus membuat daya

tarik siswa untuk lebih aktif.

d. Pengerjaan Tugas Siswa: Pengamatan

terakhir adalah mengenai proses pengerjaan

tugas atau latihan yang diberikan guru IPS

pada saat pembelajaran. Proses pengerjaan

latihan atau worksheet yang diberikan guru

setiap akhir penjelasan materi pelajaran IPS

dilakukan oleh seluruh siswa yang hadir

pada hari tersebut. Tugas dikerjakan

berkelompok. Dalam pengerjaan tugas atau

latihan terbagi menjadi siswa mengerjakan

tugas kelompok dengan aktif, siswa yang

mengerjakan tugas kelompok tetapi tidak

serius atau hanya sekear gabung dalam

kelompok, dan siswa yang tidak

mengerjakan tugas kelompok sama sekali.

Hasil observasi peneliti menunjukan bahwa

139

siswa yang mengerjakan tugas kelompok

dengan aktif 10 orang. Siswa yang

mengerjakan tugas kelompok tetapi tidak

seius atau hanya mengerjakan sekedar nya

sebanyak 3 orang. dan 0 siswa yang tidak

mengerjakan tugas latihan sama sekali.

Secara keseluruhan hampir semua siswa ikut

andil dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya. Pada prosedurnya guru selalu

mengawasi siswa, siswa yang tidak

mengerjakan tugas akan diberikan sanksi

yaitu menjelaskan materi secara pribadi.

4. Penggunaan metode

pembelajaran

a. Metode

Pembelajaran yang

digunakan

b. Langkah-langkah

metode pembelajaran

yang digunakan

a. Metode pembelajaran yang digunakan:

Metode pembelajaran yang di gunakan guru

IPS pada saat kegiatan observasi adalah

Discovery learning dipadukan dengan

pembelajaran menarik yaitu half stay-half

stray. Dalam proses mengaplikasikannya

metode pembelajaran ini dikemas dalam

teknik pembelajaran ceramah singkat

(menjeskan materi), kerja kelompok, diskusi,

presentasi dan game.

b. Langkah-langkah metode

pembelajaran yang digunakan: Guru

meminta siswa untuk duduk sesuai anggota

kelompoknya

10) Guru menjelaskan awal kedatangan

sekutu setelah kemerdekaan dan sikap

yang saat itu diambil Indonesia

(mengamati) siswa bertanya tentang hasil

pengamatannya (menanya)

140

11) Siswa lain dibolehkan untuk menjawab

12) Guru memberikan dan meluruskan

materi yang tepat

13) Guru memberikan lembar kerja siswa

kepada setiap kelompok dan masing-

masing kelompok memilih 3 amplop

yang berisi materi yang berbeda

(perjuangan bersenjata di berbagai

daerah dan berbagai diplomasi)

14) Siswa melakukan diskusi untuk

menuliskan ringkasan dari materi yang

didapat (mengolah informasi)

15) Dalam kelompok tersebut sebagian diam

di tempat untuk menjadi pemateri

sebagian lagi berkeliling mencari materi

(menalar)

16) Siswa kembali berdiskusi untuk

menentukan mana yang benar dan mana

yang salah kemudian menuliskannya

(literasi)

17) Perwakilan kelompok memprsentasikan

kronologi yang paling tepat tentang

perjuangan mempertahankan

kemerdekaan (mengkomunikasikan)

5. Proses Penilian Selain melakukan perencanaan pembelajaran

setiap guru harus melakukan penilaian atau

evaluasi. Penilaian dilakukan untuk melihat

sejauh mana perkembangan siswa dan

pemahaman siswa pada materi pelajaran

selama pross belajar. Penilaian belajar siswa

141

di sekolah citra alam dapat mencakup

perkembangan siswa secara kuantitatif

maupun kualitatif. Penilaian kuantitatif yaitu

peniliaian pengukuran berbentuk nilai angka

terhadap hasil tugas siswa dan ulangan-

ulangan. Sedangkan penilaian kualitatif

mencakup nilai keseharian siswa di sekolah.

Penilaian/evaluasi selalu dilakukan oleh guru

kelas setiap kegiatan pembelajaran. Penilaian

sehari-hari biasaya dalam bentuk nilai-nilai

tugas yang diberikan oleh guru, biasanya

tugas diberikan untuk dikerjakan secara

kelompok. Karena pembelajaran dalam

bentuk kelompok maka selain nilai angka,

guru IPS juga memberikan nilai masing-

masing individu, apakah bekerja sama

dengan baik, apakah melakukan tugas

dengan baik, Nilai tersebut akan di

akumulasikan dalam bentuk nilai angka pula.

Guru IPS juga melakukan evaluasi terkait

perkembangan-perkembangan siswa dengan

menjadi komentator secara langsung

meskipun kebanyakan bersifat subjektif.

Dalam Rencana Perangkat Pembelajaran

Penilaian mencakup penilaian sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Pada

penilaian sikap guru IPS menilai setiap

tingkah laku siswa sehari hari yang

kemudian akan ditulis dalam catatan perilaku

siswa. Format penulisan penilian sikap

berisi catatan prilaku siswa dan butir-butir

142

perilaku siswa yang ditulis oleh guru kelas,

kemudian akan dilaporkan kepada pihak

orang tua siswa.

Untuk penilaian pengetahuan guru IPS

melakukan observasi pengetahuan peserta

peserta didik dalam bentuk mengamati

diskusi dan presentasi siswa dari hasil tugas

kelompok. Penskoran aktivitas diberi skor

rentang 1-4 dan nilai maksimal adalah 100.

Adapun kriteria skor diantaranya yaitu Skor

1 jika jawaban siswa hanya berupa

menjawab saja, skor 2 jika jawaban berupa

mendefinisikan, skor 3 jika jawaban berupa

mendefinsikan dan sedikit uraian, skor 4 jika

jawaban berupa mendefinisikan dan

penjelasan logis. Nilai siswa adalah skor

perolehan dikali 25.Untuk Penilaian

keterampilan dilakukan dengan mengetahui

kemampuan siswa dalam menerapkan

pengetahuan melakukan tugas tertentu

didalam berbagai macam konteks sesuai

dengan indikator pencapaian kompetensi.

Penilaian keterampilan dilakukan dengan

berbagai teknik, antara lain penilaian kinerja,

penilaian proyek dan penilaian portofolio.

143

LAMPIRAN 9

CONTOH JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP DAN INSTRUMEN

OBSERVASI PENGETAHUAN SISWA

Nama Sekolah : SMP Citra Alam Ciganjur

Kelas/Semester : IX.B

Tahun Ajaran : 2017/2018

No Waktu Nama Siswa Catatan

Perilaku

Butir Sikap

1 Senin, 17-09-

2108

Pukul 13.00

Sami Belajar mentaati

waktu di sekolah,

di rumah dan

dimanapun.

Telat masuk

kelas

2 Rava

3 Ali

4 Zaki

Ahtar

Instrumen Observasi Pengetahuan

Kelas : IX.B

Semester : Ganjil

Pengetahuan yang di Nilai : Presentasi Sejarah Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia

No

Nama Peserta

Didik

Jawaban Peserta Didik

Menjawab Saja Mendefinisikan Mendefinisikan

&

Menguraikan

Mendefinis

ikan &

Penjelasan

Logis

1 Rava 1 2 3 4

2

3

144

LAMPIRAN 10

BROSUR SEKOLAH

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

BIOGRAFI PENULIS

Lena Fadya, NIM 11140150000014 Jurusan

Pendidikan IPS Konsentrasi Geografi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis lahir di Bekasi pada 21 Juni 1995

merupakan anak kedua dari pasangan Ahyar dan

Yayah. Penulis bertempat tinggal di Jl. Industri RT

009 RW 003 Kp Tegal Gede Desa Pasir Sari

Kecamatan Cikarang Selatan Kabupaten Bekasi.

Riwayat Pendidikan berawal dari SDN Pasir Sari 01 2002-2008, dilanjutkan di

MTs Assalam Plered Purwakarta 2008-2011 dan MA YPPA Cipulus Wanayasa

Purwakarta 2011-2014. Skripsi ini didedikasikan untuk kedua orang tua, kakak,

adik dan semua yang mendukung sepenuhnya terhadap studi penulis. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkemabangan ilmu pengetahuan.

Email: [email protected]. Instagram: @lena_fadya, Facebook: lenafadya