laporan kasus kedokteran keluarga fix

24
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA PUSKESMAS GIANYAR 2 Oleh : SANG AYU DWI KUSUMA DEWI (0802005015) IRNA TRISTANTI (0802005157) ROOBASHINI (0802005187) DOSEN PEMBIMBING DR. dr. G. N. Indraguna Pinatih, M.Sc, Akp, Sp.GK Dr. Pande Putu Irma Yustini BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

Upload: utami-handayani-kurnia

Post on 28-Oct-2015

744 views

Category:

Documents


125 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

PUSKESMAS GIANYAR 2

Oleh :

SANG AYU DWI KUSUMA DEWI (0802005015)

IRNA TRISTANTI (0802005157)

ROOBASHINI (0802005187)

DOSEN PEMBIMBING

DR. dr. G. N. Indraguna Pinatih, M.Sc, Akp, Sp.GK

Dr. Pande Putu Irma Yustini

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN

ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Page 2: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

KASUS MORBUS HANSEN MULTIBASILER

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : W. G

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Umur : 28 Tahun

Tanggal Lahir : 16 Maret 1984

Status : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : Tamat SMP

Suku/ Bangsa : Bali/ Indonesia

Agama : Hindu

Alamat : Br. Ngenjing Sari Gianyar

Tgl. Kunjungan : 7 Desember 2012

Anggota keluarga yang tinggal serumah dengan pasien :

No. Nama Jenis kelamin Umur Status Pendidikan Pekerjaan

1. Made Nidep Laki-laki 50 tahun Ayah SD Buruh bangunan

2. Made Tari Perempuan 50 tahun Ibu Tidak sekolah Petani

3. Ni ketut Subur Perempuan 22 tahun Istri SMA Petani

4. Putu Ari Laki-laki 2 tahun Anak - -

II. KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

A. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Bercak-bercak putih pada pinggang

1) Riwayat Penyakit

Pasien mengeluh bercak putih pada kulit pinggang sejak 1 tahun yang lalu.

Awalnya terdapat bercak kemerahan kecil didaerah pinggang dan tidak

menimbulkan keluhan sehingga tidak dihiraukan oleh pasien, tetapi semakin

lama semakin membesar dan meluas dan menyebar hingga ke lengan atas,

dada, perut dan punggung.

Pasien mengeluh terdapat rasa gatal pada bercak-bercak tersebut. Pasien

mengeluh terasa tebal pada bercak-bercak tersebut. Pasien merasa tebal tapi

1

Page 3: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

tidak terlalu jelas dengan daerah kulit normal yang dirasakan. Pasien

mengatakan bila terbentur sesuatu terasa lebih sakit daripada sebelum pasien

muncul bercak-bercak ini. Pada malam hari pasien merasakan kulit seperti

ditarik-tarik. Pasien menyangkal adanya rontok bulu mata, alis dan demam.

BAK pasien dikatakan biasa, frekuensi berkemih sekitar 2-3 kali tiap

harinya, kencing warna kuning jernih. BAB pasien dikatakan biasa,

frekuensi 1-2 kali tiap hari.

2) Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Riwayat

penyakit lain seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung,

penyakit liver, asma, penyakit ginjal disangkal oleh pasien. Pasien memiliki

riwayat alergi makanan laut

3) Riwayat Pengobatan

Pasien memeriksakan diri ke puskesmas Gianyar 2 dan mendapat

pengobatan kusta yang terdiri dari 12 paket obat. Pasien menjalani

pengobatan selama 9 bulan dan pengobatan sudah dihentikan karena pasien

merasakan kondisinya sudah membaik. Apabila pasien sakit, pasien

biasanya hanya mengkonsumsi obat penurun panas apabila demam dan

konsumsi obat penghilang nyeri.

4) Riwayat Keluarga

Pasien mengatakan bahwa ayahnya juga menderita penyakit kusta sejak

tahun 1992 dan sudah mendapatkan pengobatan. Riwayat penyakit tekanan

darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit liver, penyakit ginjal

disangkal oleh keluarga pasien

5) Riwayat Sosial

Pasien saat ini bekerja sebagai wiraswasta. Pasien tinggal di rumahnya

bersama ayah, ibu, istri dan anaknya. Tetangga pasien tidak ada yang

mengalami gejala dan keluhan yang sama dengan pasien. Pasien

mengatakan jarang menggunakan alas kaki ketika beraktifitas diluar rumah

dan jarang mencuci tangannya baik setelah bekerja. Pasien juga sering

menghabiskan waktu senggang di rumah bersama keluarganya termasuk

ayahnya yang menderita kusta. Riwayat merokok dan minum minuman

2

Page 4: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

beralkohol disangkal oleh pasien. Pasien mengatakan mandi 2x sehari.

Lingkungan rumah pasien sedikit kotor dan tidak terawatt dengan ventilasi

minimal. Sumber air dari sumur.

B. Pemeriksaan Fisik

1) Status Present

Tensi : 110/70 mmHg

Nadi : 84 kali/menit

Respirasi : 22 kali/menit

Temp. Axila : 36,5 0C

TB : 165 cm

BB : 60 kg

IMT : 22,05 kg/m2

2) Status General:

Mata

Inspeksi : Anemia -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+ isokor

Telinga

Inspeksi : Sekret (-/-)

Hidung

Inspeksi: Sekret (-/-)

Tenggorokan

Inspeksi : Tonsil hiperemis (-)

Leher

Inspeksi : Dalam batas normal

Palpasi : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorak : Simetris (+), retraksi (-)

Cor :

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba MCL S ICS V

Perkusi : Batas kanan : PSL D

Bats kiri : MCL S ICS V

Batas atas : ICS II

3

Page 5: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo :

Inspeksi : Simetris statis dan dinamis

Palpasi : Vokal fremitus N/N

N/N

N/N

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronchi -/-, Wheezing -/-

+/+ -/- -/-

+/+ -/- -/-

Abdomen

Inspeksi : Distensi (-)

Auskultasi : BU (+) normal,

Palpasi : nyeri tekan (-), turgor N

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Perkusi : Timpani

Ekstremitas

Oedem - - , hangat + +

- - + +

Status lokalis kulit :

Pada regio pinggang, perut dan punggung tampak plaque > 5 , berbatas tidak

tegas, erosi (-) , skuama (-), tampak patch hiperpigmentasi pada punggung dan

pinggang. Madarosis (-), facies leohiro (-), saddle nose (-), claw hand (-)

Pemeriksaan saraf :

4

Page 6: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

o Pemeriksaan anastesi terhadap rasa nyeri pada tempat lesi (+) seperti

kulit normal

o Pemeriksaan anastesi terhadap rasa raba pada tempat lesi (+) seperti pada

kulit normal

o Pemeriksaan suhu panas dingin pada lesi masih bisa dibedakan pada

tempat lesi.

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan BTA : tidak ditemukan kuman BTA

D. Diagnosis

Morbus Hansen Multi Basiler

E. Pengobatan

MDT MH multibasiler WHO selama 1 tahun yang terdiri dari :

Rifampisin 600 mg 1 x 1 / bulan

DDS 100 mg 1 x 1 / hari

Lampren ( klofazimin ) 300 mg 1 x 1 / bulan kemudian dilanjutkan dengan 50

mg 1 x 1 / hari

III. IDENTIFIKASI MASALAH

Untuk mengidentifikasi masalah pada pasien ini, mahasiswa KKM melakukan

kunjungan ke rumah pasien. Mahasiswa mengamati status kesehatan pasien,

keadaan sosial ekonomi keluarga, kondisi rumah pasien, mengamati faktor-faktor

resiko yang dijumpai pada pasien ini dan mencarikan solusinya melalui 6 langkah

pelayanan kedokteran keluarga yang mencakup personal, komprehensif,

berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif, pencegahan, menimbang keluarga,

masyarakat dan lingkungannya. Secara terperinci diuraikan sebagai berikut :

A. Gambaran status kesehatan

Saat dilakukan kunjungan ke rumah pasien terlihat pasien dalam keadaan cukup

baik. Pasien bisa menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik. Keluhan

bercak-bercak di kulit dan rasa gatal dan nyeri sudah hilang.

Gambaran singkat keadaan sosial ekonomi keluarga

5

Page 7: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

Pasien adalah laki-laki usia 28 tahun yang bekerja sebagai wiraswasta. Untuk

kehidupannya sehari – hari pasien bekerja sebagai wiraswasta tetapi dengan

pekerjaan yang tidak tetap. Keluarga yang tinggal bersama pasien secara ikhlas

mendukung kesehatan pasien dan ayahnya yang dulu menderita penyakit yang

sama. Status ekonomi pasien cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari. Hubungan pasien dengan tetangga sekitarnya juga cukup baik.

B. Silsilah Keluarga

Keterangan:

: Laki-laki : Perempuan

: Pasien : Meninggal

: Dengan Penyakit yang Sama

C. Kondisi Rumah Pasien

Pasien dan keluarganya tinggal dalam satu pekarangan rumah yang cukup

sederhana dan dihuni oleh 2 kepala keluarga. Bangunan rumah pasien

6

Page 8: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

merupakan rumah permanen yang terbuat dari batako, tembok diplester,

berlantai semen dan beratapkan genteng sedangkan rumah yang dihuni oleh

ayahnya hanya seperti sebuah kamar yang terbuat dari kayu, tanpa lantai dan

beratapkan seng. Rumah pasien memiliki ruang tamu kecil dan sebuah kamar

tanpa kamar mandi. Di rumah ayahnya terdapat 1 kamar tidur dan 1 dapur kecil.

Terdapat 1 buah kamar mandi kecil dibagian belakang yang terpisah dengan

bangunan rumah. Pasien tidur bersama istri dan anaknya, pasien tidur beralaskan

kasur, dan memiliki ventilasi yang minimal, sedangkan di rumah ayahnya tidak

terdapat ventilasi yang baik dan tidak ada jendela. Sinar matahari sangat sedikit

yang masuk ke kamar pasien karena jendela yang selalu tertutup. Suasana di

dalam rumah juga terasa gelap dan lembab serta terlihat perabotan yang kurang

tertata dengan rapi. Terdapat balai bengong diantara rumah pasien dan ayahnya.

Denah Rumah

Lantai 1

U

Keterangan:

1. Kamar ayah dan ibu pasien

2. Dapur

3. Kamar mandi

4. Rumah pasien

7

7

1

4

5

3 2

Page 9: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

5. Bangunan baru

D. Faktor resiko

1) Lingkungan

Pada kamar pasien didapatkan bahwa ventilasi kamarnya tergolong minimal.

Jendela kamar pasien hampir setiap hari jarang dibuka sehingga sinar

matahari susah masuk ke kamar. Keadaan ini cenderung akan membuat

kelembapan kamar cukup tinggi yang bisa membuat kuman – kuma penyakit

bisa tumbuh. Sementara ayah pasien juga mengalami penyakit yang sama

dan tinggal di lingkungan yang sama sehingga sangat besar kemungkinan

terjadinya penularan kuman morbus hansen. Pasien juga jarang memakai

sandal disekitar rumah dan jarang mencuci tangan ketika makan.

2) Perilaku

Berdasarkan wawancara pasien dan keluarganya didapatkan bahwa pasien

sehari-harinya sering menghabiskan waktunya bersama keluarga. Pola

makan pasien dikatakan masih baik. Pasien juga mengatakan dirinya tidak

pernah minum alkohol dan tidak merokok.

E. Pemecahan masalah

Sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang kami ambil adalah sesuai

dengan prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut :

1)Personal

Memberikan penjelasan tentang penyakit Morbus hansen kepada

pasien, apa penyebabnya, gejala-gejala, dan cara pengobatannya.

Memberikan penjelasan pada pasien bahwa penyakit Morbus hansen

bisa disembuhkan, namun menyebabkan komplikasi seperti kecacatan

jika tidak ditangani dengan baik dan segera.

Menyarankan kepada pasien agar mengubah lingkungan tempat

tinggalnya seperti membuka korden dan jendela kamar, makan

makanan yang cukup bergizi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan,

serta istirahat yang cukup.

Memberikan penjelasan mengenai pola hidup yang harus dijalani

sekarang oleh pasien.

8

Page 10: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

2)Komprehensif

Komprehensif meliputi semua aspek tingkat pencegahan (primer, sekunder,

dan tersier). Upaya pencegahan ini dilaksanakan sesuai dengan perjalanan

alamiah penyakit tersebut pada pasien dan anggota keluarga yang lain.

Pencegahan primer :

Pencegahan primer adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses

penyakit belum mulai ( pada periode pre-patogenesis ) dengan tujuan agar

tidak terjadi proses penyakit dan mengurangi insiden penyakit dengan cara

mengendalikan faktor penyebab penyakit dan faktor resikonya. Karena pada

pasien sudah mengalami penyakit ini, sehingga pencegahan primer

ditujukan kepada anggota keluarga pasien. Upaya yang dilakukan untuk

memutus mata rantai infeksi dari ”agent – host – environment ”

Health promotion seperti melakukan penyuluhan dengan memberikan

penjelasan mengenai faktor resiko penyakit morbus hansen,

menyediakan gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan, penyediaan

perumahan yang sehat, rekreasi yang cukup, melakukan pekerjaan yang

sesuai, konseling perkawinan, genetika dan pemeriksaan kesehatan

berkala.

Specific protection seperti imunisasi, menjaga kebersihan perorangan,

sanitasi lingkungan, perlindungan terhadap kecelakaan akibat kerja, dan

menghindari zat-zat alergenik.

Sanitasi lingkungan seperti menganjurkan mengubah lingkungan kamar

pasien seperti membuka korden dan jendela kamar, agar sinar matahari

bisa masuk ke kamar, menjaga kebersihan kamar (membersihkan

jendela seminggu sekali ) sehingga kuman Morbus hansen tidak mudah

tumbuh, serta menjaga kesehatan individu seperti mandi 2x sehari.

Menganjurkan kepada keluarga untuk mengawasi bersama kondisi

kesehatan pasien, karena kondisi pasien yang telah mengalami putus

obat sehingga dikhawatirkan terjadi kekambuhan lagi pada pasien.

9

Page 11: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

Menganjurkan kepada pasien dan keluarga pasien untuk memakai

masker saat keluarga kontak dengan pasien ketika pasien mengalami

batuk dan mengajarkan batuk yang efektif serta tidak membuang dahak

di sembarang tempat.

Pencegahan sekunder :

Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses

penyakit sudah berlangsung namun belum timbul tanda/gejala sakit

(patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut.

Pencegahan yang dilakukan untuk menghentikan proses penyakit lebih

lanjut dan mencegah komplikasi yang terdiri dari deteksi dini seperti

pemeriksaan BTA dan skrining, melakukan pemeriksaan khusus dengan

tujuan menyembuhkan dan mencegah penyakit berlanjut, mencegah

penyebaran penyakit menular, mencegah komplikasi dan akibat lanjutan,

serta memperpendek masa ketidakmampuan

Pemberian pengobatan yang tepat untuk menghentikan proses penyakit,

mencegah komplikasi dan sekuele yang lebih parah, serta penyediaan

fasilitas khusus untuk membatasi ketidakmampuan dan mencegah

kematian.

Pencegahan tersier :

Pencegahan penyakit tersier adalah pencegahan yang dilakukan saat proses

sudah lanjut ( akhir periode patogenesis ) dengan tujuan mencegah cacat dan

mengembalikan penderita ke status sehat. Tujuan dari pencegahan ini yaitu

menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan

membantu penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap

kondisinya yang terdiri dari disability limitation dan rehabilitation. Juga

memberikan konseling kepada keluarga.

1. Disability limitation seperti penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan

lanjutan agar tidak terjadi komplikasi, pencegahan terhadap komplikasi

maupun cacat setelah sembuh, perbaikan fasilitas kesehatan sebagai

penunjang untuk pengobatan dan perawatan yang lebih intensif serta

10

Page 12: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

mengusahakan pengurangan beban – beban medis dan non medis (sosial)

pada penderita untuk memungkinkan meneruskan pengobatan dan

perawatannya.

2. Rehabilitasi seperti penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi

tubuh dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan penyadaran masyarakat

untuk menerima mereka dalam fase rehabilitasi.

3. Konseling kepada pasien bahwa penyakit ini bisa disembuhkan tetapi

pengobatan akan berlangsung lama, antara 12 – 18 bulan, karena kondisi

pasien saat ini putus obat sehingga pasien harus kembali ke puskesmas

kembali untuk menjalani pemeriksaan lanjutan tentang penyakitnya

sehingga pasien mendapatkan pengobatan yang tepat, sehingga

menganjurkan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan ulang untuk

membuktikan apakah pasien ini telah sembuh total atau terjadi suatu

kekambuhan.

4. Penyakit ini mengganggu saraf, sehingga pasien akan merasakan mati

rasa, oleh karena itu disarankan agar pasien menghindari trauma agar

tidak memungkinkan terjadinya infeksi lain.

3) Berkesinambungan

Pemantauan kesehatan dan kepatuhan dalam perawatan dan pengobatan

pasien oleh keluarga setelah pasien mendapatkan pengobatan yang tepat,

karena ketidakteraturan berobat dapat menimbulkan banyak masalah dalam

keberhasilan upaya penanggulangan penyakit kusta. Hal ini akan

memperbesar resiko kecacatan dan resistensi terhadap obat kusta sehingga

perlu pengawasan dalam pengobatan serta optimalisasi dalam asupan gizi

pasien untuk menjaga ketahanan tubuh pasien.

4) Koordinatif dan kolaboratif

Koordinatif dan kolaboratif yaitu bekerjasama dan membagi peran dengan

pihak stakeholder terkait seperti kelompok dokter, terapis, analisis,

pemuka/tokoh masyarakat, termasuk keluarga pasien sendiri. Dokter, terapis

dan pasien harus bekerjasama untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

11

Page 13: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

Diagnosis dan terapi secara dini, dan disusul dengan perawatan yang cermat

akan mencegah pengembangan terjadinya kecacatan, dengan tujuan :

1. Mencegah kerusakan saraf, sehingga terhindar pula dari gangguan

sensorik, paralisis dan kontraktur.

2. Kontrol nyeri

3. Hentikan kerusakan mata untuk mencegah kebutaan

4. Pengobatan untuk mematikan basil lepra dan mencegah perburukan

keadaan penyakit.

Peran dari analisis adalah untuk melakukan pemeriksaan penunjang, baik

pemeriksaan BTA maupun pemeriksaan kerokan kulit untuk mengetahui

apakah terjadi proses kekambuhan pada pasien ini sedangkan dari tokoh

masyarakat dilibatkan dalam menghilangkan stigma tentang penyakit

pasien terhadap masyarakat disekitarnya dan keluarga harus memberikan

dukungan penuh terhadap penyakit pasien untuk memperoleh

kesembuhan.

5) Mengutamakan Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti kecacatan, maka

perlu dilakukan pencegahan seperti :

Pemeliharaan kulit harian : mencuci tangan dan kaki setiap malam

sesudah nekerja dengan sedikit sabun ( jangan detergent ), rendam kaki

sekitar 20 menit dengan air dingin. Kalau kulit sudah lembut, gosok kaki

dengan karet busa agar kulit kering terlepas. Kulit digosok dengan

minyak dan secara teratur kulit diperiksa ( adakah kemerahan, hot spot,

nyeri, luka dan lain-lain )

Proteksi tangan dan kaki, seperti memakai sarung tangan waktu bekerja,

jangan menyentuh gelas/barang panas secara langsung, lapisi gagang

alat-alat rumah tangga dengan bahan lembut, selalu pakai alas kaki,

batasi jalan kaki, sedapatnya jarak dekat dan perlahan serta meninggikan

kaki bila berbaring.

12

Page 14: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

Latihan fisioterapi yang bertujuan untuk mencegah kontraktur,

peningkatan fungsi gerak otot, peningkatan kekuatan otot dan

peningkatan daya tahan. Latihan yang dilakukan seperti :

1. Latihan lingkup gerak sendi : secara pasif meluruskan jari-jari

menggunakan tangan yang sehat atau dengan bantuan orang lain.

Pertahankan 10 detik, lakukan 5 – 10 kali per hari untuk

mencegah kekakuan. Latihan lingkup gerak sendi juga dikerjakan

pada jari-jari seluruh arah gerak.

2. Latihan aktif meluruskan jari-jari tangan dengan tenaga otot

sendiri

3. Untuk tungkai lakukan peregangan otot-otot tungkai bagian

belakang dengan cara berdiri menghadap tembok, ayunkan tubuh

mendekati tembok, sementara kaki tetap berpijak.

6) Memberdayakan keluarga, masyarakat dan lingkungannya

Memberikan KIE dan mempromosikan perilaku hidup yang sehat :

Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat

ini kepada keluarga. Jelaskan bahwa penyakitnya merupakan penyakit

infeksi yang membutuhkan perubahan lingkungan dan perilaku hidup

sehat.

Memberikan penjelasan kepada keluarga dan

tetangganya tentang penyakit kusta dan pengobatannya, hal – hal yang

berkaitan dengan stigma terhadap pasien di masyarakat, masalah

psikososial yang akan timbul.

Jika memungkinkan berikan penyuluhan kepada

masyarakat tentang perilaku pola hidup serta lingkungan sehat serta

peran masyarakat pada penanggulangan penyakit kusta.

F.Kesimpulan

Kasus ini erat kaitannya dengan kegiatan kedokteran keluarga. Dimana

perjalanan penyakit yang panjang sehingga diperlukan intervensi yang lama,

kerja sama antar berbagai pihak, baik pihak pasien, keluarga, dan penyedia

13

Page 15: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

pelayanan kesehatan. Intervensi bukan hanya terhadap penyakitnya saja, akan

tetapi melihat manusia seutuhnya. Kunjungan rumah dilakukan untuk

mewujudkan hal ini dimana pendekatan terhadap pasien beserta keluarganya

dengan mengunakan prinsip-prinsip kedokteran keluarga menjadi prioritas.

LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN KEDOKTERAN KELUARGA

Gambar 1. Keadaan dapur pasien

Gambar 2. Kamar mandi pasien

14

Page 16: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

Gambar 3. Ruang tamu

Gambar 4. Kondisi kamar tidur pasien bersama istri dan anak

15

Page 17: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Fix

Gambar 5. Dokter Muda bersama pasien, anaknya dan ayah pasien

Gambar 6. Kondisi rumah pasien saat kunjungan

16