kedokteran keluarga

46
BAB I PENDAHULUAN Demam typhoid disebut juga dengan typus abdominalis atau typoid fever. Demam typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. 1 Demam typhoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar). 2 Secara global, demam typhoid dianggap sebagai penyakit yang penting dan masih tidak terlaporkan dengan baik namun prevalensinya cukup tinggi di negara berkembang. Angka insiden dari demam typhoid di dunia adalah berkisar antara 198 per 100.000 (Vietnam) sampai 980 per 100.000 (India) pada tahun 2000. Insiden yang sma juga ditemukan di Chile, Nepal, South Africa, dan Indonesia sejak sekitar 15 tahun terakhir. Estimasi insiden demam typhoid 1

Upload: seia-mahanani

Post on 23-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan kasus tifoid

TRANSCRIPT

Page 1: kedokteran keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

Demam typhoid disebut juga dengan typus abdominalis atau typoid

fever. Demam typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada

saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih

disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan

kesadaran.1

Demam typhoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau

Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang,

gram negatif, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai

flagella (bergerak dengan rambut getar).2

Secara global, demam typhoid dianggap sebagai penyakit yang

penting dan masih tidak terlaporkan dengan baik namun prevalensinya cukup

tinggi di negara berkembang. Angka insiden dari demam typhoid di dunia

adalah berkisar antara 198 per 100.000 (Vietnam) sampai 980 per 100.000

(India) pada tahun 2000. Insiden yang sma juga ditemukan di Chile, Nepal,

South Africa, dan Indonesia sejak sekitar 15 tahun terakhir. Estimasi insiden

demam typhoid berkisar antara 16-33 juta kasus baru per tahun dengan

216.000-600.000 angka kematian per tahundimana kebanyakan terdapat di

daerah Asia Pasifik. Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian

demam typhoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun

1994 terjadi peningkatan menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Insiden demam

typhoid bervariasi tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi

lingkungan. Di daerah rural (Jawa Barat) terdapat 157 kasus per 100.000

penduduk sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000

penduduk.3

1

Page 2: kedokteran keluarga

Penanganan damam typhoid sendiri dapat dicegah dengan penanganan

berupa penanganan preventif dan promotif dapat juga dengan penanganan

kuratif dengan meggunakan medika mentosa.

2

Page 3: kedokteran keluarga

BAB II

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

I. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. Joni Abdillah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 21 tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : Ngadiwongso, Ngadirejo 1 RT 01/ RW 1

Salaman, Magelang

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak bekerja

2. Identitas Kepala Keluarga

Nama : Tn. Abdul

Jenis Kelamin : laki-laki

Umur : 55 tahun

Status Perkawinan : Sudah menikah

Alamat : Ngadiwongso, Ngadirejo 1 RT 01/ RW 1

Salaman, Magelang

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pemulung

3

Page 4: kedokteran keluarga

II. PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAH

Tabel 1 Daftar Anggota Keluarga Yang Tinggal Serumah

No Nama Kedudukan dalam Keluarga

P/L

Umur (th)

Pendidikan

Pekerjaan Keterangan

1 Abdul Kepala Keluarga

L 55 SMP Pemulung Sehat

2 Sunarni Istri P 49 SMP Pedagang warung Sehat 3 Imam

solikhin Anak L 29 Tamat SD Tidak bekerja Sehat

4 Ahmad Bintoro

Anak L 25 SMA Buruh karyawan Sehat

5 Aziz Subekti

Anak L 23 SMK Buruh Sehat

6 Joni Abdillah

Anak L 21 SMA Tidak bekerja Sakit

III. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH

DILAKUKAN

Kunjungan Pertama (01 Januari 2015)

a. Keluhan Utama

Demam

b. Riwayat Penyakit

± 9 hari yang lalu, pasien mengeluh demam. Demam ngelemeng,

dirasakan hilang timbul. Demam mereda pada pagi hari dan memberat

saat malam hari. Pasien diberikan obat penurun panas namun demam tidak

mereda. Mual (+), muntah (-), pingsan (-), nafsu makan berkurang dan

pasien sudah 3 hari tidak buang air besar.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Penderita baru pertama kali sakit seperti ini.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota yang menderita sakit seperti ini.

e. Hasil Pemeriksaaan Fisik

Tanggal 01 Januari 2015, pukul 13.00 WIB di rumah pasien.

4

Page 5: kedokteran keluarga

Keluhan : Demam

Keadaan umum : Sadar, komposmentis

Tanda Vital :

Tensi : 130/70 mmHg RR : 18x/menit

Nadi : 84x/menit Suhu : 38oC

Kepala : Mesosefal

Mata : Conjungtiva anemis (-), Sklera Ikterik (-)

Telinga : Discharge (-)

Hidung : Nafas Cuping (-), epistaksis (-)

Mulut : Sianosis (-)

Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)

Dada :

Paru : In : Simetris, statis, dinamis, retraksi (-)

Pa : Stem fremitus kanan = kiri

Pe : Sonor seluruh lapangan paru

Au : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

Jantung: In : iktus kordis tak tampak

Pa : iktus kordis teraba di SIC V, 2 cm medial LMCS

Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal

Au : Suara Jantung I-II normal, bising (-), gallop (-)

Abdomen : In : datar, venektasi (-)

Au : bising usus (+)

Pa : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)

Pe : timpani

Ekstremitas : Superior Inferior

Udema : - / - - / -

Sianosis : - / - - / -

Akral dingin : - / - - / -

5

Page 6: kedokteran keluarga

f. Diagnosa Kerja secara Holistik

Aspek I : demam 9 hari, mual, pasien yakin tubuhnya tidak akan ada

masalah

Aspek II : Suspek Typhoid

Aspek III : Internal kebiasaan makan sembarangan, kebiasaan cuci

tangan sebelum makan belum dibiasakan,

Eksternal Lingkungan rumah yang kumuh, sampah tidak

dikelola dengan baik, jamban berupa jamban cemplung, lokasi dapur

dengan jamban berdekatan, pembuangan air dari kamar mandi terbuka

melewati dapur, ekonomi kurang

Aspek IV : Pasien mampu melakukan aktivtas sehari-hari dengan baik

secara fisik, tetapi pasien pengangguran dan juga tidak sekolah (skala 2)

g. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium maupun penunjang lainnya.

h. Rencana Penatalaksanaan

Pengobatan yang telah diberikan :

Terapi medikamentosa :

- paracetamol 3 x 500 mg

Terapi edukasi :

Kontrol ke puskesmas bila demam tidak mereda pada hari ketiga

Minum obat penurun panas apabila demam

i. Hasil Penatalaksanaan Medis

Saat kunjungan rumah yang kedua (Sabtu, 03 Januari 2015): demam hari

ke-5, demam pasien belum mereda. Pasien mampu beraktivitas ringan

namun tampak lemah, BAB terakhir pagi hari. Pasien mengeluh mual

namun tidak muntah.

6

Page 7: kedokteran keluarga

Faktor pendukung : pasien meminum obat penurun

panas secara teratur sesuai anjuran. Memulai membiasakan diri

mencuci tangan saat sebelum makan dan setelah BAB.

Faktor penghambat : Pasien masih demam karena demam

diakibatkan bakteri dan pasien belum

mendapat antibiotik.

Indikator keberhasilan : pasien tidak demam, kondisi umum

baik, aktivitas kembali normal.

IV. TABEL PERMASALAHAN PADA PASIEN

Tabel 1 Tabel Permasalahan pada Pasien dan Keluarganya

No. Risiko & masalah kesehatan Rencana pembinaan Sasaran1 Tempat tinggal pasien yang

kumuhMemberi penjelasan kepada pasien untuk membersihkan rumah min. 1 kali sehari.

Pasien dan keluarga

2 Tempat pembuangan sampah dekat dengan dapur

Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga untuk membuang sampah di tempat pembuangan sampah umum.

Pasien dan keluarga

3 Sumber air (sumur) dekat dengan BAB (jamban cemplung)

Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga bahwa sumber penyebab penyakit yang dialami karena air sumur yang terkontaminasi oleh bakteri yang berasal dari kamar mandi.

Pasien dan keluarga

4 Peralatan masak dan peralatan makan tidak higienis

Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga untuk membersihkan rak piring, peralatan masak dan peralatan makan sebelum digunakan.

Pasien dan keluarga

7

Page 8: kedokteran keluarga

Genogram Keluarga Kandung

V. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis

Pasien merasakan demam sejak 9 hari ini. Tidak ada anggota keluarga yang

sakit seperti ini.

2. Fungsi Psikologis

Pasien tinggal bersama orang tua dan dua saudara kandung laki-laki.

Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik, bila ada permasalahan

langsung dibicarakan dan dimusyawarahkan secara kekeluargaan. Pasien tidak

bekerja. Di lingkungan rumahnya pasien dikenal sebagai warga yang mudah

bergaul dan sering mengikuti acara kerja bakti.

3. Fungsi Ekonomi

Pasien tidak bekerja. Pembiayaan dari orang tuanya. Ayah pasien seorang

pemulung dan ibu pasien memiliki usaha jualan di rumahnya dengan

penghasilan Rp 400.000/bulan. Ekonomi keluarga kadang-kadang dibantu

oleh anak pasien yang telah menikah dengan penghasilan Rp. 700.000/ bulan

4. Fungsi Pendidikan

Pendidikan terakhir pasien adalah SMA. Sedangkan orang tua pasien SMP.

Anak pertamanya lulusan SD dan tidak bekerja. Anak keduanya lulusan SMA

8

Page 9: kedokteran keluarga

dan bekerja sebagai buruh karyawan. Anaknya yang ketiga bekerja sebagai

buruh. .

5. Fungsi Religius

Pasien, keluarga, dan menantu beragama Islam. Setiap hari melakukan ibadah

lebih banyak di masjid. Pasien juga mengikuti pengajian RT di kampung.

6. Fungsi Sosial dan Budaya

Pasien tinggal di kawasan pemukiman penduduk, pasien dapat hidup

bertetangga dengan baik. Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik,

bila ada permasalahan langsung dibicarakan dan dimusyawarahkan secara

kekeluargaan. Pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakit yang dideritanya

tidak mengakibatkan gangguan kesehatan yang berarti pada dirinya.

VI. POLA KONSUMSI PASIEN

Pola makan pasien tidak teratur. Pasien makan 2 kali sehari. Pasien memiliki riwayat

sakit maag. Pasien kadang makan di rumah dan kadang jajan diluar. Setiap kali

makan, selalu ada nasi, kadang lauk, dan sayur, jarang makan buah. Saat memasak,

pasien masih sering menggunakan moto dan penyedap rasa dalam makanan yang

dimasak.

VII. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

1. Faktor Perilaku

Jika ada salah satu anggota keluarga, atau pasien sendiri yang sakit maka

diobati sendiri dulu, jika belum ada perkembangan dibawa ke balai desa /

puskesmas. Pasien memiliki JAMKESMAS untuk biaya pengobatan.

Waktu luang dimanfaatkan untuk bersosialisasi dengan tetangga. Pasien

beristirahat pada sore hari, dan waktu tidur malam rata – rata pada jam 9

9

Page 10: kedokteran keluarga

malam. Rumah pasien terlihat kumuh, sampah berserakan di depan

maupun di dalam rumah, peralatan masak dan makan kurang higienis.

2. Faktor non Perilaku

Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah dekat, balai desa terdekat

berjarak ± 1 km, puskesmas terdekat berjarak ± 3 km.

VIII. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

1. Gambaran Lingkungan Rumah

Rumah pasien terletak di pertengahan pemukiman penduduk dekat dengan

jalan raya dengan ukuran luas tanah 42 m2, bentuk bangunan tidak

bertingkat. Secara umum gambaran rumah terdiri atas 4 kamar tidur. 1

kamar mandi. Keluarga memakai kamar mandi di dalam rumahnya.

Terdapat 1 dapur. Rumah beratapkan genteng, dinding dari tembok, lantai

tanah, ruang tengah dan kamar tidur dari tanah, lantai dapur dari tanah.

Penerangan dalam rumah kurang (membaca pada jarak 30 cm di siang hari

tidak jelas). Jendela terdapat di ruang tamu dan setiap kamar, namun

jendela rumah jarang di buka sehingga cahaya matahari tidak dapat masuk

dari jendela. Pasien memelihara ayam namun pasien tidak memiliki

kandang ayam sehingga ayam sering masuk kedalam rumah. Ruang tamu

tampak kotor karena sampah berserakan. Listrik 450 watt, sumber air dari

sumur pompa tangan. Air minum memasak sendiri dari air sumur.

Fasilitas MCK menggunakan jamban cemplung, pasien menggunakan

ember untuk mandi. Kebersihan dapur kurang, pembuangan air limbah ke

got dan aliran lancar. Tempat sampah utama adalah kebun disamping

rumah, sampah rutin dibakar 3 hari sekali bila tidak hujan.

10

Page 11: kedokteran keluarga

2. Denah Rumah

IX.

X.

XI.

IX. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA

a. Fungsi Biologis

Baik pasien dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang

serius

Didapatkan riwayat penyakit menular dalam keluarga.

Riwayat penyakit menular dan penyakit kronis di lingkungan rumah

tidak didapatkan.

b. Fungsi Psikologi

Hubungan dengan anggota keluarga serumah baik.

Kegiatan sosial di lingkungan tetangga cukup.

11

Ruang tamu dan ruang TV

kamarTempat sampah terbuka

sumur

kamar

ranjang

Kamar mandi + jamban cemplung

Warung teras Sampah berserakan

pekarangan

dapur

ranjang

Page 12: kedokteran keluarga

c. Fungsi Sosial

Dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dengan baik.

Pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakit yang dideritanya tidak

mengakibatkan gangguan kesehatan yang berarti pada dirinya.

Pasien tidak bekerja, hanya membantu ibunya berjualan di warung

depan rumahnya.

d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Keadaan ekonomi kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Dapat mengkomunikasikan masalah dengan baik

f. Faktor Perilaku

Rumah pasien terlihat kumuh, sampah berserakan di depan maupun di

dalam rumah, peralatan masak dan makan kurang higienis.

g. Faktor Non Perilaku

Tidak ada masalah

X. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

Diagram 1 Diagram Realita yang Ada pada Keluarga

12

Balai desa (POSKESDES)Puskesmas

Sampah berserakan di depan maupun di dalam rumah

Tempat pembuangan sampah dekat dengan dapur

Sumber air (sumur) dekat dengan BAB (jamban cemplung)

Rumah pasien terlihat kumuh

Peralatan masak dan makan kurang bersih setelah dicuci

Kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya

Mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB jarang dilakukan

Jarang membersihkan rumah

Status Kesehatan

YankesLingkungan

Perilaku

Genetik

Page 13: kedokteran keluarga

XI. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN

Tabel 2 Tabel Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Tgl. Kegiatan yang dilakukan Keluarga yang Terlibat

Hasil Kegiatan

01-01-15 Memberi penjelasan mengenai typhoid

Pasien Pasien mengetahui bahwa typhoid dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan terutama oleh faktor perilaku, serta merupakan penyakit menular.

01-01-15 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai penyebab dan faktor resiko penyakit typhoid

Pasien Pasien mengerti bahwa dirinya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta pola konsumsi makanan

01-01-15 Memotivasi pasien untuk meminum obat penurun panas jika suhu pasien ≥ 38o C

Pasien Pasien bersedia untuk meminum obat penurun panas jika suhu pasien ≥ 38o C

03-01-15 Memberikan leaflet mengenai penyakit typhoid sekaligus penjelasan tentang pengelolaan typhoid secara komprehensif

Pasien Pasien mendapatkan booklet mengenai typhoid dan nemahami tentang typhoid

03-01 Memberi pengertian kepada pasien mengenai kemungkinan kekambuhan pada typhoid apabila pola makan dan perilaku tidak diubah

Pasien Pasien mengerti tentang kemungkinan kekambuhan typhoid di kemudian hari dan mengerti upaya yang harus dilakukan untuk mencegahnya

XII. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA

1. Tingkat pemahaman : pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan

cukup baik.

2. Faktor pendukung : - pasien dapat memahami dan menangkap penjelasan

yang diberikan

- sikap pasien yang kooperatif

3. Faktor penyulit : ekonomi pasien yang kurang dan keadaan rumah yang

kumuh

13

Page 14: kedokteran keluarga

4. Indikator keberhasilan : pasien mengetahui dan berkomunikasi dua arah

tentang materi yang disampaikan.

14

Page 15: kedokteran keluarga

BAB III

TYPHOID

3.1 Definisi

Demam typhoid adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi

dari Salmonella enterica subspecies enterica serotype Typhi. Demam typhoid masih

merupakan penyakit endemik di Indonesia.1

3.2 Etiologi

Etiologi dari demam typhoid adalah Salmonella enterica subspecies enterica

serotype Typhi. S. Typhi sama seperti salmonella lainnya yaitu termasuk gram

negatif, memiliki flagel, tidak berkapsul, tidak berspora. Ukuran antara (2-4) x 0,6

μm. Suhu optimum untuk tumbuh adalah 370 C dengan PH antara 6-8. Perlu diingat

bahwa basil ini dapat hidup hingga beberapa minggu di dalam air es, sampah dan

debu. Reservoir satu-satunya adalah manusia, yaitu seseorang yang sedang sakit atau

karier.

S.typhi termasuk bacillus anaerobik fakultatif yang dapat memfermentasi

glukosa, mengubah nitrat menjadi nitrit, mensintesis peritrichous flagella ketika

motil, memiliki antigen somatik (O), antigen flagellar (H), antigen amplop (K).

S.typhi juga memiliki lipopolisakarida, sebuah makromolekul kompleks, disebut

endotoksin, yang membentuk bagian luar dari dinding sel.

Endotoksin ini terdiri dari tiga lapisan: sebuah luar (O, oligosakarida), tengah

(R, inti), dan basal (lapisan lipid A). S. Typhi ini juga mampu menghasilkan R

plasmid-transmisi sebagai antimikroba resistan.3

15

Page 16: kedokteran keluarga

3.3 Patogenesis

Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia

melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh

asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. 4

Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman

akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di

lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama

oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan

selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah

bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus thoraksikus kuman yang terdapat di

dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia

pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh

terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan

kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke

dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya

dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam,

malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.

3.4 Gejala Klinis

Masa tunas demam typhoid berlangsung sekitar 10-14 hari. Gejala-gejala yang

timbul sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai berat, dari asimptomatik

hingga gambaran penyakit khas yang disertai dengan komplikasi hingga kematian.4

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala

serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala,

pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak

di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan

meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore

hingga malam hari.4,5

16

Page 17: kedokteran keluarga

Pada minggu kedua gejala-gejala lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif

(bradikardia relatif adalah peningkatan suhu badan 10C tidak diikuti peningkatan

denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung

merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental

berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarang ditemukan

pada orang Indonesia.5

3.5 Diagnosis

Penegakan diagnosis sedini mungkin akan sangat bermanfaat untuk

menentukan terapi yang tepat dan mencegah komplikasi. Pengetahuan gambaran

klinis penyakit ini sangat penting untuk mendeteksi secara dini. Walaupun pada

waktu tertentu diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu penegakan

diagnosis.5

Sindroma klinis adalah kumpulan gejala-gejala demam typhoid. Diantara gejala

klinis yang sering ditemukan pada typhoid yaitu: demam, sakit kepala, kelemahan,

nausea, nyeri abdomen, anoreksia, muntah, gangguan gastrointestinal, insomnia,

hepatomegali, splenomegali, penurunan kesadaran, bradikardi relative, kesadaran

berkabut, dan feses berdarah.3,5

Diagnosis klinis demam typhoid diklasifikasikan atas tiga macam, yaitu:

1) Suspek demam typhoid (suspect case)

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala umum,

gangguan saluran cerna dan lidah typhoid. Jadi sindrom demam typhoid

didapatkan belum lengkap. Diagnosis suspek typhoid hanya dibuat pada

pelayanan kesehatan dasar.

2) Demam typhoid klinis (probable case)

Telah didapatkan gejala klinis yang lengkap atau hampir lengkap, serta

didukung oleh gambaran laboratorium yang menunjukkan demam typhoid.

3) Demam typhoid konfirmasi (confirm case = demam typhoid konfirmasi)

17

Page 18: kedokteran keluarga

Bila gejala klinis sudah lengkap dan ditemukannya basil kuman Salmonella

typhoid, maka pasien sudah pasti menderita demam typhoid. Cara yang

dianggap paling tepat dalam mendeteksi adanya kuman salmonella typhi

adalah dengan melakukan pemeriksaan biakan salmonella typhi, pemeriksaan

pelacak DNA Salmonella Typhi dengan PCR (polymerase Chain Reaction),

dan adanya kenaikan titer 4 kali lipat pada pemeriksaan widal II, 5-7 hari

kemudian. Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :4

a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut

b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi

atau pernah menderita infeksi

c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.

18

Page 19: kedokteran keluarga

BAB IV

PENATALAKSANAAN

4.1 Penatalaksanaan

Sampai saat ini masih dianut Trilogi Pengobatan Demam Typhoid, yaitu:4

a. Istirahat dan perawatan

Dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.

Penderita yang dirawat harus bedrest total untuk mencegah terjadinya

komplikasi terutama perdarahan dan perforasi. Bila penyakit mulai

membaik dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan pulihnya

kekuatan penderita. BAB dan BAK sebaiknya dibantu perawat. Hindari

pemasangan kateter urine tetap, bila tidak ada indikasi.

b. Diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif)

Dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara

optimal. Hal-hal yang harus diperhatikan, di antaranya:

Cairan

Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun

parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat,

ada komplikasi, penurunan kesadaran serta pada pasien yang sulit

makan. Dosis parenteral sesuai dengan kebutuhan harian. Bila ada

komplikasi dosis cairan disesuaikan dengan kebutuan. Cairan harus

mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.

Diet

Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya

rendah selulose untuk mencegah komplikasi, perdarahan dan perforasi.

Diet diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak (tim), dan nasi biasa

19

Page 20: kedokteran keluarga

bila keadaan penderita membaik, diet dapat dimulai dengan diet padat

atau tim. Namun bila penderita dengan klinis berat sebaiknya dimulai

dengan bubur atau diet cair yang selanjutnya dirubah secara bertahap

sampai padat sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita.

Terapi simptomatik

Dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum

penderita :

- Roboransia/vitamin

- Antipiretik diberikan untuk kenyamanan penderita, terutama

untuk anak-anak

- Antiemetik diperlukan bila penderita muntah-muntah berat

c. Pemberian Antimikroba

Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman.

Kebijakan dasar pemberian anti mikroba.4

o Antimikroba segera diberikan bila diagnose klinis demam typhoid

telah dapat ditegakkan, baik dalam bentuk diagnosis konfirmasi,

propable, maupun suspek.

o Anti mikroba yang dipilih harus dipertimbangkan :

1. Telah dikenal sensitif dan potensial untuk demam typhoid.

2. Mempunyai sifat farmakokinetik yang dapat berpenetrasi dengan

baik ke jaringan serta mempunyai afinitas yang tinggi menuju

organ sasaran.

3. Berspektrum sempit.

4. Cara pemberian yang mudah dan dapat ditoleransi dengan baik

oleh penderita termasuk anak dan wanita hamil.

5. Efek samping yang minimal.

Tidak mudah resisten dan efektif mencegah karier.

20

Page 21: kedokteran keluarga

Antibiotika Dosis Kelebihan dan keuntungan

Kloramfenikol

50 mg/Kg bb/Hr

Dewasa : 4 x 500 mg (2 gr)

Anak : 100 mg/Kg BB/Hr, max 2 gr selama 10 hr dibagi dalam 4 dosis

- Merupakan obat yang sering digunakan dan telah lama dikenal efektif untuk demam typhoid

- Murah dan dapat diberi per-oral, sensitivitas masih tinggi

- Pemberian PO/IV- Tidak diberikan bila

leukosit <2000/mm³

Seftriakson

Dewasa : 2-4 gr/Hr

selama 3-5 hr

Anak : 80 mg/Kg BB/Hr dosis tunggal selama 5 hari

- Cepat menurunkan suhu, lama pemberian pendek dan dapat dosis tunggal serta cukup aman untuk anak

- Pemberian IV

Ampisilin & amoksisilin

Dewasa : 3-4 gr/Hr

Anak : 100 mg/Kg BB/Hr selama 10 hari

- Aman untuk penderita hamil

- Sering dikombinasi dengan kloramfenikol pada pasien kritis

- Tidak mahal - Pemberian PO/IV

Kotrimoksasol

Dewasa : 2x 160-800 mg selama 2 minggu

Anak : TMP 6-10 mg/Kg BB/Hr atau SMX 30-50 mg/Kg/Hr selama 10 hari

- Tidak mahal- Pemberian per oral

Quinolone

Siprofloksasin : 2x500 mg selama 1 minggu

Ofloksasin : 2x200-400 mg selama 1 minggu

Plefoksasin : 1x400 mg selama 1 minggu

Fleroksasin : 1x400 mg selama 1 minggu

- Pefloksasin dan fleroksasin lebih cepat menurunkan suhu

- Efektif mencegah relaps dan karier

- Pemberian per oral- Anak : tidak dianjurkan

karena efek samping pada pertumbuhan tulang

Cefixim Anak : 15-20 mg/KgBB/ Hr dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari

- Aman untuk anak - Efektif

21

Page 22: kedokteran keluarga

- Pemberian per oral

Tiamfenikol

Dewasa : 4x500 mg

Anak : 50 mg/Kg BB/Hari selama 5-7 hari bebas panas

- Dapat untuk anak dan dewasa

- Dilaporkan cukup sensitif pada beberapa daerah

Pengobatan demam typhoid pada wanita hamil, memerlukan perhatian khusus.

Tiamfenikol tidak boleh diberikan pada trimester pertama Karena kemungkinan efek

teratogenik terhadap fetus manusia belum dapat disingkirkan, pada kehamilam lebih

lanjut tiamfenikol baru dapat digunakan. Kloramfenikol tidak dianjurkan pada

trimester ke-3 kehamilan karena dikhawatirkan dapat terjadi partus premature,

kematian fetus intrauterine, dan grey syndrome pada neonatus. Obat golongan

fluorokuinolon maupun kotrimoksazol tidak boleh digunakan untuk mengobati

demam typhoid pada ibu hamil. Obat yang dianjurkan adalah ampisilin, amoksisilin,

dan seftriakson.2,5

22

Page 23: kedokteran keluarga

BAB V

KEDOKTERAN KELUARGA TERKAIT KASUS

5.1 Hakikat Kedokteran Keluarga

Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu

pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus

mmahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk

sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik, psikologik, sosiologik,

ekologik, dan medik sehingga dalam melihat pasien, dokter keluarga melihat

keseluruhan kehidupannya agar pengelolaan yang komprehensif dapat terwujud.

Hakikat biologik

Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan

keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota

keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai

lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia

kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga berkurang

jumlah anggota keluarga.

Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup

keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang

berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya

yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan

reproduksi keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.

Dalam kasus ini, fungsi biologis pasien adalah pasien merasakan demam sejak

9 hari dan tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini. Sebagai dokter keluarga,

maka hal ini menjadi pertimbangan pula apakah pasien tertular dari rumah atau dari

tempat lain.

23

Page 24: kedokteran keluarga

Hakikat psikologik

Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku yang

meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola

perilakuk dan kebiasaannya. Dalam hal ini, pasien tinggal bersama orang tua dan dua

saudara kandung laki-laki. Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik, bila ada

permasalahan langsung dibicarakan dan dimusyawarahkan secara kekeluargaan.

Pasien tidak bekerja. Di lingkungan rumahnya pasien dikenal sebagai warga yang

mudah bergaul dan sering mengikuti acara kerja bakti.

Hakikat sosiologik

Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup

keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses dan

gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan

penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan:

Proses dinamika dalam keluarga

Potensi keluarga

Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif

Pendidikan dan lingkungannya

Pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakit yang dideritanya tidak

mengakibatkan gangguan kesehatan yang berarti pada dirinya. Dalam hal ini, pasien

tinggal di kawasan pemukiman penduduk, pasien dapat hidup bertetangga dengan

baik.

Hakikat ekologik

Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam

interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan

lingkungan fisik dalam rumah tangganya. Kondisi rumah pasien cukup kumuh.

Penularan typhoid sendiri dapat melalui BAB. Fasilitas MCK menggunakan jamban

cemplung, pasien menggunakan ember untuk mandi. Kebersihan dapur kurang,

pembuangan air limbah ke got dan aliran lancar.

24

Page 25: kedokteran keluarga

Hakikat medik

Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi ilmu

kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan

mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga sebagai

ilmu akan berkembanga dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan,

dan kebahagiaan keluarga.

5.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga

Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan

keluarga merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana,

terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar

dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan

ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk

menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila

memahami profil dan fungsi keluarga. Kondisi ekonomi keluarga pasien memang

cukup memperihatinkan. Rumah pasien terlihat kumuh, sampah berserakan di depan

maupun di dalam rumah, peralatan masak dan makan kurang higienis. Meskipun

begitu, keluarga pasien ini memiliki warung yang banyak dikunjungi warga di

sekitarnya. Padahal, dapur dengan jamban cemplung berdekatan, sumber air yang

berupa sumur dengan jamban cemplung juga berdekatan. Air juga dimasak seadanya.

Penularan typhoid dapat dengan mudah terjadi, tetapi pasien berkeyakinan bahwa

penyakit yang dideritanya tidak mengakibatkan gangguan kesehatan yang berarti

pada dirinya.

Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat

komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi

kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran perihal

masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik, yaitu

25

Page 26: kedokteran keluarga

ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga.

Demikian pula pemanfaatan ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan

terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga.13

Pengelolaan komprehensif juga dilengkapi dengan pendekatan holistic

sebagai berikut.

1. Aspek Personal yaitu alasan datang ke klinik, harapan, kecemasan, dan persepsi

pasien serta keluarga terhadap penyakitnya dan kesembuhannya. Pada pasien inim

aspek personalnya adalah pasien merasa demam 9 hari, tetapi yakin tubuhnya

tidak ada masalah, lalu ibunya merasa anaknya perlu memeriksakan dirinya ke

dokter setelah demam 9 hari.

2. Aspek klinik meliputi diagnosis medis sesuai dengan hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, terdiri atas diagnosis dan

diagnosis banding. Pada pasien, diagnosis kerja adalah suspek typhoid.

3. Aspek risiko, ada 2: 1) internal: jenis kelamin, umur, keturunan, kebiasaan, dan

gaya hidup, 2) eksternal: keikutsertakan keluraga dalam penanggulangan masalah

pasien, masalah dalam keluarga, kebiasaan keluarga, interaksi antar anggota

keluarga, kondisi ekonomi, dan kondisi lingkungan seperti rumah dan tempat

tinggal. Internal kebiasaan makan sembarangan, kebiasaan cuci tangan

sebelum makan belum dibiasakan, Eksternal Lingkungan rumah yang kumuh,

sampah tidak dikelola dengan baik, jamban berupa jamban cemplung, lokasi

dapur dengan jamban berdekatan, pembuangan air dari kamar mandi terbuka

melewati dapur, ekonomi kurang

4. Aspek fungsional yaitu kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-

hari baik secara fisik maupun emosional di dalam dan di luar ruangan, terdiri atas

5 tingkat mulai dari dapat melakukan aktivitas sampai sangat sulit melakukan

aktivitas (skala 1 – 5). Pasien mampu melakukan aktivtas sehari-hari dengan baik

secara fisik, tetapi pasien pengangguran dan juga tidak sekolah (skala 2).

26

Page 27: kedokteran keluarga

Dalam hal ini, dokter keluarga berkewajiban selain menerapi penyakit yang

sekarang diderita pasien juga berkewajiban untuk memberikan edukasi tidak hanya

terkait pada pribadi pasien tetapi juga terkait kehidupannya secara keseluruhan,

meliputi

Pola makan yang baik dan benar

Menjaga imunitas tubuh

edukasi tentang rumah sehat, terutama untuk jamban, jendela,

ventilasi, dan pencahayaan dalam rumah

edukasi tentang penularan dan kemungkinan kekambuhan di kemudian

hari yang dapat melalui jamban yang tidak sehat, peralatan dapur yang

tidak dicuci dengan bersih

27

Page 28: kedokteran keluarga

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Penyakit typhoid yang dialami pasien perlu dikelola secara komprehensif

dengan pendekatan diagnosis holistik. Diagnostik holistic pada pasien ini adalah:

Aspek I : demam 9 hari, mual, pasien yakin tubuhnya tidak aka nada

masalah

Aspek II : Suspek Typhoid

Aspek III :

Internal kebiasaan makan sembarangan, kebiasaan cuci tangan

sebelum makan belum dibiasakan,

Eksternal Lingkungan rumah yang kumuh, sampah tidak

dikelola dengan baik, jamban berupa jamban cemplung, lokasi

dapur dengan jamban berdekatan, pembuangan air dari kamar

mandi terbuka melewati dapur, ekonomi kurang

Aspek IV : Pasien mampu melakukan aktivtas sehari-hari dengan baik

secara fisik, tetapi pasien pengangguran dan juga tidak sekolah (skala 2)

Pengelolaan komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitative. Pembagian leaflet tentang typhoid dan penyuluhan kepada masyarakat

sekitar, pola makan yang baik dan benar, menjaga imunitas tubuh , edukasi tentang

rumah sehat, terutama untuk jamban, jendela, ventilasi, dan pencahayaan dalam

rumah, dan edukasi tentang penularan dan kemungkinan kekambuhan di kemudian

hari yang dapat melalui jamban yang tidak sehat, peralatan dapur yang tidak dicuci

dengan bersih

Upaya promotif dan preventif dapat dicapai dengan pembagian leaflet tentang

typhoid, penyuluhan,

28

Page 29: kedokteran keluarga

6.2 Saran

Dalam hal ini, dokter keluarga berkewajiban selain menerapi penyakit yang

sekarang diderita pasien juga berkewajiban untuk memberikan edukasi tidak hanya

terkait pada pribadi pasien tetapi juga terkait kehidupannya secara keseluruhan.

Selain itu, pendekatan diagnosis secara holistic perlu ditekankan pada dokter-dokter

muda sehingga pengelolaan komprehensif dapat dicapai.

29

Page 30: kedokteran keluarga

DAFTAR PUSTAKA

1. T. H. Rampengan. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku

Kedokteran. EGC. Cetakan I. Tahun 1993.

2. Ditjen P2M & PL. Depkes RI, 2005. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid

Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta.

3. Indro Handojo. Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. Airlangga

University Press. 2004.

4. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III

edisi IV. Penerbit FK-UI. Jakarta. 2006.

5. Pedoman pengendalian demam typhoid. (KMK No. 364 ttg Pedoman

Pengendalian Demam Tifoid.pdf)

6. Simanjuntak, C. H, 1993. Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan

Penelitian. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.

30

Page 31: kedokteran keluarga

Lampiran:LEAFLET KUNJUNGAN RUMAH

31

Page 32: kedokteran keluarga

FOTO KUNJUNGAN RUMAH

32

Page 33: kedokteran keluarga

33