laporan kasus kdk

Upload: rizqarr

Post on 15-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

metro

TRANSCRIPT

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    1/33

    1

    STATUS PENDERITA

    No. Rekam Medik : 1309171366

    Masuk RSAM : 14 September 2013

    Pukul : 10.30 WIB

    I. ANAMNESISAlloanamnesisdariibupasien, tanggal 18 September 2013

    Identitas

    - Nama penderita : In- Jenis kelamin : Perempuan- Umur : 7 tahun- Nama Ayah : Tn .St

    Umur : 33 tahun

    Pekerjaan : Petani

    Pendidikan : SMA

    - NamaIbu : Ny.SmUmur : 32 tahun

    Pekerjaan : IRTPendidikan : SMA

    - Hub.dgnorangtua : Anak kandung- Agama : Islam- Suku : Jawa- Alamat : Ratna Katon,Seputih Raman

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    2/33

    2

    RiwayatPenyakit

    Keluhan utama : Kejang

    Keluhan tambahan : Demam, muntah, batuk disertai pilek

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Os datang ke UGD dalam keadaan tidak sadar. Os merupakan pasien rujukan dari

    RS Islam Metro dengan keluhan kejang 1 hari SMRS. Kejang diawali dengan

    demam yang terjadi secara tiba-tiba. Selama di RS Islam Metro Kejang terjadi

    lebih dari lima kali dan terjadi tiap 2 jam sekali. Durasi kejang terjadi kira-kira 5

    menit. Kejang meliputi seluruh badan, mata melihat keatas dan lidah tergigit. Saat

    kejang dan setelah kejang os tidak sadar kemudian os dirujuk ke RSAY. Satu hari

    SMRS os juga sempat muntah sebanyak 5 kali, berisi makanan. Os tidak pernah

    mengalami kejang sebelumnya. Selain itu, os juga mengeluh batuk pilek sejak 1

    minggu yang lalu. Menurut keluarga os suhu saat demam tidak terlalu

    tinggi..Selama di rawat di RSAY os tidak mengalami kejang lagi.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Tidak pernah menderita gejala seperti ini sebelumnya.

    Riwayat Penyakit Keluarga / Lingkungan

    Dalam keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini.

    Riwayat Kehamilan

    Selama hamil, ibu pasien rajin memeriksakan kehamilannya secara teratur ke

    bidan dan tidak ada keluhan yang berarti.

    Riwayat Persalinan

    Bayi dilahirkan secara spontan pervaginam dibantu oleh bidan dan pasien

    langsung menangis ketika lahir.Lahir cukup bulan. Berat badan lahir pasien 3 kg

    dengan panjang badan 50 cm.

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    3/33

    3

    Riwayat Makanan

    Umur : 0 - 6 bulan : ASI

    Umur 618 bulan` : ASI

    >18 bulan : bubur saring

    RiwayatImunisasi

    B C G : 1x, Skar (+)

    Polio : 6x (0,2,3,4,18 bulan, 5 tahun)

    Hepatitis B : 4x (0,2,3,4,18 bulan, 5 tahun)

    D P T : 5x (2,3,4,18 bulan, 5 tahun

    Campak : 2x (9 bulan, 6 tahun)

    Kesimpulan : Imunisasi lengkap namun ibu os tidak ingat jadwal pemberian

    imunisasi dilakukan di Posyandu oleh bidan

    II. PEMERIKSAAN FISIKStatus Present

    - Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang- Kesadaran : Compos mentis- Nadi : 140 x/menit, teratur, isi cukup- Respirasi : 30 x/menit- Suhu : 38,1 C- BB : 23 kg- TB : 120 cm- Lingkar Lengan Atas : 10 cm- Status gizi : Berdasarkan WHO Growth Chart Standart

    BB/U berada antara garis 0 dan 1 skala Z-score (gizi cukup); TB/ U berada di persentil 0 skala Z-score (normal) BB/TB berada antara 1sd 2 (gizi cukup)

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    4/33

    4

    Status Generalis

    1. Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh- Pucat : (-)- Sianosis : (-)- Ikterus : (-)- Perdarahan : (-)- Oedemumum : (-)- Turgor : Cukup- Pembesaran KGB : (-)

    KEPALA

    - Bentuk : Bentuk bulat, simetris,- UUB : Rata- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut, tumbuh merata- Kulit : petekie (-), warna sawo matang- Mata : Kelopak mata edem- /-, konjungtiva anemis -/-, skleraikterik -/-- Telinga : Bentuk normal, simetris- Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-),pernafasan cuping hidung(-),

    sekret tidak ada

    - Mulut :Bibir kering (-) pucat(-), sianosis (-), gigi tidak ada.

    LEHER

    - Bentuk : Simetris- Trakhea : Ditengah- KGB : Tidak ada pembesaran

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    5/33

    5

    THORAKS

    - Bentuk : Simetris

    - Retraksi suprasternal : (-)

    - Retraksi substernal :(-)

    - Retraksi intercostal : (-)

    - Retraksi subcosta :(-)

    JANTUNG

    - Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

    - Palpasi : Ictus cordis teraba

    - Perkusi : redup

    - Auskultasi : Bunyi jantung III reguler, murmur (-), gallop (-)

    PARUPARU

    ANTERIOR POSTERIOR

    KIRI KANAN KIRI KANAN

    Inspeksi Pergerakan

    pernafasan simetris;

    Pergerakan

    pernafasan

    simetris;

    Pergerakan

    pernafasan

    simetris

    Pergerakan

    pernafasan

    simetris

    Palpasi Fremitus taktil =

    kanan

    Fremitus taktil

    = kiri

    Fremitus taktil =

    kanan

    Fremitus taktil =

    kiri

    Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    6/33

    6

    Auskulta

    si

    Suara nafas

    vesikuler

    Suara nafas

    vesikuler

    Suara nafas

    vesikuler

    Suara nafas

    vesikuler

    ABDOMEN

    - Inspeksi : datar, simetris- Palpasi : Nyeri tekan (-)-

    Perkusi : Timpani- Auskultasi : Bising usus(+) normal

    GENITALIA EXTERNA

    - Kelamin : perempuan, tidak ada kelainan

    STATUS NEUROLOGIS

    A. MotorikKekuatan : 5 5

    5 5

    Gerakan : aktif

    Tonus : +

    Klonus : -

    Reflek fisiologis : +

    Refleks patologis : -

    B. Sensorik : rangsang halus +,rangsang tajam +C. Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk -, kernig sign -, brudzinsky 1 -

    EKSTREMITAS

    Superior : Edema(-/-), Sianosis (-), akral hangat (+)

    Inferior : Edema (-/-), Sianosis (-), akral hangat (+)

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    7/33

    7

    III.DIAGNOSA BANDING Epilepsi

    IV.DIAGNOSA KERJA Kejang Demam Kompleks

    V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah lengkap

    Tanggal 14 september 2013

    HB : 11,5 g/dlLeukosit : 42.100 /ul

    Eritrosit : 4,77 /ul

    Trombosit : 471.000 /ul

    HT : 35,7%

    Tanggal 17 Septeber 2013

    HB : 11,6 g/dl

    Leukosit : 13.600/ul

    Eritrosit : 4,8 /ul

    Trombosit : 390.000/ul

    HT : 37,4/ul

    VI.TATALAKSANA UGDOksigen nasal 4 liter/menit

    IVFD RL XIIgtt/menit

    Inj diazepam amp bila kejang

    Drip phenitoin amp

    Ceftriaxon 2x500 mg

    Gentamicin 3 x1/2 amp

    Paracetamol syrp 4x2cth

    Ranitidin 2 x amp

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    8/33

    8

    VII. Follow up16 September 2013 17 September 2013

    Subjective Demam (-)

    Kejang (-)

    Pusing

    Demam (-)

    Kejang (-)

    Objective Tampak Sakit Sedang

    Compos mentisGCS 15

    BB : 23 kg

    Tampak Sakit Sedang

    Compos mentisGCS 15

    BB : 23 kg

    TTV :

    - HR : 84 x/m- RR : 28x/m- T : 36,5 C

    Pemeriksaan Fisik :

    Mulut : Sianosis (-)

    Hidung : NCH(-)

    Pulmo : I= hemithorak sin dex

    P= Fremitus simetris

    P= sonor /sonor

    A= vesikuler

    Abd : I = Datar simetris

    P= NT (-),Hepatospenomegali (-)

    P = timpani

    A = BU +

    Ekstremitas : sianosis (-), pucat (-)

    Assessment KDK KDK

    Planning IVFD RL 12 gtt/menit

    Ceftriaxon 2x500 gr

    Gentamicin 2x1/2 amp

    Paracetamol syr 4 x 2 cth

    IVFD RL 12 gtt/menit

    Ceftriaxon 2x500 gr

    Gentamicin 2x1/2 amp

    Paracetamol syr 4 x 2 cth

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    9/33

    9

    Diazepam 2 mg iv jika

    kejang

    Diazepam 2 mg iv jika kejang

    Cek DL ulang

    -

    18 September 2013

    Subjective Demam (-)

    Kejang (-)

    Objective Tampak Sakit Ringan

    Compos mentisGCS 15

    BB : 23 kg

    TTV :

    - HR : 140 x/m- RR : 28 x/m- T : 35,9 C

    Pemeriksaan Fisik :

    Mulut : Sianosis (-)

    Hidung : NCH(-)

    Pulmo : I= hemithorak sin dex

    P= Fremitus simetris

    P= sonor /sonor

    A= vesikulerAbd : I = Datar simetris

    P= NT (),

    Hepatospenomegali(-)

    P = timpani

    A = BU +

    Ekstremitas : sianosis (-), pucat (-)

    Assessment KDK

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    10/33

    10

    Planning Pasien pulang dengan pengobatan:

    Paracetamol syr 4 x 2 cthPasien pulang pada tanggal 18 September 2013 pukul 11.00 WIB

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    11/33

    11

    R E S U M E

    I. AnamnesisOs perempuan umur 7 tahun dengan berat badan 23 kg datang ke UGD

    dalam keadaan tidak sadar. Os merupakan pasien rujukan dari RS Islam

    Metro dengan keluhan kejang 1 hari SMRS. Kejang diawali dengan demam

    yang terjadi secara tiba-tiba. Selama di RS Islam Metro Kejang terjadi lebih

    dari lima kali dan terjadi tiap 2 jam sekali. Durasi kejang terjadi kira-kira 5menit. Kejang meliputi seluruh badan, mata melihat keatas dan lidah

    tergigit. Saat kejang dan setelah kejang os tidak sadar kemudian os dirujuk

    ke RSAY. Satu hari SMRS os juga sempat muntah sebanyak 5 kali, berisi

    makanan. Os tidak pernah mengalami kejang sebelumnya. Selain itu, os

    juga mengeluh batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu. Menurut keluarga os

    suhu saat demam tidak terlalu tinggi..Selama di rawat di RSAY os tidak

    mengalami kejang lagi.

    II. PemeriksaanStatus Present PemeriksaanFisik

    - Keadaanu

    mum

    : Tampaksakits

    edang

    - Mulut : Sianosis (-)

    - Kesadaran : Compos

    mentis

    - Hidung : NCH (-)

    - Nadi : 140x/mnt, isi

    cukup

    - Thoraks : Hemithoraks sin=dek

    - Respirasi : 30 x/mnt - : auskultasi

    vesikuler/vesikuler- Suhu : 38,1oC - Ektremitas : Sianosis -/-

    - BB : 23 Kg - Status

    Neurologis

    : Tidak ada kelainan

    III. Pemeriksaaan PenunjangDarah lengkap

    Tanggal 14 september 2013

    HB : 11,5 g/dl

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    12/33

    12

    Leukosit : 42.100 /ul

    Eritrosit : 4,77 /ul

    Trombosit : 471.000 /ul

    HT : 35,7%

    Tanggal 17 Septeber 2013

    HB : 11,6 g/dl

    Leukosit : 13.600/ul

    Eritrosit : 4,8 /ul

    Trombosit : 390.000/ul

    HT : 37,4/ul

    IV. Diagnosis KerjaKejang Demam Kompleks

    V. Diagnosis Banding Epilepsi

    VI. PenatalaksanaanIVFD RL XII gtt/menit

    Ceftriaxon 2x500 gr

    Gentamicin 2x1/2 amp

    Paracetamol syr 4 x 2 cth

    Diazepam 2 mg iv jika kejang

    VII. PemeriksaanAnjuranDarah lengkap, EEG, Lumbal pungsi

    VIII.PrognosisQuo ad vitam : Dubia ad bonam

    Quo ad functionam : Dubia ad bonam

    Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    13/33

    13

    TINJAUAN PUSTAKA

    Definisi

    Kejang demam berdasarkan definisi dari The International LeagueAgaints

    Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah kejang yang

    disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38C tanpa adanya infeksi susunan

    saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa

    riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009). Kejang demam ialah bangkitan kejang

    yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang disebabkan

    oleh suatu proses ekstrakranium (Konsensus Penatalaksaan Kejang demam IDAI,

    2006).Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun. Anak

    yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali

    tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumurkurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.Bila anak berumur

    kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam,

    pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan

    terjadi bersama demam (Konsensus Penatalaksaan Kejang demam IDAI, 2006).

    Faktor Risiko

    Beberapa faktor yang berperan menyebabkan kejang demam antara lain adalah

    demam, demam setelah imunisasi DPT dan morbili, efek toksin dari

    mikroorganisme, respon alergik atau keadaan imun yang abnormal akibat infeksi,

    perubahan keseimbangan caira dan elektrolit (Dewanto dkk,2009).

    Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah (Konsensus Penatalaksaan

    Kejang demam IDAI, 2006):

    1. Riwayat kejang demam dalam keluarga

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    14/33

    14

    2. Usia kurang dari 12 bulan3. Temperatur yang rendah saat kejang4. Cepatnya kejang setelah demamBila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam

    adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan

    berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya

    kejang demam paling besar pada tahun pertama.

    Faktor risiko menjadi epilepsi adalah :

    1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demampertama.

    2. Kejang demam kompleks3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung. Masing-masing

    faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4%-6%,

    kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi

    menjadi 10%-49% (Level II-2). Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapatdicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.

    Etiologi

    Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang

    menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling

    sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis

    media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, bronkitis, dan infeksi saluran kemih

    (Soetomenggolo,2000).

    Klasifikasi

    Umumnya kejang demam dibagi menjadi 2 golongan. Kriteria untuk

    penggolongan tersebut dikemukakan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    15/33

    15

    perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang,

    tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran

    rekaman otak, dan lainnya (Lumbantobing, 2004).

    Studi epidemiologi membagi kejang demam menjadi 3 bagian yaitu: kejang

    demam sederhana, kejang demam kompleks, dan kejang demam berulang

    (Baumann, 2001).

    Klasifikasi

    1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan

    umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau

    klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.

    Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang

    demam.

    2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:1. Kejang lama > 15 menit, kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit

    atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang

    anak tidak sadar.Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam.

    2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejangparsial.

    3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam, kejang 2 kali atau lebihdalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang

    terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.

    Patofisiologi

    Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan

    metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada

    seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,

    dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    16/33

    16

    tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron

    dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium

    melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas

    muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel

    maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut

    neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang

    yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seeorang anak

    menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang

    yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C sedangkan pada anak dengan

    ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40C atau lebih. Dari

    kenyataan inilah dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih

    sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam

    penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.

    Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan

    tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih

    dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan

    oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,

    hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi

    arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin

    meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak

    meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya

    kerusakan neuron otak selama berlangsungnyakejang lama.

    Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia

    sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang

    mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus

    temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat

    menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang

    spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan

    anatomis di otak hingga terjadi epilepsi (Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 2002).

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    17/33

    17

    Manifestasi Klinis

    Umumnya kejang demam berlangsung singkat,berupa serangan kejang klonik atau

    tonik klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti

    anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik

    atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang

    demam diikuti hemiparesis sementara (Hemeparesis Tood) yang berlangsung

    beberapa jam sampai hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh

    hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering

    terjadi pada kejang demam yang pertama. Kejang berulang dalam 24 jam

    ditemukan pada 16% paisien (Soetomenggolo, 2000). Kejang yang terkait dengan

    kenaikan suhu yang cepat dan biasanyaberkembang bila suhu tubuh (dalam)

    mencapai 39C atau lebih. Kejang khas yang menyeluruh, tonik-klonik beberapa

    detik sampai 10 menit, diikuti dengan periode mengantuk singkat pasca-kejang.

    Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15 menit menunjukkan penyebab

    organik seperti proses infeksi atau toksik yang memerlukan pengamatan

    menyeluruh (Nelson, 2000).

    Diagnosa

    Beberapa hal dapat mengarahkan untuk dapat menentukan diagnosis kejang

    demam antara lain:

    1. Anamnesis, dibutuhkan beberapa informasi yang dapat mendukungdiagnosis ke arah kejang demam, seperti:

    Menentukan adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang,suhu sebelum dan saat kejang, frekuensi, interval pasca kejang,

    penyebab demam diluar susunan saraf pusat.

    Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kejang demam,seperti genetik, menderita penyakit tertentu yang disertai demam

    tinggi, serangan kejang pertama disertai suhu dibawah 39C.

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    18/33

    18

    Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya kejang demamberulang adalah usia< 15 bulan saat kejang demam pertama,riwayat kejang demam dalam keluarga, kejang segera setelah

    demam atau saat suhu sudah relatif normal, riwayat demam yang

    sering, kejang demam pertama berupa kejang demam akomlpeks

    (Dewanto dkk,2009).

    2. Gambaran Klinis, yang dapat dijumpai pada pasien kejang demam adalah: Suhu tubuh mencapai 39C. Anak sering kehilangan kesadaran saat kejang. Kepala anak sering terlempar keatas, mata mendelik, tungkai dan

    lengan mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang. Gejala

    kejang tergantung pada jenis kejang.

    Kulit pucat dan mungkin menjadi biru. Serangan terjadi beberapa menit setelah anak itu sadar (Dewanto

    dkk,2009).

    3. Pemeriksaan fisik dan laboratoriumPada kejang demam sederhana, tidak dijumpai kelainan fisik neurologi

    maupun laboratorium. Pada kejang demam kompleks, dijumpai kelainan

    fisik neurologi berupa hemiplegi. Pada pemeriksaan EEG didapatkan

    gelombang abnormal berupa gelombang-gelombang lambat fokal

    bervoltase tinggi, kenaikan aktivitas delta, relatif dengan gelombang

    tajam. Perlambatan aktivitas EEG kurang mempunyai nilai prognostik,

    walaupun penderita kejang demam kompleks lebih sering menunjukkan

    gambaran EEG abnormal. EEG juga tidak dapat digunakan untuk

    menduga kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian hari

    (Soetomenggolo, 2000).

    Pemeriksaan penunjang

    a. Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang

    demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    19/33

    19

    penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi

    disertai demam. Pemeriksaan labora-torium yang dapat dikerjakan

    misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah (level II-2 dan level

    III, rekomendasi D).

    b. Pungsi lumbalPemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

    menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis

    bakterialis adalah 0,6%-6,7%.Pada bayi kecil seringkali sulit untuk

    menegakkan atau meny-ingkirkan diagnosis meningitis karena

    manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal

    dianjurkan pada:

    1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan3. Bayi > 18 bulan tidak rutinBila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi

    lumbal.

    c. ElektroensefalografiPemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

    berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian

    epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak

    direkomendasikan (level II-2, rekomendasi E).Pemeriksaan EEG

    masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.

    Misalnya: kejang demam kompleks

    d. PencitraanFoto X-raykepala dan pencitraan seperti computed tomography scan

    (CT-scan) atau magnetic resonance imaging(MRI) jarang sekali

    dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:

    1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)2. Paresis nervus VI3. Papiledema

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    20/33

    20

    Diagnosa Banding

    Infeksi susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan

    cairan serebrospinal. Kejang demam yang berlangsung lama kadang-kadang

    diikuti hemiperesis sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses

    intrakranial. Sinkop juga dapat diprovokasi oleh demam, dan sukar dibedakan

    dengan kejang demam. Anak dengan kejang demam tinggi dapat mengalami

    delirium, menggigil, pucat, dan sianosis sehingga menyerupai kejang demam

    (Soetomenggolo, 2000).

    Penatalaksanaan

    Pada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu:

    1. Pengobatan fase akutSeringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu pasien sedang kejang semua

    pakaian yang ketat dibuka, dan pasien dimiringkan kepalanya apabila muntah

    untuk mencegah aspirasi. Jalan napas harus bebas agar oksigenasi terjamin.

    Pengisapan lendir dilakukan secra teratur, diberikan oksiegen, kalau perlu

    dilakukan intubasi. Awasi keadaan vital sperti kesadaran, suhu, tekanan darah,

    pernapasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan

    kompres air dingin dan pemberian antipiretik. Diazepam adalah pilihan utama

    dengan pemberian secara intravena atau intrarektal (Soetomenggolo, 2000).

    Penatalaksaan saat kejang

    Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang

    kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling

    cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara

    intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan

    dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis

    maksimal 20 mg.Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di

    rumah adalah diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis

    diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    21/33

    21

    dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari

    10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3

    tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.

    Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti,dapat diulang

    lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila

    setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke

    rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis

    0,3-0,5 mg/kg.Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara

    intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1

    mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis

    selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.Bila

    dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang

    rawat intensif.

    Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis

    kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor

    risikonya.

    2. Mencari dan Mengobati PenyebabPemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan

    kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.

    Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada

    kasus yang dicurigai meningitis atau apabila kejang demam berlangsung lama.

    Pada bayi kecil sering mengalami meningitis tidak jelas, sehingga pungsi

    lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan, dan

    dianjurkan pada pasien berumur kurang dari 18 bulan. Pemeriksaan

    laboratorium lain perlu dilakukan utuk mencari penyebab (Soetomenggolo,

    2000).

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    22/33

    22

    Pemberian obat pada saat demam

    Antipiretik

    Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko

    terjadinya kejang demam (level I, rekomendasi D), namun para ahli di

    Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan (level III,

    rekomendasi B). Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali

    diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10

    mg/kg/kali ,3-4 kali sehari.

    Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye

    terutama pada anak kurang dari 18 bulan, seh-ingga penggunaan asam

    asetilsalisilat tidak dianjurkan (level III, rekomendasi E).

    Antikonvulsan

    Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam

    menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula

    dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5C (level

    I, rekomendasi A).Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia,

    iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus.Fenobarbital,

    karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah

    kejang demam (level II reko-mendasi E)

    3. Pengobatan ProfilaksisKambuhnya kejang demam perlu dicegah, kerena serangan kejang merupakan

    pengalaman yang menakutkan dan mencemaskan bagi keluarga. Bila kejang

    demam berlangsung lama dan mengakibatkan kerusakan otak yang menetap

    (cacat).

    Pemberian obat rumat

    Indikasi pemberian obat rumat

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    23/33

    23

    Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri

    sebagai berikut (salah satu):

    1. Kejang lama > 15 menit2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,

    misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,

    hidrosefalus.

    3. Kejang fokal

    4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:

    1. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam. Kejangdemam terjadi pada bayi kurang dari 12bulan.

    2. Kejang demam >4 kali per tahun.Penjelasan:

    1. Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam >15 menitmerupakan indikasi pengobatan rumat.

    2. Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatanperkembangan ringan bukan merupakan indikasi pengobatan

    rumat.

    3. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkanbahwaanak mempunyai fokus organik.

    Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat. Pemberian obat fenobarbital

    atau asam valproat setiap hariefektif dalam menurunkan risiko berulangnya

    kejang (level I).Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak

    berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samp-ing, maka

    pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka

    pendek (rekomendasi D).

    Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku

    dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam

    valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2

    tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    24/33

    24

    valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per

    hari dalam 1-2 dosis.

    Lama Pengobatan Rumat

    Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan

    secara bertahap selama 1-2 bulan.

    Edukasi pada orang tua

    Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada

    saat kejang sebagian besar orang tua berang-gapan bahwa anaknya telah

    meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya:

    a. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosisbaik.

    b. Memberitahukan cara penanganan kejangc. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembalid.

    Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harusdiingat adanya efek samping obat.

    Ada 3 upaya yang dapat dilakukan:

    - Profilaksis intermitten, pada waktu demam.- Profilaksis terus-menerus, dengan obat antikonvulsan tiap hari- Mengatasi segera bila terjadi kejang.Profilaksis intermitten

    Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan ketentuan

    orangtua pasien atau pengasuh mengetahui dengan cepat adanya demam pada

    pasien. Obat yang diberikan harus cepat diabsorpsi dan cepat masuk ke otak.

    Diazepam intermittent memberikan hasil lebih baik kerena penyerapannya lebih

    cepat. Dapat digunakan diazepam intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg untuk

    pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    25/33

    25

    berat badan lebih dari 10 kg, setiap pasien menunjukkan suhu 38,5C atau lebih.

    Diazepam dapat pula diberikan sacara oral dengan dosis 0,5 mg/kg BB/ hari

    dibagi dalam 3 dosis pada waktu pasien demam. Efek samping diazepam adalah

    ataksia, mengantuk, dan hipotonia (Soetomenggolo, 2000).

    Profilaksis terus-menerus dengan antikonvulasan tiap hari. Pemberian fenobarbital

    4-5 mg/kg BB/hari dengan kadar darah sebesar 16 mgug/ml dalam darh

    menunjukkan hasil yang bermakna untuk mencegah berulanggnya kejang demam.

    Obat lain yang dapat digunakan untuk profilaksis kejang demam adalah asam

    valproat yang sama atau bahkan lebih baik dibandingkan efek fenobarbital tetapi

    kadang-kadang menunjukkan efek samping hepatotoksik. Dosis asam valproat

    adalah 15-40 mg/kg BB/hari. Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah

    berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi

    tidak dapat mencegah terjandinya epilepsi di kemudian hari (Soetomenggolo,

    2000).

    Consensus Statement di Amerika Serikat mengemukakan kriteria yang dapat

    dipakai untuk pemberian terapi rumat. Profilaksis tiap hari dapat diberi pada

    keadaan berikut:

    1. Bila terdapat kelainan perkembangan neurologi misalnya (cerebral palsy,retardasi mental, mikrosefali).

    2. Bila kejang demam berlangsung lama dari 15 menit, bersifat fokal, ataudiikuti kelainan neurologis sepintas atau menetap.

    3. Terdapat riwayat kejang-tanpa-demam yang bersifat genetik pada orangtua atau saudara kandung.

    Vaksinasi

    1. Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi terhadapanak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena

    vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9

    kasus per 100.000 anak yang divak-sinasi sedangkan setelah vaksinasi

    MMR 25-34 per 100.000.

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    26/33

    26

    2. Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam,terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak

    merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari

    kemudian.

    Prognosis

    Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis. Kejadian kecacatan

    sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental

    dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.

    Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian

    kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau

    kejang berulang baik umum atau fokal.Kematian karena kejang demam tidak

    pernah dilaporkan. Kemungkinan berulangnya kejang demam. Kejang demam

    akan berulang kembali pada sebagian kasus.

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    27/33

    27

    ANALISIS KASUS

    1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?

    Diagnosa kerja pada pasien ini adalah kejang demam kompleks sudah

    tepat karena kejang demam kompleks ditegakkan melalui anamnesa,

    gejala klinik dan diperkuat dengan pemeriksaan penunjang. Adapun

    definisi kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu

    tubuh lebih dari 38C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau

    gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat

    kejang sebelumnya (IDAI, 2009). Kejang demam ialah bangkitan kejang

    yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang

    disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium(Konsensus Penatalaksaan

    Kejang demam IDAI, 2006). Gejala klinikkejang demam kompleks

    (Complex febrile seizure) salah satu ciri berikut ini:

    a. Kejang lama > 15 menit, kejang yang berlangsung lebih dari 15menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan

    kejang anak tidak sadar.Kejang lama terjadi pada 8% kejang

    demam.

    b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahuluikejang parsial.

    c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam, kejang 2 kali ataulebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang

    berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang

    demam.

    Dalam laporan kasus ini pasien adalah anak perempuan usia 7tahun

    dengan BB 23 kg datang dengan keluhan kejang 1 hari sebelum masuk

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    28/33

    28

    rumah sakit.Kejang diawali dengan demam. Kejang terjadi lebih dari lima

    kali dan terjadi setiap 2 jam sekali. Kejang terjadi kira-kira 5 menit.

    Kejang meliputi seluruh badan, mata melihat keatas dan lidah tergigit. Saat

    kejang dan setelah kejang os tidak sadar. Demam terjadi sejak satu minggu

    yang lalu disertai batuk pilek. Suhu saat demam tidak terlalu tinggi. Satu

    hari SMRS os juga sempat muntah sebanyak 5 kali. Sebelum dibawa ke

    RSAY os sempat dirawat selama 1 hari di RS Islam Metro, namun karena

    kejang terus berulang maka os dirujuk ke RSAY. Riwayat sebelumnya

    dengan keluhan yang sama disangkal,.Riwayat kejang pada anggota

    keluarga disangkal.

    Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan kejang. Kejang yang terjadi

    dapat disebabkan oleh beberapa faktor:

    Intracranium seperti pendarahan atau sumbatan pada otak. Ektracranium seperti kejang demam, infeksi SSP, atau epilepsi.

    Pada penyakit intracranium kejang biasanya timbulakibat adanya trauma

    atau ada riwayat trauma sebelumnya termasuk trauma saat jalan lahir.

    Kejang karena faktor intrakranium bisa timbul tanpa diawali demam

    terlebih dahulu dan diikuti dengan pemeriksaan fisik reflek pupil yang

    abormal anisokor ataupun pin point hingga terjadi penunurunan kesadaran.

    Dari allonamnesa tidak ditemukan riwayat trauma, penurunan kesadaran

    dan pemeriksaan fisik GCS dan reflek pupil yang abnormal sehingga

    faktor kejang dari intracranium dapat disingkirkan. Kelainan akibat faktorekstracranium, dapat disebabkan oleh kejang demam, epilepsi dan infeksi

    SSP. Pada pasien ini tidak ditemukan hasil yang positif pada pemeriksaan

    rangsang meningeal sehingga infeksi SSP seperti meningitis dapat

    disingkirkan. Untuk perbedaan kejang demam dan epilepsi dapat

    dibandingkan dengan faktor resiko terbesar pada pasien. Pada pasien ini

    kejang terjadi baru pertama kali dengan riwayat epilepsi pada keluarga

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    29/33

    29

    disangkal serta kejang diawali dengan demam. Oleh karena itu diagnosa

    lebih mengarah pada kejang demam.

    Berdasarkan kriteria pada kejang demam kompleks (Konsensus

    Penatalaksaan Kejang demam IDAI, 2006), pasien pada kasus ini

    mempunyai salah satu dari kriteria tersebut yakni: kejang berulang lebih

    dari 1 kali dalam 24 jam, kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2

    bangkitan kejang anak sadar. Sehingga diagnosa yang kam tetapkan pada

    pasien ini adalah kejang demam kompleks.

    2. Apakah penatalaksaan pada kasus sudah tepat ?Pada awal masuk di UGD pasien ini diberikan penatalakasanaan:

    Pemberian O2 diberikan untuk mengatasi hipoksemia yangdisebabkan oleh peningkatan kebutuhan oksigen dan energi.O2

    nasal 4 liter/menit diberikan pada pasien ini pada saat kejang.

    Pemasangan infus RL dengan kebutuhan cairan BB >20 kg; 85-100cc/kgBB/hari. Berat badan pasien ini 23 kg, jadi diberikan

    2070cc/hari. Sehingga pemberiannya XX tetes/menit.

    Pemberian diazepam pada saat kejang digunakan dosis 0,3-0,5mg/kg perlahan-lahan. Sehingga pada pasien ini seharusnya

    diberikan diazepam IV sebanyak 6,9 mg (1 ampul) dengan

    kecepatan 1-2 mg per menit dalam waktu 3- 5menit. Setelah

    pemberian diazepam sebanyak 2 kali pasien tetap masih kejang,sehingga dilanjutkan pembrian fenitoin dengan dosis 10-20

    mg/kgBB IV perlahan dengan kecepatan 0,5- 1 mg/kgBB/menit.

    Dosis fenitoin yang diberikan pada pasien ini seharusnya 230 mg

    (2 ampul). Untuk pemberian diazepam dapat diberikan jika

    pasien demam suhu diatas (38,5C) dengan dosis oral 0,3

    mg/kgBB/8jam dapat menurunkan resiko kejang berulang.

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    30/33

    30

    Sehingga diazepam oral tablet dapat diberikan 3 tablet (6mg) jika

    pasien demam suhu diatas (38,5C).

    AntipiretikUntuk mencegah timbulnya kejang akibat demam diberikan

    parasetamol sirup dengan dosis 10-20 mg/kgBB, diberikan 230 mg,

    sehingga diberikan 4x2cth. Jika keluhan demam telah hilang

    pemberian obat ini dapat diberhentikan.

    AntibiotikPemeberian antibiotika diberikan pada pasien yang observasi

    kejang, terutama bila ada tanda-tanda infeksi.Pada pasien ini

    didapatkan hasil lab peningkatan leukosit pada saat awal masuk RS

    yakni 42.100/ul.Sehingga dapat diberikan antibiotik broad

    spectrum terlebih dahulu yakni golongan beta lactam yang

    dikombinasikan dengan aminoglikosida. Antibiotik yang diberikan

    ceftriaxon dengan dosis 50-100mg/kgBB/hari sehingga diberikan

    1050gr/hari (2x500 gr)ditambah dengan gentamisin dengan dosis

    2-2.5mg/kgBB/hari sehingga diberikan 50mg/hari

    seharusnya3x0,4cc (15mg).

    Pengobatan rumat

    Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :

    - Kejang berulang 2x atau lebih dalam 24 jam.- Kejang demam terjadi pada bayi usia 4 kali per tahun.

    Pada kasus ini pengobatan rumat dapat dipertimbangkan karena os

    mengalami kejang berulang > 2x dalam waktu 24 jam.

    Pengobatan rumat dapat diberikan asam valpoat dosis 15-40

    mg/kgbb/hari terbagi dalam 2-3 dosis, namun pemberian harus

    diperhatikan karena obat tsb dapat menyebabkan gangguan fungsi

    hati. Ditambah pemberian fenobarbital 3-4 mg /kgbb/hari terbagi

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    31/33

    31

    dalam 1-2 dosis. Lama pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas

    kejang kemudian diberhentikan secara bertahap selama 1- 2 bulan.

    3. Bagaimana prognosis pada kasus ?Prognosis pada kasus ini dubia ad bonam, karena kemungkinan pasien

    bisa mengalami kejang berulang lagi atau kecacatan atau kelainan

    neurologis. Berdasarkan salah satu penelitian secara retrospektif laporan

    kelainan neurologis terjadi pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini

    biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik

    umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah

    dilaporkan.

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    32/33

    32

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Pusponegoro DH, Widodo D P, Ismael S.Konsensus PenatalaksanaanKejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi: Badan Penerbit IDAI.

    Th; 2006.hal; 1-15.

    2. Bahtera T. Kejang Demam. Semarang: Badan Penerbit UniversitasDipenogoro, Th; 2009. Hal; 22-67.

    3. Deliana S. Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 4,No. 2, September 2002: 5962

    4. Nelson. E. Waldo.Ilmu Kesehatan Anak. EGC. 20005. Pusponegoro, dkk. Standart Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Kejang

    Demam; Penerbit; IDAI; 2005, Hal 209-211

  • 5/25/2018 Laporan Kasus Kdk

    33/33

    33

    a. Kejang demam kompleks ialah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit, fokal ataumultiple (lebih dari 1 kali kejang per episode demam).

    b. Kejang demam sederhana ialah kejang demam yang bukan kompleks.c. Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari satu episode

    demam. Epilepsi ialah kejang tanpa demam yang terjadi lebih dari satu kali

    (Soetomenggolo, 2000).

    Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah

    a. Riwayat kejang demam dalam keluarga;b. Usia kurang dari 18 bulan;c. Temperatur tubuh saat kejang. Makin rendah temperatur saat kejang makin sering berulang;d.

    Lamanya demam.

    Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah

    a. Adanya gangguan perkembangan neurologis;b. Kejang demam kompleks;c. Riwayat epilepsi dalam keluarga; dand. Lamanya demam (IDAI,2009)

    Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang

    1. Tetap tenang dan tidak panic2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan

    muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit,

    jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.

    4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.5. Tetap bersama pasien selama kejang6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlang-sung 5 menit atau lebih

    Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang, hindarilah rasa panik dan lakukanlah

    langkah-langkah pertolongan sebagai berikut:

    1. Telungkupkan dan palingkan wajah ke samping2. Ganjal perut dengan bantal agar tidak tersedak3. Lepaskan seluruh pakaian dan basahi tubuhnya dengan air dingin. Langkah ini diperlukan

    untuk membantu menurunkan suhu badannya.

    4. Bila anak balita muntah, bersihkan mulutnya dengan jari.5. Walupun anak telah pulih kondisinya, sebaiknya tetap dibawa ke dokter agar dapat

    ditangani lebih lanjut (Widjaja, 2001).