kdk ranggit.docx
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
KEJANG DEMAM KOMPLEKS
Oleh :
RANGGIT OKTANITA
20080310106
Pembimbing :
dr. SYARMARINI LARASATI, M. Kes Sp. A
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANEMBAHAN SENOPATI
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : Anak Z
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Ngringinan, Palbapang, Bantul
Tanggal Lahir : 12 mei 2012
Umur : 1 0 bulan
Anak ke : 3 dari 3 bersaudara
Tanggal Pemeriksaan : 9 Maret 2013
Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn. S
Usia : 50 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp1.500.000 – Rp 2.000.000/bulan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Nama Ibu : Ny.M
Usia : 45 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan : tidak ada
Agama : Islam
Suku : Jawa
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien pada
tanggal 9 Maret 2013
Keluhan Utama
Kejang 2 jam smrs
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien diantar keluarganya ke IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan
membawa rujukan dari RS dekat rumah dengan riwayat kejang 2 jam SMRS. Dua jam
SMRS, kira – kira petang hari pk. 18.00 terjadi kejang pada os. Kejang terjadi pada seluruh
tubuh, lama kejang kira – kira 5 menit, os kelonjotan dan gigi beradu, mata melotot melirik
ke atas. Sehabis kejang os menangis, tidak mengompol, dan tidak buang air besar. Os
dibawa ke RS dekat rumah diberikan obat penurun panas dan untuk mengatasi kejang
melalui dubur. Setelah teratasi, os dirujuk ke RSUD Panembahan Senopati Bantul.
10 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami demam. Demam dirasakan timbul
mendadak, terus menerus. Menurut ibu pasien demam yang dialami pasien cukup tinggi,
namun suhunya tidak diukur. Pasien juga terlihat seperti menggigil, namun pasien tidak
kejang. Terkadang terdapat batuk pada pasien dan tidak berdahak. Tidak terdapat mencret,
sesak, maupun badan kuning. Terdapat mual yang disertai muntah. Muntah sebanyak 2 - 3
kali sehari, sebanyak kurang lebih setengah gelas aqua, tidak menyeprot, berisi makanan
serta cairan, berwarna kekuningan, tidak kehitaman ataupun darah. Keluarga pasien
menyangkal ada riwayat berpergian ke luar pulau jawa sebelumnya.
Riwayat Penyakit dahulu:
Terdapat riwayat kejang demam sebelumnya, kali ini kejang demam ketiga.
Kejang pertama : ketika usia 6 bulan, lama kejang 5 menit, kejang seluruh tubuh, demam
mencapai suhu 39 C
Kejang kedua : terjadi pada saat bayi usia 8 bulan, kejang seluruh tubuh, lama kejang +- 30
menit, setelah demam tubuh kaku dan kulit membiru, suhu mencapai > 39 C
Kejang ketiga : usia 10 bulan, durasi +- 5 menit, suhu juga mencapai 39 C, kejang seluruh
tubuh, tidak berulang dalam 24 jam.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga/ Lingkungan Sekitarnya yang Ada Hubungan
dengan Penyakit Sekarang
Pada keluarga maupun tetangga sekitar rumah tidak ada yang mengalami penyakit yang
serupa seperti pada pasien. Namun, di lingkungan sekolah, terdapat beberapa teman pasien
yang menderita DBD. Riwayat alergi dikeluarga disangkal pasien. Riwayat keluarga dengan
pengobatan paru disangkal.
Riwayat Kehamilan Ibu
Pasien dikandung selama 9 bulan dan ibunya sering memeriksakan diri ke bidan selama masa
kehamilan. Ibunya tidak pernah mengalami kelainan selama masa kehamilan.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis, tidak terdapat badan biru maupun
kuning saat lahir. Berat badan lahir 4000 gram dengan panjang badan ibu pasien tidak ingat.
Riwayat Perkembangan :
Pertumbuhan gigi I : ± 8 bulan
Tengkurap : ± 6 bulan
Duduk : ± 4 bulan
Berjalan : ± 12 bulan
Bicara : ± 15 bulan
Membaca dan menulis : ± 6 tahun
Kesan : Perkembangan anak sesuai usia
Perkembangan sexual :
Pertumbuhan payudara : 9 tahun
Menarche : 11 tahun
Kesan : pertumbuhan sesuai dengan usia
Gangguan perkembangan mental dan emosi : tidak ada
Pasien sekarang berada di kelas 1 SMP dan pasien mendapat rangking 4 di kelasnya.
Riwayat Imunisasi :
Macam Dasar Ulangan
I II III
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
Kesan : imunisasi dasar sudah lengkap sesuai dengan usia, imunisasi ulangan belum
lengkap.
Riwayat Makanan :
Umur (bulan) ASI/PASI Buah Biskuit Bubur
susu
Nasi TIM
0 – 2 ASI - - - -
2 – 4 ASI - - - -
4 – 6 ASI - - - -
6 – 8 ASI/ PASI + + + -
8 – 10 ASI/ PASI + + + +
10 – 18 ASI/ PASI + + + +
>18 Sesuai dengan menu keluarga, namun pasien tidak suka sayuran
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan Rp.1.500.000,- - Rp.2.000.000 -
per bulan. Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga . Menanggung 4 orang anak. Biaya
pengobatan ditanggung Jamkesmas.
Kesan: sosial ekonomi cukup.
Data Keluarga
Ayah Ibu
Perkawinan ke 1 1
Umur 25 tahun 20 Tahun
Pendidikan
terakhir
SLTP SLTP
Agama Islam Islam
Keadaan
kesehatan
Sehat Sehat
Data Perumahan
Kepemilikan rumah : rumah sendiri
Keadaan rumah : dinding rumah tembok, 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang
tamu, 1 dapur. Limbah dibuang ke septik tank dan selokan
sekitar. Sumber air minum adalah air galon isi ulang tidak
direbus kembali, sumber air untuk mencuci adalah air PAM.
Keadaan lingkungan : jarak antar rumah berdekatan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : 57 Kg
Tinggi badan : 156 cm
Status Gizi :
BMI = (BB/TB2) = (57/1,562) = 23,75
KESAN : status gizi baik
Tanda-tanda vital : Tekanan darah = 110/70 mmHg
Nadi = 88 x/menit teraba kuat, isi cukup, reguler,
equal kiri dan kanan
Pernapasan = 20 x/menit
Suhu = 37,5 °C
Status Generalis :
Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah
Kulit : Sawo matang, pucat pada ujung-ujung ekstremitas (-)
Mata : Palpebra kanan dan kiri tidak cekung dan tidak edema,
konjungtiva kanan dan kiri tidak pucat, sklera kanan dan kiri
tidak ikterik, kornea kanan dan kiri jernih, iris kanan dan kiri
berwarna coklat, pupil isokor, refleks pupil baik
Telinga : Bentuk daun telinga kanan dan kiri normal, liang telinga kanan
dan kiri tidak terdapat serumen dan tidak terdapat cairan,
membrane timpani intak.
Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada,
epistaksis tidak ada.
Mulut : Merah, kering, mukosa bibir basah, sianosis tidak ada
Tenggorokan : T1 – T1 tenang, faring tidak hiperemis.
Leher : Bentuk simetris, trakea ditengah, kelenjar tiroid tidak teraba,
pembesaran kelenjar getah bening teraba disebelah kanan, + 1 cm,
soliter, permukaan rata, tidak nyeri tekan, warna sesuai warna
kulit.
Thoraks : Bentuk normal, gerak simetris saat statis dan dinamis, retraksi
tidak ada.
Paru
Inspeksi : Gerak simetris saat statis dan dinamis, retraksi suprasternal dan
subcosta tidak ada.
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing tidak ada, rhonki tidak ada.
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga V midklavikula kiri, tidak kuat
angkat, tidak ada thrill
Perkusi : Batas atas jantung di sela iga 3 garis sternal kiri
Batas kanan jantung di sela iga 4 garis sternal kanan
Batas kiri jantung di sela iga 4 garis midklavikula kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I – II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ada massa, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus positif normal
Palpasi : Cembung, hepar tidak teraba, Lien tidak teraba. Nyeri tekan di
epigastrium dan perut kanan atas. Nyeri lepas tidak ditemukan
Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen
Ektremitas : Tidak ada edema, akral dingin, tidak ada deformitas.
Genitalia : tidak dilakukan
Anus : tidak dilakukan
Pemeriksaan Neurologis
Refleks fisiologis
I. Refleks Bisep : +/+ normal
II. Refleks Trisep : +/+ normal
III. Refleks patella : +/+ normal
IV. Refleks Achilles : +/+ normal
Refleks patologis
I. Refleks babinski : -/- normal
II. Refleks Oppenheim : -/- normal
III. Refleks Chaddock : -/- normal
Tanda rangsang meningeal
o Kaku kuduk : Negatif
o Brudzinki I : Negatif
o Brudzinki II : Negatif
o Kernig : Negatif
Kekuatan motorik : Superior 5/5, Inferior 5/5
Tonus otot : Baik
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 26-09-2012 Jam 10:21
Hematologi Nilai Nilai Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 13,8 12-18 tahun 14 g/dl
Hematokrit 42 41 %
Leukosit 2.340 4800-10800/uL
Trombosit 57.000 150000-400000/uL
Imunologi/Serologi Widal
S. TYPHI O 1/320 -/Negatif
S. TYPHI H 1/160
S. PARATYPHI AO -/Negatif
S. PARATYPHI AH -/Negatif
S. PARATYPHI BO -/Negatif
S. PARATYPHI BH -/Negatif
S. PARATYPHI CO -/Negatif
S. PARATYPHI CH -/Negatif
Tanggal 27-10-2012
Hematologi Nilai Nilai Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 14,4 (12-18 tahun ) 14 g/dl
Hematokrit 45 41 %
Leukosit 4250 4800-10800/uL
Trombosit 68.000 150000-400000/uL
Serologi
IgM Reaktif Non Reaktif
IgG Reaktif Non Reaktif
V. DIAGNOSIS BANDING
Dengue shock syndrome dengan perbaikan
Suspek demam thypoid
Chikungunya
VI. DIAGNOSIS KERJA
Dengue shock syndrome dengan perbaikan
VII. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
O2 2 liter / menit jika sesak
Infus Ringer Lactate 5 gtt/menit makro
Paracetamole 3 x 400mg jika suhu diatas 380C
Omeprazole
b. Non medikamentosa
Evaluasi tanda – tanda vital
Awasi tanda – tanda perdarahan spontan dan syok
Minum air yang banyak
Mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan kegiatan pencegahan DBD
dengan 3M, yaitu menutup, menguras, mengubur barang-barang yang dapat
menampung air. Menganjurkan agar pasien memakai repellan untuk mencegah
gigitan nyamuk, khususnya saat berada di lingkungan sekolah.
Menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas, maupun kuantitasnya.
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan darah rutin ulang (Hb, Ht, Tromobosit, leukosit)
Pemeriksaan elektrolit darah (Na, K, Cl, Ca)
Widal test pada hari ke 7
Rotgent thorax
XI. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Demam berdarah dengue & Dengue shock syndrome
Dengue ialah suatu infeksi Arbovirus. Arbovirus adalah singkatan dari arthropod-borne
viruses, artinya virus yang ditularkan melalui gigitan artropoda, misalnya nyamuk, sengkerit atau
lalat.
Dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak mempunyai imunitas silang (infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap infeksi oleh serotipe lain). Sabin adalah
orang pertama yang berhasil mengisolasi virus dengue. (1,2)
Etiologi :
Sampai saat ini telah diketahui beberapa jenis nyamuk sebagai vektor dengue. Aedes
aegypti bersifat antropofilik (senang sekali menggigit manusia) dan hanya nyamuk betina yang
menggigit. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters), yaitu
menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Keadaan ini sangat membantu
Aedes aegypti dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang sekaligus, sehingga
dilaporkan adanya beberapa penderita demam dengue atau DHF di satu rumah.
Aedes aegypti Aedes albopictus
Hidup di daerah tropis,vektor di perkotaan,
terutama hidup dan berkembang biak di
dalam rumah yaitu di tempat penampungan
air jernih atau tempat penampungan air
sekitar rumah.
Di pedesaan,Habitatnya di air jernih,
biasanya di sekitar rumah atau pohon-
pohon, dimana tertampung air hujan yang
bersih seperti pohon pisang, pandan dsb.
Menggigit pada waktu pagi dan sore hari Menggigit pada waktu siang hari
Jarak terbang 100 m Jarak terbang 50 m
Epidemiologi (3,4)
Demam dengue dan demam berdarah dengue terdapat di daerah kota dan pedesaan di
Amerika, Asia Tenggara, Mediterania Timur dan Pasifik Barat. DBD di Indonesia pertama kali
ditemukan pd tahun 1968 di RS Sumber Waras Jakarta dan RS Sutomo Surabaya. penyakit ini
cenderung meningkat dan meluas keseluruh wilayah nusantara. Tahun 1997 penyakit DBD telah
menjangkau hampir seluruh desa dari seluruh propinsi di wilayah republik indonesia.
Meningkatnya kasus DBD berkaitan erat dgn :
1. urbanisasi
2. ditemukan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor
3. masyarakat belum mendukung kebiasaan hidup bersih
4. letak geografi indonesia sebagai negara tropis, memungkinkan peningkatan
populasi nyamuk Aedes aegypti
5. pengetahuan masyarakat tentang DBD kurang, shg upaya penanggulangan dan
pencegahan tidak dapat dilaksanakan secara tuntas.
Patofisiologi
1. meningkatnya permeabilitas vascular menyebabkan kebocoran plasma ( peritoneal,pleural) dan
hipovolemi intra vascular.
2. gangguan hemostasis (angiopathy, trombositopenia, coagulopathy) (4)
kegawatan pada DBD dapat terjadi karena : (5)
1. kebocoran plasma yg banyak sehingga volume darah berkurang ( renjatan
hipovolemik.)
2. perdarahan dapat terjadi karena aktivasi system koagulasi atau sebagai manifestasi
penempelan trombosit pd endotel yg mempunyai dampak jml trombosit yang beredar
dipembuluh darah menjadi menurun sehingga terjadi trombositopenia berat dibawah
20.000 dan akibatnya terjadi bahaya perdarahan spontan.
3. gangguan keseimbangan elektrolit dpt terjadi sbg akibat renjatan yang tidak dapat
segera diatasi sehingga kejadian hiponatremia dan asidosis tidak dapat dihindari dan
terjadilah manifestasi kejang berulang sampai tidak sadar.
Pada kasus berat, renjatan terjadi secara akut, nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
hilangnya plasma melalui endotel pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit pada penderita
dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke
daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma.
Bukti yang mendukung keadaan ini ialah ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa,
yaitu rongga peritoneum, pleura dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang
diberikan melalui infus. Pada kurang lebih tiga perempat jumlah kasus dengue shock syndrome
ditemukan adanya bendungan pembuluh darah paru (pulmonary vascular congestion) dengan efusi
pleura terutama pada paru sebelah kanan. (5)
. Pada penderita dengan renjatan berat, volume plasma menurun sampai lebih dari 30%.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma bila tidak segera diatasi dapat
mengakibatkan anoksia jaringan, perdarahan saluran cerna, asidosis metabolik dan kematian. (5)
Patogenesis (5,6)
Sampai saat ini, sebagian besar ahli masih menganut the secondary heterologous infection
hypothesis atau the sequential infection hypothesis. Teori ini menyatakan bahwa demam berdarah
dengue dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfesi dengue pertama kali mendapat infeksi berulang
dengan tipe virus yang berlainan.
Dengan terdapatnya kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah maka mengakibatkan
trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh
system retikuloendotelial dengan akibat terjadi trombositopenia hebat dan perdarahan. Disamping itu
trombosit yang mengalami metamorfosis akan melepaskan factor trombosit 3 yang mengaktivasi
system koagulasi
Akibat aktivasi factor Hagemann (factor XII) yang selanjutnya juga mengaktivasi system
koagulasi dengan akibat terjadinya pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini
maka plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin
dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin Degradation Product (FDP). Aktivasi factor XII akan
menggiatkan juga system kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah. Menurunnya factor koagulasi oleh aktivasi system koagulasi dan kerusakan hati akan
menambah beratnya perdarahan.
Manifestasi klinik
Perjalanan penyakit Infeksi virus dlm tubuh manusia sangat tergantung dari kekebalan hospes,
serotype dan virulensi virus,dan populasi nyamuk Aedes yang tinggi pada lingkungan. infeksi virus
dengue pada manusia mengakibatkan suatu spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara
penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), dengue fever, dengue hemorrhagic fever
dan dengue shock syndrome.Dasar diagnosis demam berdarah dengue menurut WHO (1975) : (7)
Gejala klinik :
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, termasuk uji torniquet positif, petekia, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.
3. hepatomegali
4. tanpa atau dengan gejala syok seperti : nadi lemah, cepat, tekanan nadi menurun <20 mmHg,
tekanan darah menurun sampai tekanan sistolik <80 mmHg. Kulit teraba dingin dan lembab,
sianosis di sekitar mulut dan penderita menjadi gelisah.
Laboratorium :
1. trombositopenia (<100.000 /µL)
2. peningkatan hematokrit >20%.
Spektrum
KlinisManifestasi Klinis
DD
Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi
berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi
perdarahan, dan leucopenia.
Dapat disertai trombositopenia.
Hari ke-3-5 fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
DBD Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
Uji torniquet positif.
Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.
Hepatomegali.
Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke
rongga peritoneal.
Trombositopenia.
Hemokonsentrasi.
Hari ke 3-5 fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat
berkembang menjadi syok
DSS
Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
Gejala syok :
Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
Akral dingin, capillary refill turun.
Diuresis turun, hingga anuria.
Derajat penyakit demam berdarah dengue : (7)
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji
torniquet positif.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain (gusi berdarah,
perdarahan gastrointestinal, epistaksis).
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (<20
mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah.
Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur.
DHF : derajat I-II
DSS : derajat III-IV
Dengue Hemorragic Fever/DHF (8,9,10)
Ditandai dgn demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, circulatory failure, dan
trombositopenia.
Kebocoran plasma, peningkatan hematokrit.
Demam mendadak, pharyngeal congestion, nyeri abdomen, dan kejang demam sering terjadi.
Manifestasi perdarahan lebih banyak.Test tourniquet (+), ptechiae, epistaxis,perdarahan gusi,
dan gastrointestinal.
Hepatomegali dapat ringan, jaundice&splenomegaly jarang terjadi.
Foto thorax : efusi pleura (banyak pada paru kanan)
Bila demam disertai banyak keringat, terjadi perubahan pada frequensi nadi dan tekanan darah,
ini dapat diketahui dari extremitas yang dingin. Penyembuhan terjadi setelah therapy cairan
dan elektrolit.
Pada masa konvalesen seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan /kaki.
Lab : CBC – leukositosis / leukopenia ,trombositopenia, peningkatan hematokrit ( >20% ),
urine – albuminuria ringan, darah samar pd feces, protrombin time – memanjang, penurunan
fibrinogen, factor VIII, XII, anti thrombin III.disfungsi hepar dgn penurunan vit.K, serum
protein rendah, dan peningkatan aminotransferase.
Dengue Shock Syndrome (DSS) (5)
Biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vascular
sehingga terjadi plasma leakage, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi & hipovolemia yang mengakibatkan berkurangnya venous return,
preload myocard, volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi sirkulasi& penurunan
perfusi organ. Gangguan perfusi ginjal ditandai oleh oliguria atau anuria dan gangguan perfusi SSP
ditandai oleh penurunan kesadaran.
Pada fase awal DSS fungsi organ vital dipertahankan dari hipovolemia oleh sistem
homeostasis dalam bentuk takikardia, vasokonstriksi, penguatan kontraktilitas myocard,, takipnea,
hiperpnea & hiperventilasi. Vasokonstriksi perifer mengurangi perfusi non essensial di kulit yang
menyebabkan cyanosis, penurunan suhu permukaan tubuh dan pemanjangan wakttu pengisian kapiler
(>5 detik). Perbedaan suhu kulit dan suhu tubuh yang >2˚C menunjukan mekanisme homeostasis
masih utuh. Pada tahap DSS kompensasi, curah jantung dan tekanan darah “normal” kembali.
Penurunan tekanan darah merupakan manifestasi lambat DSS, berarti sistem homeostasis
sudah terganggu dan kelainan hemodinamik sudah berat, sudah terjadi dekompensasi. Mula-mula
tekanan nadi turun, <20mmHg misalnya 100/90, karena tekanan sistolik turun sesuai dengan
penurunan venous return dan volume sekuncup, dan tekanan diastolik meninggi sesuai dengan
peningkatan tonus vascular.
DSS berlanjut dengan kegagalan mekanisme homeostasis. Efektivitas dan integritas sistem
cardio vascular rusak , perfusi myocard dan curah jantung menurun, sirkulasi makro & mikro
terganggu, dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan ireversibel ,
terjadi kerusakan sel dan organ dan pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.
Indikator fase syok : (7)
Hari sakit ke 4-5
Suhu turun, kulit dingin dan lembab
Nadi cepat, lemah
Tekanan nadi turun/hipotensi
Leukopenia <5000/mm³
Anak tampak gelisah
Diagnosis Banding (5)
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus atau protozoa seperti
demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis, dan malaria. Adanya
trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi membedakan demam berdarah dengue dengan
penyakit lain. Diagnosis banding lain adalah sepsis, meningitis meningokok, idiophatic
thrombocytopenic purpura (ITP), leukemia dan anemia aplastik.
Diagnosis banding yang paling penting ialah Chikungunya haemorrhagic fever (CHF) yaitu
demam berdarah yang disebabkan virus Chikungunya yang termasuk Arbovirus kelompok A. Demam
Chikungunya sangat menular dan biasanya seluruh keluarga terkena dengan gejala demam mendadak,
masa demam lebih pendek,tapi suhu diatas 40◦C. Ruam makulopapular, injeksi conjungtiva dan rasa
nyeri pada sendi. Proporsi uji bendung positif, petekia, dan epistaksis hampir sama dengan demam
berdarah dengue. Pada demam Chikungunya tidak ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.
Tabel Perbandingan Kriteria Diagnosis Dengue Hemorrhagic Fever dan Chikungunya Fever
Manifestasi Dengue (%) Chikungunya (%)
Durasi demam 2-4 hari
5-7 hari
>7 hari
23,6
59,0
17,4
62,5
31,2
6,2
Manifestasi perdarahan
Uji torniquet
Petekia
Rash konvalesen
Epistaksis
Gusi berdarah
Melena/hematemesis
83,9
46,5
10,1
18,9
1,5
11,8
77,4
31,3
0,0
12,5
0,0
0,0
Hepatomegali 90,0 75,0
Syok 35,2 0,0
Ptechiae dan echimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi diantaranya sepsis, meningitis
meningokok. Pada sepsis anak sejak semula tampak sakit berat,demam naik turun,gejala radang
misalnya bronchopneumonia, hepatitis, nefritis, leukositosis. Pada meningitis meningokok rangsang
meningeal (+), kelainan LCS (+).
Pada hari pertama ITP dibedakan dengan demam berdarah dengue dengan demam yang cepat
menghilang dan tidak dijumpai hemokonsentrasi, sedangkan pada fase penyembuhan jumlah trombosit
pada demam berdarah dengue lebih cepat kembali.
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemi stadium lanjut. Pada leukemi, demam tidak teratur,
kelenjar limfe pada umumnya teraba, anak sangat anemik. Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang
akan lebih memperjelas diagnosis leukemi.
Pada anemia aplastik, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut. Anak sangat anemik,
demam timbul karena infeksi sekunder dan pada pemeriksaan darah tepi akan ditemukan pansitopeni.
Kesulitan kadang-kadang dialami dalam membedakan renjatan pada demam berdarah dengue
dengan renjatan karena sepsis, dalam hal ini trombositopeni dan hemokonsentrasi disamping penilaian
gejala klinis lain seperti tipe dan lama demam dapat membantu.
Komplikasi (10)
1. shock
2. encephalopathy
3. convulsi
4. encephalitis
5. kerusakan hepar
6. acute renal failure
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (5,11)
Pada pemeriksaan darah ditemukan :
Leukopenia pada akhir fase demam
Limfositosis biasanya terlihat sebelum fase syok
Hematokrit meningkat >20% (hemokonsentrasi), harus dimonitor setiap 3-4 jam pada kasus
DHF atau DSS
Trombosit <100000 (trombositopenia)
Perubahan metabolik :
Hiponatremia paling sering terjadi pada pasien DHF atau DSS
Asidosis metabolik ditemukan pada pasien dalam keadaan syok, dan harus dikoreksi
secepatnya
Kadar urea nitrogen darah meninggi
Kelainan koagulasi :
Masa protrombin memanjang
Masa tromboplastin parsial memanjang
Kadar fibrinogen turun dan peningkatan penghancuran fibrinogen merupakan petanda DIC
(Disseminated Intravascular Coagulation)
Pemeriksaan fungsi hati :
Kadar transaminase meningkat
Kadar albumin rendah, dapat menjadi tanda adanya hemokonsentrasi
Pada dengue shock syndrome, sering ditemukan trombositopeni dan hemokonsentrasi. Jumlah
trombosit <100000/uL ditemukan antara hari ke-3 sampai ke-7 sakit. Meningkatnya hematokrit
merupakan bukti adanya kebocoran plasma yang biasanya ditemukan, juga pada kasus derajat ringan,
walaupun tentunya tidak sehebat seperti dalam keadaan renjatan hasil laboratorium lain yang sering
ditemukan adalah hipoproteinemi, hiponatremi, sedikit meningginya kadar transaminase serum, dan
urea nitrogen darah. Pada beberapa penderita ditemukan asidosis metabolic. Jumlah leukosit bervariasi
antara leukopeni dan leukositosis. Kadang-kadang ditemukan albuminuria ringan yang bersifat
sementara. (5)
Pemeriksaan radiologis
Foto rontgen thorax : posisi right lateral decubitus (RLD)
Ditemukan adanya efusi pleura kanan yang tipikal. Efusi pleura bilateral biasa terjadi pada
pasien DSS.
Pemeriksaan Serologis (5)
Uji hambatan hemaglutinasi
Uji netralisasi
Uju fiksasi komplemen
Teknik hemadsorpsi immunosorben
Uji ELISA anti-dengue IgM
Penatalaksanaan (5,6,8,12)
Fase Demam
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat simtomatik dan
suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan
intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu
diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD. Parasetamol
direkomendasikan untuk pemberian atau dapat di sederhanakan seperti tertera pada Tabel 1. Rasa
haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah.
Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, air teh manis, sirup, susu, serta larutan oralit.
Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg BB dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi
dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya. Bayi
yang masih minum asi, tetap harus diberikan disamping larutan oralit. Bila terjadi kejang
demam, disamping antipiretik diberikan antikonvulsif selama demam.
Fase Kritis
Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang mungkin terjadi. Periode kritis
adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada umumnya hari ke 3-5 fase demam. Pemeriksaan
kadar hematokrit berkala merupakan pemeriksaan laboratorium yang terbaik untuk pengawasan
hasil pemberian cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma danpedoman kebutuhan
cairan intravena. Hemokonsentrasi pada umumnya terjadi sebelum dijumpai perubahan tekanan
darah dan tekanan nadi. Hematokrit harus diperiksa minimal satu kali sejak hari sakit ketiga
sampai suhu normal kembali. Bila sarana pemeriksaan hematokrit tidak tersedia, pemeriksaan
hemoglobin dapat dipergunakan sebagai alternatif walaupun tidak terlalu sensitif. Untuk
Puskesmas yang tidak ada alat pemeriksaan Ht, dapat dipertimbangkan dengan menggunakan Hb
Sahli dengan estimasi nilai Ht = 3 x kadar Hb.
Pada dasarnya bersifat supportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat
peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien demam berdarah dengue
dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada kasus demam berdarah dengue dengan komplikasi
diperlukan perawatan intensif. Fase kritis umumnya terjadi pada hari sakit ke-3.
Rasa haus dan dehidrasi timbul akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah. Pasien perlu diberi
minum banyak, 50 mL/kgBB dalam 4-6 jam pertama berupa teh manis, sirup, susu, sari buah atau
oralit. Hiperpireksi diatasi dengan antipiretik dan bila perlu surface cooling dengan kompres es dan
alkohol 70%. Parasetamol direkomendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis 10-15
mg/kgBB/kali.
Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan dilakukan bila pasien terus-
menerus muntah sehingga tidak mungkin diberi makanan per-oral atau didapatkan nilai hematokrit
yang bertendensi terus meningkat (>20 vol%). Volume dan komposisi cairan yang diperlukan seperti
cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang,yaitu cairan rumatan ditambah defisit 5%
(kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang).
Cairan yang diperlukan untuk dehidrasi sedang menurut kgBB/24 jam adalah :
Water Loss/kgBB 3 – 10 kg 10 – 15 kg 15 – 25 kg
PWL 80 mL 70 mL 50 mL
NWL 100 mL 80 mL 65 mL
CWL 25 mL 25 mL 25 mL
Jumlah 205 mL 175 mL 140 mL
Untuk tiap kenaikan suhu badan 1ºC diatas 37ºC, NWL harus dinaikkan 12%.
Kebutuhan cairan rumatan :
BB : 10 kg , Jumlah cairan : 100 per kg BB
10-20 kg 1000 + (BB-10)x 50 ml/hr
> 20 kg 1500 + (BB- 20)x 20 ml/hr
Jenis cairan (rekomendasi WHO) :
Kristaloid
o Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL)
o Larutan ringer asetat (RA) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA)
o Larutan NaCl 0,9% (garam faali=GF) atau dekstrosa 5% dalam larutan garam faali
(D5/GF)
Koloid : Dekstran 40 / plasma.
Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik, oleh karena itu
orang tua/anggota keluarga diharapkan untuk waspada jika meiihat tanda/ gejala yang
mungkin merupakan gejala awal penyakit DBD. Tanda/gejala awal penyakit DBD ialah
demam tinggi 2 hari mendadak tanpa sebab yang jelas, terus menerus, badan terasa
lemah/anak tampak lesu.
Pertama-tama ditentukan terlebih dahulu:
(1) Adakah tanda kedaruratan yaitu tanda syok (gelisah, nafas cepat, bibir biru, tangan
dankaki dingin, kulit lembab), muntah terus menerus, kejang, kesadaran menurun,
muntah darah, berak darah, maka pasien perlu dirawat (tatalaksana disesuaikan dengan
bagan 3,4,5)
(2) Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji tourniquet/uji Rumple
Leede/uji bendung danhitung trombosit; a. Bila uji tourniquet positif dan/ atau trombosit <_
100.000/pl, pasien di observasi (tatalaksana kasus tersangka DBD ) Bila uji tourniquet
negatif dengan trombosit >_ 100.000/pl atau normal , pasien boleh pulang dengan pesan
untuk datang kembali setiap hari sampai suhu turun. Pasien dianjurkan minum banyak seperti
air teh, susu, sirup, oralit, jus buah dll serta diberikan obat antipiretik golongan parasetamol
jangan golongan salisilat. Apabila selama di rumah demam tidak turun pada hari sakit ketiga,
evaluasi tanda klinis adakah tanda-tanda syok yaitu anak menjadi gelisah, ujung kaki/tangan
dingin, sakit perut, berak hitam, kencing berkurang; bila perlu periksa Hb, Ht, dantrombosit.
Apabila terdapat tanda syok atau terdapat peningkatan Hb/Ht danatau penurunan trombosit,
segera kembali ke rumah sakit.
Pasien dengan keluhan demam 2 hari, disertai uji tourniquet positif (DBD derajat I)
atau disertai perdarahan spontan tanpa peningkatan hematokrit (DBD derajat II) dapat
dikelola seperti tertera pada:
Sindrom Syok Dengue
Syok merupakan keadaan kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan yang
utama, yang beruguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak akan
cepat mengalami syok dan sembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam.
Koreksi Gangguan Metabolik dan Elektrolit
Hiponatremia dan asidosis metabolik sering menyertai pasien DBD/SSD, maka
analisis gas darah dan kadar elektrolit harus selalu diperiksa pada DBD berat. Apabila
asidosis tidak dikoreksi, akan memacu terjadinya KID, sehingga tatalaksana pasien menjadi
lebih kompleks.
Pada umumnya, apabila penggantian cairan plasma diberikan secepatnya dan
dilakukan koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, maka perdarahan sebagai akibat KID,
tidak akan tejadi sehingga heparin tidak diperlukan.
Pemberian Oksigen
Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok.
Dianjurkan pemberian oksigen dengan menggunakan masker, tetapi harus diingat pula pada
anak seringkali menjadi makin gelisah apabila dipasang masker oksigen.
Transfusi Darah
Pemeriksaan golongan darah cross-matching harus dilakukan pada setiap pasien
syok, terutama pada syok yang berkepanjangan (prolonged shock). Pemberian transfusi
darah diberikan pada keadaan manifestasi perdarahan yang nyata. Kadangkala sulit untuk
mengetahui perdarahan interna (internal haemorrhage) apabila disertai hemokonsentrasi.
Penurunan hematokrit (misalnya dari 50% menjadi 40%) tanpa perbaikan klinis walaupun
telah diberikan cairan yang mencukupi, merupakan tanda adanya perdarahan. Pemberian
darah segar dimaksudkan untuk mengatasi pendarahan karena cukup mengandung plasma,
sel darah merah dan faktor pembesar trombosit. Plasma segar dan atau suspensi trombosit
berguna untuk pasien dengan KID dan perdarahan masif. KID biasanya terjadi pada syok
berat dan menyebabkan perdarahan masif sehingga dapat menimbulkan kematian.
Pemeriksaan hematologi seperti waktu tromboplastin parsial, waktu protrombin, dan
fibrinogen degradation products harus diperiksa pada pasien syok untuk mendeteksi
terjadinya dan berat ringannya KID. Pemeriksaan hematologis tersebut juga menentukan
prognosis.
Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk
menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada monitoring adalah :
• Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30 menit atau lebih
sering, sampai syok dapat teratasi.
• Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4 -6 jam sekali sampai keadaan klinis pasien stabil.
• Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai jenis cairan, jumlah, dan
tetesan, untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi.
• Jumlah dan frekuensi diuresis.
Pada pengobatan syok, kita harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler
telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum cukup 1 ml/kg/BB,
sedang jumlah cairan sudah melebihi kebutuhan diperkuat dengan tanda overload antara
lain edema, pernapasan meningkat, maka selanjutnya furosemid 1 mg/kgBB dapat
diberikan. Pemantauan jumlah diuresis, kadar ureum dankreatinin tetap harus dilakukan.
Tetapi, apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok belum dapat
terkoreksi dengan baik, maka pemberian dopamin perlu dipertimbangkan.
Keterangan Bagan 5: Sindrom Syok Dengue (SSD)
Sindrom Syok Dengue ialah DBD dengan gejala, gelisah, nafas cepat, nadi teraba
kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit (misalnya sistolik 90 dan diastolik 80
mmHg, jadi tekanan nadi ≤ 20 mmHg), bibir biru, tangan kaki dingin, tidak ada produksi
urin.
(1) Segera beri infus kristaloid (ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20m1/kg BB
secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2 liter/menit.
Untuk SSD berat (DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak terukur)
diberikan ringer laktat 20 ml/kgBB bersama koloid (lihat butir 2). Observasi tensi
dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4 -6 jam. Periksa elektrolit
dan gula darah.
(2) Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap
dilanjutkan 15-20 ml/kg BB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid
(dekstran 40) sebanyak 10-20 ml/kg BB, maksimal 30 ml/kg BB (koloid diberikan
pada lajur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan secepatnya). Observasi
keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa hematokrit
tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis, elektrolit, dan gula darah.
(3) Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar hemoglobin/ hematokrit,
tekanan nadi > 20 mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10
ml/kgBB/jam. Volume 10 ml/kgBB/jam dapat dipertahankan sampai 24 jam atau
sampai klinis stabil dan hematokrit menurun < 40%. Selanjutnya cairan diturunkan
menjadi 7 ml/kgBB/jam sampai keadaan klinis dan hematokrit stabil kemudian
secara bertahap cairan diturunkan 5 ml dan seterusnya 3ml/kgBB/jam. Dianjurkan
pemberian cairan tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi klinis,
tekanan darah, nadi, jumlah urin dikerjakan tiapjam (usahakan urin ≥ 1 ml/kg
BB/jam, BD urin < 1.020) dan pemeriksaan hematokrit & trombosit tiap 4 -6 jam
sampai keadaan umum baik.
(4) Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan kadar hematokrit menurun tetapi
masih > 40 vol % berikan darah dalam volume kecil 10ml/kgBB. Apabila tampak
perdarahan masif, berikan darah segar 20 ml/kgBB dan lanjutkan cairan kristaloid
10ml/kg BB/jam. Pemasangan CVP (dipertahankan 5-8 cm H20) pada syok berat
kadang-kadang diperlukan, sedangkan pemasangan sonde lambung tidak
dianjurkan.
(5) Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengetahui kebutuhan
cairan dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin. Apabila CVP normal
( ≥ 10 mmH20), maka diberikan dopamin.
Kriteria Memulangkan Pasien
Pasien dapat dipulang apabila, memenuhi semua keadaan dibawah ini :
1. Tampak perbaikan secara klinis
2. Tidak demam selain 24 jam tanpa antipiretik
3. Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)
4. Hematokrit stabil
5. Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/µL
6. Tiga hari setelah syok teratasi
7. Nafsu makan membaik
Pencegahan dan Pemberantasan
1. Environmental changes : perbaiki dan menutup tempat penampungan air, membuang secara
baik sampah2 yang dapat menjadi sarang nyamuk.
2. Personal protection : pakaian2 yang melindungi, kassa penolak nyamuk, mosquito repellent,
dan insectiside dlm bentuk spray.
3. Biological control : dengan ikan yang dipelihara dalam kolam, bakteri yang dikembangbiakkan
pada air ( Bacillus thuringiensis H-14, Bacillus sphaericus).
4. Chemical control : butir2 abate/temephos 1% pada tempat penyimpanan air, fogging dgn
malathion/fenitrothion.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumarmo , Garna H, Hadinegoro S. Infeksi dan Penyakit Tropis. Buku Ajar Ilmu kes Anak
edisi I. FKUI, Jakarta : 2002
2. Rampengan TH, Laurentz IR. Penyakit Infeksi Tropik pd Anak. EGC,Jakarta : 1993.
3. RS Sumber Waras . Tiga Dekade DBD di Indonesia. RS Sumber Waras, Jakarta : 1997.
4. WWW.pediatriconcall.com
5. Staf Pengajar IKA FKUI. Ilmu Kesehatan Anak edisi 2.FKUI, Jakarta : 1985.
6. WWW.eMedicine.com
7. WHO. DHF prevention & control guidelines revisi. 2011
8. Medline plus. Medical encyclopedia
9. WWW.medstudents.com