laporan kasus besar

23
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Khusus Kepaniteraan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN JIWA Jum’at, 27 Februari 2015 UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI STATUS PASIEN KASUS BESAR NAMA DOKTER MUDA : Wa Ode Asfiyai Sahrul NAMA PASIEN : Tn. Slamet Ngadino (nama ayah/marga) Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 1

Upload: muh-fajrianto

Post on 14-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

lapkas jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Besar

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Khusus Kepaniteraan KlinikFAKULTAS KEDOKTERAN JIWA Jum’at, 27 Februari 2015UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

STATUS PASIEN KASUS BESAR

NAMA DOKTER MUDA : Wa Ode Asfiyai Sahrul

NAMA PASIEN : Tn. Slamet Ngadino(nama ayah/marga)

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 1

Page 2: Laporan Kasus Besar

No. Status : 05 00 42

Masuk RS : Jumat, 27 Februari 2015

Nama : Tn. Slamet

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal lahir : Ambon, 26-12-1984

Status Perkawinan : Belum Menikah

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pekerjaan : -

Alamat : Ds. Ataku, Andoolo, Konawe Selatan

Dikirim Oleh : Ayah Pasien (Tn. Ngadino)

Dokter yang menangani : dr. Junuda RAF, M.Kes., Sp.KJ

Diagnosa Sementara : Skizofrenia Residual

Gejala Utama : Mengamuk, takut orang banyak

LAPORAN PSIKIATRIK

I. Riwayat Penyakit1. Keluhan utama dan alasan MRSJ :

Mengamuk, takut orang banyak2. Riwayat gangguan sekarang

Keluhan dan Gejala :Pasien masuk UGD Rumah Sakit Jiwa dan diantar oleh ayahnya dengan keluhan mengamuk dan takut orang banyak. Awal timbul gejala yaitu pada Tahun 2002, yaitu pasien tiba-tiba menjadi penyendiri, takut bertemu orang banyak tanpa alasan dan langsung masuk ke kamar ketika bertemu orang banyak. Kemudian, jika malam hari, pasien tidak tidur dan berteriak-teriak di dalam kamar seperti sedang mengusir seseorang tetapi seseorang itu tidak ada. Menurut ayah pasien, ia juga pernah bercerita kalau dirinya sering mendengar bisikan-bisikan. Gejala lain yaitu: pasien juga sering membanting kursi, melempar piring ketika selesai makan dan sering marah-marah memprotes makanan yang dimakannya. Pasien juga pernah memukul ibunya sendiri 1 minggu yang lalu, ketika ibunya sedang menyapu di teras.

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 2

Page 3: Laporan Kasus Besar

Untungnya, tetangga melihat dan segera menolong ibunya tersebut. Ketika ditanya apa alasannya, pasien tidak merespon. Semenjak sakit, pasien tidak nyambung menjawab pertanyaan. Niat atau pemikiran bunuh diri tidak ada. Semenjak sakit, sifat pasien menjadi cepat emosi dan selalu menganggap ayah dan ibunya salah, padahal sebelumnya pasien jika dinasehati, hanya diam saja. Riwayat pasien dirawat di rumah sakit jiwa tahun 2002 dan 1 bulan yang lalu. Pada tahun 2002, pasien dirawat dan membaik serta sempat melanjutkan sekolahnya selama 3 bulan. Kemudian kambuh kembali dan berhenti sekolah. Riwayat pengobatan lain yaitu pada tahun 2004 pasien dirukiah dan dibawa oleh ayahnya ke ambon. Pada saat itu, pasien sudah baikan, pasien dapat membersihkan rumah dan mencuci sendiri. Satu bulan yang lalu dibawa lagi ke RSJ untuk dirawat setelah sekian lama di rumah. Tetapi, 10 hari yang lalu, pasien lari dari Rumah Sakit Jiwa dan pulang dengan berjalan kaki menuju Rumahnya di Konsel. Semenjak saat itu, pasien dirumah hanya diam-diam saja, tetapi masih sulit tidur dan kadang mengamuk, sehingga ayah pasien membawanya kembali ke IGD.

Hendaya/disfungsi- Hendaya sosial :

Ada, semenjak sakit pasien tidak pernah berhubungan dengan orang lain, selain ibu dan ayahnya. Menurut ayah pasien, pasien seperti ada perasaan minder bila bertemu dengan orang lain.

- Hendaya pekerjaan : Ada, semenjak sakit pasien berhenti bersekolah, hanya di rumah saja.

- Hendaya waku senggang : Ada, seluruh waktu pasien diisi dengan berkeliling tanpa tujuan, mengamuk, marah-marah dan kadang menyendiri.

Faktor stressor psikososial : Pasien dikenal sebagai anak yang cerdas di lingkungan rumahnya dulu di

Makassar, tetapi karena pasien mulai bergaul dengan anak-anak yang tidak bersekolah, prestasinya mulai menurun saat SMP.

Pasien juga sering pindah-pindah tempat tinggal yaitu Makassar, Ambon dan Kendari. Saat ini pasien menetap di Kendari.

Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya:

Tidak ada3. Riwayat gangguan sebelumnya

1. Riwayat penyakit fisik : Kejang demam saat berusia 4 bulan, demam tifoid saat SMP

2. Riwayat penggunaan zat psikoaktif : Narkoba pada saat SMP. Tidak sengaja ayah pasien menemukan gulungan kertas yg dijadikan rokok yang habis dihisap. Tetapi pasien tidak mengakuinya.

3. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya : Tidak ada4. Riwayat kehidupan pribadi:

1. Riwayat prenatal dan perinatal : Riwayat keluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa sebelumnya. Ibu pasien mengandung selama 9 bulan, berjalan normal, ibu tidak pernah sakit selama hamil. Pasien lahir ditolong oleh dukun, langsung menangis, menurut

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 3

Page 4: Laporan Kasus Besar

dukun tidak terdapat kelainan. Pada usia 4 bulan, pasien mengalami demam sampai terjadi kejang 1 kali, kejang berhenti sendiri.

2. Riwayat masa kanak awal (usia 1-3 tahun)Pasien memiliki perkembangan yang sama dengan teman-teman seusianya. Pasien tidak pernah mengalami sakit yang serius.

3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)Pasien tidak melalui Taman kanak-kanak (TK), namun mulai memasuki Sekolah Dasar pada usia 6 tahun di Makassar. Pasien tidak pernah tinggal kelas, bahkan selalu mendapatkan rangking 5 besar.

4. Riwayat masa kanak akhir remaja (usia 12-18 tahun)Setelah tamat SD, pasien langsung melanjutkan sekolah di SMP

Makassar selama 3 tahun, Prestasi pasien mulai menurun saat SMP, salah satu faktor yang menyebabkan prestasinya menurun karena pergaulan pasien dengan anak-anak yang tidak bersekolah dan termasuk anak-anak nakal. Sehingga pasien menjadi malas dan sering keluar hingga tengah malam. Hobi pasien adalah main bola kaki.

Pasien tamat SMP, kemudian melanjutkan di SPMA jurusan perikanan di Wawotobi. Pasien sengaja di pindahkan ke Wawotobi oleh ayah pasien agar pasien tidak bergaul yang salah lagi. Saat sekolah di SPMA yang merupakan sekolah asrama, pasien cenderung mudah bergaul dengan teman-temannya. Pasien tidak tamat dari SPMA dan hanya sampai kelas 2 (±17 Tahun), karena pada kelas 2 SPMA mulai timbul gejala-gejala seperti diatas.

5. Riwayat masa dewasa:a. Riwayat pendidikan :

Pasien tidak melanjutkan jenjang pendidikannya karena pasien sakit.b. Riwayat pekerjaan :

Pasien belum pernah bekerjac. Riwayat pernikahan :

Pasien belum menikahd. Riwayat kehidupan sosial :

Setelah pasien sakit, pasien tidak pernah bergaul dengan teman-teman, tetangga, keluarga. Pasien hanya berkomunikasi dengan ibu dan ayahnya saja.

e. Riwayat kehidupan spiritual :Sejak kecil, pasien malas dalam melaksanakan ibadah, baik shalat 5 waktu maupun mengaji. Berbeda dengan adik-adinya, pasien seringkali bolos mengaji sehingga ustaz nya pun merasa tidak sanggup untuk mendidiknya.

f. Riwayat forensik : Tidak ada

6. Riwayat kehidupan keluarga :Pasien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Adik ke 2 laki-laki

usia 28 tahun, sudah bekerja di Ambon. Adik ke 3 perempuan usia 26 tahun, sudah bekerja. Adik ke 4 (bungsu) laki laki usia 13 tahun, masih sekolah.

Pasien adalah anak yang dimanjakan oleh ibunya. Seluruh kebutuhan pasien selalu dipenuhi. Pasien juga jarang ditegur oleh ibunya bila pulang larut malam atau bila melakukan kesalahan. Ayah juga membebaskan anaknya bergaul tetapi selalu menasehati agar tidak melupakan sekolahnya.

Sebelum di Kendari, tempat tinggal keluarga pasien berpindah-pindah. Pasien lahir di Ambon. Kemudian di Ujung Pandang, hingga pasien lulus

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 4

Page 5: Laporan Kasus Besar

SMP, kemudian ke ambon kembali untuk dirukiah (beberapa bulan), kemudian di Kendari, tepatnya di Konawe Selatan dan menetap di Konsel.

7. Riwayat kehidupan sekarang : Pasien tinggal bersama ibu dan ayahnya. Ibu pasien bekerja sebagai ibu

rumah tangga, kadang-kadang juga membantu suami mengurus kebun. Ayah pasien bekerja proyek (sebagai mandor) dan jarang berada di rumah.

8. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya : Pasien hanya mengangguk dan berbicara bisik-bisik ketika ditanya

tentang sakit yang dialami.

II. Pemeriksaan status mental (Jumat, 27 Februari 2015 pukul 17.00 WITA)A. Deskripsi umum:

1. Penampilan umum:Pasien datang ke IGD RSJ dengan menggunakan baju kemeja berwarna cokelat bergaris-garis hitam yang sudah lusuh, celana selutut yang berdebu dan tidak memakai sandal. Kaki pasien kotor berdebu.

2. Kesadaran : Berubah

3. Perilaku dan aktivitas psikomotorik :Baik

4. Pembicaraan : Pasien tidak merespon pertanyaan, terkadang hanya mengangguk dan berbisik-bisik. Isi bisikannya tidak jelas dan tidak sesuai dengan pertanyaan.

5. Sikap terhadap pemeriksa :Kooperatif

B. Keadaan afektif (mood), perasaan dan empati:1. Mood : Disforik2. Ekspresi afektif : Afek datar3. Keserasian : Tidak serasi4. Empati : Tidak di raba rasakan.

C. Fungsi intelektual (kognitif):1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sulit dinilai2. Orientasi

a. Waktu :pasien tampak bingung, kemudian berbisik-bisik tidak jelas.b. Tempat :baikc. Orang :baik

3. Daya ingata. Panjang : tidak jelasb. Sedang : tidak jelasc. Pendek : baikd. Segera : baik

4. Daya konsentrasi dan perhatian :terganggu, pasien tampak bingung, lebih memperhatikan hal lain, seperti rokok

5. Pikiran abstrak : Sulit dinilai6. Bakat kreatif : Tidak ada7. Kemampuan menolong sendiri : terganggu

D. Gangguan persepsi1. Halusinasi : Ada, halusinasi visual yakni pasien biasa berbicara dengan

orang lain saat malam hari dan mengusirnya. Halusinasi auditorik yakni pasien biasa mendengar bisikan-bisikan.

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 5

Page 6: Laporan Kasus Besar

2. Ilusi : Tidak ada 3. Depersonalisasi : Tidak ada,4. Derealisasi : Tidak ada.

E. Proses berfikir:1. Arus berfikir

a. Produktivitas : tidak jelasb. Kontinuitas : tergangguc. Hendaya berbahasa : Ada. Pasien hanya berbisik tetapi jika meminta

rokok, verbal pasien baik.2. Isi pikiran

a. Preokupasi : tidak adab. Gangguan isi pikiran : tidak ada

F. Pengendalian impuls : baik

G. Daya nilai dan tilikan1. Norma sosial : tidak sadar dengan apa yang dilakukan2. Uji daya nilai : terganggu3. Penilaian realitas : terganggu4. Tilikan :

Derajat 6 : menurut kelurga pasien, sadar kalau sakit dan butuh pengobatan

H. Taraf yang dapat dipercaya : dapat dipercaya

III. Pemeriksaan fisik neurologiA. Satuan internus

o TD : 110/70o N : 80x/menito P : 18x/menito S : 36,80Co LILA : 21 cm → status gizi : 71% (underweight)

B. Satuan neurologis- GCS : E4M6V5- Pupil : bulat isokor- Refleks fisiologis kesan normal

IV. Ikhtisar penemuan bermakna:Pasien Tn.S berjenis kelamin laki-laki berumur 30 tahun, status belum menikah,

beragama islam, suku Jawa dibawa oleh ayahnya ke IGD Rumah Sakit Jiwa. Keluhannya adalah mengamuk dan takut orang banyak. Awal timbul gejala yaitu pada Tahun 2002, yaitu pasien tiba-tiba menjadi penyendiri, takut bertemu orang banyak tanpa alasan dan langsung masuk ke kamar ketika bertemu orang banyak, malam hari pasien tidak tidur dan berteriak-teriak di dalam kamar seperti sedang mengusir seseorang tetapi seseorang itu tidak ada, pasien juga sering mendengar bisikan-bisikan. Pasien juga pernah memukul ibunya sendiri 1 minggu yang lalu, ketika ibunya sedang menyapu di teras. Ketika ditanya apa alasannya, pasien tidak merespon. Sifat pasien menjadi cepat emosi dan selalu menganggap ayah dan ibunya salah. Riwayat pasien dirawat di rumah sakit jiwa sebanyak 2 kali yaitu tahun 2002 dan 1 bulan yang lalu. Satu bulan yang lalu dibawa lagi ke RSJ untuk dirawat setelah sekian lama di rumah. Tetapi, 10 hari yang lalu, pasien lari dari Rumah Sakit Jiwa dan pulang dengan berjalan kaki menuju Rumahnya di Konsel.

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 6

Page 7: Laporan Kasus Besar

Semenjak saat itu, pasien dirumah hanya diam-diam saja, tetapi masih sulit tidur dan kadang mengamuk, sehingga ayah pasien membawanya kembali ke IGD.

Ada hendaya sosial dimana semenjak sakit pasien tidak pernah berhubungan dengan orang lain, selain ibu dan ayahnya. Menurut ayah pasien, pasien seperti ada perasaan minder bila bertemu dengan orang lain. Ada hendaya pekerjaan dimana sejak sakit pasien berhenti bersekolah, hanya di rumah saja. Ada hendaya waktu senggang dimana seluruh waktu pasien diisi dengan berkeliling tanpa tujuan, mengamuk, marah-marah dan kadang menyendiri.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan kesadaran komposmentis, berubah. Pembicaraan pasien tidak merespon pertanyaan, terkadang hanya mengangguk dan berbisik-bisik. Isi bisikannya tidak jelas dan tidak sesuai dengan pertanyaan., sikap kooperatif terhadap pemeriksa. Mood disforik, ekspresi afektif datar, keserasian tidak serasi, fungsi intelektual terganggu, ada gangguan persepsi berupa halusinasi visual dan auditorik. Tidak terdapat gangguan isi pikir, pengendalian impuls baik. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis dalam batas normal.

V. Evaluasi multiaksial

Aksis I- Berdasarkan hasil dari anamnesis ditemukan adanya pola perilaku yang

secara klinis bermakna seperti mengamuk, takut orang banyak. Terdapat hendaya sosial, hendaya pekerjaan, dan hendaya waktu senggang, sehingga kasus ini telah memenuhi kriteria pedoman diagnostik dan digolongkan dalam gangguan jiwa.

- Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan penyakit/gangguan sistemik otak atau lainnya yang dapat menyebabkan disfungsi otak sehingga dapat digolongkan dalam gangguan jiwa non-organik

- Dari anamnesis ditemukan adanya halusinasi visual dan auditorik, ekspresi afek datar, mood disforik dan gejala tersebut telah berlangsung selama kurun waktu ±12 tahun sehingga telah memenuhi kriteria pedoman diagnostik dan kasus ini dapat digolongkan sebagai skizofrenia.

- Pada pasien ditemukan gejala ‘negatif yang menonjol yaitu pasien mengurung diri dan takut dengan orang banyak. Terdapat pula riwayat skizofrenia sebelumnya pada Tahun 2002. Gejala pada pasien sudah >1 tahun yaitu ±13 Tahun.

- Berdasarkan hasil uraian diatas maka dapat disimpulkan diagnose pasien adalah Skizofrenia Residual (F20.5)

- Diagnosa Banding : - Skizofrenia paranoid (F20.0) - Depresi berat dengan gejala psikotik (F.32.3) - Gangguan skizoafektif tipe depresif (F25.1)

Aksis IIPasien dulunya adalah orang yang mudah bergaul, tetapi semenjak sakit, pasien lebih suka menyendiri dan selalu menganggap ayah dan ibunya salah. Maka pasien dapat digolongkan gangguan kepribadian dissosial.

Aksis IIIUnderweight (71%)

Aksis IVMasalah dengan lingkungan sosial, yaitu pasien merasa minder bila berhubungan dengan orang lain.

Aksis V50-41 = gejala berat (serious), disabilitas berat

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 7

Page 8: Laporan Kasus Besar

VI. Daftar problem Organobiologik :

Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga membutuhkan psikofarmaka

Psikologik : Terdapat gangguan dengan suasana perasaan sehingga membutuhkan psikofarmaka dan sosioterapi

Sosiologik : Terdapat hendaya sosial , hendaya pekerjaan dan hendaya waktu senggang sehingga membutuhkan sosioterapi

VII. Prognosis : Dubia Ad bonam Faktor pendukung :

Adanya dukungan dari ayah dan ibu pasien untuk kesembuhan pasien. Faktor penghambat :

Pasien selalu berusaha melarikan diri dari RSJ terutama saat jadwal mandi.

VIII. Rencana terapia. Psikofarmaka :

- Diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP)- Chlorpromazine 100mg 3dd1- Haloperidol 1,5mg 3dd1- Trihexilphenidil 2mg 3dd1 bila timbul gejala ekstrapiramidal

b. Psikoterapi :- Terapi keterampilan perilaku- Psikoterapi individual

c. Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat pasien tentang keadaan pasien dan menciptakan lingkungan yang kondusif agar dapat membantu proses penyembuhan pasien.

IX. Pemeriksaan penunjanga. Fisik-biologis : Tidak adab. Psikometri : Tidak ada

X. Diskusi dan pembahasanF20.SKIZOFRENIASuatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemuduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.Pedoman diagnostik: Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 8

Page 9: Laporan Kasus Besar

(a). – “thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan - “ thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;(b). – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau - “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau- delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);-“ delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; (c) halusinasi auditorik: - suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau - mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau -jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh(d) waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

F20.5. SKIZOFRENIA RESIDUALPedoman diagnostik Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi

semua: (a). gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;(b). sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia(c). sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negatif” dari skizofrenia.(d). tidak terdapat demensia atau penyakit/ gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 9

Page 10: Laporan Kasus Besar

XI. Follow up1. Senin, 2 Maret 2015 (Ruangan Asoka)

S : Pasien sedang tidur, kemudian dibangunkan. Pasien mengatakan tidak ada keluhan dengan cara menggeleng-gelengkan kepalanya. Saat pasien ditanya ‘bagaimana tidurnya semalam?’ Pasien hanya mengangguk, kemudian pergi ke tempat tidurnya.

O T : 100/70 mmHgN : 76 kali/menitP : 18 kali/menitS : 36,5 0C

A Aksis 1 : Skizofrenia residual P Chlorpromazine 100mg 3dd1

Haloperidol 1,5mg 3dd1

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 10

Page 11: Laporan Kasus Besar

2. Selasa, 3 Maret 2015 (Ruangan Asoka)S : Pasien kooperetif untuk diperiksa. Saat ditanyakan ‘memet hari ini apa

ada keluhan?’ atau ‘kapan memet pindah ke ruangan ini?’, pasien hanya terdiam saja. Jika ditanyakan pertanyaan seperti ‘nyenyak ji tidurnya memet?’ atau ‘memet sudah makan?’ pasien mengangguk. Di sela-sela pertanyaan, pasien hanya mengatakan, ‘ada rokokmu?’ dengan mimik bibir dan gerakan tangan.

O T : 100/70 mmHgN : 80 kali/menitP : 18 kali/menitS : 36,8 0C

A Aksis 1 : Skizofrenia residualP Chlorpromazine 100mg 3dd1

Haloperidol 1,5mg 3dd1

3. Rabu, 4 Maret 2015 (Ruangan Asoka)S Pasien tidak menjawab pertanyaan sama sekali. Tetapi jika diperiksa,

pasien kooperatif.O T : 100/70 mmHg

N : 80 kali/menitP : 18 kali/menitS : 36,8 0C

A Aksis 1 : Skizofrenia residualP Chlorpromazine 100mg 3dd1

Haloperidol 1,5mg 3dd1

4. Jumat, 6 Maret 2015 (Ruangan Asoka)S Pasien sedang tidur, kemudian dibangunkan. Pasien masih tidak

mengeluarkan suara ketika ditanya, hanya mengangguk dan menggeleng saja atau berbisik-bisik tetapi tidak jelas apa yang dibisikan. Pasien sempat tertawa ketika DM meminta agar suara pasien di perjelas.

O T : 100/70 mmHgN : 76 kali/menitP : 18 kali/menitS : 36,8 0C

A Aksis 1 : Skizofrenia residualP Chlorpromazine 100mg 3dd1

Haloperidol 1,5mg 3dd1

5. Minggu, 8 Maret 2015 (Ruangan Asoka)S Pasien mencoba kabur melewati ventilasi ruang asoka ketika ingin

dimandikan oleh perawat.O T : 100/70 mmHg

N : 76 kali/menitP : 18 kali/menitS : 36,8 0C

A Aksis 1 : Skizofrenia residualP Chlorpromazine 100mg 3dd1

Haloperidol 1,5mg 3dd1

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 11

Page 12: Laporan Kasus Besar

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 12

Page 13: Laporan Kasus Besar

1 Alloamnesis dengan ayah pasienJum’at, 27 Februari 2015

DM : Assalamualikum pak, saya dokter muda, nama saya fiya.. Saya ingin mewawancarai Kita Pak tentang keadaan anaknya.

SP : Oh, boleh dok.DM : Siapa nama panggilan anaknya

pak?SP : Kalau di rumah, sering

dipanggil memet.DM : Bisa diceritakan pak,apa yang

membuat bapak membawa Memet ke RSJ?

SP : Sebenarnya, saya juga pusing ini dok, memet sering mengamuk begitu dok.

DM : Mengamuknya seperti apa pak?

SP : Yah, kalau malam itu memet tidak pernah tidur, selalu marah-marah, teriak-teriak mengamuk, berbicara sendiri seperti ada teman bicarannya, kayak ada yang datangi dia dok.

DM : Seperti begitu cuman malam saja?

SP : Iya, kalau malam saja. Dan dia juga dok selalu menyendiri, tidak bisa bersama orang banyak.

DM : menyendirinya itu sejak kapan pak? Maksudnya, kapan pertama kali mulai menyendiri?

SP : sejak tahun 2002 dok.DM : Semenjak 2002 itu, atau

memang sebelum sakit orangnya suka menyendiri memang Pak?

SP : tidak, orangnya bergaul baik dok. Suka ngumpul sama teman-teman. Setelah terkena itu, baru mulai menyendiri, suka ketakutan, apalagi kalau ketemu orang banyak, ketakutan ya... masuk ke kamar saja.

DM : Ada penyakit yang pernah diderita pak?

SP : seingat saya tidak pernah dok, hanya, pernah dia kena tifus. Sampai dirawat 3 minggu di RS & dia seperti ada penurunan kesadaran begitu dok.

DM : Oh, tahun berapa itu pak?SP : itu sewaktu dia smp kelas 2.DM : dirawat dimana pak itu hari?SP : Dulu itu saya masih tinggal di

makassar. Di RS auri. Tahun 98 waktu itu. Oh iya, pernah juga dia step sewaktu bayi umur 4 bulan.

DM : sampai dirawat di RS?SP : tidak Bu, karena langsung

berhenti sendiri stepnya.DM : berapa kali stepnya pak selama

bayi?SP : satu kali itu sajaDM : kalau kejang pak umur anak-

anaknya?SP : tidak pernah Bu.DM : Pak, kalau gejalanya yang

baru-baru ini apa itu?SP : Kan kemarin ini anak, lari dari

RSJ sekitar 1 minggu lebih yang lalu, semenjak saat itu anak ini diam-diam saja Bu.

DM : Kalau mengamuknya pak?SP : BelumDM : Pernah bapak perhatikan

memet, ada niat untuk bunuh diri?

SP : Tidak pernah Bu. DM : Pernah tidak memet cerita

sama kt pak, dia dengar suara atau bisikan?

SP : iya ada. Dia sering dengar.DM : Mengamuknya seperti

bagaimana Pak, bisa diceritakan?

SP : Mengamuknya itu, sampai mamanya sendiri itu Bu, dipukuli, banting kursi, lempar piring, makanannya itu harus yang enak-enak, itupun Bu, kalau makan, makan beberapa suap langsung lempar piringnya.

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 13

Page 14: Laporan Kasus Besar

DM : Maaf pak, sebelum timbul gejala ini, apa ada masalah sebelumnya?

SP : Saya rasa tidak ada, karena Saya juga kan di proyek, bekerja.

DM : Kalau sama Ibunya?SP : Saya rasa juga tidak, memang

ini anak terlalu dimanjakan.DM : Dimanjakan bagaimana itu

Pak?SP : Ya, kalau minta apa-apa selalu

dibelikan.DM : memet sendiri mintanya

memaksa ndak pak?SP : TidakDM : kalau masalah diluar rumah

Pak?SP : pergaulannya bagaimana ya

Bu, anak muda sekarang itu, apalagi di Makassar kan, dia jarang di rumah, saya juga kan jarang di rumah karena bekerja, jadi tinggal mamanya di rumah.

DM :Kalau di rumah, memet dibatasi tidak kalau ingin keluar rumah begitu Pak?

SP : Tidak. Tidak pernah dibatasi, kalau dia ingin keluar, keluar begitu saja. Tapi memang saya sering pesan, kamu boleh bergaul tetapi jangan ikut yang enggak-nggak. Kalau saya sih, yang penting sekolah, kalau sampai nggak sekolah kan gimana Memet. Apalagi ini Memet ini anak pertama.

DM : Oh, anak pertama, kalau yang kedua siapa pak?

SP : Rudianto, sekarang dia di Ambon

DM : Umurnya Rudianto berapa Pak?

SP : 28 Tahun.DM : Kalau yang ketiga?SP : Nur Rudianti.DM : Dimana sekarang?SP : Di KendariDM : Umurnya berapa Pak?SP : Tahun 88 lahir

DM : Ada lagi pak?SP : Ada, yang kecil. Sekarang

SMP, laki-laki, kelahiran Tahun 2002 dan dia di Kendari juga.

DM : Yang sudah bekerja pak?SP : Dua-duanya (anak ke 2,3)

sudah bekerja.DM : Sudah berkeluarga pak?SP : Belum.DM : Ada nda, kegiatan di luar

rumah seperti organisasi, ikut klub futsal begitu Pak?

SP : Oh, tidak adaDM : Semenjak sakit masih sering

bergaul?SP : Tidak, sudah takut dia,

semacam minder.DM : Memet pernah cerita tentang

pacarnya Pak?SP : oh, tidak pernah.DM : Ada pekerjaan yang ditekuni

Memet sebelum sakit?SP : Cuman sekolah saja Bu, kan

tahun 2002 itu sementara sekolah dia. Tapi, tahun 2002 itu sempat baikan setelah di rawat juga di RSJ dan melanjutkan sekolahnya 3 bulan. Setelah itu kambuh lagi, dan Sekolahnya berhenti sama sekali.

DM : Semenjak terakhir kali dirawat pak, apami kegiatannya di Rumah?

SP : Ya, begitu-begitu saja, makan tidur, ngamuk

DM : Selama itu, apa memet dikurung pak?

SP : tidak, dibiarkan begitu saja.DM : Apa memet pernah minum

alkohol pak?SP : Yah, saya tidak tahu juga kalau

pergaulan di luar sana, tetapi kalau di Rumah tidak pernah

DM : Kalau merokok pak?SP : Kalau merokok sering. Tapi

merokoknya nanti sudah sakit Bu. Sebelumnya setahu saya tidak.

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 14

Page 15: Laporan Kasus Besar

DM : Sebelum tahun 2002 apa ada gejala aneh mungkin yang kt lihat pak?

SP : Tidak pernah. Tahun 2002 itu terjadi secara tiba-tiba. Sewaktu di SPMA itu kan asrama Bu. Jadi tidak pernah pulang, pulang kalau libur saja.

DM : SPMA itu sekolah apa pak?SP : Sekolah pertanian. Waktu itu

Memet ambil jurusan perikanan, sama-sama adiknya yang Rudianto itu.

DM : SPMAnya di mana Pak?SP : di Wawotobi, sementara saya

di KonselDM : Bisa ceritakan pak, bagaimana

kelahiran Memet ini? Dimana lahir, dibantu oleh siapa, adakah kelainan dalam proses kelahirannya?

SP : Memet lahir di ambon, ditolong oleh dukun, tidak ada ji kelainan, langsung menangis juga saat lahir, beratnya bagus.

DM : Bapak diambon Tahun berapa pak?

SP : dari tahun 83-89DM : Memet masuk SD usia berapa?SP : 6 TahunDM : Bagaimana di sekolah pak, nda

pernah ji tinggal kelas?SP : Tidak pernah Dok, justru di

Sekolah dia masuk terus 5 besar rangkingnya.

DM : Kalau SMP pak?SP : Masih sama, masih ranking.

Selama Memet sakit, guru-guru nya sering menanyakan tentang keadaan memet, mereka selalu menyayangkan karena Memet dulunya pintar.

DM : Oh, iya di Pak. Bagaimana dengan pergaulannya Pak? Selama SD sampai SMP?

SP : Bagus Dok. Banyak temannya, kan dia juga hobi main bola ini Bu, jadi sering main, teman-temannya sering ke Rumah.

DM : Kemudian memet lanjut SPMA yang tidak selesai di Pak?

SP : IyaDM : Kalau menurut bapak ini, kira-

kira apa yang membuat memet seperti ini? Seperti, apa stressornya begitu?

SP : Saya itu curiganya memet pernah bergaul sama orang-orang yang tidak sekolah, waktu itu, saya kebetulan cuti, saya curiga sama Memet, kenapa baru pulang jam 1 malam, waktu itu dia SMP di Makassar, mamanya kan nda pusing, anak pulang jam 2 malam dibiarkan saja, sebelum dia bangun, saya ke kamarnya, kok ada gulungan kertas kecil-kecil, seperti bekas rokok, kayaknya narkoba, yang habis dihisap begitu.

DM : Kita tanya Memet pak? Gulungan apa itu?

SP : Nda mengaku Dia. Takut. Sewaktu itu saya ambil inisiatif, saya pindahkan saja dia di Kendari. Supaya bisa lanjut sekolah. Tahun 2000 baru kami menetap di Kendari dok. Tahun 98 itu, sehabis sakit, kita langsung pindahan. Memet lanjut sekolah di Andoolo.

DM : Selanjutnya, apa Bapak pernah melihat gulungan seperti itu lagi Pak?

SP : Tidak pernah, itu yang pertama dan terakhir.

DM : Apa sekarang Memet masih berhubungan dengan teman-temannya di Makassar Pak?

SP : Tidak lagi Dok?DM : Setelah kejadian itu, apa

memet pernah timbul gejala seperti sakit kepala, keringat dingin, hasrat yang berlebihan terhadap narkoba?

SP : Oh, tidak pernah Dok, dia tenang-tenang saja.

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 15

Page 16: Laporan Kasus Besar

DM : Maaf pak, SD nya dimana ini Pak?

SP : MakassarDM : Oh, begitu di pak.. Bagaimana

dengan sembahyang dan mengajinya ini Pak?

SP : Nah itu yang kurang, mengaji saja hanya sampe iqra 6 kayaknya itu. Beda dengan adik-adiknya yang sudah hatam semua. Memet malas sekali mengaji. Saya sudah sering nasihati dia kalau pergi mengaji, jangan bolos, tapi tetap saja kadang-kadang Memet bolos.

DM : Oh, sering bolos mengaji?SP : Iya, adiknya sampai di tempat

mengaji, memet tidak. Sampai-sampai guru ngajinya kirim surat ke saya bilang kalau dia sudah menyerah sama Memet. Saya sudah pindahkan juga tempat mengajinya tapi tetap juga bertahan sampai 2 minggu saja kemudian berhenti lagi.

DM : Oh.. Apa memet pernah ada riwayat melanggar hukum Pak?

SP :Oh, kalau itu tidak pernah Dok.DM : Ibu sama Bapak masih

bersama?SP : Iya, bersama.DM : Istri ke berapa ini Pak?SP : Satu. Cuma 1 saja istri saya

Dok.DM : Pekerjaannya ibu apa Pak?SP : Ibu Rumah Tangga SajaDM : Kalau kt pak, pekerjaannya

apa?SP : Ngikut proyek, disitu saya

sebagai mandor.DM : Kira-kira penghasilannya kita

setiap bulan cukup Pak?SP : Alhamdulillah, sebenarnya

begini Bu, selain bekerja saya juga ada kebun di Rumah.

DM : Sebelum sakit apakah memet ini orangnya emosian Pak?

SP : Semenjak sakit iya, tapi sebelum sakit, anaknya kalau dinasehati diam saja, anaknya

nurut, tidak pernah melawan. Tapi dibalik diamnya itu kita kan tidak tahu di dalam hatinya bagaimana.

DM : ia Pak. Sekarang kalau kita bertanya atau bicara sama Memet bagaimana responnya Pak?

SP : Sudah nda nyambung lagi, kalau kita bicara, Memet selalu menganggap kita salah.

DM : Memet pernah mendapatkan pengobatan lain Pak?

SP : Pernah dirukiah Dok, waktu tahun 2004 saya bawa ke Ambon. Waktu itu agak bagusan, pulang ke Kendari bisa mencuci sendiri, tapi lama-kelamaan kok timbul lagi, kambuh lagi.

DM : Oh, iya Pak. Mungkin wawancaranya sampai disini dulu Pak. Kalau ada yang ingin saya tanyakan lagi, apa boleh saya hubungi kt Pak?

SP : Oh , boleh dokDM : Terima Kasih PakSP : Iya, sama-sama

Autoanamnesis

DM : Assalamualaikum met..P : .............. (pasien tidak

memperhatikan DM, pasien hanya melihat keluar dan duduk mengangkat satu kaki ke kursi)

DM : memet, apa ko rasa sekarang?P : .................. (pasien berbisik-

bisik tidak terdengar maupun terbaca mimik bibirnya)

DM : Ada yang ko rasa sakit?P : ..................... (mengangguk)DM : dimana?P : ..................... (tidak

memperhatikan)DM : siapa temanmu biasa cerita

met?P : ................................(terdiam)DM : ko suka main bola?

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 16

Page 17: Laporan Kasus Besar

P : (mengangguk)DM : dimana biasanya main bola? P : ................................ (terdiam,

memperhatikan penanya)DM : Coba duduk met!P : (pasien kemudian duduk)

Laporan Kasus Besar. Kepaniteraan Klinik Psikiatri Page 17