laporan iut

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Teori Dalam melaksanakan suatu bangunan , baik bangunan besar, sedang dan yang kecil sekalipun, memerlukan terlebih dahulu suatu perencanaan yang matang. Tidak mungkin dapat dibuat suatu rencana yang baik tanpa tersedia peta yang baik pula. Untuk mendapatkan peta yang baik harus didasarkan atas hasil pengukuran yang benar dan cara pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengukuran – pengukuran yang dimaksud adalah Ukur tanah. Ilmu Ukur Tanah adalah bahagian pendahuluan dari ilmu Geodesi, yang memfokuskan pada pengukuran- pengukuran bentuk permukaan bumi untuk dipindahkan kebidang datar. Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari masalah kulit bumi yang berupa situasi di atas permukaan kulit bumi, perbedaan ketinggian, jarak dan luas. Ilmu geodesi mempunyai dua maksud, yaitu maksud ilmiah dan maksud praktis. Maksud ilmiah adalah menentukan permukaan bumi, sedangkan maksud praktis membuat bayangan, yang dinamakan peta dari sebagian besar atau kecil permukaan. 1

Upload: fizarya-musz-rizado

Post on 04-Aug-2015

140 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan IUT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Teori

Dalam melaksanakan suatu bangunan , baik bangunan besar, sedang dan

yang kecil sekalipun, memerlukan terlebih dahulu suatu perencanaan yang

matang. Tidak mungkin dapat dibuat suatu rencana yang baik tanpa tersedia peta

yang baik pula. Untuk mendapatkan peta yang baik harus didasarkan atas hasil

pengukuran yang benar dan cara pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pengukuran – pengukuran yang dimaksud adalah Ukur tanah.

Ilmu Ukur Tanah adalah bahagian pendahuluan dari ilmu Geodesi, yang

memfokuskan pada pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi untuk

dipindahkan kebidang datar. Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari

masalah kulit bumi yang berupa situasi di atas permukaan kulit bumi, perbedaan

ketinggian, jarak dan luas.

Ilmu geodesi mempunyai dua maksud, yaitu maksud ilmiah dan maksud

praktis. Maksud ilmiah adalah menentukan permukaan bumi, sedangkan maksud

praktis membuat bayangan, yang dinamakan peta dari sebagian besar atau kecil

permukaan.

Mempelajari ilmu ukur tanah bertujuan untuk mengetahui bagaimana

bentuk permukaan bumi, baik situasi maupun beda tinggi suatu titik dengan titik

lain yang diamati pada permukaan tanah. Dengan mengukur jarak, luas,

ketinggian, dan sudut kita dapat mengetahui keadaan dan beda tinggi titik-titik

pada permukaan tanah.

Pada ilmu ukur tanah, sudut dan jarak menjadi unsur yang penting. Oleh

sebab itu pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi difokuskan pada

pengukuran keduanya. Dalam hal ini, alat yang digunakan adalah Theodolit dan

Waterpass dengan merk Sokkia buatan Jepang. Hasil pengukuran dengan

menggunakan kedua alat tersebut akan mendapatkan data-data yang akan dipakai

1

Page 2: Laporan IUT

untuk menggambarkan situasi suatu lokasi pengukuran, seperti gedung, tanaman,

saluran air, dan jalan. Unsur-unsur itulah yang disebut topografi.

Hasil pengukuran tanah dewasa ini di pakai untuk :

a. Memetakan bumi di atas dan di bawah permukaan laut.

b. Menyiapkan peta-peta navigasi untuk penggunaan di udara, darat, dan laut.

c. Menetapkan batas-batas pemilikan tanah.

d. Mengembangkan Bank Data Informasi Tata Guna Tanah dan Sumber

Daya Alam yang membantu dalam pengelolaan lingkungan hidup kita.

e. Menentukan fakta-fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat, dan medan

magnet bumi.

1.2 Pemetaan

Peta adalah sebuah materi (terdiri dari gambar, data, dan informasi) yang

dideskripsikan dari keberagaman kontur bumi pada bidang datar berdasarkan

perbandingan proyeksi yang berskala. Peta dapat didefinisikan juga sebagai suatu

gambaran sebahagian dari seluruh permukaan bumi di atas bidang datar dengan

sistem proyeksi yang menggunakan skala tertentu.

Pemetaan lebih ditekankan pada proses pelaksanaan pembuatan peta,

bayangan gambar (proyeksi material) ini secara lebih detail disebut peta topografi

yang menggambarkan bentuk dan ukuran kenampakan relief baik berdasarkan

prose salami ataupun melibatkan manusia sebagai instrumen pelaksana seperti

jalan, parit, gundukan tanah, dan lainnya yang terstruktur dalam sebuah kondisi.

Pada umumnya peta merupakan sarana memperoleh gambaran ilmiah yang

terdapat diatas permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai tanda-

tanda dan keterangan-keterangan, sehingga mudah dibaca dan dimengerti.

Gambar-gambar permukaan bumi beserta seluruh unsur-unsur yang ada diatasnya,

baik unsur alam maupun unsur buatan.

Peta topografi bertujuan untuk menuangkan data ukuran yang diperoleh

dilapangan ke atas bidang datar dengan skala tertentu. Pada peta tersebut akan

memberikan informasi detail lokasi dan bentuk permukaan tempat pengukuran

dilaksanakan. Pembuatan peta topografi sangat penting khususnya pada pekerjaan

2

Page 3: Laporan IUT

Teknik Sipil karena hampir semua proyek Sipil memerlukan data-data yang detail

tentang kondisi lapangan tempat proyek dilaksanakan untuk memperlancar

pelaksanaan pekerjaan.

1.3 Alat-alat yang digunakan

Dalam mengukur keadaan tanah pada suatu lokasi guna memperlancar

jalannya proses praktikum dan penelitian lapangan, dipakai alat-alat sebagai

berikut :

Instrumen Theodolit

Instrumen Waterpassing

Statif (tiga kaki)

Baak Meter

Patok dan paku

Martil

Payung

Alat tulis dan beserta alasnya

Meteran

Kompas

3

Page 4: Laporan IUT

BAB II

THEODOLIT

Sebagaimana yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa untuk

mendapatkan bayangan keadaan di lapangan, maka diperlukan instrumen yaitu

Theodolit dan Waterpass. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal

maka haruslah terlebih dahulu kita mengetahui dan memahami arti serta fungsi

dari alat tersebut.

Theodolit adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak dan

sudut, baik sudut vertikal maupun sudut horizontal. Yang dimaksud dengan sudut

vertikal adalah sudut yang diukur pada skala tegak lurus. Sedangkan sudut

horizontal adalah sudut yang diukur pada skala mendatar.

2.1 Pengenalan Instrumen Theodolit dan Fungsinya

Instrumen Theodolit dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu :

1. Bagian bawah, tidak dapat bergerak, terdiri dari :

Plat dasar

Fungsi : sebagai landasan instrumen yang sifatnya selalu mendatar.

Tiga buah sekrup penyetel A, B, dan C

Fungsi : untuk membuat bidang horizontal dengan menyetel sumbu II.

Nivo Kotak

Fungsi : sebagai pedoman untuk melihat apakah Theodolit dalam keadaan

datar atau tidak dengan menyetel sumbu I tegak lurus sumbu II.

Kunci bagian bawah instrumen

Fungsi : sebagai pengunci instrumen dengan statif.

Klem sumbu I bagian bawah

Fungsi : untuk mengunci Theodolit dari gerakkan mandatar.

Penggerak halus sumbu I bawah

Fungsi : untuk menggerakkan teropong pada posisi yang tepat.

4

Page 5: Laporan IUT

2. Bagian tengah, digunakan untuk membidik teropong kearah sasaran secara

horizontal, terdiri dari :

Klem sumbu I

Fungsi : untuk mengunci sumbu I bila sudah mendapatkan bidikan secara

Horizontal.

Penggerak halus sumbu I (mendatar)

Fungsi : menyetel sasaran bidikan secara sempurna.

Teropong sintir

Fungsi : memperjelas arah bayangan pada arah vertikal dalam pembacaan

sudut.

Nivo tabung

Fungsi : untuk menyetel sumbu I agar tegak lurus dengan sumbu II.

Alhidale

Fungsi : untuk mengunci sumbu I kesegala arah dalam membidik sasaran.

Mikrometer

Fungsi : sebagai alat penyetel pada saat pembacaan sudut.

Sekrup koreksi indeks

Fungsi : untuk menyetel kesalahan indeks agar sama dengan nol.

3. Bagian atas, hanya dapat bergerak secara horizontal

Bagian ini terdiri dari :

Teropong

Fungsi : untuk melihat objek yang jauh dengan jelas.

Bagian-bagian teropong terdiri dari :

- Lensa objektif

Fungsi : untuk membuat bayangan sejati, diperkecil dan terbalik.

- Lensa pembalik

Fungsi : untuk membalik bayangan sejati yang dibentuk oleh lensa

Objektif.

5

Page 6: Laporan IUT

- Lensa okuler

Fungsi : untuk mendapatkan bayangan semu, diperbesar, dan

terbalik.

Pembidik kasar

Fungsi : untuk mendapatkan titik bidik secara kasar.

Pengatur fokus

Fungsi : untuk membuat bayangan agar jatuh pada diafragma sehingga

objek yang dibidik terlihat jelas.

Pengatur lensa okuler

Fungsi : untuk memperjelas benang diafragma didalam teropong pada

pembacaan bak meter.

Teropong sudut

Fungsi : untuk membaca sudut horizontal da vertikal.

2.2 Penyetelan Instrumen sebelum digunakan di lapangan

Penyetelan instrument sebelum digunakan di lapangan yang harus diperhatikan

adalah :

1. Sumbu I harus tegak lurus garis nivo

2. Sumbu II harus dalam posisi mendatar yaitu sejajar arah nivo.

3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu II.

4. Kesalahan indeks pada skala lingkaran vertikal harus sama dengan nol.

a. Cara penyetelan sumbu I agar tegak lurus garis nivo sebagai berikut :

1. Statif didirikan dan instrument ditempatkan di atasnya.

2. Nivo tabung ditempatkan kira-kira sejajar dengan sekrup penyetel AB,

yang disebut kedudukan pertama, dengan sekrup AB seimbangkan

gelembung pada nivo tabung.

3. Putar theodolit sumbu I dengan sumbu putar 900 dari kedudukan I,

disebut kedudukan kedua, dengan sekrup penyetel C lalu seimbangkan

kembali gelembung nivo tabung tersebut.

6

Page 7: Laporan IUT

4. Putar kembali theodolit 1800 dari kedudukan I atau 900 dari kedudukan

II, bila terjadi penyimpangan, setengah penyimpangan disetel dengan

pen pengkoreksi nivo dan setengah lagi diseimbangkan dengan sekrup

penyetel AB.

5. Ulangi kembali pekerjaan di atas sebagaimana ketentuan dari

kedudukan I sampai dengan kedudukan II sehingga gelembung nivo

tabung pada setiap posisi sudah seimbang, jika sudah dalam keadaan

demikian berarti sumbu I sudah vertikal.

b. Penyetelan sumbu II tegak lurus sumbu I serta garis bidik tegak lurus

sumbu II sebagai berikut :

1. Usahakan sumbu I tegak lurus pada satu jurusan yang mendatar.

2. Theodolit dipasang 3-5 meter di depan sebuah dinding yang terang.

3. Gantungkan unting-unting pada tali di dinding tersebut setinggi dua

kali instrument.

4. Ukur tinggi titik T pada titik pada dinding yang berimpit pada titik

potong dua garis diafragma.

5. Beri tanda pada ujung tali unting-unting dengan titik P yang tingginya

2h dari lantai. Dan titik Q dibawahnya.

6. Teropong diarahkan ke titik T dan atur penggerak halus sumbu I agar

titik T terletak pada benang diafragma.

7. Klem sumbu I dikunci, klem sumbu II dibuka sambil melihat ke dalam

teropong. Angkat teropong pelan-pelan sampai ke titik P, kemudian

turunkan teropong pelan-pelan sampai ke titik Q yang ada di bawah

unting-unting. Lihat kemungkinan yang akan terjadi, sebagai berikut:

7

Page 8: Laporan IUT

P P P P

Q Q Q Q

Keterangan gambar :

1. Keadaan yang sempurna : 3. Keadaan garis bidik salah :

- Sumbu I tegak lurus - Sumbu I tegak lurus

- Sumbu II sudah datar - Sumbu II sudah mendatar

- Garis bidik tegak lurus Sumbu II - Garis bidik belum tegak

Lurus Sumbu II

2. Keadaan Sumbu II salah : 4. Keadaan Sumbu II dan Garis

- Sumbu I tegak lurus bidik salah :

- Sumbu II belum mendatar - Sumbu I tegak lurus

- Garis bidik tegak lurus Sumbu II - Sumbu II belum mendatar

- Garis bidik belum tegak

lurus

8

T T T T

Page 9: Laporan IUT

2.3 Pembacaan

Pembacaan baak (skala) sama dengan pembacaan pada skala penggaris,

yaitu benang atas, benang tengah, benang bawah. Untuk pembacaan sudut

digunakan teropong sudut dimana didalamnya terdapat skala horizontal dan skala

vertikal. Untuk pembacaan sudut horizontal telitilah apakah garis pada skala tepat

berada tepat ditengah-tengah dua garis teropong sudut. Dengan menggunakan

mikrometer sekrup dapat digeser skala sudut hingga ditemukan angka yang tepat.

2.4 Data yang diperoleh

Dari pengukuran yang telah dilakukan dengan alat Theodolit diperoleh

data-data sebagai berikut :

Sudut zenith

Azimuth dari patok

Jarak optis/datar

Beda tinggi

9

Page 10: Laporan IUT

10

Page 11: Laporan IUT

Keterangan Gambar Theodolit :

1. Sekrup penyetel nivo tabung 17. Sekrup pengoreksi nivo tabung

2. Nivo tabung 18. Teropong sudut

3. Mikrometer 19. Teropong okuler

4. Pengunci sumbu vertikal 20. Penyetel fokus

5. Sekrup penerang pembidik kasar 21. Pengatur lensa okuler

6. Pembidik kasar 22. Katup

7. Penggerak halus sumbu vertikal 23. Cincin fokus lensa okuler

8. Pengunci sumbu horizontal 24. Lensa objektif

9. Penggerak halus sumbu horizontal 25. Standar

10. Klem penggeser 26. Tanda ketinggian instrumen

11. Plat dasar 27. Alur pengapit

12. Sekrup a, b, dan c 28. Cermin pemantul cahaya

13. Pengunci busur 29. Nivo kontak

14. Penggerak halus okuler 30. Sekrup penyeimbang nivo kontak

15. Busur 31. Teropong sentring

16. Nivo tabung 32. Sekrup penyesuaian sentring

33. Cincin fokus centering

34. Statif

11

Page 12: Laporan IUT

BAB III

WATER PASSING

Hampir sama halnya dengan Theodolit, Waterpass juga mempunyai

prinsip yang tidak jauh berbeda, kegunaan dari alat ini adalah untuk mengukur

beda tinggi antara dua titik atau lebih yang berbeda letaknya yang dapat

ditentukan dengan pembacaan benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

Alat ini terdiri dari satu sumbu putar dilengkapi dengan peralatan lain

sesuai dengan keluaran pabrik masing-masing. Sebelum Waterpass digunakan

dilapangan, terlebih dahulu harus dicek dan distel terhadap adanya penyimpangan

yang akan membawa pengaruh dalam pelaksanaan pengukuran di lapangan.

Syarat utama yang harus dipenuhi oleh segala macam alat pengukur

penyipat datar adalah :

Garis bidik nivo dalam teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.

Garis arah nivo harus tegak lurus pada Sumbu I.

Benang mendatar diafragma harus tegak lurus pada Sumbu II.

3.1 Pengenalan Instrumen dan Fungsinya

Waterpass mempunyai beberapa bagian dengan fungsi masing-masing, yaitu :

Plat penyangga/dasar

Fungsi : sebagai tempat kedudukan instrument.

Penyetel sekrup nivo

Fungsi : sebagai penyetel kedudukan instrument agar mendatar dengan

permukaan bumi atau menyeimbangkan nivo kontak.

Sekrup penyetel nivo tabung

Fungsi : untuk menyetel dan meyeimbangkan nivo tabung

Nivo kotak

Fungsi : sebagai pedoman dalam penyetelan bidang horizontal sehingga

Waterpass dalam keadaan setimbang.

12

Page 13: Laporan IUT

Pemantul bayangan

Fungsi : untuk melihat nivo kontak

Pembidik kasar

Fungsi : untuk membidik objek sasaran secara kasar.

Klem sumbu

Fungsi : sebagai pengunci sumbu horizontal bila sudah mendapatkan

sasaran bidikan.

Sekrup penggerak halus

Fungsi : untuk menyetel sasaran bidikan secara sempurna dengan

membantu menempatkan sasaran secara perlahan-lahan kearah horizontal.

Teropong

Fungsi : untuk membidik sasaran.

Teropong sudut

Fungsi : untuk membaca sudut bidang horizontal.

Pengatur fokus

Fungsi : untuk menempatkan bayangan agar jatuh pada diafragma

sehingga bayangan menjadi terlihat jelas.

Cermin pemantul cahaya

Fungsi : sebagai alat pemantul cahaya untuk dapat membaca sudut.

3.2 Penyetelan Instrumen sebelum digunakan di Lapangan

Setelah mengenal bagian-bagian dan fungsi dari Instrumen Waterpass,

langkah selanjutnya adalah penyetelan instrumen melalui tahapan-tahapan sebagai

berikut :

Didirikan statif pada tempat yang kokoh, usahakan bagian atas statif

seimbang pandangan mata.

Tempatkan instrumen diatas statif

Ratakan nivo kontak dengan menyetel sekrup

Arahkan teropong ke objek yang akan dibidik, gunakan pembidik kasar

sebagai langkah awal.

Gunakan pengatur focus untuk mendapatkan gambar yang jelas dan tajam.

13

Page 14: Laporan IUT

Putar penggerak halus sumbu horizontal untuk mendapatkan sasaran yang

akurat.

3.3 Pembacaan

Pembacaan skala benang pada instrumen Waterpass sama dengan

pembacaan pada Theodolit, yaitu benang atas, benang tengah, benang bawah. Satu

hal yang sangat ditekankan, disini perlu diperhatikan sebelum pembacaan benang,

nivo tabung harus benar-benar dalam keadaan setimbang untuk mencapai

pembacaan yang akurat.

3.4 Data yang diperoleh

Dari pengukuran dengan menggunakan Waterpass, data yang diperoleh

berupa :

Pembacaan benang silang

Jarak dan beda tinggi

14

Page 15: Laporan IUT

15

Page 16: Laporan IUT

Keterangan Gambar Waterpass :

1. Lensa objektif

2. Pembidik kasar

3. Nivo kotak

4. Sekrup pengoreksi nivo kotak

5. Penggerak halus

6. Sekrup A, B & C.

7. Lensa Okuler

8. Penyetel benang diafragma

9. Tutup sekrup penyetel

10. Pengatur fokus

11. Plat dasar

12. Teropong sudut

13. Klem pengatur lingkaran horizontal

16

Page 17: Laporan IUT

BAB IV

PEKERJAAN DI LAPANGAN

4.1 Peninjauan Lokasi

Hal pertama yang harus dilakukan sebelum memulai pengukuran adalah

mengadakan peninjauan lokasi yang akan diukur. Peninjauan ini bertujuan untuk

lebih mengenal daerah yang akan diukur, agar mempermudah pada saat

pengukuran. Selain itu juga untuk menentukan titik yang akan dibidik dengan cara

menempatkan patok-patok sedemikian rupa sehingga membentuk poligon

tertutup.

4.2 Pekerjaan Pendahuluan

Sebelum melakukan pengukuran dengan instrumen Theodolit dan

Waterpass, terlebih dahulu harus diadakan persiapan-persiapan yang merupakan

pekerjaan pendahuluan, antara lain :

Mnempatkan patok-patok membentuk poligon tertutup.

Menentukan arah utara sebagai titik ikat.

Penempatan paku diatas setiap patok sebagai sasaran bidikan.

Mengukur jarak setiap titik sisi poligon dengan menggunakan meteren.

Mengukur tinggi patok dengan menggunakan meteren.

Membuat sketsa poligon yang akan dibuat.

4.3 Pengukuran dengan menggunakan Theodolit

Pengukuran dengan menggunakan instrumen Theodolit dimaksudkan

untuk mengetahui besarnya sudut. Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah

sebagai berikut :

a. Didirikan statif pada patok pertama (patok A) pada poligon yang telah

ditentukan.

17

Page 18: Laporan IUT

b. Letakkan instrumen diatas statif dan atur sesuai dengan urutan kerja

yang telah diuraikan pada Bab II.

c. Ukur tinggi instrument dari atas paku.

d. Putar busur dan atur skala hingga tepat pada posisi nol pada arah utara

(gunakan kompas), lalu kunci klem busur.

e. Buka klem horizontal, arahkan ke patok B tepat pada ujung paku dan

kunci klem sumbu I agar tidak menyimpang dari sasaran.

f. Untuk memperjelas penglihatan pada paku tersebut gunakan pemutar

fokus.

g. Untuk memperjelas benang diafragma aturlah penyetel lensa okulernya.

h. Setelah bayangan paku didapatkan, kunci klem pada sumbu II.

i. Gunakan penggerak halus sumbu I dan sumbu II untuk menempatkan

kepala paku tepat di atas perpotongan diafragma.

j. Baca benang atas, benang tengah, benang bawah, sudut horizontal dan

sudut vertikal.

k. Buka kembali kedua klem dan arahkan instrument ke titik yang terakhir

(patok F) dengan mengikuti petunjuk f-k.

l. Bila sudut di patok F sudah dibaca maka kurangkan besar sudut tersebut

dengan besar sudut patok B untuk mendapatkan besar sudut patok A.

m. Pindahkan instrument tersebut ke patok B dan ulangilah instruksi di

atas, lakukan hingga patok F.

n. Pada pembacaan sudut vertikal dan ketinggian dipergunakan baak

meter yang ditempatkan tegak lurus dengan bidang horizontal tepat di

atas paku.

o. Untuk mendapatkan situasi, letakkan baak meter di titik sekitar patok.

Situasi ini merupakan kelengkapan pemetaan di dalam gambar.

p. Catat pada tabel untuk benang atas, benang tengah, benang bawah,

sudut horizontal, dan sudut vertikal untuk setiap titik.

18

Page 19: Laporan IUT

4.4 Pengukuran dengan menggunakan Waterpassing

Pengukuran dengan instrument Waterpass dimaksudkan untuk mengetahui

ketinggian suatu daerah. Langkah-langkah yang harus ditempuh antara lain :

a. Letakkan statif diantara dua patok.

b. Letakkan Waterpass di atas statif.

c. Atur ketiga skrup penyetelnya dengan mengamati nivo kotak, untuk

mendapatkan letak Waterpass yang datar.

d. Kemudian dirikan baak meter pada patok yang akan dibidik.

e. Arahkan teropong dengan bidikan kasar ke arah baak meter.

f. Kunci klem sumbu I agar sasarannya tidak berubah.

g. Atur penyetel fokus dan okuler untuk memperjelas bayangan dan garis

diafragma.

h. Sebelum melakukan pembacaan, perhatikan sekali lagi keadaan nivo

kotaknya. Apakah masih dalam keadaan seimbang.

i. Baca kedudukan benang atas dan benang bawah, catat dalam tabel.

j. Buka klem sumbu I dan arahkan ke baak meter di titik lain.

k. Ulangi instruksi f s/d I untuk patok selanjutnya.

l. Jika pekerjaan selesai, ubahlah posisi instrument pada kedudukannnn lain

dan masih diantara kedua patok tersebut.

m. Kerjakan pembidikan seperti pada kedudukan pertama.

n. Pengukuran dilakukan dengan prinsip saling mengikat dimana titik

pertama dianggap belakang.

o. Kerjakan pengukuran hingga nanti merupakan suatu patokan yang

memanjang.

4.5 Pembacaan pada Instrumen

Pada saat melakukan pembacaan keadaan atau situasi sangat dituntut

ketelitian. Pembacaan sebaiknya dilakukan satu kali, jangan berulang-ulang.

Untuk menghindari besarnya kesalahan, setiap data yang telah dibaca harus

dicatat dengan rapi untuk mempermudah proses perhitungan. Pada saat

19

Page 20: Laporan IUT

pengukuran hendaklah instrumen dihindar dari goncangan, panas, dan air. Karena

instrumen ini sangat sensitife terhadap hal-hal tersebut yang bila terjadi akan

mengakibatkan kesalahan pembacaan dan memungkinkan terjadinya kerusakan

pada instrument, sehingga proses pengukuran dapat terganggu.

4.6 Pengukuran Crossing dengan menggunakan Waterpassing

Untuk pelaksanaan pengukuran crossing, kita perlu menentukan daerah

yang akan di-cross. Kemudian baru dipilih titik yang dekat dengan daerah

crossing dan di teropong kesalah satu titik. Lalu dibaca benang atas, benang

tengah, benang bawah, dengan persamaan :

BT =

Setelah pembacaan benang, sudut horizontal yang dibentuk harus nol.

Waterpass diputar kearah daerah crossing dan dibaca sudut yang terbentuk.

Usahakan agar pantulannya berkisar pada derajat yang genap, dengan menit serta

detiknya pada nol.

Kemudian diletakkan baak meter pada salah satu titik yang akan di cross,

dimana Waterpass tidak boleh berubah kedudukan sudutnya lagi. Lalu dibaca

benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Dengan hanya memindahkan

baak pada titik cross yang lain, ulangi seperti tadi untuk beberapa titik yang lain.

20

Page 21: Laporan IUT

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum kelompok III yang berlokasi di UPT.

Perbengkelan Fakultas Teknik Unsyiah, diperoleh data pengukuran sebagaimana

yang terlampir. Dari pengolahan data hasil praktikum tersebut telah kami buat

peta topografinya dan juga gambar penampang melintang. Untuk data-data dan

gambar dapat dilihat pada lampiran.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ada dua yaitu

Theodolit dan Waterpass. Theodolit digunakan untuk mengukur besarnya sudut

dan arah, berguna untuk mengukur beda tinggi, data yang diperoleh digunakan

untuk pembuatan gambar penampang melintang.

Kesalahan-kesalahan dalam pembacaan yang tidak dapat dihindari masih

terdapat dalam melakukan praktikum ini, namun kesalahan-kesalahan tersebut

masih dapat ditoleransi, kesalahan ini dapat disebabkan oleh :

Kesalahan/kekeliruan praktikum dalam membaca besar sudut dan baak

meter, baik pada Theodolit ataupun pada Waterpass.

Kesalahan yang memang terdapat pada instrumen.

Medan yang berat.

Situasi alam yang tidak menentu seperti cuaca, iklim, dan sebagainya yang

tidak mendukung.

5.2 Saran-saran

a. Kami mengharapkan untuk saat-saat mendatang, kepada kelompok-

kelompok yang melakukan praktikum agar lebih teliti lagi dalam

melakukan pengukuran di lapangan.

b. Kami mengharapkan agar ada kerjasama yang baik ataupun teman-teman

dalam melakukan praktikum sehingga dapat selesai tepat waktu.

21

Page 22: Laporan IUT

c. Hendaknya teman-teman dalam membuat laporan segera mungkin agar

data yang didapat tidak rusak atau hilang, dan sering-seringlah konsultasi

dengan pembimbing praktikum.

d. Dalam melaksanakan praktikum diharapkan agar berhati-hati dalam

menggunakan instrumen.

22

Page 23: Laporan IUT

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Kelompok X, 2004, Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah, Fakultas Teknik

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

2. Kelompok III, 2003, Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah, Fakultas Teknik

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

23