laporan hasil penelitian hubungan pemberian asi …

58
Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN NON EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BAYI USIA 0 - 6 BULAN DI RSAL DR. MINTOHARJO TAHUN 2012 DISUSUN OLEH : SARAH DIASIH NATALIYA 2010727181 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012

Upload: others

Post on 05-Feb-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN NON EKSKLUSIF

DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BAYI USIA 0 - 6 BULAN DI

RSAL DR. MINTOHARJO TAHUN 2012

DISUSUN OLEH :

SARAH DIASIH NATALIYA 2010727181

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2012

Page 2: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …
Page 3: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …
Page 4: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Penelitian, Agustus 2012

Sarah Diasih Nataliya

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN NON EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BAYI USIA 0–6 BULAN DI RSAL DR. MINTOHARDJO TAHUN 2012.

VII BAB + 43 Halaman + 2 Tabel + 6 Lampiran

ABSTRAK

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia tanpa atau disertai oleh radang parenkim paru. ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dan Non eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0 – 6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 42 orang responden. Analisa dilakukan secara bertahap yaitu analisa univariat dengan menggunakan distribusi frekwensi dan analisa bivariat untuk mengetahui hubungan variabel indipendent dan variabel dependent. Berdasarkan hasil uji chi square,hasil penelitian yang diperoleh adalah ada hubungan pemberian ASI dengan kejadian ISPA pada bayi dengan P value = 0,005 dengan α = 0,05 sehingga P < 0,05 maka H0 ditolak. Disarankan untuk tenaga kesehatan agar memberikan pendidikan kesehatan pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat pemberian ASI.

Daftar Pustaka: 14 (2000-2011) Kata Kunci: ISPA, ASI, Bayi

Page 5: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya serta

nikmat sehat, iman, ilmu dan waktu sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir

Riset Keperawatan yang berjudul “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dan Non

Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi Usia 0 - 6 Bulan Di Rsal Dr.

Mintohardjo Tahun 2012”. Selama penyusunan penelitian ini, saya tidak lepas

dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan bantuan semua

pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikannya. Untuk itu perkenankanlah saya

mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:

1. Kepada seluruh keluarga besar Simanungkalit yang telah memberikan dukungan

doa dan semangat yang telah membatu dalam menyelesaikan tugas penelitian ini.

2. Michiko Umeda., S.Kp., M.Biomed., selaku pembimbing Riset Keperawatan

Anak yang penuh dengan kesabaran dan telah bersedia meluangkan waktunya

untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada saya.

3. Bapak Muhammad Hadi, SKM., M. Kep. selaku ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Jakarta dan pembimbing Metodologi Riset yang telah banyak memberikan

bimbingannya kepada saya.

4. Kepada Kepala Rumah Sakit AL Dr. Mintohardjo, Laksma (K) Adi Riyono,

SPKL. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta Tahun 2012.

Page 6: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

iii

5. Ibu Dra. Nadjah Halimun dan Mas Agus selaku kepala PERPUS dan Staf yang

telah membantu mencari buku sumber untuk pembuatan laporan hasil penelitian.

6. Seluruh teman-teman PSIK angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu yang telah memberikan dukungan dan rasa kebersamaan seperti keluarga

sendiri.

Dengan segenap kerendahan dan keterbatasan diri yang dimiliki, saya menyadari

bahwa ini jauh dari kesempurnaan karena saya adalah tempatnya bersalah dan

hanya Allah tempat kebenaran.

Besar harapan saya semoga hasil penelitian ini bermanfaat untuk diri saya sendiri

maupun bagi orang banyak.

Jakarta, Agustus 2012

Penulis

Page 7: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL PENELITIAN LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI .............................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Masalah Penelitian .............................................................................. 3 C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 3 D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4 E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep ISPA ...................................................................................... 6 B. Konsep ASI ....................................................................................... 10 C. Penelitian Terkait ................................................................................ 17

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ................................................................................ 19 B. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 20 C. Definisi Operasional ............................................................................ 20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ................................................................................. 23 B. Tempat Penelitian ................................................................................ 23 C. Waktu Penelitian ................................................................................. 23 D. Populasi dan Sampel............................................................................ 24 E. Alat dan Cara Pengumpulan Data ....................................................... 26 F. Etika Penelitian .................................................................................... 27 G. Pengolahan Data ................................................................................. 28 H. Analisa Data ....................................................................................... 29

BAB V HASIL PENELITIAN A. Analisa Univariat ................................................................................. 31 B. Analisa Bivariat .................................................................................. 33

BAB VI PEMBAHASAN 1. Analisa Univariat ................................................................................. 36 2. Analisa Bivariat ................................................................................... 39

Page 8: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 41 B. Saran ................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran I : Lembar Persetujuan Peneliti

Lampiran II : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran III : Lembar kuesioner

Page 9: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Table variabel independen dan dependent .......................................... 22

2. Tablel 5.1 distribusi karakteristik responden berdasarkan data demografi ........... 33

3. Tablel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel ................ 35

Page 10: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau sering disebut ISPA adalah suatu penyakit

yang banyak diderita di kalangan masyarakat. Penyebab utama semua jenis ISPA

adalah infeksi bakteri dan Streptococcus pneumonia atau Haemophillus influenza

(Anonim, 2002). Hal ini bertolak belakang dengan situasi di negara maju, yang

penyebab utamanya adalah virus (WHO, 2003). Selain itu, lingkungan atau tempat

tinggal juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA yaitu

apabila luas bangunan tidak sebanding dengan jumlah penghuni akan menyebabkan

kurangnya asupan oksigen dan memudahkan terjadinya penularan infeksi (Cahaya,

2005).

Menurut World Health Organization ± 13 juta anak balita di dunia meninggal

setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang,

dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan

membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun (Depkes, 2007). Berdasarkan data

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, prevalensi ISPA masih cukup tinggi

yaitu sebesar 0,76% pada bayi di Indonesia.

Page 11: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

2

Di Jakarta pada tahun 2010, ISPA menempati urutan pertama dari 10 penyakit

terbanyak yang terdapat di masyarakat (Dewi, 2012).Berdasarkan data fakultas

Kedokteran UI menyebutkan, ada sekitar 4 juta warga Indonesia yang menderita

penyakit ISPA pertahun, dan sekitar dua juta kematian pertahunnya, itu berarti ada

kematian dalam setiap 15 detik pada bayi dan anak dibawah umur 5 tahun (Suara

Pembaruan, 2011).

UNICEF memperkirakan bahwa pemberian Asi eksklusif sampai 6 bulan dapat

mencegah kematian 1,3 juta anak berusia dibawah 5 tahun.Penelitian Ghana (2004)

menunjukkan 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi

sejak hari pertama hari kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian

ASI dimulai dalam 1 jam setelah kelahiran bayi (Anik,2009). American Academy of

Pediatrics (AAP) merekomendasikan ibu untuk memberi ASI eksklusif selama

sekurang-kurangnya 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 1 tahun (Costance,2010).

Menurut Utami (2009) pemberian asi eksklusif bagi bayi meningkatkan daya tahan

tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan bayi terutama selama minggu

pertama (4-6 hari) pada kolostrum sehingga akan lebih jarang sakit dan mengurangi

terjadinya diare, sakit telinga dan infeksi saluran pernapasan. Pendapat tersebut

diperkuat dengan penelitian Hausniati (2007), bahwa ASI memberikan kekebalan

maksimal dan paling baik pada tahun-tahun awal kehidupan yang dapat menunjang

kesehatan bayi, dimana pemberian asi eksklusif menurunkan resiko berbagai

penyakit salah satunya adalah ISPA.

Page 12: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

3

Di RSAL dr. Mintohardjo didapatkan data bahwa kasus terbanyak pada tahun 2011

dari bulan Januari hingga Desember adalah kasus diare dengan angka kejadian 189

kasus dan yang kedua dengan kasus kejadian ispa pada bayi ± sebanyak 115 kasus,

dan yang ketiga adalah kejang demam sebanyak 44 kasus.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti hubungan pemberian asi

eksklusif dan non eksklusif dengan kejadian ispa pada bayi usia 0-6 bulan di RSAL

dr. Mintohardjo.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas dan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada

bayi, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian ini lebih lanjut tentang

hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6

bulan di RSAL dr. Mintohardjo tahun 2012.

C. Pertanyaan Peneliti

Apakah ada hubungan pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif dengan kejadian

ISPA pada bayi usia 0-6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo tahun 2012.

Page 13: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

4

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif

dan non eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Teridentifikasinya pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi

usia 0-6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo tahun 2012.

2. Teridentifikasinya pemberian ASI non eksklusif dengan kejadian ISPA pada

bayi usia 0-6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo tahun 2012.

3. Teridentifikasinya hubungan pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif

dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo

tahun 2012.

E. Manfaat Penelitian

1. Rumah Sakit

Manfaat yang diharapkan bagi Rumah Sakit dari penelitian ini adalah

mendukung ibu dalam memberikan ASI pada bayinya sehingga meningkatkan

sasaran mutu di RSAL dr. Mintohardjo.

Page 14: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

5

2. Profesi keperawatan

Profesi Keperawatan dapat memberikan kontribusi sebagai pemberi layanan

asuhan keperawatan dalam memberikan pengetahuan dan pendidikan kesehatan

tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif dengan kejadian

ISPA pada bayi usia 0-6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo.

3. Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat membantu mengembangkan Ilmu Keperawatan Anak dan

menjadi sumber data dasar bagi penelitian selanjutnya, khususnya tentang

hubungan pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif dengan kejadian ISPA

pada bayi usia 0-6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo.

4. Peneliti

Sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga kesehatan untuk mendukung program

pemerintah dalam menyukseskan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

Mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat di perkuliahan yaitu mata kuliah

Riset Keperawatan, tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dan non

eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo.

Page 15: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep ISPA

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan

oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia tanpa atau disertai oleh

radang parenkim paru (Alsagaff dan Muhty, 2002). Infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau

lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran

bawah) termasuk jaringan adnexsanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan

pleura (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2005). ISPA adalah penyakit saluran

pernapasan akut dengan perhatian khusus pada radang paru (pneumonia) dan bukan

penyakit telinga dan tenggorokan (Widoyono, 2011).

1. Etiologi

Menurut Vietha (2009), etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus

dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus,

hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan

mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA ada-

6

Page 16: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

7

lah influensa yang ada di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran

pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.

Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak – anak di bawah usia 2

tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim

kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa

faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA pada anak

adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi

lingkungan.

2. Klasifikasi ISPA

Penyakit ISPA juga dibedakan berdasarkan golongan umur, yaitu:

a. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, dibagi atas: pneumonia berat dan

bukan pneumonia. pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat

(Fast breathing), yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau

lebih, atau adanya tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam

(Severe chest indrawing), sedangkan bukan pneumonia bila tidak ditemukan

tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat (Widoyono,

2011).

b. Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun dibagi atas:

pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia berat, bila

disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke

dalam pada waktu anak menarik napas. Pneumonia didasarkan pada adanya

batuk dan atau kesukaran bernapas disertai adanya napas cepat sesuai umur,

Page 17: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

8

yaitu 40 kali permenit atau lebih. Bukan, bila tidak ditemukan tarikan

dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Widoyono, 2011).

3. Gejala ISPA menurut (Widoyono, 2011)

Pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA (P2 ISPA) kriteria yang

digunakan adalah pola tatalaksana penderita ISPA pada balita, ditandai dengan

adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai adanya peningkatan frekwensi

napas (napas cepat) sesuai golongan umur. Dalam penentuan klasifikasi penyakit

dibedakan atas dua kelompok yaitu umur kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan

sampai kurang dari 5 tahun.

Klasifikasi pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran

pernapasan disertai napas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah kedalam

(chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Untuk

kelompok umur kurang dari 2 bulan diagnosis pneumonia berat ditandai dengan

adanya napas cepat (fast breathing) dimana frekwensi napas 60 kali permenit

atau lebih, dan atau adanya tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke

dalam (severe chestindrawing).

Bukan pneumonia apabila ditandai dengan napas cepat tetapi tidak disertai

tarikan dinding dada ke dalam. Bukan pneumonia mencakup kelompok penderita

dengan batuk pilek biasa yang tidak ditemukan adanya gejala peningkatan

frekuwensi napas dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah

kedalam. (Depkes, 2002)

Page 18: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

9

Ada beberapa tanda klinis yang dapat menyertai anak dengan batuk yang

dikelompokkan sebagai tanda bahaya :

a. Tanda dan gejala untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu tidak bisa

minum, kejang, kesadaran menurun, stridor (ngorok), wheezing (bunyi

napas), demam.

b. Tanda dan gejala untuk golongan umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun yaitu

tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor.

4. Penatalaksanaan dari ISPA menurut (Semltzer, 2001 ) adalah:

1. Medis.

a. Diet cair dan lunak selama tahap akut.

b. Untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos yang antiboitik,

misal amoxilin, ampixilin.

c. Antistetik topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin memberikan

tindakan peredaan nyeri oral.

2. Keperawatan.

a. Penyuluhan pada pasien tentang cara memutus infeksi.

b. Meningkatkan masukan cairan.

c. Menginstruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase seperti

antalasi uap.

Sedangkan penatalaksanaan ISPA menurut Depkes RI (2006):

a Untuk penatalaksanaan ISPA ringan atau pneumonia adalah jika anak

penderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan dirumah tidak

Page 19: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

10

perlu dibawa ke dokter atau pskesmas. Dirumah dapat diberikan penurun

panas, akan tetapi jika dalam 2 hari gejala belom hilang anak harus segera

dibawa ke dokter atau puskesmas terdekat.

b Untuk penatalaksanaan ISPA yang tergolong sedang atau pneumonia

maka harus diperiksakan pelayanan kesehatan mendapatkan terapi obat.

Antibiotik untuk membunuh virus dan bakteri yang ada dan mendapatkan

terapi oksigen 2 sampai 4 liter/hari.

c Untuk penatalaksanaan ISPA yang tergolong berat atau pnemonia berat

harus dirawat dirumah sakitnatau puskesmas, karena perlu mendapatkan

perawatan dengan perawatan khusus seperti oksigen dan cairan infus.

B. Konsep ASI

ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6

bulan,tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain

(PP No.33 Thn 2012 Bab I Pasal I Ayat 2). Pemberian ASI secara mutlak, penting

dilakukan,mengingat manfaat yang akan diperoleh si bayi. Menurut Badan

Kesehatan Dunia (WHO), hal ini untuk menghindari alergi dan menjamin kesehatan

bayi secara optimal.Karena di usia ini, bayi belum memiliki enzim pencernaan

sempurna untuk mencerna makanan atau minuman lain. Meski begitu, kebutuhan si

buah hati akan zat gizi akan terpenuhi jika mengkonsumsi ASI. ASI adalah satu

jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,

psikologisosial maupun spiritual.

Page 20: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

11

ASI mengandung nutrisi yang mencakup hampir 200 unsur zat makanan, hormon,

unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi (Hubertin, 2003). ASI

adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam organik yang

disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi,

(Utami, 2004). ASI eksklusif adalah pemberian ASI murni tanpa diberi tambahan

lain seperti cairan air putih, teh, madu, buah, maupun makanan tambahan seperti

bubur susu atau bubur saring, dan sebagainya sampai bayi usia 6 bulan (Suradi,

2006).

I. Manfaat ASI

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula.

Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang

menyusui.

Manfaat ASI bagi bayi:

1. ASI merupakan sumber gizi sempurna ASI mengandung zat gizi berkualitas

tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi.

(Rulina, 2007).

2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat

dari ibunya melalui plasenta. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang

mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan

Page 21: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

12

jamur. Colostrum (cairan pertama yang mendahului ASI) mengandung zat

immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI (Cahyadi, 2007).

II. Komposisi ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5 %, oleh karena itu bayi

yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada

ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna

bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang

dapat menyebabkan terjadinya diare dan infeksi saluran pernafasan pada bayi

yang mendapat susu formula.

a. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah

satu sumber untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hamper dua

kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar

karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat

terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah

melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008)

b. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan

protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu

formula terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih

banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi.,

sedangkan susu formula lebih banyak mengandung protein casein yang lebih

Page 22: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

13

sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya

30% dibanding susu formulayang mengandung protein ini dalam jumlah

yang tinggi (80%).

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat

Jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang

terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada 5 menit pertama isapan akan

berbeda dengan 10 menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda

dengan hari kedua dan akan berubah menurut perkembangan bayi dan

kebutuhan energi yang dibutuhkan bayi.

Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lamak yang ada dalam ASI

mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel

jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang

cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic

Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk meilinasi.

Asam linoleat ada di dalam ASI dalam jumlah yang cukup tinggi. Lemak

ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI juga mengandung

enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga

sedikit lemak yang tidak diserap oleh sistem pencernaan bayi (Hubertin,

2004).

Page 23: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

14

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah

tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di dalam

ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi

oleh diit ibu. Garam organik yang terdapat di dalam ASI terutama adalah

kalsium, kalium, sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan

untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan

pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup (Soetjiningsih, 1997).

e. Vitamin

Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai

faktor pembekuan. Kadar vitamin K di dalam ASI hanya seperempatnya

kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk

mengalami perdarahan, walaupun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh

karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya

dalam bentuk suntikan (Badriul, 2008).

Vitamin D

Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. hal ini

tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka

bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari.

Sehingga pemberian ASI eklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar

Page 24: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

15

pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang

karena kekurangan vitamin K (Badriul, 2008).

Vitamin E

Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel

darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya

kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan

vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal

(Badriul, 2008).

Vitamin A

Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk

mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI

mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A, tetapi juga bahan

bakunya yaitu beta karoten (Badriul, 2008).

Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,

vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh

terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup

tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folatmungkin

rendah pada ibu dengan gizi kurang (Badriul, 2008).

Page 25: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

16

Akibat bila bayi tidak diberi ASI yaitu:

1) Bayi tidak memperoleh zat kekebalan tubuh, sehingga mudah mengalami

sakit. Bayi tidak mendapat makanan yang bergizi dan berkualitas tinggi

sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan

kecerdasannya serta rentang terhadap penyakit, khusus nya penyakit ISPA.

Akibat bila ASI diganti dengan susu formula

1) Kemungkinan terjadi pencemaran sehingga bayi mudah terserang infeksi,

misalnya: diare, batuk, pilek, radang tenggorokan, demam, dan sebagainya.

2) Kemungkinan terjadi kekeliruan pengenceran, sehingga beresiko yang

sangat tidak menguntungkan bayi, misalnya bayi susah buang air besar atau

mencret.

3) Bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang diberikan makanan pendamping

ASI mempunyai resiko 3-4 kali lebih besar terkena infeksi saluran nafas

atas (ISPA), (Ira, 2009)

ASI eksklusif merupakan keperluan yang amat penting bagi bayi. Pemerintah

Republik Indonesia (RI) menganjurkan para ibu memberi ASI eksklusif kepada

bayi sekurang- kurangnya 6 bulan. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI

eksklusif dua kali lebih sering masuk rumah sakit dibanding yang mendapat

ASI eksklusif. Lama pemberian ASI juga berkaitan dengan resiko bayi

menderita ISPA. Dikatakan bahawa prevalensi berlaku ISPA pada bayi

berkurang dengan meningkatnya lama pemberian ASI. Pemberian MP-ASI

Page 26: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

17

yang terlalu dini yaitu usia bayi kurang dari 4 bulan merupakan faktor risiko

terjadinya pneumonia aspirasi (Naim, 2001).

Menurut Utami (2009) pemberian ASI eksklusif bagi bayi meningkatkan daya

tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan bayi terutama

selama minggu pertama (4-6 hari) pada kolostrum sehingga akan lebih jarang

sakit dan mengurangi terjadinya diare,sakit telinga dan infeksi saluran

pernapasan. Pendapat tersebut diperkuat dengan penelitian Hausniati (2007),

dimana dalam penelitian disebutkan bahwa ASI memberikan kekebalan

maksimal dan paling baik pada tahun-tahun awal kehidupan yang dapat

menunjang kesehatan bayi . Pemberian ASI eksklusif menurunkan resiko

berbagai penyakit salah satunya adalah ISPA.

Pendapat tersebut diperkuat dengan penelitian Abdullah (2003), dimana dalam

penelitian disebutkan bahwa pemberian ASI eksklusif yang cukup memberikan

efek tidak terjadinya penyakit ISPA pada bayi umur 0-6 bulan. Pemberian ASI

eksklusif sangat-sangat penting karena dapat mencegah terjadinya penyakit

ISPA.

C. Penelitian Terkait

a. Pemberian ASI terbukti efektif bagi perkembangan dan imunitas anak yang

dapat dilihat dari penelitian (Zizka dkk, 2007). Penelitian ASI eksklusif juga

dilakukan Abdullah (2003) di Jakarta didapatkan pemberian ASI cukup

memberikan efek protektif 39,8% terhadap ISPA pada anak usia 0-4 bulan.

Page 27: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

18

Pemberian ASI terbukti efektif dalam mencegah infeksi pada pernapasan dan

pencernaan.

b. Penelitian yang dilakukan oleh (Softic dkk, 2004), yaitu dengan

mengobservasi anak yang berusia 6 bulan yang ketika lahir memiliki BBLR

dan usia kelahiran kurang dari 37 minggu. Sebanyak 612 kuesioner

dibagikan dan didapat sebanyak 493 responden yang bersedia mengisi

kuesioner. Dari hasil kuesioner didapatkan sebanyak 395 anak

mengkonsumsi ASI eksklusif dan 98 anak mengkonsumsi susu formula.

Bahwa anak yang mengkonsumsi susu formula lebih rentan mengalami

infeksi pernapasan dan pencernaan (Aprillia, 2011).

Page 28: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

19

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu kerangka konsep yang dapat membantu

menyimpulkan dan mengintegrasikan sebuah kenyataan yang ada. Dari konsep yang

menjadi rujukan bagi peneliti dapat diturunkan suatu hubungan yang berkaitan erat

dan berkesinambungan, sehingga dapat dibentuk sebuah kerangka konsep sebagai

berikut :

Pemberian ASI

ASI eksklusif

Non eksklusif

Kejadian ISPA Pada Bayi

Independent

Dependent

19

Data Demografi

Umur

Jenis kelamin

Page 29: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

20

Dalam kerangka konsep ini peneliti ingin mengetahui tentang hubungan pemberian

ASI eksklusif dan non eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan di

RSAL dr. Mintohardjo tahun 2012.

B. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi.

2. Ada hubungan pemberian ASI non eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi.

C. Definisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat dua table yaitu tentang variabel independen dan

dependent. Variabel independen adalah hubungan pemberian ASI eksklusif dan non

eksklusif di RSAL dr. Mintohardjo tahun 2012. Sedangkan variabel dependent

adalah adanya kejadian ISPA pada bayi.

Page 30: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

21

3. 1. Table variabel Independen dan Dependent

N

O

VARIABEL DEFINISI

OPERATIONAL

ALAT CARA

UKUR

HASIL SKALA

UKUR

1. Independent

Pemberian

ASI

- ASI

eksklusif

Pemberian ASI

murni tanpa diberi

tambahan lain

seperti cairan air

putih, teh, madu,

buah, maupun

makanan tambahan

seperti bubur susu

atau bubur saring,

dan sebagainya

sampai bayi usia 6

bulan

Kuesio

ner

Kuesioner

dalam

bentuk

pertanyaa

n/ tes dan

wawancar

a

Ordinal

0 = Non

Eksklusif

1 =

Eksklusf

- Non

eksklusif

Pemberian MP-ASI

pada bayi seperti

cairan air putih,

teh, madu, buah,

Page 31: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

22

maupun makanan

tambahan seperti

bubur susu atau

bubur saring, dan

sebagainya

2. Dependent

Kejadian

ISPA pada

bayi usia 0 -

6 Bulan

Penyakit saluran

pernapasan akut

dengan perhatian

khusus pada radang

paru (pneumonia)

dan bukan penyakit

telinga dan

tenggorokan pada

bayi dengan adanya

gejala seperti

batuk, pilek, baik

disertai maupun

tidak disertai sesak

napas.

Kuesio

ner

Kuesioner

dalam

bentuk

pertanyaa

n/ tes dan

wawancar

a

0 = tidak

mengala

mi ISPA

1 =

mengala

mi ISPA

Page 32: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

23

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan menjelaskan metodologi penelitian diantaranya meliputi desain

penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data,

etika penelitian, pengolahan data, serta analisa data.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Desain penelitian yang

digunakan penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional. Pendekatan deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui hubungan

pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia

0-6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo tahun 2012.

B. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah di RSAL dr. Mintohardjo.

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juli tahun 2012 di RSAL dr.

Mintohardjo.

23

Page 33: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

24

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi atau disebut juga dengan istilah universe atau keseluruhan, adalah

sekelompok individu atau obyek yang memiliki karakteristik yang sama (Imron

& munif, 2010). Populasi yang diambil sebagai subjek peneliti adalah bayi usia 0

– 6 yang mempunyai hubungan pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif

dengan kejadian ISPA di RSAL dr. Mintohardjo.

2. Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sedangkan sampling

adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada

(Nursalam, 2003). Pengambilan sampel ini dilakukan secara purposive sampling

yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara

populasi sesuai dengan yang di kehendaki peneliti (Setiadi, 2007).

3. Kriteria sampel yang dipilih peneliti sebagai responden adalah ibu yang memiliki

bayi usia 0-6 bulan, mampu baca tulis, bersedia untuk diteliti, kooperatif, serta

telah terlebih dahulu bersedia dan menandatangani persetujuan menjadi

responden.

Untuk menentukan besar sampel yang peneliti ambil, berdasarkan teori yang

didapat dari (Budiarto, 2001) digunakan rumus:

Page 34: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

25

Keterangan

n = perkiraan jumlah sampel

p = Proporsi penelitian, jika tidak diketahui

Z = Confidence interval untuk α = 0,1 maka Z = 1,64

q = 1- p (100% - p)

d = tingkat kesalahan yang dipilih 10% (0,1)

N = jumlah populasi 115

nk = sample dengan populasi di ketahui

n

n = 67

Jadi responden yang akan di ambil sebanyak 42 responden

n = z2 (p.q)

d2

n = 1,642 (0,5 . 0,5)

0,12

n = 2,68 0,25

0,01

n = 0,67

0,01

nk = n

1 + n

N

= 67

1+ 67

115

= 67

1,58

= 42 Responden

Page 35: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

26

E. Alat Dan Cara Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Kuisoner di isi oleh responden. Adapun isi dari kuisioner ini tentang variabel

independent (ASI eksklusif dan non eksklusif) dan dependent ( kejadian ISPA

pada bayi usia 0-6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo).

Kuisioner ini di buat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep

yang ada terdiri dari:

a. Data demografi dari nomor 1 s/d 2 yaitu yang di isi dengan mengisi kotak

kosong dengan cara cek list (√) pada kotak yang tersedia.

b. Pertanyaan kuisioner dengan cara mengisi jawaban yang sesuai yaitu dari 1 s/d

10 pilihan tes tentang Pemberian ASI, sedangkan pernyataan nomor 11 s/d 15

mengenai variabel dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo tahun 2012.

Uji coba kuisioner

Proses uji coba kuisioner dilakukan terlebih dahulu oleh peneliti, pada

responden yang berbeda dengan karakteristik yang sama dan peneliti

melakukan uji coba pada 10 responden dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-

6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo dengan nilai Cronbach’s Alpha = 0.992

2. Cara Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data sebagai berikut:

a. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin berupa surat izin

penelitian dari pihak terkait, yaitu institusi PSIK FKK UMJ.

Page 36: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

27

b. Menyerahkan surat izin penelitian dari institusi terkait ke RSAL dr. Mintoharjo.

c. Setelah mendapatkan persetujuan, kemudian peneliti mendatangi responden

untuk melakukan pendekatan pada responden serta memberikan penjelasan

tentang maksud dan tujuan dari penelitian, kemudian meminta kesediaan

responden dengan menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi

responden.

d. Mengobservasi dan mengkaji responden sebelum melakukan pengisian lembar

kuesioner.

e. Menyebarkan kuesioner setelah dilakukan intervensi kepada responden dan

menjelaskan cara mengisi kuesioner.

f. Setelah selesai, peneliti mengoreksi kelengkapan jawaban dari responden dan

apabila ada yang belum lengkap maka responden diminta untuk

melengkapinya.

g. Kuesioner yang telah diisi diambil dan dikumpulkan oleh peneliti sebagai

bahan selanjutnya untuk di analisa.

F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan izin tertulis dari PSIK FKK

UMJ yang diserahkan kepada RSAL dr. Mintohardjo. Setelah mendapatkan

persetujuan, menurut Hidayat (2007) masalah etika yang harus diperhatikan yaitu:

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut

Page 37: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

28

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anomity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai pada saat pengumpulan data telah selesai. Data yang telah

terkumpul dalam bentuk kuesioner yang telah diisi secara lengkap oleh responden,

yang meliputi:

1. Editing

Pengecekan kuesioner tentang kelengkapan isian, kejelasan, relevansi, dan

konsistensi jawaban yang diberikan.

Page 38: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

29

2. Coding

Merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Hal

ini untuk memudahkan pengelolahan data statistik.

3. Scoring

Untuk memberikan nilai dari jawaban kuesioner yang telah di kembalikan oleh

responden. Hal ini untuk memudahkan pengelolahan data secara statistik.

4. Processing

Proses data yang dilakukan dengan cara mengentry data dari kuesioner ke paket

program komputer.

5. Clearing

Kegiatan pengecekan kembali yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya

kesalahan.

H. Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan dua tahap yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat distribusi frekwensi dari masing-masing

variabel independent dan dependent kemudian diintepretasikan.

2. Analisa Bivariat

Analisa ini menghubungkan setiap variabel dependent yang ada dalam konsep

penelitian dengan variabel independent, dengan tujuan untuk melihat apakah

hubungan yang terjadi memang bermakna secara statistik atau terjadi secara

kebetulan. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya

hubungan antara variabel independent dan variabel dependent serta jenis data

Page 39: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

30

yang diteliti adalah katagorikal maka teknik analisa data yang dipergunakan

adalah uji Chi Square. Tingkat signifikan atau derajat kemaknaan yang dipilih

dalam penelitian ini adalah 5% (=0,05)

Keterangan:

Simbol O (Observed) = Nilai yang di dapat dari penelitian/objektif

Simbol E (Expected) = Nilai yang diharapkan

Simbol X2 = Nilai uji Chi Square atau distribusi kuesioner

X2= ∑ ( O – E )2

E

Page 40: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

26

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian berhubungan dengan hubungan pemberian

ASI eksklusif dan non eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0 – 6 bulan di

RSAL dr. Mintohardjo tahun 2012. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik

variabel penelitian, dan dianalisis dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat.

A. Analisa Univariat

Analisa univariat menjelaskan secara deskriptif mengenai variabel-variabel

penelitian yang terdiri dari karakteristik responden, seperti: umur, jenis kelamin,

pemberian ASI dan kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan yang dapat dilihat

pada tabel 5.1.

31

Page 41: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

32

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Data Demografi, Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dan Non Eksklusif Dengan

Kejadian ISPA Pada Bayi Usia 0 - 6 Bulan Di RSAL dr. Mintohardjo.

No. Variabel Kategori Frekuensi (%) n = 42

1. Umur ≤ 6 bulan > 6 bulan

42 (100%) 0 (0%)

2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

22 (52,4%) 20 (47,6%)

3. Pemberian ASI Non Eksklusif Eksklusif

28 (66,7%) 14 (33,3%)

4. Kejadian ISPA pada

Bayi

Tidak mengalami ISPA

Mengalami ISPA

20 (47,6%) 22 (52,4%)

Berdasarkan data pada tabel 5.1 diatas maka :

1. Dapat disimpulkan variabel umur terbanyak adalah kategori umur ≤ 6

bulan sebanyak 42 anak (100%).

2. Variabel jenis kelamin terbanyak adalah kategori laki-laki sebanyak 22

anak (52,4%).

3. Variabel pemberian ASI terbanyak adalah kategori Non Eksklusif

sebanyak 28 orang (66,7%).

4. Variabel kejadian ISPA pada bayi terbanyak adalah kategori tidak

mengalami ISPA sebanyak 20 anak (47,6%).

Page 42: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

33

B. Analisa Bivariat

Pada analisa bivariat, peneliti ingin mengetahui hubungan dua variabel, yaitu

variabel independen (pemberian ASI) dengan variabel dependen (kejadian ISPA

pada bayi), kedua variabel ini bersifat kategorik, maka uji statistik yang digunakan

adalah uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan 5% yaitu 0,05.

Tabel 5.2

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dan Non Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi Usia 0 - 6 Bulan Di

RSAL dr. Mintohardjo.

Variabel Independent

Variabel Dependent

Total OR

95 % CI

p

value

Kejadian ISPA Pada

Bayi

Tidak Mengalami

ISPA

Mengalami ISPA

N % N % N %

Pemberian ASI

Non Eksklusif

Eksklusif

2

20

14,3

71,4

12

8

85,7

28,6

14

28

100

100

15,000

2,722 –

82,668

0,002

Page 43: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

34

C. Hubungan Antara Pemberian ASI Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi Usia

0-6 Bulan Di RSAL dr. Mintohardjo.

Berdasarkan tabel 5.2 hasil analisis didapatkan variabel pemberian ASI yang

mengalami ISPA pada pemberian ASI non eksklusif sebanyak 12 anak (85,7%).

Hasil uji statistik p value 0,002 (α < 0,05), secara statistik dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara pemberian ASI non eksklusif dengan kejadian ISPA

pada bayi usia 0 - 6 bulan Di RSAL dr. Mintohardjo. Hasil analisis diperoleh

nilai Odds Ratio (OR) sebesar 15,000 artinya pemberian ASI non eksklusif

berpeluang sebesar 15,000 kali untuk terjadinya ISPA pada bayi Usia 0 - 6 Bulan

di RSAL dr. Mintohardjo dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif.

Page 44: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

35

BAB VI

PEMBAHASAAN

Bab ini akan membahas hasil penelitian tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dan

non eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo. Adapun pembahasannya meliputi karakteristik responden berdasarkan

variabel penelitian, dan kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo. Pada bab ini juga akan menjelaskan keterbatasan peneliti yang telah

dilaksanakan. Adapun keterbatasan yang peneliti temukan selama masalah penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Adanya keterbatasan waktu peneliti dalam penelitaian ini sehingga penelitian ini

tidak dapat selesai pada waktu yang sudah ditentukan.

2. Adanya keterbatasan peneliti untuk menemukan sumber-sumber data yang terkait

dengan penelitian ini.

3. Isi instrumen masih terbatas belum tergali secara sempurna pada penelitian ini.

4. Tempat penelitian hanya di lakukan di RSAL dr. Mintohardjo saja sehingga belum

dapat menggambarkan/membandingkan di rumah sakit lain.

35

Page 45: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

36

A. Pembahasan

I. Analisa Univariat

a Karakteristik kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo berdasarkan umur. Hasil penelitian menunjukkan tingkat umur

responden yang paling banyak adalah umur ≤ 6 bulan sebanyak 42 orang

(100%) dari jumlah 42 responden yang dijadikan sampel.

ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan

atau minuman lain (PP No.33 Thn 2012 Bab I Pasal I Ayat 2). ASI eksklusif

merupakan keperluan yang amat penting bagi bayi. Pemerintah Republik

Indonesia (RI) menganjurkan para ibu memberi ASI eksklusif kepada bayi

sekurang- kurangnya 6 bulan. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI

eksklusif dua kali lebih sering masuk rumah sakit dibanding yang mendapat

ASI eksklusif. Lama pemberian ASI juga berkaitan dengan resiko bayi

menderita ISPA (Naim, 2001).

b Karakteristik kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo berdasarkan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan jenis

kelamin responden yang paling banyak adalah laki-laki sebanyak 22 anak

(52,4%) dari jumlah 42 responden yang dijadikan sampel.

c Karakteristik kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo berdasarkan pemberian ASI. Hasil penelitian menunjukkan

Page 46: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

37

pemberian ASI yang paling banyak adalah non eksklusif sebanyak 28 orang

(66,7%) dari jumlah 42 responden yang dijadikan sampel.

Menurut (Naim, 2001), Bayi yang tidak pernah mendapat ASI eksklusif dua

kali lebih sering masuk rumah sakit dibanding yang mendapat ASI eksklusif.

Lama pemberian ASI juga berkaitan dengan resiko bayi menderita ISPA.

Dikatakan bahawa prevalensi berlaku ISPA pada bayi berkurang dengan

meningkatnya lama pemberian ASI. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini

yaitu usia bayi kurang dari 4 bulan merupakan faktor risiko terjadinya

pneumonia aspirasi.

d Karakteristik kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo berdasarkan kejadian ISPA pada Bayi. Hasil penelitian

menunjukkan kejadian ISPA pada bayi yang paling banyak adalah

mengalami ISPA sebanyak 22 anak (52,4%) dari jumlah 42 responden yang

dijadikan sampel.

Menurut Utami (2009) pemberian ASI eksklusif bagi bayi meningkatkan

daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan bayi

terutama selama minggu pertama (4-6 hari) pada kolostrum sehingga akan

lebih jarang sakit dan mengurangi terjadinya diare,sakit telinga dan infeksi

saluran pernapasan. Pendapat tersebut diperkuat dengan penelitian Hausniati

(2007), dimana dalam penelitian disebutkan bahwa ASI memberikan

kekebalan maksimal dan paling baik pada tahun-tahun awal kehidupan yang

Page 47: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

38

dapat menunjang kesehatan bayi . Pemberian ASI eksklusif menurunkan

resiko berbagai penyakit salah satunya adalah ISPA.

Akibat bila bayi tidak diberi ASI yaitu:

1) Bayi tidak memperoleh zat kekebalan tubuh, sehingga mudah mengalami

sakit. Bayi tidak mendapat makanan yang bergizi dan berkualitas tinggi

sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan

kecerdasannya serta rentang terhadap penyakit, khusus nya penyakit ISPA.

Akibat bila ASI diganti dengan susu formula

1) Kemungkinan terjadi pencemaran sehingga bayi mudah terserang infeksi,

misalnya: diare, batuk, pilek, radang tenggorokan, demam, dan sebagainya.

2) Kemungkinan terjadi kekeliruan pengenceran, sehingga beresiko yang

sangat tidak menguntungkan bayi, misalnya bayi susah buang air besar atau

mencret.

3) Bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang diberikan makanan pendamping

ASI mempunyai resiko 3-4 kali lebih besar terkena infeksi saluran nafas

atas /ISPA, (Ira, 2009).

Page 48: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

39

II. Analisa Bivariat

Hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-6

bulan di RSAL dr. Mintohardjo.

Hasil uji statistik p value 0,002, secara statistik dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara pemberian ASI dengan pemberian ASI eksklusif dan non

eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo.

ASI eksklusif merupakan keperluan yang amat penting bagi bayi. Pemerintah

Republik Indonesia (RI) menganjurkan para ibu memberi ASI eksklusif kepada

bayi sekurang- kurangnya 6 bulan. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI

eksklusif dua kali lebih sering masuk rumah sakit dibanding yang mendapat ASI

eksklusif. Lama pemberian ASI juga berkaitan dengan resiko bayi menderita

ISPA. Dikatakan bahawa prevalensi berlaku ISPA pada bayi berkurang dengan

meningkatnya lama pemberian ASI. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini yaitu

usia bayi kurang dari 4 bulan merupakan faktor risiko terjadinya pneumonia

aspirasi (Naim, 2001).

Menurut Utami (2009) pemberian ASI eksklusif bagi bayi meningkatkan daya

tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan bayi terutama

selama minggu pertama (4-6 hari) pada kolostrum sehingga akan lebih jarang

sakit dan mengurangi terjadinya diare,sakit telinga dan infeksi saluran

pernapasan. Pendapat tersebut diperkuat dengan penelitian Hausniati (2007),

Page 49: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

40

dimana dalam penelitian disebutkan bahwa ASI memberikan kekebalan

maksimal dan paling baik pada tahun-tahun awal kehidupan yang dapat

menunjang kesehatan bayi . Pemberian ASI eksklusif menurunkan resiko

berbagai penyakit salah satunya adalah ISPA.

Pendapat tersebut diperkuat dengan penelitian Abdullah (2003), dimana dalam

penelitian disebutkan bahwa pemberian ASI eksklusif yang cukup memberikan

efek tidak terjadinya penyakit ISPA pada bayi umur 0-6 bulan. Pemberian ASI

eksklusif sangat penting karena dapat mencegah terjadinya penyakit ISPA.

Page 50: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

41

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Peneliti ingin memberikan kesimpulan dan saran dari penelitian tentang hubungan

pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6

bulan di RSAL dr. Mintohardjo. Adapun kesimpulannya meliputi karakteristik

responden, data hasil penelitian tentang kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan di

RSAL dr. Mintohardjo.

A. Kesimpulan

Teridentifikasinya hubungan pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif dengan

kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo.

1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap umur adalah ≤ 6 bulan sebesar 42

anak (100%).

2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap jenis kelamin adalah laki - laki

sebesar 22 anak (52,4%).

3. Berdasarkan hasil penelitian terhadap pemberian ASI adalah Non

eksklusif sebesar 28 anak (66,7%).

4. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kejadian ISPA pada bayi adalah

mengalami ISPA sebesar 22 orang (52,4%)

41

Page 51: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

42

Ada hubungan pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif dengan kejadian ISPA

pada bayi usia 0 - 6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo. Hal tersebut dibuktikan

dengan hasil uji statistik p value 0,002, secara statistik dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan pemberian ASI non eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia

0 - 6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo

B. Saran

1. Rumah Sakit dan Profesi Keperawatan

Diharapkan tenaga keperawatan dapat memberikan edukasi dan manfaat ASI

eksklusif untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terjangkit

dengan penyakit infeksi khususnya ISPA.

2. Pendidikan Keperawatan

Kepada Pendidikan Keperawatan sebagai masukan dan pengembangan Ilmu

Keperawatan Anak, khususnya tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dan

non eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo dalam penatalaksanaan keperawatan.

3. Peneliti

Mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat di perkuliahan yaitu mata kuliah

Riset Keperawatan, tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dan non

eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-6 bulan di RSAL dr.

Mintohardjo

Page 52: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

DAFTAR PUSTAKA

Aprillia. (2011). Hubungan pemberian asi eksklusif dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ispa) pada bayi. FK Universitas Islam Sultan Agung (Unissula). Semarang.

Azwar. A. (2001). Manajemen laktasi. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Azwar. A (2003). Metode penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara

Cahaya, I. Nurmaini. 2005. Faktor-faktor kesehatan lingkungan perumahan yang mempengaruhi kejadian ispa pada balita di perumnas mandala, kecamtan percut sei tuan, kabupaten deli serdang. Vol. 38 No. 3. Majalah kedokteran.

Dep. Kes RI. (2007). Profil kesehatan indonesia. Jakarta

Haryanto. (2010). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 2. Jakarta.

Ira. (2009). Dampak makanan pendamping ASI usia 0-6 bulan. Di ambil pada tanggal 01 Juli 2012 di, http://kesehatan-keperawatan.blogspot.com/2009/05/dampak-makanan-pendamping-asi-usia-0-6.html

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Purnomo. W. (2008). Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan upaya pencegahan ispa pada balita di puskesmas ngoresan surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Utami. (2000). Mengenal asi eksklusif. Jakarta: EGC

Smeltzer. S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8 vol. 1. Jakarta: EGC.

Vietha. (2009). Pengertian ispa dan askep. Diambil pada tanggal 19 Juli 2012 di Viethanurse.wordpress.com,online

Widoyono. (2011). Penyakit tropis epidimiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya. Edisi kedua. Erlangga.

Donna. L. W. dkk. (2009). Buku ajar keperawatan pediatric. EGC.

Page 53: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI

Responden yang saya hormati

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sarah Diasih Nataliya

NPM : 2010727181

Pembimbing Riset

Pembimbing I : Miciko Umeda., SKp., M. Biomed

Pembimbing II : Muhammad Hadi, SKM, M.Kep

Adalah mahasiswa PSIK FKK UMJ yang akan melakukan penelitian tentang hubungan

pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-6 bulan di

RSAL dr. Mintohardjo tahun 2012. Berdasarkan surat ini saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk

menandatangani lembar persetujuan dan mengisi identitas responden pada lembar observasi yang

nantinya akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas kesediaanya dan partisipasi bapak/ibu, saya ucapkan terimakasih.

Jakarta, Juli 2012

Peneliti

Sarah Diasih Nataliya

Page 54: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan menandatangani lembar ini saya memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner dan

mengikuti penelitian tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif dengan

kejadian ISPA pada bayi usia 0-6 bulan di RSAL dr. Mintohardjo. Yang akan dilaksanakan oleh

peneliti :

Nama : Sarah Diasih Nataliya

NPM : 2010727181

Saya mengetahui bahwa saya akan menjadi bagian dari penelitian ini, dan saya mengetahui

sepenuhnya resiko yang mungkin terjadi sesudah penelitian ini. Saya juga memberitahu bahwa

jawaban atas identitas saya bersifat sukarelawan dan tidak akan diberitahukan kepada siapapun.

Partisipasi saya untuk menjawab dan mengisi identitas ini tidak akan berakibat negatif bagi diri

saya, dan saya mengerti bahwa penelitian ini akan menjadi masukan untuk peningkatan

pelayanan rumah sakit dan sekaligus menambah pengetahuan saya.

Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini dan mengerti peran

serta saya,saya mengatakan secara sukarela berperan dalam penelitian ini.

Jakarta, Juli 2012

Responden

Page 55: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

Lampiran 3

Lembar Kuisioner

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dan Non Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Usia 0-6 Bulan di RSAL dr. Mintohardjo Tahun 2012.

Nama Initial :

Nomor Responden :

Petunjuk Pengisian

1. Baca Kuisioner dengan teliti sebelum ibu menjawab pertanyaan berikut ini

2. Jawablah dengan benar dan jujur

3. Beri tanda cek list (√ ) pada sisi sebelah kiri jawaban yang yang menjadi pilihan ibu

4. Jika ibu ingin mengganti jawaban yang salah, beri tanda sama dengan ( = ), pada pilihan

yang sudah di jawab, kemudian beri tanda cek list (√ ) pada jawaban yang dianggap benar

Page 56: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

Lampiran 4

A. Data Demografi

1. Pendidikan ibu

( ) SD ( ) SMU

( ) SMP ( ) Perguruan Tinggi

2. Pekerjaan

( ) PNS / TNI/ Polisi ( ) Wiraswasta

( ) Swasta ( ) Tidak bekerja

( ) lain – lain ..........

B. Data Bayi

3. Jenis kelamin anak :

4. Umur anak :

C. Data Pertanyaan Variabel

Petunjuk Pengisian Untuk pemberian ASI eksklusif, non eksklusif dan kejadian ISPA

pada bayi usia 0 – 6 bulan

1. Baca Kuisioner dengan teliti sebelum ibu menjawab pertanyaan

2. Amati pernyatan baik-baik dan beri tanda ceklist ( √ ) pada tempat yang disediakan,

yang paling sesuai dengan pilihan ibu.

3. Jika ibu ingin mengganti jawaban yang salah beri tanda silang (x), lalu beri tanda

ceklist ( √ ) pada jawaban yang dianggap benar

Page 57: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

Lampiran 5

NO PERNYATAAN Ya Tidak

1 2

1. Riwayat pemberian ASI eksklusif

Apakah setelah bayi ibu lahir, ibu memberikan ASI

eksklusif pada bayi ibu

2. Apakah ibu selalu memberikan ASI eksklusif pada bayi

ibu

3. Apakah ibu memberi ASI kepada anak ibu sampai usia

6 bulan

4. Selama memberikan ASI eksklusif,apakah ada makanan

pendamping yang diberikan saat bayi usia < 6 bulan

5. Apakah saat ibu sibuk bekerja, ibu sempat memberikan

ASI kepada bayi ibu

6. Apakah saat malam hari ibu sempat memberikan ASI

eksklusif kepada bayi ibu

7. Apakah ibu sering memberikan makanan tambahan

yang diberikan kepada bayi seperti cairan lain, seperti:

susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih

8. Apakah ibu sering memberikan susu formula pada bayi

saat berusia < 6 bulan

9. Apakah saat ibu sibuk bekerja, ibu memberikan MP –

ASI pada bayi saat usia < 6 bulan

10. Apakah saat malam hari ibu lebih sering memberikan

susu formula pada bayi ibu dibandingkan dengan ASI

Page 58: LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI …

Lampiran 6

NO PERNYATAAN Ya Tidak

1 2

1. Kajadian ISPA pada bayi usia 0 - 6 bulan

Apakah bayi ibu saat berusia antara 0 – 6 bulan pernah

terkena ISPA

2. Apakah bayi ibu pernah mengalami batuk, pilek

3. Apakah bayi ibu megalami batuk, pilek disertai dengan

sesak napas

4. Apakah saat mendapatkan ASI eksklusif anak ibu

pernah terkena ISPA

5. Apakah anak ibu sering megalami batuk, pilek disertai

dengan sesak napas saat berusia di bawah 6 bulan