laporan fisiologi tumbuhan "hormon aia"

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Tumbuhan tumbuh dari kecil menjadi besar dan berkembang dari satu sel zigot menjadi embrio kemudian menjadi satu individu yang mempunyai akar, batang dan daun. Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible yaitu tidak dapat balik kebentuk semula. Perkembangan adalah suatu proses menuju keadaan yang lebih dewasa.pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara faktor dalam dan faktor luar. Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak lepas dari pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon. Hormon dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, tetapi akan merusak jika ada dalam mumlah yang banyak. Konsentrasi hormon yang amat rendah pada tumbuhan maka hormon pertama yang ditemukan yaitu asam indolasetat baru dapat diketahui. Hormon dapat menyebabkan begitu banyak respon, bila diberikan dari luar kepada tumbuhan, maka oleh banyak orang hormon itu dianggap sebagai satu-satunya hormon tumbuh. Pertumbuhan tidak pernah lepas dari peranan hormon yang berfungsi mempercepat pertubuhan dan memperlambat 1

Upload: nia-azimuth

Post on 30-Jun-2015

1.186 views

Category:

Data & Analytics


2 download

DESCRIPTION

Laporan hasil praktikum fisiologi tumbuhan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Tumbuhan tumbuh

dari kecil menjadi besar dan berkembang dari satu sel zigot menjadi embrio

kemudian menjadi satu individu yang mempunyai akar, batang dan daun.

Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah

sel secara irreversible yaitu tidak dapat balik kebentuk semula. Perkembangan

adalah suatu proses menuju keadaan yang lebih dewasa.pertumbuhan dan

perkembangan merupakan hasil interaksi antara faktor dalam dan faktor luar.

Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak lepas

dari pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon. Hormon

dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, tetapi akan merusak jika ada dalam

mumlah yang banyak. Konsentrasi hormon yang amat rendah pada tumbuhan

maka hormon pertama yang ditemukan yaitu asam indolasetat baru dapat

diketahui. Hormon dapat menyebabkan begitu banyak respon, bila diberikan dari

luar kepada tumbuhan, maka oleh banyak orang hormon itu dianggap sebagai

satu-satunya hormon tumbuh.

Pertumbuhan tidak pernah lepas dari peranan hormon yang berfungsi

mempercepat pertubuhan dan memperlambat atau menghambat kerja hormon

yang lain. Respon pada organ sasaran tidak perlu bersifat memacu, karena proses

seperti pertumbuhan atau differensiasi kadang mlahan terhambat oleh hormon,

terutama oleh asam absisat. Karena hormon harus disintesis oleh tumbuhan, maka

ion anorganik seperti K+ atau CA2+ yang dapat juga menimbulkan respon

penting, dikatakan bukan hormon. Zat pengatur tumbuh organik (misalnya 2,4 D,

sejenis auksin) atau yang disintesis organisme selain tumbuhan, juga bukan

hormon. Batasan tersebut menyatakan bahwa hormon harus dapat dipindahkan di

dalam tubuh tumbuhan.

1

Page 2: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu koordinasi dari banyak

peristiwa dengan tahap yang berbeda, yaitu dari tahap biofisika dan biokimia ke

tahap organisme dan menghasilkan suatu orgaisme yang utuh dan lengkap. Faktor

dalam adalah faktor yang terdapat didalam tubuh organisme misalnya gen dan

hormon yang disintesis tumbuhan itu sendiri. Faktor luar meliputi air, suhu,

cahaya, nutrien, kelembaban, oksigen dan hormon tumbuh sintetik. Salah satu

faktor luar yang mempengaruhi pemanjangan jaringan adalah hormon Auksin.

Hormon ini biasanya berupa hormon auksin alami dan sintetik. Hormon auksin

sintetik bisa berupa AIA, NAA, 2,4 D dan lain-lain.

Saat ini makin banyak hormon yang telah diketahui efek serta konsentrasi

endogennya, maka akan diketahui beberapa hal antara lain, setiap hormon

mempengaruhi respon pada banyak bagian tumbuhan dan respon itu bergantung

pada spesies, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi

antar hormon yang diketahui, dan berbagai faktor lingkungan. Oleh karena itu,

efek hormon tidak selalu berlaku umum pada proses pertumbuhan dan

perkembangan suatu organ atau jaringan tumbuhan tertentu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah sebagai

berikut :

Bagaimana pengaruh hormon AIA, 2.4 D dan NAA 1 ppm terhadap pemanjangan

jaringan akar dan batang jagung ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan praktikum ini adalah :

Mengetahui pengaruh hormon AIA, 2.4 D dan NAA 1 ppm terhadap pemanjangan

jaringan akar dan batang jagung.

D. Manfaat

Mengetahui jenis hormon yang paling efektif untuk mempercepat pertumbuhan

tanaman khususnya yang merangsang pemanjangan jaringan.

2

Page 3: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

BAB II

KAJIAN TEORI

Pertumbuhan suatu tubuh tumbuhan sangat erat kaitannya dengan

pertumbuhan atau aktivitas bagian lainnya. Di duga hubungan itu terjadi karena

adanya suatu senyawa kimia tertentu yang bergerak dari suatu bagian ke bagian

lainnya. Senyawa kimia pada tumbuhan tersebut salah satunya adalah hormon.

Hormon berasal dari kata Yunani hormaein yang berarti menggerakkan, dari

pengertian hormon tersebut dapat dijabarkan bahwa hormon tumbuhan adalah

suatu senyawa organik yang disintesis dalam satu bagian tumbuhan dan diangkut

kebagian lain dalam konsentrasi yang sangat rendah dn melibatkan respon

fisiologi.

Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak lepas

dari pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon. Penggunaan

istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan,

sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat

sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi

beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh

individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari

luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem

individu). Para ilmuwan sendiri lebih sering menggunakan istilah zat pengatur

tumbuh atau plant growth regulator.

Fungsi hormon pada tumbuhan yaitu sebagai koordinator pertumbuhan dan

perkembangan. Hormon yang dimaksud adalah auksin, giberelin, sitokinin,

absisin, dan etilen. Tergantung pad system yng dipengaruhi, hormon dapat

berfungsi sendiri atau lebih sering dalam keseimbangan antar hormon itu.

Pemberin hormon dapat berakibat terhadap berbagai macam pertumbuhan yang

tidak berkaitan, diduga hormon dari luar akan mengganggu keseimbngan hormon

di dalam tubuh. Konsentrasi masing-masing hormon akan menentukan tanggapan

pertumbuhan yang terjadi. Hormon biasanya hanya efektif pada konsentrasi

internal sekitar 1 µM atau kurang. Hormon yang diproduksi oleh tumbuhan sering

mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan

3

Page 4: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

zat pengatur tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara

sistemik atau sinyal jarak jauh.

Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan

berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya

hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,

sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi.

Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses

adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini

telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai

macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami.

Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan

hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman

terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan

meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji),

atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk

penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman. Hormon–hormon tersebut

antara lain auksin, giberelin, sitokinin dan asam abisat.

1. Auksin

Istilah auksin ( dari bahasa Yunani auxien, “meningkatkan” ) pertama kali

digunakan oleh Frits Went,seorang mahasiswa pascasarjana di negeri Belanda

pada tahun 1926 yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat

diketahui mungkin menyebabkan pembengkokan ini, yang disebut

fototropisme. Senyawa yang ditemukan Went didapati cukup banyak di ujung

koleoptil dan menunjukkan upaya Went untuk menjelaskan hal tersebut. Hal

penting yang ingin diperlihatkan bahwa bahan tersebut berdifusi dari ujung

koleoptil menuju ptongan kecil agar. Aktivitas auksin dilacak melalui

pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi

yang ditempeli potongan agar.

Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat

(IAA) dan beberapa ahli fifiologi masih menyamakan IAA dengan auksin.

4

Page 5: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

Namun, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang srukturnya mirip

dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga

senyawa tersebut dapat dianggap sebagai hormon auksin. Salah satunya adalah

asam 4-kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang ditemukan pada biji muda

berbagai jenis kacang-kacangan. Yang lainnya asam fenilasetat (PAA) ditemui

pada banyak jenis tumbuhan dan sering lebih banyak jumlahnya daripada

IAA, walaupun kurang aktif dalam menimbulkan respon khas IAA (Wightman

dan Lighty, 1982; Leuba dan Le Torneau, 1990). Yang ketiga asam indo

butirat (IBA) yang ditemukan belakangan semula diduga hanya merupakan

auksin tiruan yang aktif namun ternyata ditemukan daun jagung dan berbagai

jenis tumbuhan dikotil sehingga barangkali zat tersebut tersebar luas pada

dunia tumbuhan.

Secara kimia, IAA mirip dengan asam amino triptofan dan barangkali

memang disintesis dari triptofan. Ada dua mekanisme sintesis yang dikenal

dan keduanya meliputi pengusiran gugus asam amino dan gugus karboksil –

akhir dari cincin samping triptofan. Ada dua proses lain untuk menyingkirkan

IAA yang bersifat merusak. Yang pertama meliputi oksidasi dengan O2 dan

hilangnya gugus karboksil sebagai CO2. hasilnya bermacam-macam tapi

biasanya yang utama adalah 3-metilenoksindol. Enzim yang mengkatalisis

reaksi ini adalah IAA oksidase. Terdapat beberapa isozim bagi IAA oksidase,

dan semuanya atau hampir semuanya sama dengan peroksidase yang berperan

dalam lignin.

5

Gambar 1. Struktur kimia Asam Indol Asetat (IAA)

Gambar 2. Pengaruh Hormon Auksin

Page 6: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

Selain IAA (asam indol-3-asetat) terdapat pula beberapa jenis auksin yang

telah diidentifikasi yaitu Asam Naftalenasetat (NAA), asam indobultirat

(IBA), asam 2,4 diklorofenioksi asetat (2,4D) dan asam 2 metil 4

klorofenoksiaetat (MCPA).

Gambar.3 Stuktur Kimia Turunan Auksin

2. Giberelin

Giberelin ditemukan pertama kali di jepang saat mempelajari tumbuhan

padi yang tumbuh tinggi secara tidak wajar. Saat ini lebih dari 60 jenis

giberelin telah diidentifikasi dari berbagai jamur dan tumbuhan, tetapi tidak

satu pun yang mengandung lebih dari 15 macam giberelin dalam satu individu,

bahkan beberapa spesies hanya mengandung beberapa macam giberelin saja.

Giberelin diasa disingkat GA, untuk membedakan antara giberelin satu dengan

yang lainnya digunakan tanda GA1, GA2, GA3 dan seterusnya. Diantara

semua jenis hormongiberelin yang ditemukan, hormongiberelin GA3

merupakan yang paling banyak digunkana dibandingkan hormongiberelin

yang lain.

3. Sitokinin

Sitokinin yang paling banyak dideteksi dan secara fisiologi paling aktif

pada berbagai tumbuhan yaitu zeatin, dihidrozeati dan isopentenil adenine.

Zeatin ribose merupakan sitokinin yang paling banyak dijumpai pada

tumbuhan. Sitokinin jugan dijumpai pada lumut, diatomae, ganggang coklat

dan ganggang merah.Fungsi utama sitokinin adalah merangsang pembelahan

sel.

4. Asam Absisat

6

Page 7: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

Ketika auksin,sitokinin dann giberelin merangsang pertumbuhan, asam

absisat justru memiliki fugsi menghambat. Hal ini sangat menguntungkan jika

sebuah tumbuhan mengahadapi lingkungan yang tidak mendukung. Sebagai

contoh adalah asam absisat yang dihasilkan oleh tunas terminal akan

menmbentuk primordial daun untuk berkembang menjadi sisik yang

melindungi tunas selama musim dingin. Selain itu asam absisat juga

menghambat perkembangan kambium.

Pada perkecambahan, asam absisat bekerja secara antagonis dengan

giberelin. Suatu biji tidak akan berkecamabh jika konsentrasi asam absisat

lebih besar dari konsentrasi giberelin atau dalam beberapa kasus seperti pada

tumbuhan gurun, biji baru berkecambah setelah asam absisat pada biji

dilarutkan oleh air hujan. Juga terdapat beberapa tumbuhan yang memerlukan

stimulus berupa cahaya untuk memicu perombakan asam absisat. Namun rasio

konsentrasi asam absisat-giberelin lah yang memiliki pengaruh paling besar.

5. Etilen

Berbeda dengan hormone lain, etilen berbentuk gas. Etilen memiliki

pengaruh seperti penuaan pada tumbuhan, pematangan buah,dan penguguran

daun. Produksi etilen sangat dipengaruhi oleh konsentrasi auksin.

Pengaplikasian gas etilen yang paling umum adalah proses “pengeraman”

buah agar segera matang. Sebagai contoh jika seseorang meletakan buah apel

yang matang bersama dengan beberapa buah apel muda di tempat tertutup,

maka buah apel muda akan lebih cepat menjadi matang jika dibandingkan

dengan jika buah apel muda diletakkan begitu saja di tempat terbuka. Hal ini

terjadi karena gas etilen yang dihasilkan buah apel tua terakumulasi dan

memengaruhi buah yang lain.

Penggunaan hormon atau zat tumbuh untuk mengatur pertumbuhan telah

dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Seperti menghambat pertunasan pada

umbi-umbian, memacu pertumbuhan akar pada proses setek, memepertahankan

buah agar tidak lekas gugur atau masak dengan menggunakan hormonauksin serta

memperbanyak tumbuhan dengan teknik kultur jaringan dengan menggunakan

kombinasi hormon auksin dan sitokinin pada medium penumbuhan.

7

Page 8: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang kami gunakan adalah eksperimen karena kami menggunakan

suatu pembanding dan beberapa variabel diantaranya variabel kontrol, variabel

manipulasi, dan variabel respon.

B. Variabel Penelitian

Variabel kontrol:

- Jenis kecambah

- Umur kecambah

- Ukuran panjang jaringan yang direndam baik koleoptil maupun akar,

- Volume larutan AIA, larutan 2,4 D, larutan NAA, dan aquades,

- Jumlah potongan jaringan koleoptil dan akar yan direndam,

- Waktu perendaman

- Media penyimpanan.

Variabel manipulasi : jenis larutan dan jenis jaringan yang direndam.

Variabel respon : pertambahan panjang jaringan yang direndam dn rata-rata

pertambahan panjang.

C. Alat dan Bahan

Alat: - Cawan Petri

- Silet tajam

- Penggaris

Bahan:

- Kecambah jagung umur 5 hari. Dibuat potongan koleoptil dan akar primer dengan

panjang 5 mm diukur pada jarak 2 mm dari kotiledon.

- Larutan AIA, larutan 2,4 D dan larutan NAA 1 ppm

8

Page 9: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

D. Langkah Kerja

1). Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2). Menyediakan potongan koleoptil dan akar primer unrtuk tiap-tiap perlakuan

sebanyak 5 potong.

3). Mengisi cawan Petri dengan larutan AIA 1 ppm sebanyak 10 ml, kemudian

merendam potongan jaringan tersebut (akar dan batang), melakukan hal yang sama

untuk larutan 2,4 D, larutan NAA 1 ppm dan air suling. Menutup cawan Petri dan

membiarkan selama 48 jam.

4). Melakukan pengukuran kembali terhadap potongan akar dan batang jagung.

E. Rancangan Percobaan

9

Kecambah jagung

berumur 5 hari

Memotong radikula dan koleoptil

sepanjang 5 mm,. Radikula dipotong

dari jarak 2mm terhadap kotiledon

Mengisi cawan Petri dengan 10 ml larutan AIA, NAA, 2,4 D dan air suling/akuades

10 ml AIA+5 potong radikula

10 ml AIA+5 potong koleoptil

Ukur kembali panjang radikula dan koleoptil setelah 48 jam

10 ml NAA+5 potong radikula

10 ml NAA+5 potong koleoptil

10 ml 2,4D+5 potong radikula

10 ml 2,4D+5 potong koleoptil

10 ml Akuades+5 potong radikula

10 ml Akuades+5 potong koleoptil

Page 10: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel. Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan Radikula dan Koleoptil Jagung

10

Jaringan

Perlakuan

AIA NAA 2,4 D Akuades

Po(mm) P1(mm) Po(mm) P1(mm) Po(mm) P1(mm) Po(mm) P1(mm)

Koleoptil

5 6 5 6 5 6 5 5

5 6 5 5 5 5 5 6

5 6 5 6 5 5 5 5

5 6 5 7 5 6 5 5

5 5 5 7 5 6 5 6

∆P(mm) 0,8 1,2 0,6 0,4

Radikula

5 7 5 5 5 6 5 5

5 6 5 6 5 6 5 6

5 7 5 7 5 6 5 5

5 6 5 5 5 5 5 6

5 6 5 6 5 6 5 6

∆P(mm) 1,4 1,0 0,8 0,6

Page 11: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

AIA NAA 2,4 D AKUADES0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

KOLEOPTIL

RADIKULA

Hormon yang Diberikan

Per

tam

bah

an P

anja

ng(

mm

)

Histogram. Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Koleoptil dan Radikula

Jagumg

Analisa Data

Berdasarkan data hasil pengamatan dan histogram diatas maka dapat diketahui

bahwa hormon mempengaruhi pemanjangan jaringan koleoptil dan radikula pada

kecambah jagung. Penambahan hormon (IAA/AIA, NAA, 2,4 D) dan aquades

sebagai kontrol menyebabkan pemanjangan baik pada jaringan batang maupun

jaringan akar kecambah jagung.

Pada potongan koleoptil jagung setelah diberi perlakuan dengan hormon (IAA,

2,4D, NAA dan aquades) semua potongan koleoptil mengalami pemanjangan.

Koleoptil yang semula panjangnya 5 mm setelah direndam hormon AIA selama

48 jam rata-rata pertambahan panjangnya 0,8 mm. Koleoptil jagung yang

direndam hormon NAA selama 48 jam rata-rata pertambahan panjangnya 1,2 mm.

Koleoptil jagung yang direndam hormon 2,4 D selama 48 jam rata-rata

pertambahan panjangnya 0,6 mm. Sedangkan koleoptil jagung setelah direndam

dengan aquades selama 48 jam rata-rata pertambahan panjangnya adalah 0,4 mm.

Pada potongan akar atau radikula yang direndam dalam larutan hormon juga

mengalami pemanjangan dengan panjang yang berbeda-beda. Pada radikula

dengan panjang mula-mula 5 mm setelah direndam hormon AIA selama 48 jam,

rata-rata pertambahan panjangnya 1,4 mm. Rata-rata pertambahan panjang

radikula jagung setelah direndam dalam hormon NAA selama 48 jam panjangnya

Page 12: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

1,0 mm. Radikula yang direndam direndam hormon 2,4 D selama 48 jam rata-rata

pertambahan panjangnya 0,8 mm dan radikula jagung yang direndam dengan

aquades selama 48 jam rata-rata pertambahan panjangnya 0,6 mm.

Dari data diatas maka dapat diketahui pertambahan panjang setelah direndam

hormon IAA, NAA, 2,4 D dan aquades pada radikula maupun koleoptil bertambah

panjang. Dengan hormon IAA yang mengakibatkan radikula paling besar

pertambahan panjangnya sedangkan yang mengakibatkan koleoptil paling tinggi

pertambahan panjangnya yaitu hormon NAA.

B. Pembahasan

Dari data dan analisis diatas maka dapat diketahui bahwa terjadi pemanjangan

pada potongan jaringan yang direndam dalam larutan hormon IAA, NAA, 2,4 D

dan aquades sebagai variabel kontrol. Hal ini dikarenakan hormone auksin dapat

memacu pembentangan akar dan batang karena auksin mampu mengendurkan

dinding sel epidermis sehingga dinding epidermis yang sudah kendur menjadi

mengembang kemudian sel epidermis ini membentang dengan cepat dan

pembentangan ini menyebabkan sel sub epidermis yang menempel padanya juga

ikut mengembang.

Koleoptil jagung yang direndam dalam AIA menunjukkan pemanjangan

jaringan yang lebih sedikit daripada NAA, ini dikarenakan AIA merupakan

hormon auksin alami yang mempunyai struktur sama dengan AIA oksidase yang

terdapat pada koleoptil. Sedangkan pertambahan panjang jaringan yang paling

besar adalah pada saat direndam dalam NAA. Hal ini disebabkan karena NAA

merupakan senyawa sintesis yang strukturnya mirip auksin. Auksin sendiri banyak

diproduksi tumbuhan di koleoptil. Pada koleoptil terdapat AIA oksidase dan

enzim-enzim lain. Jadi saat direndam dalam NAA, AIA oksidase ini tidak dapat

merusak NAA karena strukturnya sedikit berbeda dengan AIA atau auksin alami.

Sehingga NAA akan merangsang pemanjangan koleoptil kecambah jagung.

Sedangkan koleoptil yang direndam dalam 2,4 D menunjukkan pemanjangan

jaringan lebih sedikit daripada NAA dan AIA. Karena 2,4 D merupakan zat

pengatur tumbuh, tetapi strukturnya berbeda dari auksin alami. Sehingga AIA

oksidase tidak dapat merusak 2,4 D. Koleoptil yang direndam aquades

menunjukkan pertambahan panjang rata-rata jaringan. Pertambahan rata-rata

jaringan disebabkan terjadinya proses osmosis. Proses osmosis terjadi karena PO

12

Page 13: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

dan PA aquades lebih tinggi daripada PO dan PA jaringan sehingga air berpindah

kedalam jaringan.

Radikula yang direndam dalam NAA dan 2,4 D menunjukkan pemanjangan

jaringan lebih sedikit daripada AIA, karena NAA dan 2,4 D merupakan senyawa

sintesis auksin yang menunjukkan struktur sedikit berbeda dengan auksin alami.

Pada radikula tidak ada AIA oksidase sehingga NAA dan 2,4 D tidak rusak.

Sedangkan pemanjangan jaringan yang paling besar adalah saat direndam dalam

AIA. Hal ini disebabkan karena AIA merupakan auksin alami. Auksin banyak

diproduksi tumbuhan di koleoptil. Saat radikula direndam dalam AIA tidak ada

AIA oksidase yang dapat merusak AIA. Sehingga AIA akan merangsang

pemanjangan radikula kecambah jagung. pada perendaman radikula dengan

aquades juga menunjukkan pertambahan rata-rata jaringan. Tetapi pertambahan

panjangnya disebabakan terjadinya osmosis. Proses osmosis tersebut terjadinya

karena PO dan PO aquades lebih tinggi dibanding PA dan PO jaringan sehingga

air berpindah kedalam jaringan.

C. Diskusi

Beberapa jenis hormon tumbuh antara lain AIA, NAA, 2,4 D sebagai zat

pengatur tumbuh yang secara keseluruhan termasuk hormon auksin sintetis yang

tidak disintesis oleh tumbuhan itu sendiri. Hormon-hormon sintetis ini menunjang

pertumbuhan tanaman dengan didukung pula oleh hormon alami yang sudah

diproduksi oleh tumbuhan itu sendiri misalnya auksin pada ujung akar dan ujung

batang. Hormon AIA, NAA, 2,4 D bersama auksin mampu mengatur pembesaran

sel dan memacu pemanjangan dan pembesaran sel di daerah belakang meristem

ujung dan merangsang perkembangan akar lateral. Auksin bersama dengan ketiga

hormon itu berdifusi secara maksimal pada ujung koleoptil dan ujung akar. Jadi,

pengaruh dari berbagai hormon tumbuh seperti AIA, 2,4 D, dan NAA sama yaitu

berpengaruh untuk mengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel di

daerah belakang meristem ujung dan merangsang perkembangan akar lateral.

Setiap hormon yang digunakan memiliki pengaruh yang hampir sama terhadap

pemanjangan jaringan radikula dan koleoptil jagung meskipun terdapat beberapa

perbedaan. Hormon tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

yaitu IAA dan senyawa sintesis lainnya yang serupa dengan IAA yaitu NAA, 2,4

D dan senyawa sintesis lainnya. Hormon tersebut mempunyai sruktur kimia yang

sama dengan sruktur kimia auksin. Hormon auksin berperan dalam pertambahan

13

Page 14: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi, percabangan akar, perkembangan

buah, dominasi apikal, fototropisme dan geotropisnme. Sitokinin berfungsi

mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong perkecambahan,

menunda penuaan mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum.

14

Page 15: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil percobaan diatas, maka dapat ditarik simpulan bahwa

pemberian hormon AIA, NAA dan 2,4D mempengaruhi pertambahan panjang

jaringan batang dan akar(koleoptil dan radikula) pada tumbuhan jagung. Pengaruh

hormon tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pada koleoptil, NAA menyebabkan pemanjangan jaringan yang paling besar

dibanding AIA dan 2,4 D, karena sebagian AIA dirusak oleh AIA-oksidase yang

terdapat pada koleoptil.

2. Pada radikula, AIA menyebabkan pemanjangan jaringan yang paling besar

dibanding NAA dan 2,4 D, karena tidak ada AIA-oksidase pada radikula yang

merusak AIA.

B. Saran

Pemotongan jaringan koleoptil dan radikula harus sama ukurannya agar diperoleh

hasil percobaan yang sesuai dengan teori. Kecambah yang digunakan harus

diperhitungkan umurnya agar tidak mempengaruhi hasil percobaan. Untuk penelitian

lebih lanjut dapat dilakukan uji langsung pada tanaman tentang pengaruh hormon

auksin dan turunannya seperti NAA dan 2,4 D.

15

Page 16: Laporan Fisiologi Tumbuhan "Hormon AIA"

DAFTAR PUSTAKA

Kimbal, Jhon W. 1983. Biologi Jilid 2 Edisi kelima. Bogor : Erlangga

Lovelles, A. R. 1999. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta:

PT. Gramedia Indonesia.

Sallisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.

Rahayu, Yuni Sri; Yuliani dan Lukas S Budipramana. 2011. Petunjuk Praktikum

Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fistum-Biologi-Unesa.

Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:

ITB Press.

16