laporan fisika tumbukan

23
1 LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Tumbukan Asisten Dosen : Enggar Wibowo Nama : Jennica Fidelia Nim : 1401010031 Rekan Kerja : Jeremiah Irwan Jessica Afianto Waktu Praktikum : Selasa, 23 Septermber 2014 Nutrition and Food Technology Study Program Faculty of Life Science Surya University 2014

Upload: jennfdl

Post on 21-Nov-2015

137 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Laporan Fisika Tumbukan

TRANSCRIPT

  • 1

    LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

    Tumbukan

    Asisten Dosen : Enggar Wibowo

    Nama : Jennica Fidelia

    Nim : 1401010031

    Rekan Kerja : Jeremiah Irwan

    Jessica Afianto

    Waktu Praktikum : Selasa, 23 Septermber 2014

    Nutrition and Food Technology Study Program

    Faculty of Life Science

    Surya University

    2014

  • 2

    I. Tujuan Praktikum

    Tujuan utama dari praktikum ini adalah agar dapat memahami

    hukum kekekalan momentum dan mengaitkannya dengan hukum Newton

    ke-2 dan ke-3, serta dapat membedakan tumbukan elastik dan tumbukan

    inelastik.

    II. Pendahuluan

    A. Prinsip Praktikum

    Momentum atau biasa ditulis dengan lambang P dapat

    didefinisikan sebagai suati hasil kali antara massa (m) dengan

    kecepatan (v). Atau dapat ditulis sebagi berikut :

    =

    Dikarenakan kecepatan adalah besaran vektor, maka momentum

    dapat dinyatakan dalam bentuk vektor juga. Satuan dari

    momentum adalah kgm/s2 . Dari rumus diatas, dapat disimpulkan

    bahwa semakin besar massa dan kecepatan benda maka besar

    momentumnya juga semakin besar.

    Pada gambar diatas, tumbukan yang terjadi antara benda 1 dan

    benda 2 sama besar, karena sama-sama bergerak dengan kecepatan

    tertentu dan dengan massa tertentu, maka ketika kedua benda

    tersebut bertumbukan, masing-masing benda memberikan gaya ke

    benda lain sehingga besar momentumnya dapat diketahui.

    M2 M1

  • 3

    Besarnya momentum yang bekerja pada saat tumbukan dapat

    diketahui melalui persamaan :

    =

    1. 1 + 2. 2 = 1. 1 + 2. 2

    Berdasarkan persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa

    momentum bersifat kekal, karena momentum sebelum tumbukan

    sama besar dengan momentum setelah tumbukan. Hal ini dapat

    terjadi apabila tidak ada gaya luar yang mempengaruhi.

    Dari persamaan diatas, dapat juga dicari kecepatan masing-masing

    benda sebelum dn sesudah tumbukan, sehingga kita dapat mencari

    besarnya koefisien restitusi (e). Berdasarkan besarnya koefisien

    restitusi, tumbukan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu tumbukan

    lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian dan tumbukan tidak

    lenting sama sekali.

    1. Tumbukan Lenting Sempurna ( e = 1)

    Tumbukan lenting sempurna atau perfectly elastic

    collison adalah tumbukan dimana gaya yang bekerja pada

    kedua benda adalah gaya konservatif, sehingga besar energi

    kinetik sebelum dan sesudah tumbukan besarnya sama.

    Sebelum tumbukan :

    Setelah tumbukan :

    M2 M1

    V1 V2

    M2 M1

    V2 V1

  • 4

    Hukum Kekekalan Momentum :

    1. 1 + 2. 2 = 1. 1 + 2. 2

    Pada tumbukan lenting sempurna, terjadi kekekalan energi kinetik,

    yang dapat dibuktikan dengan persamaan dibawah ini :

    1. 1 + 2. 2 = 1. 1 + 2. 2

    1. 1 1. 1 = 2. 2 2. 2

    1(1 1) = 2(2 2)

    Kemudian dari persamaan diturunkan menjadi hukum kekekalan

    energi kinetik, yaitu :

    1 + 2 = 1 + 2

    1

    21

    2 +1

    22

    2 =1

    21

    2 +1

    22

    2

    1(12 1

    2) = 2(22 2

    2)

    1(1 1)(1 + 1

    ) = 2(22)(2

    +2)

    2 1

    = (2 1)

    =

    Dimana :

    = kecepatan relatif benda 2 dilihat oleh benda 1 sesaat sebelum

    tumbukan

    = kecepatan relatif benda 2 dilihat oleh benda 1 sesaat setelah

    tumbukan

    2. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali (e = 0 )

    Tumbukan tidak lenting sama sekali atau perfectly inelastic

    collision adalah tumbukan dimana setelah terjadi tumbukan,

    kedia benda akan menempel menjadi satu dan mempunya

    kecepatan yang sama.

  • 5

    Sebelum tumbukan :

    Setelah tumbukan :

    Pada tumbukan tidak lenting sama sekalim berlaku hukum

    kekekalan momentum sebagai berikut :

    1. 1 + 2. 2 = (1 + 2)

    Pada tumbukan tidak lenting sama sekali tidak berlaku hukum kekekalan

    energi kinetik, sehingga da energi kinetik yang hilang selama proses

    tumbukan. Besarnya energi kinetik yang hilang, dapat dihitung dengan

    cara :

    =

    % =

    100%

    3. Tumbukan Lenting Sebagian ( 0 < e < 1 )

    Tumbukan lenting sebagian adalah tumbukan dimana

    nilai koefisien restitusinya berada diantara lebih 0 sampai

    dengan lebih kecil dari 1. Untuk mengukur koefisien restitusi

    dapat digunakan rumus :

    =

    =

    (2 1

    )

    2 1

    M2 M1

    V1 V2

    M2 M1

    V

  • 6

    Semakin mendekati nilai 0, maka tumbukan semakin tidak

    lenting, sedangkan semakin mendekati nilai 1, maka tumbukan

    semakin lenting.

    B. Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagi

    berikut :

    - 1 unit alat Linear Air track Experiment yang terdiri dari

    :

    Lintasan Air track

    2 buah kereta air track

    Magnet

    2 buah pegas

    2 buah velcro

    Alat penyangga tambahan

    Karet gelang

    Beban tambahan

    - Air Blower

    - Neraca Lengan O Hauss

    - Photodioda dan kabel-kabelnya

    - Time counter atau Penghitung Waktu

    - Jangka Sorong

    C. Prosedur Kerja

    1. Percobaan 1

    a. Tumbukan Elastik

    1) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu

    mengecek kelengkapan alat dan bahan.

  • 7

    2) Mempersiapkan air track sesuai dengan petunjuk

    pembimbing, lalu menyalakan blower dan time counter.

    3) Memasang penghalang cahaya pada bagian atas masing-

    masing kereta menggunakan sekrup yang tersedia.

    4) Memasang pegas pada kedua kereta dengan menggunakan

    sekrup lalu menimbang massa kereta menggunakan

    neraca lengan o hauss.

    5) Meletakan salah satu kereta ditengah-tengah lintasan air

    track dan menamai kereta sebagai kereta II.

    6) Meletakan kereta yang lain ( kereta I ) diujung lintasan ,

    lalu memantulkan kereta ke karet gelang terlebih dahulu.

    7) Mencatat waktu yang ditunjukkan oleh time counter dan

    memasukkan data kedalam tabel.

    8) Mengulangi langkah 5-7 sebanyak 4 kali.

    b. Tumbukan Inelastik

    1) Mengganti pegas pada kedua kereta dengan velcro yang

    tersedia lalu mengencangkannya dengan sekrup.

    2) Menimbang massa kereta menggunakan neraca lengan o

    hauss.

    3) Meletakan keretaa II ditengah-tengah lintasan air track,

    lalu meletakkan kereta I di ujung lintasan air track

    4) Memantulkan kereta I ke karet gelang, lalu mencatat hasil

    dari time counter

    5) Mengulangi langkah 3 dan 4 sebanyak 4 kali

    2. Percobaan 2

    a. Tumbukan Elastik

    1) Mengganti velcro pada kedua kereta dengan pegas, lalu

    mengencangkannya dengan sekrup.

  • 8

    2) Menambahkan beban tambahan pada kereta I, lalu

    menimbang massa kereta dengan menggunakan neraca

    lengan o hauss.

    3) Meletakan kereta II ditengah-tengah lintasan air track,

    lalu meletakkan kereta I pada ujung lintasan air track.

    4) Memantulkan kereta I ke karet gelang, lalu mencatat hasil

    pada time counter dan memasukkan data kedalam tabel.

    5) Mengulangi langkah 2-4 sebanyak 4 kali dengan

    menambahkan jumlah beban dan mengganti posisi beban

    ditambahkan.

    b. Tumbukan Inelastik

    1) Mengganti pegas pada kedua kereta menggunakan velcro

    lalu mengencangkan velcro dengan sekrup.

    2) Menambahkan beban ke kereta I lalu menimbang massa

    kereta menggunakn eraca lengan o hauss.

    3) Meletakan kereta II pada bagian tengah lintasan, lalu

    meletakkan kereta I pada bagian ujung lintasan.

    4) Memnatulkan kereta I ke karet gelang, lalu mencatat hasil

    yang ditunjukkan oleh time counter.

    5) Mengulangi langkah 2-4 sebanyak 4 kali menggunakan

    beban yang bervariasi dan menukar posisi beban pada

    kereta II.

    3. Percobaan 3

    1) Mengganti sekrup pada kedua kereta menggunakan sekrup

    yang lebih panjang, lalu menambahkan magnet pada

    kedua kereta.

    2) Menimbang massa kereta menggunakan neraca lengan o

    hauss.

  • 9

    3) Meletakkan kereta II pada bagian tengah lintasan air

    track, lalu meletakkan kereta I pada bagian ujung lintasan

    dengan posisi kutub magnet yang sama menghadap kutub

    magnet pada kereta II.

    4) Memantulkan kereta I ke karet gelang lalu mancatat waktu

    yang terlihat pada time counter dan memasukkannya

    kedalam tabel.

    5) Mengulangi langkah 3 dan 4 sebanyak 4 kali

    4. Percobaan 4

    1) Mengukur tinggi penyangga tambahan dengan

    menggunakan jangka sorong.

    2) Meletakan salah satu kereta pada bagian akhir lintasan,

    lalu meletakkan kereta lain dekat kereta pertama dengan

    posisi kutub magnet yang sama.

    3) Menandai jarak terdekat antar kereta, lalu menghitung

    jarak terdekatnya, dan mencatat hasilnya pada tabel.

    4) Mengulangi langkah 1-3 sebanyak 4 kali dengan

    menambahkan penyangga tambahan secara bertahap.

    5. Percobaan 5

    1) Meletakkan salah satu kereta pada ujung lintasan, lalu

    menandai satu titik pada lintasan sebagai titik lepas.

    2) Menambahkan penyangga tambahan pada penyangga

    llintasan air track.

    3) Melepaskan kereta lain dari titik lepas, lalu menandai titik

    terdekat antar kereta sebelum kereta kembali terdorong

    oleh gaya magnet.

    4) Menghitung jarak terdekat antar kereta lalu memasukan

    data pada tabel.

  • 10

    5) Mengulangi langkah 1-3 sebanyak 4 kali dengan

    menambahkan penyangga tambahan secara bertahap.

    III. Data Pengamatan

    Berikut adalah tabel hasil percobaan :

    1. Percobaan 1

    a. Percobaan 1a

    b. Percobaan 1b

    Massa Kereta= 0,1108

    No. Waktu ( sekon ) Kecepatan ( m/s ) Momentum

    Energi Kinetik

    (joule) Koe.

    Restitusi

    Ek.

    Relatif P Relatif

    t1 t1 ' t2 V1 V2 V1 ' V2 ' P P ' Ek 1 Ek 2

    1 0,01613 0 0,01657 0,6200 0 0 0,6035 0,06869 0,06687 0,02129 0,02018 0,9734 5,530% 2,728%

    2 0,01859 0 0,01913 0,5379 0 0 0,5227 0,05960 0,05792 0,01603 0,01514 0,9717 5,894% 2,905%

    3 0,01754 0 0,01801 0,5701 0 0 0,5552 0,06317 0,06152 0,01801 0,01708 0,9739 5,431% 2,680%

    4 0,01261 0 0,01317 0,7930 0 0 0,7593 0,08787 0,08413 0,03484 0,03194 0,9574 9,079% 4,441%

    5 0,01382 0 0,01446 0,7236 0 0 0,6916 0,08017 0,07663 0,02901 0,02650 0,9557 9,476% 4,631%

    Rata-rata = 0,96647 7,082% 3,477%

    Standart Deviasi = 0,009055 0,02016 0,009728

    Massa Kereta =0,1119

    No. Waktu ( sekon )

    Kecepatan ( m/s ) Momentum

    Energi Kinetik

    (joule) Koe.

    Restitusi

    Ek.

    Relatif P Relatif

    t1 t2 t3 V1 V2 V1 ' V2 ' P P ' Ek 1 Ek 2

    1 0,02171 0,04680 0,04748 0,4606 0 0,2106 0,2137 0,05154 0,04748 0,01187 0,00504 0,00674 135,6% 8,550%

    2 0,01619 0,03450 0,03473 0,6177 0 0,2879 0,2900 0,06912 0,06467 0,02135 0,00934 0,00338 128,4% 6,870%

    3 0,01667 0,03880 0,03938 0,5999 0 0,2539 0,2576 0,06713 0,05724 0,02013 0,00732 0,00611 175,0% 17,271%

    4 0,01976 0,04260 0,04318 0,5061 0 0,2316 0,2349 0,05663 0,05220 0,01433 0,00609 0,00656 135,3% 8,484%

    5 0,02286 0,04750 0,04821 0,4374 0 0,2074 0,2105 0,04895 0,04676 0,01071 0,00489 0,00699 119,1% 4,675%

    Rata rata = 0,00595 138,7% 4,675%

    Standart Deviasi = 0,001474 0,2138 0,04795

  • 11

    2. Percobaan 2

    a. Percobaan 2a

    b. Percobaan 2b

    No.

    Massa (kg) Waktu ( sekon ) Kecepatan ( m/s ) Momentum Energi Kinetik

    (joule) Koe.

    Restitusi

    Ek.

    Relatif

    P

    Relatif Kereta

    1

    Kereta

    2 t1 t2 t1 ' V1 V2 V1 ' V2 ' P P ' Ek 1 Ek 2

    1 0,1233 0,1108 0,02042 0,01978 0 0,4897 0 0 0,5056 0,06039 0,05602 0,01479 0,01416 1,032 4,432% 7,811%

    2 0,1359 0,1108 0,01650 0,01523 0,2166 0,6061 0 0,04616 0,6566 0,08236 0,07903 0,02496 0,02403 1,007 3,869% 4,224%

    3 0,1484 0,1108 0,01680 0,01488 0,2054 0,5952 0 0,04868 0,6720 0,08835 0,08169 0,02629 0,02520 1,047 4,351% 8,149%

    4 0,1108 0,1233 0,02586 0,0284 0 0,3867 0 0 0,3521 0,04285 0,04342 0,00828 0,00764 0,9105 8,364% 1,328%

    5 0,1108 0,1484 0,01825 0,02185 0 0,5479 0 0 0,4577 0,06071 0,06793 0,01663 0,01554 0,8352 7,010% 10,62%

    Rata-rata = 0,9665 5,605% 6,427%

    Standart Deviasi = 0,09065 0,01971 0,03651

    No.

    Massa (kg) Waktu ( sekon ) Kecepatan ( m/s ) Momentum Energi Kinetik

    (joule) Koe.

    Restitusi

    Ek.

    Relatif P Relatif

    Kereta

    1

    Kereta

    2 t1 t2 t1 ' V1 V2 V1 ' V2 ' P P ' Ek 1 Ek 2

    1 0,1244 0,1119 0,01534 0,03157 0,03190 0,6518 0 0,3134 0,3168 0,08111 0,07445 0,02644 0,01173 0,005027 125,4% 8,946%

    2 0,137 0,1119 0,01933 0,03816 0,03870 0,5173 0 0,2583 0,2621 0,07087 0,06472 0,01833 0,00842 0,007068 117,8% 9,502%

    3 0,1495 0,1119 0,01798 0,0341 0,03410 0,5561 0 0,2932 0,2933 0,08316 0,07666 0,02313 0,01124 0 105,7% 8,474%

    4 0,1119 0,137 0,01477 0,03839 0,03899 0,6770 0 0,2564 0,2605 0,07576 0,06439 0,02565 0,00833 0,005921 207,9% 17,668%

    5 0,1119 0,1244 0,01677 0,03976 0,04064 0,5963 0 0,2460 0,2515 0,06673 0,05883 0,01989 0,00732 0,009133 171,6% 13,428%

    Rata-rata = 0,00543 145,7% 11,60%

    Standart Deviasi = 0,003402 0,4282 0,03917

  • 12

    3. Percobaan 3

    4. Percobaan 4

    5. Percobaan 5

    No. Massa Tinggi Sin So Smin s W

    1 0,1562 0,00970 0,01127 0,2 0,024 0,176 0,003035

    2 0,1562 0,01940 0,02253 0,2 0,009 0,191 0,006586

    3 0,1562 0,0196 0,02276 0,2 0,008 0,192 0,006689

    4 0,1562 0,02910 0,03378 0,2 0,004 0,196 0,01013

    5 0,1562 0,0293 0,03401 0,2 0,003 0,197 0,01025

    No. Fm Jarak

    Magnet (m)

    Sin Tinggi

    1 0,01724 0,068 0,01127 0,00970

    2 0,03448 0,05 0,02253 0,01940

    3 0,05170 0,043 0,03378 0,02910

    4 0,06891 0,036 0,04502 0,03880

    5 0,1041 0,029 0,06802 0,0587

    No.

    Massa (kg) Waktu ( sekon ) Kecepatan ( m/s ) Momentum Energi Kinetik

    (joule) Koe.

    Restitusi

    Ek.

    Relatif

    P

    Relatif Kereta

    1

    Kereta

    2 t1 t2 t1' V1 V2 V1' V2' P P ' Ek 1 Ek 2

    1 0,1562 0,1562 0,04024 0,04476 0 0,2485 0 0 0,2234 0,03882 0,03490 0,00482 0,00390 0,8990 23,72% 11,23%

    2 0,1562 0,1562 0,02778 0,02953 0 0,3599 0 0 0,3386 0,05623 0,05290 0,01012 0,00896 0,9407 12,99% 6,299%

    3 0,1562 0,1562 0,03070 0,03291 0 0,3257 0 0 0,3039 0,05088 0,04746 0,00829 0,00721 0,9328 14,91% 7,199%

    4 0,1562 0,1562 0,03446 0,03736 0 0,2901 0 0 0,2677 0,04533 0,04181 0,00658 0,00560 0,9223 17,53% 8,416%

    5 0,1562 0,1562 0,03062 0,03274 0 0,3265 0 0 0,3054 0,05101 0,04771 0,00833 0,00729 0,9352 14,32% 6,924%

    Rata-rata = 0,92605 16,70% 8,014%

    Standart Deviasi = 0,01651 0,04260 0,01956

  • 13

    IV. Analisis Data

    Pada percobaaan 1a ini kita akan menyelidiki mengenai tumbukan leting

    sempurna, atau tumbukan dengan nilai e mendekati angka 1. Kita harus

    mencari besarnya momentum, dan Ek untuk dapat memuktikannya. Untuk

    mencari momentum, kita harus mencari kecepatan terlebih dahulu. Kecepatan

    dapat dicari dengan rumus :

    =

    Kemudian dengan rumus tersebut, dicari besarnya V1 dengan menggunakan

    t1, V2 dengan menggunakan t2, V1 dengan menggunakan t3 dan V2

    bernilai 0 (nol) karena kereta II diletakan ditengah-tengah lintasan air track

    dengan kondisi diam, yang berarti kecepatannya 0 (nol).

    Setelah didapatkan kecepatan, maka kita dapat mencari besarnya momentum,

    dengan menggunakan rumus :

    = .

    Untuk P1 hitung dengan menambahkan momentum kereta I sebelum

    tumbukan dan momentum kereta II sebelum tumbukan, atau dapat ditulis

    sebagia berikut :

    = 1. 1 + 2. 2

    Sedangkan untuk P didapatkan dari menambahkan momentum kereta I

    setelah tumbukan dana momentum kereta II setelah tumbukan, dengan rumus

    sebagai berikut :

    = 1. 1 + 2. 2

  • 14

    Setelah nilai P dan P diketahui, maka kita dapat mencari besarnya Prelatif

    dengan rumus sebagai berikut :

    = | |

    100%

    Kemudian kita perlu mencari besarnya Energi Kinetik untuk membuktikan

    teori kekekalan energi kinetik. Energi kinetik dapat dicari dengan

    menggunakan rumus :

    = 1

    22

    Untuk mencari besarnya Ek atau energi kinetik sebelum terjadi tumbukan,

    kita dapat mencari besarnya menggunakan rumus :

    =1

    211

    2 +1

    212

    2

    Lalu untuk besarnya Ek atau energi kinetik sesudah tumbukan, dapat dicari

    menggunakan rumus sebagai berikut :

    = | |

    100%

    Untuk mengetahui apakah tumbukan pada percobaan 1 berjenis tumbukan

    lenting sempurna atau tidak, maka kita perlu mencari besarnya koefisien

    restitusi dari tiap percobaan, menggunakan rumus :

    =

    =

    (2 1

    )

    2 1

  • 15

    Dari 5 kali percobaan didapatkan besarnya Ekrelatif yang didapatkan adalah

    sebagai berikut, yaitu sebesar 5,530% ; 5,894% ; 5,431% ; 9,079% dan

    9,476%, dengan rata-rata sebesar 7,082%. Sedangkan untuk Prelatif, dari 5 kali

    percobaan, didapatkan hasil sebagai berikut : 2,728% ; 2,905% ; 2,680% ;

    4,441% dan 4,631%, dengan rata-rata sebesar 3,447%. Koefisien restitusi

    yang didapatkan dari 5 kali percobaan adalah 0,9734 ; 0,9717 ; 0,9739 ;

    0,9574 ; dan 0,9557 dengan koefisien restitusi rata-rata sebesar 0,964, dan

    juga standart deviasi dari setiap data.

    Dari ketiga data diatas, dapat disimpulkan bahwa pada percobaan 1a ini,

    besarnya momentum dan Ek sebelum dan sesudah tumbukan adalah tetap atau

    kekal dengana besarnya galat atau error sebesar kurang dari 10%, sehingga

    tumbukan pada percobaan 1a ini bersifat elastik.

    Pada percobaan 1b, kita akan menyelidiki tumbukan lenting tidak

    sempurna atau tumbukan bernilai e mendekati 0 . Sama seperti percobaan 1a,

    kita harus mencai besarnya nilai V1, V2, V1 dan V2 terlebih dahulu.

    Kemudian setelah itu, kita harus mencari besarnya momentum sebelum ( P )

    dan momentum setelah tumbukan (P). Kemudian kita juga harus mencari

    besarnya Ek dan Ek. Setelah semua data yang diperlukan didapatkan, maka

    kita dapat menganalisis data yang tersedia.

    Dari 5 kali percobaan, didapatkan Ekrelatif sebesar 135,6% ; 128,4% ; 175,0%

    ; 135,3% dan 119,15 dengan rata-rata sebesar 138,7%. Untuk momentum

    relatif ( Prelatif) didapatkan data sebagai berikut : 8,550% ; 6,870% ; 17,27% ;

    8,484% dan 4,675% dengan rata-rata 4,675%. Koefisien restitusi dari ke-5

    percobaan adalah sebagai berikut : 0,006740 ; 0,003380 ; 0,006110 ; 0,006560

    ; dan 0,006990 dengan koefisien restitusi rata-rata sebesar 0,005950.

    Dari data tersebut, dapat kta simpulkan bahwa pada percobaan 1b berikut,

    tumbukan yang terjadi adalah tumbukan tidak lenting sempurna karena

    besarnya galat pada Ekrelatif rata-rata sebesar 138,7%, yang berarti antara Ek

    sebelum tumbukan dan sesudah tumbukan mengalami perbedaan yang sangat

  • 16

    besar. Dapat disimpulkan bahwa ada energi kinetik yang hilang pada saat

    tumbukan, sehingga tumbukan pada percobaan 1b bersifat inelastik.

    Pada dasarnya, percobaan 2 sama seperti percobaan 1 namun kita

    menambahkan massa untuk mengetahui apakah perbedaan massa

    mempengaruhi momentum. Pada percobaan 2a, prinsip kerja yang kita

    lakukan sama seperti pada percobaan 1a, namun kita menambahkan massa

    tambahan pada salah satu kereta, sehingga terdapat perbedaan massa yang

    signifikan pada kedua kereta.

    Setelah melakukan 5 kali percobaan, didapatkan data jumlah waktu yang

    diperlukan saat penghalang gerbang cahaya melewati , kemudian kita harus

    mencari nilai V1, V2, V1 dan V2. Kemudian, kita harus mencari besarnya

    momentum sebelum dan sesudah tumbukan. Setelah itu kita harus mencari

    besarnya Ek sebelum dan Ek sesudah tumbukan, kemudian mencari besarnya

    koefisien restitusi. Lalu mencari nilai relatif dari ke-3 data tersebut.

    Dari ke-5 percobaan tersebut, didapatkan data energi kinetik relatif sebagai

    berikut : 4,432% ; 3,869% ; 4,351% ; 8,364% ; dan 7,010% dengan rata-rata

    sebesar 5,605% . Sedangkan untuk besar momentum relatif, data yang

    didapatkan sebagai berikut : 7,811% ; 4,224% ; 8,149% ; 1,328% dan 10,62%

    , dengan besar rata-rata 6,427%. Untuk koefisien restitusi, dari ke-5 kali

    percobaan didapatkan data sebagai berikut : 1,032 ; 1,007 ; 1,047 ; 0,9105 ;

    dan 0,8352 dengan rata-rata 0,9665.

    Dari ketiga data diatas, dapat disimpulkan bahwa massa berpengaruh pada

    besarnya momentum, karena massa berbanding lurus dengan momentum.

    Semakin besar massa kereta, maka waktu yang dibutuhkan untuk penghalang

    gerbang cahaya melewati photodioda semakin lama, sehingga kecepatannya

    semakin lambat. Karena galat atau error pada energi kinetik besarnya kurang

    dari 10%, dan juga besarnya koefisien restitusi rata-rata mendekati nilai 1,

    maka dapat disimpulkan bahwa pada tumbukan percobaan 2a ini bersifat

    elastik.

  • 17

    Pada percobaan 2b, sama seperti pada percobaan 1b, pegas pada kereta

    diganti dengan velcro, sehingga pada saat tumbukan, kedua kereta akan

    menempel bersama. Sama seperti pada percobaan-percobaan sebelumnya,

    setelah mendapatkan waktu yang diperlukan, maka kita harus mencari nilai

    V1, V2, V1 dan V2. Kemudian mencari besarnya momentum sebelum dan

    sesudah tumbukan, lalu mencari besarnya energi kinetik sebelum dan sesudah

    tumbukan. Setelah itu , kita dapat menganalisa data pada percobaan 2b ini.

    Dari 5 kali percobaan, didapatkan data besarnya energi kinetik relatif sebagai

    berikut : 125,4% ; 117,8% ; 105,7% ; 207,9% dan 171,6% dengan nilai rata-

    rata sebesar 145,7%. Momentum relatif dari ke-5 data tersebut adalah sebagai

    berikut : 8,946% ; 9,502% ; 8,474% ; 17,66% ; dan 13,42% degan nilai rata-

    rata sebesar 11,60%. Koefisien restitusi dari ke-5 percobaan tersebut adalah

    sebagai berikut : 0,005026 ; 0,007068 ; 0 ; 0,005920 ; dan 0,009133, dengan

    rata-rata sebesar 0,003401.

    Dari data diatas, dapat kita simpulkan bahwa massa yang berbeda tidak

    mempengaruhi besarnya momentum sebelum dan sesudah tumbukan, karena

    nilai rata-rata dari momentum sebesar 11,60%. Dari besarnya galat energi

    kinetik, rata-ratanya adalah 171,6%, yang berarti ada energi kinetik yang

    hilang selama tumbukan, koefisien restitusinya memiliki rata-rata sebesar

    0,003402 yang mendekati nilai nol. Dari semua data diatas, dapat disimpulkan

    bahwa pada percobaan 2b tumbukannya bersifat inelastik.

    Pada percobaan 3, kita tidak lagi menggunakan pegas ataupun velcro,

    melainkan menggunakan 2 batang magnet. Pada percobaan ke-3 ini, kita

    menggunakan gaya tolak menolak antar kutub magnet yang sama untuk

    memberikan gaya dorong dari kereta I yang bergerak kepada kereta II yang

    awalnya diam. Setelah diakukan 5 kali percobaan, maka kita mendapatkan

    data berupa waktu yang dibutuhkan oleh penghalang gerbang cahaya untuk

    melewati photodioda. Sama seperti pada percobaan 1 dan 2, kita harus

    mencari besarnya nilai V1,V2, V1 dan V2. Kemudian kita mencari besarnya

    momentum sebelum dan sesudah tumbukan, serta besarnya energi kinetik

  • 18

    sebelum dan sesudah tumbukan. Setelah itu kita mencari nilai relatif dari

    momentum dan energi kinetik.

    Dari ke-5 kali percobaan, didapatkan data energi kinetik sebagai berikut :

    23,72% ; 12,99% ; 14,91% ; 17,53% ; dan 14,32% dengan rata-rata 16,70%.

    Momentum relatif dari ke-5 kali percobaan, adalah sebagai berikut : 11,23% ;

    6,299% ; 7,199 % ; 8,416% ; dan 6,924% dengan rata-rata sebesar 8,014%.

    Sedangkan koefisien restitusinya adalah sebagai berikut : 0,8990 ; 0,9407 ;

    0,9238 ; 0,9223 ; dan 0,9352 dengan nilai rata-rata sebesar 0,9260.

    Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya tolak menolak antar kutub

    magnet yang sejenis dapat menghasilkan momentum yang sama. Maksudnya,

    momentum sebelum dan sesudah tumbukan sama besar, walaupun tumbukan

    antar kedua kereta tidak terjadi secara langsung, tapi melalui perantara gaya

    tolak menolak antar kutub magnet sejenis. Sehingga dapat disimpulkan

    walaupun besar energi kinetik relatifnya lebih dari 10%, tapi berdasarkan

    besarnya koefisien restitusi rata-rata yang bernilai 0,9260 atau yang hampir

    mendekati 1, maka dapat dikatakan bahwa tumbukan bersifat elastik.

    Pada percobaan ke-4, kita akan mencari besarnya gaya interaksi magnet,

    dengan cara mencari jarak terdekat antara 2 buah magnet yang berkutub sama,

    sehingga ada gaya tolak menolak yaang muncul antar magnet. Pada percobaan

    ini, lintasan diberi penyangga tambahan sehingga muncul sudut kemiringan

    tertentu, sehingga muncul gaya akibat adanya sudut kemiringan dan gaya

    gravitasi.

    Setelah dilakukan 5 kali percobaan dengan penambahan penyangga tambahan

    secara bertahap, didapatlah data sebagi berikut :

    W

    = 0

    sin = 0

    = sin

    = . . sin

  • 19

    No. Fm Jarak

    Magnet Sin Tinggi

    1 0,01724 0,06800 0,01126 0,00970

    2 0,03448 0,05000 0,02252 0,01940

    3 0,05170 0,04300 0,03377 0,02910

    4 0,06891 0,03600 0,04501 0,03880

    5 0,1041 0,02900 0,06801 0,0587

    Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tinggi penyangga tambahan

    mempengaruhi nilai sin , yang berpengaruh terhadap besarnya gaya magnet

    atau Fm, karena = . . , sehingga semakin besar nilai sin , maka

    jarak antar magnet semakin kecil, dikarenakan terdorong oleh gaya magnet

    (Fm) yang semakin besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa besarnya sin

    berbanding lurus dengan besarnya Fm, dan berbanding terbalik dengan

    besarnya jarak antar magnet.

    Hubungan antara Fm dengan jarak magnet atau s dapat dilihat pada grafik

    berikut:

    Pada percobaan ke 5, sama seperti pada percobaan ke-4, kita akan mencari

    jarak antar magnet yang paling kecil. Sama seperti pada percobaan ke-4, pada

    lintasan air track akan ditambahkan penyangga tambahan secara bertahap

    sehingga muncul sudut tertentu. Namun, perbedaan percobaan ini dengan

    0,01724

    0,03448

    0,05171

    0,06891

    0,10412

    0,00000

    0,02000

    0,04000

    0,06000

    0,08000

    0,10000

    0,12000

    0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08

    Fm

    S

    Hubungan Fm dengan S

  • 20

    percobaan ke-4 adalah kereta II kan dilepaskan dari titik tertentu, lalu kita

    akan mencari jarak minimum antar magnet ssebelum kereta kembali

    memantul akibat terdorong oleh gaya magnet.

    Setelah 5 kali dilakukan percobaan dengan penambahan penyangga tambahan

    secara bertahap, didapatlah data sebagai berikut :

    Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sama seperti pada percobaan ke-

    4, tinggi penyangga tambahan mempengaruhi nilai sin , sehingga

    mempengaruhi besarnya W, karena berlaku = . . sin . . Nilai s

    dipengaruhi oleh Smin , karena nilai s didapatkan dari , Smin sendiri

    dipengaruhi oleh sin atau . . sin , sehingga semakin besar sin

    maka akan semakin besar dorongan yang didapatkan oleh kereta II akibat oleh

    gaya gravitasi, sehingga jarak Smin semakin kecil seiring dengan semakin

    besarnya tinggi penyangga tambahan, atau dapat dikatakan bahwa besarnya

    Smin berbanding terbalik dengan besarnya .

    Hubungan antara W dengan Smin dapat dilihat pada grafik berikut :

    No. Massa Tinggi Sin So Smin s W

    1 0,1562 0,00970 0,01127 0,2 0,024 0,176 0,00304

    2 0,1562 0,01940 0,02253 0,2 0,009 0,191 0,00659

    3 0,1562 0,0196 0,02276 0,2 0,008 0,192 0,00669

    4 0,1562 0,02910 0,03378 0,2 0,004 0,196 0,01013

    5 0,1562 0,0293 0,03401 0,2 0,003 0,197 0,01026

    = .

    = . . sin .

    Dimana :

    =

  • 21

    V. Kesimpulan

    Dari ke-5 percobaan diatas, dapat ditaraik kesimpulan sebagai berikut :

    1. Pada percobaan 1a, dimana antar diberi tambahan pegas,

    tumbukan bersifat elastik, karena besarnya momentum

    sebelum dan sesudah tumbukan hampir sama, energi kinetik

    sebelum dan sesudah tumbukan juga bernilai hampir sama,

    serta koefisien restitusi mendekati nilai 1, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa tumbukan bersifat elastik.

    2. Pada percobaan 1b, karena pegas diganti dengan velcro,

    sehingga pada saat tumbukan, maka kereta I akan menempel

    dengan kereta II, sehingga tumbukan bersifat inelastik. Hal ini

    dapat dibuktikan dengan berkurangnya nilai Ek setelah

    tumbukan, walaupun nilai momentum sebelum dana sesudah

    tidak berbeda jauh, tapi tumbukan bersifat inelastik, karena

    nilai koefisien restitusinya mendekati nilai 0 (nol).

    3. Pada percobaan 2a, sama seperti pada percobaan 1a, kereta

    diberi pegas, sehingga tumbukan bersifat elastik. Walaupun

    massa kedua kereta berbeda karena salah satu kereta diberi

    beban tambahan, tapi energi kinetik sebelum dan sesudah

    tumbukannya bernilai hampir tetap, serta koefisien restitusinya

    0,00304

    0,006590,00669

    0,01013

    0,01026

    0,00000

    0,00200

    0,00400

    0,00600

    0,00800

    0,01000

    0,01200

    0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03

    W

    Smin

    Hubungan W dengan Smin

  • 22

    bernilai mendekati 1, sehingga dapat disimpulkan penambahan

    massa tidak mempengaruhi besarnya momentum.

    4. Pada percobaan 2b, pegas diganti dengan velcro, sehingga

    tumbukan bersifat inelastik, karena besarnya energi kinetik

    setelah tumbukan berbeda jauh dengan sebellum tumbukan

    Besarnya koefisien restitusi juga sangat kecil, sehingga

    dianggap mendekati nol, jadi secara keseluruhan tumbukan

    bersifat inelastik walaupun besarnya momentum tetap.

    5. Pada percobaan 3, digunakan magnet batangan sebagai media

    tumbukan, walaupun tumbukan tidak terjadi secara langsung,

    dalam artian kedua kereta saling bertemu, namun besarnya

    energi kinetik sebelum dan sesudah, serta momentum sebelum

    dan sesudah hampir sama. Koefisien restitusinya juga bernilai

    hampir mendekati 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    tumbukan bersifat elastik.

    6. Pada percobaan ke-4, kita tetap menggunakan magnet pada

    kedua kereta, namun pada lintasan air track diberikan

    penyangga tambahan sehingga muncul sudut tertentu, sehingga

    kita dapat mencari nilai sinnya, yang berpengaruh terhadap

    nilai gaya magnetnya. Nilai sin berbanding lurus dengan nilai

    gaya magnet karena = . . sin , sehingga semakin besar

    nilai sin, maka semakin besar gaya magnet, dan semakin kecil

    pula jarak antar magnet.

    7. Pada percobaan ke-5, pada prinsipnya sama dengan percobaan

    ke-4, namun pada percobaan ini, kereta I dilepaskan pada titik

    tertentu,sehingga didapatkan jarak minimum antar kereta.

    Besarnya usaha kereta I berbanding lurus dengan besarnya sin,

    karena = . . sin . , dimana semakin besar nilai sin,

    maka nilai Smin akan semakin kecil , sehingga s akan semakin

    besar.

  • 23

    VI. Referensi

    Modul Laboratorium Fisika Dasar 2014

    Buku Menguasai IPA SKS edisi 1

    fisikareview.wordpress.com