laporan final penilaian risiko tambang hasniati 090414(1)
DESCRIPTION
penilaian dan penerapan resiko kecelakaan kerja dan kerusakn lingkungan penambangan mineral dan batubara di indonesiaTRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PENILAIAN DAN PENERAPAN RESIKO KECELAKAAN KERJA DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN PENAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI INDONESIA
Hasniati Astika, Zulfahmi, Budirahardja, Endri O. Erlangga, Maman Surachman, Yaya Suryana, Lasmaria Sibarani, Gunawan, Zulkifli Pulungan, Wulandari Surono, Silti Salinita, Arum Dewi, Supardino, Ratnaningsih, Budiyono, Riyanto, A. Sutisna
PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA BADAN LITBANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2013
i
KATA PENGANTAR
Sesuai pasal 96 UU No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara menyebutkan bahwa kewajiban setiap pelaku usaha dibidang pertambangan untuk menerapkan kaidah pertambangan yang baik dan benar (good mining practice) dengan selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebagai salah satu institusi yang mempunyai peranan untuk membantu semua pihak di bidang pengembangan teknologi penambangan mineral dan batubara, maka Puslitbang tekMIRA melalui Kelompok Pelaksana Litbang Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya saat ini melakukan pengembangan terhadap sistem penilaian risiko kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan penambangan mineral dan batubara di Indonesia dengan membuat model karakterisasi risiko kecelakaan dan dampak lingkungan. Hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam penanggulangan atau pencegahan kecelakaan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu upaya dalam rangka mempersiapkan sistem penilaian praktis tingkat risiko kecelakaan dan kerusakan lingkungan berupa perangkat lunak yang dapat menganalisis secara cepat dan akurat risiko yang terjadi pada lokasi tambang.
Semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat baik di bidang penelitian maupun dalam industri pertambangan pada umumnya.
Bandung, Desember 2013
Kepala Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara,
Dra. Retno Damayanti, Dipl. EST. NIP. 19621022 198703 2 002
ii
SARI
Penambangan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang memiliki risiko kecelakaan, kesehatan dan juga lingkungan yang dapat berdampak terhadap pekerja tambang. Kondisi tidak aman yang terjadi dalam suatu aktifitas tambang dapat menyebabkan cedera, bahkan kematian, kerusakan peralatan dan dapat menghambat produksi. Manajemen keselamatan pertambangan merupakan suatu alat yang wajib diterapkan untuk menghasilkan lingkungan kerja yang aman dan terbebas dari ancaman bahaya di tempat kerja. Konsep manajemen keselamatan pertambangan tersebut antara lain mengidentifikasi bahaya yang mungkin timbul dari suatu kegiatan penambangan, melakukan analisis dan penilaian resiko kegiatan tambang, dan menetapkan dan menerapkan pengendalian terhadap bahaya yang mungkin timbul sehingga ancaman terjadinya kecelakaan dapat diminimalkan. Hal tersebut merupakan usaha dalam penerapan konsep penambangan yang baik dan benar (good mining practice) dengan selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam penilaian risiko hal yang cukup penting adalah menentukan skala dan kriteria kemungkinan (likehood) dan dampak (impact) suatu kejadian menggunakan analisis kualitatif. kriteria kemungkinan dibuat untuk setiap tingkat kejadian mulai dari kejadian dengan kemungkinan yang jarang, kemungkinan kecil, mungkin, kemungkinan besar dan kejadian pasti dapat terjadi. Sedangkan kriteria untuk dampak dibuat untuk setiap dampak kejadian mulai dari kejadian dengan dampak tidak signifikan, ringan, sedang, berat hingga kejadian dengan dampak fatal. Penilaian tingkat resiko dinilai menggunakan analisis semi kuantitatif dengan membuat matriks antara kemungkinan dan dampak bedasarkan kriteria penilaian yang telah disusun. Hasil dari penilaian risiko suatu kejadian berupa peringkat risiko mulai dari kejadian dengan risiko rendah, sedang, tinggi sampai dengan ekstrim.
Perangkat lunak didesain berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian tingkat resiko. Parameter masukan berupa data pelaporan dan investigasi kejadian kecelakaan. Hasil penilaian berupa peringkat resiko yang terdiri dari tingkat ekstrim, tinggi, sedang dan rendah. Perangkat lunak juga merupakan database dari setiap kejadian kecelakaan, investigasi dan evaluasi kejadian dengan mengkategorisasikan bahaya dan menentukan penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dan mencegah kejadian yang sama agar tidak terulang kembali. Dalam ujicoba digunakan kasus kecelakaan tambang dan kerusakan lingkungan yang pernh terjadi sebagai bahan masukan, hasil penilaian berupa deskripsi kejadian, tingkat resiko dan tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................i
SARI ..........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................
v DAFTAR TABEL......................................................................................................................
v BAB I PENDAHULUAN
.......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Ruang Lingkup ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 2
1.4 Sasaran.................................................................................................................... 2
1.5 Lokasi ..................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 4
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tambang ......................................................... 4
2.2 Pengelolaan Risiko Kecelakaan Tambang ............................................................. 6
2.3 Analisis dan Penilaian Risiko Tambang................................................................. 9
2.3.1 Istilah-istilah yang digunakan dalam penilaian risiko ................................. 9
2.3.2 Identifikasi Bahaya .................................................................................... 10
2.3.3 Analisis Risiko ........................................................................................... 11
2.3.4 Penilaian Risiko ......................................................................................... 13
2.3.5 Evaluasi Risiko .......................................................................................... 15
BAB III PROGRAM KEGIATAN ......................................................................................... 17
BAB IV METODOLOGI ....................................................................................................... 19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 20
5.1 Penilaian Risiko tambang ..................................................................................... 20
5.1.1 Identifikasi Bahaya .................................................................................... 20
5.1.2 Parameter Penilaian ................................................................................... 21
5.2 Desain Sistem Penilaian Risiko menggunakan Perangkat Lunak ........................ 24
5.2.1 Pelaporan dan Investigasi Kecelakaan ....................................................... 25
iv
5.2.2 Analisis Risiko ........................................................................................... 26
5.2.3 Evaluasi Risiko .......................................................................................... 27
5.2.4 Analisis Risiko Pekerjaan .......................................................................... 28
v
5.3 Studi Kasus Kejadian ........................................................................................... 30
5.4 Sistem Pengendalian Kecelakaan Kerja ............................................................... 32
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 38
6.1 Kesimpulan........................................................................................................... 38
6.2 Saran ..................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 39
vi
DAFTAR GAMBAR
1.1 Lokasi Penelitian ............................................................................................................................ 3
2.1 Statistik kecelakaan tambang dari 2006 sampai 2012 .................................................................... 5
2.2 Organisasi manajemen keselamatan pertambangan ........................................................................ 7
2.3 Bagan pengelolaan risiko yang digunakan di Australia .................................................................. 9
2.4 Evaluasi risiko “ALARP’ ............................................................................................................. 17
5.1 Analisis pohon kegagalan pada kegiatan peledakan ..................................................................... 21
5.2 Awal mula pembuatan laporan dan investigasi kejadian .............................................................. 26
5.3 Tampilan halaman pelaporan dan investigasi ............................................................................... 27
5.4 Tampilan halaman analisi risiko kejadian..................................................................................... 28
5.5 Tampilan halaman identifikasi bahaya. ........................................................................................ 29
5.6 Tampilan halaman analisis risiko pekerjaan ................................................................................. 29
5.7 Sistem Jaringan. ............................................................................................................................ 31
DAFTAR TABEL
2.1 Matriks risiko yang umum digunakan dalam metode analisis kualitatif ...................................... 16
5.1 Skala dan kriteria yang digunakan dalam penilaian tingkat risiko tambang ................................. 23
5.2 Matriks tingkat risiko .................................................................................................................... 25
5.3 Peringkat risiko .............................................................................................................................. 25
5.4 Contoh standar yang diterapkan dalam pengelolaan keselamatan kerja ........................................ 35
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri pertambangan merupakan suatu industri yang padat modal, padat teknologi dan memiliki
risiko kecelakaan kerja dan lingkungan yang besar. Terjadinya kecelakaan kerja dapat saja
menjadikan masalah yang besar bagi keberlangsungan usaha pertambangan. Kerugian yang diderita
tidak hanya berupa kerugian materi, juga dapat berupa korban jiwa. Kehilangan sumber daya manusia
ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia tidak dapat digantikan oleh teknologi
apapun. Usaha pertambangan juga berdampak terhadap lingkungan, diantaranya keluhan masyarakat
sebagai akibat tercemarnya lingkungan. Meskipun kedua faktor tersebut selalu dipantau dan dinilai
oleh Pemerintah dalam hal ini oleh Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) atau Dinas
terkait di daerah, sampai saat ini belum dilakukan penilaian risiko kecelakaan kerja dan kerusakan
lingkungan penambangan secara komprehensif.
Upaya pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pertambangan di Indonesia dilakukan
secara menyeluruh dengan adanya peraturan-peraturan pemerintah diantaranya Kepmen No.555.K
Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum, juga dengan melakukan pengawasan terhadap sistem
management K3 dan investigasi setiap kejadian kecelakaan kerja di perusahaan tambang.
Konsep dari penelitian ini adalah bagaimana mengkarakterisasi suatu risiko kecelakaan kerja dan
dampak lingkungan akibat operasi penambangan berdasarkan evaluasi distribusi keterjadian dan
parameter-parameter yang berpengaruh terhadap keselamatan kerja dan lingkungan serta
mengkategorisasi risiko bahaya yang mungkin terjadi disetiap lokasi penambangan dengan studi kasus
di lingkup tambang mineral dan batubara terbuka. Parameter masukan dapat berupa kasus-kasus
kecelakaan kerja dan kejadian kerusakan lingkungan dengan parameter-paramater dan variabel yang
menjadi penyebabnya terjadinya kondisi tersebut atau dengan hasil analisis balik terhadap sejarah
kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan yang terjadi.
1.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan dalam kegiatan ini meliputi :
a. Koordinasi
- Pembuatan Kerangka Acuan Kerja
- Kajian pustaka
2
- Persiapan Administrasi
b. Survey dan Pemrograman
- Pengambilan data sekunder (studi kasus di PT. Adaro dan PT. Newmont Nusa Tenggara)
- Pembuatan desain perangkat lunak untuk melakukan analisis risiko kecelakaan tambang dan
kerusakan lingkungan
c. Identifikasi Bahaya
- Melakukan identifikasi dan mengkarakterisasi bahaya-sesuai dengan potensi yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kerusakan lingkungan,
- Menilai kemungkinan atau probabilitas, bahaya yang timbul dari keterjadian serta parameter-
parameter penunjang bahaya,
- Menilai keparahan kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas penambangan.
d. Uji coba:
Menggabungkan penilaian kemungkinan dan keparahan untuk menghasilkan penilaian risiko dan
menggunakan penilaian risiko sebagai bantuan untuk pengambilan keputusan.
e. Deskwork:
- Analisis hasil simulasi dan rekomendasi
- Pelaporan dan Tulisan Ilmiah
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengembangkan metode penilaian praktis tingkat risiko dengan
membuat perangkat lunak yang dapat menganalisis secara cepat dan akurat risiko yang terjadi pada
setiap lokasi penambangan berdasarkan data histori dan parameter-parameter yang mempengaruhi
keselamatan kerja dan kondisi lingkungan penambangan.
1.4 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya model karakterisasi suatu risiko kecelakaan kerja dan
dampak lingkungan serta tersusunnya kategori risiko bahaya yang mungkin terjadi disetiap lokasi
penambangan dengan studi kasus di lingkup tambang mineral dan batubara terbuka untuk
menghasilkan penilaian risiko dan menggunakan penilaian risiko tersebut sebagai bantuan untuk
pengambilan keputusan.
3
1.5 Lokasi
Lokasi kegiatan penelitian dilaksanakan pada dua lokasi tambang terbuka yang berbeda, yaitu di
tambang batubara PT. Adaro Indonesia dan tambang mineral PT. Newmont Nusa Tenggara.
PT. AdaroIndonesia
PT. NewmontNusatenggara
Gambar 1.1 Lokasi Penelitian
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tambang
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Dari aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas,
perlindungan K3 dapat ditegakkan.
Penggolongan kecelakaan tambang berdasarkan Kepmen 555.K Tahun 1995 tentang Keselamatan dan
kesehatan kerja pertambangan umum terdapat pada BAB I Bagian kesepuluh pasal 39 dan 40. Pada
Pasal 39 berisi lima unsur kecelakaan tambang, yaitu :
1. Kecelakaan benar terjadi
2. Membuat cidera pekerja tambang atau orang yang diizinkan di tambang oleh kepala teknik
tambang
3. Akibat kegiatan pertambangan
4. Pada jam kerja tambang
5. Pada wilayah pertambangan
Pada pasal 40 berisi penggolongan dan klasifikasi cidera. Penggolongan dan klasifikasi cidera terdiri
dari:
1. Cidera ringan (kecelakaan ringan)
Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu.
2. Cidera berat (kecelakaan berat)
- Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu,
- Korban invalid & tidak mampu melaksanakan tugas semula.
Berdasarkan cedera korban, yaitu :
- Retak tengkorak kepala, tulang punggung pinggul, lengan bawah/atas, paha/kaki
- Pendarahan di dalam atau pingsan kurang oksigen
- Luka berat, terkoyak
- Persendian lepas
Jum
lah
korb
an
5
3. Mati
Korban mati dalam waktu 24 jam dari waktu terjadinya kecelakaan.
Penerapan K3 dalam industri pertambangan merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan
tambang. Penurunan tingkat kecelakaan pada tambang dapat mengurangi biaya tenaga kerja, juga
dapat meningkatkan produktivitas dan hasil produksi. Dengan melaksanakan K3 akan terwujud
perlindungan dari risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akan tercipta tempat kerja yang aman,
nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba),
kejadian kecelakaan tambang dari tahun 2006 sampai dengan 2012 masih banyak terjadi mulai dari
kecelakaan ringan bahkan sampai menimbulkan kematian (gambar 2.1). Kondisi tersebut
memperlihatkan masih perlunya peningkatan pengelolaan keselamatan kerja pertambangan yang
dapat menekan angka kecelakaan kerja di bidang pertambangan.
Statistik Kecelakaan Tambang (Tahun 2006 s.d 2012)
350
300
250
200
Ringan
Berat
Mati
Total
150
100
50
02005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
KlasifikasiKecelakaan
TAHUN
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Ringan 153 101 59 223 104 162 176 100 94 85
Berat 84 51 61 82 83 74 83 94 101 102
Mati 31 22 23 27 19 19 44 15 22 29
Total 268 174 143 332 206 255 303 209 217 216
Gambar 2.1 Statistik kecelakaan tambang di Indonesia dari 2006 sampai 2012 (sumber: ditjenMineba)
Beberapa faktor penting sangat mempengaruhi K3, faktor tersebut antara lain faktor personal, faktor
kerja, dan faktor lingkungan. Faktor personal berkaitan dengan pengalaman kerja, pendidikan,
pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, kondisi pekerjaan, dan lain-lain. Faktor kerja berkaitan
dengan kondisi pekerjaan, peraturan-peraturan atau prosedur kerja yang diterapkan dalam setiap
pekerjaan. Faktor lingkungan berkaitan dengan kondisi gas, kondisi geologi, penerangan, faktor alam.
Pelaksanaan K3 tambang melalui pengelolaan risiko pertambangan merupakan suatu proses
identifikasi, evaluasi, dan penanggulangan bahaya di tempat kerja yang melibatkan pihak pengelola
disertai komitmen pihak yang terkait. Bahaya sebagai sumber kecelakaan kerja harus teridentifikasi,
kemudian diadakan perhitungan dan prioritas penanggulangan terhadap risiko dari bahaya tersebut
dan terakhir adalah pengontrolan risiko.
2.2 Pengelolaan Risiko Kecelakaan Tambang
Dalam upaya mengurangi tingkat kecelakaan kerja di bidang pertambangan perlu dilakukan
identifikasi bahaya dan penerapan pengelolaan risiko kecelakaan. Pengelolaan keselamatan
pertambangan merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar akan berdampak pada
lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja. Penanggulangan dan
pencegahan kecelakaan kerja pertambangan merupakan tanggung jawab semua pihak baik itu
perusahaan, pemerintah dan pekerja tambang yang memiliki kesadaran terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja. Diperlukan pengawasan secara menyeluruh yang dilakukan baik berupa pengawasan
internal oleh perusahaan, peraturan internal perusahaan, pengawasan eksternal oleh dinas terkait dan
pemerintahan pusat terhadap peraturan – peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan dinas terkait
(gambar 2.2).
Eksternal dan Internal Audit Komite Keselamatan
Kepala Teknik TambangPenanggung Jawab Operasional
Pengawas Teknis Pengawas Operasional
Program Keselamatan Manajer Keselamatan
Zero Accident
Gambar 2.2 Organisasi management keselamatan pertambangan (sumber: Minerba, 2012)
Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah maupun oleh
perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai berikut:
1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.
3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
5. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang Pertambangan.
6. Kepmen No.555.K/26/M.PE/1995 tentang K3 Pertambangan Umum, Pada BAB I.
7. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.
8. PP No. 55 Tahun 2010 tentang tugas dan tanggung jawab K3, terdiri dari:
• Mengidentifikasi potensi bahaya yang berkaitan dengan pekerjaan pada area kerjanya (Psl 34-3
dan Psl 80-1),
• Membuat Job Safety Analysis (JSA) untuk setiap tugas yang menjadi tanggung jawabnya (Psl
12),
• Melaksanakan safety talk setiap awal gilir kerja (Psl 12 dan 25),
• Melakukan inspeksi/pemeriksaan seluruh area kerja (Psl 12, 13, 14),
• Melakukan investigasi terhadap segala jenis kecelakaan termasuk hampir celaka (nearmiss).
Pengendalian risiko diperlukan untuk mengurangi bahaya yang ada di tempat kerja sesuai dengan
persyaratan kerja. Sebagai contoh berikut sistem pengelolaan risiko yang dilaksanakan oleh PT.
Newmont Nusa Tenggara:
1. Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang berpotensi menimbulkan
bahaya atau kerugian,
2. Analisis risiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari kejadian yang tidak
diinginkan,
3. Pengendalian risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi atau mengendalikan
risiko yang tidak dapat diterima,
4. Menerapkan dan memelihara tindakan adalah menerapkan pengawasan dan memastikan
pengedalian yang diterapkan efektif.
Pengelolaan risiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi bahaya untuk mengetahui
faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan
identifikasi bahaya dimulai dengan membuat Standard Operational Procedure (SOP). Kemudian
sebagai langkah analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa, tindakan selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah evaluasi risiko untuk menilai seberapa besar tingkat risikonya yang
selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian risiko (gambar 2.3).
Identify the Risk
MonitorPerformance
Asses the Risk Monitor forChange
Decide toEliminate
Decide toMitigate
Decide toTolerate
Take Action
Gambar 2.3 Bagan pengelolaan risiko yang digunakan di Australia (sumber: Australian standard,
2004)
2.3 Analisis dan Penilaian Risiko Tambang
Berikut 5 langkah dasar dalam penialaian risiko tambang menggunakan proses Major Hazard Risk
Assesment (MHRA):
1. Identifikasi dan karakterisasi kejadian potensial yang sering terjadi
Langkah pertama adalah mengidentifikasi potensi bahaya atau masalah yang dapat ditimbulkan
yang dapat menyebabkan terjadinya kejadian fatal. Apabila data tidak lengkap, maka hasil
penilaian risiko kurang memadai. List data dalam melakukan identifikasi terdiri dari potensi
bahaya , lokasi kejadian dan besaran kejadian (berdasarkan yang terburuk)
2. Membuat rangking kejadian potensial yang tidak diinginkan
Rangking kejadian dibuat berdasarkan hasil identifikasi dan karakterisasi potensi dan kejadian
bahaya potensial yang tidak diinginkan dalam setiap proses kegiatan penambangan. Dari data
tersebut keseringan kejadian (likehood) dan kerugian/dampak (concequences) untuk setiap potensi
bahaya ditentukan.
3. Tentukan pencegahan penting yang sudah ada dan langkah-langkah pemulihan,
4. Identifikasi pencegahan dan langkah pemulihan yang baru,
5. implementasi, pengawasan dan pemeriksaan.
2.3.1 Istilah-istilah yang digunakan dalam penilaian risiko
Terdapat istilah-istilah penting yang berkaitan dalam melakukan penilaian resiko kecelakaan kerja
tambang dan pengelolaan K3 tambang, antara lain:
• Risiko : kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan
keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan
tersebut;
• Bahaya : Keadaan atau situasi yang potensial dapat menyebabkan kerugian seperti luka, sakit,
kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan, atau kombinasi seluruhnya;
• Insiden : Kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang menimbulkan atau dapat
menimbulkan cedera, penyakit kerja (tanpa memandang keparahannya) atau kematian;
• Identifikasi Bahaya: melakukan pengelompokan dan pengumpulan hal-hal yang mengakibatkan
suatu kejadian;
• Konsekuensi/Kemungkinan: penjelasan kualitatif atau semikuantitatif dari probabilitas atau
frekuensi;
• Dampak: adalah penjelasan kualitatif atau semikuantitatif dari tingkat keparahan;
• Penilaian risiko: keseluruhan proses identifikasi, analisis dan evaluasi risiko yang merupakan
tahap awal dalam proses pengelolaan risiko. Penilaian resiko merupakan suatu ketetapan berupa
nilai kualitatif atau kuantitatif dari suatu situasi berbahaya atau yang dapat menimbulkan bahaya;
• Matrik Risiko: Sebuah alat untuk peringkat (rank) dan menampilkan risiko dengan menentukan
kisaran bagi konsekuensi dan kemungkinan;
• Identifikasi risiko: merupakan suatu proses dalam mencari, mengenal dan menggambarkan risiko.
Terdiri dari identifikasi sumber risiko, kejadian, penyebab kejadian dan konsekuensi potensial
dari suatu kejadian. Identifikasi dilakukan berdasarkan data histori kejadian, informasi dan opini
dari ahli dan kebutuhan pemangku kepentingan;
• Level risiko: besarnya risiko dinyatakan berdasarkan kombinasi konsekuensi dan
kemungkinannya;
• Kemungkinan/likehood : besarnya kemungkinan terjadinya sesuatu
2.3.2 Identifikasi Bahaya
PT. Newmont Nusa Tenggara menggunakan berbagai teknik untuk mengidentifikasi bahaya
berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
1. Pengalaman/penilaian
Personel yang berpengalaman di semua level memiliki dasar yang kuat untuk mengidentifikasi
bahaya; mengkaji dan memodifikasi daftar bahaya yang akan digunakan untuk suatu penilaian
tertentu yang menjadi kegiatan awal dari setiap sesi penilaian risiko dan peluang,
2. Daftar periksa
Daftar ini memuat jenis bahaya yang umum terjadi pada tugas atau sistem tertentu; akan tetapi
daftar periksa berpotensi membatasi identifikasi menyeluruh pada bahaya yang ada dalam suatu
sistem,
3. Perundang-undangan dan Standar
Perundang-undangan dan standar yang berlaku di perusahaan dibuat berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang pernah terjadi berupa landasan operasional dan historis yang luas. Misalnya
peraturan pertambangan yang disusun berkenaan dengan bahaya-bahaya penting yang pernah
terjadi, misalnya keselamatan terkait kelistrikan, tumpahan atau pelepasan pada lingkungan.
4. Investigasi kecelakaan/kejadian
Investigasi kecelakaan/kejadian dapat menunjukkan bahaya yang membutuhkan tindakan
pengelolaan. Penggolongan dalam investigasi kecelakaan terdiri dari: hampir celaka (nearmiss);
cidera yang memerlukan pertolongan pertama kecelakaan (P3K); cidera yang memerlukan
pertolongan dokter; kerusakan peralatan; cidera ringan, berat dan mati.
2.3.3 Analisis Risiko
Analisis risiko merupakan proses yang dilakukan untuk mengevaluasi ciri dan distribusi risiko dan
mengembangkan strategi yang tepat untuk menurunkan risiko. Menurut Health and Safety Risk
Management Manual for the Australian Coal Mining Industry (2007), ada tiga pendekatan yang
digunakan untuk melakukan analisis risiko yaitu pendekatan kualitatif, semi kuantitatif dan
kuantitatif. Sedangkan menurut Avent (2008), ada beberapa metode yang digunakan dalam analisis
risiko antara lain : Analisis Risiko Awal (PRA = Preliminary Risk Analysis), Analisis Keselamatan
Kerja (JSA = Job Safety Analysis), Analisis cara dan Pengaruh Failure (FMEA = Failures Modes and
Effect Analysis), Study Bencana dan Kemampuan Operasi (Hazop = Hazard & Operability), Metode
What-If terstruktur (SWIfT = Structured What-If Technique), Analisis Pohon Kesalahan (FTA = Fault
Tree Analysis), Analisis Pohon Kejadian (ETA = Event Tree Analysis), Jaringan Bayesian (Bayesian
Network).
1. Analisis Risiko Awal (PRA = Preliminary Risk Analysis); adalah analisis yang digunakan untuk
melakukan identifikasi risiko pada tahap awal kegiatan yang membagi risiko menjadi beberapa
elemen lalu membaginya lagi ke dalam sub-elemen. Analisis risiko dilakukan terhadap sub-
elemen tersebut. Biasanya metode ini selalu dikombinasikan dengan metode analisis risiko yang
lain,
2. Analisis Keselamatan Kerja (JSA = Job Safety Analysis); adalah analisis risiko kualitatif yang
sederhana dan digunakan untuk melakukan identifikasi yang terjadi di tempat kerja. Metode ini
bersifat checklist. Cara kerjanya metode ini hampir relative sama dengan PRA dengan membagi
risiko menjadi beberapa jenis pekerjaan dalam satu unit, lalu membaginya kembali menjadi sub-
pekerjaan. Analisis risiko keselamatan kerja dilakukan terhadap masing-masing sub pekerjaan
tersebut.
3. Analisis Cara dan Pengaruh Failure (FMEA = Failures Modes and Effect Analysis); adalah
metode analisis sederhana untuk mengungkap kegagalan (failure) yang mungkin terjadi dan
memprediksi pengaruh failure pada sistem secara keseluruhan. Metode ini bersifat induktif
dimana untuk masing-masing komponen dari sistem diselidiki kemungkinannya bila terjadi
failure. Secara detail, metode ini menyajikan analisis sistematik terhadap komponen-komponen
dalam sistem untuk mengidentifikasi semua cara failure yang signifikan dan melihat pengaruhnya
terhadap sistem. Saat ini banyak industry yang mensyaratkan metode ini men jadi bagian dari
proses rancangan dan hasil analisisnya menjadi bagian dokumentasi sistem. Untuk melihat tingkat
kekritisan suatu risiko, maka metode ini dikembangkan lagi menjadi analisis cara, pengaruh dan
tingkat kekritisan failure (FMECA = Failure Modes, Effect and Critically Analysis).
4. Analisis Bencana dan Kemampuan Operasi (HazOp = Hazard & Operability); adalah analisis
risiko kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dan risiko dalam suatu
fatalitas pengolahan dan pemurnian. Metode ini biasanya digunakan dalam fase perencanaan.
Pada awalnya metode ini dkembangkan untuk mengidentifikasi kelemahan & risiko untuk
fasilitas pengolahan pabrik kimia, tetapi dapat juga digunakan untuk fasilitas sistem lainnya.
5. Analisis What-If Terstruktur (SWIfT = Structured What-If Technique); adalah analisis risiko yang
hanya menggunakan pertanyaan ‘Akobatnya bagaimana jika? (what-if)’ yang dilakukan secara
sistematik guna mengidentifikasi deviasi yang terjadi pada suatu proses/sistem.
6. Analisis Pohon Kesalahan (FTA = Fault Tree Analysis); analisis risiko ini pertama kali
dikembangkan oleh Bell Telephone Laboratories (1962) lalu dikembangkan lagi oleh industri
Boeing dan sejak tahun 1970 metode ini mulai banyak digunakan secara luas oleh berbagai
industry. Konsep dari metode ini adalah sistem logic yang menunjukan hubungan antara failure
sistem, yakni kejadian spesifik yang tak diinginkan. Kejadian yang tak diinginkan ini merupakan
puncak dari beberapa kejadian dan failure dari komponen yang berbeda merupakan kejadian dasar
dari beberapa kejadian.
Kejadian dasar (basic event) seharusnya tidak semata-mata diakibatkan oleh failure komponen,
namun dapat juga oleh kesalahan manusia (human errors) atau faktor eksternal seperti kondisi
lingkungan yang ekstrim. Phon kesalahan terdiri dari simbol-simbol yang menunjukkan kejadian
dasar dari sistem dan hubungan antara kejadian ini dengan kondisi sistem. Simbol grafis tersebut
menunjukan hubungan yang disebut ‘gerbang logika’. Keluaran dari gerbang logka ini ditentukan
oleh parameter masukan. Kejadian puncak (top event) merupakan titik awal dari kegiatan
konstruksi pohon kegagalan. Langkah selanjutnya mengidentifikasi kejadian-kejadian failure yang
mungkin menyebabkan kejadian puncak. Metode ini bersifat deduktif (dari kejadian umum ke
spesifik), serta dilakukan dengan berulangkali pertanyaan dengan kalimat: ‘Bagaimana hal ini
dapat terjadi?’ atau ‘Apa yang menjadi penyebab kejadian ini?’.
7. Analisis Pohon Kejadian (ETA = Event Tree Analysis); adalah analiais risiko yang digunakan
untuk mempelajari dampak/konsekuensi dari suatu kejadian awal dengan mengajukan pertanyaan
dengan jawaban ‘Ya’ atau ‘Tidak’. Makin banyak pertanyaan yang diajukan, maka akan semakin
baik dalam membuat urutan kejadian. Namun seringkali dari beberapa pertanyaan tersebut
memiliki beberapa kesamaan sehingga diperlukan pengelompokan terlebih dahulu, sebelum
dilakukan analisis risiko.
Pertanyaan cabang dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu berkaitan dengan fenomena fisik
seperti ledakan dak kebakaran dan dengan kendala sistem, seperti sistem pemadam kebakaran.
Metode ini dapat juga secara serempak menggunakan keduanya dalam melakukan analisis. Untuk
penggunaan yang bersifat pengurangan risiko, maka kategori yang kedua selalu digunakan.
Langkah selanjutnya dilakukan penyusunan matrik dampak/konsekuensi yang menggambarkan
konsekuensi yang muncul dari masing-masing kejadian akhir atau kelompok kejadian akhir.
8. Analisis Jaringan Bayesian (Beyesian Network Analysis); adalah analisis dengan menggunakan
metode faktor penyebab, kejadian risiko (node/simpul) dan tanda panah. Tanda panah
mengindikasikan ketergantungan yakni hubungan penyebab risiko. Masing-masing node/simpul
dapat terjadi dalam berbagai kondisi dengan jumlah kondisi yang ditentukan dengan analisis
risiko. Untuk mengitung risiko secara kuantitatif, digunakan tabulasi probabilitas bersyarat
(conditional probabilities tables).
2.3.4 Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan tahap awal dalam suatu perencanaan pengelolaan kecelakaan dan sangat
penting untuk selanjutnya digunakan dalam menentukan langkah-langkah penanggulangan dan
mengurangi timbulnya kerugian di masa depan. Penilaian yang dilakukan harus dapat menjawab apa
ancaman yang dapat timbul dari suatu kejadian; tingkat keparahannya; pengaruh dari kejadian;
kerugian yang dapat timbul dan apa penyebabnya.
Kegiatan penambangan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang memiliki risiko kecelakaan,
kesehatan dan juga lingkungan yang dapat berdampak terhadap pekerja tambang. Kondisi tidak
aman yang terjadi dalam suatu aktifitas tambang dapat menyebabkan cedera, bahkan kematian,
kerusakan properti dan dapat menghambat produksi. Kecelakaan tambang sering terjadi baik itu yang
terjadi pada tambang batubara maupun tamban mineral. Terdapat beberapa langkah dalam rangka
melakukan penilaian resiko, sebagai berikut:
- Melakukan identifikasi bahaya
- Menilai kemungkinan kerusakan/kerugian yang timbul dari bahaya tersebut,
- Menilai tingkat keparahan dari kerusakan/kerugian yang disebabkan oleh bahaya yang terjadi,
- Menggabungkan penilaian dari kemungkinan dan keparahan untuk mendapatkan penilaian dari
risiko, dan
- Gunakan hasil penilaian risiko tersebut untuk pengambilan keputusan.
Menurut Health and Safety Risk Management Manual for the Australian Coal Mining Industry
(2007), ada tiga pendekatan yang digunakan untuk melakukan penilaian risiko yaitu pendekatan
kualitatif, semi kuantitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif; yaitu analisis dimana penentuan nilai dinyatakan secara kualitatif dalam
pernyataan, seperti sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Penentuan nilai variable tingkat
keseringan dan tingkat konsekuensi dinyatakan juga dalam kategori kualitatif dengan mengacu
pada data dan informasi yang tersedia.
2. Analisis semi-kuantitatif; adalah analisis dimana dilakukan perpduan antara analisis kualitatif dan
kuantitatif, dimana sifat kategorinya menyerupai analisis kualitatif, sedangkan karakteristik nilai
yang digunakan adalah nilai numeric yang menyerupai analisis kuantitatif.
3. Analisis Kuantitatif; adalah metode penilaian risiko yang menggunakan nilai factual yang
merepresentasikan secara langsung nilai variable yang diperoleh dari data dan dokumen
perusahaan secara langsung.
Menurut Iannacchione (2008), Risiko ditetapkan berdasarkan hubungan antara kemungkinan
(likehood) dari suatu kejadian dan konsekuensi yang disebabkan oleh kejadian tersebut. Analisis
risiko merupakan suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan informasi yang ada baik data primer
maupun sekunder untuk mengidentifikasi seberapa besar tingkat kerugian/dampak (consequences) dan
tingkat keseringan (likelihood) satu kejadian yang timbul. Dasar dari analisis risiko adalah
mengestimasi kombinasi dari tingkat konsekuensi dan tingkat keseringan dari risiko yang muncul.
Penilaian tingkat risiko ini secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Risiko = Probabilitas (P) x Dampak (D)
Hubungan tersebut digunakan baik dalam metode analisis risiko kualitatif maupun metode analisis
risiko kuantitatif. Pada metode analisis risiko kuantitatif, risiko dihitung dengan perhitungan
probabilistik dan penilaian risiko mulai dari tinggi ke rendah. Sedangkan metode analisis risiko
15
kualitatif merupakan perhitungan dasar berdasarkan peringkat (rangking) dari tinggi ke rendah.
Metode kualitatif menggunakan matriks risiko seperti pada Tabel 2.1. Kategori kualitatif didefinisikan
sebagai contoh dari rendah hingga tinggi, atau dari tidak mungkin hingga mungkin.
Tabel 2.1 Matrik risiko yang umum digunakan dalam metode Analisis Risiko Kualitatif (sumber:
NIOSH safety and Health, 2008).
Likehood ofOccurence
ConsequenceHigh Value Medium Value Low Value
High Value High Risk
Moderate Risk
Low Risk
Medium Value
Low Value
Penilaian risiko dan analisis teknis dan peralatan terdiri dari serangkaian tindakan sistematis, logis
yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya, menilai risiko dan melakukan kontrol untuk
mengatasi terjadinya kejadian yang berisiko tinggi.
2.3.5 Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses pengambilan keputusan terhadap risiko yang menjadi prioritas dan
penilaian terhadap risiko yang dapat diterima atau tingkatan risikonya diturunkan. Nilai risiko dan
hasil analisis dibandingkan dengan kriteria atau standar level rendah dan dapat diterima, maka
dilakukan pemantauan dan tinjauan ulang secara periodik, sedangkan untuk risiko dengan level lebih
tinggi dilakukan tahap penanggulangan risiko.
Tidak ada kriteria pasti mengenai risiko dalam industri tambang. Konsep yang digunakan oleh
organisasi K3 di perusahaan tambang merupakan pengembangan dari berbagai industri lain yang
sudah menerapkan kriteria penilaian risiko yang sudah distandarkan. Prinsip utama yang digunakan
dalam pengambilan keputusan pada evaluasi risiko. Prinsip tersebut adalah bahwa resiko harus
dturunkan sampai level terendah yang mungkin untuk dilakukan (As Low As Reasonably
Practicable/ALARP) (gambar 2.4). kriteria resiko terdiri dari tiga tingkatan:
16
1. wilayah yang dapat ditolerir
Risiko telah ditunjukkan dapat diabaikan, dan sebanding dengan risiko sehari-hari yang dapat
diterima.
2. Tingkat pertengahan
Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko telah dikurangi sampai level terendah yang mungkin
untuk dilakukan. Merupakan wilayah “ALARP”
3. Wilayah yang tidak dapat ditolerir
Risiko sudah tidak dapat dibenarkan atas dasar apapun. Wilayah “ALARP” tetap digunakan
untuk memungkinkan fleksibilitas dalam pengambilan keputusan.
IntolerableRegion
Risk unacceptable and must be reduced. the action may include
equipment and people or prosedural measures. if risk cannot be reduced to
ALARP level, operating philosophy must be fundamentally reviewed by the
management
ALARP Regionefforts must be made to
reduce risk further, and to as low as resonably practicable, without
expenditure that is grossly disproportionate to the
benefit gained
TolerableRegion
risk level is so low as to not
to require actions to reduce it is magnitude
further
Gambar 2.4 Evaluasi Risiko “ALARP”
BAB III PROGRAM KEGIATAN
Tahapan kegiatan tersebut juga digunakan sebagai bahan masukan pembuatan perangkat lunak
penilaian risiko kecelakaan dan kerusakan lingkungan penambangan.
1. Pembuatan Kerangka Acuan Kerja
Kerangka acuan kerja dimaksudkan untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Pada kerangka acuan ini termuat jadwal kegiatan, susunan personil pelaksana, tahapan pelaksanaan dan jadwal kegiatan.
2. Studi Literatur
Referensi yang diperlukan antara lain perkembangan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti dunia maupun di Indonesia, berkaitan dengan analisis dan penilaian resiko untuk kecelakaan kerja dan dampak lingkungan penambangan.
3. Persiapan Administrasi
Untuk mengoptimalkan kegiatan yang akan dilakukan, maka administrasi pelaksanaan kegiatan
harus tertata dan kebutuhan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan.
4. Pengumpulan data
Pengumpulan data meliputi data yang berhubungan dengan keselamatan kerja dan lingkungan
tambang. Data yang dikumpulkan antara lain data histori dan investigasi kecelakaan lengkap, data
mengenai prosedur kerja, peraturan – peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
lengkap pada setiap kegiatan tambang dan data kondisi tambang dan lingkungan tambang.
Pengambilan data sekunder dilakukan antara lain di Ditjen Minerba, PT. Adaro yang mewakili
tambang batubara; dan PT. Newmont Nusa Tenggara yang mewakili tambang mineral.
5. Penentuan Kriteria Risiko Keselamatan dan Lingkungan
Kriteria risiko keselamatan dan lingkungan ditentukan berdasarkan dua faktor penentu, yaitu
kriteria tingkat probabilitas dan kriteria dampak.
6. Penentuan Tingkat Risiko Keselamatan dan Lingkungan
Penetuan tingkat risiko ini merupakan hasil perkalian tingkat probabilitas terhadap dampak yang
ditimbulkan, sehingga dari nilai ini akan diperoleh gambaran secara keseluruhan risiko yang ada
pada suatu kasus kejadian pada suatu tambang, yang tentu saja lebih memudahkan dalam
pengambilan keputusan dalam hal penerapan pengelolaan risiko keselamatan kerja dan
lingkungan.
7. Pembuatan desain perangkat lunak
Desain perangkat lunak dirancang berdasarkan contoh kasus kejadian yang diperoleh. Perangkat
lunak ini dapat digunakan untuk menganalisis data kecelakaan tambang dan kasus kerusakan
lingkungan serta parameter-parameter yang menjadi penyebab kondisi tersebut. Selain itu
perangkat lunak ini diharapkan dapat untuk mengevaluasi distribusi keterjadian dan parameter-
parameter yang berpengaruh terhadap keselamatan kerja dan lingkungan serta mengkategorisasi
risiko bahaya yang mungkin terjadi disetiap lokasi penambangan dengan studi kasus di lingkup
tambang mineral dan batubara terbuka untuk menghasilkan penilaian risiko dan menggunakan
penilaian risiko tersebut sebagai bantuan untuk pengambilan keputusan
8. Memodelkan kasus penilaian risiko keselamatan dan risiko lingkungan
9. Pelaporan dan tulisan ilmiah
Pembuatan laporan dan tulisan ilmiah merupakan tahapan akhir dari kegiatan ini, yang berisikan
tahapan pelaksanaan kegiatan serta hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB IV METODOLOGI
Metode penelitian yang diterapkan pada kegiatan ini adalah:
1. Melakukan identifikasi terhadap bahaya yang sering timbul berdasarkan data kecelakaan kerja,
dan melakukan analisis pohon kejadian untuk mengidentifikasi bahaya yang dapat timbul dari
suatu kegiatan.
2. Menentukan kriteria penilaian risiko, tingkat kemungkinan dan bahayanya (dampaknya).
Penentuan kriteria penilaian risiko menggunakan metode analisa kualitatif dan semi kuantitatif
untuk mendapatkan matriks penilaian tingkat risiko.
3. Desain Sistem Penilaian risiko
Dalam melakukan penilaian risiko tahapan yang harus dilakukan antara lain:
- Mengidentifikasi dan menjelaskan sistem yang akan dikaji,
- Mengidentifikasi pihak yang berkepentingan sebagai pengguna sistem analisis risiko
- Peraturan yang berhubungan dengan penilaian risiko,
- Menggunakan tabel dampak dan kemungkinan dan perkiraan tingkat risiko, juga
mempertimbangkan kontrol yang dapat dilakukan dari suatu risiko,
- Mengidentifikasi dan merumuskan masalah: Beberapa isu-isu umum termasuk manusia,
keselamatan dan kesehatan, pencemaran lingkungan, kerusakan properti,keamanan dan aspek
ekonomi dan mengembangkan pilihan untuk pengelolaan risiko hingga mencapai tingkat yang
dapat diterima.
4. Pembuatan perangkat lunak
Perancangan perangkat lunak dibuat berdasarkan bahan masukan dan kriteria penilaian pada
desain sistem penilaian risiko kecelakaan dan kerusakan lingkungan yang telah dibuat.
5. Analisis risiko tambang dengan studi kasus kejadian kecelakaan tambang
Ujicoba penilaian risiko menggunakan sistema yang telah dibuat. Sebagai bahan masukan adalah
kasus kecelakaan tambang dan kerusakan lingkungan yang pernah terjadi.
karberacun
terba gas
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penilaian Risiko tambang
5.1.1 Identifikasi Bahaya
Tujuan dari identifikasi bahaya yaitu mengidentifikasi dan membuat daftar bahaya yang mungkin
terjadi dalam suatu kegiatan penambangan seperti cedera, sakit, timbulnya penyakit, dan
kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan apabila tidak dilakukan pengawasan yang efektif.
Informasi mengenai bahaya, tindakan pencegahan dan kontrol yang diterapkan untuk mencegah
terjadinya kejadian bahaya diberikan kepada pekerja.
Metode analisis yang dugunakan dalam melakukan identifikasi bahaya berupa analisis pohon
kegagalan (fault tree analysis). Pada metode ini bahaya teridentifikasi berdasarkan hubungan dengan
kejadian puncak (top event) yang merupakan titik awal dari kegiatan konstruksi pohon kegagalan,
langkah selanjutnya mengidentifikasi kejadian-kejadian failure sebagai bahaya yang dapat
menyebabkan terjadinya kejadian puncak. Berikut adalah contok dari analisis pohon kegagalan dari
kegiatan peledakan (gambar 5.1).
Peledakan
Misfire Jatuhan
tertimpa
gas beracun
Bongkahanledakan/keba
karan
tertimpa longs ora
nGas terbakar beracun
Gambar 5.1 Analisis pohon kegagalan pada kegiatan peledakan
Dari hasil analisis pohon kegagalan kejadian bahaya atau risiko bahaya yang mungkin timbul antara
lain: tertimpa, tertimbun longsor, dan kontak dengan racun (gas beracun). Metode ini juga digunakan
untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin timbul dari setiap kegiatan penambangan. Identifikasi
bahaya dilakukan berdasarkan sejarah kejadian dan data investigasi kecelakaan yang diperoleh baik
dari perusahaan tambang, maupun dari Minerba. Data tersebut digunakan untuk menyimpulkan dan
mengklasifikasikan bahaya sebagai masukan dalam proses penilaian risiko. Identifikasi bahaya
merupakan hal yang sangat berpengaruh pada proses penilaian risiko.
Berdasarkan hasil analisis, jenis bahaya yang sering terjadi pada kegiatan penambangan antara lain:
- terjatuh pada level yang sama,
- jatuh pada level yang lebih rendah,
- terjepit/tergencet,
- tersangkut,
- tertabrak,
- menabrak,
- kontak dengan (listrik, panas, dingin, radiasi, kebisingan, racun),
- terkena suhu ekstrim,
- beban kerja/ tekanan yang berlebihan,
- karena faktor lingkungan (tumpahan, gas beracun, keluhan masyarakat).
5.1.2 Parameter Penilaian
Risiko diukur sebagai fungsi dari konsekuensi kejadian yang tidak diinginkan (dampak) dan
kemungkinan terjadinya kejadian tersebut (Probabilitas).
Tingkat Risiko = Dampak x Probabilitas
Untuk menentukan tingkat risiko tersebut terlebih dahulu dilakukan penentuan kriteria penilaian
berupa rangking / skala untuk kemungkinan, dampak dan resultan risiko. Dalam penentuan skala
identifikasi risiko harus tergambarkan secara penuh mulai dari yang paling rendah hingga paling
tinggi. Tingkat risiko digambarkan dalam matrik antara dampak dan kemungkinan (probabilitas).
Penilaian dampak dan probabilitas dilakukan dengan metode analisis kualitatif. Metode ini merupakan
metode penilaian yang sering digunakan karena lebih cepat dan mudah. Identifikasi tersebut
merupakan komparasi antara risiko kejadian dan tingkat risiko yang ditentukan dalam matriks risiko.
Dalam analisa kualitatif digunakan skala kriteria untuk setiap skala kemungkinan mulai dari kejadian
dengan kemungkinan yang jarang, kemungkinan kecil, mungkin, kemungkinan besar sampai dengan
yang pasti terjadi. Juga digunakan skala dan kriteria untuk dampak mulai dari dampak dengan akibat
yang tidak signifikan, ringan, sedang, berat sampai dengan fatal. Penentuan tingkat kemungkinan dan
dampak tersebut berdasarkan penentuan penyebab kecelakaan baik itu penyebab langsung maupun
penyebab tidak langsung sesuai dengan hasil pengelompokan bahaya. Skala dan kriteria penilaian
dapat dilihat pada table 5.1.
Tabel 5.1 Skala dan Kriteria yang digunakan dalam Penilaian Tingkat Risiko Tambang
Skala Kemungkinan (likehood) Skala Dampak (impact)
Jarang kejadian dapat terjadi dalam kondisi luar biasa
Kejadian jarang terjadi dalam industri
TidakSignifikan
Tidak memerlukan pertolongan medis
tidak ada kehilangan waktu kerja
Kemungkinan kecil
Kejadian telah terjadi di tempat lain
Kejadian terjadi setiap 10 tahun
Ringan memerlukan pertolongan medis
korban tidak bisa melakukan tugashingga 1 hari
Mungkin Kejadian akan terjadi dalam kondisi tertentu
Kejadian terjadi setiap tahun
Sedang korban tidak mampu melakukan tugas lebih dari 1 hari
memerlukan pertolongan medis
Kemungkinan besar
Kejadian diperkirakan akan terjadi
Kejadian terjadi setiap minggu/setiap bulan
Berat korban tidak mampu melakukan tugas lebih dari 3 minggu
Cacat permanen
Pasti Kejadian akan terjadi
Kejadian terjadi setiap hari
Fatal/
Katastropik
Kejadian fatal
(korban meninggal dalam waktu 24 jam dari kecelakaan)
Tingkat risiko diperoleh dengan menggunakan analisa semi kuantitatif, terlebih dahulu dibuat kriteria
penilaian dan peringkat resiko. Peringkat resiko ditentukan dalam tiga tingkat, yaitu risiko rendah,
risiko sedang dan risiko tinggi (NIOSH, 2008). Dalam pembuatan peringkat risiko yang ditambahkan
peringkat ekstrim menjadi kategori kejadian yang menimbulkan dampak berat dengan kemungkinan
kejadian yang dapat/mungkin terjadi sampai pasti terjadi, juga untuk kejadian yang menimbulkan
dampak fatal (kasatropik) dengan kemungkinan kejadian kecil hingga pasti. Penentuan peringkat
ekstrim dibuat dalam rangka menerapkan pengelolaan K3 tambang yang baik untuk mencapai “zero
accident”. Kejadian ekstrim tersebut memerlukan penanganan yang menyeluruh dengan
mengupayakan penanggulangan dan pencegahan agar kejadian tersebut tidak terjadi kembali.
Kriteria tingkat risiko rendah adalah untuk kejadian dengan dampak yang tidak signifikan dengan
kemungkinan sampai mungkin dan kejadian dengan dampak ringan dengan kemungkinan jarang
sampai kecil. Kriteria tingkat risiko sedang adalah untuk kejadian dengan dampak yang tidak
signifikan tetapi dengan kemungkinan besar, kejadian dengan dampak yang ringan tetapi memiliki
kemungkinan yang mungkin, kejadian dengan dampak sedang dengan kemungkinan yang jarang
sampai dengan kemungkinan kecil, dan kejadian dengan dampak berat tetapi dampaknya tidak
signifikan. Kriteria untuk tingkat resiko tinggi adalah untuk kejadian tidak signifikan tetapi memiliki
kemungkinan yang pasti, kejadian dengan dampak yang ringan tetapi dengan kemungkinan yang
besar sampai pasti, kejadian dengan dampak yang sedang dengan kemungkinan yang mungkin sampai
besar, kejadian dengan dampak yang berat tetapi kemungkinannya kecil, dan kejadian dengan dampak
fatal tetapi kemungkinan kejadiannya jarang terjadi.
Berdasarkan data keterjadian dan hasil beberapa studi menggunakan matriks risiko semi kuantitatif
berupa tabel konsekuensi (dampak) dan kemungkinan (probabilitas) untuk memprioritaskan risiko dan
peluang berdasarkan pada penilaian konsekuensi dan kemungkinkan kualitatif. Nilai-nilai numerik
digunakan untuk menjelaskan tingkat risiko atau peluang adalah semi kuantitatif dan harus digunakan
untuk memeringkat tujuan saja.
Matriks yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan peringkat penilaian risiko dapat dilihat pada
tabel 5.3.
Tabel 5.2 Matriks tingkat risiko
Tingkat Risiko
Kemungkinan xDampak
Kemungkinan (probabilitas)
Jarang Kemungkinan kecil Mungkin Kemungkinan
besar Pasti
Tidak signifikan 1 2 4 7 11
Ringan 3 5 8 12 16
Sedang 6 9 13 17 20
Berat 10 14 18 21 23
Fatal 15 19 22 24 25
Tabel 5.3 Peringkat risiko
Peringkat Risiko
Ekstrim (18 - 25)
Tinggi (11 - 17)
Sedang (6 - 10)
Rendah (1 - 5)
Dalam penilaian risiko tambang penentuan tingkat kemungkinan dan dampak dari suatu kejadian
berbahaya ditentukan oleh personel yang memiliki keahlian dalam melakukan investigasi kecelakaan
tambang (biasanya dari bagian Keselamatan Kerja Tambang (K3)) terutama yang telah memiliki
pelatihan dan sertifikat K3 berdasarkan batasan sesuai dengan standar management yang ditetapkan
perusahaan.
Penilaian risiko ini merupakan tahap awal dalam suatu perencanaan pengelolaan kecelakaan dan
sangat penting untuk selanjutnya digunakan dalam menentukan langkah-langkah penanggulangan dan
mengurangi timbulnya kerugian di masa depan. Penilaian yang dilakukan harus dapat menjawab apa
ancaman yang dapat timbul dari suatu kejadian; tingkat keparahannya; pengaruh dari kejadian;
kerugian yang dapat timbul dan apa penyebabnya.
5.2 Desain Sistem Penilaian Risiko menggunakan Perangkat Lunak
Tujuan dari analisis risiko adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis bahaya, urutan kejadian
yang mengarah ke bahaya, dan risiko kejadian berbahaya. Perangkat lunak dirancang sebagai
database dalam pengelolaan K3 tambang dan juga sistem yang dapat melakukan penilaian risiko K3
tambang. Sistem juga dapat digunakan sebagai sistem informasi kejadian kecelakaan dan
pengelompokan kejadian.
Desain dari sistem penilaian terdiri dari sistem pelaporan dan investigasi kejadian, analisis risiko,
identifikasi risiko dan pengelolaan risiko kejadian. Sistem dapat merekam suatu kejadian secara detail
dan menyeluruh. Penilaian dilakukan berdasarkan hasil investigasi dan penilaian manajemen K3.
25
5.2.1 Pelaporan dan Investigasi Kecelakaan
Untuk membuat pelaporan dan investigasi baru langkah pertama yang dillakukan adalah membuat
kasus baru dapat di klik pada sudut kiri atas dan memilih kategori kecelakaan yang terletak pada sudut
kiri bawah (gambar 5.2). Penomoran dan penyimpanan file pelaporan tersimpan secara otomatis
berdasarkan urutan pelaporan.
Gambar 5.2 Awal tampilan pembuatan laporan dan investigasi kejadian
Jenis kasus kejadian dapat langsung dimasukan yang dikategorikan sebagai kejadian fatal, luka berat,
luka ringan,kerusakan property, penyakit akibat kerja, kerugian, lingkungan dan insiden lainnya.
Pembuatan kategori ini merupakan kategori awal sebelum dilakukan analisis, yang digunakan sebagai
pengelompokkan data kejadian.
Halaman investigasi merupakan halaman pembuatan laporan suatu kejadian (gambar 5.3) yang terdiri
dari:
- Data pelapor
- Data korban dan pihak yang terlibat
- Deskripsi kronologis kejadian
- Dampak, konsekuensi dan risiko aktual
- Potensi dampak konsekuensi dan risiko
- Rincian cidera, kerusakan dan kerugian
- Foto kejadian
Halaman ini terdiri dari daftar isian, daftar pilihan dan deskripsi kejadian. Setiap kasus kejadian
tersimpan dalam database kasus. Status kasus kejadian dan investigasi harus mendapatkan
26
persetujuan dari pihak penanggung jawab K3 tambang. Juga terdapat keterangan apakah
penyelidikan sudah ditutup/ selesai atau masih dalam tahap penyelidikan. Dalam pelaporan dan
investigasi ini juga dapat dilakukan komunikasi antar personel maupun dengan pihak manajemen
yang terhubung dalam perangkat lunak melalui email. Poses pengiriman email rincian kejadian yang
akan dikomunikasikan dan dapat dilakukan secara langsung.
Gambar 5.3 Tampilan halaman pelaporan dan investigasi
5.2.2 Analisis Risiko
Pada halaman ini terdapat matriks penentuan tingkat risiko kejadian sesuai dengan hasil penentuan
skala dan kriteria dampak dan kemungkinan yang telah ditetapkan sebelumnya (gambar 5.4). Pilih
tingkat dampak dan konsekuensi pada halaman pelaporan. pada halaman ini dapat diketahui tingkat
resiko kejadian mulai dari peringkat rendah sampai ekstrim.
27
Gambar 5.4 Tampilan halaman analisis risiko kejadian
5.2.3 Evaluasi Risiko
Halaman ini terdiri dari kolom macam bahaya, mekanisme terjadinya bahaya, dan pengendalian yang
dapat dilakukan (gambar 5.5) berupa panduan pengendalian bahaya. Identifikasi bahaya dapat terus
berkembang dan disempurnakan sesuai dengan keperluan pemakaian perangkat lunak dan
perkembangan peraturan-peraturan yang diterapkan. Evaluasi ini bersifat dinamis dalam rangka
menekan tingkat kecelakaan kerja. Evaluasi risiko adalah proses pengambilan keputusan terhadap
risiko yang menjadi prioritas sehingga bahaya dapat teridentifikasi dan dapat dilakukan
pengendaliannya.
Penilaian risiko merupakan tahap awal suatu perencanaan pengelolaan kecelakaan dan sangat penting
digunakan dalam menentukan langkah-langkah penanggulangan dan mengurangi timbulnya kerugian
di masa depan. Penanggulangan yang dilakukan dapat berupa pembuatan/penyempurnaan peraturan-
peraturan keselamatan kerja (job safety task) penyempurnaan prosedur operasional (standard
operational procedur), dan prosedur penanggulangan bahaya.
28
Gambar 5.5 Tampilan halaman identifikasi bahaya
5.2.4 Analisis Risiko Pekerjaan
Untuk melakukan penghitungan risiko dari suatu pekerjaan dapat dilakukan pada halaman analisis
risiko pekerjaan (gambar 5.6). Untuk melakukan penilaian terlebih dahulu ditentukan Potensi bahaya,
nilai faktor risiko dan tingkat resiko.
Gambar 5.6 Tampilan halaman analisis risiko pekerjaan
29
Untuk menjalan aplikasi perangkat lunak dibutuhkan perangkat komputer dengan spesifikasi minimal
sebagai berikut :
- Sistem Operasi Windows XP,
- Ruang penyimpanan kosong (harddisk) pada drive C sebesar 40 Mb,
- Ruang penyimpanan pada server tergantung dari banyak data yang akan ditangani
- Koneksi jaringan ke server,
- Hak akses pemakai untuk operasi baca dan tulis ke server: \\ SE C\ Mon it o ri n g - K 3,
- Hak akses pemakai untuk operasi baca dan tulis ke drive lokal C:\,
- Media penyimpan backup data.
Aplikasi dikembangkan dengan menggunakan peangkat lunak visual basic 6.0, untuk melakukan
instalasi dapat dilakukan dengan cara :
- Jalankan dari file Install.bat yang ada pada media CD
- Lebih baik lakukan Instalasi Visual Basic 6.0
• File utama sistem
Aplikasi terdiri dari 2 buah file utama, file-file pendukung dan file data, file utama tersebut
adalah:
- K3.EXE , file yang terinstalasi pada PC lokal. File ini berfungsi untuk menjalankan file
CORE_K3.EXE setelah berhasil melakukan proses login (pengisian Nama dan password)
- CORE_K3.EXE, file ini berada di Server, dan akan dijalankan dari program K3.EXE, untuk
bisa menjalankan pemakai (yang melakukan login pada PC) harus mempunyai hak akses
baca dan tulis ke lokasi Server tersebut.
• Lokasi File
Sistem dirancang agar dapat menggunakan koneksi dengan jaringan. File data dan file pendukung
lainnya tersimpan secara otomatis di server. Hak akses sistem berada di server. Sistem jaringan
dapat dilihat pada gambar 5.7.
30
Gambar 5.7 Sistem Jaringan
5.3 Studi Kasus Kejadian
Berikut merupakan salah contoh analisis risiko untuk kasus kejadian bahaya yang terjadi di area
tambang.
1. Kejadian pekerja yang terjatuh
• Area Kejadian: Area Tambang
• Deskripsi kejadian: seorang pekerja terpeleset dan jatuh ketika sedang bekerja pada lereng
tambang dan tertimpa puing-puing longsoran.
• Penyebab potensial:
- Tidak memakai alat pelindung yang aman (alat keselamatan, dll.);
- karyawan terganggu (oleh aktivitas lain misal: sengatan lebah);
- kaki terjebak dalam wire mesh (trip);
- permukaan yang tidak stabil;
- desain lereng yang buruk (tidak teratur, tidak konsisten atau licin).
• Konsekuensi potensial: Kecelakaan personal
• Potensi dampak (impact) : Sedang
• Kemungkinan (likehood): kemungkinan kecil
• Tingkat Risiko: sedang
Tujuan dari analisis risiko adalah untuk dapat menciptakan tata kerja yang aman sehingga risiko
yang mungkin timbul dari suatu pekerjaan dapat ditekan ke batas terendah. Dalam contoh kasus
diatas pekerjaan yang dilakukan pada lereng tambang memiliki tingkat risiko yang sedang.
Tindakan penanggulangan atau pencegahan yang harus dilakukan, antara lain:
31
- penggunaan perlindung diri yang memadai (safety harness);
- Melakukan pemeriksaan kelengkapan peralatan keselamatan kerja sebelum memulai
pekerjaan;
- desain lereng tambang dan penggunaan bahan yang lebih baik;
- Melaksanakan pelatihan mengenai tata cara bekerja yang aman pada lereng tambang.
Tindakan pencegahan tersebut dapat berupa penerapan standar prosedur kerja, juga penerapan
standar bagi desain lereng tambang yang sesuai yang disosialisasikan dengan melakukan
pelatihan bagi pekerja.
2. Kejadian dump truck yang menabrak unit lain
• Area Kejadian: Area Tambang
• Deskripsi kejadian:
Di area front dump truck dari disposal tiba di front dan berhenti untuk mengantri dan tanpa
di sadari karena terlambat memberhentikan kendaraannya menabrak kendaraan didepannya
menyebabkan kaca kabin depan pecah dan hand rail kanan penyok.
• Penyebab potensial:
- Sopir kurang konsentrasi
- Tindakan tidak aman
• Konsekuensi potensial: Kerusakan properti
• Potensi dampak (impact) : Sedang
• Kemungkinan (likehood): kemungkinan kecil
• Tingkat Risiko: sedang
Tindakan penanggulangan atau pencegahan yang harus dilakukan, antara lain:
- Memberikan sangsi administratif;
- Memberikan safety talk mengenai konsentrasi dalam kerja dan tata cara mengoperasikan unit
dengan aman.
3. Kejadian bahaya yang berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan
• Area Kejadian: mine water management
• Deskripsi kejadian: limit pompa menyebabkan proses pemurnian air tidak dapat memproses
air yang melebihi kapasitas sistem.
• Penyebab potensial:
- Pencemaran lingkungan
- Melebihi batas buangan/pelepasan ke luar
32
- Berpotensi melanggar peraturan
• Konsekuensi potensial: Kerusakan lingkungan
• Potensi dampak (impact) : berat
• Kemungkinan (likehood): kemungkinan kecil
• Tingkat Risiko: ti nggi
Tindakan penanggulangan atau pencegahan yang harus dilakukan, antara lain:
- Melakukan monitoring;
- membuat rencana pengendalian darurat;
- menjaga keseimbangan air
- membuat pengaturan proses yang menghasilkan limbah untuk menghindari air dari proses yg
berlebih.
Kegiatan pencegahan dn penanggulangan harus dapat dilaksanakan dan menjadi prioritas untuk
kejadian dengan tingkat resiko yang tinggi. Harus ada prioritas untuk menurunkan tingkat risiko
ke batas yang paling bawah.
4. Kejadian tumpahan oli akibat kebocoran
• Area Kejadian: area tambang
• Deskripsi kejadian: terjadi kebocoran hose pada saat unit sedang melakukan dumping,
sehingga ceceran oli tersebar di tanah.
• Penyebab potensial:
- Kerusakan hose hydraulic akibat adanya patahan pada hose di area pitting.
• Konsekuensi potensial: Kerusakan lingkungan
• Potensi dampak (impact) : sedang
• Kemungkinan (likehood): kemungkinan kecil
• Tingkat Risiko: sedang
Tindakan penanggulangan atau pencegahan yang harus dilakukan, antara lain:
- Perbaikan;
- Membersihkan ceceran oli;
- Pengecekan unit yang akan digunakan dalam kegiatan operasional.
5.4 Sistem Pengendalian Kecelakaan Kerja
Hal utama dalam pengelolaan K3 tambang adalah sistem pengendalian yang memadai sehingga dapat
mencegah terjadinya kecelakaan dalam suatu sistem kerja. Sistem tersebut tediri dari beberapa elemen
33
dan sub elemen berupa kebijakan pengelolaan K3 yang ditetapkan oleh perusahaan. Kebijakan yang
ditetapkan harus mengacu kepada standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dan juga dapat
mengacu pada standar yang berlaku secara internasional. Sub elemen dalam sistem pengendalian ini
berupa standar prosedur kerja dari setiap kegiatan dan juga analisa keselamatan kerja (Job Safety
Analysis (JSA)) atau instruksi kerja (work instruction)
Terjadinya kerugian baik itu kejadian kecelakaan atau kerusakan yang tidak diharapkan dapat
disebabkan oleh kekurangan dalam sistem pengendalian akibat tidak terdapatnya elemen atau sub
elemen yang memadai dalam program, selain itu juga dapat disebabkan oleh tidak tersedianya standar
yang memadai sebagai alat kontrol, dan dapat disebabkan oleh standar yang tidak dijalankan
sepenuhnya. Kerugian juga dapat disebabkan oleh faktor lain sebagai penyebab dasar berupa faktor
pribadi pekerja dan faktor pekerjaan/sistem. Juga dapat diakibatkan oleh penyebab langsung berupa
tindakan di bawah standar atau juga kondisi dibawah standard dan terjadinya kontak seperti terjatuh,
terjepit, terbentur, dan lain lain. Oleh sebab itu diperlukan analisa penyebab kecelakaan secara
menyeluruh dalam menerapkan suatu sitem pengendalian keselamatan kerja.
Pada table 5.4 terdapat contoh dari peraturan peraturan yang diterapkan oleh manajemen keselamatan
kerja pada beberapa perusahaan tambang berupa kebijakan dan juga peraturan standar kerja dan
instruksi kerja. Peraturan-peraturan tersebut merupakan standar kebijakan yang diterapkan oleh
perusahaan tambang dan harus dipenuhi oleh setiap persunal yang terlibat sesuai dengan tahapan-
tahapan prosedur dan instruksi kerja yang harus diinformasikan secara detil.
34
Tabel 5.4. Contoh standar yang diterapkan dalam pengelolaan keselamatan kerja
Standar/Kebijakan Prosedur Kerja Instruksi Kerja (JSA) Acuan
Petunjuk umummonitoring retakan(PT. AdaroIndonesia)
No. Dokumen: MIHA.SOP.0650. R01
- Lakukan pengambilan data koordinat(pick up) untuk setiap crack yang ditemukan di lapangan
- Pasang crackmeter yang ukurannya disesuaikan dengan kondisi yang terjadi
- Pasang prisma monitoring jika crackyang terjadi terlalu besar dan sudah tidah efektih lagi menggunaakn crackmeter
- Lokasi crackmeter atau prismayang terpasang segera dilakukan survey untuk diketahui koordinatnya dan diberi nomor sesuai dengan urutan database
- Crack dipantau secara teratur melalui crackmeter atau prisma sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh geotechnical engineer
- Lakukan regular monitoring berdasarkan pada intensitas pergerakannya, dengan ketentuan sebagai berikut: Tidak ada pergerakan : setiap
minggu < 1mm/hari : setiap 3 hari > 1mm/hari : setiap hari Setiap sehabis hujan lebat.
Job safety monitoring - crack monitoring
Start
Lay out lokasi retakan oleh team
survey
Retakan yang terjadi relatif
besar, berpotensi longsor
tidak ya
Install Install prisma crackmeter monitoring
Lay out instrument monitoring oleh team
survey
Monitor pergerakan crack sesuai jadwal yang telah
ditetapkan
stabil Grafik intesitas
perkembanganInput hasil monitoring ke retakan (crack)
dalam database
Lakukan upaya Masukkan data perbaikan lereng monitoring ke supaya menjadi dalam failure
stabil report
Tidak stabil
Hentikan aktifitas tambang pada area
longsoran
Selesai
- ISO 9001:2000Lingkungan Kerja
- ISO 14001:2004Pengendalian Operasional
- OHSAS 18001:1999Pengendalian Operasional
- Permenaker 05/1996Standar pemantauan
- Kepmen555.K/25/MPE/1995Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan umum
35
Analisa Kestabilan Kemiringan (Slope Stability Analysis)
(PT. AdaroIndonesia)
No. Dokumen:
PTAI.GTC.SOP.002
Adalah suatu analisa untuk menilai kestabilan suatu desain kemiringan tambang
- Perhitungan nilai untuk parameter- parameter kekuatan massa batuan dan tanh berdasarkan hasil uji di lapangan dan di laboratorium.
- Pemodelan analisis stabilitas kemantapan lereng dengan mengunakan nilai aktual kekuatan massa batuan/tanah dan muka airtanah dari desain yang diajukan dengan menggunakan metode kesetimbangan batas dan metode numerik sampai mendapatkan faktor keamanan > 1.2.
- Jika tinggi aktual muka air tanah >target tinggi muka air tanah maka perlu dilakukan penurunan muka air tanah.
- Rekomendasi desain lereng tambang dan/atau disposal diserahkan pada departemen production planing jika hasil rekomendasi berbeda dengan desain yang diajukan.
- ISO 9001:2000Kontrol operasi produk dan persyaratan service
- ISO 14001:2004Kontrol Operasional
- OHSAS 18001:2007Kontrol Operasional
- Permenaker 05/1996Keamanan bekerja berdasarkan sistem manajemen K3LH
36
PenangananLongsoran(Failure Handling)
PT. AdaroIndonesia
No. Dokumen:
MIHA.SOP.0660.R01
- Mengkoordinasikan dengan Pelaksana Operasional tambang untuk setiap longsoran yang terjadi baik untuk longsoran kecil maupun longsoran besar (lokasi dan besarnya longsoran)
- Memastikan luas area longsoran dan luas area yang terpengaruh apabila terjadi longsoran susulan
- Demarkasi area longsoran , minor failure dengan memberi batas aman, sedangkan untuk major failure segera kosongkan aktifitas yang berada di area dan atau di bawah longsoran (batas tidak aman=tinggi jenjang longsoran)
- Memasang tanda bahaya longsoran- Melakukan pengambilan data
longsoran dan survey lokasi longsoran- Melakukan input data dalam database
serta plotting pada peta topografi- Melakukan analisa kestabilan lereng
dan mekanisme longsoran serta merekomendasikan tindakan perbaikan ke planing dan operation
Analisis Keselamatan Kerja (JSA) penanganan longsoran
Slopr failure
Coctactoperational Notify all
executor Foreman &
(mining) operations
Make sure Contact Evacuation of
failure andcontinuation
contractors shift personnel &
failure supervisor equipment
Dermacation Discuss
area withcontractors
Analysis ofTake data andsurvey failure
slope Recommend Implementation of area failure by remedial actions remedial Actions
Geo Eng
- ISO 9001:2000Lingkungan Kerja
- ISO 14001:2004Pengendalian Operasional
- OHSAS 18001:1999Pengendalian Operasional
- Permenaker 05/1996Standar pemantauan
- Kepmen555.K/25/MPE/1995Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan umum
37
GeotechnicalHazard ResponsePlanRencana TanggapBahayaGeoteknisPT. NewmontNusa Tenggara
No. Dokumen: NNT-MIN-032- G103
• Merespon/Menanggapi terhadapinformasi• Melaksanakan Inspeksi Lapangansecara visual• Mengenali & Menentukan Bahaya• Membuat dan melaksanakanRencana Respon• Mengkomunikasikan kepada GeneralForemanL&H dan grup G&H Secara Sederahana:“KENALI BAHAYA – AMANKAN LOKASI”
38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
- Penilaian tingkat resiko dinilai menggunakan analisis semi kuantitatif dengan membuat matriks
antara kemungkinan dan dampak dengan hasil berupa peringkat resiko yang terdiri dari tingkat
ekstrim, tinggi, sedang dan rendah. Kriteria kemungkinan dan dampak dibuat dengan
menggunakan analisis kualitatif untuk setiap tingkat kemungkinan mulai dari kejadian dengan
kemungkinan yang jarang, kemungkinan kecil, mungkin, kemungkinan besar dan kejadian pasti
dapat terjadi. Sedangkan kriteria untuk dampak berupa dampak kejadian mulai dari kejadian
dengan dampak tidak signifikan, ringan, sedang, berat hingga kejadian dengan dampak fatal.
- Pada perangkat lunak parameter masukan berupa data pelaporan dan investigasi kejadian
kecelakaan, hasil penilaian berupa tingkat resiko kejadian. Perangkat lunak juga merupakan
database dari setiap kejadian kecelakaan, investigasi dan evaluasi kejadian dan menghasilkan
penilaian risiko sebagai bantuan untuk pengambilan keputusan.
- Ujicoba penilaian berdasarkan studi kasus yang pernah terjadi sebelumnya dengan menggunakan
perangkat lunak yang telah didesain. sebagai bahan masukan dalam penilaian, antara lain:
deskripsi kejadian, tingkat resiko dan tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan.
- Sistem penilaian risiko hasil penelitian terbukti dapat digunakan dalam melakukan penilaian
tingkat kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan penambangan.
6.2 Saran
- Perlu dilakukan kajian lebih lanjut dan penyeragaman sistem agar dapat digunakan sebagai
sistem penilaian dan pelaporan yang digunakan oleh tambang di Indonesia.
- Dalam rangka penerapan sistem, perlu dirancang peraturan yang berlaku sebagai standar dalam
penilaian.
39
DAFTAR PUSTAKA
......................., 2009, Good Practice Guidance on Occupational Health Risk Assessment, InternationalCouncil on Mining and Metals , London.
………………, 2007. Health and Safety Risk Management Manual for the Australian Coal MiningIndustry, Australia
Aven T., 2003, Foundations of Risk Analysis: A Knowledge and Decision-Oriented Perspective, JohnWiley & Sons, Ltd.. ISBN: 0-471-49548-4
A. Iannacchione, F. Varley and T. Brady , 2008. Information Circular 9508. “The Application of Major Hazard Risk Assessment (MHRA) to Eliminate Multiple Fatality Occurrences in the US Minerals Industry”, Department Of Health And Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), Canada.
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kepmen 555 tahun 1995 tentang Keselamatan danKesehatan Kerja (K3) Bidang Pertambangan.
Iverson S., Kerkering J. C., Coleman P., Using Fault Tree Analysis To Focus Mine Safety Research, Spokane Research Laboratory, National Institute for Occupational Safety and Health, Spokane, WA.
Newmont Asia Pasifik, Pedoman Manajemen Risiko dan Peluang Document No. APAC-IMS-GL-02, dikeluarkan April 2009.
Newmont Asia Pasifik, Pelaporan Dan Investigasi Kecelakaan/Insiden, Document No. NAP-IMS-10- GL-0001, dikeluarkan 20 Juli 2010.
Xue S., Reece D., Yarlagadda S., 2010. “Hazard Identification and Risk Management”, APP Coal Mine Health and Safety Project 4 Report. CSIRO Earth Science and Resource Engineering Report EP106662. CSIRO Coal Technology, Australia.