laporan fartok 3 dm

49
ANTI DIABETES MELITUS BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia) Diabetes merupakan penyakit yang dapat menggangu metabolisme glukosa dimana glukosa yang seharusnya menjadi bermanfaat dan merupakan sumber energi, ARIN RIZKI TALIB 15020130082 NURUL MAGFIRAH

Upload: chu-arien-angelaugh

Post on 09-Nov-2015

293 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

ANTI DIABETES MELITUS

ANTI DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUANA. Latar belakangDiabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia)Diabetes merupakan penyakit yang dapat menggangu metabolisme glukosa dimana glukosa yang seharusnya menjadi bermanfaat dan merupakan sumber energi, berubah menjadi musuh dalam tubuh yang mengganggu sistem kestabilan organ.Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini dapat menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti dibetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat mengakibatkan komplikasi mikrovaskular yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). DM juga meningkatkan insiden penyakit makrovaskuler yang mencakup insiden infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer.B. Maksud PercobaanAdapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami efek farmakologi dan obat-obat golongan antidiabetes.C. Tujuan PercobaanAdapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui efek antidiabetes melitus dari obat Glibenklamid, Glimepirid dan metformin, dengan kontrol Na CMC terhadap hewan coba mencit (Mus musculus)D. Prinsip PercobaanAdapun prinsip percobaannya yaitu penentuan efektivitas dari obat-obat diabetes yaitu Glibenklamid, glimepirid, dan metformin terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) yang diinduksi glukosa 10% dengan berdasarkan penurunan kadar glukosa darah tiap interval waktu 30, 60, dan 90 menit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Teori umumDiabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovasular dan neuropati (Sukandar, 2009).Diabetes melitus ialah suatu keadaan yang timbul karena defesiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya di ganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50 % glukosa yang di makan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% di menjadi lemak. Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama di peroleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrsel. Yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul,karena glukoosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat di sertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap glukosa yang diekskresi.Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu maka di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu (Gunawan, 2007).Pangkreas adalah suatu kelenjar endokrim yang menghasilkan hormon peptida insulin, glukagon dan somatostatin, dan suatu kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan. Hormon peptida disekresikan dari sel-sel yang berlokasi dalam pulau-pulau Langerhans ( atau sek-B yang menghasilkan insulin, 2 atau sel-A yang menghasilkan glukagon, dan 1 atau sel-D yang menghasilkan somatostatin). Hormon-hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas metabolik tubuh, dan dengan demikian, membantu memelihara homeostatis glukosa darah (Harvey,2013).Hati merupakan organ utama yang menstabilkan keseimbangan glukosa (homeostatis) antara absorpsi dan penimbunannya sebagai glikogen (pati hewan). Glikogen ini sesudah makan dilepaskan ke dalam sirkulasi untuk menyesuaikan kecepatan pembakaran glukosa oleh jaringan perifer. Hati juga mampu mensintesa glukosa oleh jaringan perifer. Hati juga mampu mensintesa glukosa dari molekul-molekul beratom 3C yang berasal dari perombakan lemak dan protein (Tjay, 2010).Kriteria diagnosis diabetes mellitus adalah kadar glukosa puasa 126 mg/dL atau pada 2 jam setelah makan 200 mg/dL atau HbA1c 8%. Jika kadar glukosa 2 jam setelah makan > 140 mg/dL tetapi lebih kecil dari 200 mg/dL, dinyatakan glukosa toleransi lemah (Sukandar, 2009).Ada 4 jenis sel endokrin, yakni (Tjay. 2010) :1. Sel alfa, yang memproduksi hormon glukagon2. Sel beta dengan banyak granula berdekatan membran selnya, yang berisi insulin (Lat. Insula = pulau). Setiap hari disekresikan ca 2 mg (= 50 UI) insulin, yang dengan aliran darah diangkut ke hati. Kira-kira 50 % hormon ini dirombak di sini, sisanya diuraikan dalam ginjal.3. Sel D, memproduksi sopmatostatin (antagonis somatropin).4. Sel PP memproduksi PP (Pancreatic Polypeptide), yang mungkin berperan pada penghambatan seksresi endokrin dan empedu.Penyakit diabetes mellitus ditandai gejala 3P, yaitu poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum) dan polifagia (banyak makan), yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Tjay. 2010).Disamping naiknya kadar gula darah, gejala kencing manis bercirikan adanyagula dalam kemih (glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang diekskresikan mengikat banyak air. Akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan energi dan turunnya berat badan serta rasa letih. Tubuh mulai membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya, yang disertai pembentukan zat-zat perombakan antara lain aseton, asam hidroksibutirat dan diasetat yang membuat darah menjadi asam. Keadaan ini yang disebut ketoacidosis amat berbahaya karena akhirnya dapat menyebabkan pingsan (coma diabeticum). Napas penderita yang sudah menjadi sangat kurus sering kali juga berbau aseton (Tjay. 2010).Dewasa ini diabetes dapat dibagi dalam 3 tipe, yakni tipe 1, tipe 2, dan tipe hamil (Tjay, 2007) :a. Tipe-1 jenis remaja (juvenile, DM)Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel beta pancreas, sehingga tidak memproduksi insulin lagi dengan akibat sel- sel tidak bisa menyerap dglukosa dari darah. Karena itu kadar glukosa darah meningkat di atas 10 mmol/I, yakni nilai ambang-ginjal, sehingga glukosa berlebihan dikeluarkan lewat urin bersama banyak air. Dibawah kadar tersebut, glukosa ditahan oleh tubuli ginjal.Tipe-I menghadapi orang- orang dibawah usia 30 tahun dan paling sering dimulai pada usia 10-13 tahun. Karena penderita senantiasa membutuhkan insulin, maka tipe I dahulu juga disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus).Penyebabnya belum begitu jelas, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa jenis ini disebabkan oleh suatu infeksi virus yang menimbulkan reaksi auto-imun berlebih untuk menanggulangi virus. Akibatnya sel- sel pertahanan tubuh tidak hanya membasmi virus, melainkan jug turut merusak atau memusnahkan sel- sel Langerhans.Pengobatan satu- satunya terhadap tipe-I adalah pemberian insulin seumur hidup. Berhubungan tipe-I merupakan penyakit auto- imun, maka imunosupresiva seperti azatioprin dan siklosporin dapat menghambat jalannya penyakit, tetapi hanya untuk sementarab. Tipe-2 jenis dewasa (maturity onset, DM2)Lazimnya mulai di atas 40 tahun dengan insidensi lebih besar pada orang gemuk (overweight) dengan BMI> 27 dan pada usia lebih lanjut. Mereka yang hidupnya makmu, makan telampau banyak dan kurang gerak badan lebih besar lagi resikonya.Mulainya DM2 sangat berangsur- angsur dengan keluhan ringan yang sering kali tidak terkendali. Tipe 2 bersifat menyesatkan karena dalam kebanyakan hal baru menjadi manifes dengan tampilnya gejala stadium lanjut. Bahkan, bila sudah terjadi komplikasi misalnya infark jantung atau gangguan penglihatan.Akibat proses menua, banyak penderita jenis ini mengalami penyusutan sel- sel beta yang progresif serta penumpukan amiloid disekitarnya. Sel- sel beta yng tersisa pada umumnya masih aktif, tetapi sekresi insulinnya semakin berkurang. Selain itu kepekaan juga reseptornya juga menurun. Hipofungsi sel-beta ini bersama resistensi insulin yang meningkat mengakibatkan gula darah meningkat (hiperglikemia). Mungkin juga sebabnya berkaitan dengan suatu infeksi virus pada masa muda. Diperkirakan bahwa pada penderita tanpa overweight resistensi insulin tidak memegang peranan.c. Diabetes kehamilan (GDM)Pada wanita hamil dengan penyakit gula regulasi glukosa yang ketat adalah penting sekali untuk menurunkan resiko akan kguguran spontan, cacat- cacat dan overweight bayi atau kematian parinatal.Ada 5 golongan obat antidiabetik oral (ADO) yang dapat digunakan untuk DM dan telah dipasarkan diIndonesia, yakni (Gunawan, 2007) :1. Golongan sulfonylureaDikenal 2 generasi sulfonylurea, generasi 1 terdiri dari tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid, dan klorpropamid. Generasi 2 yang potensi hipoglikemik lebih besar antara lain gliburid (=glibenklamid), glipizid, gliklazid, dan glimepirid. Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretagogues, kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul-granul sel -Langerhans pancreas.2. MeglitinidRepaglinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid, mekanisme kerjanya sama dengan sulfonylurea tetapi struktur kimianya sangat berbeda. Golongan ADO ini merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ATP-independent di sel -pankreas.3. BiguanidSebenarnya dikenal 3 jenis ADO dari golongan biguanid : fenformin, buformin, dan metformin, tetapi yang pertama telah ditarik dari peredaran karena sering menyebabkan asidosis laktat. Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin. Biguanid tidak merangsang ataupun menghambat perubahan glukosa menjadi lemak. Pada pasien diabetes yang gemuk, biguanid dapat menurunkan berat badan dengan mekanisme yang belum jelas pula, pada orang nondiabetik yang gemuk tidak timbul penurunan berat badan dan kadar glukosa darah.4. Golongan TiazolidinedionGlitazon digunakan untuk DM tipe 2 yang tidak memberi respons dengan diet dan latihan fisik, sebagai monoterapi atau ditambahkan pada mereka yang tidak memberi respons pada obat hipoglikemik lain (sulfonylurea, metformin) atau insulin.5. Penghambat enzim -Glikosidase Obat golongan penghambat enzim -glikosidase ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida (starch), dekstrin dan disakarida di intestin. Dengan menghambat kerja enzim -glikosidase di brush border intestine, dapat mencegah peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien DM.Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari dua subunit dan dua subunit yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida. Setelah insulin terikat pada subunit , kompleks insulin-reseptor memasuki sel, dimana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin-reseptor mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan olh kadar insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit dan memulai suatu rantai kompleks reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin (Neal, 2006).Kriteria diagnosis diabetes mellitus adalah kadar glukosa puasa 126 mg/dL, atau pada 2 jam setelah makan 200 mg/dL atau HbA1c 8%. Jika kadar glukosa 2 jam setelah makan > 140 mg/dL, tetapi lebih dari 200 mg/dL, dinyatakan glukosa toleransi lemah (Sukandar, 2008).Manifestasi Klinik Diabetes Melitus yaitu(Sukandar, dkk,2008) :1. DM tipe Ia. Penderita DM tipe I biasanya memiliki tubuh yang kurus dan cenderung berkembang menjadi diabetes ketoasidosis karena insulin sangat kurang disertai peningkatan hormone glucagon.b. Sejumlah 20-40% pasien mengalami DKA setelah beberapa hari mengalami poliuria, polidipsia, polifagia, dan kehilangan bobot badan.2. DM tipe IIa. Pasien dengan DM tipe II sering asimptomatik. Munculnya komplikasi dapat mengindikasikan bahwa pasien telah menderita DM selama bertahun-tahun, umumnya muncul neuropathi.b. Pada diagnosis umumnya terdeteksi adanya letargi, poliuria, nokturia, dan polidipsia sedangkan penurunan bobot badan secara signifikan jarang terjadi.Secara klinik , defisiensi (kekurangan) insulin mengakibatkan hiperglikemia yaitu kadar gula darah yang tinggi, turunnya berat bedan, lelah dan poliuria (sering buang air kecil), disertai haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah kering. Akibatnya juga ketosis serta asidosis dan kecepatan bernapas bertambah (Pearce, 2006).Keadaan sebaliknya ialah hipoglikemia, atau kadar gula darah rendah, dapat terjadi akibat kelebihan dosis insulin , atau karena pasien tidak makan makanan (atau muntah barangkali) sesudah suntikan insulin, sehingga kelebihaninsulin dalam darahnya menyebabkan koma hipoglikemia (Pearce, 2006).Demikian maka koma pada seorang pasien dengan diabetes dapat disebabkan tidak adanya insulin atau terlampau banyak insulin (konma hipoglikemia) yang diobati dengan glukosa (Pearce, 2006).Penolakan insulin adalah kondisi pada jumlah normal insulin yang tidak mencukupi untuk menanggapi respon insulin normal dari lemak, otot dan sel hati. Penolakan insulin pada sel lemak merupakan akibat dari hidrolisis. Penolakan insulin pada otot mengurangi pengambilan glukosa, dan penolakan insulin pada hati mengurangi stok glukosa, dengan akibat pada penyediaan glukosa darah. Penolakan insulin dapat disebabkan oleh sindrom metabolisme dan diabetes melitus tipe 2 (Lopulalan, 2008).B. Uraian bahan1. Aquadest (Ditjen POM, 1979 )Nama resmi: AQUA DESTILLATARM/ BM: H2O / 18,02Pemerian:Cairan jernih,tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan: Sebagai pelarut.2. Glukosa ( Ditjen POM, 1979 )Nama resmi: GLUCOSUMSinonim: GlukosaBM / RM: 198,17 / C6H12O6.H2OPemerian:Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih, tidak berbau, rasa manis.Kelarutan:Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKegunaan:Sebagai penginduksi3. Na CMC (Ditjen POM, 1995)Nama Resmi: Natrii carboxymetylcellulosumNama Lain: CMC, cethylone, thislose, selolax dan polisePemerian: Granul putih atau serbuk putihPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKelarutan: Praktis tidak larut dalam airKegunaan: Sebagai pelarut dan kontrolC. Uraian Obat1. Glibenklamid (Ditjen POM, 1995)Nama Resmi: GlibenclamidumNama Lain: GlibenklamidaPemerian:Serubuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau atau hampir tidak berbauKelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, larut sebagian dalam kloroformPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan: Sebagai pelarut

2. Glimepiride (MIMS,2014 : 280)Indikasi: NIDDM atau tipe 2Efek samping : Muntah, nyeri lambung, diare, pruritus, eritema, urtiaria, erupsi yang menerupai ruam morbil atau penglihatan kabur. leukopenia, agranulositosis, trombositopenia, anemia hemoltik, anemia aplastik, pansitopeni.Kotraindikas: Ketoasidosis diabetik dg atau tanpa disertai koma.Dosis: Awal 1-2 mg 1 x/hr. pemeliharaan: 1-4 mg 1x/hr Maks: 8 mg 1x/hr.Farmakokinetik: Obat ini diabsorbsi dengan baik per oral setelah 1-30 menit sebelum makan . kedua meglitinide dimetabolisme menjadi produk inaktif oleh CYP3A4 di hati dan diekskresi melalui empedu.3. Metformin (MIMS 2014 : 281)Komposisi : Metformin Indikasi: Terapi awal untuk diabetes onset dewasa yang mengalami kelebihan berat badan atau gagal diatasi dengan diet. Terapi kombinasi untuk kegagalan terapi sulfonilurea primer atau sekunder. Terapi tambahan pada IDDM untuk mengurangi dosis insulin.Dosis : Awal 500 mg 3 x/hr atau 850 mg 1x/hr. Pemeliharaan: 850 mg 2x/hr. Maks: 3 g/hrPemberian obat: Berikan saat makanKontra indikasi : Koma diabetikum, ketoasidosis, gangguan fungsi ginjal serius, penyakit hati kronis, gagal jantung, infarkmiokard, alkoholisme, penyakit akut atau kronis yang berhubungan dengan hipoksia jaringan, penyakit yang berhubungan dengan asidosis laktat seperti syok, dan insufisiensi pulmonal.Perhatian : Gangguan hati atau ginjal. Hentikan terapi segera jika terjadi asidosis, hamil dan laktasi.Efek samping : Gangguan Gastrointestinal, asidosis laktat (jarang).Interaksi obat : Dapat mengganggu absorpsi vit. B12. Dosis antikoagulan harus disesuaikan. Simetidin mengurangi bersihan metformin di ginjal.Farmakodinamik :Metformin mereduksi keluaran (ouput) glukosa hepatik, sebagian besar dengan menghambat glukoneogenesis hepatik. Metformin juga memperlambat absorbsi gula oleh usus dan meningkatkan ambillan dan penggunaan glukosa diperifer (Harvey,2014).Farmakokinetik : Metformin oral akan mengalami absorpsi diintestin, dalam darah tidak terikat protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam (Gunawan,2007).D. Uraian Hewan Coba1. Mencit (Mus musculus)a. Klasifikasi Hewan Coba (www.itis.gov) Mencit (Mus musculus) Kingdom : Animalia Phylum : Cordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Family : Muridae Genus:Mus Spesies:Mus musculusb. Karakteristik Hewan Coba (Hariadi, 2012)Mencit merupakan golongan binatang menyusui atau mamalia yang memiliki kemampuan berkembangbiak yang sangat tinggi mudah dipelihara dan menunjukkan reaksi yang cepat terlihat jika digunakan sebagai objek penelitian.Alasan lain tikus digunakan dalam penelitian medis adalah genetik mencit, karakteristik biologi dan perilakunya sangat mirip manusia, sehingga banyak gejala kondisi pada manusia yang dapat direplikasikan pada tikus

BAB IIIMETODE KERJAA. Alat yang digunakanAdapun alat yang digunakan dalam praktikum diabetes melitus adalah, alu, batang pengaduk, gelas kimia, glukometer, kertas timbang, lap kasar, labu ukur 5 ml, lumpang, restainer, spoit 1ml, kanula, timbangan analitik.B. Bahan yang digunakanAdapun bahan yang digunakan dalam praktikum diabetes melitus adalah alkohol, glibenklamid 5 mg, aquadest, glimepirid 3mg, glukosa 10%, metformin, Na CMC 1 % dan tissue.C. Hewan CobaAdapun hewan coba yang digunakan dalam praktikum adalah mencit (Mus musculus).D. Cara kerja1. Pemilihan dan pemeliharaan Hewan cobaa. Dipilih hewan coba yang sehat dan tidak sakit.b. Hewan coba dipuasakan 6-8 jam sebelum praktikum.c. Hewan coba ditimbang 1 hari sebelum praktikum dan diberi penandaan.d. Hewan coba dihitung dosis dan volume pemberian obatnya.

2. Penyiapan bahana. Glukosa 10 %1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.2) Ditimbang glukosa 10 gram, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga terbentuk larutan.3) Ditambahkan dengan aquades hingga volume larutan mencapai 100 ml.4) Disimpan dalam lemari esb. Obat Diabetes Melitus1) Metformin a) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.b) Ditimbang metformin sebanyak 0,242385 mg.c) Dimasukkan obat yang telah ditimbang kedalam labu takar 5 mL.d) Dicukupkan volumenya hingga 5 ml dan dihomogenkan.2) Glimepirida) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.b) Ditimbang glimepiride sebanyak 1,158768 mg.c) Dimasukkan obat yang telah ditimbang ke dalam labu takar 5 mL.d) Dicukupkan volumenya hingga 5 ml dan dihomogenkan.3) Glibenklamida) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.b) Ditimbang glibenklamid sebanyak 6,2166 g.c) Dimasukkan obat yang telah ditimbang kedalam labu takar 5 mL.d) Dicukupkan volumenya hingga 5 ml dan dihomogenkan.3. Perlakuan hewan cobaa. Diambil 9 ekor mencit.b. Dipuasakan mencit selama kurang lebih 6-8 jam.c. Diukur kadar glukosa puasanya.d. Diinduksi dengan glukosa 10%.e. Diukur kembali kadar glukosa setelah induksi.f. Diberikan obat metformin, glimepirid dan glibenklamid pada masing-masing 3 mencit.g. Diukur kembali kadar glukosa darahnya tiap interval waktu 30 menit, 60 menit, 90 menit.

BAB IVHasil PraktikumA. Tabel PengamatanOBATBERAT MENCIT(gr)KADAR GLUKOSA AWAL(mg/dL)KADAR GLUKOSA SETELAH INDUKSI GLUKOSA 10%(mg/dL)WAKTU PENGUJIAN (SETELAH PEMBERIAN OBAT ANTIDIABETES SECARA ORAL)(mg/dL)

306090

METFORMIN500 mg17 144151115155132

20131202128133114

17133166111120111

GLIMEPIRID 3 mg21971751179087

19120219129100107

291552021309396

GLIBENKLAMID 5 mg1915318912110096

211302111409579

BAB VPEMBAHASANDiabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Defisiensi insulin relative yaitu apabila insulin yang disekresikan tidak mencukupi kebutuhan untuk mengikat glukosa dalam darah, sedangkan defisiensi absolute terjadi apabila insulin tidak dapat disekresikan lagi oleh sel pankreas. Pelepasan insulin yang tidak kuat diperberat oleh glukagon yang berlebihan.Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan yang paling sering terjadi. Salah satu kelenjar endokrin yaitu pankreas sebagai insulin tidak normal. Diabetes terdapat 2 tipe, yaitu :1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh defisiensi absolut atau penghancuran sel yang dapat mengurangi produksi insulin. Biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomia, hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Karena sel batu pada langerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi insulin.2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin,(N-IDDM;tipe II) disebabkan oleh penurunan pelepasan insulin atau kelainan respon jaringan terhadap insulin yang menyebabkan hiperglikemia, tetapi tidak hetoksidosis. Tipe ini sering terjadi pada usia lebih dari 35 tahunKadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70 sampai 110 mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl, sedangkan hipoglikemia bila kadarnya lebih rendah dari 70 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hampir semuanya direabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160 sampai 180 mg/dl. Jika konsentrasi serum naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urin, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria.Mekanisme kerja obat-obat hipoglikemik oral secara umum ada 4 yaitu :1. Menurunkan absorbsi karbohidrat yaitu golongan biguanid Metformin, dan Akarbose dari golongan glikooksidase inhibitor.2. Menurunkan sekresi insulin yaitu golongan sulfonil urea generasi kedua dan Miglitinid.3. Menurunkan ambilan glukosa dihati yaitu golongan Biguanid.4. Meningkatkan ambilan glukosa dijaringan periver yaitu golongan sulfonilurea generasi kedua tiazolidindion dan biguanid.Mekanisme kerja dari golongan sulfonilurea yaitu mengontrol glukosa tanpa meningkatkan insulin, golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan DM tipe I. Golongan Biguanid memproduksi glukosa dihati tanpa menurunkan absorbsi karbohidrat, dan melakukan glukogenolisis dihati atau penguraian glukosa. Golongan glukosidase inhibitor mekanisme kerjanya menghambat enzim glukosidase yang merombak karbohidrat menjadi gula yang terdapat diusus halus, golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan DM tipe II.Golongan miglitinid mekanisme kerjanya yaitu merangsang sekresi insulin, sedangkan golongan Tiazolidindion mengurangi resistensi insulin dan golongan ini cocok untuk pengobatan DM tipe II.Obat hipoglikemik oral dari golongan sulfonilurea yang digunakan yaitu Glibenklamin dengan mekanisme kerja meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pulau langerhans, sedangkan pada pengobatan jangka panajang efek utamanya adalah meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan penurunan pengeluaran glukosa dari hati (efek ekstra pankreatik)Sedangkan Obat Hipoglikemik Oral dari golongan Biguanid yang digunakan adalahMetformindengan mekanisme kerja menurunkan glukosa darah tidak tergantung pada adanya fungsi pankreatik sel-sel B. Glukosa tidak menurun pada subjek normal setelah puasa satu malam,tetapi kadar glukosa darah pasca prandial mereka menurun selama pemberian biguanid. Mekanisme kerja yang diusulkan adalah stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan peningkatan eliminasi glukosa dari darah, penurunan glukoneogenesis hati, melambatkan absorbsi glukosa dari saluran cerna dengan peningkatan perubahan glukosa menjadi laktat oleh enterosit dan penurunan kadar glukagon plasmaAdapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui efek antidiabetes melitus dari obat glibenklamid, glimepirid dan metformin, dengan kontrol Na CMC terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).Untuk mengukur kadar glukosa dari hewan uji digunakan alat yaitu seperangkat alat ukur yang terdiri dari glukometer dan strip pembaca glukosa darah yang terpasang pada bagian atas glukometer . Dalam strip terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip maka akan langsung terbaca oleh glukometer.Sebelum dilakukan percobaan, terlebih dahulu dilakukan pra perlakuan yaitu mencit dipuasakan selama 6-8 jam untuk melihat jumlah kadar glukosa darah mencit puasa, setelah itu diukur kadar glukosa mencit puasa.Percobaan dilakukan dengan cara memberikan obat anti diabetes pada hewan uji. Namun sebelum dilakukan pemberian obat, terlebih dahulu mencit diinduksi dengan glukosa 10 %. Hal ini bertujuan agar kadar glukosa hewan coba meningkat sehingga lebih mudah untuk diujikan dengan obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek terapi dari obat. Selanjutnya, diukur kadar glukosa dengan interval waktu , 30, 60, 90. Penggunaan interval waktu yang bervariasi bertujuan untuk mengetahui melihat seberapa lama obat tersebut memberikan efeknya.Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu, untuk kelompok mencit dengan pemberian Metformin pada mencit pertama dengan berat 17 g mempunyai kadar glukosa darah pada menit ke, 30, 60, dan 90 secara berturut-turut yaitu 115mg/dl, 155mg/dl, 132mg/dl. Untuk mencit ke dua dengan berat 20 g mempunyai kadar glukosa darah pada menit ke 30, 60, dan 90 secara berturut-turut yaitu 128mg/dl, 133mg/dl, 114mg/dl, Untuk mencit ke tiga dengan berat 17 g mempunyai kadar glukosa darah pada menit ke 30, 60, dan 90 secara berturut-turut yaitu 111mg/dl, 120mg/dl, 111mg/dl. Untuk kelompok mencit dengan pemberian Glimepirid pada mencit dengan berat mencit 21 g mempunyai kadar glukosa darah pada menit ke 30, 60, dan 90 yaitu 117mg/dl, 90mg/dl, 87mg/dl. Untuk kelompok mencit dengan pemberian Glibenklamid pada mencit dengan berat mencit 19 g mempunyai kadar glukosa darah pada menit ke 30, 60, dan 90 yaitu 121mg/dl, 100mg/dl, 96mg/dl, Dari hasil praktikum yang telah di lakukan dapat di simpulkan bahwa obat yang paling cepat menurunkan diabetes melitus yaitu golongan sulfonilurea yaitu glibenklamid di bandingkan dengan glimepirid dan metformin. Glibenklamid merupakan obat yang mekanisme kerjanya menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan, serta merangsang sekresi insulin pada pankreas hingga hanya efektif bila sel beta pankreas masih dapat berproduksi.

BAB VIPENUTUPA. KesimpulanDari hasil percobaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa obat glibenklamid efektif menurunkan kadar glukosa yang tinggi bila dibandingkan dengan metformin dan glimepirid.B. SaranSebaiknya asisten selalu mendampingi praktikannya selama kegiatan praktikum berlangsung.

DAFTAR PUSTAKADirjen POM , 1979 , Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

Dirjen POM , 1995 , Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta

Gunawan, Sulistya. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. FKUI, Jakarta

Hariadi. 2012. Peluang Jitu Beternak Tikus Putih. Pustaka Baru Press: Yogyakarta

Harvey, C. Richard, 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. EGC : Jakarta

Lopulalan. 2008. Kajian Formulasi dan Isothermis Sorpsi Air Biskuit Jagung. Sekolah Pasc Sarjana, Institut Pertanian, Bogor

MIMS Petunjuk Konsultasi. 2014. MIMS Petunjuk Konsultasi Indonesia Edisi 13.Kelompok Gramedia: Jakarta.

Pearce, 2006,Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT.Gramedia, JakartaSukandar. Dkk. 2009. Iso Farmakoterapi. PT ISFI. Jakarta

Tjay, T , H , dkk, 2010 , Obat-obat Penting , PT. Elex Media Komputindo , Jakarta.

www.itis.gov (Integrated Taxonomic Information System).

LAMPIRANA. Daftar obat yang digunakanAdapun obat yang digunakan yaituGlibenklamid, Glimipirid dan Metformin.B. Perhitungan dosis1. GlibenklamidDosis obat= 5 mgBerat etiket= 5 mgBerat rata-rata= 159,4 mgVolume larutan stok= 5 mLUntuk mencit 20 g= 5 mg x 0,0026= 0,013 mg 30Untuk mencit 30 g= x 0,013 mg 20= 0,0195 mg 5 mLlarutan stok 5 mL= x 0,0195 mg 0,5 mL= 0,195 mg/ 5 mL 0,195 mgBYD= x 159,4 mg 5 mg= 6,2166 mg

2. GlimepiridDosis obat= 3 mgBerat etiket= 5 mgBerat rata-rata= 49,52 mgVolume larutan stok= 5 mLUntuk mencit 20 g= 3 mg x 0,0026= 0,0078 mg 30Untuk mencit 30 g= x 0,0078 mg 20= 0,0117 mg 5 mLlarutan stok 5 mL= x 0,0117 mg 0,5 mL= 0,117 mg/ 5 mL 0,117 mgBYD= x 49,52 mg 5 mg= 1,1588 mg3. Metformin Dosis obat= 500 mgBerat etiket= 500 mgBerat rata-rata= 0,6215 mgVolume larutan stok= 5 mLUntuk mencit 20 g = 500 mg x 0,0026= 13 mg 30Untuk mencit 30 g= x 13 mg 20= 19,5 mg 5 mLlarutan stok 5 mL= x 19,5 mg 0,5 mL= 195 mg/ 5 mL 195 mLBYD= x 0,6215 mg 500 mg= 0,2424 mg

SKEMA KERJAMencit dipuasakan

Ukur konsentrasi glukosa puasa

Induksi glukosa 10%

Ukur glukosa Setelah induksi

Pemberian obat (peroral)

Glibenklamid Metformin glimepirid

Ukur konsentrasi glukosa tiap 30, 60, dan 90

BROSUR OBATA. Brosur obat yang digunakan

METFORMIN

.: KEMASAN & NO REG :.

Metformin 500 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0608513117A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Meftormin merupakan obat antidiabetik oral yang berbeda dari golongan sulfonilurea baik secara kimiawi maupun dalam cara bekerjanya. Obat ini merupakan suatu biguanida yang tersubsitusi rangkap yaitu Metformin (dimethylbiguanide) Hydrochloride. Mekanisme kerja Metformin antara lain : Metformin merupakan zat antihiperglikemik oral golongan biguanid. Mekanisme kerja Metformin menurunkan kadar gula darah dan tidak meningkatkan sekresi insulin. Metformin tidak mengalami metabolisme di hati, diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah terutama dalam air kemih dan sejumlah kecil dalam tinja.

.: INDIKASI :.

Untuk terapi pada pasien diabetes yang tidak tergantung insulin dan kelebihan berat badan dimana kadar gula tidak bisa dikontrol dengan diet saja. Dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dapat diberikan sebagai obat kombinasi dengan Sulfonilurea. Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes dengan ketergantungan terhadap insulin yang simptomnya sulit dikontrol.

.: KONTRA INDIKASI :.

Koma diabetik dan ketoasidosis. Gangguan fungsi ginjal yang serius, karena semua obat-obatan terutama dieksresi melalui ginjal. Penyakit hati kronis, kegagalan jantung, miokardial infark, alkoholisme, keadaan penyakit kronik atau akut yang berkaitan dengan hipoksia jaringan. Keadaan yang berhubungan dengan laktat asidosis seperti syok, insufisiensi pulmonal, riwayat laktat asidosis, dan keadaan yang ditandai dengan hipoksemia. Hipersensitif tehadap obat ini. Kehamilan dan menyusui.

.: DOSIS :.

Dosis awal 500 mg : 1 tablet 3 kali sehari. Pemberian Metformin 500 mg dalam beberapa hari biasanya cukup dapat mengendalikan penyakit diabetes, tetapi tidak jarang efek terlambat dicapai sampai dua minggu. Apabila dosis yang diinginkan tidak tercapai, dosis dapat dinaikkan secara berhati-hati (maksimum 3 gram sehari). Bila gejala diabetes telah dapat dikontrol, dosis dapat diturunkan. Pada pengobatan kombinasi dengan sulfonilurea, mula-mula diberikan 1 tablet Metformin 500 mg, dosis dinaikkan perlahan-lahan sampai diperoleh kontrol optimal. Dosis sulfonilurea dapat dikurangi, pada beberapa pasien bahkan tidak perlu diberikan lagi. Pengobatan dapat dilanjutkan dengan metformin sebagai obat tunggal. Apabila diberikan bersama insulin, dapat mengikuti petunjuk ini :1. Bila dosis insulin kurang dari 60 unit sehari, permulaan diberikan satu tablet metformin 500 mg, kemudian dosis insulin dikurangi secara berangsur-angsur (4 unit setiap 24 hari). Dosis Metformin dapat ditambah setiap interval mingguan.2. Bila dosis insulin lebih dari 60 unit sehari, pemberian Metformin adakalanya menyebabkan penurunan kadar gula darah dengan cepat. Pasien yang demikian harus diobservasi dengan hati-hati selama 24 jam pertama setelah pemberian Metformin. Setelah itu dapat diikuti petunjuk (1). Tablet diberikan bersama makanan atau setelah makan. Dosis percobaan tunggal. Penentuan kadar gula darah setelah pemberian suatu dosis percobaan tunggal tidak memberikan petunjuk apakah seorang penderita diabetes akan memberikan respon terhadap Metformin berminggu-minggu. Oleh karena itu dosis percobaan tunggal tidak digunakan sebagai penilaian.

.: EFEK SAMPING :.

Metformin dapat diterima baik oleh pasien dengan hanya sedikit gangguan gastrointestinal yang biasanya bersifat sementara. Hal ini umumnya dapat dihindari apabila metformin diberikan bersama makanan atau dengan mengurangi dosis secara temporer. Biasanya efek samping telah lenyap pada saat diabetes dapat dikontrol. Bila tampak gejala-gejala intoleransi, penggunaan Metformin tidak perlu langsung dihentikan, biasanya efek samping demikian tersebut akan hilang pada penggunaan selanjutnya. Anoreksia, mual, muntah, diare. Berkurangnya absorbsi vitamin B12.

.: OVER DOSIS :.

Gejala-gejala : hipoglikemia dapat terjadi bila diberikan bersama Sulfonilurea, Insulin atau alkohol. Pada dosis berlebih dapat terjadi asidosis. Cara penanggulangan : Terapi penunjang dapat diberikan secara intensif terutama memperbaiki hilangnya cairan dan gangguan metabolik.

.: PERINGATAN DAN PERHATIAN :.

Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Tidak dianjurkan penggunaan pada kondisi dimana menyebabkan dehidrasi atau pada penderita yang baru sembuh dari infeksi serius atau taruma. Dianjurkan pemeriksaan berkala kadar B12 pada penggunaan jangka panjang. Oleh karena adanya kemungkinan terjadinya hipoglikemia pada penggunaan kombinasi dengan Sulfonilurea, kadar gula dalam darah harus dimonitor. Pada pengobatan kombinasi Metformin dan insulin, sebaiknya dilakukan di rumah sakit agar tercapai rasio kombinasi pada kedua obat dengan mantap. Hati-hati pemberian pada pasien usia lanjut yang mempunyai gangguan fungsi ginjal. Tidak direkomendasikan penggunaan pada anak-anak.

.: INTERAKSI OBAT :.

Kemungkinan terjadi interaksi antara Metformin dan antikoagulan tertentu. Dalam hal ini mungkin diperlukan penyesuaian dosisi antikoagulan. Terjadi penurunan kliren ginjal Metformin pada penggunaan bersama dengan simetidin, maka dosis harus dikurangi.

.: LAIN-LAIN :.

Penyimpanan:Simpan pada suhu 15-30oC.HARUS DENGAN RESEP DOKTER

ARIN RIZKI TALIB15020130082NURUL MAGFIRAH