bab i fartok

25
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diabetes DdddddddddD I. 2 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami efek dari obat antidiabetes terhadap hewan coba mencit (Mus musculus). I.3 Tujuan Percobaan Untuk menentukan tingkat efektifitas pemberian obat antidiabetes yaitu Glibenklamid, Glukovance® dan kontrol Na CMC juga untuk dapat mengetahui efek antidiabetes dari obat tersebut pada hewan coba mencit (Mus musculus) yang terlebih dahulu diinduksi dengan larutan glukosa 10%. I.4 Prinsip Percobaan Penentuan penurunan kadar glukosa darah dan tingkat efektifitas pemberian obat antidiabetes yakni Glibenklamid dan Glukovance® pada hewan mencit (Mus musculus) yang telah diinduksi dengan larutan glukosa 10% berdasarkan onset dan durasinya dengan menggunakan alat glukometer.

Upload: habib-muhammad-shahib

Post on 24-Jul-2015

132 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Fartok

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Diabetes DdddddddddDI. 2 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami efek dari obat antidiabetes terhadap hewan

coba mencit (Mus musculus).

I.3 Tujuan Percobaan

Untuk menentukan tingkat efektifitas pemberian obat antidiabetes yaitu

Glibenklamid, Glukovance® dan kontrol Na CMC juga untuk dapat mengetahui efek

antidiabetes dari obat tersebut pada hewan coba mencit (Mus musculus) yang

terlebih dahulu diinduksi dengan larutan glukosa 10%.

I.4 Prinsip Percobaan

Penentuan penurunan kadar glukosa darah dan tingkat efektifitas pemberian

obat antidiabetes yakni Glibenklamid dan Glukovance® pada hewan mencit (Mus

musculus) yang telah diinduksi dengan larutan glukosa 10% berdasarkan onset dan

durasinya dengan menggunakan alat glukometer.

Page 2: BAB I Fartok

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

II.2 Uraian Bahan

1. Aquadest (Ditjen POM, FI III 1979)

Nama Resmi : Aqua Destillata

Nama Lain : Air suling

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Betadine®, Povidon Iodum (Ditjen POM, FI IV 1995)

Nama Resmi : Povidoni Iodum

Nama Lain : Povidon Iodum

Pemerian : Serbuk amorf, coklat kekuningan, sedikit berbau

khas. Larutan bereaksi asam terhadap kertas

lakmus

Page 3: BAB I Fartok

Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol, praktis tidak larut

dalam kloroform, dalam karbon tetrakloridam dalam

eter, dalam heksana, dan dalam aseton

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai antiseptik

3. Glibenklamida (Ditjen POM, FI IV 1995)

Nama Resmi : Glibenclamidum

Nama Lain : Glibenklamida

Pemerian : Serubuk hablur, putih atau hampir putih, tidak

berbau atau hampir tidak berbau

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sukar

larut dalam etanol dan dalam methanol, larut

sebagian dalam kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

4. Glukosa (Ditjen POM, FI IV 1995)

Nama Resmi : Dextrosum

Nama Lain : Glukosa, Dekstrosa

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk

granul putih, tidak berbau, rasa manis

Page 4: BAB I Fartok

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam

air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar

larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai induksi sumber gula

5. Metformin Hidroklorida (Ditjen POM, FI IV 1995)

Nama Resmi : Metformini Hydrochloridum

Nama Lain : Metformin hidroklorida

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau atau hampir tidak

berbau, higroskopik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter

dan dalam kloroform, sukar larut dalam etanol

Kegunaan : Sebagai obat antidiabetes

6. Na CMC (Ditjen POM, FI IV 1995)

Nama Resmi : Natrii carboxymetylcellulosum

Nama Lain : CMC, cethylone, thislose, selolax dan polise

Pemerian : Granul putih atau serbuk putih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air

Kegunaan : Sebagai pelarut dan kontrol

II.3 Uraian Obat

1. Glibenklamid

Page 5: BAB I Fartok

Golongan : Antidiabetes (sulfonylurea) (Theodorus, 1996)

Indikasi : Diabetes mellitus (Theodorus, 1996)

Farmakodinamik : Glibenclamid merangsang sekresi insulin dari granul sel –

sel β langerhans pancreas. Rangsangannya melalui

interaksinya dengan ATP sensitive K channel (Gan

gunawan, 2007).

Farmakokinetik : Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi

hipoglikemiknya hampir 100x lebih besar dari generasi I.

meski waktu paruhnya pendek, hanya sekitar 3 – 5 jam,

efek hipoglikemiknya berlangsung 12 – 24 jam, sering

cukup diberikan 1x sehari. Alasan mengapa masa paruh

yang pendek ini, memberikan efek hipoglikemik panjang,

belum diketahui (Gan gunawan, 2007).

Efek Samping : Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung, ataksia,

reaksi alergi (Theodorus, 1996). Insidens efek samping

generasi I sekitar 4%. Insidensinya lebih rendah lagi

untuk generasi II. Hipoglikemia, bahkan sampai koma

tentu dapat timbul. Reaksi ini lebih terjadi pada pasien

usia lanjut dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal,

terutama yang mengunakan sediaan dengan masa kerja

panjang. Efek samping lain, reaksi alergi jarang sekali

terjadi, mual, muntah, diare, gejala hematologic, SSP,

mata dan sebagainya (Gan gunawan, 2007).

Page 6: BAB I Fartok

Kontraindikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil, penderita glikosuria

renal non-diabetes, hipersensitivitas (Theodorus, 1996).

Interaksi Obat : Glukokortikoid, hormone tiroid, diuretika, estrogen

menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah

bila diberikan bersamaan. Dosis obat ini harus

ditingkatkan bila diberikan bersama fenitoin, rifampin,

klorpromazin. Meningkatkan resiko hipoglikemia bila

diberikan bersama alkohol, fenformin, sulfonamide,

kaptopril, simetidin, antikoagulan, kloramfenikol,

penghambat MAO dan anabolic steroid, klofibrat serta

fenfluramin, salisilat (Theodorus, 1996)

Dosis : Permulaan 1 dd 2,5 – 5 mg, bila perlu dinaikkan setiap

minggu sampai maksimal 2 dd 1 mg (Tjay, 2004).

2. Glukovance®, Metformin

Golongan : Antidiabetes (Theodorus, 1996)

Indikasi : Diabetes mellitus (Theodorus, 1996).NIDDM yang gagal

dikendalikan dengan diet dan sulfonylurea, terutama pada

pasien yang gemuk (Pramudianto, 2010).

Farmakodinamik : Menghambat glukoneogenesis hepatic, menurunkan

absorpsi glukosa di intestinum, perangsangan reseptor

insulin, meningkatkan glikolisis anaerob yang

mengakibatkan meningkatnya penggunaan glukosa

(Theodorus, 1996)

Page 7: BAB I Fartok

Farmakokinetik : Metformin oral akan mengalami absorpsi di intestine,

dalam darah tidak terikat protein plasma, ekskresinya

melalui urin dalam keadaan utuh masa paruhnya sekitar

2 jam (Gan gunawan, 2007).

Efek Samping : Hampir 20% pasien dengan metformin mengalami

mual; muntah; diare serta kecap logam (metallic tester);

tetapi dengan meuunkan dosis, keluhan tersebut mulai

hilang (Gan gunawan, 2007). Mual, muntah, diare, lidah

rasa metalik, bingung, berkeringat, wanita menyesui

(Theodorus, 1996)

Kontraindikasi : Penyakit hati berat, penyakit ginjal yang disertai uremia,

penyakit jantung kongestif, wanita diabetes yang hamil,

wanita menyesui (Theodorus, 1996).

Interaksi Obat : Kadar glukosa dalam darah meningkat bila diberikan

bersama glukokortikoid, estrogen, hormone tiroid, beta

bloker, rifampin, fenobarbital, fenitoin, klorpromazin

(Theodorus, 1996). berinteraksi degan furosemid,

furosemid meningkatkan kadar plasma metformin, Cmax

meningkat 22% dan AUC 15%, perubahan ekskresi renal

tidak signifikan. Cmax dan AUC furosemid lebih rendah

31 dan 12%, t½ terminal turun 32% tanpa perubahan

signifikan pada klirens renal furosemid. Gliburid,

pemberian tunggal metformin meningkatkan AUC dan

Page 8: BAB I Fartok

Cmax gliburid tetapi sangat bervariasi (Pramudianto,

2010).

Dosis : 2-3 x 0,5-1 gr/hari (Theodorus, 1996)

II.4 Uraian Tanaman

II.4.1 Klasifikasi Murbai (Morus alba L)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Urticales

Family : Moraceae

Genus : Morus

Spesies :Morus alba L.

II.4.2 Morfologi

Page 9: BAB I Fartok

Tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100m dpl. Dan memerulukan cukup sinar

matarhari. Pohon, tinggi sekitar percabangan banyak, cabang muda berambut

halus daun tunggal, letak berseling, bertangakai yang panjangnya 4 cm. helai

daun bulat telur sampai berbentuk jantung, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi

berigi, pertulangan meyirip agak meninjol, permukaan atas dan bawahnya kasar,

panjang 2,5 sampai 20 cm, lebar 1,5 – 12 cm, warnanya hijau.

II.4.3 Kandungan kimia dan kegunaan

II.5 Uraian Hewan Coba

Mencit (Mus musculus)

II.5.1 Klasifikasi (Jasin, 1984)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

II.5.2 Karakteristik (Ningsih, 2011)

Berat badan dewasa : 20-40 g jantan, 18-35 g betina

Mulai dikawinkan : 8 minggu (jantan dan betina)

Lama kehamilan : 19-21 hari

Page 10: BAB I Fartok

Jumlah pernapasan : 140-180/menit, turun menjadi 80/menit dengan

anestesi, naik sampai 230/menit dalam stress

Volume tidal : 0,09 – 0,23

Detak jantung : 600-650/menit turun menjadi 350/menit dengan

anestesi, naik sampai 750/menit dalam stress

Volume darah : 76-80 ml/kg

Tekanan darah : 130-160 sistol, 102-110 diastol, turun menjadi 110

sistol, 80 diastol dengan anestesi

Kolesterol : 26,0 - 82,4 mg/100 ml

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat Yang Digunakan

Alat yang digunakan dalam praktikum antidiabetes mellitus adalah alu, batang

pengaduk, Erlenmeyer 50 ml, gelas piala 50 ml, gelas ukur 50 ml, glukometer, jarum

suntik 1 ml, lap kasar, lumpang , pipet tetes, sendok tanduk, spoit oral (kanula),

sudip, stopwatch, timbangan analitik, dan vial.

III.2 Bahan Yang Dipakai

Bahan yang dipakai dalam praktikum antidiabetes mellitus adalah

aquadest,ekstrak etanol daun murbei,etanol, glibenklamid, glukosa 10 %,

glukovance®, kertas timbang, Na CMC 1 %, dan tissue.

III.3 Hewan Coba

Page 11: BAB I Fartok

Mencit (Mus musculus)

III.4 Cara kerja

III.4.1 Pemilihan dan pemeliharaan Hewan coba

1. Dipilih hewan coba yang sehat (tidak cacat dan sakit)

2. Mencit dipuasakan kurang lebih 8 jam

3. Sehari sebelum diberi perlakuan, berat badan mencit ditimbang dan dibagi

dalam beberapa kelompok berdasarkan jenis obat yang akan diberikan

4. Mencit diberi tanda dan dicatat berat badannya

III.4.2 Penyiapan bahan

1. Na CMC 1% b/v

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Ditimbang dengan seksama 1 gram Na CMC lalu didispersikan dengan

air hangat sedikit demi sedikit sebanyak 50 ml.

c. Kemudian digerus hingga Na CMC tersebut larut dengan air hangat

dan diperoleh larutan yang jernih dan ditambahkan dengan 50 ml air

dingin

d. Disimpan dalam lemari es sehari 1 x 24 jam sebelum digunakan

2. Glukosa 10 % b/v

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Ditimbang glukosa 10 gram , kemudian dilarutkan dalam air panas

hingga terbentuk larutan

c. Ditambahkan dengan aquades hingga volume larutan mencapai 100

ml

Page 12: BAB I Fartok

d. Disimpan dalam lemari es

3. Obat DM

a. Glibenklamid

1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2) Ditimbang glibenklamid sesuai dengan perhitungan

3) Digerus dalam lumpang dan ditambahkan dengan larutan Na CMC

sedikit demi sedikit, hingga obat larut

4) Dimasukkan dalam labu takar dan dicukupkan hingga 10 ml dan

dihomogenkan.

b. Glucovance®

1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2) Ditimbang glucovance sesuai dengan pehitungan

3) Dimasukkan dalam lumping dan digerus kemudian ditambahkan

dengan larutan Na CMC sedikit demi sedikit hingga obat tersebut

larut, dimasukkan dalam labu takar 10 ml

4) Dicukupkan volumenya hingga 10 ml dan dihomogenkan.

III.4.3 Perlakuan hewan coba

1. Diambil seekor mencit

2. Dipuasakan mencit tersebut

3. Diukur kadar glukosa puasanya

4. Diinduksi dengan glukosa 10%

5. Diukur kembali kadar glukosa setelah induksi

Page 13: BAB I Fartok

6. Diberikan obat, mencit pertama diberikan Na CMC 1%, mecit kedua

diberikan glucovance dan mencit ketiga diberikan dengan glibenclamid

7. Diukur kembali kadar glukosa darahnya tiap interval waktu 15 menit.

BAB IV

Page 14: BAB I Fartok

HASIL PRAKTIKUM

IV.1 Data Pengamatan

Nama Obat BB VP Puasa Awal 15’ 30’ 60’ 90’

Na CMC 1% 16 g 0,533 ml 89

mg/dL

125

mg/dL

97

mg/dL

87

mg/dL

70

mg/dL

32

mg/dl

Glibenklamid 17 g 0,57 ml 51

mg/dL

87

mg/dL

41

mg/dL

23 mg/dL 27

mg/dL

Ekstrak etanol

daun murbei 0,5%

18 g 0,6 ml 108

mg/dL

157

mg/dL

154

mg/dL

171

mg/dL

154

mg/dL

115

mg/dl

Ektrak etanol daun

murbei 1%

15 g 0,5 ml 109

mg/dL

242

mg/dL

196

mg/dL

167

mg/dL

138

mg/dL

Glukovance® 16 g 0,533 ml 135

mg/dL

332

mg/dL

390

mg/dL

507

mg/dL

146

mg/dL

115

mg/dl

IV.2 Perhitungan Persen Penurunan

a. Penurunan

Na CMC 1 %

induksi – menit ke 15’% Penurunan = x 100 %

induksi

140 mg/dL – 128 mg/dL = x 100 % = 8,57 %

140 mg/dL

induksi – menit ke 30’% Penurunan = x 100 %

induksi

Page 15: BAB I Fartok

140 mg/dL – 122 mg/dL = x 100 % = 12,85 %

140 mg/dL

induksi – menit ke 60’% Penurunan = x 100 %

induksi

140 mg/dL – 125 mg/dL = x 100 % = 10,71 %

140 mg/dL

8,57 % + 12,85 % + 10,71 % Total % Penurunan =

3

32,13 % = = 10,71 %

3

Glibenklamid 1

induksi – menit ke 15’% Penurunan = x 100 %

induksi

130 mg/dL – 122 mg/dL = x 100 % = 6,15 %

130 mg/dL

induksi – menit ke 30’% Penurunan = x 100 %

induksi

130 mg/dL – 107 mg/dL = x 100 % = 17,6 %

130 mg/dL

induksi – menit ke 60’% Penurunan = x 100 %

Page 16: BAB I Fartok

induksi

130 mg/dL – 98 mg/dL = x 100 % = 24,61 %

130 mg/dL

6,15 % + 17,69 % + 24,61 % Total % Penurunan =

3

16,15 % = = 5,38 %

3

Glibenklamid 2

induksi – menit ke 15’% Penurunan = x 100 %

induksi

32 mg/dL – 52 mg/dL = x 100 % = -62,5 %

32 mg/dL

induksi – menit ke 30’% Penurunan = x 100 %

induksi

32 mg/dL – 60 mg/dL = x 100 % = -87,5 %

32 mg/dL

induksi – menit ke 60’% Penurunan = x 100 %

induksi

32 mg/dL – 88 mg/dL = x 100 % = -1,75 %

Page 17: BAB I Fartok

32 mg/dL

(-62,5) % + (87,5) % + (-1,75) % Total % Penurunan =

3

(-151,75) % = = -50,5 %

3

Glukovance® 1

induksi – menit ke 15’% Penurunan = x 100 %

induksi

144 mg/dL – 92 mg/dL = x 100 % = 0,36 %

144 mg/dL

induksi – menit ke 30’% Penurunan = x 100 %

induksi

144 mg/dL – 63 mg/dL = x 100 % = 0,56 %

144 mg/dL

induksi – menit ke 60’% Penurunan = x 100 %

induksi

144 mg/dL – 60 mg/dL = x 100 % = 0,58 %

144 mg/dL

0,36 % + 0,56 % + 0,58 % Total % Penurunan =

Page 18: BAB I Fartok

3

= 0,5 %Glukovance® 2

induksi – menit ke 15’% Penurunan = x 100 %

induksi

60 mg/dL – 47 mg/dL = x 100 % = 0,21 %

60 mg/dL

induksi – menit ke 30’% Penurunan = x 100 %

induksi

60 mg/dL – 40 mg/dL = x 100 % = 0,3 %

60 mg/dL

induksi – menit ke 60’% Penurunan = x 100 %

induksi

60 mg/dL – 32 mg/dL = x 100 % = 0,4 %

60 mg/dL

0,21 % + 0,3 % + 0,4 % Total % Penurunan =

3

= 0,30 %

Page 19: BAB I Fartok
Page 20: BAB I Fartok