printtt fartok ka meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

39
PERCOBAAN II PENGUJIAN OBAT SISTEM SYARAF Disusun oleh : Khairun Athiya J1E108058 Kelompok VI (Enam) Tanggal Praktikum : 5 November 2010 Diketahui, Dikumpul Tanggal : 3 November 2010 Nilai :

Upload: athiya-khairun-zandia

Post on 27-Jun-2015

269 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

PERCOBAAN II

PENGUJIAN OBAT SISTEM SYARAF

Disusun oleh :

Khairun AthiyaJ1E108058

Kelompok VI (Enam)

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU

2010

Tanggal Praktikum : 5 November 2010 Diketahui,

Dikumpul Tanggal : 3 November 2010

Nilai :

(Hevy Putri Meitarini)

Page 2: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

PERCOBAAN II

PENGUJIAN OBAT SISTEM SYARAF

I. PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah untuk

mengetahui efek yang terjadi setelah pemberian obat-obat sistem saraf

otonom pada hewan uji dengan uji neurofarmakologik pada hewan uji.

Selain itu juga untuk mengetahui onset dan durasi dari kerja obat-obat

sistem saraf pusat.

I.2 Dasar Teori

Otak adalah organ yang halus, dan evolusi dibangun dengan cara

yang sangat efisien untuk melindunginya. Penyakit SSP sangat

menantang karena varietas hambatan hebat sering menghalangi

pengiriman obat ke otak dan sumsum tulang belakang. Masalah utama

dalam pemberian obat ke otak adalah kehadiran BBB. Obat yang

efektif terhadap penyakit dalam SSP dan mencapai otak melalui darah

kompartemen harus melewati BBB (Misra, 2003).

Obat adalah suatu bahan yang berbentuk padat atau cair atau gas

yang menyebabkan pengaruh terjadinya perubahan fisik dan atau

psikologik pada tubuh. Hampir semua obat berpengaruh terhadap

sistem saraf pusat. Obat tersebut bereaksi terhadap otak dan dapat

mempengaruhi pikiran seseorang yaitu perasaan atau tingkah laku, hal

ini disebut obat psikoaktif (Darmono, 2001).

Sistem saraf dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Susunan saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan sumsum

belakang

2. Sistem saraf perifer

- susunan saraf otonom

- saraf otak dan tulang belakang

Sistem saraf perifer terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

Page 3: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

1. Susunan saraf motoris yang bekerja sekehendak kita, misalnya

otot-otot lurik.

2. Susunan saraf otonom (SSO) yang bekeja menurut aturan sendiri

(Tjay & Rahardja, 2007).

Stimulan SSP dapat memprofokasi kuat terjadinya peningkatan

neurotransmiter dopamin, melepaskan norepinefrin walaupun tidak

sekuat dopamin. Beberapa derivat amfetamin juga mempunyai potensi

untuk melepaskan serotonin. Stimulant juga menurunkan reuptake

neurotransmiter atau menghambat enzim post sinap yang

menghasilkan tinginya respon postsinap, dan meningkatkan

kesadaran. Mekanisme yang sama terjadi pada sistem saraf simpatis

dimana obat seperti amfetamin bereaksi tidak langsung sebagai

agonist adrenergic (Sunardi, 2010).

Implus eksogen diterima oleh sel-sel penerima (reseptor) untuk

kemudian diteruskan ke otak atau sumsum belakang. Rangsangan

dapat berupa perangsang (stimuli) nyeri, suhu, perasaan, penglihatan,

penengaran dan sebagainya. Fungsi SSP dapat ditekan seluruhnya

secara tidak spesifik oleh zat-zat pereda pusat seperti hipnotika dan

sedativa. Sebagai akibatnya kesadaran untuk implus eksogen

diturunkan serta kativitas fisik dan mental dikurangi. Obat-obatan ini

tidak mempengaruhi tingkah laku secara spesifik, sebagaimana halnya

dengan transquillizers, yang disamping itu juga berkhasiat depresif

terhadap SSP. Obat yang efek utamanya terhadap SSP yaitu anastetik

umum, hipnotik sedatif, psikofarmka, antikonvulsif, pelemas otot

yang bekerja sentral, analgesik, antipiretik, analgesik narkotik, dan

perangsang SSP (Ganiswara, 2005).

Istilah anestesi dikemukakan pertama kali oleh O.W.Holmes

yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua

kelompok yaitu

1. Anestesi lokal, yaitu hilang rasa sakit tanpa disertai hilang

kesadaran.

2. Anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit disetai hilang kesadaran.

Page 4: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

(Ganiswara, 2005).

Teori mengenai anestesi umum :

1. Teori Koloid

Teori ini mengatakan bahwa dengan pemberian zat anestetik

terjadi penggumpalan sel koloid yang menimbulkan anestesia yang

bersifat reversibel diikuti dengan proses pemulihan.

2. Teori Lipid

Teori ini mengatakan bahwa ada hubungan anatar kelarutan

zat anatestetik dalam lemak dan timbulnya anestesia. Makin larut

anestetik dalam lemak, makain kuat sifat anestetiknya.

3. Teori Adsorpsi dan Tegangan Pemukaan

Teori ini menghubungkan potensi zat anestetik dengan

kemampuan menurunkan tegangan permukaan.

4. Teori Biokimia

Teori ini mengatakan bahwa pemberian zat anestetik in vitro

menghambat pengambilan oksigen di otak dengan cara

menghamabat sistem fosforilasi oksidatif.

5. Teori Neurofisisologi

Teori ini mengatakan bahwa pemberian zat anestetik akan

menurunkan transmisi sinaps di ganglion cevicalis superior dan

menghambat formasio retikularis asenden untuk berfungsi

mempertahankan kesadaran.

6. Teori Fisika

Beberapa penyelidik menyatakan adanya hubungan potensi

anestetik dengan aktivitas termodinamik dan ukuan molekul zat

anestetik tersebut. Anestesia terjadi karena molekul yang inert dari

zat anestetik akan menempati ruang dalam sel yang tidak

mengnadung air, dan pengisian ini akan menimbulkan gangguan

pemeabilitas membran terhadap molekul dan ion yang penting

untuk fungsi sel.

(Ganiswara, 2005).

Page 5: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

Tugas pokok terpenting dari sistem saraf adalah mengatur

kegitan tubuh (1) kontraksi otot rangka di seluruh tubuh, (2) kontraksi

otot polos di dalam rongga internal, dan (3) sekresi kelenjar eksokrin

dan endokrin dalam banyak bagian tubuh. Kegiatan-kegiatan ini

secara bersama-sama disebut fungsi motorik sistem saraf, serta otot

dan kelenjar disebut efektor karena mereka melakukan fungsi yang

diperintahkan oleh isyarat saraf (Ganiswara, 2005).

Sistem saraf terdiri dari dua kelompok, yakni SSP yang terdiri

dari otak dan sumsum tulang belakang, dan susunan saraf perifer

dengan saraf-saraf yang secara langsung atau tak langsung ada

hubungannya dengan SSP. Saraf perifer terbagi menjadi dua bagian,

yakni susunan saraf motoris yang bekerja sekehendak kita, misalnya

otot-otot lurik (kaki, tangan, dan sebagainya) serta SSO yang bekerja

menurut aturannya sendiri (Tjay & Rahardja, 2007).

Hipnotika dan sedativa dapat menekan fungsi SSP seluruhnya

secara tidak spesifik yang mengakibatkan kesadaran impuls eksogen

turun dan aktivitas fisik dan mental berkurang. Namun, obat-obat ini

tidak mempengaruhi tingkah laku secara spesifik serta mampu

mempengaruhi semangat dan suasana jiwa (Tjay & Rahardja, 2007).

Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa

golongan besar, yaitu:

1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan

atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti

hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan antipsikotika); Psiko-

analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan

psikostimulansia (wekamin)).

2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple

sclerosis), dan penyakit Parkinson.

3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika

umum, dan lokal.

4. Jenis obat vertigo dan obat migrain

(Tjay & Rahardja, 2007).

Page 6: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

II. CARA PERCOBAAN

2.1 ALAT DAN BAHAN

2.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah :

a. alat suntik tajam

b. alat suntik oral

c. baskom

d. beker glass

e. kapas

f. labu takar 10 mL

g. neraca analitik

h. pinset

i. pipet volume

j. stopwatch

k. toples bertutup

2.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan kali ini

adalah :

a. diazepam (dosis = 5 mg/Kg BB)

b. eter

c. kloroform

d. pilokarpin (dosis = 7,5 mg/Kg BB)

e. propranolol (dosis = 30 mg/Kg BB)

2.1.3 Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan pada percobaan kali ini adalah

mencit betina atau jantan.

Page 7: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

Mencit

ditimbang dibagi 2 kelompok @ 4 ekor - diberi

dilakukan pengamatan setelah pemberian obat-obatan.meliputi pupil mata, diare, tremor, warna daun telinga, grooming, dan sebagainya

Pilokarpin 7,5 mg/kg BB

Hasil

Propranolol 30 mg/kg BB

8 ekor Mencit

disuntikkan secara i.p dengan dosis pada manusia 5 mg

Diazepam

diamati gejala yang timbuldicatat waktu mulai tidur (onset) dan lama tidur (durasi)

Hasil

2.2 CARA KERJA

2. 2. 1 Percobaan Obat-Obat Sistem Saraf Otonom

2. 2. 2 Percobaan Obat-Obat Sistem Saraf Pusat

a. Onset dan Durasi Barbiturat Kerja Panjang

Page 8: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

diletakkan dalam toples dan ditutupdicatat kecepatan pernafasan dan aktivitasnyadibuka tutup toples dan dimasukkan

ditutup toples ad mencit teranestesidilepas tutup toples, dicatat onset dan durasidiamati gejala sebelum teranestesi

Mencit

dikeluarkan dari toples dan dites hilangnya rasa sakit dengan menusuk kulitnya dengan jarum suntik, dan jepit ekornya dengan pinset

Hasil

4 ekor Mencit

Kapas yang dibasahi 1,5 mL eter

diletakkan dalam toples dan ditutupdicatat kecepatan pernafasan dan aktivitasnyadibuka tutup toples dan dimasukkan

Kertas saring yang dibasahi 0,75 mL kloroform

ditutup toples ad mencit teranestesidilepas tutup toples, dicatat onset dan durasidiamati gejala yang timbul sebelum teranestesi

Mencit

dikeluarkan dari toples dan dites hilangnya rasa sakit dengan menusuk kulitnya dengan jarum suntik, dan jepit ekornya dengan pinset

Hasil

4 ekor Mencit

b. Onset dan Durasi Anestesi Umum : Eter

c. Onset dan Durasi Anestesi Umum : Kloroform

Page 9: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

III. HASIL PERCOBAAN

3.1 Hasil Pengamatan Pengujian Obat System Saraf Pusat

No

.

Bobot Mencit

(gr)

PerlakuanVol. Pemberian

(mL)

Onset

(menit)

Durasi

(menit)

1.

2.

3.

-

Kloroform0,7504:3708:58

0,7504:5206:15

0,7502:30-

0,7508:1408:37

-

Eter1,502:24-

1,502:3602:56

1,505:1708:30

1,508:2804:34

35,89

35,14

28,39

31,32

28,56

32,02

26,04

33,40

Diazepam0,5104:0006:00

0,504:0011:00

0,405:0010:02

0,4304:3210:17

0,405:1614:57

0,4604:4212:21

0,3704:2010:04

0,4705:1915:23

3.2 Tabel Hasil Pengamatan untuk Sistem Saraf Otonom

No.Bobot mencit

(gr)

PerlakuanVol.

Pemberian

(mL)

Waktu

(menit)

Pengamatan

1.30,18Pilokarpin0,4304:27

06:01

06:25

06:54

07:01

18:07

Mata berair

Buang air besar

Telinga merah

Napas cepat

Tremor

Groming

Page 10: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

30,210,4303:52

02:39

04:03

Mata berair

Napas cepat

Tremor

2.31,95

28,66Pilokarpin

0,455

0,412

33:40

07:00

16:07

02:51

02:00

06:00

26:53

08:00

17:17

01:33

07:00

03:09

Groming

Buang air besar

Tremor

Napas cepat

Telinga merah

Midriasis

Groming

Buang air besar

Tremor

Napas cepat

Telinga merah

midriasis

3.32,22

31,70

Propanolol

0,460

0,453

00:27

05:01

01:33

04:23

19:16

14:18

01:00

07:20

01:57

05:33

11:48

Groming

Tremor

Napas cepat

Midriasis

Buang air besar

Telinga tegak

Groming

Tremor

Napas cepat

Midriasis

Telinga tegak

4.33,65

31,6

Propanolol0,474

0,43

01:08

30:03

09:26

07:26

15:57

31:35

Groming

Diare

Napas cepat

Telinga merah

Midriasis

Diare

Page 11: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

08:02

07:28

19:18

Napas cepat

Telinga merah

midriasis

3.3 Perhitungan dan Analisa Data

1. Pilokarpin 1

Diketahui : Pilokarpin yang tersedia = 10 mg/ mL = 0,01 g/mL

Dosis Pilokarpin pada manusia = 7,5 mg/KgBB

Ditanya : Volume pemberian......?

Jawab :

a. Pembuatan larutan stok

ppm =

gramvolume

×106=0,01 gram1 mL

×106=10 .000 ppm

- M1. V1 = M2. V2

10.000 . V1 = 1000 . 10

V1 = 1 mL

- M2. V2 = M3. V3

1000 . 1 = M3 . 10

M3 = 100 ppm

100 ppm =gram10

×106

gram = 0,001 g = 1 mg/10 mL = 0,1 mg/mL

Dosis maksimal Pilokarpin = 7,5 mg/KgBB

Do untuk mencit = 7,5 mg x 0,00261

= 0,019575 mg / 20 g mencit

Untuk mencit BB 35 gram

Do=35 g20 g

×0,019575 mg=0,034 mg

Konsentrasi Larutan stok=

0,034 mg0,5 mg

×1 mL=0,068 mg /mL

Page 12: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

Larutan stok 10 mL =

0,068 mg1 mL

×10 mL=0,68 mg /10 mL

Pembuatan Larutan stok =

0,68 mg0,1 mg

×1 mL=6,8 mL ad 10 mL

Untuk mencit BB 30,21 gram

Do=30,21 g20 g

×0,019575 mg=0,02956 mg

Untuk mencit BB 30,18 gram

Do=30,18 g20 g

×0,019575 mg=0,0295 38 mg

b. Perhitungan volume lar. Stok Pilokarpin yang diberikan:

BB mencit = 30,21 g

Volume dr lar.stok =

0,02956 mg0,68 mg

×10 mL=0,435 mL

BB mencit = 30,18 g

Volume dr lar.stok =

0,02953 8 mg0,68 mg

×10 mL=0,434 mL

2. Pilokarpin 2

Diketahui : Pilokarpin yang tersedia = 10 mg/ mL = 0,01 g/mL

Dosis Pilokarpin pada manusia = 7,5 mg/KgBB

Ditanya : Volume pemberian......?

Jawab :

a. Pembuatan larutan stok

ppm =

gramvolume

×106=0,01 gram1 mL

×106=10 .000 ppm

- M1. V1 = M2. V2

10.000 . V1 = 1000 . 10

Page 13: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

V1 = 1 mL

- M2. V2 = M3. V3

1000 . 1 = M3 . 10

M3 = 100 ppm

100 ppm =gram10

×106

gram = 0,001 g = 1 mg/10 mL = 0,1 mg/mL

Dosis maksimal Pilokarpin = 7,5 mg/KgBB

Do untuk mencit = 7,5 mg x 0,00261

= 0,019575 mg / 20 g mencit

Untuk mencit BB 35 gram

Do=35 g20 g

×0,019575 mg=0,034 mg

Konsentrasi Larutan stok=

0,034 mg0,5 mg

×1 mL=0,068 mg /mL

Larutan stok 10 mL =

0,068 mg1 mL

×10 mL=0,68 mg /10 mL

Pembuatan Larutan stok =

0,68 mg0,1 mg

×1 mL=6,8 mL ad 10 mL

Untuk mencit BB 31,95 gram

Do=31 , 96 g20 g

×0,019575 mg=0,031 mg

Untuk mencit BB 28,66 gram

Do=28,66 g20 g

×0,019575 mg=0,028 mg

b. Perhitungan volume lar. Stok Pilokarpin yang diberikan:

BB mencit = 31,95 g

Volume dr lar.stok =

0,031 mg0,68 mg

×10 mL=0,455 mL

Page 14: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

BB mencit = 28,66 g

Volume dr lar.stok =

0,0 28 mg0,68 mg

×10 mL=0,412 mL

3. Diazepam 1

Diketahui : Dosis Diazepam = 5 mg

Berat mencit A = 28,56 g

Berat mencit B = 32,02 g

Larutan stock = 0,456 mg/10 mL = 0,0456 mg/mL

Pemberian secara intraperitoneal

Ditanya : Volume pemberian pada mencit A dan B ......?

Jawab :

Dosis Konversi = 5 mg x 0,00261

= 0,01305 mg/20g Mencit

a. Untuk mencit A

Dosis = 28,56 g

20 g×0,01305 mg=0,0186 mg

Volume dr lar.stok = 0,0186 mg0,456 mg

×10 mL=0,4078 mL

b. Untuk mencit B

Dosis = 32,02 g

20 g×0,01305 mg=0,021mg

Volume dr lar.stok = 0,021 mg0,456 mg

×10 mL=0,458 mL

4. Diazepam 2

Diketahui : Dosis dizepam pada manusia 5 mg

Berat mencit A = 28,39 g

Berat mencit B = 31,32 g

Larutan stock = 0,456 mg/10 ml = 4,56 mg/ml

Pemberian secara intraperitoneal

Ditanya : Volume pemberian......?

Jawab :

Page 15: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

Dosis Konversi = 5 mg x 0,00261

= 0,01305 mg/20g Mencit

a. Untuk mencit A :

BB mencit = 28,39 g

dosis = 28,39 g

20 g x 0,01305 mg = 0.018 mg

Volume pemberian = 0,018 mg

4,56 mg /ml = 0,4 ml

b. Untuk mencit B :

BB mencit = 31,32 g

dosis = 31,32 g

20 g x 0,01305 mg = 0,02 mg

Volume pemberian = 0,02 mg

4,56 mg /m l = 0,43 ml

5. Diazepam 3

Diketahui : Dosis dizepam pada manusia 5 mg

Berat mencit A = 26,04 g

Berat mencit B = 33,4 g

Larutan stock = 0,456 mg/10 ml = 4,56 mg/ml

Pemberian secara intraperitoneal

Ditanya : Volume pemberian......?

Jawab :

Dosis Konversi = 5 mg x 0,00261

= 0,01305 mg/20g Mencit

a. Untuk mencit A :

Dosis =

26,04 g20 g x 0,01305 mg = 0,0169 mg

Volume pemberian =

0,0169 mg0,0456 mg/mL = 0,37 mL

b. Untuk mencit B :

Dosis =

33,4 g20 g x 0,01305 mg = 0,0217 mg

Page 16: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

Volume pemberian =

0,0217 mg0,0456 mg/mL = 0,47 mL

6. Diazepam 4

Diketahui : Dosis Diazepam = 5 mg

Berat mencit A = 35,89 g

Berat mencit B = 35,14 g

Larutan stock = 0,456 mg/10 mL = 0,0456 mg/mL

Pemberian secara intraperitoneal

Ditanya : Volume pemberian pada mencit A dan B ......?

Jawab :

Dosis Konversi = 5 mg x 0,00261

= 0,01305 mg/20g Mencit

a. Untuk mencit A

Dosis = 35,89 g

20 g×0,01305 mg=0,0234 mg

Volume pemberian = 0,0234 mg0,456 mg

× 10 mL=0,51 mL

b. Untuk mencit B

Dosis = 35,14 g

20 g× 0,01305 mg=0,023 mg

Volume pemberian = 0,023 mg0,456 mg

×10 mL=0,5 mL

7. Propanolol 1

Diketahui : Dosis Propanolol = 30 mg/kg BB

Berat mencit A = 32,22 g

Berat mencit B = 31,70 g

Larutan stock = 27,4 mg/100 mL

Pemberian secara intraperitoneal

Ditanya : Volume pemberian pada mencit A dan B ......?

Jawab :

Dosis Konversi = 30 mg/kg BB x 0,00261

Page 17: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

= 0,0783 mg/20g Mencit

a. Untuk mencit A

Dosis = 32,22 g

20 g×0,0783 mg=0,126 mg

Volume pemberian = 0,0126 mg

27,4 mg×100 mL=0,460 mL

b. Untuk mencit B

Dosis = 31,70 g

20 g×0,0783 mg=0,124 mg

Volume pemberian = 0,124 mg27,4 mg

× 100 mL=0,453 mL

8. Propanolol 2

Diketahui : Dosis Propanolol = 30 mg/kg BB

Berat mencit A = 33,65 g

Berat mencit B = 31,60 g

Larutan stock = 27,4 mg/100 mL

Pemberian secara intraperitoneal

Ditanya : Volume pemberian pada mencit A dan B ......?

Jawab :

Dosis Konversi = 30 mg/kg BB x 0,00261

= 0,0783 mg/20g Mencit

a. Untuk mencit A

Dosis = 33,65 g

20 g×0,0783 mg=0,13 mg

Volume pemberian = 0,13 mg27,4 mg

× 100 mL=0,474 mL

b. Untuk mencit B

Dosis = 31,60 g

20 g×0,0783 mg=0,12 mg

Volume pemberian = 0,12 mg27,4 mg

× 100 mL=0,43 mL

3.4 Analisis Hasil

Page 18: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

Descriptives

NMeanStd.

DeviationStd.

Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Data_Durasi

Kloroform 0,75 mL

43.80503.486641.74332-1.74309.3530.008.30

Eter 1,5 mL

45.77504.003892.00194-.596112.1461.008.58

Diazepam811.1050

2.937651.038628.649113.56096.0015.23

Total16

7.94754.562531.140635.516310.3787.0015.23

Data_Onset

Kloroform 0,75 mL

44.51252.853291.42665-.02779.05272.248.28

Eter 1,5 mL

43.58251.05509.527551.90365.26142.304.52

Diazepam84.9113.95898.339054.10955.71304.007.00

Total16

4.47941.61070.402673.62115.33772.248.28

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statisticdf1df2Sig.

Data_Durasi.186213.832

Data_Onset5.381213.020

Page 19: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

ANOVA

Sum of SquaresdfMean SquareFSig.

Data_DurasiBetween Groups167.279283.6397.500.007

Within Groups144.9721311.152

Total312.25115

Data_OnsetBetween Groups4.71422.357.896.432

Within Groups34.201132.631

Total38.91515

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable(I) Durasi_Obat(J) Durasi_Obat

Mean Differenc

e (I-J)Std.

ErrorSig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Data_Durasi

Tukey HSD

Kloroform 0,75 mL

Eter 1,5 mL-1.970002.36132.689-8.20494.2649

Diazepam-7.30000*2.04496.009-12.6996

-1.9004

Eter 1,5 mLKloroform 0,75 mL

1.970002.36132.689-4.26498.2049

Diazepam-5.330002.04496.053-10.7296

.0696

DiazepamKloroform 0,75 mL

7.30000*2.04496.0091.900412.6996

Eter 1,5 mL5.330002.04496.053-.069610.7296

LSDKloroform 0,75 mL

Eter 1,5 mL-1.970002.36132.419-7.07133.1313

Diazepam-7.30000*2.04496.003-11.7179

-2.8821

Eter 1,5 mLKloroform 0,75 mL

1.970002.36132.419-3.13137.0713

Diazepam-5.33000*2.04496.022-9.7479-.9121

Page 20: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

DiazepamKloroform 0,75 mL

7.30000*2.04496.0032.882111.7179

Eter 1,5 mL5.33000*2.04496.022.91219.7479

Data_Onset

Tukey HSD

Kloroform 0,75 mL

Eter 1,5 mL.930001.14692.703-2.09843.9584

Diazepam-.39875.99326.916-3.02142.2239

Eter 1,5 mLKloroform 0,75 mL

-.930001.14692.703-3.95842.0984

Diazepam-1.32875.99326.400-3.95141.2939

DiazepamKloroform 0,75 mL

.39875.99326.916-2.22393.0214

Eter 1,5 mL1.32875.99326.400-1.29393.9514

LSDKloroform 0,75 mL

Eter 1,5 mL.930001.14692.432-1.54783.4078

Diazepam-.39875.99326.695-2.54461.7471

Eter 1,5 mLKloroform 0,75 mL

-.930001.14692.432-3.40781.5478

Diazepam-1.32875.99326.204-3.4746.8171

DiazepamKloroform 0,75 mL

.39875.99326.695-1.74712.5446

Eter 1,5 mL1.32875.99326.204-.81713.4746

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

Data_Durasi

Durasi_ObatN

Subset for alpha = 0.05

12

Tukey HSDa,,bKloroform 0,75 mL

43.8050

Eter 1,5 mL45.77505.7750

Diazepam811.1050

Sig..641.068

Duncana,,bKloroform 0,75 mL

43.8050

Eter 1,5 mL45.7750

Page 21: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

Diazepam811.1050

Sig..3771.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.800.

b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

Data_Onset

Durasi_ObatN

Subset for alpha = 0.05

1

Tukey HSDa,,bEter 1,5 mL43.5825

Kloroform 0,75 mL

44.5125

Diazepam84.9113

Sig..436

Duncana,,bEter 1,5 mL43.5825

Kloroform 0,75 mL

44.5125

Diazepam84.9113

Sig..249

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.800.

b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.Means Plots

Page 22: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27
Page 23: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

IV. PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mempraktekkan serta mengetahui

penggunaan obat-obat sistem syaraf dan melihat onset serta durasi efek yang

dihasilkan oleh hewan uji. Pada obat-obat yang bekerja terhadap susunan

saraf sentral dibagi menjadi atas dua golongan yang mempengaruhi efek

farmakodinamika yang merangsang atau menghambat aktivas otak, tulang

belakang dan syaraf-syarafnya. Sistem saraf otonom yaitu suatu sistem saraf

yang tidak dapat dikendalikan oleh kemauan kita melalui otak. Obat-obat

sistem saraf otonom yang digunakan pada percobaan adalah pilokarpin dan

propranolol. Obat-obat sistem saraf pusat digunakan obat yaitu diazepam, eter

dan kloroform.

Profil obat sistem saraf otonom yang digunakan, yaitu pilokarpin

adalah contoh obat kolinergik. Apabila obat tersebut dikonsumsi akan

menimbulkan efek farmakodinamik seperti miosis, peristalsis saluran cerna

meningkat, sekresi asam lambung meningkat, kejang, bronkus kontriksi,

kontraksi jantung diperlambat,vasodilatasi, kelnjar ludah, keringat meningkat

dan diuresis. Berdasarkan data pengamatan yang didapat maka hasil yang

diperoleh sudah sesuai dengan literatur. Hal ini membuktikan bahwa

pilokarpin berfungsi dengan baik sebagai kolinergik. Sedangkan propanolol

adalah obat antiadrenergik. Efek farmakodinamik dari obat antiadrenergik

adalah midriasis, bronkodilatasi, takikardi, vasokonstriksi, kelenjar ludah dan

keringat berkurang, peristaltik usus dan lambung berkurang. Berdasarkan data

yang diperoleh ada beberapa pengamatan yang tidak sesuai dengan literatur,

yaitu terjadinya midriasis dan denyut nadi cepat. Berdasarkan data yang

didapat mencit mengalami miosis dan midriasis. Hal ini bisa terjadi mungkin

dikarenakan kesalahan oleh praktikan dalam pengamatan.

Perlakuan untuk pengujian obat system saraf otonom dilakukan dengan

pertama-tama delapan mencit ditimbang lalu dihitung dosis dan volume

pemberian untuk masing-masing mencit. Empat mencit diuji dengan

pilokarpin dan empat lainnya dengan propanolol. Pada mencit dengan

pilokarpin teramati adanya mata berair, buang air besar, telinga merah, napas

cepat, tremor, midriasis dan groming. Tanda-tanda yang teramati tersebut

Page 24: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

sesuai dengan parameter obat-obat kolinergik. Pada mencit dengan

propanolol teramati adanya groming, tremor, napas cepat, midriasis, buang air

besar dan telinga tegak. Tanda-tanda yang teramati tersebut sesuai dengan

parameter obat-obat antiadrenergik.

Pada percobaan untuk obat-obat sistem saraf otonom berbeda dengan

obat sistem saraf pusat. Percobaan ini yang diamati adalah waktu onset dan

durasinya. Ada dua jenis perlakuan yang dilakukan kepada mencit pada

percobaan ini, untuk obat eter dan kloroform digunakan secara inhalasi,

sedangkan untuk obat diazepam digunakan secara injeksi intraperitoneal.

Pada pengujian obat system saraf pusat digunakan anestesi umum yaitu obat-

obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat saraf

tertentu yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran

ditiadakan. Tujuan dari anastesi adalah untuk mencapai tahap anestesia

dengan sedikit mungkin kerja ikutan atau efek sampingnya. Beberapa syarat

yang harus dipenuhi suatu anestesi adalah berbau enak dan tidak merangsang

selaput lendir, mula kerja cepat tanpa efek samping, cepat sadar tanpa efek

samping. Eter dan kloroform merupakan anestesi inhalasi dimana diberikan

sebagai uap melalui saluran pernafasan. Dimana digunakan sistem terbuka

yakni penetesan langsung keatas kain kasa yang menutup mulut atau uap

yang dihasilkan dari larutan tersebut terhirup oleh hidung. Efek samping dari

penggunaan eter yaitu mengurangi kontraksi jantung. Kloroform memilki

efek yaitu dapat merusak hati. Diazepam yang mempunyai rumus molekul

C16H13N2Cl O , termasuk obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan,

dan sedatif. Indikasi dari diazepam adalah untuk status epileptikus, ansietas

atau insomnia, konvulsi akibat keracunan, kejang, demam, dan untuk spasme

otot. Diazepam berikatan dengan reseptor-reseptor stereospesifik

benzodiazepin di neuron postsinaptik GABA pada beberapa sisi di dalam

Sistem Syaraf Pusat (SSP).

Pada percobaan ini mencit diletakkan dalam toples, menutup toples

dan mencatat kecepatan pernafasan dan aktifitasnya. membuka tutup toples,

memasukkan kertas saring yang telah dibasahi dengan kloroform. Begitu juga

perlakuan untuk eter. Menutup toples sampai mencit teranestasi. Melepas

Page 25: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

tutup toples, mencatat onset dan durasinya serta mengamati gejala yang

timbul sebelum menit teranestasi. Mengeluarkan mencit dari toples, dan test

hilangnya rasa sakit dengan menusuk kulitnya dengan jarum suntik dan jepit

ekornya dengan pinset. Nilai onset dan durasi beragarm, ada cepat dan ada

yang lambat, serta ada pula mencit yang mengalami kematian. Hal ini

mungkin terjadi karena terjadinya vasodilatasi yang sangat kuat.

Pada perlakuan yang kedua, mencitnya ditimbang dan didapat volume

pemberian larutan obat sesuai dengan bobot badan mencit. Dilakukan

penyuntikan larutan diazepam secara intraperitoneal kemudian diamati waktu

onset dan durasi dari perlakuan tersebut. Onset dan durasi pada pemberian

diazepam pada delapan mencit berbeda-beda tetapi selisihnya tidak terlalu

signifikan. Berdasarkan pengamatan, maka kloroform memiliki onset tercepat

jika dibandingkan dengan dua jenis obat yang lain. Urutan onset obat sistem

saraf pusat dari yang tercepat sampai paling lambat adalah kloroform, eter

dan diazepam. Eter memiliki durasi tercepat dibandingkan dengan 2 jenis

obat yang lain. Urutan durasi obat sistem saraf pusat dari yang tercepat

sampai paling lambat adalah eter, kloroform, dan diazepam. Hal ini

dikarenakan kloroform merupakan zat yang paling pekat dibandingkan eter

serta daya uapnya diudara paling kecil serta zat yang paling merangsang

saluran pernapasan akibat bau yang ditimbulkannya.

Nilai onset dan durasi dari ketiga jenis obat sistem saraf pusat dibuat

data statistik analisa varian pola searah (ANOVA) dengan tingkat

kepercayaan 95% . Jika sig > 0,05 maka Ho diterima dan Hi ditolak, dan jika

sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima.. Nilai tersebut > 0,05 yang

artinya menunjukkan hipotesis awal diterima. Berdasarkan nilai sig tersebut,

berarti di antara ketiga obat yang digunakan yaitu kloroform, eter dan

diazepam tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna atau signifikan.

Sedangkan untuk nilai sig durasi diperoleh nilai yang kurang dari 0,05.

Artinya hipotesis awal ditolak karena menunjukkan ada perbedaan yang

bermakna di antara ketiga obat tersebut. Perbedaan yang signifikan pada

durasi terlihat pada diazepam, hal ini disebabkan karena durasi diazepam

terlalu lama.

Page 26: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari percobaan kali ini adalah sebagai

berikut :

1. Obat-obat sistem saraf otonom yang digunakan pada percobaan adalah

pilokarpin dan propranolol. Sedangkan untuk obat-obat sistem saraf pusat

digunakan obat yaitu diazepam, eter dan kloroform.

2. Pada mencit dengan pilokarpin teramati adanya mata berair, buang air

besar, telinga merah, napas cepat, tremor, midriasis dan groming. Tanda-

tanda yang teramati tersebut sesuai dengan parameter obat-obat kolinergik.

3. Pada mencit dengan propanolol teramati adanya groming, tremor, napas

cepat, midriasis, buang air besar dan telinga tegak. Tanda-tanda yang

teramati tersebut sesuai dengan parameter obat-obat antiadrenergik.

4. Urutan onset obat sistem saraf pusat dari yang tercepat sampai paling

lambat adalah kloroform, eter dan diazepam.

Page 27: Printtt Fartok Ka Meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27

5. Urutan durasi obat sistem saraf pusat dari yang tercepat sampai paling

lambat adalah eter, kloroform, dan diazepam.

6. Dari analisis ANOVA diperoleh nilai sig untuk onset > 0,05 yang artinya

menunjukkan hipotesis awal diterima. Berarti tidak terdapat perbedaan

yang bermakna atau signifikan diantara ketiga obat tersebut.

7. Dari analisis ANOVA diperoleh nilai sig untuk durasi < 0,05 yang artinya

hipotesis awal ditolak karena menunjukkan ada perbedaan yang signifikan

antara natrium pentotal terhadap 2 jenis obat yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Darmono. 2001. Obat-Obat Sistem Saraf Pusat.http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/02/obat-stimulasi-sistem-saraf.pdfDiakses tanggal 1 November 2010

Ganiswarna, S. G. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. FKUI. Jakarta.

Misra, A., S. Ganesha, S. A.. 2003. Central Nervous System Drug. Pharmacy Departement. University of Baroda.http://www.ualberta.ca/~csps/JPPS6(2)/A.Misra/delivery.pdf

Sunardi, 2010. Obat Sistem Saraf.http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/02/obat-sistem - saraf . pdf .Diakses tanggal 1 November 2010

Tjay T. H & K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta.