laporan ekofis intensitas cahaya

26
LAPORAN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI “RESPON MORFOLOGI TANAMAN Nerium oleander TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN TERNAUNG, DI ANTARA DAN TERDEDAH” Oleh: Mar’atus Solihah 12030244006 Biologi 2012 A UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI

Upload: tutus-tutus

Post on 20-Dec-2015

159 views

Category:

Documents


68 download

DESCRIPTION

pada tanaman Nerium

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

LAPORAN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI

“RESPON MORFOLOGI TANAMAN Nerium oleander TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN TERNAUNG, DI

ANTARA DAN TERDEDAH”

Oleh:Mar’atus Solihah 12030244006

Biologi 2012 A

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAMJURUSAN BIOLOGI

2015

Page 2: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan tidak bisa berpindah tempat sehingga tidak dapat

menghindari tekanan terhadap lingkungan, akan tetapi dapat melakukan

perubahan dalam siklus hidupnya. Oleh sebab itu, setiap individu harus

mampu menyesuaikan diri pada satu kisaran penampakan berbeda

(plastisitas fenotip) yang bergantung pada lingkungan (Yuliani dan

Rahardjo, 2013).

Adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan mnerupakan rekayasa

secara khusus sifat-sifat karakteristik fisiologi untuk memberikan peluang

keberhasilan menyesuaikan kehidupan di habitat tertentu. Oleh karena itu

adaptasi fisiologi dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan

hidup tumbuhan (Soerodikusuma dan Hartika, 1989).

Respon tumbuhan sebagai akibat dari faktor lingkungan terlihat

pada keadaan morfologis dan fisiologisnya. pula. Respon tanaman akan

meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya. Cahaya termasuk

faktor cekaman yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

suatu individu tumbuhan. Respon tanaman terhadap intensitas cahaya yang

berbeda tergantung dari sifat adaptif tanaman tersebut. Respon terhadap

intensitas cahaya tinggi dapat menguntungkan atau merugikan. Hal ini

karena tanaman memiliki ambang batas terhadap intensitas cahaya yang

harus diterima. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan rusaknya

struktur kloroplas yang membantu proses metabolisme tanaman, sehingga

menyebabkan produktifitas tanaman menurun (Salisbury & Ross., l992).

Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang

berlainan terhadap cahaya matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik

ditempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh

dengan baik pada tempat teduh/bernaungan. Adapula tanaman yang

memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya

(Mahbubillah, 2013). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan percobaan

Page 3: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

respon morfologi dan fisiologi tanaman Nerium oleander pada kondisi

terdedah, terdedah dan ternaung, dan ternaung.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas yaitu:

1. Apa saja organ yang mampu berplastisitas pada tanaman Nerium

oleander?

2. Bagaimanakah perbedaan bentuk respon morfologi dan fisiologi

tanaman Nerium oleander pada daerah ternaung, di antara dan

terdedah?

3. Apa saja faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi sifat-sifat khas

pada tanaman Nerium oleander?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian tersebut adalah :

1. Menentukan organ yang mampu berplastisitas dan beradaptasi dari

suatu jenis tumbuhan khususnya tanaman Nerium oleander.

2. Mendeskripsikan berbagai bentuk respon morfologi dan fisiologi

tanaman Nerium oleander pada daerah ternaung, di antara, dan

terdedah.

3. Menjelaskan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi sifat-sifat

khas pada tanaman Nerium oleander.

Page 4: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Nerium oleander

Nerium oleander merupakan tanaman hias, berasal dari Asia dan

memiliki sifat tahan panas dan kekeringan. Tanaman ini dapat ditemukan di

berbagai negara seperti India, China, Indonesia, dan beberapa negara Asia

lainya.

Gambar 1. Nerium oleander

Tanaman ini merupakan perdu, tumbuh tegak, tinggi 2-5 m,

berdaun tebal, bertangkai sekitar 1 cm yang agak membengkok, 3 daun

sering tumbuh melingkar, bergetah dan dapat tumbuh pada ketinggian

antara 1-700 mdpl. Helaian daun berbentuk langset dengan ibu tulang

daun yang menonjol, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, warna

daun bagian atas hijau tua dan warna daun bagian bawah hijau muda,

panjang 7-20 cm, dan lebar 1-3 cm. Cabang tanaman tumbuh secara rutin,

tumbuh tegak, warna hijau tidak menyolok, permukaan luarnya tidak ada

duri, dan memiliki ketebalan yang cukup. Tanaman ini dapat

dibudidayakan di berbagai tempat. Dapat tumbuh di tempat yang teduh

atau di bawah sinar matahari penuh, dapat ditanam di tanah liat, tanah

Page 5: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

pasir, asam, dan basa. Tanaman dapat tumbuh dengan hanya pemupukan

satu kali dalam setahun. Pemanfaatan tanaman N. oleander sebagai

pengendalian hama belum banyak dilakukan. Padahal telah banyak

diketahui bahwa tanaman ini mengandung oleandrin yang memiliki sifat

insektisida dan antifeedant. Bagian tanaman yang dapat digunakan untuk

pengendalian hama antara lain adalah akar, batang, kulit batang, daun, dan

bunga, tetapi yang paling sering digunakan adalah pada bagian daunnya,

karena memiliki kandungan oleandrin paling tinggi (Dalimartha, 2008).

B. Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan Tanaman

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan yaitu :

1. Cahaya

Cahaya berpengaruh dari intensitas, kualitas, dan penyinarannya.

Pigmen yang bertanggung jawab terhadap reaksi cahaya adalah

fitokrom. Fitokrom mempengaruhi berbagai proses metabolisme,

sehingga mempengaruhi pertumbuhan.

Adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2 cara: (a) meningkatkan

luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit; contohnya

perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk

pertumbuhan akar, (b) mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan

dan direfleksikan. Pada tanaman jagung respon ketika intensitas cahaya

berlebihan berupa penggulungan helaian daun untuk memperkecil

aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari

jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati

stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang

(Haryanti, 2012).

2. Temperatur

Temperatur berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap

organisme. Temperatur berpengaruh langsung terhadap berbagai reaksi

kimia di dalam tubuh organisme seperti aktivitas enzim yang berperan

pada percepatan reaksi metabolisme tubuh. Secara tidak langsung

temperatur mempengaruhi kondisi faktor lingkungan lain, khususnya air

Page 6: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

seperti mempengaruhi laju evaporasi sehingga berpengaruh pula terhadap

transpirasi. Pengaruh temperatur ini sulit dipisahkan dengan pengaruh

faktor lain (Nazib, 2011). Pertumbuhan sangat peka terhadap perubahan

suhu. Suhu mempengaruhi kerja gen dengan menghambat pada suhu

rendah.

3. Air

Air berpengaruh terhadap pertumbuhan. Fungsinya

sebagai metabolism, menentukan turgor sel sebelum

membelah, menentukan kecepatan reaksi biokimia dalam

sel. Berubahnya kadar air sel akan mempengaruhi kadar

hormone dalam tubuh. Saat air masuk ke dalam sel untuk

mengisi ruang yang kosong, maka air menyebabkan

terjadinya pertumbuhan dengan cara mendorong dinding

dan membrane untuk mengembang (Salisbury, 1995).

4. Kelembaban

Tempat yang lembab menguntungkan bagi

tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air

lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan

berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat

(Nazib, 2011).

5. Tanah

Menurut Campbell (2003), tekstur dan komposisi kimia tanah

merupakan faktor utama yang menentukan jenis tumbuhan apa yang

dapat tumbuh dengan baik pada suatu lokasi tertentu, apakah itu suatu

ekosistem alam ataupun daerah pertanian. Tumbuhan yang tumbuh secara

alamiah pada jenis tanah tertentu dapat beradaptasi terhadap kandungan

mineral dan tekstur tanah tersebut dan mampu menyerap air dan

mengekstraksi nutrien esensial dari tanah tersebut.

C. Respon Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan terhadap

Intensitas Cahaya

Page 7: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

Sinar matahari yang ditangkap klorofil menaikkan tingkat energi

elektron-elektron yang dihasilkan dari oksidasi air dalam proses fotosintesis.

Energi yang dihasilkan dapat digunakan tumbuhan untuk keperluan biologis

atau sintesis makromolekul dan pembelahan sel (Fahn, 1992). Fitter dan Hay

(1991) mengungkapkan, terjadinya perusakan struktur kloroplas

mencerminkan berkurangnya resistansi bagian - bagian tanaman tersebut dan

sangat berfariasi. Respon untuk beradaptasi merupakan pengendali yang

halus atas resistansi terhadap kerusakan struktur klorofil daun. Resistensi itu

terjadi mungkin berbalik (biasanya bersifat fisiologis) atau tidak berbalik

(biasanya bersifat morfologis).

Respon tanaman terhadap cekaman sangat ditentukan oleh

tingkat cekaman yang dialami, dan fase pertumbuhan tanaman saat

mengalami cekaman. Tanaman yang dihadapkan pada kondisi cekaman akan

memperlihatkan dua macam tanggapan (Salisbury and Ross, 1995) yaitu: (1)

tanaman mengubah distribusi asimilat baru untuk mendukung pertumbuhan

akar dengan mengorbankan tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas

akar menyerap air serta menghambat pemekaran daun untuk mengurangi

transpirasi; dan (2) tanaman akan mengatur derajat pembukaan stomata

untuk menghambat kehilangan air lewat transpirasi.

Tanggapan terhadap peningkatan intensitas cahaya berbeda

antara tumbuhan yang cocok untuk kondisi ternaungi (shade plant; indor

plant); dengan tumbuhan yang bisa tumbuh pada kondisi tidak ternaungi.

Tumbuhan cocok ternaungi menunjukkan laju fotosintesis yang sangat

rendah pada intensitas cahaya tinggi. Laju fotosintesis tumbuhan cocok

ternaungi mencapai titik jenuh pada intensitas cahaya yang lebih rendah, laju

fotosintesis lebih tinggi pada intensitas cahaya yang sangat rendah, titik

kompensasi cahaya lebih rendah dibanding tumbuhan cocok terbuka. Dari

uraian di atas menyebabkan tumbuhan cocok ternaungi dapat bertahan hidup

pada kondisi ternaungi (intensitas cahaya rendah) saat tumbuhan cocok

terbuka tidak dapat bertahan hidup (lakitan,1993).

Page 8: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

Tanaman yang tumbuh pada kondisi cahaya penuh dapat

beradaptasi dari pengaruh radiasi tinggi dengan beberapa faktor (Gardner et

al., 1991).

1. Beberapa spesies membentuk arah tumbuh daun secara vertikal.

2. Membentuk bulu-bulu putih atau permukaaan yang mengkilap pada

daun untuk memantulkan kembali banyak radiasi yang diterima.

3. Membentuk lapisan tipis pada daun untuk melindungi selnya.

4. Kecepatan transprasi yang tinggi pada tanaman heliophytes menjamin

dedaunannya akan tetap dingin.

5. Adanya lapisan kutikula pada daun dan adanya jaringan gabus pada kulit

kayu akan membantu mengisolasi tanaman dari radiasi matahari.

Page 9: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasi, karena

tidak menggunakan variabel-variabel dalam melakukan observasi.

B. Waktu dan Tempat

Kegiatan observasi ini dilakukan pada tanggal 27 Februari 2015 di

sekitar gedung C1 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada

pukul 13.00 – 14.00 WIB, sedangkan pengukuran kadar klorofil dan

morfologi daun bunga sepatu di lakukan di Laboratorium Struktur dan

Fisiologi Tumbuhan FMIPA UNESA pada pukul 14.00 – 16.00 WIB.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Termometer tanah 1 buah

b. Soil tester 1 buah

c. Timbangan 1 buah

d. Lux meter 1 buah

e. Higrometer 1 buah

f. Penggaris 1 buah

g. Meteran 1 buah

h. Alu dan mortar 1 buah

i. Kertas milimeter

j. Neraca timbangan 1 buah

k. Spektrofotometri 1 buah

Page 10: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

2. Bahan

a. Tanaman Nerium oleander secukupnya

b. Alkohol 96% secukupnya

c. Kertas saring secukupnya

d. Kantong plastic 3 buah

D. Langkah Kerja

1. Memilih suatu tempat yang memperlihatkan adanya perubahan

lingkungan secara teratur, yaitu berdasarkan keadaan penyinaran.

Kemudian menentukan tiga tempat, yaitu : di tempat terbuka

(terdedah), di bawah pohon (ternaung), dan diantara kedua tempat

tersebut.

2. Memperhatikan dan mencari jenis tumbuhan yang hidup di ketiga

tempat tersebut, dan memilih tumbuhan perdu yang akan dianalisis,

yaitu tanaman Kembang Sepatu.

3. Melakukan pengukuran faktor-faktor fisik di ketiga tempat tersebut.

Faktor klimatorik yang diukur adalah suhu udara, kelembaban relatif

udara dan intensitas cahaya. Sedangkan faktor edafik yang diukur

meliputi suhu tanah, kelembaban tanah, dan pH tanah.

4. Setiap tanaman Kembang Sepatu, dilakukan pengukuran terhadap :

a. Diameter batang

1) Mengukur keliling batang dari daun yang telah diambil

2) Menghitung diameter batang dengan rumus kπ

b. Panjang dan lebar daun

1) Daun yang telah diambil diletakkan di atas kertas millimeter

2) Mensktetsa daun pada kertas millimeter

3) Menghitung panjang dan lebar daun dengan kertas milimeter

c. Luas daun

1) Daun yang telah diambil diletakkan di atas kertas millimeter

2) Mensktetsa daun pada kertas millimeter

3) Menghitung luas daun dengan kertas milimeter

Page 11: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

d. Panjang internodus

Mengukur panjang antara nodus pertama sampai nodus kelima

e. Panjang pteolus

Mengukur jarak dari pangkal daun sampai ujung tangkai. Sebelum

melakukan pengukuran menentukan dan memperhatikan terlebih

dahulu daun keberapa yang akan diukur yaitu pada daun ke-5 dari

daun yang paling ujung. Setiap pengukuran dulakukan

pengulangan sebanyak 10 kali.

5. Membandingkan hasil pengukuran pada setiap tanaman Kembang

Sepatu di tempat yang berbeda.

6. Melakukan pengukuran pada respon fisiologis yaitu dengan

menghitung kadar klorofil a, kadar klorofil b, dan kadar klorofil total

pada masing-masing daun Kembang Sepatu di tempat yang berbeda:

a. Menimbang 0,2 gram daun yang masih segar, kemudian

memotongnya kecil-kecil.

b. Menggerus potongan-potongan tersebut dalam lumpang porselin

sampai halus.

c. Mengekstraksi gerusan daun tersebut dengan menambahkan

larutan alkohol 95% sedikit demi sedikit sampai mencapai volume

20 mL.

d. Menyaring ekstrak tersebut menggunakan kertas saring sampai

volume akhir filtrat mancapai volume 20 mL. Jika kurang dari 20

mL maka menambahkan kembali alkohol 95%.

e. Mengukur kadar klorofil filtrat tersebut dengan menggunakan

spectrofotometer pada panjang gelonbang 649 nm dan 665 nm.

Sebelum pengukuran perlu dikalbrasi terlebih dahulu. Larutan yang

digunakan sebagai pelarut adalah alkohol 95%. Mencatat nilai

absorbansi (Optical Density/DO) larutan tersebut.

f. Kadar klorofil a, kadar klorofil b, dan kadar klorofil total dapat

dihitung dengan rumus dari Wintermans dan de Mots sebagai

berikut:

1) Klorofil a : 13,7 x OD 665 – 5,76 x OD 649 (mg/l)

Page 12: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

2) Klorofil b : 25,8 x OD 649 – 7,7 x OD 665 (mg/l)

3) Klorofil total : 20,0 x OD 649 + 6,1 x OD 665 (mg/l)

7. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Pengamatan Respon Fisiologi Tanaman

Nerium oleander terhadap Kondisi Ternaung, Di antara, dan Terdedah.

Parameter Terdedah Di antara Ternaung

pH 7 8 8

Kelembapan 3 3 3

Intensitas Cahaya 36100 2203 1303

Suhu Tanah 32 32 29

Suhu Udara 35 34 33

Klorofil a (mg/l) 0,740 0,990 0,801

Klorofil b (mg/l) 2,269 2,061 7,041

Klorofil total (mg/l) 3,014 3,058 7,848

Tabel 2. Hasil Pengukuran dan Pengamatan Respon Morfologi Tanaman

Nerium oleander terhadap Kondisi Ternaung, Di antara, dan Terdedah.

Kondisi

Pengamatan Morfologi

Diameter

Batang

Panjang

Daun

Lebar

Daun

Luas

Daun

Berat

Daun

Panjang

Petiolus

Terdedah 0,2 12 0,5 6,0 0,22 0,3

0,2 11 0,5 5,5 0,20 0,4

0,4 12 0,5 6,0 0,17 0,4

0,4 13 0,5 6,5 0,21 0,4

0,3 11 0,5 5,5 0,18 0,3

0,4 14 0,5 7,0 0,19 0,3

0,5 13 0,5 6,5 0,23 0,4

0,2 12 0,5 6,0 0,16 0,3

Page 13: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

0,3 13 0,5 6,5 0,18 0,4

0,3 15 0,5 7,5 0,25 0,4

Rata-rata 0,32 12,6 0,5 6,3 0,20 0,36

Di antara 0,2 15 1 15 0,30 0,2

0,3 15 2 30 0,26 0,3

0,3 12 1 12 0,19 0,2

0,2 15 1 15 0,28 0,2

0,3 15 1 15 0,25 0,2

0,3 16 1 16 0,28 0,1

0,3 15 1 15 0,24 0,2

0,3 16 1 16 0,27 0,3

0,3 13 1 13 0,18 0,3

0,4 17 1 17 0,33 0,3

Rata-rata 0,29 14,90 1,10 16,40 0,26 0,23

Ternaung 0,1 11 1 11 0,10 0,3

0,2 12 1 12 0,14 0,3

0,2 8 1 8 0,06 0,3

0,2 15 1 15 0,20 0,1

0,2 14 1 14 0,17 0,2

0,2 14 1 14 0,15 0,3

02 14 1 14 0,20 0,3

0,2 15 1 15 0,19 0,3

0,2 13 1 13 0,16 0,3

0,2 14 1 14 0,20 0,3

0,19 13 1 13 0,16 0,27

B. Analisis Data

Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel dapat diketahui di

daerah terdedah, di antara, dan ternaung tanaman Nerium oleander

merespon dengan membentuk morfologi yang berbeda sesuai dengan

kondisi lingkungannya. Pada pengamatan faktor klimatorik Nerium

oleander pada kondisi ternaung diketahui suhu udaranya sebesar 33oC, pH

8 dan intensitas cahaya 1303 cd/m2. Pada kondisi di antara diketahui suhu

udaranya sebesar 34oC, pH 8, dan intensitas cahaya 2203 cd/m2. Pada

Page 14: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

kondisi terdedah diketahui suhu udaranya sebesar 35oC, pH 7 dan

intensitas cahaya 36100 cd/m2.

Dari hasil di atas dapat dianalisis bahwa tanaman yang hidup pada

lingkungan terdedah memiliki rata-rata panjang petiolus dan diameter

batang tertinggi berturut-turut adalah 0,36 cmdan 0,32 cm. Tanaman yang

hidup dilingkungan diantara ternaung dan terdedah memiliki rata-rata

diameter batang, panjang daun, lebar daun, luas daun tertinggi berturut-

turut adalah 0,29 cm, 14,9 cm,1,1 cm, 16,4 cm2 dan 0,258 gram .

Sedangkan pada tanaman yang hidup di lingkungan terdedah, memiliki

rata-rata parameter terkecil dibandingkan dengan tanaman pada tempat

ternaung dan diantaranya.

Faktor fisiologis pada tanaman ternaung, terdedah, dan

diantaranya, yang menjadi parameter pengukuran adalah klorofil. Pada

tanaman ternaung, memiliki klorofil B dan klorofil total terbanyak yaitu

7,041 mg/l dan 7,848 mg/l. Sedangkan pada tanaman diantaranya memiliki

klorofil A terbesar yaitu 0,990 mg/l. Faktor lingkungan pada setiap habitat

merupakan faktor pendukung dalam penelitian ini.

C. Pembahasan

Pengaruh kondisi lingkungan yang berbeda dari hasil praktikum

dapat diketahui pada kondisi terdedah, daun nerium memiliki ukuran yang

lebih kecil dibandingkan dengan kondisi terdedah, ternaung dan

diantaranya. Pada tanaman dengan kondisi diantara memiliki ukuran luas

daun yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi ternaung dan

terdedah. Pada tanaman dengan kondisi ternaung, memiliki selisih luas

daun yang tidak jauh dari kondisi tanamandengan kondisi diantara. Hal ini

kemungkinan dipengaruhi oleh umur tanaman yang berbeda. Tanaman

pada kondisi ternaung lebih muda dari pada tanaman pada kondisi

diantara.

Seharusnya pengaruh intensitas cahaya memberikan efek yang

nyata terhadap luas daun. Di bawah intensitas cahaya yang rendah terjadi

Page 15: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

peningkatan luas daun, untuk memperoleh satu permukaan yang lebih

besar bagi absorbsi cahaya. Peningkatan luas daun pada dasarnya

merupakan kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman naungan.

Peningkatan luas daun merupakan upaya tanaman dalam mengefisiensikan

penangkapan energi cahaya untuk fotosintesis secara normal pada kondisi

intensitas cahaya rendah. Bila luas daun meningkat, asimilat yang

dihasilkan akan lebih besar pula. Daun ternaung memiliki berat daun yang

lebih besar daripada daun yang terdedah dan terdedah ternaung. Luas daun

yang besar menyebabkan laju asimilasi bersih meningkat, sehingga laju

pertumbuhan nisbi juga meningkat dan bobot kering tanaman meningkat

pula.

Daun ternaungi lebih tampak berwarna hijau, merupakan adaptasi

daun agar menyerap cahaya lebih efektif (Lakitan, 200l). Daun ternaung

umumnya juga mempunyai klorofil lebih banyak, khususnya klorofil b,

karena tiap kloroplas mempunyai lebih banyak grana dibandingkan dengan

pada daun matahari (Salisbury, 1995).

Parameter panjang petiolus pada kondisi ternaung ini memiliki

ukuran lebih pendek dibandingkan dengan lainnya. Hal ini dimungkinkan

karena cahaya matahari kurang optimal pada bagian ini, sehingga enzim-

enzim yang mengaktifkan sel-sel meristem bagian ini membelah lebih

lambat.

Pada pengukuran suhu, PH, dan kelembaban tanah, pada kondisi

terdedah diperoleh suhu paling tinggi, dan pH tanah yang netral dibanding

lainnya karena pada kondisi ini mendapatkan intensitas cahaya matahari

yang tinggi, intensitas cahaya sebanding dengan suhu lingkungan dan suhu

tanah. Namun berbanding terbalik dengan kelembaban. Semakin panas

lingkungan maka konsentrasi uap air dilingkungan semakin sedikit, karena

tumbuhan mengurangi penguapan untuk mencukupi kebutuhan air dalam

tubuhnya.

Page 16: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil dan pembahasan di atas dapt ditarik simpulan bahwa:

Organ yang berplastisitas pada tanaman Nerium oleander adalah batang.

Respon tanaman terhadap kondisi ternaung, terdedah, dan diantaranya

secara morfologis dan fisiologis berbeda. Secara morfologis rata-rata

parameter tertinggi berturut-turut adalah diantaranya, ternaung, dan

terdedah. Sementara secara fisiologis, tanaman ternaung memiliki klorofil

total tertinggi, disusul oleh kondisi diantara dan terdedah. Faktor-faktor

lingkungan yang mempengaruhi sifat-sifat khas pada tanaman Nerium

oleander adalah pH, suhu tanah, suhu lingkungan, kelembapan tanah,

kelembapan lingkungan, dan intensitas cahaya.

Page 17: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

Daftar Pustaka

Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia: menguak kekayaan

tumbuhan obat Indonesia. Niaga Swadaya. Jakarta.

Fahn, A. l992. Anatomi Tumbuhan. PT Gramedia: Jakarta.

Fitter, A. H. and Hay, R. K. M. l99l. Fisiologi Lingkungan Tanaman.

Diterjemahkan oleh Sri.

Haryanti, Sri. 2012. Respon Pertumbuhan dan Luas Daun Nilam pada Tingkat Naungan yang Berbeda. Diakses pada tanggal 13 Maret 2015 dari http://eprints.undip.ac.id/6200/1/Sri_Haryanti,_RESPON_JUMLAH_DAUN_1.pdf

Lakitan, l993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta

Mahbubillah, Ainul. Pengaruh Cahaya terhadap Tumbuhan. Diakses pada tanggal

13 Maret 2015 dari http://bioteknologi.org/cahaya/

Nazib. 2011. Lingkungan dan Tumbuhan. Diakses pada tanggal 13 Maret 2015

dariterdedah/Nazip_blogspot%20%20Materi%20Kuliah

%20%20%20Konsep%20Faktor%20Lingkungan%20Tumbuhan.htm.

Sallisbury, F. B. And Ross, C. W. l992. Plant Physiologi. Wadsworth Publishing

Company Belmont, California.

Yuliani dan Raharjo. 2013. Panduan Praktikum Ekofisiologi. Surabaya:

Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.

Page 18: Laporan Ekofis  Intensitas Cahaya

LAMPIRAN